• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterampilan Dasar Guru dan Pemberian Penguatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterampilan Dasar Guru dan Pemberian Penguatan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Keterampilan Dasar Guru dan Pemberian Penguatan

1. Pengertian Keterampilan Dasar Guru dan Pemberian Penguatan (Reinforcement)

Sesempurna atau seideal apa pun kurikulum, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum tersebut belum dikatakan maksimal. Pembentukan performance guru yang baik diperlukan keterampilan dasar. Keterampilan dasar adalah keterampilan standar yang harus dimiliki setiap individu yang berprofesi sebagai guru.1

Keterampilan dasar merupakan hal yang perlu dimiliki oleh guru dari semua bidang studi. Jika dipertimbangkan bahwa bidang-bidang studi yang bermacam-macam mempunyai ciri-ciri pengajaran yang khas, keterampilan mengajar untuk bidang-bidang studi khusus perlu dikembangkan. Perkembangan dunia pendidikan menggunakan media dan teknologi saat ini menyebabkan kekhasan ciri pengajaran dari masing-masing studi makin tampak, dan perbedaannya dengan pengajaran bidang studi lain makin nyata.

1

Zainal Asril, Micro Teaching Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2003), h. 67

(2)

Jadi keterampilan dasar guru adalah kemampuan atau keterampilan yang khusus yang harus dimiliki oleh guru, dosen, instruktur agar dapat melakasanakan tugas mengajar secara efektif, efisien, dan profesional. Seorang guru yang profesional harus menguasai keterampilan dasar dalam mengajar. Keterampilan ini merupakan abilitas yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan.

Abilitas dapat dipandang sebagai suatu karakteristik umum dan seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan. Abilitas seorang guru secara aplikatif indikatornya dapat digambarkan melalui delapan keterampilan mengajar (teaching skill), yakni: (1) keterampilan bertanya, (2) keterampilan memberi penguatan, (3) keterampilan mengadakan variasi, (4) keterampilan menjelaskan, (5) keterampilan membuka dan menutup pembelajaran, (6) keterampilan mengelola kelompok kecil, (7) keterampilan mengelola kelas, (8) keterampilan pembelajaran perorangan.2

Keterampilan memberi Penguatan adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal (diungkapkan dengan kata-kata langsung, seperti: bagus, baik sekali, benar, pintar, oke, ya, betul, tepat sekali, dan sebagainya), maupun nonverbal (biasanya dilakukan dengan gerak, isyarat, pendekatan, dan sebagainya). Penguatan ini merupakan

(3)

bagian dan modifikasi tingkah guru terhadap tingkah laku peserta didik yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi peserta didik atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan atau koreksi.3

JJ. Hasibuan berpandangan bahwa penguatan adalah respon terhadap satu tingkah laku, yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali tingkah laku. Pengaruh yang ditimbulkannya adalah mendorong seseorang memperbaiki tingkah lakunya.4 Dalam pengertian yang lain dikemukakan oleh Wina Sanjaya, bahwa keterampilan dasar penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku pendidik terhadap tingkah laku peserta didik, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik atas perbuatan atau respon peserta didik.5

Dalam pembelajaran penguatan (reinforcement) memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan proses pembelajaran. Pada saat yang tepat dan dengan jenis penguatan yang tepat disampaikan pada proses pembelajaran, maka akan berdampak pada peningkatan kualitas proses pembelajaran.

3Ibid., h. 280 4

JJ. Hasibuan, Proses Belajar Mengajar Keterampilan Dasar Pengajaran Mikro, (Bandung: Remaja Rosdakarya), h.

5

Dadang Sukirman, Pembelajaran Micro Teaching, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam, Kementrian Agama RI, 2012), h. 307

(4)

Respon positif yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik yang telah menunjukkan prestasi, baik dalam bidang akademik maupun non akademik secara psikologis peserta didik akan merasa bangga, karena ternyata perbuatannya dihargai, dengan demikian akan menjadi motivator untuk terus berusaha menunjukkan prestasi terbaiknya.

Jika dicermati sepintas saja, mungkin hanya dengan ucapan terimakasih atau bentuk-bentuk pujian dan penghargaan secara verbal yang disampaikan oleh pendidik kepada peserta didik, bagi pendidik yang memberi penguatan mungkin akan dianggap tidak punya nilai atau tidak memiliki arti apa-apa. Akan tetapi bagi yang menerima pujian, yaitu peserta didik akan merasa senang karena apa yang diperbuatnya mendapat tempat dan diakui. Peserta didik butuh pengakuan terhadap sesuatu yang dilakukannya, adanya pengakuan akan menimbulkan dampak positif terhadap proses pembelajaran. Oleh karena itu pendidik harus melatih kemampuan untuk mengembangkan berbagai jenis penguatan, dan membiasakan diri untuk menerapkannya dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran tidak hanya menyajikan materi untuk dikuasai oleh peserta didik, akan tetapi selalu bermuatan nilai-nilai edukatif untuk membentuk pribadi-pribadi yang baik yang selalu saling menghargai.6

(5)

Jadi dapat disimpulkan penguatan adalah secara psikologis setiap orang mengharapkan adanya penghargaan terhadap suatu usaha bahwa hasil yang telah dilakukannya. Melalui penghargaan yang diperolehnya, seseorang akan merasakan bahwa hasil perbuatannya tersebut dihargai dan oleh karenanya akan menjadi pemacu untuk berusaha meningkatkan prestasi atau berbuat yang baik dalam hidupnya. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk memberikan ganjaran atau membesarkan hati peserta didik agar mereka lebih giat lagi bagi berpartisipasi dalam interaksi pembelajaran.

2. Tujuan Pemberian Penguatan (Reinforcement)

Tujuan pemberian penguatan dalam proses belajar mengajar adalah: 7

a. Meningkatkan perhatian peserta didik

Perhatian merupakan kunci yang sangat berharga dalam proses pembelajaran. Perhatian peserta didik sifatnya tidak menetap, kadang-kadang tinggi, sedang dan rendah. Pendidik sebagai pengelola pembelajaran meliliki kewajiban profesional untuk selalu membangkitkan perhatian peserta didik sehingga pada saat perhatian peserta didik mengalami penurunan, maka melalui pemberian penguatan yang tepat baik jenis penguatannya, maupun saat atau waktu pemberiannya, maka

7Ma’mur Saadie, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka,

(6)

perhatian peserta didik diharapkan akan meningkat lagi. Dengan demikian perhatian peserta didik terhadap pembelajaran akan lebih meningkat bersamaan dengan perhatian pendidik yaitu melalui respon (penguatan) yang diberikan kepada peserta didiknya.

b. Membangkitkan dan memelihara motivasi belajar peserta didik Dalam kaitan ini pendidik pun memiliki kewajiban yang sama seperti halnya keharusan membangkitkan perhatian, yaitu bagaimana agar motivasi peserta didik bisa terus terjaga sehingga selalu memiliki semangat yang tinggi untuk belajar. Antara perhatian dan motivasi yang memiliki hubungan yang sangat erat, apabila perhatian peserta didik sudah tumbuh terhadap aspek yang akan dipelajari, biasanya motivasinya pun akan meningkat seiring dengan maningkatnya perhatian siswa. c. Memudahkan peserta didik belajar

Tugas pendidik sebagai fasilitator pembelajaran bertujuan untuk memudahkan peserta didik belajar. Adapun yang dimaksud dengan memudahkan belajar peserta didik, bukan berarti materinya dipermudah, akan tetapi melalui perannya sebagai fasilitator pembelajaran, pendidik mampu mengelola lingkungan pembelajaran (sumber pembelajaran) agar berinteraksi dengan peserta didik secara maksimal sehingga

(7)

menjadi jalan kemudahan bagi peserta didik untuk memahami terhadap materi yang sedang dipelajarinya.

d. Menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didik

Kepercayaan diri yang dimiliki oleh setiap peserta didik merupakan modal dasar yang sangat berharga dalam proses pembelajaran. Sebaliknya perasaan khawatir, ragu-ragu, takut salah, merasa minder, dan sifat-sifat lainnya yang sejenis, sangat tidak baik dimiliki oleh peserta didik. Untuk menumbuhkan sifat dan sikap percaya diri perlu proses dan tidak bisa serba cepat. Pemberian penguatan yang tepat dan dilakukan secara profesional, maka sedikit demi sedikit akan berdampak pada pemupukan rasa percaya diri dari anak sehingga akan semakin berkembang dengan baik.

e. Memelihara iklim kelas yang kondusif

Suasana kelas yang menyenangkan, aman, dan dinamis, akan mendorong aktivitas belajar peserta didik lebih maksimal. Melalui penguatan yang dilakukan oleh pendidik, suasana kelas akan lebih demokratis sehingga peserta didik akan lebih bebas untuk mengemukakan pendapat, berbuat, mencoba, dan melakukan perbuatan-perbuatan belajar lainnya. Kondisi penciptaan suasana kelas atau lingkungan belajar yang kondusif harus diusahakan, dipelihara, dan dikembangkan, yaitu antara lain melalui penerapan penguatan secara tepat.

(8)

3. Cara Pemberian Penguatan (Reinforcement)

Ada empat cara dalam memberikan penguatan yaitu: a. Penguatan kepada pribadi tertentu

Penguatan harus jelas kepada siapa ditujukan, yaitu dengan cara menyebutkan namanya, sebab bila tidak jelas akan tidak efektif.

b. Penguatan kepada kelompok peserta didik

Yaitu dengan memberikan penghargaan kepada kelompok siswa yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

c. Pemberian penguatan dengan cara segera

Penguatan seharusnya diberikan sesegera mungkin setelah muncul tingkah laku/respon peserta didik yang diharapkan, penguatan yang ditunda cenderung kurang efektif

d. Variasi dalam penggunaan

Jenis penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi, tidak terbatas pada satu jenis saja karena akan menimbulkan kebosanan, dan lama kelamaan akan kurang efektif.8

4. Prinsip Penggunaan Penguatan

a. Kehangatan dan keantusiasan

Sikap dan gaya guru, termasuk suara, mimik, dan gerak badan, akan menunjukkan adanya kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan penguatan. Dengan demikian tidak terjadi

(9)

kesan bahwa guru tidak ikhlas dalam memberikan penguatan karena tidak disertai kehangatan dan keantusiasan.

b. Kebermaknaan

Jenis dan bentuk penguatan yang diberikan harus memiliki makna bagi peserta didik, yaitu setiap jenis atau bentuk penguatan yang diberikan baik melalui kata-kata, isyarat, maupun bentuk penguatan lain yang sejenis, harus dipilih dan disesuaikan dengan makna yang terkandung didalamnya. Kebermaknaan ini baik dari segi akademik maupun non akademik. Kebermaknaan secara akedemik yaitu melalui penguatan yang diberikan dapat mendorong peserta didik untuk lebih berprestasi, sedangkan makna non akademik bahwa dengan penguatan yang diberikan dapat memfasilitasi peserta didik untuk lebih aktif, kreatif, dan inovatif dalam melakukan berbagai aktivitas yang positif untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.

c. Menghindari penggunaan respon yang negatif

Walaupun teguran dan hukuman masih bisa digunakan, respon negatif yang diberikan guru berupa komentar, bercanda menghina, ejekan yang kasar perlu dihindari karena akan

(10)

mematahkan semangat peserta didik untuk mengembangkan dirinya.9

5. Komponen-Komponen dalam Pemberian Penguatan

(Reinforcement)

a. Verbal reinforcement:

Komentar ungkapan, pujian yang berbentuk:

1) Kata-kata: baik, bagus, hebat sekali, benar, sangat teliti dan sebagainya.

2) Kalimat:

a) Itu suatu pikiran yang baik. b) Cara berfikir kritis sekali.

c) Terima kasih kamu sangat pandai b. Gestural reinforcement:

1) Wajah: senyum, mengangkat alis, tertawa, siulan, kerlingan mata.

2) Anggota badan: tepuk tangan, menunjuk, tanda ok, naikkan tangan, anggukan, gelengkan kepala (keheranan), jempol angkat bahu.

c. Proximity reinforcement:

Berjalan mendekati, berdiri di dekat, duduk dekat kelompok, berdiri diantara siswa.

9

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 82

(11)

d. Contact reinforcement:

Tepuk bahu, punggung, tangan pada kepala, jabat tangan, memegang rambut, menaikkan tangan peserta didik. Dalam hal ini harus diperhatikan kebiasaan daerah setempat. Ada tabu memegang pipi, memegang kepala dan sebagainya.

e. Activity reinforcement:

Berjalan mendahului, membagi bahan, memimpin permainan, membantu peserta didik dalam menggunakan AVA (OHP) mendengarkan musik, radio, TV.

f. Token reinforcement:

Pemberian hadiah, bintang komentar tertulis pada buku pekerjaan, nama kehormatan, perangko mata uang badges, gambar, es lilin, es krim, dan lain sebagainya.

B. Pembelajaran Sejarah

1. Pengertian Pembelajaran Sejarah

Belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi mengalami. Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman.10 Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.

10

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatakan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 154

(12)

Menurut Wingkel belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dengan lingkungan.11 Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam aspek tingkah laku. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar antara lain: (a) perubahan terjadi secara sadar, (b) perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, (c) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, (d) perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah, (e) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.12

Dari pengertian diatas tersebut maka jelas bahwa tujuan belajar itu prinsipnya sama yakni perubahan tingkah laku. Pengertian ini menitikberatkan pada interaksi anatara individu dengan lingkungannya.

Sedangkan pembelajaran adalah aktivitas manusiawi yang berlangsung sejak awal penciptaan manusia, sebagaimana yang diungkapkan dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 31:

                Artinya:

11Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajarn, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 61

12

Slameto, Teori Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara, 2001), h. 2

(13)

Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!"

Allah SWT telah mengajari Nabi Adam berbagai nama makluk yang telah diciptakannya. Kemudian Allah memberi ilham untuk mengetahui eksistensi nama-nama tersebut. Juga keistimewaan-keistimewaan, ciri-ciri khas dan istilah yang dipakai. Di dalam memberikan ilmu ini, tidak ada bedanya antara diberikan sekaligus dengan diberikan secara bertahap.13

Konsep pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Menurut Komalasari, bahwa pembelajaran adalah suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.14

Pembelajaran sejarah sebagai sub-sistem dari sistem kegiatan pendidikan merupakan sarana yang efektif untuk meningkatkan integritas dan kepribadian bangsa melalui proses belajar mengajar.

13Mustafa Ahmad Al-Maragani, Tafsir Terjemah, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1992)

h.139

(14)

Keberhasilan ini akan ditopang oleh berbagai komponen, termasuk kemampuan dalam menerapkan metode pembelajaran yang efektif dan efisien. Sistem kegiatan pendidikan dan pembelajaran adalah sistem kemasyarakatan yang kompleks, diletakkan sebagai suatu usaha bersama untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dalam rangka untuk membangun dan mengermbangkan diri.15

Pembelajaran sejarah yang mengutamakan fakta keras, kiranya perlu mendapat perhatian yang signifikan kerena pembelajaran sejarah yang demikian hanya akan menimbulkan rasa bosan di kalangan peserta didik dan pada gilirannya akan menimbulkan keengganan untuk mempelajari sejarah. Pembelajaran sejarah hendaknya diselenggarakan sebagai suatu avontuur bersama dari pendidik dan peserta didik. Dengan jalan ini, maka peserta didik langsung dihadapkan dengan tantangan intelektual yang memang merupakan ciri khas dari sejarah sebagai ilmu. Demikian juga dilibatkan secara langsung pada suatu engagement baru dalam arti sejarah untuk hari ini.16

15

Bela H. Banathy, Instructional System, (California: Dearson Publisher, 1992), h. 175

(15)

2. Tujuan Pembelajaran Sejarah

Tujuan pembelajaran sejarah menurut Bourdillon (dalam Erlina Wiyarnati) idealnya adalah membantu peserta didik meraih kemampuan sebagai berikut:17

a. Memahami masa lalu dalam konteks masa kini, membangkitkan minat terhadap masa lalu yang bermakna,

b. Membantu memahami identitas diri, keluarga, masyarakat dan bangsanya,

c. Membantu memahami akar budaya dan interelasinya dengan aspek kehidupan nyata,

d. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang Negara dan budaya bangsa lain diberbagai belahan dunia,

e. Melatih berinkuiri dan memecahkan masalah,

f. Memperkenalkan pola berfikir ilmiah dari para ilmuan sejarah, dan

g. Mempersiapkan peserta didik untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

Menurut Nana Sudjana dalam merumuskan tujuan pembelajaran ini seorang guru harus memahami beberapa pokok yaitu:18

17

Erlina Wiyanarti, Model Pembelajaran Konstektual dalam Pengembangan Pembelajaran

Sejarah, (Bandung: e-journal UPI, http: file.upi.edu/sejarah), h. 3

18

Bustaman, Perencanaan Pengajaran Sejarah, (Padang: UNP Prees Padang, 2012), h.37-38

(16)

a. Pendidik harus mempelajari kurikulum sebab bahan yang harus diajarkan dan tujuan umum bahan tersebut ada dalam kurikulum.

b. Memahami tipe-tipe hasil belajar sebab tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah hasil belajar yang diharapkan dikuasai siswa.

c. Cara merumuskan tujuan pembelajaran sehingga tujuan tersebut jelas isinya dan dapat dicapai oleh peserta didik setelah peserta didik menerima pembelajaran tersebut.

Dalam kurikulum 2013 mata pelajaran sejarah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 19

a. Mengembangkan pengetahuan dan pengalaman mengenai perjalanan kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia serta dunia

b. Mengembangkan rasa kebangsaan, cinta tanah air, penghargaan terhadap hasil dan prestasi bangsa di masa lalu

c. Membangun kesadaran tentang konsep waktu dan dalam berpikir kesejarahan

d. Mengembangkan kemampuan berfikir sejarah (historical thinking), keterampilan sejarah (historica skill), dan wawasan terhadap isu sejarah (historica issue), serta menerapkan

(17)

kemampuan, keterampilan, wawasan tersebut dalam kehidupan masa kini

e. Mengembangkan perilaku yang berdasarkan pada nilai dan moral yang mencerminkan karakter diri, masyarakat, dan bangsa f. Menanamkan sikap berorientasi kepada masa kini masa akan

datang

g. Memahami dan kemampuan mengenai isi-isu kontroversial untuk mengkaji permasalahan yang terjadi dilingkungan masyarakatnya

h. Mengembangkan pemahaman internasional dalam menelaah fenomena aktual dan global.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum tujuan pembelajaran setiap mata pelajaran itu sama, hanya titik fokusnya itu yang berbeda sesuai dengan fungsi dan tujuan mata pelajaran itu sendiri. Sesungguhnya pelajaran sejarah mempunyai dan memainkan peran penting dalam pendidikan nasional. Di sini dapat diketahui bahwa tujuan pembelajaran sejarah ini yaitu untuk menumbuhkan sikap dan nilai-nilai patriotisme, nasionalisme, demokratisme, cinta keadilan, dan kejujuran pada jiwa setiap masyarakat.

3. Karakteristik Pembelajaran Sejarah

Dalam suatu pembelajaran materi bukan sebagai tujuan, melainkan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Karena itu penentuan

(18)

materi pembelajaran harus didasarkan pada pencapaian tujuan baik dari segi isi, tingkat kesulitan maupun organisasinya. Agar materi sejarah memiliki kebermaknaan dengan masa kini, materi sejarah yang akan diajarkan harus bertolak dari kebutuhan hari ini, dapat disimpulkan bahwa studi sejarah dikaitkan dengan realitas hari ini.

Karakteristik materi sejarah adalah sebagai berikut: 20

a. Mengandung nilai-nilai kepahlawanan, keteladanan, patriotisme, nasionalisme, dan semangat pantang menyerah yang mendasari proses pembentukan watak dan kepribadian peserta didik.

b. Menanamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serta solidaritas untuk menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa.

c. Sarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna untuk mengatasi kritis multidimensi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

d. Berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap tanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

(19)

C. Pemberian Penguatan dalam Pembelajaran Sejarah

1. Bentuk-Bentuk Pemberian Penguatan (Reinforcement) dalam Pembelajaran Sejarah

Pemberian penguatan kepada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran sejarah merupakan salah satu bentuk perhatian guru terhadap peserta didik yang melakukan kegiatan belajar. Seorang pendidik di dalam proses belajar mengajar agar menjadi efektif harus mengetahui tentang bentuk-bentuk penguatan yang nantinya akan diberikan kepada peserta didiknya agar peserta didik memiliki semangat yang tinggi dan juga termotivasi dalam belajar sehingga akan mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik. Menumbuhkan motivasi didalam kegiatan belajar disekolah dapat dilakukan dengan cara pemberian penguatan.

Bentuk-bentuk penguatan yang diberikan oleh pendidik, dibagi menjadi dua yaitu:

a. Penguatan positif adalah memberikan penghargaan (rewarding) atau pujian (praising-lewat bicara)

b. Penguatan negatif adalah membebaskan dari tugas atau situasi yang kurang disukai dan hukuman efektif.

Pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran berarti penguatan yang diberikan pendidik dilakukan seketika, yaitu saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Pemberian penguatan harus dilakukan secara tepat waktu sehingga anak didik dapat secara

(20)

langsung memperoleh respon yang positif dari pendidik. Bukannya respon tersebut diberikan di luar kegiatan pembelajaran, tetapi seharusnya diberikan secara cepat dan tepat, yaitu berlangsungnya kegiatan pembelajaran.

Pendidik harus menghindari penguatan negatif karena mempengaruhi psikologis siswa dalam penerimaannya. Penggunaan penguatan negatif nanti akan berdampak kurang baik bagi peserta didik, seperti mereka menjadi frustasi, menjadi pemberani, dan merasa hukuman dianggap sebagai kebanggaan. Pemberian penguatan dapat diberikan secara verbal maupun non verbal: 21

a. Penguatan verbal, berupa kata-kata atau kalimat seperti saya senang, ya, dan sebagainya.

b. Penguatan non verbal, berupa mimik, dan gerakan tubuh. Berupa mimik dan gerakan tangan, dengan pendekatan, dan menggunakan sentuhan digosok-gosok punggungnya. Melalui kegiatan yang menyenangkan seperti menunjuk mereka menjadi ketua kelas. Menggunakan simbol atau benda, seperti anak disuruh mengerjakan PR dipapan tulis, kemudian memberikan tanda betul, dan penguatan tak penuh seperti jawabanmu benar tetapi perlu disempurnakan lagi.

21

Zainal Asril, Micro Teaching: Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 79

(21)

Gambar. 2.1

Bentuk-bentuk penguatan verbal dan non verbal

Pemberian Pengutan

Verbal Non Verbal

Positif Negatif Positif Negatif

 Kata-kata pujian (bagus, pintar, hebat, tepat, benar betul)  Kalimat pujian (kamu pintar, kamu hebat, hasil pekerjaan kamu sangat baik, bapak/ibu bangga denganmu, jawaban kamu sangat baik)  Kata-kata kasar (bodoh, dungu, tolol)  Kalimat kasar (bodoh sekali kamu, dasar tidak punya otak, kurang ajar kamu)  Gestural (acungan jempol, tepuk tangan, senyuman)  Mendekati (pendidik duduk didekat peserta didik)  Sentuhan (menepuk bahu, merangkul)  Kegiatan yang menyenangkan  Simbol atau benda (hadiah)  Berupa kontak fisik yang berupa kekerasan terhadap peserta didik (cubitan, pukulan, jeweran, dan tendangan)

(22)

2. Manfaat Pemberian Penguatan (Reinforcement) dalam Pembelajaran Sejarah

Pemberian respon positif (penguatan) terhadap prilaku belajar peserta didik, baik melalui kata-kata verbal maupun non verbal seperti dengan isyarat tertentu, secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi terhadap kepercayaan diri peserta didik. Adapun manfaat dari pemberian penguatan dalam pembelajaran antara lain adalah: 22

a. Meningkatkan perhatian peserta didik

Bahwa melalui penguatan yang diberikan pendidik terhadap perilaku peserta didik, peserta didik akan merasa diperhatikan oleh pendidik. Dengan demikian perhatian peserta didik akan semakin meningkat seiring dengan perhatian pendidik melalui respon yang diberikan kepada peserta didik. b. Membangkitkan dan memelihara motivasi belajar peserta didik

Apabila perhatian peserta didik semakin baik, maka dengan sendirinya motivasi belajarnya pun akan semakin baik pula. Upaya memelihara dan membangkitkan motivasi belajar peserta didik, senantiasa harus dilakukan oleh pendidik.

c. Memudahkan belajar peserta didik

Bahwa tugas pendidik sebagai fasilitator pembelajaran bertujuan untuk memudahkan peserta didik belajar. Untuk

(23)

memudahkan belajar harus ditunjang oleh kebiasan-kebiasaan positif dalam pembelajaran, yaitu memberikan respon-respon (penguatan) yang akan mendorong keberanian peserta didik untuk mencoba, bereksplorasi dan terhindar dari perasaan takut salah dalam belajar.

d. Menumbuhkan rasa percaya diri

Rasa percaya diri merupakan modal dasar dalam belajar. Perasaan khawatir, ragu-ragu, takut salah dan perasaan-perasaan negatif yang akan mempengaruhi terhadap kualitas proses pembelajaran harus dihindari. Salah satu upaya untuk memperkecil perasaan-perasaan negatif dalam belajar, yaitu melalui pemberian penguatan atau respon yang diberikan oleh pendidik terhadap sekecil apapun perbuatan belajar peserta didik.

e. Memelihara iklim kelas yang kondusif

Suasana kelas yang menyenangkan, aman dan dinamis, akan mendorong kegiatan belajar peserta didik lebih maksimal. Melalui penguatan yang dilakukan oleh pendidik, suasana kelas akan lebih demokratis sehingga peserta didik akan lebih bebas untuk mengemukakan pendapat, berbuat, mencoba, dan melakukan perbuatan-perbuatan belajar lainnya. Hal ini tentu saja sebagai dampak dari adanya respon yang mengiringi

(24)

terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan oleh peserta didik.

3. Pengaruh Pemberian Penguatan (Reinforcement) Terhadap Pembelajaran Sejarah

Penguatan (reinforcement) pada dasarnya sering ditemukan dalam kehidupan kita sehari-hari, hanya saja terkadang kita tidak menyadari bahwa dalam keseharian kita, adakalanya penguatan (reinforcement) telah lakukan. Misalnya kita memberikan hadiah uang kepada anak yang telah melaksanakan suatu perintah dengan baik. Sehingga anak tersebut senang dan kemudian hari anak tersebut senang melaksanakan perintah yang kita berikan. Memberikan hadiah uang tersebut sudah termasuk kepada kategori penguatan (reinforcement).

Penguatan (reinforcement) dalam kegiatan pembelajaran sangat berperan penting, karena seandainya pendidik mengabaikan pemberian penguatan (reinforcement) ini, maka peserta didik secara perlahan-lahan akan merasakan bahwa segala sesuatu yang ia lakukan ketika proses pembelajaran tidak ada artinya, dan merasa tidak diperhatikan oleh pendidiknya. Oleh karena itu, seorang pendidik selain menguasai materi ajar dan mampu menggunakan berbagai metode pembelajaran dengan baik, pendidik juga harus mampu/terampil dalam hal memberi penguatan (reinforcement) kepada peserta didiknya.

(25)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemberian penguatan (reinforcement) sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran berlangsung, salah satunya dalam pembelajaran sejarah. Pemberian Penguatan (reinforcement) pada saat pembelajaran berlangsung akan menguatkan, memantapkan, atau meneguhkan hal-hal tertentu yang ada pada diri peserta didik, juga menumbuhkan kebermaknaan dalam diri peserta didik terhadap apa yang telah ia lakukan dan pada akhirnya peserta didik akan bersemangat dalam proses pembelajaran berlangsung.

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar 2.2 dapat dilihat bahwa sebuah rangkaian band pass filter secara ideal memiliki respon meloloskan frekuensi antara f1-f2 dengan penguatan sebesar 1 kali (0

Ilmu pengetahuan social merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang tanggung jawab utamanya adalah membatu siswa dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan

Memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar terutama belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar.Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa supply chain management merupakan suatu bentuk koordinasi antar sebuah perusahaan dengan perusahaan lain yang bertujuan untuk

Sumber informasi adalah data. Data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data item. Terdapat beberapa pengertian data menurut beberapa ahli, diantaranya :

Pemberian Mind Map dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa secara 17 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidika,

Pada uraian konsep dasar ini, akan dijelaskan berbagai hal mengenai pengertian program, pengertian sistem, pengertian sistem informasi, pengertian sistem informasi

Pengertian Hutang Piutang Al-Qardh Secara etimologis qardh merupakan bentuk dari qaradha-asy-syai’yaqridhu, yang bearti memustuskanya.Al-qardh adalah sesuatu yang diberikan oleh