• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPOSISI JENIS TANGKAPAN LAMPARA DI ESTUARI SUNGAI BARITO, KALIMANTAN SELATAN 3. Herlan 4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMPOSISI JENIS TANGKAPAN LAMPARA DI ESTUARI SUNGAI BARITO, KALIMANTAN SELATAN 3. Herlan 4"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PRESENTASI POSTER

KOMPOSISI JENIS TANGKAPAN LAMPARA DI ESTUARI SUNGAI BARITO, KALIMANTAN SELATAN3

Herlan4 ABSTRAK

Lampara adalah sejenis jaring trawl mini dasar yang ditarik dengan kapal merupakan alat tangkap tradisional yang telah lama beroperasi di perairan estuari Sungai Barito. Alat tangkap ini mampu menangkap berbagai jenis biota dan ukuran. Hasil tangkapan didominasi ukuran individu kecil, baik biota yang berukuran maksimum kecil, stadia larva dan stadia juvenil. Pemanfaatan sumber daya ikan berlebih dan tidak ramah lingkungan dikhawatirkan akan mengancam populasi dan keanekaragamannya serta berdampak pada sediaan stok ikan di laut. Informasi mengenai jenis ikan hasil tangkapan lampara di perairan estuari Sungai Barito sebagai daerah pemijahan, pembesaran, perlindungan dan tempat mencari makan masih kurang, sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui jenis-jenis hasil tangkapannya. Informasi ini diharapkan bermanfaat dalam pengelolaan sumber daya ikan di estuari. Penelitian dilakukan di perairan estuari Sungai Barito, Provinsi Kalimantan Selatan. Pengambilan sampel ikan dilakukan sebanyak empat kali pada Februari, Mei, Agustus dan Oktober 2014 yang diharapkan mewakili musim hujan dan kemarau. Sampel ikan dikumpulkan melalui percobaan penangkapan menggunakan alat tangkap yang biasa digunakan nelayan, yaitu “lampara”. Penelitian ini bertujuan menganalisis komposisi jenis hasil tangkapan lampara di estuari Sungai Barito. Hasil penelitian: Komposisi hasil tangkapan pada Februari sebanyak 17 suku meliputi 26 jenis, Mei 16 suku meliputi 29 jenis, Agustus 15 suku meliputi 23 jenis dan Oktober 27 suku meliputi 40 jenis. Komposisi jenis terbanyak didapatkan pada musim kemarau dan kondisi perairan bersalinitas tinggi.

Kata Kunci: estuari Sungai Barito, komposisi, lampara PENDAHULUAN

Kabupaten Banjar merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yang memiliki wilayah pesisir dan laut. Jumlah rumah tangga perikanan (RTP) tangkap yang menggantungkan kehidupannya dari usaha menangkap ikan yaitu 3.400 RTP dengan jumlah hasil tangkapan mencapai 14.213 ton (Anonim, 2010).

Estuari Sungai Barito sebagai bagian dari pesisir di Kabupaten Banjar merupakan salah satu area perikanan tangkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan sumber daya ikan di perairan ini pada 2012 mencapai 946,611 ton atau 6,66% dari hasil tangkapan per tahun (BP3U, 2014). Aktivitas penangkapan oleh penduduk di wilayah ini yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan sangat berkembang dengan menggunakan jenis alat tangkap, metoda dan hasil tangkapan yang bervariasi. Alat tangkap yang digunakan didominasi trap net yang tergolong tidak selektif dengan beragam nama lokal, yaitu: tuguk tancap, tuguk apung, tuguk kumbang, gumbang, pengerih, sondong, sungkur, jaring trawl mini, hampang, jaring blad, jaring pantai dan lampara, (BP3U, 2012; BP3U, 2014).

Lampara merupakan alat tangkap tradisional yang telah lama beroperasi di perairan estuari Sungai Barito. Lampara adalah sejenis jaring trawl mini dasar yang ditarik dengan kapal. Alat tangkap ini mampu menangkap berbagai jenis biota dan ukuran. Hasil tangkapan didominasi ukuran individu kecil, baik biota yang berukuran maksimum kecil, stadia larva dan stadia juvenil. Penangkapan sering mengutamakan jumlah hasil tangkapan sebanyak-banyaknya terutama kelompok udang yang bernilai ekonomi tinggi. Pemanfaatan sumber daya ikan berlebih dan tidak ramah lingkungan 3

Poster dipresentasikan pada Seminar Nasional Perikanan Indonesia Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta, 19-20 November 2015

4

(3)

dikhawatirkan akan mengancam populasi dan keanekaragamannya serta berdampak pada sediaan stok ikan di laut. Sementara informasi mengenai jenis ikan hasil tangkapan lampara di perairan estuari Sungai Barito sebagai daerah pemijahan, pembesaran, perlindungan dan tempat mencari makan masih kurang, sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui jenis hasil tangkapan lampara di estuari Sungai Barito. Informasi hasil tangkapan ini diharapkan bermanfaat dalam pengelolaan sumber daya ikan di estuari.

Penelitian ini bertujuan menganalisis komposisi jenis hasil tangkapan lampara di estuari Sungai Barito.

BAHAN DAN METODA

Penelitian dilakukan di perairan estuari Sungai Barito, Provinsi Kalimantan Selatan. Stasiun pengambilan contoh ditentukan dengan pendekatan tujuan tertentu (purposive sampling) yaitu untuk mendapatkan data keragaman jenis sumber daya ikan pada habitat mikro yang berbeda (Tabel 1 dan Gambar 1).

Tabel 1. Stasiun Pengamatan

Nomor Nama Stasiun Koordinat

E S 1 Muara Kuin 03.21.928 114.31.309 2 Pulau Kaget 03.23.514 114.30.584 3 Muara Aluh-aluh 03.26.476 114.30.499 4 Pondasi Navigasi 03.28.216 114.30.540 5 Desa Bakambat 03.30.624 114.29.795

6 Pondasi Menara Navigasi 1 03.30.805 114.29.775

7 Menara Navigasi 2 03.32.007 114.29.495

8 Navigasi Boy 13 03.32.754 114.29.459

9 Navigasi Boy 11 03.33.857 114.29.672

10 Navigasi Boy 9 03.34.332 114.29.659

(4)

H a s il T a n g k a p a n (g ra m )

Pengambilan sampel ikan dilakukan sebanyak empat kali pada Februari, Mei, Agustus dan Oktober 2014 yang diharapkan mewakili musim hujan dan kemarau. Sampel ikan dikumpulkan melalui percobaan penangkapan menggunakan alat tangkap yang biasa digunakan nelayan, yaitu “lampara”, dengan ukuran bukaan mulut 3,5 m x 3,0 m, panjang 14,0 meter, panjang tali ris atas 7,0 meter, mata jaring 1,5 dan 1,0 inchi dan kantong hasil 0,5 inchi. Lampara dioperasikan pada siang hari di kedalaman dekat dasar perairan. Jaring ditarik dengan kapal trawl ”6 GT”, durasi penarikan 30 menit, kecepatan tarikan antara 2,5 – 3,0 km/ jam. Hasil tangkapan dikelompokkan menurut jenisnya dan ditimbang beratnya untuk mendapatkan komposisi. Semua contoh jenis hasil tangkapan diawetkan dengan formalin 10% untuk diidentifikasi di laboratorium Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum berdasarkan buku Kottelat (1993), Munro (1955) dan Peristiwady (2006). Pengukuran kualitas perairan, diantaranya salinitas diamati berdasarkan APHA, 2005 disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengamatan Kualitas Air

Nomor Parameter Satuan Metoda

1 Salinias (‰) Insitu

HASIL DAN PEMBAHASAN

Selama periode Februari - Oktober 2014 kegiatan pengambilan sampel menggunakan Lampara beroperasi sebanyak empat trip dengan jumlah keseluruhan 38.780 gram atau 75 jenis (Lampiran 1). Jumlah hasil tangkapan per trip cukup berfluktuasi (Gambar 2). Hasil pengukuran salinitas perairan pada saat observasi ditunjukkan pada Gambar 3. 14.000,0 12.000,0 8.000,0 6.000,0 4.000,0 2.000,0 -11.621,7 6.229,7 8.852,8 12.075,8

Februari Mei Agustus Oktober

Bulan Pengamatan

Gambar 2. Hasil tangkapan berdasarkan berat (gram)

Dari Gambar 2 terlihat bahwa, berat tertinggi terjadi pada trip ke 4 (Oktober), sedangkan hasil tangkapan terrendah terjadi pada trip ke 2 (Mei). Perbedaan ini diduga disebabkan karena hasil tangkapan pada Oktober lebih banyak jenis yang didapatkan, yaitu: 40 jenis mewakili 27 suku, sedangkan hasil tangkapan Februari hanya 26 jenis dari 17 suku. Perbedaan jumlah jenis yang diperoleh pada kedua bulan pengamatan tersebut diduga karena perbedaan musim dan kondisi lingkungan, dimana salinitas perairan pada Oktober berkisar 13,6 – 31,3‰, pada kisaran salinitas demikian banyak ditemukan spesies biota laut. Sedangkan salinitas pada Februari berkisar 0,1 – 6,7‰ menyebabkan spesies biota laut lebih sedikit (Ernawati et al., 2011).

(5)

S a lin it a s (‰ ) 35 30 25 20 15 10 5 0 ST 1 ST 2 ST 3 ST 4 ST 5 ST 6 ST 7 ST 8 ST 9ST 10 Februari Mei Agustus Oktober

Gambar 3. Nilai salinitas selama penelitian.

Komposisi hasil tangkapan pada Februari sebanyak 17 suku meliputi 26 jenis. Jenis yang mendominasi, yaitu: Panting (Arius maculatus) 32,57%, Ikan Bulu-bulu (Polynemus dubius) 20,06% dan Pari Cecak (Himantura uarnak) 11,98%. Ikan Panting dan Ikan Bulu-bulu merupakan ikan yang hidup di lingkungan perairan tawar hingga ke perairan laut (Riede, 2004). Ikan Panting dewasa sering ditemukan di perairan pantai dan muara, biasanya bergerombol memakan invertebrata dan ikan-ikan kecil (Breder & Rosen, 1966). Ikan Bulu-bulu biasa ditemukan di perairan berlumpur atau berpasir di sungai dan muara (Motomura, 2004). Ikan Pari Cecak (Himantura uarnak) hidup di perairan muara sampai laut, biasa dijumpai di perairan pantai berpasir, muara yang dangkal dan laguna; juga ditemukan di daerah berpasir terumbu karang (Lieske & Myers, 1994). Ikan Pari ini juga dapat memasuki perairan tawar (Compagno et al., 1989). Selain didominasi oleh biota laut, juga didapatkan biota air tawar, antara lain: Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) dan Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii). Ditemukannya biota air tawar di Estuari ini diduga karena masuknya air tawar ke Estuari, hal ini ditunjukkan oleh tingkat salinitas perairan pada saat pengamatan 0,1 – 6,7‰. Nilai salinitas estuari Barito terendah pada Februari, hal ini disebabkan pada bulan ini masih termasuk musim penghujan yang menyebabkan meningkatnya volume air sungai. Dengan meningkatnya volume air sungai menyebabkan dorongan air laut menjadi kecil sehingga air salin tidak masuk ke badan sungai (BPPPU, 2014).

Komposisi hasil tangkapan pada Mei sebanyak 16 suku meliputi 29 jenis. Jenis yang mendominasi, yaitu: Panting (Arius maculatus) 33,57%, Ikan Gulama Pendek (Johnius trachycephalus) 8,85% dan Ikan Anak Menangin (Polydactylus plebejus) 8,07%. Ikan Gulama Pendek hidup di perairan tawar hingga laut (Sasaki, 2001) dan Ikan Anak Menangin hidup di perairan estuari hingga laut (Motomura, 2004). Hasil pengamatan pada Mei sedikit terjadi perubahan komposisi dibandingkan dengan Februari, dimana tidak lagi ditemukannya jenis dari suku Bagridae, Leiognathidae, Plotosidae dan Scatophagidae. Hasil pengukuran salinitas perairan pada saat pengamatan 0,0 – 27,8‰ atau terjadi peningkatan dibandingkan Februari. Perubahan komposisi ini diduga akibat terjadinya perubahan musim yang menyebabkan terjadinya perubahan arus. Perubahan musim ini juga akan berpengaruh pada tingkah laku ikan, biologi reproduksi dan migrasi, sehingga hasil tangkapan setiap musim akan mengalami perubahan (Prianto & Suryati, 2010).

Komposisi hasil tangkapan pada Agustus sebanyak 15 suku meliputi 23 jenis, merupakan jumlah jenis paling sedikit didapatkan dari empat trip pengamatan. Hasil pengukuran salinitas perairan pada saat pengamatan 4,8 – 27,2‰. Jenis yang mendominasi, yaitu: Udang Kaleng (Parapenaeopsis sculptilis) 28,80%, Ikan Gulama (Johnius macropterus) 28,27% dan Ikan Bulu-bulu (Polynemus dubius) 12,48%. Dari empat trip pengamatan Udang Kaleng selalu didapatkan. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok Udang Kaleng tersebar di seluruh lokasi pengamatan. Udang Kaleng pada ukuran juvenil dengan kondisi perairan yang baik terutama salinitas yang optimal dan

(6)

bersifat bergerombol sering ditemukan di perairan estuari (Holthuis, 1980). Ikan Gulama (Johnius macropterus) hidup di perairan laut, biasa ditemukan di perairan pantai yang dangkal (Kailola, 1987). Melimpahnya jenis-jenis Ikan Gulama dari suku Sciaenidae yang tertangkap diduga jenis ini merupakan penghuni perairan pantai yang dangkal (Rahardjo, 2006).

Komposisi hasil tangkapan pada Oktober sebanyak 27 suku meliputi 40 jenis (Lampiran 4), merupakan jumlah jenis terbanyak didapatkan selama pengamatan. Jenis-jenis yang didapatkan merupakan biota laut. Salah satu diantaranya Ikan Sembilang (Paraplotosus albilabris). Ikan Sembilang merupakan biota yang hidup di estuari dan laut (Allen & Erdmann, 2012). Hasil pengukuran salinitas perairan pada saat pengamatan 13,6 – 31,3‰. Dari empat trip pengamatan nilai salinitas tertinggi pada bulan Oktober, hal ini disebabkan puncak musim kemarau. Pada saat kemarau volume penguapan air semakin meningkat dan terjadi pemekatan volume air, sehingga konsentrasi salinitas lebih tinggi (Nurhayati & Suyarso, 2000). Jenis yang mendominasi, yaitu: Ikan Panting (Arius maculatus) 19,74%, Udang Bajang (Metapenaeus lysianassa) 14,47% dan Ikan Sembilang (Paraplotosus albilabris) 8,87%. Dari empat trip pengamatan Ikan Panting dan Udang Bajang selalu didapatkan. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok biota ini tersebar di seluruh lokasi pengamatan (Breder & Rosen, 1966; Holthuis, 1980).

Berdasarkan pada jenis biota perairan yang tertangkap minitrawl (75 jenis) dapat diketahui bahwa alat tankap ini mampu menangkap ikan dari berukuran kecil sampai besar dan jika hal ini dilakukan terus-menerus tanpa adanya pengaturan jenis dan meshsize alat tangkap, maka hal ini dapat mengancam populasi dan kelestariannya (Prianto & Aprianti, 2012; Widyawati et al., 2014).

KESIMPULAN

Komposisi hasil tangkapan lampara di estuari Sungai Barito berubah-ubah seiring perubahan musim. Komposisi jenis terbanyak didapatkan pada musim kemarau dengan kondisi perairan bersalinitas tinggi.

Saran

Diperlukan adanya pengaturan terhadap kelompok alat tangkap tidak selektif yang mampu menangkap berbagai jenis dan ukuran, untuk mendorong fungsi estuari sebagai habitat pemijahan (spawning ground), asuhan (nursery ground) dan mencari pakan (feeding ground) bagi organisme perairan dan jenis ikan.

PERSANTUNAN

Karya tulis ini merupakan bagian dari Kajian Stok dan Struktur Komunitas Sumber Daya Ikan Perairan Estuari Sungai Barito Kalimantan Selatan. Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BP3U) Palembang. Tahun Anggaran 2014.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, G.R. & M.V. Erdmann, 2012. Reef fishes of the East Indies. Perth, Australia: Universitiy of Hawai'i Press, Volumes I-III. Tropical Reef Research.

Anonim, 2010. Statistik Perikanan Kabupaten Banjar. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Banjar.

APHA., AWWA. & WEF. 2005. Standar Methods for Examination of Water &

Wastewater. 21st Edition. American Public Health Association 800 I Steet, NW.

Washington DC, page: 4-108 – 4-149.

BP3U, 2012. Dinamika dan Pemanfaatan Sumber Daya Ikan Periaran Estuari Sungai Barito Kalimantan Selatan. Laporan Teknis Penelitian. Balai Penelitian Perikanan

(7)

Perairan Umum (BP3U). Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. 2012.

BP3U, 2014. Kajian Stok dan Struktur Komunitas Sumber Daya Ikan Periaran Estuari Sungai Barito Kalimantan Selatan. Laporan Teknis Penelitian. Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BP3U). Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. 2014.

Breder, C.M. & D.E. Rosen, 1966. Modes of reproduction in fishes. T.F.H. Publications, Neptune City, New Jersey. 941 p.

Compagno, L.J.V., D.A. Ebert & M.J. Smale, 1989. Guide to the sharks and rays of southern Africa. New Holland (Publ.) Ltd., London. 158 p.

Ernawati, T., Nurulludin & S.B. Atmadja, 2011. Produktivitas, komposisi hasil tangkapan jaring cantrang yang berbasis di PPP Tegalsari, Tegal. Jurnal Lit. Perikan. Ind. Vol.17 No.3 September 2011: 193-200.

Holthuis, L.B. 1980. FAO Species Catalogue. Vol. 1. Shrimps and prawns of the world. An annotated catalogue of species of interest to fisheries. FAO Fish. Synop. 125(1):271 p. Rome: FAO.

Kailola, P.J., 1987. The fishes of Papua New Guinea: a revised and annotated checklist. Vol. II Scorpaenidae to Callionymidae. Research Bulletin No. 41, Research Section, Dept. of Fisheries and Marine Resources, Papua New Guinea. Kottelat, M., A.J. Whitten, S.R. Kartikasari & S. Wirjoatmodjo, 1993. Freshwater Fishes

of Western Indonesia and Sulawesi. Jakarta: Periplus Editions Limited: 293 hal. Lieske, E. & R. Myers, 1994. Collins Pocket Guide. Coral reef fishes. Indo-Pacific &

Caribbean including the Red Sea. Haper Collins Publishers, 400 p.

Motomura, H., 2004. Threadfins of the world (Family Polynemidae). An annotated and illustrated catalogue of polynemid species known to date. FAO Spec. Cat. Fish. Purp. Rome: FAO. 3:117 p.

Munro, I.S.R., 1955. The Marine and Fresh Water Fishes of Ceylon. Division of Fisheries, Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization, Cronulla, Australia. Walter and Eliza Hall Research Fellow in Economic Biology, University of Queensland, 1941-2. Technical Adviser to ministry of Industries, Industrial Research and Fisheries, Ceylon 1941. Published for Department of External Affairs, Canberra. 1955. 351 p.

Nurhayati & Suyarso, 2000. Variasi Temporal Salinitas Perairan Teluk Lampung. Jurnal Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 103-107 hal.

Peristiwady, T., 2006. Ikan-ikan laut ekonomis penting di Indonesia. Petunjuk Identifikasi. LIPI Press. 2006.

Prianto, E. & N.K. Suryati, 2010. Komposisi Jenis dan Biomasa Stok Ikan di Sungai Banyuasin. JPPI. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Vol.18 No.1. Jakarta. hal 1-8.

Prianto, E. & S. Aprianti, 2012. Komposisi Jenis dan Potensi Sumber Daya Ikan di Muara Sungai Musi. JPPI. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Vol.16 No.1. Jakarta. hal 1-81.

Rahardjo, M.F., 2006. Biologi reproduksi ikan blama, Nibea soldado (Lac.) (Famili Sciaenidae) di perairan pantai Mayangan, Jawa Barat. Ichtyos, Vol.5 No.2, Juli 2006: 63-68.

(8)

Riede, K., 2004. Global register of migratory species - from global to regional scales. Final Report of the R&D-Projekt 808 05 081. Federal Agency for Nature Conservation, Bonn, Germany. 329 p.

Sasaki, K., 2001. Sciaenidae. Croakers (drums). p.3117-3174. In K.E. Carpenter and V.H. Niem (eds.) FAO species identification guide for fishery purposes. The living marine resources of the Western Central Pacific. Volume 5. Bony fishes part 3 (Menidae to Pomacentridae). Rome, FAO. pp. 2791-3380.

Widyawati, A., A.D.P. Fitri & T.D. Hapsari, 2014. Analisis Teknis dan Ekonomi Alat Tangkap Arad (Genuine Small Trawl) dan Arad Modifikasi (Modified Small Trawl) di PPP Tawang Kendal. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology. Vol.3 No.3, Tahun 2014, Hlm. 228-237.

(9)
(10)
(11)

Gambar

Tabel 1. Stasiun Pengamatan
Tabel 2. Pengamatan Kualitas Air
Gambar 3. Nilai salinitas selama penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Sejalan dengan perkembangan jaman dan tehnologi, Rumah Sakit AR Bunda Prabumulih sudah dilengkapi fasilitas dan SDM yang mendukung, hingga saat ini Rumah Sakit AR

Hasil belajar peserta didik kelas kontrol disajilkan dalam tabel distribusi berikut ini. Tabel 4.15 Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Kontrol.. Berdasarkan tabel di atas dari 15

Eksplorasi- eksplorasi kasus deskripsi mengharuskan peneliti untuk menyajikan teori deskriptif, yang membangun kerangka kerja keseluruhan untuk diikuti peneliti sepanjang

Abstrak— Bendung adalah bangunan air yang dibuat melintang sungai, membendung aliran sungai dan menaikkan level muka air di bagian hulu.. Konstruksi bendung menyebabkan

Lebih lanjut, pada pasien yang tidak merespons terhadap antibiotika inisial 72 jam pertama, etiologi yang sering didapatkan adalah MRSA (33%), basil enterik gram negatif (24%) dan

Streptolisin O dapat menyebabkan hemolisis dari sel darah merah, akan tetapi bila Streptolisin O tersebut di campur lebih dahulu dengan serum penderita yang mengandung

Dari uraian tersebut di atas, terlihat dengan jelas bahwa kedudukan janda dalam hukum waris Islam, baik dari segi sebab adanya hak kewarisan maupun dari segi bagian yang

Penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang manajemen informatika yang difokuskan pada penyelesaian maslah menggunakan teknik Multi-Attribute Decision Making (MADM) dengan