EDISI 12 / D
esember
2015
ANGGUR MERAH
Koten Kelen Pulit Maran :
Religiositas
Gerbang Emas,
Dari Flores Timur
Jadikan
Desa
Valentinus Tukan,S.AP, Wakil Bupati Flores Timur
Dari Redaksi
Lewotana merupakan sebutan khas bagi Kabupaten Flores Timur. Sebutan ini mampu membangkitkan semangat serta menciptakan persatuan kokoh masyarakat Flotim yang tersebar di tiga pulau besar Flores, Adonara dan Solor. Gelekat Lewotana atau panggilan untuk berbakti kepada kampung halaman, selalu bergelora di mana pun anak-anak Lewotana berada.
Gelekat Lewotana telah menjelma menjadi sebuah ungkapan religiositas lokal. Keterlibatan aktif dalam berbagai aktivitas pembangunan merupakan sebuah ibadah yang memiliki nilai transendental. Leluhur diyakini selalu mengikuti ke manapun anak-anak Lewotana melangkah. Restu leluhur bisa terungkap dalam berbagai keberhasilan.
Sebaliknya, kegagalan menunjukkan kemurkaan leluhur. Dalam bahasa agamanya, ada dosa dan pengkhianatan terhadap wasiat yang telah diturunkan oleh nenek moyang. Reunifikasi hanya terjadi lewat proses pemulihan secara adat.
Spirit yang diusung oleh kebijaksanaan lokal ini sesungguhnya sejalan dengan upaya pemberdayaan masyarakat yang didengungkan dalam Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah. Mengedepankan semangat kebersamaan dalam membangun ekonomi lokal masyarakat desa.
Ungkapan Koten Kelen Pulit Maran dalam budaya Lewotana, memperlihatkan pentingnya kerjasama yang harmonis di antara berbagai unsur yang terlibat peningkatan ekonomi masyarakat desa mulai dari perangkat desa, PKM, pengurus dan masyarakat penerima manfaat dana tersebut. Harus ada etika bersama yang dijunjung.
Perangkat desa terlibat aktif dalam pengawasan, PKM dan Pengurus menunjukan pengabdian yang tulus, masyarakat penerima manfaat pun hendaknya memiliki rasa malu, bila tidak mengembaliikan dana bergulir tersebut.
Lewotana tidak pasif menanggapi Program Pemerintah Provinsi. Pemerintah Kabupaten Flores Timur melakukan replikasi lewat Program Gerbang Emas. Integrasi kedua program dengan jumlah dana yang sama diharapkan dapat menghantar masyarakat Flores Timur menuju kemandirian.
Untuk menopang harapan ini, Gelekat Lewotana hendaknya tetap terpatri dalam diri masyarakat. Bakti dan karya harus tetap menggelora di dalam hati dan sanubari no serta oa sebagai generasi penerus. Hukuman dan sanksi adat atau suku harus tetap ada agar proses pemberdayaan dapat berdaya guna mengurangi angka kemiskinan.
Semoga leluhur dan Tuhan Rera Wulan merestui semua upaya tulus Pemerintah Daerah …
Religiositas dan Pemberdayaan
PELINDUNG
Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Frans Lebu Raya
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Benny A. Litelnoni, SH, M.Si
Sekretaris Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
Fransiskus Salem, SH, M.Si
Asisten Administrasi Umum Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur
Ir. Alexander Sena
Kepala Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Timur
Ir. Wayan Darmawa, MT Ketua Pengarah
Kepala Biro Humas Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur
(Drs. Lambertus L. Ibi Riti, MT)
(Drs. Marsianus Jawa,M.Si)
Wakil Sekretaris
Inspektur Pembantu Wilayah I
(Drs. Kanis H.M Mau,M.Si) (Aplinuksi Asamani, S.Sos,M.Si)
(Maria Rosalinda Ndiwa,S.Sos)
PDE Inspektorat
(Tarsisius Apelabi,SE, MM)
Perencana Muda
(Yohanes A. Kore, S.STP)
Fungsional Umum Bappeda
(Maria T.R Parera,S.Si)
Fotografer
(Frits Isak Lake,S.Sos) (Kaletus Melek Moring)
(Eljunai Puay)
Desain Grafis
(Marcurius Bani Haba,SH) (Roland E. Nope, S.AP)
ANGGUR MERAH
Ijin : Hms.188.48/04/2015
Pemimpin Redaksi
Mengapa
Anggur Merah...?
9
11
4
14
16
22
26
30
33
23
35
37
19
38
Suara PKM
Gerbang Emas,
Dari Flores Timur
Valentinus Tukan,S.AP, Wakil Bupati Flores TimurJadikan
Desa
Sebagai ’Surga’
Kepala Bappeda Kabupaten Flores TimurTolong, Naikan
Besaran Pinjaman
Yakobus Peka
Saya Ini,
Cuman Abdi Lewotana
Siprianus Kopong Koli
Panggilan Toa
Desa Lebanuba
Sangat Membantu
Lambertus Kia PatiMasyarakat
Jangan Dibebani
Ketua Koperasi Kredit Olah Gelekat Helena Bali Open
Pendapat
Anak Muda
Juga Bisa..!
Kelompok Soulmate Glorious
Di Evaluasi
Masih Perlu
Kepala Desa Mokantarak
Budaya Malu Tinggi
Masyarakat Punya
Kepala Desa Hokeng JayaOleh : Saijidin Sengaji,S.Pd
Mengapa
Anggur Merah...?
udah lazim setiap
pemimpin merancang
program pembangunan
S
sebagai jawaban atas
panggilannya menjadi
pemimpin. Semua program
pembangunan itu muaranya
adalah kesejahteraan rakyat.
Kondisi dan konteks sosial
masyarakat yang berbeda
menyebabkan disain program itu
berbeda setiap pemimpin. Di
NTT para gubernur merancang
program pembangunan dengan
melihat kondisiDan konteks
sosial masyarakat NTT pada
masanya.
(Gerakan Meningkatkan
Pendapatan Asli Rakyat) dan
GERBADES (Gerakan
Membangun Desa) cocok dan
tepat.
Herman Musakabe melanjutkan
pembangunan sumber daya
manusia yang telah dirintis
Fernandez melalui 7 Program
Strategis Pembangunan.
Perkuatan pembangunan sumber
daya manusia dilanjutkan oleh
Piet Tallo pada masanya dengan
program Tiga Batu Tungku.
Sama seperti para gubernur
terdahulu, ketika Frans Lebu
Raya mengambil alih kemudi
NTT, pembangunan mulai
diarahkan kepada peningkatan
kesejahteraan manusia NTT.
Maka Program Desa Mandiri
Anggur Merah (DeMAM)
dirancang sebagai
pengejawantahan tekad
mengangkat dan meningkatkan
setiap zaman melahirkan
orangnya, dan setiap orang lahir
pada zamannya.
Gubernur WJ Lalamentik
menitikberatkan penataan
birokrasi pada masa awal
pembentukan propinsi ini.
El Tari mulai memasuki era
pembangunan dengan fokus
pada pertanian dan perkebunan.
Ben Mboi melanjutkan estafet
dengan tetap fokus pada
pertanian dan perkebunan.
El Tari dan Ben Mboi sangat
sadar, lebih dari 80 persen
warga NTT bermata pencaharian
petani dan tinggal di desa-desa.
Fokus program keduanya cocok
dan kena menjawabi konteks dan
situasi sosial masyarakat ketika
itu.
Pada masa Hendrik Fernandez
program sudah mulai mengarah
kepada peningkatan sumber
Program Anggur Merah
Program Desa
Mandiri
Anggur Merah
(DeMAM)
Program Anggur Merah
Dua tahun setelah menjabat
sebagai Gubernur NTT, Frans
Lebu Raya yang berpasangan
dengan sohib kentalnya Esthon
Foenay, melakukan langkah jauh
dengan membantu secara
langsung uang tunai Rp 250 juta
kepada masyarakat di desa-desa.
Terkesan pemerintah tampil
seperti sinter klas yang
membagi-bagi hadiah kepada
masyarakat.
Tetapi sejatinya, bantuan ini
merupakan langkah konkrit dan
langsung guna membantu
masyarakat keluar dari kubangan
kemiskinan.
Maka, desa yang dipilih
mendapat bantuan ini melalui
kriteria-kriteria tertentu. Lebih
dari itu, bantuan ini juga bukan
hadiah, tetapi dimaksudkan
sebagai modal usaha bagi
masyarakat. Bantuan ini bergulir
dari satu kelompok usaha ke
Bak gayung bersambut, DPRD
NTT ketika itu setuju dan sepakat
dengan pemerintah. Program
Desa Mandiri Anggur Merah
pun mulai jalan tahun 2011.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah didukung alokasi dana
APBD, yaitu dana segar
(fresh
money)
Rp 250 juta untuk
ekonomi produktif, Rp 50 juta
untuk pembangunan rumah
layak huni, pendamping
Operasional pengendalian
pembangunan tingkat desa,
kelurahan dan unsur tripika
yaitu pemerintah kecamatan
didukung Polsek dan Koramil
diharapkan dapat menciptakan
masyarakat desa/kelurahan
maju dan produktif.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah disinergikan
pelaksanaannya dengan PNPM
Mandiri, Program
Pro Rakyat
“Menciptakan masyarakat
desa/kelurahan yang
maju dan produktif”
Pro Rakyat
Program Hibah Lembaga
Internasional, CSR BUMN dan
Replikasi Program Desa Mandiri
Anggur Merah melalui APBD
Kabupaten/Kota serta partisipasi
masyarakat pada Gerakan Pulang
Kampung (GPK).
Untuk mendukung
pembangunan ekonomi pada
lokasi program Desa Mandiri
Anggur Merah, maka kemitraan
Bank NTT dan Bank mitra
lainnya, akan mendorong
kemitraan dengan Koperasi Desa
Mandiri Anggur Merah dan
Koperasi lainnya.
Optimalisasi strategi
pembangunan termasuk
suksesnya pelaksanaan Program
Desa Mandiri Anggur Merah
merupakan upaya mewujudkan
visi pembangunan daerah tahun
2013-2018 yaitu “Terwujudnya
masyarakat Nusa Tenggara
Timur yang berkualitas,
sejahtera, dan Demokratis, dalam
Bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia”.
Visi tersebut merupakan harapan
bersama untuk dapat
d
iwujudkan melalui sinergi
Investasi pembangunan
pemerintah, masyarakat, swasta,
asosiasi profesi, kelembagaan
agama dan kelembagaan
masyarakat.
Kebijakan program
pembangunan untuk
mewujudkan visi dan misi
p
embangunan dilaksanakan
melalui kebijakan 8 agenda
pembangunan, 6 tekad
pembangunan dan
Pembangunan Terpadu Desa
Mandiri Anggur Merah.
Delapan agenda pembangunan pemerintah provinsi didukung Kementrian/Lembaga
dan sinergi dengan program kabupaten/kota serta sumber pendanaan lainnya sebagai
berikut :
1.
Agenda Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kepemudaan dan Keolahragaan.
2.
Agenda Pembangunan Kesehatan.
3.
Agenda Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Pengembangan Pariwisata.
4.
Agenda Pembenahan Sistem Hukum dan Birokrasi Daerah.
5.
Agenda Percepatan Pembangunan Infrastruktur Berbasis Tata Ruang dan
Lingkungan Hidup.
6.
Agenda Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
7.
Agenda Pembangunan Perikanan dan Kelautan.
8.
Agenda Khusus: Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Pembangunan Daerah
Kepulauan, Penanggulangan Bencana dan Pembangunan Daerah Perbatasan.
Tujuan Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah :
1. Mengurangi angka kemiskinan melalui pengembangan usaha ekonomi produktif sesuai
keunggulan komparatif dan kompetitif desa/kelurahan;
2. Memberdayakan kelembagaan pedesaan yang dapat mendukung pelaksanaan empat tekad
pembangunan dan 8 agenda pembangunan daerah;
3. Menciptakan calon wirausahawan baru yang dapat membuka lapangan kerja baru yang dapat
meningkatkan produktivitas tenaga kerja di desa/kelurahan.
Program Anggur Merah
Sasaran Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah:
1. Meningkatnya kemampuan ekonomi dan daya saing desa/kelurahan sesuai dengan basis unggulan;
2. Meningkatnya pemerataan dan keadilan pembangunan di desa/kelurahan yang memiliki
persentase rumah tangga miskin tinggi;
3. Terwujudnya desa/kelurahan yang mandiri secara ekonomi dan bebas dari kemiskinan.
Sasaran
Lokasi Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah yaitu seluruh desa dan kelurahan di 1 kota dan
21 kabupaten se-Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pelaksanaan dilaksanakan dengan sasaran sebagai
berikut:
a. Tahun 2011-2013
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2011-2013 yaitu setiap kecamatan
dialokasikan 1 desa/kelurahan
b. Tahun 2014-2018
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2014- 2018 mengacu pada kriteria
sebagai berikut:
- 1 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 8
- 2 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 14
- 4 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 20
- 5 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa > 20
Tujuan Anggur Merah
Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah dilakukan dengan beberapa prinsip antara lain :
1. Pemberdayaan, upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dan kapasitas pemerintah
desa/kelurahan melalui pelaksanaan kegiatan yang berdampak langsung terhadap pemenuhan
hak-hak dasar masyarakat miskin serta keberlanjutan pelaksanaan fungsi-fungsi pelayanan
pemerintahan yang optimal;
2. Partisipatif, upaya mengedepankan keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan,
baik dalam bentuk pikiran, tenaga maupun material sehingga tumbuh rasa memiliki dan rasa
bertanggung jawab;
3. Demokratis, pengambilan keputusan dalam setiap tahapan kegiatan didasarkan atas
musyawarah-mufakat dan kesetaraan gender;
4. Bertumpu pada sumber daya lokal, penetapan jenis kegiatan didasarkan pada ketersediaan potensi
dan kecocokan kegiatan sesuai kebutuhan setempat sehingga tercapai daya guna dan hasil guna
pembangunan;
5. Efisiensi: menjamin pencapaian target program dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan
dana dan daya yang tersedia serta dapat dipertanggungjawabkan;
6. Efektivitas: pelaksanaan kegiatan harus mempertimbangkan prioritas masalah dan kebutuhan
masyarakat;
7. Transparansi: manajemen penggelolaan pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dilakukan
secara transparan dan dipertanggungjawabkan;
8. Keterpaduan dan keberlanjutan: pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dapat dilaksanakan
secara simultan dengan program-program pembangunan perdesaan lainnya dengan
memperhatikan keterkaitan dan keberlanjutannya, sehingga mampu menjawab berbagai persoalan
mendasar setiap desa/kelurahan.
Program Anggur Merah
Untuk keberhasilan program ini, setiap Desa/Kelurahan Anggur Merah didampingi seorang
pendamping kelompok masyarakat (PKM). Gaji dan biaya operasional PKM sebesar Rp 2.000.000/bulan
untuk PKM yang mendampingi 1 desa/kelurahan, dan Rp 2.500.000/bulan untuk PKM yang
mendampingi 2 desa/kelurahan.
(Tim redaksi)Dibantu PKM
Fokus
“Saya sangat yakin pasti ada dampaknya…
Terlihat ada perubahan di masyarakat, sebelum dan sesudah, hadirnya
Program Anggur Merah ini. Karena itu, sejak Tahun 2012, kami juga meluncurkan
Program Gerbang Emas. Ini bentuk dukungan Pemerintah Daerah Flores Timur”
egitu tanggapan Valentinus Tukan,S.AP, Wakil Bupati Flores
B
Timur, siang itu, Selasa (1/12). Rupanya, telah hadir juga saat itu Drs.Theodorus L. Hadjou, M.Si, Kepala Bappeda Kabupaten Flores Timur. Bertempat di ruang kerja wakil kepala daerah itu, Tim Peliputan
Valentinus Tukan,S.AP, Wakil Bupati Flores Timur
Mandiri Anggur Merah diterima ramah.
Kesan ramah kami dapat sejak awal, disapa staf tata usaha. Senyum ramah berikut datang dari orang nomor dua, di Kota Reinha itu. Bapak Yoseph Lagadoni Herin,S.Sos, Bupati, diinformasikan sedang
“Mohon maaf sebelumnya, Bapak Wakil Bupati. Kami sengaja tidak
Fokus
pembelajaran bersama” demikian pengatar Viktor Manek,S.Sos,M.Si, pimpinan rombongan, saat
menyampaikan maskud dan tujuan penugasan.
“Hampir semua desa sudah dapat program ini. Tentunya, program pemberdayaan seperti itu punya manfaat. Tim bisa langsung melihat sendiri di lapangan nantinya. Kami sepakat dengan konsep pemberdayaan seperti itu. Sejauh ini, kami tidak
mengalami masalah berarti. Secara umum, baik” demikian tambah Putera Waibalun itu.
Disebutnya, program replikasi itu juga memberi nilai modal yang sama besarnya, Rp.250 juta per desa.
“Sebelumnya, orang melihat tidak mungkin ada ternak ayam dan kambing di beberapa daerah. Contohnya, pada beberapa wilayah di Solor Timur. Sekarang, ada ternak ayam dan kambing. Usaha nelayan juga jalan bagus. Ada banyak usaha produktif yang digeluti masyakat” begitu cerita Valentinus mengisahkan hasil kunjungannya ke beberapa desa.
Diakuinya, kalau Program 'Gerbang Emas' belum mencapai seluruh desa yang ada di Flores Timur. Tetapi, hampir semua desa telah dijamah beberapa program pemberdayaan. Jika dihitung dengan sentuhan program Pemberdyaan ala Pemerintah Provinsi NTT, sebagian besar desa sudah terjangkau.
(LWL/hms)
Suasana wawancara siang itu, Ruang Kerja Wakil Bupati Flores Timur Selasa (1/12).
Fokus
emikian komentar awal Drs.Theodorus L. Hadjou,M.Si, Kepala
D
Bappeda Kabupaten Flores Timur, ketika diberi kesempatan berbicara. Masih dari ruang kerja Valentinus Tukan,S.AP, Wakil Bupati Flores Timur, wawancara tim lakukan. Menarik minat orang untuk kembali ke desa
digambarkannya.
Menurutnya, sekarang ini, tidak banyak orang mau ke desa. Karena itu, sedang juga
penjelasan Theodorus yang selalau nampak tersenyum hangat itu.
Membenarkan penegasan sang Wakil Bupati, mantan Camat Tanjung Bunga itu menambahkan. Gambaran pelaksaan program, kendala lapangan juga saran,
diutarakan beliau secara terbuka.
Cerita dari lapangan tugas juga dibagikan, pria beranak tiga itu. Pengalaman menjadi menjadikan Desa dan
Kecamatan sebagai 'Surga’. “Fokus kami sekarang ini adalah, pada penguatan kapasitas sumberdaya manusia. Untuk program
pemberdayaan ini, jelas sangat bermanfaat. Karena itu, fokus kami tidak lagi pada kucuran dana. Kami sudah merancang pembiayaan bagi Pemerintah Kecamatan, untuk berbagai tugas pendampingan di desa. Semua program yang ada di desa, harus juga menjadi
“Kami butuh pembinaan lanjutan. Program Pemberdayaan ini
sangat bermanfaat. Masyarakat sangat berterima kasih.
Hampir semua desa telah mendapatkan bantuan modal,
untuk usaha ekonomi produktif mereka. Aneka usaha masyarakat itu,
akan teman-teman jumpai nanti, saat peliputan”
Sebagai
Jadikan
'Surga'
Desa
Fokus
dikisahkannya. Saat itu, mereka mempedomani ketentuan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan Daerah.
“Usul kami, agar peran Pemerintah Kecamatan bisa diperkuat kembali. Jika dulu, camat mampu melaksanakan perannya sebagai kepala wilayah. Saat ini, Pemerintah Kecamatan cenderung terlibat pada urusan administratif saja. Kalau bisa, pola seperti dulu itu dibangun lagi. Tidak perlu ada UPTD yang banyak di
kecamatan. Pemerintah
Kecamatan bisa melaksanakan urusan-urusan pemerintahan itu” begitu usul Putera Lewolere Untuk disegani sebagai camat pun, tidak perlu mobil yang mahal. Cukup, dekat saja dengan masyarakat. Fasilitas kendaraan bisa menyesuaikan”
begitu jawaban Theodorus, menanggapai pernyataan usil tim.
Berkali-kali, lulusan APDN Tahun 1985 itu mengaskan pentingnya perhatian kepada desa, juga kecamatan. “Seusai pembahasan anggaran, kami akan usulkan dana koordinasi bagi kecamatan. Usulan dana koordinasi itu, untuk
memperlancar pendampingan camat terhadap program-program pemberdayaan di desa. Hingga Tahun 2015 ini, Program Anggur Merah telah menyentuh 145 desa/kelurahan, di Flores Timur. Untuk
pendampingannya, ditugaskan 64 orang Pendamping Kelompok Masyarakat (PKM)” urai mantan kepala bagian organisasi itu.
Sebelumnya, ia pun sempat lama menjabat pada Bagian Pemerintahan Sekretariat
Daerah Kabupaten Flores Timur. “Lima orang tenaga PKM telah kami berhentikan. Mereka tidak menjalankan tugasnya, memfasiltasi koperasi atau
Wawancara lanjutan bersama Drs.Theodorus L. Hadjou,M.Si, Kepala Bappeda Kabupaten Flores Timur
Kelompok-kelompok usaha masyarakat. Beberapa orang diantaranya, belum diganti. Tetapi, kami telah menunjuk PKM yang ada untuk
membantu. Surat Tugas Sementara untuk PKM pengganti, sudah kami terbitkan” begitu katanya menerangkan.
Terkait keberadaan Badan Usaha Miliki desa (BUMdes), kami pun meminta pendapat beliau. Menurutnya, kehadiran BUMdes dapat lebih
Fokus
“Tinggal ganti baju saja. Bagi desa yang sudah memiliki koperasi, tidak perlu
membentuk BUMdes baru lagi. Masuk menjadi penyertaan modal saja bagi BUMdes. Bagi desa yang belum tersentuh program, dengan koperasi sebagai wadahnya, perlu menjadi prioritas dibentuk BUMdes” kurang lebih seperti itu tanggapan beliau, menyikapi hadirnya Undang-Undang Desa.
Disampaikan juga bahwa BPMPD tengah giat membangun sistem aplikasi keuangan di desa. Bersama AIPD, setidaknya telah difasilitasi pembuatan SIMDA desa pada dua desa. Desa Mokantarak di Larantuka dan Desa Nulang di Kecamatan Adonara, disebutnya sedang diuji coba denga sistem aplikasi berbasis web itu.
Beliau pun kemudian mengajak kami ke Kantor Bappeda. Beberapa orang PKM telah menunggu kami. Sengaja, kami pun tidak memberikan informasi resmi terkait
kedatangan kami, kepada para PKM.
“Harapan kami, Dana Anggur Merah tetap jalan. Dana itu untuk penguatan usaha
ekonomi produktif masyarakat. Program Gerbang Emas
memberi dukungan. Sehingga, sumber dana lainnya, bisa kami peruntukan bagi pembangunan infrastruktur desa“ pungkasnya sambil tersenyum.
Setelah mendapatkan wejangan yang cukup, kami menemui para PKM yang sudah menunggu. Pembagian tim kami lakukan untuk mengunjungi 19 kecamatan di Tanah Lewo, Tanah Lamaholot, Flores Timur.
Empat tim kami sepekati. Tim satu bertugas mengunjungi desa-desa di Kecamatan Tanjung Bunga, Lewolema, Ile Mandiri dan Larantuka. Tugas tim dua, menyisir desa-desa di Wilayah Kecamatan
Wulanggitang, Ile Bura,
Titehena dan Demon Pagong. Untuk tim tiga, ditugaskan menyusuri wilayah Adonara Daratan. Terdapat delapan Kecamatan di sana. Kecamatan Wotan Ulumado, Adonara Timur,
Ile Boleng, Witihama,
Klubagolid, Adonara, Adonara Barat dan Adonara Tengah.
Tim empat bertugas pada wilayah desa-desa dalam Kecamatan yang ada di Kepulauan Solor. Tiga Kecamatan di sana adalah Solor Barat, Solor Timur dan Solor Selatan. Bagaimanakah hasil liputannya...?
Mari ikuti kisah-kisah kami berikut ini....
(LWL/hms)
Tolong, Naikan Besaran Pinjaman
“Waktu itu, kami minta Rp.50 juta. Tapi, kami cuman dikasi Rp.10 juta saja.
Sebenarnya, kami mau pinjam lebih besar. Rp.100 juta juga kurang,
kalau musim mete, Rp.50 juta juga habis. Musim Kopra, kemiri, cokelat
juga lumayan”
kepada kami. Dengan adanya program ini, kami merasa tertolong. Saya lihat, usaha masyarakat yang lain juga jalan” begitu tanggapan awal Yakobus terkait hadirnya Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah di tempatnya.
“Keuntungan kami bisa mencapai Rp.6 juta per bulan. Saat musim panen dimulai di bulan enam (Juni). Sampai Bulan Sembilan (September), masih juga ada hasil komoditi. Kami sampai kewalahan, membeli hasil mete dari masyarakat. Kadang-kadang, masyarakat juga tukar dengan beras saja. Jadi, kami juga jual beras di sini” begitu keterangan
Bersama tim (kiri) dan Siprianus Kopong Koli, Kepala Desa Koli Lanang (kanan), kami melakukan wawancara di dalam kios mereka
Yakobus menjawab pertanyaan kami.
Bersama Siprianus Kopong Koli, Kepala Desa Koli Lanang, kami diberi kursi saat wawancara dalam kios mereka. Setelah menyampaikan maksud kedatangan, mereka pun mempersilahkan kami untuk duduk.
Kami dibolehkan juga
mengambil gambar. Terutama, foto beberapa komoditi yang masih ada di dalam kios itu. Setelah mendengar, bolehnya memberi usul, saran dan kritik mereka pun lebih terbuka lagi. Beberapa kali, mereka
mengulangi permintaan tambahan dana.
egitu komentar Yakobus Peka (50), saat kami datangi tempat
B
usahanya. Ditemani Imelda Abong (41), sang istri, mereka menceritakan tentang
pengalaman mereka menjadi anggota Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Pohe Pore.
Pasangan suami-istri beranak tiga itu, menerima kami di tempat usaha perkiosan mereka. Kios Gelekat Lewo, namanya. Kalo diartikan dalam bahasa Indonesia, kurang lebih artinya adalah pelayanan untuk orang banyak (desa).
“Terim kasih kepada
Pemerintah Provinsi NTT, yang sudah memberi perhatian
“Program ini, manfaat banyak ini. Kami termasuk peminjam tahap pertama. Setiap bulan kami cicil sebesar Rp.615,500,- Karena pinjaman kami tidak dilayani sebesar usulan, kami cari pinjaman tambahan di tempat lain. Kalau seperti itu, bisa-bisa kami jadi nasabah di tempat lain. Jadi, tolong kasi naik besaran pinjaman lagi” demikian tambah Imelda Abong, sang istri.
Dari cerita mereka, terungkap juga kalau permintaan
tambahan dana mereka sempat membuat pusing kepala desa. Pada satu sisi, kepala desa tahu hasil kerja kios mereka. Pada
Yakobus Peka
Imelda Abong, istri Yakobus
harus bertindak adil. Menolong masyarakat lain yang juga membutuhkan.
Karena itu, sebenarnya, mereka juga mengerti kesulitan bapa desa dan pengurus koperasi. Terungkap juga, jika usaha jual beli hasil komoditi pasangan itu sudah digeluti sejak kira-kira 13 tahun lalu. Saat itu, anak
pertama mereka masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
“Pinjaman kami di koperasi, adalah untuk tambahan modal usaha saja. Bukan menjadi tempat untuk pinjaman utama. Kami juga sudah memulai usaha ini sejak anak kami masih kecil” seperti itu keterangan yang terlontar.
Saat disinggung tentang pandangan negatif beberapa pihak, mereka pun nampak tidak setuju. Bagi mereka, para pihak yang berkomentar miring itu, tidak merasakan manfaat program. Bisa saja, ungkapan itu keluar dari masyarakat, yang juga belum mendapatkan
sentuhan program dana Desa Mandiri Anggur Merah ini. “Kalau Dewan kan tidak
rasakan bantuan ini. Walaupun anggota dewan komentar bagaimana bagaimana, kita tetap jalan saja… Yang merasakan manfaat kan kami masyarakat” begitu
komentarnya tanpa terlihat nada menggugat.
(LWL/hms)
“Kalau kita bekerja dengan hati, semua pasti aman ka ama.
Tapi, kalau kita kerja hanya pakai otak saja, pasti kacau ka…
Prinsipnya, jangan berpikir proyek. Saya jaga nama baik keluarga.
Saya tidak mau, besok-besok anak istri malu, karena korupsi”
ngkapan pernyataan dengan dialeg Adonara itu terlontar dari mulut
U
Siprianus Kopong Koli. Dia adalah Kepala Desa Koli Lanang.
Desa itu merupakan salah satu penerima manfaat program dalam wilayah Kecamatan Adonara, di Tahun 2014. Desa dengan 1.228 jiwa penduduk itu memilki sebuah Koperasi
Cerita Sukses
Saya Ini,
Cuman Abdi Lewotana…
Mereka menamakannya dengan sebutan KSP. Pohe Pore. Koperasi itu memilki 11
kelompok, dengan 134 orang anggota aktif.
“Terima kasih pak Gubernur. Dengan adanya program ini, masyarakat terbantu. Tahun depan, saya rencanakan ada penyertaan modal dari desa untuk koperasi. Kalau BUMdes sudah terbentuk, akan kami
koperasi melalui BUMdes itu. Dengan dukungan Badan Pengurus Desa, masyarakat desa kami pasti sejahtera. Fivety, Fivety. 50% untuk pembangunan desa, 50% lagi untuk koperasi/BUMdes” begitu rencana pria beranak delapan itu.
Rasa letih perjalanan kami di hari ke tiga itu seakan terobati, sejak bertemu dengannya.
Cerita Sukses
senyum. Banyak guyonan
terlontar kemudian. Senyumnya, terus menghiasi wajah pria asli Desa Koli Lanang itu.
“Kalau BUMdes sudah kuat, desa bisa mandiri. Kita bisa pekerjakan anak-anak muda di desa. Terlalu banyak peluang. Contoh saja, BUMdes bisa menjual kebutuhan sembako, dengan harga yang lebih murah. Caranya, kita langsung ambil beras dari Makasar. Harga bisa ditekan. Bisa di bawah Rp.553 ribu per 50
Kilogram karung beras” katanya optimis.
Menurutnya, harga beras mahal karena panjangnya rantai distribusi. Setidaknya melewati tiga tangan. Ongkos kapal, gudang dan harga yang ditetapkan distributor, membuat barang lebih mahal.
Sebelumnya, kami mendapati para pengurus koperasi di kantor desa itu, dengan
beberapa tumpukan uang. Ada pecahan Rp.100 ribu dan Rp.50 ribu tersusun rapi, diberi lipatan berbatas. Tumpukan uang receh, terlihat sedikit terhalang beberapa gepok dan lembaran pecahan uang kertas lainnya.
Pemerintah sudah beri
perhatian. Kita manfaatkan saja bantuan yang ada, dengan sunggug-sungguh. Panggil saja saya, mas Pri...” begitu katanya memperkenalkan diri, sambil tersenyum lagi.
Bagi pria yang menjabat sejak Tahun 2014 itu, mengurus Negara itu tidak sulit. Mengurus desa juga tidak sulit. Asalkan, niat kita untuk 'Galekat' (Galekat
= Melayani Masyarakat, dalam terjemahan bahasa setempat).
Salah satu pengurus koperasi sedang menghitung uang yang masuk. Nilai sementara, uang masuk saat itu adalah Rp.30.137.000,-.
Total uang sementara siang itu adalah Rp.30.137.000,-. Hari itu adalah hari yang disepakati anggota koperasi untuk
bertransaksi. Yah, tanggal 3 setiap bulannya. Ada anggota yang mengembalikan cicilan. Ada juga anggota yang menunggu layanan pinjaman.
Cerita Sukses
digunakan sebagai penambahan modal bagi koperasi” begitu tambah Rufus.
Dalam diskusi kami, terungkap juga banyaknya koperasi dan perbankan yang beroperasi melayani warga desa. Ada juga Lembaga Keuangan Mitra. Beberapa program pemberdayaan, pernah juga diterima desa itu.
Akan tetapi mereka optimis, masyarakat lebih memilih koperasi mereka. Pinjaman dengan bunga rendah menjadi pemikat. Kalau di tempat lain, berlaku pinjaman yang lebih besar. Rata-rata di atas 1%.
Dari Desa Sukutokan, kurang dari satu jam lamanya
perjalanan kami, menuju desa itu. Kami melintasi beberapa desa. Desa Redong, Desa Hinga, melewati Kantor Camat Klubagolit.
Selanjutnya, ada Dusun Lamawuran, Desa Lamabunga. Arah Utara perjalanan itu, akan kita jumpai tikungan kiri.
Menapaki rute tanjakan menuju ke Desa Mangaaleng. Setelah melintasi lahan perkebunan warga, akhirnya sampai juga di Desa berpenduduk 303 Kepala Keluarga. Itulah desa tujuan kami. (LWL/hms)
Keterangan lain, kami dapatkan juga dari beberapa pengurus lain yang hadir saat itu. Walau harus melayani, Rufus Kopong mau juga menjawab pertanyaan konfirmasi kami. Dia adalah Bendahara koperasi, sekaligus Kepala Urusan Umum, di Desa Koli Lanang itu.
“Saat ini, kami telah melayani 14 kali perguliran. Jumlah uang perguliran pada tanggal 11 November itu adalah sebesar Rp.277.500.000,-.
Realisai tahap pertama dilakukan pada Bulan September 2014 lalu. Untuk putaran pertama itu, dilayani pinjaman sebesar Rp.2 juta hingga Rp.10 juta. Maksimal waktu pengembalian adalah 1,5 tahun” demikian keterangan pria 42 tahun itu.
“Kami berlakukan bunga pinjaman sebesar 0,6 % dari pinjaman setiap bulannya. Hasilnya, dalam setahun bisa mencapai Rp.20 juta.
Peruntukan bunga pinjaman itu adalah bagi koperasi dan pengurusnya. 0,2 % untuk operasional desa dan 0,4% Dia percaya, tidak perlu
khawatir untuk urus masyarakat banyak. Kalau kerja untuk Lewotana, pasti diberi jalan. Kata-katanya membuat kami juga tersentak.
Tentang peran tenaga pendamping, beliau menilai cukup baik. Setiap waktu pencairan, pria bercucu satu itu mewajibkan kehadiran PKM.
Kalau ada kendala, PKM juga diminta menyelesaikannya terlebih dahulu. Jika tidak, beliau tidak akan
menandatangani laporan bulanan sang PKM.
Dalam wawancara kami siang itu, beliau terus memberi senyum tenang. Sesekali, raut serius terlihat juga, saat menjawab pertanyaan kami. Pria 51 tahun itu, nampak lebih mudah dari usianya.
Postur tinggi tubuhnya, dengan perawakan kalem mengenakan jeans biru, membuat kami sempat
meragukannya, sebagai kepala desa. Ternyata, banyak pesan moral kami dapatkan. Dalam
gurau lucunya, kami menyimak Pengurus koperasi yang tetap setia menuggu setoran para anggota koperasi Wilhelmus Wadang Sabon,
Cerita Sukses
Panggilan Toa
“Kami panggil Nama Suku, pakai Toa dari Kantor Desa. Sebelum lengkap,
uang tidak boleh keluar. Kami tunggu sampai datang setor,
sebab anggota baru menunggu. Karena yang dipanggil adalah Nama Suku,
orang jadi malu, kalau terlambat setor”
egitu cerita Maria Edeltrudis Sabu Ola, Ketua Koperasi Nuba
B
Laga Doni, di Desa Lebanuba kepada kami siang itu (3/12). Salah satu desa di Kecamatan Ile Boleng itu memiliki lima kelompok usaha, dengan sebutan nama suku, pada masing-masing nama kelompoknya.
Lima kelompok yang ada, memang menggunakan nama suku. Kelima nama kelompok itu adalah Balepapan, Lamalouk, Dosinaen, Ata Kelan dan Laganaen.
Pemanggilan menggunakan alat pengeras suara (toa) dari kantor desa, juga sudah
disepakati. Dengan letak kantor desa yang berada di daerah ketinggian, semua warga dapat mendengar dengan jelas, nama kelompoknya disebut.
Hal itu telah menjadi salah-satu aturan main, yang
disepakati bersama. Total jumlah anggota Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) itu adalah sebanyak 81 orang.
“Kami, pengurus koperasi berurusan dengan pengurus kelompok saja. Kalau satu orang anggota macet, pasti bikin macet kelompoknya. Kami panggil nama kelompoknya saja. Biasanya, kalau anggota
masih baru, pasti marah-marah sedikit. Tetapi setelah itu, langsung menyesuaikan. Habis mau bagaimana lagi. Sudah jadi kesepakatan bersama, sejak awal pembentukan
koperasi” begitu tambah lulusan
KSP itu menyepakati
pengembalian setiap tiga bulan sekali (triwulan). Untuk
mengaktifkan kelompok, pengurus koperasi memberi kepercayaan kepada pengurus kelompok mengurus
Cerita Sukses
Kewajiban yang harus dipenuhi anggota koperasi antara lain adalah, menyetor simpanan pokok sebesar Rp.50 ribu. Simpanan wajib, nilainya cuman Rp.5 ribu per bulannya. Untuk bunga pinjaman
disepakati besarannya adalah 1 %.
Beberapa kesepakatan baru, dilahirkan koperasi yang melaksanakan RAT pada tanggal 5 Agustus 2015 lalu itu. Besaran simpanan pokok dan simpanan wajib dinaikan, sedikit lebih besar dari tahun buku pertama. Simpanan pokok menjadi Rp.100 ribu. Simpanan wajib menjadi Rp.10 ribu. Jadi, anggota kelompok
menyetor kepada pengurus kelompok. Biasanya setiap tanggal 28 bulan ke tiga itu, kelompok meneruskan setoran tiga bulanan pinjamannya kepada koperasi.
“Cash on hand tidak ada pak. Uang yang masuk, langsung digulirkan kepada
anggotakoperasi baru. Yang penting uang beredar, daripada koperasi pegang uang kes” begitu jawab ibu beranak satu itu, ketika kami menanyakan jumlah asset koperasinya hari itu.
Kami sempat terhentak juga, mendengar ibu usia 32 tahun itu menggunakan istilah Cash on hand dengan lugasnya.
Dilaporkan, untuk jumlah uang yang berputar telah mencapai angka lebih dari Rp.463 juta. Aset kas koperasi sendiri sudah lebih dari Rp.266,933 juta. Informasi ini cocok dengan laporan perkembangan bulanan dan pembukuan koperasi itu.
Mudah, untuk menjadi anggota koperasi yang sudah melakukan Rapat Akhir Tahun (RAT) itu. Asalkan peminjam adalah warga asli desa, sudah dewasa dan berpenghasilan sendiri.
Turut hadir bersama kami ketika itu, Mikael Notan Leir, Kepala Desa Lebanuba dan Emanuel Simon, Sekretaris Koperasi Nuba Laga Doni. Sajidin Sengaji,S.Pd, si Pendamping Kelompok Masyarakat (PKM) bersama Ariston Kolot Ola, Sekcam Adonara Tengah. Pak Sekcam dan PKM itu, tetap setia menemani perjalan kami.
“Saya sendiri, baru tahu kalau ada cara seperti itu juga, di Adonara. Memanggil nama suku, menggunakan pengeras suara dari kantor desa.
Sebelumnya, saya pernah mendengar cerita itu, dari
Suasana wawancara bersama Kepala Desa Lebanuba (kiri) dan Pengurus Koperasi Nuba Laga Doni
Cerita Sukses
beberapa orang yang melakukan studi banding ke Bali. Ternyata di sini juga ada. Jadi, kalau begitu, tidak perlu studi banding jauh-jauh. Datang saja ke sini, ke Koperasi Nuba Laga Doni, Desa Lebanuba Kecamatan Ile Boleng”
demikian komentar Ariston yang berkali-kali menegaskan
kapasitas kehadirannya, bukan sebagai Sekcam Adonara Tengah.
Dalam tanggapan awalnya, banyak apresiasi positif diutarakan kepala desa yang mulai menjabat di Tahun 2013 itu. Apalagi, selain bantuan modal usaha melalui program Anggur Merah, juga diberikan bantuan P2LDT dengan lima unit rumah.
Masyarakatnya bergotong royong, membuat seluruh rumah itu, permanen. Menurutnya,
respon positif masyarakat sangat jelas terlihat. PKM atas nama Sajidin Sengaji,S.Pd juga dinilainya cukup aktif. Mereka bahkan telah menganggapnya, sebagai keluarga sendiri. “Niat membentuk koperasi, sudah ada sejak awal masa jabatan saya. Kami
berkeinginan memiliki modal segar yang bergulir di desa. Waktu itu kami kesulitan modal. Saya dan masyarakat sangat Senang, begitu mendapatkan informasi bahwa desa kami juga mendapatkan bantuan program Anggur Merah” begitu kata kepala desa yang
mendapatkan bantuan program di Tahun 2014 lalu.
Usulan sederhana datang dari Emanuel Simon, Sekretaris Koperasi Nuba Laga Doni. “Kami usulkan untuk dibuatkan website khusus Program Anggur Merah. Mengingat, koperasi adalah salah-satu tekad Pemerintah Provinsi NTT. Koperasi, telah menjadi program yang diunggulkan juga. Apalagi sekarang ini, akses internet di desa sudah bagus” usul pria 29 tahun, yang masih membujang itu. (LWL/hms)
Cerita Sukses
Sangat Membantu
“Bantuan ini sangat membantu kami. Saya sudah jual sampai 28 ekor anak babi.
Satu ekor anak babi di sini, laku terjual dengan harga Rp.500 ribu per ekor.
Itu belum dari hasil penjualan minyak kelapa…”
egitu komentar
Lambertus Kia Pati, salah satu anggota kelompok
B
Suku Dosinaen. Warga Desa Lebanuba itu, tercatat sebagai salah satu anggota Koperasi Simpan Pinjam(KSP) Nuba Laga Doni. Pria 42 tahun itu, tercatat juga sebagai anggota koperasi yang memilih usaha peternakan babi.
“Mulanya, saya memelihara satu ekor jantan dan dua ekor betina saja. Sekarang, pak bisa lihat sendiri hasilnya. Mari, kita lihat ke belakang” katanya sambil mengajak kami ke belakang rumah, melihat kandang babinya.
Lambertus mendapatkan pinjaman sebesar Rp.16 juta. Pinjaman yang cair di tanggal 28 Juni 2014 itu, digunakannya untuk membeli babi.
Saat kunjungan kami pagi itu, pria beranak dua itu telah memiliki beberapa buah
kandang. “Yang lain sudah jual. siapkan mengganti betina. Orang sudah tahu, kalau saya tidak pakai makanan toko. Biasanya mereka datang beli ke sini. Tidak usah capai-capai lagi jual ke pasar” terangnya bangga, karena bisa mengolah
Pagi itu, kami mendapati beberapa orang ibu sedang berkumpul, persis di depan jalan menuju ke rumah ayah beranak dua itu. Mereka
mengenakan pakaian bercorak adat dengan balutan sarung bermotif adonara. Dominan, hitam warnanya. Rupanya, warga sedang berduka. Salah toko.Kasih saja makanan alamiah. Ada ampas kelapa, ubi, pisang, semua dari kebun sendiri. Saya juga masak
minyak kelapa. Ampasnya, saya kasih makan Babi. Minyaknya,
saya jual untuk kebutuhan sehar-hari. Satu botol minyak kelapa di sini harganya Rp.6 ribu sampai Rp.7 ribu” begitu kata istri Yuliana Benga Rotok itu, yang terlihat berusaha merendah.
Wiraswasta adalah jawabannya, ketika ditanya tentang pekerjaan pokoknya. “Saya ini wirausaha dari awal.
Cerita Sukses
Masyarakat Jangan Dibebani
“Program ini hadir
dengan tujuan untuk
mengentaskan
kemiskinan juga.
Karena itu masyarakat
jangan dibebani
dengan aneka
anggota sebesar Rp.50
ribu, kami kembalikan “
egitu komentar awal Yohanes Hadung, Ketua Koperasi Kredit Olah
B
Gelekat. “Awalnya, anggota koperasi dipersyaratkan dengan simpanan pokok dan simpanan wajib. Simpanan pokok
besarnya Rp.50 ribu. Simpanan wajib Rp.5 ribu per bulan. Menurut saya, itu tidak benar. Membebani anggota. Setiap orang yang meminjam di koperasi ini, langsung menjadi anggota. Mereka juga otomatis berhak mendapatkan 30% sisa hasil usaha, saat Rapat Akhir Tahun” demikian tambah pria beranak tiga itu dengan semangat.
Sesuai laporan
pertanggungjawaban badan pengurus koperasi, modal koperasi mereka telah
berkembang menjadi Rp.365,5 juta. Informasi itu cocok dengan pinjaman. Total anggota
koperasi sebagaimana laporan RAT, 30 September 2015 itu adalah sebanyak 52 orang.
“Modal awal Rp.250 juta, telah berkembang
menjadi lebih dari Rp.365 juta di tanggal 30 September 2015. Kalau sampai dengan Bulan Oktober,
nilainya mencapai Rp.402 juta. Rp.36 juta, telah terpinjam sebesar Rp.36 juta oleh empat orang anggota baru. Untuk Bulan November, sedang kami hitung kembali…” jelas ketua koperasi, yang biasa disapa Roy itu.
Ia nampak sangat energik, bersemangat menjelaskan koperasinya dengan berbagai tantangan yang dihadapi. Semangatnya, bisa terbaca dari obrolan sore itu Selasa (1/12).
Yohanes Hadung,
Ketua Koperasi Kredit Olah Gelekat
Jawaban-jawaban lugas, semakin terlontar lancar, setelah mengetahui tujuan peliputan kami itu. Kami meminta pengurus dan kepala desa menceritakan saja apa adanya. Informasi mereka itu,
selanjutnya kami konfirmasi dengan pembukuan dan temuan bersama anggota kelompok.
Cerita Sukses
“Tidak akan ada kejadian dalam koperasi ini, anggota mereka meminjam juga di tempat lain. Koperasi di sini memang banyak. Tetapi kami juga mengecek usulan anggota. Kalau mereka masih pinjaman di tempat lain, tidak akan kami layani. Jelasnya, kehadiran koperasi Anggur merah ini sangat membantu masyarakat. Karena itu, anggota sepakat untuk memberlakukan biaya
administrasi 5%, hanya untuk pelaksanaan RAT dan biaya administrasinya” tambah ketua koperasi yang juga seorang sarjana itu. Ia menyelesaikan pendidikan hukum di tahun 2012, pada salah satu universitas di Surabaya.
Disebutkannya juga, setelah RAT Tahun buku pertama itu, dicapai beberapa kesepakatan baru bersama para anggota jaminan, walupun cuman fotocopy saja. Bisa BPKB
kendaraan atau sertifikat tanah sebagai jaminannya.
Pembagian presentasi juga dibuat lebih besar untuk
anggota. Berlaku juga pungutan Rp.10 ribu per bulan untuk tiap anggota” begitu keterangan pria 40 tahun itu.
Turut hadir memberi
keterangan hari itu, Filomena Nona (44), Kepala Desa Klukeng Nuking. Bersamanya, hadir juga Wilfrida Ina Wai, Bendahara
Sekretaris Koperasi Kredit itu. Keterangan lain kami dapatkan juga dari mereka. Teknik
konfrontasi kami gunakan juga, untuk mengecek kebenaran informasi lisan.
“Pendamping Kelompok Masyarakat (PKM) sering buat pendampingan, jadi
masyarakat termotivasi. Tiap tanggal 12 dalam bulan, anggota koperasi wajib hadir. Kantor desa ini dipakai juga sebagai kantor koperasi. Kalau ada yang macet, kami langsung turun ke rumahnya. Saya lihat, koperasi lain tidak disertai dengan pendampingan. Asal cicilan lancar saja. Beda dengan PKM kami ini, setoran lancar. Kehadiran koperasi ini sangat
membantu masyarakat. Terutama di saat curah hujan tidak jelas seperti ini” begitu tanggapan Ibu Kepala Desa yang sudah sudah ditinggal suaminya yang meninggal itu.
Pujian berkali-kali Kepala Desa dan Pengurus Koperasi, dialamatkan kepada Antonia, si PKM Desa
Filomena Nona,
Kepala Desa Klukeng Nuking PKM Kluking NukingAntonia,
Hujanan pujian itu membuat PKM itu tersenyum malu. Hasil kunjungan kami ke anggota kelompok juga membenarkan pujian itu. Anggota kelompok terlihat sangat dekat
dengannya.
“Untuk pemerintah desa, bantuan dana segar ini sangat membantu upaya kami
mensejahterakan masyarakat. Kami prioritaskan usulan anggota yang sudah memilki usaha. Kalau sudah ada usaha, baru kami support. Prioritas mensejahterakan masyarakat. Kami prioritaskan usulan
Wilfrida Ina Wai,
Cerita Sukses
anggota yang sudah memilki usaha. Kalau sudah ada usaha, baru kami support. Prioritas bantuan bagi usaha-usaha kecil, dengan modal tambahan hingga Rp.3 juta. Tim verifikasi tetap turun, mengecek kondisi mereka yang usul. Tetapi kami masih banyak kekurangan juga. Untuk pembukuan koperasi, kami masih gunakan yang sederhana. Yang penting, kami mengerti saja. Karena itu,kami usul pelatihan, supaya
administrasi koperasi yang sebenarnya bisa kami gunakan” tambah ibu beranak empat itu.
Turut menambhakan keterangan Wilfrida Ina Wai, Bendahara Koperasi Olah Gelekat itu. Mulanya dia agak canggung dan malu. Rupanya, ada perasaan minder karena hanya berpendidikan setingkat SLTP.
“Sering pak ketua tersinggung, karena
menurutnya, administrasi saya terlalu kaku. Menurut saya, administrasi pakai omong saja tidak bisa. Uang itu bukan saya punya milik, itu milik bersama. Jadi harus ada formulir
persetujuan yang
ditandatangani pak ketua. Kalau pak ketua telpon saja, saya tidak layani. Tetapi saya senang, karena masyarakat percaya saya. Saya juga jadi bisa belajar berkoperasi. Saya mau belajar” demikian kata wanita 36 tahun itu.
Setelah wawancara bersama pengurus koperasi dan aparat desa, kami lanjutkan dengan mengunjungi beberapa anggota kelompok penerima manfaat. Kadang-kadang, metode ini kami balik. Kami langsung menjumpai anggota penerima manfaat terlebih dahulu, sebelum bertemu pengurus
Usaha sayur mayur, terong milik anggota lainnya Salah satu jenis usaha batu merah yang dilakoni oleh Gabriel Reo
Mau Minta,
Nana le
…
“Pada perguliran kedua, kelompok kami mendapat pinjaman dana sebesar
Rp 5 juta. Namun setelah pencairan yang dilakukan bersama Kepala Desa lama
di kantor Bank NTT, sang kepala desa langsung menilep uang tersebut.
Mau minta dan menuntut uang tersebut, masalah nana le….”
Cerita Sukses
al ini disampaikan oleh Helena Bali Open , Ketua Kelompok
H
Sederhana yang ditemui tim buletin di teras kantor desa setempat. Panas dan gerah masih terasa menusuk meski sore menjelang.
Saat kami tiba di kantor desa, suasana kelihatan lengang. Hanya tampak dua pegawai perempuan yang menyambut Kedatangan tim buletin Anggur Merah. Tak berapa lama kemudian beberapa warga penerima manfaat program Anggur Merah yang digulirkan pada tahun 2011 datang
menyambangi kami. Situasi pun berangsur ramai.
“Minta maaf bapak, kepala Desa sedang berada di Larantuka untuk mengikuti suatu kegiatan. Kalau pulang cepat, dia akan langsung bergabung dengan kita. Sementera itu, sekretaris Desa sedang dihubungi dan katanya dalam perjalan menuju kandor desa ini,” jelas seorang Ibu yang kemudian diketahui menjabat sebagai kaus pemerintahan desa.
Menanggapi hal ini, kami hanya mengangguk pelan dan
memaklumi keadaan.
Angin sepoi-sepoi senja mulai menghantam. Bola mata mulai
Letek Open. Beliau sudah memutuskan untuk merantau ke Malaysia dan belum tau kapan pulang lagi,” jelas Bapak Paulus Doweng, mantan sekretaris desa Lamika tahun 1978 hingga 1993.
Pria beranak empat ini kembali dipilih sebagai sekretaris Desa pada tahun 2001-2014 setelah sebelumnya menjabat Kaur Pemerintahan pada periode 1993-2001. menyerang. Untuk
menghilangkan rasa tersebut, tim berbincang dengan kelompok masyarakat sempat hadir.
Cerita Sukses
Ia mengakui tidak mengetahui secara pasti tentang keadaan keuangan Anggur Merah karena yang mengetahui secara langsung kadalah bendahara, ketua pokja dan PKM.
“Bapak Desa menjabat sebagai ketua pokja sekaligus ketua kelompok. Pendamping juga sudahd lama tidak pernah muncul di kantor desa in,” lapor pria beranak 4 orang tersebut.Ia menambahkan ada 4 kelompok yang sudah melunaskan
kewajibannnya. Sudah melakukan perguliran kedua untuk keempat kelompok yang sama dengan jumlah uang total perguliran adalah Rp.
42.401.500,-.
Menanggapi hal tersebut Gaspar Wayong Belang, Bendahara Pokja menjelaskan bahwa perguliran pertama diketahuinya, namun perguliran kedua pada akhir Agustus 2013 sama sekali tidak diketahui olehnya karena pada saat itu dirinya masih berada di Kalimantan.
”Pada perguliran tahap kedua ini, ada sejumlah nama yang sama berada di beberapa kelompok. Pencairan ini juga tidak diketahui oleh kelompok penerima lainnya,” jelas laki-laki yang tak sempat
menamatkan pendidikan Sekolah Dasar.
Selagi asyik mengorek informasi dari Bendahara, Bapak Sekretaris Desa datang bergabung bersama kami.
“Buku rekening kas dan beberapa rekening kelompok dipegang oleh PKM yang telah lama tidak menjalankan tugas di desa ini. Sesudah pelantikan kades baru pada September
2013, semua kelompok
masyarakat penerima manfaat dikumpulkan. Bapak Kades baru ingin menertibkan kembali dana Anggur Merah tersebut,” jelas Florentinus Penoli Lewar, Sekretaris Desa yang dilantik pada 20 Maret 2015.
Di sela-sela percakapan, Pak Kades Lamika, Hermanus Pehan Open juga turut bergabung dalam pembicaraan.
Kades mempersilahkan kami untuk terus melanjutkan
pembicaraan dengan kelompok penerima manfaat. “Kami pakai uang pinjaman Rp 5 juta pada perguliran pertama untuk membeli Mesin Giling Padi. Mesin giling itu disimpan di samping rumah kades lama. Saya hanya mengoperasikan
mesin tersebut, sementara urusan menyangkut keuangan diatur oleh kades lama. Hanya bulan pertama saya mendapat upah menjaga mesin sebesar Rp. 25.000, habis itu tidak ada lagi,” jelas Yohanes Ludok Kung, Bendahara Kelompok Rubu Golu yang beranggotakan 16 orang.
Setelah cicilan pertama lunas, ia mendapat pergulian kedua sebesar Rp. 5.000.000 yang kesemuanya dipakai oleh dirinya untuk biaya sekolah anaknya di STM Larantuka. Ia mengakui bahwa, ia belum mencicil sama sekali guliran kedua itu.
Thomas Sintus Open, Bendahara Kelompok Sejoli mengaku sangat bersyukur dengan bantuan tersebtu. “Dengan bantuan dana segar sebesar Rp. 31.340.000. Bantuan tersebut kami pakai untuk mengganti beberpa alat permebelan manual dengan alat listrik seperti skap duduk listrik, dynamo, genzet dan berbagai peralatan lainnya,” aku ayah 4 anak ini.
Ia menambahkan bahwa jumlah anggota Kelompok Sejoli ada 4 orang yang semuanya memiliki kemampuan
bertukang. Sampai sekarang cicilan kelompok hanya tersisa Rp. 8.467.000.
Helena Bali Open, Ketua Kelompok Sederhana yang beranggotankan 8 orang menggunakan dana pinjaman sebesar Rp. 2.198.000 untuk membuka kios sederhana. “Pada awalnya usaha kios berjalan lancar, tapi kemudian hilang lenyap. Sistem bon merupakan biang penghambat kemajuan kios,” urai ibu
beranak enam tersebut.
Maria Lito Tobin, Ketua Kelompok Mekar Sari
Cerita Sukses
Ia mengaku senang karena mendapat dana segar kembali pada putaran kedua setelah sebelumnya melunasi cicilan tahap pertama. Rencananya kelompok mendapat pinjaman sebesar Rp. 5.000.000.
”Namun setelah bersama-sama lakukan pencairan di Bank NTT bersama Bapak Desa, uang tersebut diambil oleh Kades semuanya. Saya tidak bisa berbuat apa-apa, masalah nana (pangkat om, red) yang anggotanya berjumlah 13 orang. Setelah melunasi
pinjaman pertama sejumlah Rp 5 juta untuk usaha perkiosan, hati mereka berbunga-bungan
perguliran kedua sejumlah Rp. 17.636.700. Namun setelah keluar dari Bank NTT, ia hanya mendapat Rp. 5 juta.
“Setelah uang Rp. 5 juta diserahkan kepada saya, Bapak Desa dan Ketua PKM berbicara lama. Saya menaruh curiga kalau PKM bekerjasama dengan Kades karena dia tahu tentang uang tersebut,” jelas isteri dari Yohanes Ludok Kung.
Tentang kelakuan PKM, Hermanus Pehan Open
mengaku sangat kecewa karena sudah 1 tahun lebih tenaga
diperkenankan. Semua buku kas dan sebagian buku kelompok dipegang oleh PKM Umi Khuzaimah. Sudah tiga kali, saya membuat surat panggilan untuk melaksanakan tugas kembali. Tak terhitung jumlahnya saya mendatangi rumahnya, namun saya tak pernah diperkenakan untuk berjumpa dengannya,”jelas pria berumur 41 tahun.
Ia menambahkan sudah 1 tahun lebih, dirinya tidak pernah menandatangani laporan dari PKM karena tak pernah menjnalan tugas.
Pria beranak 4 ini punya ketakutan, jangan sampai uang sekitar 100 juta lebih (data dari hasil pencatatan manual bendahara pokja sebelum dimasukan ke kas, red.) sudah diapa-diapakan oleh kades lama dan Ibu PKM. Pria tamatan SMEA itu mengakui bahwa kades yang lama adalah
“Saya tidak mau tahu dana itu harus segera kembali. Saya tidak ingin masyarakat menaruh curiga kepada saya karena kebanyakan peminjam adalah keluarga saya. Saya
berkomitmen agar dana tersebut bisa dikembalikan sehingga masyarakat lain dapat menikmatinya,” jelas Hermanus. Ia mengaku sudah capeh dipimpong dari Bappeda ke Bank NTT.
Ditambahkan, dirinya sedang membangun koordinasi dengan tim dari kecamatan, polsek dan danramil untuk mengingatkan masyarakat peminjma akan kewajibannya. Sebagai salah seorang penerima manfaat Anggur Merah sebelum menjadi Kades, ia berjanji akan
memberikan contoh dan teladan bagi masyarakat lainnya.
Mengatasi hal ini, tim coba mefasilitasi Kades untuk berbicara langsung ddengan tim Sekretariat Anggur Merah Provinsi NTT. Tim Sekretariat berjanji untuk segera
menyelesaikan persoalan tersebut. (AR/hms)
Bapak Paulus Doweng, mantan sekretaris desa Lamika
Gaspar Wayong Belang, Bendahara Pokja
GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR
NUSA TENGGARA TIMUR
BESERTA SELURUH JAJARAN
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Nomor : Hms.481/18/2015
Mengucapkan
1958 * 20 Desember * 2015
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Dirgahayu ke-57
Kepada seluruh masyarakat Nusa Tenggara Timur
Dimana pun berada
“Mari Sehati Sesuara mewujudkan Masyarakat NTT Sejahtera
Melalui Provinsi Jagung, Provinsi Ternak, Provinsi Cendana,
Provinsi Koperasi, Provinsi Kepulauan Berbasis Perikanan dan Kelautan
serta NTT sebagai Destinasi Pariwisata Dunia ”
Kupang, 04 Des mber 2015
SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR,
FRANSISKUS SALEM, SH, M.Si
PEMBINA UTAMA MADYA NIP. 19570606 198610 1 003
e
GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR
DRS. FRANS LEBU RAYA
WAKIL GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR
Anak Muda Juga Bisa..!
“Anak muda tidak boleh malu untuk bekerja apa saja.
Anak muda harus punya kemauan untuk berusaha.
Karena di mana ada kemauan, pasti di situ ada jalan.”
Cerita Sukses
esan ini disampaikan oleh Antonius Rohi Hera saat menyampaikan
P
kesan dan pesannya dalam pertemuan bersama tim buletin Anggur Merah di Aula Kantor Desa Watotike Ili, Kecamatan Demon Pagong.
Antonius merupakan ketua kelompok Soulmate Glorious
yang menyampaikan pesan dan kesannya tentang Anggur Merah dalam pertemuan tersebut.
Beberapa kelompok yang hadir pada kesempatan tersebut lewat jubirnya menyampaikan unek-unek hatinya secara apa adanya tentang dana Anggur Merah yang mereka terima lewat KSP Keban Ara pada tahun 2014 lalu.
Situasi pertemuan siang itu sedikit kaku pada awalnya. Dipandu oleh Master Ceremony
yang sudah tidak asing bagi warga masyarakat setempat, Thomas Tue Tama Kedeng, Kasie Pemerintahan Kecamatan Demon Pagong, pertemuan ini diawali dengan sambutan dan pengantar oleh Bapak Kepala Desa Watotike Ili,Yohanes Mai Tobin.
Setelah Kades menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan, pemandu acara menyerahkan sepenuhnya mikerophone
kepada tim Buletin Anggur
Sebelum memperkenalkan diri, tim Buletin coba
mencairkan suasana yang tadnya sedikit terkesan resmi.
“Kami ke sini tidak maksud apa-apa. Hanya mau
mendengarkan cerita bapak/ibu sekalian tentang Prgoram Desa Mandiri Anggur Merah. Ini seperti bagi pengalaman dari penerima manfaat program ini. Semua orang boleh bercerita bebas, baik atau buruknya Anggur Merah,” jelas salah satu anggota tim.
Rupanya pengantar itu memancing semangat peserta. Semua mulai menegakkan
badan pada sandaran kursi dan berancang-ancang dengan gerakan mau mengangkat tangan, tak tahan ingin segera mulai cerita tentang Anggur Merah apa adanya.
Kelompok ini beranggotakan 4 anak muda yang berteman cukup kental. “Nama Soulmate Glorious menjelaskan
kedekatan hubungan kami berempat yang sudah menjalin persahabatan sejak lama. Selain itu nama tersebut kelihatannya anak muda banget dan keren
kedengarannya untuk kami,” jelas Antonius saat ditanya tentang arti nama kelompok.
Cerita Sukses
Sebelum Anggur Merah, kami bekerja secara serampangan, tetapi pada umumnya berkebun. “Kami sangat bersyukur dengan program Anggur Merah karena dengan program ini, mata kami jadi terbuka untuk berusaha. Anak muda harus punya
kemauan untuk berusaha,” ajak pria tamatan SMA tersebut.
Ia menambahkan bahwa mereka mengakses pinjaman sebesar Rp. 15 juta untuk usaha perkiosan dan penjualan
bensin. Modal yang sudah dikembalikan ke kas sebanyak Rp. 9 jutaan lebih. Ia bersama-sama temannya berencana meminjam lagi dengan platform besar untuk usaha penimbunan beras.
Menurut Ketua Koperasi, usaha kelompok ini cukup laris karena mereka menjual bensin 24 jam penuh.
Di tempat yang sama, ibu Veronika Palondan, Ketua Kelompok Melati mengawali kisah tentang Anggur Merah dengan riwayat perjalanan
”Saya menginjakan kaki pertama kali di Flores pada tersebut sambil mengisahkan bahwa ia hanya memiliki modal 1 jerigen minyak kelapa.
Dengan tambahan sedikit modal wanita yang mengaku menikah di Makasar pada tahun 1994 membangun usaha jual beli bensin. Wanita berusia 45 tahun tersebut mengingat bahwa hanya ia seorang diri yang menjual bensin eceran sepanjang jalan Boru sampai dengan Larantuka.
“Mau pinjam uang di BRI untuk pengembangan usaha tapi jaminan tak punya. “ Sampai akhirnya muncul bantuan PPK (Proyek
Pengembangan Kecamatan, red.). Kami membentuk kelompok dengan anggota 5 orang. Mengajukan pinjaman secara kelompok namun bidang usaha secara sendiri, saya mendapat suntikan dana sebesar Rp. 10 juta,” ceritanya di hadapan tim buletin dan peserta yang hadir. Ia melanjutkan bahwa
kelompoknya bisa bertahan sampai sekarang.
Setalah melunasi pinjaman, ia mendapat guliran kedua dari program tersebut sebesar Rp. 20 juta. Saya memakai sebagian uang tersebut untuk membeli motor dan dijadikan sebagai ojek.
“Saat PNPM datang, saya mendapat guliran pinjaman sebesar Rp. 20 juta. Rp. 10 juta dipakai untuk membeli
Veronika Palondan, Ketua Kelompok Melati
Guliran kedua mendapat bantuan Rp. 30 juta.
Setengahnya saya pakai untuk mengkredit oto pick-up, sisanya, Rp. 5 juta ditaruh di lembaga keuangan Mitra dan Rp. 10 juta lainnya dipakai untuk merehab rumah,” jelas wanita beranak untuk melunasi sisa angsuran mobil. Langkah pelunasan ini lebih meringankan
dibandingkan harus dicicil setiap bulan. Bunga tinggi dengan sisa kontrak 1 tahun lebih. Bunga pinjaman Anggur Merah juga sangat rendah dibandingkan dengan program lain yang memberlakukan bunga sebesar 1,2 % tapi tidak mendapat jasa pinjaman,” jelas Veronika.
Ciclannya sudah memasuki bulan keempat. Ia berharap
Cerita Sukses
Anggur Merah tetap berjalan dengan baik sehingga ia
mendapat pinjaman berikutnya. Tak berapa lama, hidangan berupa secangkir kopi dengan beberap piring pisang goreng dan beberapa makanan ringan lainnya disodorkan. Kami memilih rehat sebentar
menikmati hidangan yang telah tersedia.
“Kami kelompok janda-janda dan wanita-wanita beuusia tua yang tidak menikah kurang diperhatikan selama ini dalam pemanfaatand dana-dana dari pemerintah,” jelas Eti Tukan, Ketua Kelompok Wae Kriden Kebarat setelah rehat minum.
Kelompoknya beranggotan 5 orang serta dibentuk sejak lama pernah menerima bantuan dari Sekretariat Nasional Perempuan (SNP) sebesar Rp. 30 juta.
“Bunga Anggur Merah sangat kecil dan cocok untuk
masyarakat kecil seperti kelompok mereka,” jelas ibu tersebut. Ia sendiri meminjam dana Anggur Merah sebesar Rp 7 juta untuk beternak ayam potong asli. Pinjaman dilakukan melalui dan atas nama
kelompok.
Penerima manfaat lainnya, Leonardus Lado Herun, Sekretaris Kelompok Nubun Tawa yang beranggotakan 5 orang mengaku sangat terbantu dengan aliran dana tersebut.
Dari kelima anggotanya, 3 orang membuka usaha
sementara 2 yang lainnya mengusahakan ayam potong.
“Uang sebesar 10 juta yang dipinjamka melalui kelompok dibagi habis dan rata kepada lima orang anggota. Usaha pembuatan batu bata baru saya jalankan setelah mendapat kucuran dana Anggur Merah. Usaha ini sangat membantu ekonomi keluaga terutama untuk membantu meringankan cicilan uang sekolah anak-anak” jelas pria tamatan SD itu.
PKM Desa Watotika Ili, Euphrasia Skolastika, menjelaskan sebelum dana digulirkan, dilakukan uji petik lapangan oleh tim verifikasi. “Ada surat perjanjian pinjaman dengan jaminan berupa BPKP Motor, STNK Motor, sertifikat tanah dan lain sebagainya,”
Ia menambahkan bahwa tanggal cicilan ditetapkan pada setiap tanggal 6 dalam
bulannya. Ada sanksi yang akan diterima seseoran jika tak mencicil selama tiga bulan, pungkas sarjana pertanian lulusn Undana tersebut.
(AR/hms)