• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEPEDA : SARANA TRANSPORTASI ALTERNATIF? Oleh Yoseph Andreas Gual

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEPEDA : SARANA TRANSPORTASI ALTERNATIF? Oleh Yoseph Andreas Gual"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

SEPEDA : SARANA TRANSPORTASI ALTERNATIF?

Oleh

Yoseph Andreas Gual

Sejak harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan secara drastis hingga level 122 dollar AS per barrel, masyarakat dunia (terutama Indonesia) mengalami pukulan hebat. Harga BBM mengalami kenaikan di mana–mana. Kenaikan BBM membawa efek lanjutan yang sangat besar. Harga barang-barang dan jasa-jasa naik secara drastis namun kualitas dan jumlahnya tetap atau malah menurun. Angka kemiskinan meningkat sebaliknya kualitas hidup masyarakat menurun. Berdasarkan prediksi Bappenas, angka kemiskinan di Indoensia pada tahun 2008 akan mencapai 40 juta orang dari total populasi. Atau sekitar 25% dari jumlah penduduk negeri ini.

Untuk keluar dari himpitan ekonomi yang semakin berat akibat kenaikan harga BBM dengan berbagai ekses lanjutannya, setiap orang berupaya mencari jalan keluar terbaik menurut kemampuan mereka. Mencari penghasilan tambahan dengan berbagai aktivitas yang mendatangkan dan menambah pendapatan, menghentikan kebiasaan atau kegiatan tertentu yang disukai namun menghabiskan anggaran, hemat dalam penggunaan uang, hingga mencari cara alternatif yang tidak mengeluarkan banyak biaya atau tidak mengeluarkan ongkos sama sekali.

Salah satu bidang hidup yang mengalami efek langsung dari kenaikan harga BBM dan dapat disiasati agar tidak memberatkan adalah aspek transportasi. Di London, Inggris berdasarkan hasil survei sebuah organisasi kendaraan bermotor bulan Juli lalu, ditemukan bahwa masyarakat London merasa berat dengan kenaikan harga BBM. Akibat kenaikan harga BBM para pengguna mobil mengurangi kecepatan mobil agar konsumsi BBM efisien atau malah mengurangi pemakaian mobil pribadi dan beralih mengayuh sepeda. Untuk diketahui, harga BBM per liter di Inggris mencapai 117,9 pence atau setara dengan 22.000 rupiah per liter (Kompas/31/07/2008).

(2)

Memang sejak kenaikan harga BBM, orang mulai berpikir kembali untuk mencari alternatif lain sehubungan dengan transportasi. Selain jalan kaki, alternatif tambahan yang paling diminati adalah penggunaan sepeda. Sepeda bukan saja dapat berfungsi sebagai sarana transportasi yang tidak membutuhkan BBM (non ongkos) tetapi juga sebagai sarana olah raga yang menyehatkan pun pula sebagai media hiburan. Tidak hanya itu, secara makro dengan bersepeda sebenarnya seseorang sedang merawat dan menjaga bumi dari efek rumah kaca dan pemanasan global sebab sepeda tidak menghasilkan polutan.

Fenomena sepeda sebagai alat transportasi alternatif memang telah merebak ke seluruh dunia terutama setelah kenaikan harga BBM. Berdasarkan laporan U.S. Census Bureau, National Bicyle Dealers Association, Virginia Vacation, ada sebelas kota di dunia yang paling ramah sepeda sebagai alat transportasi yakni: Amsterdam (Belanda), Portland, Oregon (AS), Copenhagen (Denmark), Boulder-Colorado (AS), Davis-California (AS), Sandnes (Norwegia), Tronheim (Norwegia), San Fransisco (AS), Berlin (Jerman), Bercelona (Spanyol), dan Basel (Swiss). Ini menunjukkan bahwa sepeda bukanlah sarana transportasi kacangan yang tidak diperhitungkan. Sebaliknya, sepeda merupakan sarana transportasi alternatif di tengah mahalnya harga BBM dunia, kekurangan waktu bagi individu untuk berolahraga, krisis iklim bumi serta berlimpahnya sarana hiburan yang tidak sehat. Dengan kata lain, sepeda memiliki multifungsi.

Bila negara–negara kaya di atas telah merasa berat dengan kenaikan harga BBM yang berimplikasi pada bidang transportasi dan mereka berani membuat terobosan baru yang lebih menguntungkan dengan sepeda, maka pertanyaannya bagi kita yang masih berada pada titik ekonomi lemah lembut ini adalah sarana transportasi alternatif apa yang sudah kita kembangkan dan gunakan untuk membantu kita dari himpitan kenaikan BBM ini?

Saya berpikir bahwa sepeda juga masih merupakan sarana transportasi alternatif yang relevan bagi kita. Pertanyaannya, mengapa sampai saat ini kita masih bertahan dengan sarana transportasi konvensional (motor/mobil) seraya terus mengeluh berkekurangan ?

(3)

Evolusi Transportasi

Ada tiga alasan yang bisa diajukan di sini mengapa kita masih betah bertahan dengan pilihan kita itu :

Pertama, bila ditelusuri sejarah transportasi di NTT khususnya Kupang, sejak awal sepeda tidak masuk dalam lingkaran utama alat transpotartasi. Evolusi transportasi di NTT/Kupang bila diperhatikan secara teliti terjadi dalam alur ini: pertama, dengan jalan kaki, lalu dibantu binatang (kuda), kemudian langsung mengalami lompatan dengan menggunakan bus/bemo dan truk, lalu metro mini, sepeda motor dan kini bergerak ke arah penggunaan mobil pribadi (pentahapan ini jangan pahami, satu tahap selesai lalu muncul tahap yang lain tetapi yang dimaksudkan di sini adalah sarana transportasi dominan dalam suatu waktu). Dari alur ini, kelihatan bahwa sepeda tidak termasuk dalam arus utama sarana transportasi kita. Bila ada yang menggunakan sepeda sebagai sarana transportasi itu hanya sebagaian kecil dan tidak mewakili masyarakat secara keseluruhan. Dengan melihat evolusi transportasi di atas dapat dimengerti mengapa dalam benak kebanyakan orang, sepeda tidak dianggap sebagai sarana transportasi melainkan hanya sebatas sarana hiburan dan olahraga.

Kedua, model evolusi transportasi di atas diperkuat lagi dengan makin menguatnya penghayatan materialisme dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Masyarakat melihat status sosial seseorang dari kepemilikan barang-barang (mahal). Semakin mahal barang yang dimiliki seseorang semakin tinggi status sosialnya.

Bila ini dibawa dalam kepemilikikan dan penggunaan sarana transportasi maka sepeda motor dan mobil pribadi adalah barang-barang yang menguatkan status sosial sang pemilik. Sementara sepeda mewakili orang-orang yang tidak mampu, nilai sepeda dimarginalkan sehingga sang pemiliknya pun dianggap orang pinggiran tidak berpunya. Dalam kultur kita, tidak seorangpun yang mau memasukan dirinya atau dianggap sepele atau berstatus rendah. Akibatnya banyak orang yang tidak mau menggunakan sepeda sebagai alat transportasi karena takut dicap rendah. Lebih baik menggunakan metro mini

(4)

atau ojek karena walaupun harus membayar dengan harga tinggi, nilai pandangan sosial motor dan metro mini lebih tinggi ketimbang mengayuh sepeda.

Ketiga, anggapan bahwa situasi alam tidak mendukung kita menggunakan sepeda sebagai sarana transportasi. Cuaca yang panas dan jalanan yang menanjak adalah halangan untuk menggunakan sepeda. Kita tidak mau berkeringat, kehausan atau letih mengayuh sepeda.

Bila kita telusuri lebih dalam sebenarnya alasan-alasan penolakan terhadap sepeda di atas dibuat-buat dan tidak substantif. Mengapa kita memilih sepeda sebagai sarana transportasi alternatif tidak berhubungan dengan sejarah evolusi transportasi kita. Bila kita belum terbiasa menggunakan sepeda sebagai sarana transportasi maka sekaranglah saatnya. Sepeda merupakan solusi sederhana yang dapat kita pakai untuk mengatasi beratnya biaya transportasi.

Ini juga tidak berhubungan dengan modern atau tradisional, ketinggalan zaman atau mengikuti trend, ini berhubungan dengan terbantu atau tidaknya hidup kita yang semakin berat.

Lompatan mundur dalam penggunaan alat transportasi bukan sebuah alasan bagi kita untuk tidak memilih pilihan terbaik yang sesuai dengan situasi-kondisi kita. Ingat yang tradisional belum tentu ketinggalan zaman dan tidak berguna. Yang modern belum tentu bersahabat dan sesuai dengan kita.

Penggunaan sepeda juga sebenarnya tidak ada hubungannya dengan status sosial seseorang. Di negara-negara maju, mereka yang memiliki mobil pun merasa berat dengan kenaikan harga BBM. Dengan berpakaian lengkap (jas), mereka mau mengayuh sepeda ke tempat kerja. Karena itu, penggunaan sepeda tidak ada hubungan dengan status sosial, sepeda merupakan pilihan terbaik para rasionalis menghadapi himpitan ekonomi saat ini.

Masalah alam juga bukan merupakan alasan bagi kita untuk tidak memilih sepeda sebagai sarana transportasi alternatif. Ada begitu banyak cara dan alat yang membuat kita menghapus keringat dan tidak berbau, haus dan letih. Sekarang pun sudah tersedia berbagai jenis dan model sepeda yang mampu melaju dengan cepat tanpa mengeluarkan

(5)

banyak tenaga dan dengan mudah menaklukan tanjakan yang tidak seberapa di jalanan kita ini.

Untuk menjadikan sepeda sebagai sarana transportasi, kesadaran pribadi memang sangat dibutuhkan. Namun bila ingin sepeda menjadi bagian dari kehidupan sosial maka wacana ini sudah seharusnya dipikirkan oleh pemerintah sebagai salah satu alternatif untuk menghemat energi. Selain sosialisasi, pemerintah dan lembaga-lembaga kemasyarakatan dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya pembiasaan penggunaan sepeda sebagai sarana transportasi selain sebagai sarana olah raga dan hiburan.

Menyediakan hari khusus bagi penggunaan sepeda sebagai sarana transportasi dan menyediakan jalur khusus sepeda di jalanan mungkin cara-cara yang dapat dipakai agar wacana sepeda menjadi ril dalam keseharian kita.

Bukan tidak mungkin suatu ketika sepeda menjadi bagian dari evolusi transportasi kita. Walau itu sebuah lompatan mundur namun lompatan mundur yang sangat menguntungkan bagi pribadi, sosial sekaligus alam kita ini. Semoga ini bukan sekedar wacana !!!!!

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan media laboratorium dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa dan prestasi belajar siswa pada materi stoikiometri

Transaksi sering terjadi pada suatu lokasi yang berbeda dengan lokasi pengolahan datanya atau lokasi di mana data tersebut akan digunakan, sehingga data perlu dikirim ke

Kuartil adalah membagi bentangan data menjadi empat bagian sama panjang setelah data tersebut di urutkan dari yang terkecil (X min ) sampai yang terbesar (X maks ),

eksternal adalah EDE tahunan yang diterima dari paparan radiasi suatu radionuklida dengan konsentrasi tertentu, pada daerah kontaminasi yang seragam dengan

Hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik personal dan karakteristik pekerjaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap komitmen

Dalam menciptakan suatu karya koreografi pendidikan membutuhkan waktu yang cukup lama, melalui proses pemilihan tokoh sesuai dengan karakter yang akan dibawakan,

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan tingkat cekaman kekeringan, yaitu: 100% kapasitas lapang (W0), 50% kapasitas lapang (W1), 37.5%

Simpangan baku(S) adalah nilai yang menunjukan tingkat variasi kelompok data atau ukuran standar penyimpangan dari nilai rata-ratanya... X = nilai rata-rata data n = jumlah data