• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Metro TV dalam pengantar buku Mata Najwa: Mantra Layar Kaca, Dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Metro TV dalam pengantar buku Mata Najwa: Mantra Layar Kaca, Dalam"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang Penelitian

Peneliti melihat, mengamati, bahkan mengikuti program Mata Najwa di Metro TV dengan pembawa acaranya, Najwa Shihab, bolehlah dikatakan sebagai talkshow dan pemandu talkshow paling berpengaruh di Indonesia. Setiap isu-isu hangat terutama isu politik di Indonesia yang sedang mengemuka, tak lama kemudian Mata Najwa hadir, mengentaskan semua pertanyaan di benak sebagian besar rakyat Indonesia.

Hal tersebut sejalan dengan pernyataan dari A. Burhanuddin, Manajemen Metro TV dalam pengantar buku Mata Najwa: Mantra Layar Kaca, “Dalam perjalanan bangsa kita berdemokrasi, politik sering menjadi sesuatu yang penuh hiruk pikuk, tampak semrawut, tidak jarang mengalahkan akal sehat, serta melelahkan. Di sini, di dalam kemudaannya, Najwa Shihab beserta timnya yang juga merupakan miniatur dari kehidupan demokrasi tersebut mencoba mengangkat berbagai persoalan republik tercinta dalam perspektif yang berbeda, mempertanyakan, menggugat, atau mengkritisi sembari mencoba memberi makna buat kemajuan negeri.”

Tak mau ketinggalan perjalanan demokrasi Indonesia, program Mata Najwa pun mengangkat tema tentang pentas demokrasi menjelang perebutan kursi

(2)

DKI 1. Program Mata Najwa mengangkat isu politik yang cukup menarik perhatian warga DKI Jakarta, bahkan masyarakat Indonesia. Hal ini tak terlepas dari posisi Gubernur DKI Jakarta yang strategis karena Jakarta adalah ibukota negara, sehingga menjadikan DKI Jakarta sebagai cerminan daerah lainnya di Indonesia. Topik ini diangkat pada episode “Para Penantang Ahok” edisi 7 Oktober 2015 di Metro TV. Banyak tokoh yang mulai mendeklarasikan diri sebagai calon orang nomor satu di Jakarta. Mereka tak luput dari pantauan tim Mata Najwa yang serta merta menghadirkan sebagian bakal calon DKI 1 yang menyatakan siap melawan Gubernur DKI Jakarta saat ini, Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa Ahok. Tidak hanya para bakal calon gubernur, pada episode “Para Penantang Ahok”, turut hadir para tokoh politik dari jajaran DPR DKI Jakarta, analis politik, serta perwakilan dari Kawan Ahok dan Lawan Ahok.

Cukup banyak tokoh yang digadang-gadang menjadi penantang Basuki Tjahaja Purnama. Sebut saja pengusaha kaya Indonesia di bidang investasi Sandiaga Uno, ahli tata kota Marco Kusumawijaya yang sempat mendeklarasikan diri lewat akun Facebook pribadinya, Walikota Surabaya Tri Rismaharini yang meskipun pada akhirnya dikatakan ia menolak untuk maju, pakar hukum tata negara, mantan Mensesneg, mantan Menteri Kehakiman dan HAM, sekaligus politisi Yusril Ihza Mahendra, mantan Menteri Pendidikan Anies Baswedan yang saat itu belum tergaung bunyinya seperti akhirnya dicalonkan saat ini, serta sederet nama lainnya seperti Ridwan Kamil, Lulung Lunggana, Adhyaksa Dault, Yoyok Riyo Sudibyo, hingga Ustadz kondang Yusuf Mansur.

(3)

Meski disandingkan dengan sejumlah nama yang tak asing lagi di telinga sebagian besar masyarakat Indonesia, ternyata berdasarkan temuan survei Poltracking Indonesia, Persepsi dan Perilaku Masyarakat dalam Pilkada DKI Jakarta “Menakar Kandidat Kuat Gubernur DKI Jakarta 2017” yang resmi dipublikasikan pada 15 September 2016, hasil survei elektabilitas kandidat gubernur dari 20 kandidat, masih dipimpin Basuki Tjahaja Purnama dengan perolehan 40,77%. Disusul Tri Rismaharini 13,85%, Sandiaga Uno 9,23%, Anies Baswedan 8,92%, dan Yusril Ihza Mahendra 4,62%. Begitu pun hasil survei popularitas kandidat, Basuki Tjahaja Purnama masih di posisi pertama dengan perolehan 92,56%. Disusul Yusuf Mansur 79,49%, Tri Rismaharini 72,82%, Anies Baswedan 71,79%, dan Yusril Ihza Mahendra 70,51%. Survei tersebut dilakukan pada 6-9 September 2016 dengan melibatkan 400 responden. Margin of error survei ini diklaim sebesar 4,95 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Hasil survei elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama pun telah dilakukan pada 1-7 Desember 2015 oleh lembaga survei lainnya yaitu Populi Center yang dirilis pada 12 Desember 2015 dengan hasil Basuki Tjahaja Purnama 37,5%, Ridwan Kamil 16%, Tri Rismaharini 8,8%, Rano Karno 4,8%, dan Adhyaksa Dault 3,8%. Sebelumnya, peneliti Populi Center Nona Evita membeberkan, survei yang dilakukan sejak 10 hingga 15 Juni di 40 kelurahan di DKI Jakarta mencatatkan elektabilitas Ahok sebesar 51,2%. Setelah itu diikuti Yusril Ihza Mahendra 10,2% dan Sandiaga Uno 4%. Artinya, dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun, nama Basuki Tjahaja Purnama masih menduduki posisi pertama dalam tingkat elektabilitas.

(4)

Jika hasil survei di atas terutama yang dilakukan pada Juni 2015, dihubungkan dengan dihadirkannya Mata Najwa episode “Para Penantang Ahok” di Metro TV, apakah ini yang menjadikan dasar topik ini diangkat pada edisi 7 Oktober 2015 ketika para kandidat Gubernur DKI Jakarta 2017 mulai bermunculan atau mendeklarasikan dirinya maju pada Pilkada DKI Jakarta 2017? Atau memang benar hanya sekedar ingin menggiring Bangsa Indonesia berdemokrasi? Namun jika ditelusuri ke belakang, bisa jadi ini ada kaitannya dengan pernyataan Sekjen DPP Nasdem Rio Capella kepada Liputan6.com, di Jakarta, 20 September 2015, sekitar dua pekan sebelum episode “Para Penantang Ahok” di Metro TV tayang, yang mengatakan "Nasdem partai yang terbuka untuk anak bangsa yang punya potensi untuk maju, termasuk Ahok." Mengingat, Ketua Umum Partai Nasdem adalah Surya Paloh, yang juga pimpinan Metro TV di bawah naungan Media Group, hal ini membuat peneliti semakin bersemangat untuk menganalisis episode ini lebih jauh.

Hal lainnya yang cukup menggelitik peneliti untuk memilih program Mata Najwa episode “Para Penantang Ahok” sebagai objek penelitian adalah judul episode yang cukup menarik minat peneliti untuk menggali lebih dalam. Bukannya peneliti memiliki pandangan khusus terhadap Basuki Tjahaja Purnama sebagai Gubernur DKI Jakarta selama ini. Namun lebih karena munculnya pertanyaan bagaimana judul ini bisa dipilih untuk menjadi punchline pada episode tersebut. Mengapa harus ada nama “Ahok” dalam judul tersebut? Apakah hanya karena ia petahana maka tercetuslah ide tersebut? Apakah tim Mata Najwa memiliki pandangan khusus kepada “Ahok”? Apakah “Ahok” dianggap memiliki

(5)

kapabilitas yang cukup kuat sehingga dianggap memiliki banyak penantang untuk cukup menandinginya? Ini beberapa pertanyaan yang serta merta muncul ketika peneliti membaca judul episode saat itu.

Selain itu, peneliti juga bertanya-tanya terkait pemilihan narasumber oleh tim Mata Najwa. Karena beberapa di antara mereka memiliki latar belakang memiliki permasalahan dengan gubernur petahana. Alasan lain yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian lebih jauh mengenai episode ini adalah pengemasan acara dengan dukungan sejumlah data, video, serta grafis yang disusun sedemikian rupa.

Selain itu, pengemasan acara lainnya yang agak menggelitik peneliti adalah video Basuki Tjahaja Purnama yang diminta menanggapi sejumlah kandidat yang kemungkinan akan menjadi pesaingnya pada 2017 mendatang. Pada bagian ini, beberapa kali ia diminta untuk menanggapi sejumlah tokoh seperti Adhyaksa Dault dan Marco Kusumawidjaja yang saat itu ditunjuk sebagai narasumber pada episode “Para Penantang Ahok”, Sandiaga Uno, Nachrowi Ramli, hingga Bursah Zarnubi. Jika melihat episode “Para Penantang Ahok” secara keseluruhan, peneliti beranggapan bahwa ada wacana tertentu yang ingin dibangun.

Guy Cook menyebutkan bahwa ada tiga hal sentral dalam pengertian wacana: teks, konteks, dan wacana. Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata–kata yanag tercetak di lembaran kertas tetapi semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra dan sebagainnya. Konteks

(6)

memasukkan semua situasi dan hal yang berbeda di luar teks dan mempengaruhi pemakai bahasa seperti partisipan dalam bahasa, situasi dimana teks tersebut di produksi, fungsi yang dimaksudkan dan sebagainya. Sedangkan wacana disini, kemudian dimaknai sebagai teks dan konteks bersama–sama. (Guy Cook, 1994:1 dalam Eriyanto, 2001: 9).

Hal tersebut berarti bahwa suatu teks-dalam hal ini dalam bentuk talkshow- tidak benar-benar bebas nilai. Suatu teks tidak hanya dilihat sebagai suatu teks, tetapi juga harus dilihat kondisi atau konteks ketika teks tersebut diwacanakan ke publik.

1.2 Fokus Penelitian

Seperti yang telah disinggung pada latar belakang masalah, peneliti berupaya melakukan analisis wacana kritis pada program Mata Najwa episode “Para Penantang Ahok” edisi 7 Oktober 2015 di Metro TV, dengan melihat dimensi teks dan konteks dalam episode tersebut.

1.3 Rumusan Masalah

Dari beberapa penjelasan yang telah dikemukakan peneliti, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

Apa dan bagaimana wacana dibangun dalam program Mata Najwa episode “Para Penantang Ahok” edisi 7 Oktober 2015 di Metro TV?

(7)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membongkar apa dan bagaimana suatu wacana dibangun dalam episode “Para Penantang Ahok” edisi 7 Oktober 2015 di Metro TV.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi pada penelitian serupa. Diharapkan pula penelitian selanjutnya dapat lebih mengembangkan penelitian yang telah ada. Sehingga penelitian yang ada ini dapat dijadikan salah satu acuan dalam perumusan penelitian berikutnya.

1.5.2 Manfaat Sosial

Terhadap khalayak, penelitian ini bermanfaat untuk membuka pikiran khalayak agar tidak menerima yang ada di dalam media secara mentah-mentah. Khalayak diharapkan mampu membaca konteks yang ada dalam teks tersebut, seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi yang terjadi serta mampu mengidentifikasi wacana yang dikonstruksikan oleh media.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dalam skripsi ini menggunakan subjek penyakit anak dan dosis obat anak karena penentuan jenis penyakit dan dosis obat pada anak yang dilakukan sebelumnya masih

Aplikasi komputer untuk proses manajemen mutu pembangunan kapal baru ini mampu memberikan beberapa pelayanan, seperti memasukkan, menyimpan, menampilkan, mencetak, mencari,

Pada saat razia yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) kota Bandar Lampung dari hasil Operasi Gabungan Nasional (OPGABNA) yang digelar

accessoir dari perjanjian pokok. Persyaratan bagi penerima fidusia dalam melakukan pendaftaraan jaminan harus membuat permohonan pendaftaran seperti salinan akta

Jika masing-masing atom sukar untuk melepas elektron (memiliki keelektronegatifan yang tinggi) maka atom-atom tersebut cenderung menggunakan elektron secara bersama

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar pada mata PPKn siswa kelas VI

Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh sekolah pada saat pelaksanaan pekerjaan antara lain (1) mencairkan dana dari rekening sekolah sesuai dengan kebutuhan rehabilitasi

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini maka dapat di simpulkann bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara fleksibilitas bahu