• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL MAGOAK-GOAKAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE DEMONSTRASI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL MAGOAK-GOAKAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI MELALUI PERMAINAN

TRADISIONAL MAGOAK-GOAKAN UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KERJASAMA

Putu Winda Suyeni

¹

, I Nyoman Wirya

²

, Putu Rahayu Ujianti

³

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: windawinda622@gmail.com

¹

, nyomanwirya@yahoo.com

²

rahauujianti@gmail.com

³

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kerjasama setelah diterapkan metode demonstrasi melalui permainan tradisional magoak-goakan pada anak kelompok B di TK Widya Sesana Sangsit Tahun Pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, yakni siklus I dan siklus II. Subjek penelitian ini adalah 14 orang anak, terdiri dari 8 anak perempuan dan 6 anak laki-laki pada kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Data penelitian tentang kemampuan kerjasama dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrumen berupa lembar observasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan kerjasama dengan penerapan metode demonstrasi pada siklus I sebesar 69,77% yang berada pada kategori sedang ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 80,11% yang tergolong pada kategori tinggi. Jadi, terdapat peningkatan kemampuan kerjasama pada anak setelah diterapkan metode demonstrasi melalui permainan tradisional magoak-goakan sebesar 10,34%.

Kata-kata kunci: metode demonstrasi, permainan tradisional magoak-goakan, kemampuan kerjasama

Abstract

This application purpose how to know and improve the skill of courperation after application of demonstration method throught the traditional game magoak-goakan for the children of group B in TK Widya Sesana Sangsit the school year 2015/2016. Kind for this application for application action of class to implemented in two sicluss. The subject of this application it’s about 14 persons of the children, consisted of 8 females and 6 males in TK for group B semester II the school year 2015/2016. Data of the application about the skill of the cooperation together with observation method with instrument such as page of observation. Result of analysis data used analysis method statistic deskriptif kuantitatif. Result of analysis data to become incident and how to improve the skill of cooperation with research of demonstration method for sicluss I it’s about 73,33 % to stay for middle category and act the incident to improve for sicluss II to become 80,11 % it’s included for high category and than. It can be how to improve the skill cooperation for the children after application demonstration method through the traditional game magoak-goakan about 6,78 %.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik melalui proses pembelajaran. Pendidikan merupakan sejumlah pengalaman dari seseorang atau kelompok untuk dapat memahami sesuatu yang sebelumnya tidak mereka pahami. Pengalaman itu tejadi karena adanya interaksi antara seseorang atau kelompok dengan lingkungannya. “Interaksi itu menimbulkan proses perubahan (belajar) pada manusia dan selanjutnya proses perbahan itu menghasilkan perkembangan (development) bagi kehidupan seseorang atau kelompok dalam lingkungannya” (Ambarjaya, 2012:7).

Proses belajar itu akan menghasilkan perubahan dalam pertumbuhan dan perkembangan kognitif, bahasa, sosial emosional, nilai agama dan moral, fisik motorik serta seni. Melalui peroses belajar inilah diaharapkan dapat mengembangkan sumber daya manusia demi terciptanya bangsa yang berkualitas. Untuk mecapai bangsa yang berkualitas pemerintah telah mengupayakan berbagai cara salah satunya dengan memberikan pendidikan kepada anak sejak dini, melalui pendidikan anak usia dini. Semua alternative yang dicanangkan pemerintah dalam meningkatkan sumber daya manusia tentu memiliki tujuan, begitupun halnya dengan pendidikan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudaan Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini dalam Pasal 1 menyatakan bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini yang selanjutnya disingkat PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujuan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Tedapat lima aspek perkembangan anak usia dini yakni aspek nilai agama dan moral, bahasa, sosial emosional, kognitif, dan fisik motorik. Salah satu aspek dalam bidang pengembangan kemampuan dasar di PAUD adalah aspek sosial emosional.

Aspek sosial emosional memegang peranan penting dalam menentukan kesuksesan anak di masa depan. Perkembangan sosial emosional merupakan dua aspek yang berbeda namun memili keterkaitan yang sangat erat, menurut (Yusuf, 2007:46) “perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi dan menjadi suatu kesatuan, saling berkomunikasi, dan saling bekerja sama”. Sedangkan “perkembangan emosi adalah perasaan batin seseorang, baik dalam pergolakan fikiran, nafsu, keadaan mental dan fisik yang dapat muncul kedalam bentuk-bentuk atau gejala-gejala seperti takut, cemas, marah, murung, kesal, iri, cemburu, senang, dan ingin tahu” (Susanto, 2011:72).

Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2012) menyatakan kemampuan-kemampuan dari perkembangan sosial emosional anak yakni: kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empati, ketergantungan, sifat ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, dan meniru. Dari semua kemampuan tersebut salah satu kemampuan yang penting dikembangkan sejak usia dini adalah kemampuan kerjasama. Kemampuan kerjasama yang merupakan salah satu komponen dari perkembangan sosial emosional merupakan hal yang penting untuk dikembangkan dalam diri anak. Dari berbagai kajian, kemampuan kerjasama atau biasa disebut sikap kooperatif memiliki arti penting dalam membentuk hubungan pertemananan yang positif yang perlu dibiasakan sejak usia dini. Menurut Syani (2002:58) menyatakan “kemampuan kerjasama adalah proses sosial, dimana didalamnya terdapat aktifitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktivitas masing-masing”. Sejalan dengan pendapat Saputra (2005:124) menjelaskan bahwa “kemampuan kerjasama adalah gejala saling mendekati untuk mengurus kepentingan bersama dan tujuan bersama yang merupakan suatu sifat ketergantungan manusia, memungkinkan dan

(3)

mengharuskan setiap kelompok insan atau sosial untuk selalu berinteraksi dengan orang lain atau kelompok lain”. Hal tersebut berpengaruh terhadap kondisi psikologis individu pada masa selanjutnya.

Anak usia 5-6 tahun seharusnya sudah mulai mengenal berbagai bentuk interaksi sosial yang berwujud dalam aktifitas kerjasama, khususnya dalam aktifitas bermainnya. Selain itu dalam standar tingkat pencapaian perkembangan anak usia dini pun kemampuan kerjasama tersebut sudah tercantum menjadi salah satu tolok ukur dalam perkembangan sosial emosional anak. Gambaran ideal mengenai kemampuan kerjasama pada anak usia 5-6 tahun tersebut tentunya sering tidak sesuai dengan fakta mengenai berbagai karakteristik anak usia dini. Fakta mengenai sifat egosentris yang cenderung menonjol pada anak usia dini tentunya sudah selayaknya menjadi perhatian karena sejatinya sifat egosentris tersebut harus dibina setahap demi setahap agar berkurang persentasenya melalui berbagai stimulasi dengan kegiatan yang sifatnya melatih kemampuan kerjasama anak tersebut.

Namun kenyataanya pada saat peneliti melakukan observasi dari tanggal 4-9 Januari 2016 di TK Widya Sesana Sangsit, ditemukan beberapa masalah dalam pembelajaran di TK Widya Sesana Sangsit pada kelompok B adalah menunjukkan bahwa perilaku anak masih belum dapat bekerjasama dalam kelompok, masih enggan bermain bersama-sama, dan masih belum dapat menunjukkan sikap peduli terhadap teman. Beberapa anak juga masih sulit untuk berbagi mainan serta cenderung sering berebut. Saling menyerang dan berkelahi juga sering kali terjadi pada saat kegiatan di dalam kelas. Dari 14 anak hanya 2 orang anak yang mendapatkan bintang tiga (***) yang termasuk kategori berkembang sesuai harapan, 6 orang anak mendapat bintang dua (**) yang termasuk kategori berkembang dengan bimbingan, dan sisanya 6 orang mendapat bintang satu (*) yang termasuk kategori belum berkembang. Hal ini didukung oleh hasil dokumentasi yang berupa laporan perkembangan yang dibuat oleh guru kelompok B, memang

benar perkembangan sosial emosional anak kelompok B dalam keampuan kerjasama masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya pengenalan, pelatihan, pembiasaan maupun bimbingan pada anak untuk melatih kemampuan bekerjasama.

Kegiatan-kegiatan yang bersifat kelompok, khususnya yang bernuansa tradisional seperti permainan tradisional yang mengandung nilai-nilai budaya serta pembelajaran masih sangat jarang dilakukan disekolah tersebut. Kegiatan hanya berkisar pada aktifitas individual seperti dengan menggunakan metode pembelajaran pemberian tugas dan klasikal dikelas. Kenyataan tersebut apabila tidak segera mendapat penanganan maka dikhawatirkan anak-anak akan mengalami hambatan dalam perkembangan sosial emosional khususnya pada kemampuan kerjasama.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk hal tersebut diatas adalah perlu diterapkannya metode yang menarik dan bervariasi. Adapun metode yang memungkinkan hal tersebut adalah metode demonstrasi melalui kegiatan yang menyenangkan seperti kegiatan bermain. Hal ini dipilih karena kegiatan bermain dinilai sangat tepat dan efektif diterapkan untuk anak usia dini. Kegiatan bermain ini dapat menggunakan permainan-permainan yang menyenangkan untuk anak usia dini, karena dunia anak adalah dunia bermain dan anak belajar melalui bermain.

Pemberikan stimulasi yang tepat dapat dipilih permainan yang sederhana namun mampu mencapai aspek perkembangan yang ingin dikembangkan. Permainan tradisional dapat menjadi salah satu alternatif permainan menyenangkan yang dapat meningkatkan kemampuan kerjasama anak. Interaksi sosial antar anak juga terdapat dalam permainan tradisional sehingga akan meningkatkan keakraban masing-masing anak yang bila dilakukan secara berkesinambungan akan dapat meningkatkan kemampuan kerjasama anak. Permainan-permainan tradisional juga dipilih selain karena dapat meningkatkan kemampuan kerjasama anak, permainan ini tergolong sederhana, mudah dimainkan, serta memiliki nilai

(4)

budaya yang sudah selayaknya untuk dilestarikan. Dalam pelaksanaan kegiatan permainan tradisional dapat diterapkan dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang ada di taman kanak-kanak.

Metode pembelajaran merupakan hal penting yang harus digunakan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran. Suatu pembelajaran akan dapat menyenangkan dan dapat menarik minat anak untuk belajar apabila metode pembelajaran yang digunakan guru menarik dan bervariasi. Menurut Agung (2012) “Metode berasal dari kata mhetodos. Secara etimologis mhetodos berasal dari akar kata mheta dan hodos. Mheta artinya dilalui dan hodos berarti jalan. Metode ialah jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan”. Salah satu metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan kerjasama anak adalah metode demonstrasi.

Metode pembelajaran merupakan hal penting yang harus digunakan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran. Suatu pembelajaran akan dapat menyenangkan dan dapat menarik minat anak untuk belajar apabila metode pembelajaran yang digunakan guru menarik dan bervariasi. Menurut Agung (2012) “Metode berasal dari kata mhetodos. Secara etimologis mhetodos berasal dari akar kata mheta dan hodos. Mheta artinya dilalui dan hodos berarti jalan. Metode ialah jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan”. Salah satu metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan kerjasama anak adalah metode demonstrasi.

Sumantri (2001:93) menyatakan bahwa “metode demonstrasi yaitu suatu bentuk proses belajar mengajar dengan memperagakan atau menunjukkan sesuatu atau bentuk tiruan sebagai bahan ajar”. Sedangkan menurut Latif (2013:114) “metode demonstrasi adalah perolehan pengalaman belajar yang dirancang secara khusus untuk menunjukkan, mengerjakan, dan menjelaskan suatu objek atau proses dari suatu peristiwa yang sedang dilakukan”. Selain dari itu, menurut Putra (2004) menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah cara penyajian

pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakaukan untuk mempertunjukkan proses tertentu.

Metode demonstrasi dalam pembelajaran memiliki tujuan untuk menjelaskan suatu materi. Menurut Roestria (2008:83) menyatakan bahwa “tujuan pokok penggunaan metode demonstrasi adalah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadainya sesuatu”. menurut Misiyanti (2014) menyatakn “Tujuan metode demonstrasi adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakanya, membandingkan sesuatu cara dengan cara lain dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu”

Selain memperhatikan metode untuk membantu stimulasi kemampuan kerjasama seperti yang dipaparkan diatas sangat diperlukan permainan tradisional yang sederhana tetapi bermanfaat. Permainan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendapat kesenangan dan kepuansan tersendiri serta dapat memberikan education bagi pemainnya. Permainan tradisional memberi ciri khas dari suatu daerah, setiap daerah di Indonesia tentunya memiliki permainan tradisional yang menjadi ciri khas dan budaya pada daerah tersebut. “Permainan tradisional adalah proses melakukan kegiatan yang menyennagkan hati anak dengan mempergunakan alat sederhana sesuai dengan keadaan dan merupakan hasil penggalian budaya setempat menurut gagasan dan ajaran turun temurun dari nenek moyang” (Direktorat PAUD, 2010:9). Menurut Iswinarti (2010:64) menyatakan bahwa “permainan tradisisonal merupakan kekayaan budaya bangsa yang mempunyai nilai-nilai luhur untuk dapat diwariskan kepada anak-anak sebagai generasi penerus”. Kebanyakan permainan tradisional dipengaruhi oleh alam lingkungannya, oleh karena permainan ini selalu menarik, menghibur sesuai dengan kondisi masyarakat saat itu. Permainan tradisional atau bisa disebut dengan

(5)

permainan rakyat merupakan hasil dari penggalian budaya lokal yang didalamnya banyak terkandung nilai-nilai pendidikan dan budaya serta dapat menyenangkan hati pemainnya. Permainan tradisional pada umumnya dimainkan secara berkelmpok atau minimal dua orang.

Permainan tradisional dapat memberikan kepuasan dan kesenangan bagi pemainnya. Menurut Suarka (2011:5) menyatakan “permainan tradisional bertujuan untuk mengembangkan emosi anak, untuk mengembangkan kreativitas anak, untuk mengembangkan aspek sosial, dan mengasah kecerdasan spiritual anak” . Sedangkan menurut Subagio (2015:28) menyatakan “tujuan permainan tradisional adalah untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak, diantaranya: mengembangkan aspek moral dan agama, fisik, bahasa, kognitif, dan sosial emosional”. Jenis-jenis permainan tradisional Bali menurut Suarka, (2011) sangatlah beraneka ragam, seperti

permainan Mesempyar, Megangsing,

Metembing, Mecingklak, Mecepetan, Mekebo-keboan, Meong-meongan, Mapoh-pohan, Magoak-goakan, Madul-dulan, Penyu metaluh, Juru pencar, dan masih banyak lagi jenis-jenis permainan tradisional lainnya di Bali.

Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan suatu penelitian tindakan kelas yang berjudul Penerapan Metode Demonstrasi Melalui Permainan Tradisional

Magoak-goakan untuk Meningkatkan

Kemampuan Kerjasama pada Anak Kelompok B TK Widya Sesana Sangsit Tahun Pelajaran 2015/2016.

Atas dasar penentuan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka peneliti dapat mengambil perumusan masalah sebagai berikut. Apakah penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional magoak-goakan dapat meningkatkan kemampuan kerjasama pada anak kelompok B TK Widya Sesana Sangsit Tahun Pelajaran 2015/2016?

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. Untuk mengetahui penerapan metode demonstrasi melalui permainan

tradisional magoak-goakan dapat meningkatkan kemampuan kerjasama pada anak kelompok B TK Widya Sesana Sangsit Tahun Pelajaran 2015/2016.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di TK Widya Sesana Sangsit pada Anak Kelompok B Tahun Pelajaran 2013/2014. Subjek penelitian ini sebanyak 14 orang anak dengan 8 perempuan orang anak dan 6 orang anak perempuan.

Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Pada hakikatnya PTK merupakan penelitian yang bertujuan untuk melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran. Terkait dengan hal tersebut, Agung (2014:27) menyatakan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) merupakan penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan”. Sedangkan Lewin (dalam Kunandar, 2008:42) menyatakan bahwa “penelitian tindakan adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan guru di kelasnya sendiri dengan tujuan agar dapat memperbaiki strategi dalam kegiatan proses belajar mengajar dan menambah pengetahuan serta keahlian guru sehingga guru dapat memberikan bimbingan dan arahan yang sesuai dengan kebutuhan anak di dalam kegiatan proses belajar mengajar.

Penelitian ini direncanakan sebanyak dua siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan kesiklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/evaluasi dan refleksi.

Model penelitian tindakan kelas (PTK) dapat di gambarkan sebagai berikut.

(6)

Gambar 1. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto dalam Deka, 2013:21)

Pada tahap perencanaan tindakan dilakukan kegiatan, menyamankan persepsi dengan guru mengenai penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisonal magoak-goakan, menyiapkan materi pelajaran yang sesuai dengan RKH. Menyiapkan media menara angka yang di gunakan sesuai dengan tema yang diajarkan. Menyusun instrumen penilaian penelitian yaitu format penilaian observasi.

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Kerlinger (dalam Agung, 2014:39) “variabel adalah sebagai sebuah konsep”. Kemudian Suryabrata (dalam Agung, 2014:40) menyatakan bahwa “variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian, Sering pula dikatakan variabel penelitian itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti”. Sedangkan menurut Sugiono (dalam Agung, 2014:41) menyatakan “variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya”. Penelitian ini menggunakan dua variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah: metode demonstrasi, dan variabel terikatnya adalah kemampuan kerjasama.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi. “metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu” (Agung, 2010:27). metode observasi pada prinsipnya merupakan suatu cara untuk memperoleh data yang lebih dominan menggunakan indera penglihatan (mata) dalam proses pengukuran terhadap suatu objek atau variabel tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan kerja sama pada anak. Pemberian skor untuk hasil belajar anak dengan menyiapkan instrument penilain.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Setiap kegiatan yang diobservasikan dikategorikan ke dalam kualitas yang sesuai yaitu anak belum berkembang dengan tanda bintang satu (*), anak mulai berkembang dengan tanda bintang dua (**), dan anak berkembang sesuai harapan dengan tanda bintang tiga (***). Berikut ini kisi-kisi instrumen penelitian penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional magoak-goakan untuk meningkatkan kemampuan kerjasama.

Tabel 01. Kisi-kisi Instrumen kemampuan kerjasama

Variabel Indikator

Kemampuan kerjasama

1. Melaksanakan tugas kelompok 2. Dapat bekerjasama dengan teman 3. Mau berbagi dengan teman

Setelah data dalam penelitian

(7)

statistik deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif. Kedua jenis metode analisis data tersebut dijelaskan sebagai berikut.

Metode analisis statistik deskriptif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapan rumus-rumus statistik deskriptif seperti: distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, mean dan standar deviasi, untuk menggambar suatu objek/variabel tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2014:110).

Dalam penerapan metode analisis statistik deskripif, data yang diperoleh dari hasil penelitian disajikan ke dalam (1) tabel distribusi frekuensi, (2) menghitung angka rata-rata atau mean (M), (3) menghitung modus (Mo), (4) menghitung median (Me), (5) menyajikan ke dalam grafik polygon.

Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendah data kemampuan kerjasama yang di tentukan dengan menggunakan pedoman konversi Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.

Tabel 02. Pedoman Konversi Skala Lima

Kriteria keberhasilan pada penelitian ini adalah adanya peningkatan kemampuan kerjasama pada anak kelompok B TK Wdya

Sesana Sangsit Tahun Pelajaran 2015/2016.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 19 April sampai dengan 28 Mei 2016 di kelompok B TK Widya Sesana Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan jumlah subjek sebanyak 14 anak, yang terdiri dari 8 anak perempuan dan 6 anak laki-laki. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, pada siklus I dilaksanakan selama 4 minggu dengan 13 kali pertemuan. Yaitu 1 kali pertemuan untuk sosialisasi awal dengan guru terkait penelitian yang akan dilaksanakan, 9 kali pertemuan untuk pembelajaran selama tiga minggu, dan 3 kali evaluasi pada minggu keempat. Sedangkan pada siklus II dilaksanakan selama 2 minggu dengan 6 kali pertemuan, yaitu 3 kali pertemuan pada minggu pertama untuk pembelajaran dan 3 kali pertemuan untuk evaluasi akhir pada minggu kedua. Secara umum pembelajaran telah dilaksanakan sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH).

Data yang dikumpulkan adalah mengenai kemampuan kerjasama anak menggunakan metode demonstrasi melaui

permainan tradisional magoak-goakan. Adapun data yang dimaksud yaitu berupa data hasil observasi dari kemampuan kerjasama dengan penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional magoak-goakan. Hasil analisis data penelitian ini dipaparkan sebagai berikut.

Grafik 1. Data Kemampuan Kerjasama Siklus I

Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon diatas terlihat Mo<Me<M (6<6,5<6,6), yang menunjukkan bahwa data-data kemampuan kerjasama pada siklus I merupakan kurva juling positif.

0 2 4 6 8 10

Persentase Kriteria Kemampuan Kerjasama Anak 90-100 80-89 65-79 55-64 0-54 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

(8)

Berdasarkan rata-rata persentase, nilai M% pada siklus I sebesar 73,33 % yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima, seperti yang terlihat pada tabel 02 berada pada tingkat penguasaan 65-79 % yang berarti bahwa kemampuan kerjasama pada anak berada pada kriteria sedang.

Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I adalah sebagai berikut. Pertama sebagian besar anak kurang aktif dalam mengikuti kegiatan, misalnya masih mengobrol dengan teman, bermain-main dalam kelompok yang dapat menggangu anak yang lain, hanya beberapa anak yang aktif dalam mengikuti kegiatan dikarenakan anak kurang mendapat pengawasan lebih dari guru, kedua anak belum memahami tentang cara dan aturan permainan tradisional magoak-goakan, karena permainan ini jarang diterapkan dalam pembelajaran, ketiga anak cenderung masih memilih-milih teman saat diinstruksikan guru untuk membuat kelompok, karena anak sudah terbiasa dari awal hanya mau bermain dengan teman yang itu-itu saja.

Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala di atas adalah sebagai berikut. Pertama anak yang biasanya sering mengobrol dan menggangu teman diberikan pengawasan dan perhatian yang lebih oleh guru agar semua anak dapat berpartisipasi aktif dalam permainan, kedua guru menjelaskan cara dan aturan permainan dengan bahasa yang sederhana sehingga anak mudah mengerti, dan guru juga memberikan contoh permainan tradisional magoak-goakan, ketiga guru mengadakan pendekatan dengan anak, sedikit demi sedikit anak-anak mulai dibiasakan untuk selalu bergaul dengan semua teman tanpa harus memilih-milih teman.

Siklus II dilakukan sama seperti siklus I. Data kemampuan kerjasama pada penelitian siklus II disajikan dalam bentuk (1)tabel distribusi frekuensi, (2) menghitung Modus (Mo), (3) menghitung Median (Me), (4) menghitung Mean (M), (5) menyajikan data pada grafik polygon dan (6) membandingkan rata-rata atau Mean dengan model PAP skala lima.

Grafik 2. Data Kemampuan Kerjasama Siklus II

Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon diatas terlihat M<Me=Mo (7,21<9=9), yang menunjukkan bahwa data-data kemampuan kerjasama pada siklus I merupakan kurva juling negatif. Nilai M% = 80,11 % yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima, seperti yang terlihat pada tabel 02 berada pada tingkat penguasaan 80-89 % yang berarti bahwa kemampuan kerjasama anak berada pada kriteria tinggi.

Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut. Anak berpartisipasi aktif untuk melakukan permainan tradisional magoak-goakan dalam kelompok. Setiap anak sudah mampu memposisikan dirinya dalam suatu kelompok serta mampu saling bekerjasama dengan teman, bukan hanya sebagai pelengkap dalam kelompok. Kemudian sebagian besar anak sudah mampu mencapai indikator-indikator yang telah ditetapkan pada RKH. Serta anak sangat tertarik dengan kegiatan yang diberikan, terbukti pada saat pada saat waktu bermain sudah selesai anak-anak masih ingin terus bermain lagi.

Secara umum proses pembelajaran dengan penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional magoak-goakan dapat dikatakan sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata persentase (M%) kemampuan kerjasama anak kelompok B dari siklus I ke siklus II. Namun ada beberapa kendala yang terjadi pada saat penelitian siklus II yaitu waktu penerapan yang kurang lama, beberapa anak masih perlu bimbingan karena pada saat

0 2 4 6 8 10 0 2 4 6 8 10

(9)

penelitian ada anak yang sakit, sehingga perlu adanya kelanjutan ke siklus berikutnya agar persentase kemampuan kerjasama dapat lebih meningkat. Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional magoak-goakan dapat meningkatkan kemampuan kerjasama pada anak.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase kemampuan kerjasama anak siklus I sebesar 73,33 % yang berarti berada pada kategori sedang, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 80,11% yang berada pada kategori tinggi. Jadi terjadi peningkatan sebanyak 6,78 %.

Pembelajaran dengan menggunakan metode sangatlah tepat untuk pembelajaran anak usia dini. Metode yang cocok diterapkan pada pembelajaran anak usia dini adalah metode demonstrasi, karena metode ini akan memberikan gambaran yang jelas kepada anak tentang suatu proses kegiatan yang akan dilakukan. Hal ini sependapat dengan teori Sumantri (2001:93) menyatakan bahwa “metode demonstrasi yaitu suatu bentuk proses belajar mengajar dengan memperagakan atau menunjukkan sesuatu atau bentuk tiruan sebagai bahan ajar”. Sedangkan menurut Latif (2013:114) “metode demonstrasi adalah perolehan pengalaman belajar yang dirancang secara khusus untuk menunjukkan, mengerjakan, dan menjelaskan suatu objek atau proses dari suatu peristiwa yang sedang dilakukan”. Selain dari itu, menurut Putra (2004) menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakaukan untuk mempertunjukkan proses tertentu. Sehingga dapat disimpulkan metode demonstrasi adalah cara memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu dalam suatu kegiatan dan memberikan pengalaman belajar.

Melalui metode demonstrasi banyak permainan yang bisa diterapkan kepada anak untuk mengembangkan aspek-aspek

perkembangan khususnya kemampuan kerjasama. Permainan tradisional adalah salah satu permainan yang penting diperkenalkan kepada anak, selain dapat mengembangkan aspek perkembangan juga dapat memperkenalkan budaya daerah kepada anak sejak dini. Menurut Direktorat PAUD (2010:9) “Permainan tradisional adalah proses melakukan kegiatan yang menyennagkan hati anak dengan mempergunakan alat sederhana sesuai dengan keadaan dan merupakan hasil penggalian budaya setempat menurut gagasan dan ajaran turun temurun dari nenek moyang”. Sedangkan Menurut Iswinarti (2010:64) menyatakan bahwa “permainan tradisisonal merupakan kekayaan budaya bangsa yang mempunyai nilai-nilai luhur untuk dapat diwariskan kepada anak-anak sebagai generasi penerus”.

Kebanyakan permainan tradisional dipengaruhi oleh alam lingkungannya, oleh karena permainan ini selalu menarik, menghibur sesuai dengan kondisi masyarakat saat itu. Permainan tradisional atau bisa disebut dengan permainan rakyat merupakan hasil dari penggalian budaya lokal yang didalamnya banyak terkandung nilai-nilai pendidikan dan budaya serta dapat menyenangkan hati pemainnya. Permainan yang digunakan pada penelitian ini adalah permainan tradisional magoak-goakan yang berasal dari daerah Buleleng. Permainan tradisional pada umumnya dimainkan secara berkelompok atau minimal dua orang sehingga dalam proses permainannya tentu para pemain dituntut untuk saling bekerjasama dengan anggota kelompoknya agar dapat memenangkan permainan. Sejalan dengan pendapatnya Taro (2002) yang menyatakan “permainan tradisional magoak-goakan memiliki tujuan untuk mengembangkan kreativitas dan semua aspek perkembangan anak, diantaranya adalah perkembangan nilai agama dan moral, sosial emosional, kognitif, bahasa, dan fisik motorik”.

Penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional magoak-goakan anak dibimbing untuk melatih kemampuan kerjasama dengan baik, tidak lagi memilih-milih teman saat bermain, tidak saling berkelahi, serta dapat saling

(10)

membantu dengan teman saat permainan. Permainan ini dilaksanakan diluar kelas dengan prosedur yang sudah ditentukan sebelumnya.

Penyajian hasil penelitian diatas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional magoak-goakan dapat meningkatkan kemampuan kerjasama pada anak kelompok B di TK Widya Sesana Sangsit. Dengan dilakukannya penerapan penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional magoak-goakan secara bertahap dan berulang-ulang serta dibimbim langsung oleh guru dan peneliti maka akan dapat meningkatkan kemampuan kerjasama anak dengan baik. Dari penerapan metode dan penerapan permainan tersebut tentu dapat menjadikan anak lebih sportif dalam mengikuti permainan, tidak memilih-milih teman, mau membantu teman, serta anak mampu bekerjasama dengan teman.

Dari paparan diatas, maka secara umum telah mampu menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa dengan penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional magoak-goakan cenderung meningkatkan kemampuan kerjasama anak kelompok B di TK Widya Sesana Sangsit tahun pelajaran 2015/2016.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisional magoak-goakan dapat meningkatkan kemampuan kerjasama pada anak kelompok B TK Widya Sesana Sangsit tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan rata-rata kemampuan kerjasama anak pada siklus I sebesar 73,33 % yang berarti berada pada kategori sedang, dan rata-rata kemampuan kerjasama anak siklus II sebesar 80,11 % yang berada pada kategori tinggi. Ini menunjukkan adanya peningkatan persentase kemampuan

kerjasama anak dari siklus I ke siklus II sebesar 6,78 %. Dengan demikian penerapan metode demonstrasi melalui permainan tradisisonal magoak-goakan dapat meningkatkan kemampuan kerjasama pada anak kelompok B di TK Widya Sesana Sangsit tahun pelajaran 2015/2016.

Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Bagi kepala sekolah, agar mempertimbangkan metode demonstrasi sebagai bahan pembelajaran bagi guru-guru TK Widya Sesana Sangsit. Bagi guru, agar meningkatkan pemahaman dan melaksanakan pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode demonstrasi, sehingga dapat meningkatkan proses dan hasil belajar anak. Bagi anak, agar dibiasakan belajar dengan menggunakan metode demonstrasi, untuk meningkatkan kepuasan dan kesenangan dalam mengikuti pembelajaran sehingga pada akhirnya memperoleh perkembangan yang baik dalam proses dan hasil belajar. Bagi peneliti lain, disarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut sebagai penyempurnaan mengenai indikator terkait dengan kemampuan kerjasama anak dengan metode demonstrasi melalui permainan tradisional magoak-goakan.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha Singaraja.

---. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

---. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media Publishing.

Ambarjaya, Beni S. 2012. Psikologi Pendidikan & Pengajaran Teori & Praktik. Yogyakarta: CAPS.

Iswinarti. 2010. Nilai-Nilai Terapiutik Permainan Tradisional Engklek Untuk Anak Usia Sekolah Dasar.

(11)

Tersedia pada https://www.google.co.id/#q=nilai +nilai+terapiutik+permainan+tradi sional+engklek+untuk+anak+usia +sekolah+dasar (diakses tanggal 20 Februari 2016).

Jahja, Yudrik. 2012. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana. Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian

Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Latif, Mukhtar. 2013. Orientasi Baru

Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana Prenda Media Group.

Misiyanti, Ni Wayan. 2014. Penerapan Metode Demonstrasi Berbantuan Media Konkrit Melalui Kegiatan Kolase untuk Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Anak Kelompok B semester II TK Weda Purana Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitan Pendidikan Ganesha. Permainan Tradisisonal pada Lembaga

Kelompok Bermain. 2010. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Nonformal dan Informal Direktorat Pendidikan Anak usia Dini.

Roestiyah, N. K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Saputra, Yudha. 2005. Pembelajaran

Kooperatif Untuk meningkatkan Ketrampilan Anak TK. Jakarta: DEPDIKNAS.

Suarka, I Nyoman. 2011. Nilai Karakter Bangsa dan Permainan Tradisional Anak bali. Denpasar. Udayana Universitas Press

Subagio, Heru. 2015. Permainan Tradisional Sebagai Media Pembelajaran Anak. Tersedia

pada

http://p4tksb-jogja.com/images/WI/permainan %20Tradisional%20Sebagai%Me dia%20Pembelajaran%20Anak% 20-%20Heru%20Subagio.pdf (diakses tanggal 23 Februari 2016).

Sumantri, mulyani. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.

Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak usia Dini-Pengantar Berbagai

Aspeknya. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Taro, Made. 2002. Permainan Tradisional Bali. Bali: Dinas Pendidikan Propinsi Bali.

Yusuf, Syamsu. 2007. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI.

Zaman, Badru, dkk. 2008. Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta: sUniversitas Terbuka.

Gambar

Gambar 1. Rancangan Penelitian Tindakan  Kelas  (Arikunto  dalam  Deka,  2013:21)
Grafik  1.  Data  Kemampuan  Kerjasama  Siklus I
Grafik  2.  Data  Kemampuan  Kerjasama   Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian melalui proses pengolahan data, analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan permainan tradisional lari

Berdasarkan pada hasil temuan penelitian yang telah diuraikan dalam bab IV, dapat disimpulkan secara umum penelitian ini yaitu: penggunaan metode demonstrasi dapat

Berdasarkan kajian teori dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab IV, maka dalam penelitian penulis dapat menarik kesimpulan yaitu penerapan metode

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan metode demonstrasi berbantuan media papan flannel dapat meningkatkan perkembangan bahasa pada

Berdasarkan hasil penelitian yang didiskripsikan pada bab IV maka dapat disimpulkan sebagai berikut; (1) Dengan menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran IPA di

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Student Team Achivement

Berdasarkan hasil penelitian yang didiskripsikan pada bab IV maka dapat disimpulkan sebagai berikut; (1) Dengan menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran IPA di

Berangkat dari penelitian tersebut maka diharapkan dengan penerapan permainan tradisional bentengan dapat meningkatkan sosio-emosional siswa kelas II SDN Tanjungsari BAHAN DAN