• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Menurut Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional (pasal 1 ayat 1), pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk masa yang akan datang.

Undang – Undang Dasar 1945 dengan tegas telah mengatur pentingnya pendidikan bagi warga negara Republik Indonesia. UUD 1945 Pasal 31 a berbunyi : “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran” sedangkan pasal 31 b berbunyi :”Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang”. Amanat undang-undang ini jelas menggambarkan bahwa pendidikan itu memiliki manfaat yang cukup besar sehingga menjadi hak setiap warga negara untuk mendapatkannya dan menjadi kewajiban bagi negara untuk menyelenggarakannya.

Dalam Robinson Torigan (2006) menyebutkan bahwa:

1. Pendidikan merupakan sembarang proses yang dipakai individu untuk memperoleh pengetahuan atau wawasan, atau mengembangkan sikap-sikap

(2)

2. Pendidikan adalah segala perbuatan yang etis, kreatif, sistematis dan intensional, dibantu oleh metode dan teknik ilmiah, diarahkan pada pencapaian tujuan pendidkan tertentu.

Definisi lain dikemukakan oleh Carter V. Good seperti dikutip dari (Robinson Torigan, 2006) pendidikan aalah

1. Proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku dalam masyarakat.

2. Proses sosial di mana seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya.

2. Tujuan Serta Pentingnya Pendidikan

Pendidikan sangat penting dalam kehidupan masyarakat dari suatu bangsa dan negara. Melalui pendidikan yang diupayakan suatu bangsa atau negara dapat mencapai cita- cita dan tujuan hidupnya sesuai dengan falsafah dan pandangan hidup negara yang dianutnya. Dengan kata lain bahwa pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk mencapai tujuan hidup suatu bangsa atau negara.

Pemerintah Indonesia sangat memperhatikan dan berusaha meningkatkan mutu pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan. Berdasarkan Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bab II pasal 4 yang berbunyi :”Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan

(3)

dan keterampilan, kesejahteraan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.

Penjelasan diatas dengan jelas bahwa begitu pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia. Pendidikan merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan status sosial ekonomi keluarga. Terpenuhnya pendidikan seseorang merupakan modal untuk mengubah status sosial ekonominya agar menjadi lebih baik.

B. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan pembangunan nasional, karena dalam pembangunan nasional itu diperlukan manusia – manusia yang berkualitas dalam segala hal. Dari sini dapat dilihat betapa pentingnya pendidikan, tetapi tidak semua manusia dapat mengenyam pendidikan. Hal ini dikarenakan salah satu penyebabnya adalah ekonomi. Masyarakat yang ekonominya tidak mampu sulit mendapatkan pendidikan karena diperlukan biaya yang tidak sedikit.

Tingginya rata-rata tingkat pendidikan masyarakat sangat penting bagi kesiapan bangsa menghadapi tantangan global di masa depan (Basrowi dan Siti Juariyah 2010). Pendidikan yang tinggi tidak mudah didapat bagi anak, terutama didaerah pedesaan, banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut antara lain berasal dari orang tua.

Basrowi dan Siti Juariyah (2010) menjelaskan bahwa faktor orang tua dalam keberhasilan belajar anaknya sangat dominan. Banyak peneliti baik dari dalam maupun dari luar negeri menemukan kesimpulan tersebut. Faktor orang tua

(4)

lebih dapat dikategorikan ke dalam dua variabel,variabel struktural dan variabel proses. Yang dikategorikan variabel struktural anatara lain latar belakang status ekonomi, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan orang tua. Sedangkan variabel proses adalah perilaku orang tua dalam memberikan perhatian dan bantuan kepada anaknya dalam belajar.

Menurut Undang – Undang RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1, jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan seseorang akan mempengaruhi pandangan terhadap suatu yang datang dari luar. Orang yang mempunyai pandangan luas akan memberikan pandangan yang rasional daripada orang yang berpendidikan lebih rendah atau tidak berpendidikan sama sekali.

1. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program tahunan terdiri atas Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI), sedangkan bentuk satuan program 3 tahun sesudah 6 tahun adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat (Undang – undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Pasal 7).

2. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah adalah lanjutan pendidikan dasar yang terdiri atas pendidikan menengah umum dan menengah kejuruan. Bentuk satuan

(5)

pendidikan menengah terdiri dari atas Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan bentuk lain yang sederajat (Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Pasal 18).

3. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi disebut Perguruan Tinggi yang dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas (Undang – Undang Sistem pendidikan nasional No. 20 Tahun 2003, pasal 19 dan 20).

C. Kesejahteraan Keluarga

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata kesejahteraan merupakan kata benda yang mempunyai arti hak atau keadaan sejahtera, keamanan dan keselamatan dan ketentraman. Kata sejahtera merupakan kata sifat yang memiliki arti aman sentosa dan makmur, serta selamat (terlepas dari segala macam gangguan).

Menurut Undang – Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial, “kesejahteraan adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”. Kesejahteraan dapat dilihat dari pemerataan pendapatan, pendidikan yang mudah dijangkau, dan kualitas kesehatan yang semakin meningkat dan merata. Pemerataan pendapatan

(6)

berhubungan dengan adanya lapangan pekerja, peluang dan kondisi usaha, dan faktor ekonomi lainnya. Kesempatan kerja dan kesempatan berusaha diperlukan agar masyarakat mampu memutar roda perekonomian yang pada akhirnya mampu meningkatkan jumlah pendapatan yang diterima.

Berdasarkan definisi tentang kesejahteraan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan adalah suatu keadaan terpenuhinya segala kebutuhan hidup baik material maupun non-material, yang dapat diukur dengan adanya pemerataan pendapatan, pendidikan yang mudah dijangkau, dan kualitas kesehatan yang semakin meningkat dan merata, sehingga dapat membuat seseorang merasa aman, sentosa, makmur, dan selamat.

Kesejahteraan keluarga adalah suatu kondisi dinamis keluarga dimana terpenuhi semua kebutuhan fisik materil, mental spiritual dan sosial, yang memungkinkan keluarga dapat hidup wajar sesuai dengan lingkungannya serta memungkinkan anak-anak tumbuh kembang dan memperoleh perlindungan yang diperlukan untuk membentuk sikap mental dan kepribadian yang mantap dan matang sebagai sumber daya manusia yang berkualitas (BAPPERMASKB : 2010/2011 dalam Praja : 2014).

Menurut konsepnya, keluarga sejahtera dapat didefinisikan menurut Undang – Undang No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, menyatakan bahwa keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup yang layak, bertakwa kepada Tuhan YME dan memiliki

(7)

hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat dan lingkungan (BAPPERMASKB : 2010/2011 dalam Praja 2014).

1. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan

a. Faktor intern keluarga 1. Jumlah anggota keluarga

Pada zaman seperti sekarang ini tuntutan keluarga semakin meningkat. Tidaknya hanya cukup dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan, pendidikan dan sarana pendidikan), tetapi juga kebutuhan lainnya seperti hiburan, rekreasi, sarana ibadah, sarana untuk transportasi dan lingkungan yang serasi. Kebutuhan di atas akan lebih baik memungkinkan dapat terpenuhi jika jumlah anggota keluarga berjumlah kecil.

2. Tempat tinggal

Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan keluarga. Keadaan tempat tinggal yang diatur sesuai dengan selera keindahan penghuninya, akan lebih menimbulkan suasana yang tenang dan menggembirakan serta menyejukkan hati. Sebaliknya tempat tinggal yang tidak teratur tidak jarang menimbulkan kebosanan untuk menempati.

3. Keadaan sosial keluarga

Untuk mendapatkan kesejahteraan keluarga, alasan yang paling kuat adalah keadaan sosial dalam keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga dapat dikatakan baik atau harmonis, jika ada hubungan yang baik dan benar – benar didasari ketulusan hati dan rasa kasih sayang antara anggota keluarga.

(8)

4. Keadaan ekonomi keluarga

Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber – sumber yang dapat meningkatkan taraf hidup anggota keluarga (BKKBN, 1994 dalam Praja : 2014). Jadi, semakin banyak sumber – sumber keuangan atau pendapatan yang diterima maka akan meningkatkan taraf hidup keluarga.

b. Faktor Ekstern Keluarga

Kesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangkan. Terjadinya kegoncangan dan ketegangan jiwa diantara anggota keluarga perlu dihindarkan, karena hal ini dapat mengganggu ketentraman dan kenyamanan kehidupan dan kesejahteraan keluarga.

Faktor yang dapat mengakibatkan kegoncangan jiwa dan ketentraman batin anggota keluarga yang datangnya dari luar lingkungan keluarga antara lain : 1. Faktor manusia, yaitu iri hati dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma. 2. Faktor alam, yaitu bahaya alam, kerusuhan dan berbagai macam virus

penyakit.

3. Faktor ekonomi negara, yaitu pendapatan tiap penduduk atau income perkapita rendah, inflasi.

D. Tingkat Kesejahteraan

Menurut Danhartani, Eka Radiah, dan Usamah Hanafie (2012) pernah menyatakan bahwa kesejahteraan merupakan kepuasan yang diperoleh seseorang dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima, namun tingkatan dari kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat relatif karena

(9)

tergantung dari besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil mengkonsumsi pendapatan tersebut.

Gambaran tentang cara yang lebih baik untuk mengukur kesejahteraan dalam sebuah rumah tangga mengingat sulitnya memperoleh data yang akurat. Cara yang dimaksud adalah dengan menghitung pada konsumsi rumah tangga (Danhartani, Eka Radiah, dan Usamah Hanafie, 2012).

Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional2000 (Danhartani, Eka Radiah, dan Usamah Hanafie 2010), membagi tingkat kesejahteraan keluarga atas batasan / pengertian keluarga miskin dengan alasan ekonomi, yaitu :

1. Keluarga pra sejahtera, apabila keluarga tersebut dikategorikan sebagai keluarga miskin, yaitu apabila karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :

a. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sekali atau lebih.

b. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk dirumah, bekerja / sekolah dan berpergian.

c. Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah.

2. Keluarga sejahtera I, apabila keluarga tersebut diategorikan sebagai keluarga miskin, yaitu keluarga yang karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :

a. Anggota keluarga melaksanakan ibadah agama.

b. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.

c. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk dirumah, bekerja / sekolah dan berpergian.

(10)

d. Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah.

e. Anak sakit atau PUS ingin berKB dibawa kesarana kesehatan. 3. Keluarga sejahtera II, dengan indikator sebagai berikut : a. Indikator keluarga sejahtera I.

b. Anggota keluarga melaksanakan ibadah agama secara teratur. c. Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging / telur / ikan.

d. Setahun terakhir anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru.

e. Luas lantai rumah paling kurang 8 m² untuk tiap penghuni.

f. Tiga bulan terakhir anggota keluarga dalam keadaan sehat dan dapat melaksanakan tugas / fungsi masing – masing.

g. Ada anggota keluarga umur 15 tahun keatas berpenghasilan tetap. h. Anggota keluarga umur 10 - 16 tahun bisa baca tulis latin.

i. Anak umur 7 – 15 tahun bersekolah.

j. PUS dengan anak hidup 2 atau lebih saat ini memakai kontrasepsi.

4. Keluarga sejahtera III, yaitu keluarga yang memenuhi indikator sebagai berikut :

a. Indikator keluarga sejahtera II.

b. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama. c. Sebagian keluarga ditabung.

d. Kebiasan keluarga makan bersama paling kurang satu kali dan dimanfaatkan untuk komunikasi.

(11)

f. Keluarga berekreasi diluar rumah paling kurang sekali dalam enam bulan. g. Keluarga memperoleh dari surat kabar / radio / TV / majalah.

h. Anggota keluarga mampu memanfaatkan sarana transportasi setempat. 5. Keluarga III plus, yaitu dengan indikator sebagai berikut :

a. Indikator keluarga sejahtera III

b. Keluarga secara teratur dengan sukarela memberikan sumbangan materi untuk kegiatan sosial.

c. Ada anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan yayasan institusi masyarakat.

1. Pengertian Buruh

Sebelum membahas lebih lanjut tentang kesejahteraan buruh, perlu dijabarkan apa sebenrnya yang dimaksud dengan buruh itu sendiri. UU No 22 tahun 1957 (tentang penyelesaian perselisihan perburuhan) mendefinisikan buruh adalah mereka yang bekerja pada majikan dan menerima upah. Menurut ILO, buruh adalah seseorang yang bekerja pada orang lain / badan hukum dan mendapatkan upah sebagai imbalan atas jerih payahnya menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan padanya, dengan kata lain semua orang yang tidak memiliki alat produksi dan bekerja pada pemilik alat produksi maka bisa dikatakan sebagai buruh. Konsepsi ini juga sejalan dengan pemikiran Marx tentang borjuis dan proletar, pada hakekatnya di dunia ini hanya ada 2 kelas yaitu borjuis dan proletar, borjuis adalah pemilik alat produksi dan proletar adalah orang yang tidak memiiki alat produksi. Tidak ada kelas menengah karena sebenarnya kelas menengah adalah pecahan dari kelas proletar.

(12)

Dari berbagai sumber definisi buruh bukan hanya pekerja kasar pabrik, tapi juga semua orang yang bekerja di bawah perintah kekuasaan orang lain dan menerima upah. Jadi pegawai negeri sipil maupun eksekutif pun sebenarnya adalah buruh juga. Tapi definisi ini sengaja dikaburkan dijaman Orde Baru sebagai upaya pengkotak – kotakan dan pemecah belahan, sehingga definisi terpecah menjadi buruh, pekerja, pegawai, kaum professional, dsbnya. Tujuannya supaya kekuatan buruh tidak bersatu sehingga tidak bisa mempengaruhi kekuasaan politik penguasa saat itu.

Di Indonesia, pada tataran praksis ketika kita berbicara tentang buruh, maka yang dimaksud adalah pekerja “berkerah biru” (blue collar) yang selalu diidentikan dengan kemiskinan, kumuh, untuk makan harus “gali lobang tutup lobang”, termarginalkan. Buruh inilah yang kemudian dilihat dari tingkat kesejahteraan berada pada level bawah masyarakat.

Tenaga kerja atau pekerja adalah tiap orang yang melakukan pekerjaan baik dalam hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja yang bisanya disebut dengan buruh bebas mislanya seorang dokter yang membuka pintu praktek, pengacara, penjual koran / majalah, di pinggir jalan, petani, yang menggarap lahannya sendiri. Tenaga kerja / buruh ini disebut dengan istilah pekerja. Karyawan ialah setiap orang yang melakukan kerja / pekerjaan seperti karyawan toko, karyawan buruh, karyawan perusahaan dan karyawan angkatan bersenjata, mereka ini disebut dengan istilah tenaga kerja.

Buruh adalah mereka yang berkerja pada usaha perorangan dan diberikan imbalan kerja secara harian maupun borongan sesuai dengan kesepakatan kedua

(13)

belah pihak, baik lisan maupun tertulis, yang biasanya imbalan kerja tersebut diberikan secara harian (Praja : 2014).

E. Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan dasar teori diatas, maka penelitian yang relevan yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Novi Arzaqa Hadi Praja (2014) bertujuan untuk mengetahui

a. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan buruh penambang pasir di Desa Kaliori Kecamatan Kalibogor Kabupaten Banyumas.

b. Untuk mengetahui perbedaan pendapatan pada musim kemarau dan musim penghujan.

Teknik pengambilan sampelnya menggunakan Total Sampling. Untuk pengumpulan datanya menggunakan metode dokumentasi dan metode angket. Analisis datanya menggunakan korelasi. Hasil penelitiannya adalah

1) Tingkat kesejahteraan buruh penambang pasir serayu di Desa Kaliori Kecamatan Kalibogor Kabupaten Banyumas > 80% sejahtera II.

2) Terdapat perbedaan pendapatan pada musim hujan dan musim kemarau. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Teguh Santoso (2015) bertujuan untuk

mengetahui :

a. Untuk mengetahui kesejahteraan penambang batu gamping.

b. Untuk mengetahui tingkat pendidikan anak penambang batu gamping. c. Untuk mengetahui pengaruh tingkat kesejahteraan terhadap pendidikan anak.

(14)

Teknik pengambilan sampelnya menggunakan purposif sampling (penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu). Untuk pengumpulan datanya menggunakan Kuisoner (Angket) dan Dokumentasi. Analisis datanya menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi silang. Hasil penelitiannya adalah kajian tingkat kesejahteraan penambang batu gamping dan pendidikan anak di Desa Darmakraden Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas dalam tahaf sejahtera.

Tabel 2.1 Hasil Peneliti yang Relevan No Nama

dan Tahun

Judul Penelitian

Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil 1. Novi Arzaqa Hadi Praja (2014) kajian tingkat kesejahteraan buruh penambang pasir serayu di Desa Kaliori Kecamatan Kalibogor Kabupaten Banyumas 1. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan buruh penambang pasir di Desa Kaliori Kecamatan Kalibogor Kabupaten Banyumas. 2. Untuk mengetahui perbedaan pendapatan pada musim kemarau dan musim penghujan. pengambilan sampelnya menggunakan Total Sampling. menggunakan metode dokumentasi dan metode angket. Analisis datanya menggunakan korelasi 1. Tingkat kesejahteraan buruh penambang pasir serayu di Desa Kaliori Kecamatan Kalibogor Kabupaten Banyumas > 80% sejahtera II. 2. Terdapat perbedaan pendapatan pada musim hujan dan musim kemarau. 2. Teguh Santoso (2015) kajian tingkat kesejahteraan penambang batu gamping dan pendidikan anak di Desa Darmakraden Kecamatan Ajibarang 1. Untuk mengetahui kesejahteraan penambang batu gamping. 2. Untuk mengetahui tingkat pendidikan Pengambilan sampelnya menggunakan purposif sampling (penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu). Tingkat kesejahteraan penambang batu gamping dan pendidikan anak di Desa Darmakraden Kecamatan Ajibarang Kabupaten

(15)

Banyumas penambang batu gamping. 3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat kesejahteraan terhadap pendidikan anak. Kuisoner (Angket) dan Dokumentasi. Analisis menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi silang. tahaf sejahtera.

3. Peneliti Kajian tingkat kesejahteraan dan pendidikan anak penambang batu kapur di desa karangdawa kecamatan margasari kabupaten tegal Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan dan pendidikan anak penambang batu kapur di desa karangdawa kecamatan margasari kabupaten tegal. Pengambilan sampelnya menggunakan purposif sampling (penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu). Menggunakan Kuisoner (Angket) dan Dokumentasi. Analisis Korelasi Sperman Rank menggunakan tabel frekuensi dan presentase dan skor. Terdapat hubungan yang positif antara tingkat

kesejahteraan dengan pendidikan anak penambang batu kapur di Desa Karangdawa Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal

(16)

F. Kerangka Pikir

Berdasarkan permasalahan yang dibahas oleh peneliti, maka dapat dibuat kerangka pikir sebagai berikut :

Gambar 2.1 Diagram Alir Kerangka Pikir Penghasilan Pekerja Kesejahteraan pekerja Papan Pangan Sandang Kesehatan Komunikasi Kegiatan Kemasyarakatan Informasi Peribadatan Pendidikan penghasilan Pendidikan Anak 6 Tahun (Tamatan SD) 9 Tahun (Tamatan SMP) 12 Tahun (Tamatan SMA)

Tingkat Kesejahteraan Dengan Pendidikan Anak Penambang Batu Kapur

(17)

H. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka pikir diatas maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ho : Tidak dapat terdapat hubungan positif antara tingkat kesejahteraan dengan pendidikan anak penambang batu kapur

Ha : Terdapat hubungan positif antara tingkat kesejahteraan dengan pendidikan anak penambang batu kapur.

Gambar

Tabel 2.1 Hasil Peneliti yang Relevan
Gambar 2.1 Diagram Alir Kerangka Pikir Penghasilan Pekerja Kesejahteraan pekerja   Papan    Pangan   Sandang    Kesehatan   Komunikasi    Kegiatan Kemasyarakatan   Informasi    Peribadatan   Pendidikan    penghasilan  Pendidikan Anak    6 Tahun (Tamatan SD

Referensi

Dokumen terkait

Studi pustaka adalah melakukan riset dari berbagai bentuk pustaka seperti buku, jurnal, surat kabar. Dalam proses studi pustaka ini penulis mempngumpulkan beberapa fenomena

Keempat risk level tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor seperti jenis kegiatan yang dilakukan untuk memproduksi sebuah link berbeda-beda, menggunakan mesin atau alat yang

(Raise The Red Lantern, 01:01:04-01:01:18) Dari tindakan Yan'er di atas dapat terlihat bahwa Yan'er tidak menyukai kehadiran Song Lian sebagai istri baru Chen Zuoqian dengan

Bukit Sampah dan Ladang Laweh. Sim Parameter Lahan Lereng B. Pada lahan di Siduali tekstur tanahnya lempung berpasir dan termasuk Sedangkan untuk pembatas N total dan P 2 O 5

Susunan anggota Komite Audit telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam Pasal 38 ayat (1) PBI Nomor: 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Gond Corporate

Menyusun kubus menyerupai stupa, digunakan untuk , mengenalkan warna mengenalkan jumlah motorik halus konsentrasi Harga Rp.45.000,- Menara Balok Digunakan untuk :

Dimana guru pembimbing atau guru BK akan membantu peserta didik dalam mengatasi masalah kepercayaan diri melalui layanan informasi ,dimana layanan informasi

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat kita ketahui bahwa ada kecenderungan bahwa semakin tinggi kadar testosteron maka risiko kejadian AV derajat berat akan