• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah perempuan dan segala permasalahannya,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah perempuan dan segala permasalahannya,"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

78 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Objek Penenelitian

Objek penelitian ini adalah perempuan dan segala permasalahannya, baik dari segi kontribusi perempuan itu sendiri dalam mewujudkan pembangunan dan karakter bangsa maupun dari segi permasalahan perempuan dalam konteks ketertindasan dalam politik kaum laki-laki. Dewasa ini permaslahan perempuan di Indonesia dalam hal hak pendidikan, ekonomi, pekerjaan hingga masalah yang membelenggu perempuan dan intimidasi sosial dalam hal perdagangan anak-anak dan eksploitasi seksual yang menempatkan perempuan dalam posisi teropresikan. Penelitian ini dilakukan di Jakarta yakni, di tempat kantor sekaligus rumah tinggal aktivis perempuan Ratna Sarumpaet di daerah Kampung Melayu Kecil Jakarta.

3.2. Paradigma Penelitian

Menurut Bogdan dan Biklen “paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian”. Sedangkan menurut Capra “paradigma didefinisikan sebagai konstelasi konsep, nilai-nilai persepsi dan praktek yang dialami bersama oleh masyarakat, yang membentuk visi khusus tentang realitas sebagai dasar tentang cara mengorganisasikan dirinya”

(2)

79

(Moleong, 2006: 49). Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma kritis, sebagaimana dinyatakan oleh Verdiansyah (2005: 61-62) bahwa “teori kritis pada hakikatnya sebagai cara pandang terhadap realitas dengan berorientasi pada ideologi tertentu, teori kritis dapat dimaknai sebagai suatu konsep kritis dengan latar ideologi tertentu dalam mengkaji suatu fenomena sosial”.

Habermas menilai, “sikap bebas nilai bukan pendirian ilmiah, tetapi lebih merupakan sikap ideologis. Ideologis dipahami sebagai kepercayaan, norma atau nilai yang dianut, sekaligus sudut pandang dalam memahami realitas sosial. Tolak ukur kebenaran interaksi dan berkomunikasi antarsubjek dalam penelitian sosial ialah dengan interpretasi, interpretasi yang mmenimbulkan intersubjektivitas. Ontologis teori kritis melihat objek melekat pada subjeknya dan karenanya harus dipandang secara kritis. Epistimologis teori ini mengakui hubungan antara subjjek dan objek yang tidak dapat dipisahkan, maka pemisahan antar keduanya merupakan hal yang dibuat-buat (kuantitatif), dalam artian bahwa teori kritis menghendaki pemikiran, perasaan, dan persepsi orang yang menganalisis (peneliti). Kajian aksiologis teori kritis ialah bukan sesuatu yang netral, teori ini menekankan pada keberpihakan pada keadaan, kelompok, atau individu tertentu sesuai yang disukai oleh penggagasnya”. (Verdiansyah, 2005: 62-63).

Sesuai paparan tentang paradigma di atas yang memusatkan perhatian pada pesan atau teks, atau kata lain peranan teks dalam

(3)

80

kebudayaan, maka penelitian ini menggunakan paradigma kritis, dimana yang menjadi pusat perhatian atau penekanan penelitian ini adalah teks baik dialog naskah (skenario) maupun visualisasinya. Media dipergunakan oleh kelompok dominan untuk kepentingan memproduksi ideologi. Oleh karena itu teks audio visual yang dimuat dalam media film merupakan cerminan dari kekuatan dominan. Hall (1986), dalam Barker, (2007: 28). Lebih lanjut menjelaskan bahwa “media pada dasarnya tidak memproduksi, tetapi menentukan realitas melalui pemakaian teks yang dipilih. Tentunya pertarungan dalam pemaknaan akan dimenangkan oleh kelompok yang dominan dan menguasai media”.

Patton (1980) menyatakan bahwa “Paradigma kualitatif menekankan pada pendekatan humanistic untuk memahami realitas sosial, memberikan tekanan pada pandangan terbuka terhadap kehidupan. Paradigma kualitatif mengasumsikan bahwa realitas itu bersifat ganda atau kompleks antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan sehingga merupakan kesatuan yang bulat dan bersifat holistik” (Handayani dan Sugiarti, 2008: 48).

3.3. Metode Penelitian

Tipe penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) dalam Moleong (2006:4) “metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode ini diarahkan

(4)

81

pada latar dan individu tersebut secara utuh. Dengan demikian, tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan”.

Miller (2005: 54) mendefinisikan penelitian kualitatif “sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Pada komponen tutur menguatkan pernyataan tersebut”.

Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotik terhadap objek penelitiannya yaitu teks (wicara), baik dialog maupun audio-visual film. Tidak seperti analisis isi konvensional yang secara tipikal difokuskan pada muatan isi teks film yang manifest, analisis semiotik menekankan perhatian mengenai lambang-lambang atau tanda yang digunakan dari semua isi pesan (teks), termasuk cara pengambilan gambar (frame), pencahayaan, tata artistik, tata suara, skenario maupun istilah-istilah yang digunakannya dalam produksi film, serta ketelibatan ideologi sang komunikator dimana dalam berkesenian film, sutradara ialah orang yang bertanggungjawab terhadap kualitas film.

Sesuai pernyataan Sudibyo, Hamad, Qodari (2001) dalam Sobur (2006: 117) bahwa ”pada dasarnya, analisis semiotik memang merupakan sebuah ikhtiar untuk merasakan sesuatu yang “aneh” – sesuatu yang dipertanyakan lebih lanjut – ketika kita membaca atau mendengar suatu naskah atau narasi”. Analisisnya bersifat paradigmatik, dalam arti berupaya

(5)

82

menemukan makna termasuk dari hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah teks.

Sesuai pemikiran van Zoest (1991) dalam Sobur (2006: 121), analisis semiotik lebih menekankan perhatian mengenai apa yang disebut lambang-lambang yang mengalami “retak teks”. Maksud “retak teks “ disini adalah bagian (kata, istilah, kalimat, paragraph) dari teks yang ingin dipertanyakan lebih lanjut dicari tahu artinya atau maknanya. Fiske dalam Sobur (2006: 122) menyatakan bahwa semiotik tidak dipusatkan pada transmisi pesan, melainkan pada penurunan dan pertukaran makna. Penekanan disini bukan pada tahapan proses, melainkan teks dan interaksinya dalam memproduksi dan menerima suatu kultur atau budaya; difokuskan pada peran komunikasi dalam memantapkan dan memelihara nilai-nilai dan bagaimana nilai-nilai tersebut memungkinkan komunikasi memiliki makna.

Pendapat Fiske dalam Sobur (2006: 122) tentang “penggunaan metode semiotik pada penelitian yang berkaitan dengan pesan media massa sebenarnya tidaklah berlebihan. Pada masyarakat modern yang salah satunya diindikasikan pada masyarakat industri, fenomena media massa sebagai sarana komunikasi sekaligus ciri masyarakat tersebut menjadi hal yang tidak terelakkan. Setiap hari masyarakat selalu dijejali pesan-pesan media”.

Metode semiosis yang dipergunakan dalam riset ini adalah metode semiotika dari Roland Barthes. Lewat metode ini peneliti akan melihat

(6)

83

lambang-lambang atau tanda yang digunakan dari isi skenario (naskah). Ada tiga unsur menurut yang menjadi pusat perhatian penafsiran teks secara komprhensif, yakni meliputi penanda, petanda dan tanda yang termanifestasikan lewat keberadaan ganda penanda yang merupakan makna yang sekaligus bentuk menghasilkan tiga jenis pembacaan, diantaranya: Pemfokusan yang dilakukan oleh pemebentuk mitos bersifat sinis. Dalam penelitian ini pembentukan yang dilakukan oleh perempuan sebagai suatu konsep dan mencari forma untuk konsep itu.

Sebagai analisis, semiotika ialah sebagai pendekatan dalam metode penelitian interpretatif. Secara garis besar “kajian semiotika komunikasi yakni mengkaji tanda atau signal dalam konteks komunikasi yang lebih luas, yaitu yang melibatkan berbagai elemen komunikasi. Pierce melihat tanda (representamen) sebagai bagian tidak terpisahkan dari objek referensninya”. Selanjutnya, Pierce menjelaskah bahwa; “model triadik yang meliputi (representamen + objek + interpretan = tanda), baginya tanda adalah proses semiosis tak terbatas (unlimited semiosis)” (Piliang, 2008: 266).

Pemfokusan yang dilakukan oleh ahli mitologi bersifat demistifikasi. Dalam penelitian ini menguraikan mitos dan dia memahami adanya distorsi, aplikasinya ialah bahwa teori tentang mitos dan konsep perempuan masih perlu kritik untuk menemukan formasi yang baru. Pemfokusan bersifat dinamis, ia mengkonsumsi mitos menurut tujuan yang dibangun ke dalam

(7)

84

strukturnya, pembaca menghidupkan mitos sebagai suatu cerita yang nyata sekaligus tidak nyata.

“Tujuan utama dari semiotika media adalah bagaimana media massa menciptakan atau mendaur ulang tanda untuk tujuannya sendiri. Dengan pertanyaan apa yang dimaksudkan atau direpresentasikan oleh sesuatu, bagaimana makna itu digambarkan, mengapa ia memiliki makna sebagaimana ia tampil” (Danesi, 2010: 40). Selanjutnya Danesi (2010: 139) menyatakan bahwa “bentuk surialisme pada seni film ialah suatu bentuk representasi yang masuk citra aneh untuk menggambarkann suasana alamiah yang kelam dan menakutkan pada realitas sehari-hari”.

Secara umum, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan semiotika Roland Barthes. Telaah tentang semiotika media dalam metode penelitian Barthes ialah bagaimana penelitian bisa menampilkan makna-makna implicit yang tertanan didalamnya. Dalam melakukan analisis ialah bagaimana menunjukan sistem tanda secara menyeluruh yang tertanam dalam tanda untuk tujuan komersial. Tujuan utama semiotika media ialah “membuat katalog dan melakukan analisis pada struktur-struktur ketika hal tersebut menampilkan dirinya di dalam produk-produk media. Terdapat tiga pertanyaan mendasar untuk menganalisa hal tersebut: apakah yang dimaksudkan oleh struktur tertentu (teks, genre, dan lain-lain), bagaimana cara merepresentasikan apa yang dimaksudkanya, mengapa ia bermakna seperti itu?” (Danesi, 2010: 28).

(8)

85

Secara khusus metode penelitian ini pada dasarnya ialah bagaimana secara sistem struktur dalam media film dilakukan analisis sebagai berikut:

1. Teks denotasi dan konotasinya, teks diartikan sebagai teks secara tulisan, dalam struktur film teks yang dimaksudkan ialah bagaimana menganalisis skenario film (Jamila dan Sang Presiden) yang memuat bentuk tulisan deskripsi dan dialog-dialog secara keseluruhan. Dalam analisis ini ditekankan pada denotasi, konotasi, lingkungan secara kebahasaan (luingistik) yang mencakup langue dan parole, signifiant dan signifie, sintagma dan sistem, denotasi dan konotasinya.

2. Teknis Gambar (Tata Kamera) dalam terminologi semiotika, gambar dikalsifikasikan sebagai penanda visual, yang dalam analisisnya ialah bagaimana gagasan tata kamera tersebut dilihat dari hasil produksinya berdasarkan denotasi dan konotasi kandungan tandanya.

3. Teknis pencahayaan (Tata Cahaya) ialah bagaimana ia (pencahayaan) merepresentasikan makna dan makna tersebut sebagai analogi pikiran berdasarkan denotasi dan konotasinya.

4. Editing (Narasi) narasi yang dicirikan dengan beberapa aspek tertentu. plot sebagai petanda naratif yang mencakup urutan peristiwa dan peristiwa tersebut dilihat dari denotasi dan konotasinya.

5. Artistik (Tata Artistik) yang memuat segala macam benda (property), tempat kejadian (setting tempat) waktu kejadian (setting waktu) serta

(9)

86

unsur lain, termasuk juga costum (pakaian) dilihat dari tanda denotasi dan konotasinya.

6. Tata Audio (Suara) yang memuat segala macam bunyi-bunyian, seperti intonasi suara, sound effect (ilustrasi musik), soundtrack (lagu) berdasarkan denotasi dan konotasi tanda.

Kesembilan sistem struktur tanda yang mendukung film tersebut dianalisis secara komprehensif adapun hal yang mendukung tersebut ialah ikon, indeks, simbol, teks, kode, narasi dan mitos.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Sudibyo, dkk (2000: 90) mengatakan, bahwa “sebuah media yang sadar akan misi yang diusungnya akan sangat piawai memilih fakta-fakta dan menyusunnya berdasarkan „fungsinya‟ masing-masing tersebut, sesuai citra yang hendak dikembangkannya”. Dari pernyataan tersebut dapat dijelaskan media ialah meliputi audio dan visual, media dalam pengertian penulis ialah media masa yang terdiri dari beragam jenis baik yang memuat karya kreativitas jurnalistik ataupun artistik.

Objek dalam penelitian ini ialah film “Jamila dan Sang Presiden” dalam bentuk dokumentasi karya yang telah diproduksi oleh Satu Merah Panggung Production bekerja sama dengan MVP Production disutradarai oleh Ratna Sarumpaet. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini ialah hasil tertulis dari proses wawancara dengan narasumber-narasumber yang terlibat dalam

(10)

87

produksi film tersebut serta teori feminimse sosialis dan teori lain yang relevan.

Artinya, data primer dalam penelitian ini ialah film “Jamila dan Sang Presiden” yang diangkat dari panggung teater dengan judul “Pelacur dan Sang Presiden”. Sedangkan data skunder penelitian ini ialah data-data yang dapat mendukung penelitian, seperti: skenario, kata-kata hasil wawancara dengan pihak utama yang terlibat dalam produksi film (sutradara), dan literature lain yang berkaitan dengan pola analisisnya.

3.5. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah level “teks” media. Menurut Graddol sebagaimana yang dikutip Eriyanto (2003: 9) yang dimaksud dengan teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua bentuk ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra dan sebagainya. Jadi teks bukan hanya apa yang tercetak di atas kertas sehingga bisa dibaca, tapi semua bentuk bahasa yang bisa dipahami dan dimaknai oleh orang lain adalah teks juga.

Analisis “teks” kualitatif, dilakukan pada setiap aspek film yang menjadi obyek penelitian, yaitu aspek skenario, tata kamera, tata artistik, tata lighting dan audio, produser (penyandang dana) dan sutradara. Kata-kata, kalimat, gambar, benda, suara, warna cahaya, dana keproduksian, dan lain-lain yang menunjukkan ke arah penekanan representasi dan wacana perempuan.

(11)

88 3.6. Teknik Analisa Data

Analisis data untuk teks menggunakan analisis teks/wicara berdasar Model Barthes, seluruh isi film akan ditonton dan ditentukan bagian/uraian yang sesuai dengan elemen Semiotika Barthes. Jika dijelaskan dalam matriks berikut ini :

Matriks. 2

Teknik Analisa Semiotika Barthes

Semiotika Barthes Uraian

Definisi Tanda

(Signifier dan Signified)

Bagaimana tanda Denotasi dan Konotasi perempuan dilihat dalam film Jamila dan Sang Presiden

Frist Order (Depolitisasi)

Mengurai tanda-tanda dalam film sebagai tatanan pertama pemaknaan perempuan

Second Order (Deformasi)

Mengurai tanda-tanda dalam film sebagai tatanan kedua pemaknaan perempuan

Denotasi dan Konotasi dalam Lima Kode Barthes

Tanda yang terjalin dari kelima kode dalam lima kode.

Myth Analisis terhadap frist order dan

second order berdasarkan teori feminis sosialis

Rangkaian analisa data meliputi analisa teks/wicara dan analisis sosial budaya setting-nya. Jika menurut Miles dan Huberman (1997:18) model alir bisa juga digunakan, meliputi proses reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi. Analisis juga dilakukan pada penggabungan. Format sajian yang digunakan adalah matrik, hal ini dilatar belakangi karena teks/wicara yang diteliti bersifat narasi flashback, merentang dalam banyak scene, sehingga terpenggal-penggal bukan terpadu. Miles dan Huberman

(12)

89

(1992:137-139) “dalam penelitian kualitatif, model penyajian yang khas adalah dalam bentuk teks naratif”. Prosesnya, teks bisa muncul dalam bentuk catatan, lalu dikelompokan oleh penganalisis dengan pengutip penggalan-penggalan berkode dan menarik kesimpulan.

Referensi

Dokumen terkait

a) Nyeri akut yaitu nyeri yang timbul segera setelah rangsangan dan hilang setelah penyembuhan. b) Nyeri kronik yaitu nyeri yang menetap selama lebih dari 3 bulan walaupun

Sementara itu, Tabel 3 memberikan penjelasan bahwa hingga tahun 2011 perubahan peningkatan pendapatan per kapita per tahun sebelumnya sejalan dengan besarnya

Berdasarkan temuan pokok tersebut, maka kebijakan yang dapat ditawarkan adalah (1) mengingat kualitas tenaga kerja umumnya relatif rendah, perlu dilakukan pelatihan atau

Selain itu dibeberapa wilayah juga dicirikan dengan penurunan frekuensi konsumsi pangan pokok, kondisi tempat tinggal (lantai terluas dari tanah) dan pakaian. Rumahtangga yang

Pemodelan aliran fluida pada ANSYS CFD ini dilakukan dengan memberikan besar kecepatan arus yang terjadi pada kabel bawah laut (umbilical) dan memodelkan

Metodologi yang digunakan meliputi: evaluasi kinerja jalan Pantura menggunakan MKJI 1997; analisa lalu lintas yang teralihkan ke jalan tol menggunakan kurva

Problematika ekonomi manusia dalam prespektif Islam adalah pemenuhan kebutuhan (need) dengan Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia, dengan adanya konsep maslahah

dianugerahkan Guru Inovatif oleh Jabatan Pendidikan Negeri Selangor pada tahun 2010 kerana memenangi inovasi “Membina Ayat Berdasarkan Gambardengan Teknik SALAK”. SALAK