• Tidak ada hasil yang ditemukan

P U T U S A N NOMOR000/Pdt.G/2015/PTA.Btn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "P U T U S A N NOMOR000/Pdt.G/2015/PTA.Btn"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

P U T U S A N

NOMOR000/Pdt.G/2015/PTA.Btn

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Banten yang memeriksa dan mengadili perkara Cerai Talak dalam persidangan Majelis Hakim Tingkat Banding telah menjatuhkan putusan dalam perkara antara:

PEMBANDING, umur 57 tahun, agama Islam, pekerjaan Ibu rumah tangga, tempat tinggal di KOTA TANGERANG, dalam hal ini memberi kuasa kepada Dr. ELFRIDA R GULTOM, S.H, M. Hum. pada Kantor Advokat Elf Goeltom dan Rekan, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 29 Oktober 2014, beralamat di Jl. Teratai I No. 12, Jakarta 14230, dahulu sebagai Termohon Konvensi/Penggugat Rekonvensi sekarang sebagai Pembanding;

Melawan

TERBANDING, umur 60 tahun, agama Islam, pekerjaan Pensiunan BUMN, tempat tinggal di KOTA TANGERANG SELATAN, dalam hal ini memberi kuasa kepada Ira Zahara Jatim, SH & Fransiska Novita Eleonora, SH., M. Hum, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 26 Nopember 2014, pada Advocat & Legal Consultant, yang beralamat kantor di Jl. Merdeka Raya No. 11, Depok II Tengah, Kota Depok 16400 atau di Jl. Industri No. 9-11, Ruko Kemayoran, Jakarta Pusat. dahulu sebagai Pemohon Konvensi/Tergugat Rekonvensi sekarang sebagai Terbanding; Pengadilan Tinggi Agama tersebut;

Telah membaca dan memperhatikan berkas perkara dan surat-surat yang berkaitan dengan perkara yang dimohonkan banding;

TENTANG DUDUK PERKARANYA

Mengutip uraian sebagaimana termuat dalam putusan Pengadilan Agama Tangerang Nomor 000/Pdt.G/2014/PA. Tng, Tanggal 28 Oktober 2014

(2)

Miladiyah,bertepatan dengan Tanggal 04 Muharam 1436 Hijriyah yang amarnya berbunyi sebagai berikut:

- DALAM KONPENSI

1. Mengabulkan permohonan Pemohon Konpensi;

2. Memberi izin kepada Pemohon Konpensi (TERBANDING) untuk menjatuhkan talak satu raj’i terhadap Termohon Konpensi (TERBANDING) didepan sidang Pengadilan Agama Tangerang setelah putusan ini berkekuatan hukum yang tetap;

DALAM REKONPENSI

1. Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonpensi sebahagian;

2. Menetapkan mut’ah Penggugat Rekonpensi berupa uang sebesar Rp. 120.000.000,- (seratus dua puluh juta rupiah);

3. Menetapkan nafkah Penggugat Rekonpensi selama masa iddah sebesar Rp. 45.000.000,- (empat puluh lima juta rupiah);

4. Menghukum Tergugat Rekonpensi untuk memberikan mut’ah dan nafkah selama masa iddah sebagaimana tersebut pada angka 2 dan 3 di atas kepada Penggugat Rekonpensi;

5. Menolak gugatan Penggugat Rekonpensi untuk selain dan selebihnya; 6. Menyatakan gugatan Penggugat Rekonpensi tentang harta bersama tidak

dapat diterima (niet onvankelijke verklaard); DALAM KONPENSI DAN REKONPENSI

Membebankan kepada Pemohon Konpensi/Tergugat Rekonpensi untuk membayar biaya perkara yang hingga kini dihitung sebesar Rp. 741.000,- (tujuh ratus empat puluh satu ribu rupiah);

Membaca surat yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Agama Tangerang yang menyatakan bahwa pada hari Senin tanggal 3 Nopember 2014,Termohon melalui kuasa hukumnya bernama Dr.Elfrida R Gultom, S.H, M.Hum mengajukan banding terhadap putusan Pengadilan Agama Tangerang Nomor 000/Pdt.G/2014/PA. Tng Tanggal 28 Oktober 2014, Permohonan tersebut telah disampaikan kepada pihak lawan pada tanggal 23 Januari 2015, dan telah terdaftar di kepaniteraan Pengadilan Tinggi Agama Banten pada tanggal 7 April 2015 di bawah Nomor 00/Pdt.G/2015/PTA.Btn;

Telah pula membaca dan memperhatikan memori banding Pembanding tanggal 17 Nopember 2014 dan memori banding tersebut telah disampaikan kepada pihak lawan pada tanggal 30 Januari 2015;

(3)

Terbanding tanggal 11 Februari 2015 dan telah pula disampaikan kepada pihak lawan pada tanggal 17 Maret 2015;

Telah pula membaca surat keterangan Panitera Pengadilan Agama Tangerang tanggal 18 Maret 2015 yang menyatakan bahwa kuasa Pembanding tidak melakukan pemeriksaan berkas perkara ( Inzage);

Telah Pula membaca surat keterangan Panitera Pengadilan Agama Tangerang tanggal 30 Maret 2015 yang menyatakan bahwa kuasa Terbanding tidak melakukan pemeriksaan berkas perkara (Inzage)

TENTANG HUKUMNYA

Menimbang bahwa permohonan banding Pembanding telah diajukan dalam tenggang waktu dan menurut tata cara sebagaimana yang diatur oleh Peraturan perundang-undangan Pasal 7 ayat ( 1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1947 untuk itu permohonan banding Pembanding secara formil dapat diterima;

Menimbang bahwa agar Majelis Hakim Tingkat Banding dapat memberikan putusan yang benar dan adil maka dipandang perlu untuk memeriksa ulang apa yang telah diperiksa dipertimbangkan dan diputus oleh Pengadilan Agama Tangerang, untuk itu kemudian dipertimbangkan dan diputus ulang pada tingkat banding;

Menimbang bahwa setelah mempelajari dan meneliti secara seksama berkas perkara banding a quo, Majelis Hakim Tingkat Banding berpendapat bahwa secara substansial tentang apa yang telah dipertimbangkan Hakim Tingkat Pertama dalam putusannya telah tepat dan benar, untuk itu diambil alih menjadi pendapat sendiri sebagai dasar mempertimbangkan dan memutus perkara a quo pada tingkat banding dengan alasan-alasan sebagai berikut; DALAM KONVENSI

Menimbang bahwa pada dasarnya secara fakta Pemohon mendalilkan permohonannya kepada telah terjadinya pertengkaran dan perselisihan antara Pemohon dengan Termohon selama berjalan lebih kurang 10 (sepuluh) tahun yang lalu sebagai akibat dari sifat dan sikap Termohon yang selalu ingin mengatur urusan rumah tangga tanpa memperhatikan pendapat Pemohon selaku kepala rumah tangga akibatnya terjadi salah faham dan cekcok, apabila terjadi cekcok maka Termohon tidak lagi melayani kebutuhan sex Pemohon secara penuh dan sempurna seperti diawal perkawinan dengan alasan merasa tidak puas, hal ini akhirnya membuat Pemohon menderita dan tersiksa bathin berkepanjangan, sebagai puncak perselisihan tersebut terjadi pada pertengahan

(4)

bulan Mei 2013 dan pada akhir tahun 2013 pisah tempat tinggal dengan Termohon, oleh karena Pemohon tidak tahan lagi menanggung penderitaan, maka dengan dasar hal di atas Pemohon ingin mengakhiri ikatan perkawinan dengan Termohon dengan cara menjatuhkan talak;

Menimbang bahwa Termohon dalam jawabannya telah membantah dalil permohonan Pemohon tersebut dengan mengatakan bahwa penyebab terjadinnya perselisihan tersebut sebagai akibat dari perbuatan Pemohon sendiri telah menjalin hubungan cinta dengan perempuan lain bernama Siska, tapi Termohon mengakui telah pisah rumah dengan Pemohon sejak Januari 2014. Oleh karena Pemohon telah meninggalkan tempat kediaman bersama;

Menimbang bahwa fakta menunjukkan selama Pemohon dan Termohon berpisah antara kedua belah pihak tidak pernah bersatu lagi bahkan komunikasi sudah tidak ada, hal ini merupakan satu kenyataan bahwa antara keduanya sudah tidak saling memperdulikan, tidak saling percaya, bahkan telah melanggar ketentuan Undang-Undang dan agama dengan tidak lagi melaksanakan hak dan kewajiban masing-masing pihak;

Menimbang bahwa berdasarkan fakta dalam persidangan baik dari permohonan, jawab menjawab serta alat-alat bukti yang diajukan Pemohon dan Termohon, Hakim Tingkat Pertama telah mengambil kesimpulan, bahwa kehidupan rumah tangga Pemohon dan Termohon telah pecah dan sulit untuk dirukunkan kembali, dengan tidak mempersoalkan siapa pihak yang salah, dengan landasan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 38 K/AG/1990 tanggal 22 Agustus 1991 dan Nomor 266 K/AG/1993 tanggal 25 Juni 1994, dan selanjutnya menyatakan bahwa permohonan Pemohon telah terbukti dan memenuhi ketentuan Pasal 30 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Jo Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Jo Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam sebagai dasar untuk mengabulkan permohonan Pemohon;

Menimbang bahwa Majelis Hakim Tingkat Banding menilai bahwa pertimbangan Hakim Tingkat Pertama tersebut telah tepat dan benar oleh karena fakta yang dilandasi oleh hukum telah mengarah kepada keadilan dan kebenaran, untuk itu Majelis Hakim Tingkat Banding berpendapat bahwa merupakan suatu kewajiban dan patut apabila pertimbangan dan putusan tersebut dipertahankan;

Menimbang bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama telah lalai dengan tidak memperhatikan ketentuan Pasal 84 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7

(5)

Tahun 1989 yang telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, untuk itu berdasarkan ketentuan Pasal 178 ayat (1 ) HIR Majelis Hakim Tingkat Banding secara ex ofisio memandang perlu untuk memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Tangerang menyampaikan salinan penetapan ikrar talak kepada Pegawai Pencatat Nikah di Kantor Urusan Agama Kecamatan di tempat tinggal Pemohon dan Termohon dan ditempat kedua belah pihak melangsungkan pernikahan;

Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan di atas maka Majelis Hakim Tingkat Banding berpendapat bahwa putusan Pengadilan Agama Tangerang dalam konvensi harus dikuatkan dengan menambah amar putusan tentang perintah kepada Panitera Pengadilan Agama Tangerang;

DALAM REKONVENSI

Menimbang bahwa dalam perkara a quo ditingkat pertama yang awalnya sebagai Termohon Konvensi kemudian menjadi Penggugat Rekonvensi dengan mengajukan gugatan balik atas akibat dari Cerai Talak apabila pokok perkara dalam konvensi dikabulkan dengan perincian nuntut mut’ah sebesar Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) kemudian dalam repliknya berubah menjadi Rp. 2.000.000.000,- (dua milyar rupiah), nuntut nafkah selama iddah sebesar Rp.90.000.000,- (sembilan puluh juta rupiah), nuntut nafkah setiap anak sebesar Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah) setiap bulan dan nuntut agar harta yang terdiri dari ;

1. Tanah dan bangunan yang beralamat di, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang Provinsi Banten.

2. Rumah di jalan Gelatik 10 Bumi Makmur Bekasi. 3. Rumah di jalan Punai Bintaro, Sukabumi.

4. Saham Garuda sebesar Rp. 237.333.750,-.

5. Apartemen The Bouttique dan skylounge Tangerang. 6. Mobil Yaris tahun 2010.

7. CRV Tahun 2002.

8. Honda Freed tahun 2014. 9. BMW X5 Tahun 2002.

10. Motor Suzuki Spin tahun 2008

sebagai harta bersama milik Pemohon dan Termohon;

Menimbang bahwa dalam dupliknya Tergugat Rekonvensi memberikan jawaban atas gugatan balik tersebut dengan menyatakan bahwa bersedia

(6)

memberikan mut’ah sebesar Rp.50.000.000,-(lima puluh juta rupiah) dan nafkah selama iddah sebesar Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah) dan menolak memberikan nafkah untuk anak-anak, dengan alasan bahwa ketiga anak tersebut telah dewasa dan telah mempunyai penghasilan sendiri, sedangkan untuk harta yang disebutkan Penggugat Rekonvensi, Tergugat Rekonvensi tidak merasa keberatan ditetapkan sebagai harta bersama Pemohon dan Termohon kecuali harta berupa honda freed tahun 2014 oleh karena harta tersebut secara fakta tidak ada;

Menimbang bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama setelah memeriksa dan meneliti gugatan rekonvensi tersebut dengan memperhatikan jawab menjawab serta alat-alat bukti yang diajukan oleh masing-masing pihak lantas mempertimbangkan dengan menerima dan mengabulkan sebagian dari gugatan rekonvensi tersebut dan menolak serta tidak menerima selain dan selebihnya;

Menimbang bahwa dengan tidak adanya kesamaan besarnya tuntutan mut’ah dan nafkah selama iddah dari Penggugat Rekonvensi dan kesanggupan membayar dari Tergugat Rekonvensi, maka Majelis Hakim Tingkat Pertama dengan mendasarkan kepada ketentuan Pasal 149 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam dan Surat Al-Baqarah ayat 241 dan ayat 236 memberikan patokan dan menghukum Tergugat Rekonvensi membayar mut’ah kepada Penggugat Rekonvensi sebesar Rp.120.000.000,- (seratus dua puluh juta rupiah) dan berdasarkan ketentuan Pasal 149 huruf (b) dan Pasal 152 Kompilasi Hukum Islam membebankan dan menghukum Tergugat Rekonvensi membayar uang nafkah selama iddah sebesar Rp.45.000.000,- (empat puluh lima juta rupiah) kepada Penggugat Rekonvensi;

Menimbang bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama dalam pertimbangannya telah menolak gugatan Penggugat Rekonvensi tentang nafkah untuk 3 (tiga ) orang anak dengan alasan anak yang diatur oleh Undang-Undang adalah anak yang belum dewasa atau belum berumur 21 (dua puluh satu) tahun, sedangkan anak-anak Penggugat Rekonvensi dan Tergugat Rekonvensi telah berumur di atas 21 tahun bahkan ada yang sudah nikah dan semuanya telah bekerja;

Menimbang bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama juga telah menolak gugatan rekonvensi Penggugat tentang penetapan harta bersama sebagai milik Penggugat Rekonvensi dan Tergugat Rekonvensi dengan alasan bahwa posita dari gugatan tidak lengkap oleh karenannya menganggap gugatan balik Penggugat dalam hal tersebut cacat formil atau obscuur libel (kabur);

(7)

Menimbang bahwa Majelis Hakim Tingkat Banding menilai tentang pertimbangan hukum Majelis Hakim Tingkat Pertama dalam hal mut’ah dan nafkah selama iddah telah tepat dan benar, oleh karena telah memenuhi rasa keadilan dan kewajaran bila dilihat dari kemampuan dan penghasilan Tergugat Rekonveni selain itu mut’ah yang dibebankan kepada bekas suami tidak dapat dijadikan objek untuk memperkaya diri karena sifatnya hanya pemberian dengan tujuan sebagai pengembira terhadap istri yang dicerai, standarnya menurut Undang-undang dan agama kemampuan yang ada pada bekas suami. Demikian juga tentang nafkah selama iddah standarnya adalah kemampuan yang ada pada bekas suami dengan melihat kebutuhan hidup yang layak dan cukup bagi bekas istri dalam waktu satu bulan;

Menimbang bahwa penolakan Majelis Hakim Tingkat Pertama terhadap gugatan balik Penggugat Rekonvensi tentang nafkah ke 3 (tiga) orang anak tersebut menurut Majelis Hakim Tingkat Banding telah tepat dan benar, oleh karena secara fakta gugatan tersebut tidak mempunyai alas hukum. Demikian juga tentang pertimbangan terhadap gugatan balik Penggugat Rekonvensi atas harta bersama dengan menyatakan tidak dapat diterima, menurut Majelis Hakim Tingkat Banding telah tepat dan benar dengan alasan tidak didukung oleh posita yang lengkap maka gugatan tersebut cacat formil atau obscuur libel (kabur);

Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, Majelis Hakim Tingkat Banding berpendapat bahwa putusan Pengadilan Agama Tangerang dalam rekonvensi harus dipertahankan dan patut dikuatkan;

Menimbang bahwa keberatan-keberatan Pembanding sebagaimana tertuang dalam memori bandingnya, pada prinsipnya merupakan pengulangan tentang apa yang telah disampaikan pada sidang tingkat pertama, secara fakta telah terjawab dan terangkum dalam pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Pertama, untuk itu Majelis Hakim Tingkat Banding berpendapat bahwa tidak perlu dipertimbangkan lagi;

DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI

Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah dirubah dengan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 maka biaya pada tingkat pertama dibebankan kepada Pemohon dan biaya pada tingkat banding dibebankan kepada Pembanding yang jumlahnya akan ditetapkan dalam amar putusan ;

(8)

Menimbang bahwa dengan memperhatikan ketentuan Peraturan Perundang-undangan dan ketentuan hukum syar’i yang berkaitan dengan perkara ini ;

M E N G A D I L I I. Menerima permohonan banding Pembanding; II. Dalam Pokok Perkara

A. Dalam Konvensi

- Menguatkan putusan Pengadilan Agama Tangerang Nomor 000/Pdt.G/2014/PA.Tng tanggal 28 Oktober 2014 M bertepatan dengan tanggal 04 Muharam 1436 H dengan menambah amar putusan yang selengkapnya sebagai berikut;

1.Mengabulkan permohonan Pemohon;

2.Memberi ijin kepada Pemohon (TERBANDING) untuk menjatuhkan talak satu raj’i terhadap Termohon (PEMBANDING) di depan sidang Pengadilan Agama Tangerang, setelah putusan ini berkekuatan hukum tetap;

3.Memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Tangerang untuk menyampaikan salinan penetapan ikrar talak kepada Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Tangerang Kota Tangerang dan Kecamatan Jaya Pura Kabupaten Jaya Pura, untuk dicatat dalam register yang disediakan untuk itu;

B. Dalam Rekonvensi

- Menguatkan putusan Pengadilan Agama Tangerang Nomor 276/Pdt.G/2014/PA.Tng tanggal 28 Oktober 2014 M bertepatan dengan tanggal 04 Muharam 1436 H;

III. Dalam Konvensi dan Rekonvensi

- Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya perkara yang timbul pada tingkat pertama sebesar Rp.741.000,- (tujuh ratus empat puluh satu ribu rupiah);

- Membebankan kepada Pembanding untuk membayar biaya perkara pada tingkat banding sebesar Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah);

Demikian diputuskan dalam permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten pada hari Kamis tanggal 23 April 2015 Masehi bertepatan dengan tanggal 04 Rajab 1436 Hijriyah oleh kami Drs.M.Dirwan,S.H.M.H. Selaku Ketua Majelis, Drs.H.Ma’mur.M.H dan

(9)

Drs.H.Trubus Wahyudi,S.H,M.H masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan tersebut dibacakan pada hari itu juga dalam sidang terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis yang didampingi oleh Hakim Anggota tersebut dan dibantu oleh Aswadi,S.Ag sebagai Panitera Pengganti tanpa dihadiri oleh Pembanding dan Terbanding.

Ketua Majelis, Ttd Drs. M. Dirwan, S.H., M.H. Hakim Anggota Ttd Drs. H. Ma’mur, M.H. Hakim Anggota Ttd Drs. H. Trubus Wahyudi, S.H., M.H Panitera Pengganti Ttd Aswadi, S, Ag Rincian Biaya: 1. Biaya Proses Rp. 139.000,- 2. Biaya Redaksi Rp. 5.000,- 3. Biaya Materai Rp. 6.000,- J u m l a h Rp. 150.000,-

Untuk salinan yang sah sesuai dengan aslinya oleh: Panitera,

Referensi

Dokumen terkait

Kedua deiksis ich yang terdapat dalam kutipan di atas merujuk kepada seorang perempuan yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan. Pada kedua contoh di atas,

 Pembiayaan APBN melalui utang merupakan bagian dari pengelolaan keuangan negara yang lazim dilakukan oleh suatu negara:.  Utang merupakan instrumen utama pembiayaan APBN

Tidak jarang terjadi bahwa suatu tulisan yang cukup panjang (10 halaman atau lebih) ternyata tidak mengandung pesan (message) tertentu sebagai gagasan pokok (main idea) si

Masalah-masalah penelitian tersebut sangat penting untuk diteliti bagi pengembangan ilmu pemasaran terutama yang berkaitan dengan orientasi pasar, pembelajaran oragisasional

Kebijakan-kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan oleh Perseroan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian diterapkan secara konsisten dengan yang

motif gerakan yang dilakukan penari Sêblang selalu sesuai dengan hitungan lagu. Contohnya motif sapon yang terdiri darigerak kanan lalu kiri dalam empat hitungan,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan yaitu evaluasi tarif dilakukan setiap tahun mengacu dan pada kemampuan pedagang atau wajib retribusi, melakukan audit

Program pembangunan selama ini terkesan sangat stagnan dahkan cenderung tidak berdampak kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama dalam lingkup masyarakat desa