• Tidak ada hasil yang ditemukan

keuangan suatu perusahaan akan meningkat jika diaudit oleh pihak ketiga yang independen dari Kantor Akuntan Publik (KAP). Dengan demikian, para

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "keuangan suatu perusahaan akan meningkat jika diaudit oleh pihak ketiga yang independen dari Kantor Akuntan Publik (KAP). Dengan demikian, para"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Aktivitas audit merupakan suatu aktivitas yang digunakan untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga laporan keuangan tersebut dapat diandalkan sebagai alat pengambilan keputusan. Boynton & Johnson (2005), mendefinisikan audit sebagai suatu proses sistematis yang bertujuan untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian (degree of correspondence) dengan kriteria yang ditentukan, dan menyampaikan hasil tersebut kepada para pemakai kepentingan.

Di Indonesia, profesi audit sendiri mulai marak digunakan sejak pemerintah Indonesia mengeluarkan regulasi yang menyatakan bahwa perusahan-perusahaan yang terdaftar di Pasar Modal Indonesia (Indonesia Stock Exchange) harus diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (Sutoyo, 1989). Sampai saat ini, auditor atau bisa juga disebut akuntan publik, dipercaya sebagai pihak independen yang dapat menjembatani beberapa kepentingan dalam suatu perusahaan.

Laporan keuangan perusahaan memberikan informasi yang berguna bagi seluruh pengguna, termasuk manajer, investor, kreditor, dan juga pemerintah dalam proses pengambilan keputusan (Suyono, Yi, dan Riswan, 2013). Hal ini lah yang menyebabkan laporan keuangan perusahaan sangat penting dan dapat diandalkan. Bagi perusahaan yang sudah melakukan penawaran umum dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), laporan keuangan juga dipandang sebagai wujud pertanggungjawaban perusahaan atas saham yang dimiliki oleh masyarakat secara umum. Selain itu, pertanggungjawaban tersebut juga dimaksudkan untuk pihak bank atas pemberian kredit yang digunakan untuk operasional perusahaan. Menurut Suyono, Yi, dan Riswan (2013), nilai laporan

(2)

keuangan suatu perusahaan akan meningkat jika diaudit oleh pihak ketiga yang independen dari Kantor Akuntan Publik (KAP). Dengan demikian, para pengguna laporan keuangan merasa yakin atas laporan keuangan yang disajikan perusahaan.

Independensi dalam perikatan suatu audit menjadi hal mutlak yang harus dimiliki dan dijaga oleh seorang auditor. Beberapa skandal besar yang cukup terkenal, seperti Enron-Arthur Endersen, Worldcom, dan lain sebagainya, menjadi salah satu kritikan atas independesi auditor yang mulai diragukan di mata publik. Independensi auditor tidak hanya berdasar pada kerja lapangan seorang auditor, namun juga berdasar pada opini pada laporan keuangan yang sudah diaudit (Suyono, Yi, dan Riswan, 2013).

Auditor eksternal dimaksudkan untuk memberikan nilai dengan cara menambah reliabilitas dan kredibilitas laporan keuangan melalui audit yang independen (Porter, Simon, dan Hatherly, 2003). Hudaib dan Cooke (2005), menyebutkan bahwa prinsip dasar independensi auditor dalam melakukan audit muncul dari tiga macam kontrol yang disediakan audit, yaitu pencegahan, penemuan, dan pelaporan. Dengan demikian auditor tidak dapat memberikan ketiga kontrol tersebut dan juga tidak dapat memberikan nilai tambah atas reliabilitas dan kredibilitas laporan keuangan, jika independensi dari auditor itu sendiri terganggu/rusak.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sebagai pihak yang berwenang mengatur kegiatan keuangan di Indonesia, mewajibkan perusahaan yang akan dan sudah terdaftar agar menggunakan jasa auditor independen untuk melakukan audit atas laporan keuangannya. Artinya, semakin banyak perusahaan yang terdaftar di BEI, maka semakin banyak pula kebutuhan akan jasa audit di Indonesia. IDX mencatat, per 31 Januari 2016, terdapat 199 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar sebagai auditor bank di OJK. Banyaknya permintaan akan jasa audit tentu akan berpengaruh pada persaingan antar KAP. Tingginya kompetisi antar KAP dalam menarik klien dalam perikatan, memungkinkan klien untuk memilih atau mengganti auditornya secara bebas (Suyono, Yi, dan Riswan, 2013). Jika

(3)

perikatan antara auditor (KAP) dengan klien ini tidak diatur secara jelas, maka dimungkinkan akan muncul hal-hal yang mengganggu independensi auditor.

Salah satu hal yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengatur hubungan antara KAP dengan kliennya yaitu dengan mengatur tenur audit, dan memberikan jangka waktu maksimal perikatan bagi perusahaan dengan KAP yang sama. Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang mewajibkan adanya pergantian KAP secara rutin. Hal tersebut terbukti dengan adanya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”, yang mana hingga saat ini menjadi acuan dasar pelaksanaan pemberian jasa akuntan publik di Indonesia. Peraturan tersebut merevisi PMK sebelumnya dan merubah batasan maksimal perikatan audit antara KAP dan suatu entitas dari yang awalnya 5 tahun menjadi 6 tahun buku berturut-turut. Dengan adanya peraturan ini, diharapkan independensi auditor dapat terjaga dengan baik, sehingga kualitas audit yang diberikan juga menjadi lebih baik.

Pergantian auditor, atau sering disebut auditor switching, merupakan fenomena yang cukup sering terjadi dalam dunia bisnis. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan untuk mengganti auditor eksternalnya. Salim dan Rahayu (2012) menyatakan bahwa pergantian auditor bisa terjadi secara wajib karena peraturan yang megharuskan pergantian dan bisa juga terjadi secara sukarela. Wajib artinya perusahaan mengganti auditornya karena perikatan audit sudah mencapai batas waktu maksimal perikatan berdasar peraturan yang berlaku, sehingga perusahaan mau tidak mau harus melakukan pergantian auditor. Sedangkan sukarela artinya perusahaan secara sukarela melakukan pergantian perusahaan meskipun belum mencapai batas waktu maksimal perikatan audit. Dalam prakteknya, pergantian auditor secara sukarela sangatlah mungkin terjadi. Kondisi-kondisi tertentu yang terjadi dalam perusahaan dapat mendorong manajemen untuk memutuskan apakah diperlukan pergantian auditor atau tidak.

Di Indonesia sendiri, fenomena pergantian auditor telah terjadi di semua sektor industri. Berdasarkan data yang diperoleh dari IDX dari tahun 2010 hingga

(4)

2014, terlihat bahwa rata-rata perusahaan terdaftar melakukan pergantian auditor sekitar 30% untuk masing-masing sektor. Angka tersebut menunjukkan bahwa perusahaan di semua sektor industri di Indonesia cukup sering melakukan pergantian auditor, baik itu secara sukarela maupun karena adanya perintah/kewajiban.

Prastiwi dan Wilsya (2009), menyatakan bahwa adanya fenomena pergantian auditor menimbulkan kecurigaan dimata publik terkait dengan kualitas serta kelengkapan informasi yang disajikan oleh laporan audit itu sendiri. Pergantian auditor yang “tidak sehat” bisa saja terjadi dalam fenomena ini, sehingga sangat dimungkinkan informasi yang disajikan pun tidak dapat diandalkan. Keadaan tersebut kemudian dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan dalam mengambil sebuah keputusan.

Pergantian auditor di dunia bisnis sendiri cukup menarik perhatian bagi para akademisi, tidak hanya di Indonesia melainkan juga di seluruh dunia. Terbukti dengan banyaknya penelitian yang bertema kan pergantian auditor dari berbagai sudut pandang penelitian, baik dari sisi permintaan maupun penwarannya. Sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh Nasser et al. (2006), yang menjadikan perusahaan publik di Malaysia sebagai objek penelitiannya. Selain itu, Hudaib dan Cooke (2005) juga melakukan penelitian dengan objek penelitian perusahaan publik di UK, dan masih banyak lagi penelitian lainnya terkait dengan pergantian auditor. Fenomena pergantian auditor menjadi menarik diteliti karena banyak pihak yang ingin mengetahui faktor pendorong suatu perusahaan melakukan pergantian auditor tanpa ada unsur yang mewajibkan mereka untuk melakukan pergantian tersebut.

Penelitian ini berfokus pada beberapa variabel identitas perusahaan serta beberapa faktor eksternal yang dimungkinkan memiliki hubungan dengan perilaku perusahaan melakukan pergantian auditor. Opini audit menjadi salah satu variabel yang akan diambil dalam penelitian ini. Opini audit sendiri merupakan salah satu hal utama yang dilihat oleh pengguna laporan keuangan. Dalam hal ini,

(5)

peneliti akan lebih cenderung melihat opini keberlangsungan usaha atas perusahaan yang diberikan oleh auditor.

Going concern dikenal sebagai suatu asumsi keberlangsungan perusahaan, yang berisikan kemampuan perusahaan untuk beroperasi dalam jangka waktu yang panjang. Opini audit keberlangsungan usaha sendiri merupakan opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (IAI, 2001:SA Seksi 341). Dalam penelitiaanya atas perusahaan-perusahaan di Belgia, Vanstraelen (2003) menemukan bahwa opini keberlangsungan usaha yang diberikan oleh auditor kepada suatu perusahaan secara signifikan meningkatkan kemungkinan kebangkrutan perusahaan di masa yang akan datang. Munculnya opini tersebut dipercaya sebagai suatu sinyal negatif, dimana perusahaan akan mengalami kebangkrutan pada periode selanjutnya (Vanstraelen, 2003). Dari penelitian ini, Vanstraelen (2003) menyimpulkan bahwa perusahaan akan cenderung melakukan pergantian auditor jika mereka menerima opini keberlangsungan usaha pada tahun terakhir perikatan audit. Dengan kata lain, opini keberlangsungan usaha berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor. Sedangkan beberapa penelitian yang dilakukan di Indonesia (Meryani & Mimba, 2012), (Joviana, 2014), (Mahantara, 2012), menghasilkan bahwa opini keberlangsungan usaha tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pergantian auditor. Perbedaan hasil di atas menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara opini keberlangsungan usaha dengan pergantian auditor.

Kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya juga berkaitan dengan kondisi keuangan perusahaan itu sendiri. Kesulitan keuangan yang dialami dapat menyebabkan para pengguna laporan keuangan berpandangan negatif kepada perusahaan. Selain itu, kondisi keuangan perusahaan juga dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh manajemen, termasuk dalam pemilihan jasa audit yang akan dipakai. Schwarts dan Menon (1985) menemukan

(6)

bahwa pergantian auditor diantara perusahaan bangkrut lebih sering terjadi dibandingkan dengan yang terjadi di perusahaan yang tidak bangkrut. Chen, Xu & Wu (2009), juga melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan hubungan antara pergantian auditor dengan kesulitan keuangan perusahaan, yang menghasilkan kesimpulan bahwa kondisi kesulitan keuangan perusahaan berkorelasi secara positif dengan pergantian auditor.

Variabel selanjutnya yaitu ukuran perusahaan yang dilihat dari ukuran aset yang dimiliki. Menurut Nasser et al. (2006), pemilihan KAP dapat didasarkan pada ukuran perusahaan klien dan tipe jasa yang dibutuhkan. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Watts dan Zimmerman (1986) dalam Nasser et al. (2006) bahwa semakin besar klien maka akan semakin besar pula kompleksitas operasional perusahaan. Hal tersebut akan menyebabkan meningkatnya pemisahan jarak antara manajemen dengan pemilik perusahaan, sehingga akan meningkatkan permintaan atas jasa audit independen untuk mengurangi agency cost yang muncul. Dalam hal ini, total aset dapat menjadi indikator yang digunakan untuk mengukur ukuran perusahaan, karena total aset menunjukkan harta yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.

Selain itu, isu pergantian manajemen juga menjadi salah satu hal yang diperbincangkan ketika suatu perusahaan melakukan pergantian auditor. Pergantian manajemen dalam sebuah perusahaan akan mempengaruhi terjadinya perubahan kebijakan dalam bidang akuntansi, keuangan, dan pemilihan Kantor Akuntan Publik (Salim dan Rahayu, 2012). Lebih lanjut, Salim dan Rahayu menjelaskan bahwa pergantian manajemen dapat diikuti oleh pergantian KAP sebab KAP dituntut untuk mengikuti kehendak manajemen, seperti kebijakan akuntansi yang dipakai oleh manajemen. Damayanti dan Sudarma (2010) juga menjelaskan bahwa pergantian manajemen yang ditandai dengan munculnya CEO baru, dapat mengakibatkan perubahan pada kebijakan di dalam perusahaan seperti dalam bidang akuntansi keuangan dan pemilihan sebuah KAP.

(7)

Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian lebih lanjut atas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pergantian auditor. Menurut Kurniawan (2012), perusahaan yang melakukan pergantian KAP secara sukarela disebabkan karena KAP yang terdahulu bertindak konservatif dan tidak sejalan dengan kepentingan manajemen perusahaan. Perusahaan cenderung akan mencari KAP yang dapat memenuhi kepentingannya. Sehingga, jika terjadi pergantian KAP oleh perusahaan di luar ketentuan peraturan yang telah ditetapkan maka akan menimbulkan pertanyaan bahkan kecurigaan dari investor sehingga penting untuk diketahui faktor penyebabnya (Sinarwati, 2010).

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggabungkan beberapa variable independen yang terdapat dalam beberapa penelitian berbeda. Sebelumnya, Nasser et al. (2006) telah melakukan penelitian atas perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Kuala Lumpur (Malaysia) degan tujuan untuk memeriksa salah satu aspek dalam hubungan auditor-klien, berupa tenur audit dan perilaku pergantian auditor termasuk faktor-faktor yang mempengaruhinya. Namun, menurut peneliti, penelitian ini memiliki beberapa kekurangan berupa adanya varibael-variabel lain yang mungkin dapat dapat meningkatkan pengetahuan peneliti terkait pergantian auditor dan tenur audit, seperti karakteristik corporate governance, biaya audit, dan tipe opini audit.

Dari pemaparan di atas, peneliti ingin memeriksa lebih lanjut fenomena pergantian auditor di Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan menggunakan sampel terpilih, peneliti memeriksa beberapa faktor yang diasumsikan memiliki hubungan dengan perilaku pergantian auditor di Indonesia. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel yang belum digabungkan dalam penelitian sebelumnya, yaitu opini audit keberlangsungan usaha, kesulitan keuangan, ukuran perusahan, dan pergantian manajemen. Penggabungan beberapa variabel independen tersebut bertujuan untuk mengetahui faktor yang berasal dari internal perusahaan maupun eksternal perusahaan, karena faktor pendorong pergantian auditor tidak hanya dapat dilihat

(8)

dari kondisi internal perusahaan, melainkan juga faktor eksternal perusahaan yang mungkin terjadi. Pemilihan variabel tersebut juga bertujuan untuk melengkapi penelitian sebelumnya yang memiliki beberapa keterbatasan, baik itu keterbatasan variabel independen yang digunakan, maupun keterbatasan sektor objek penelitian yang digunakan.

Penelitian dilakukan dalam konteks pergantian auditor yang terjadi pada perusahan di semua sektor, kecuali sektor keuangan, yang telah terdaftar di BEI selama tahun 2010 - 2014. Sektor keuangan tidak dimasukkan karena sektor ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan sektor lainnya, baik dari segi operasional bisnis maupun laporan keuangannya. Selain itu, regulasi yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia bagi perusahaan-perusahaan keuangan tergolong cukup ketat dan berbeda dengan sektor lainnya. Hal ini dikarenakan sektor keuangan merupakan sektor yang berhubungan dengan peredaran uang di masayarakat dan juga terkait dengan hajat hidup orang banyak. Ketatnya regulasi yang berlaku bagi sektor keuangan cenderung membuat perusahaan dalam sektor ini melakukan apa yang diwajibkan, sehingga fenomena pergantian auditor secara sukarela tidak dapat diteliti untuk sektor ini.

Atas dasar pemaparan dan pertimbangan di atas, maka penelitian ini diberi judul “PENGARUH OPINI KEBERLANGSUNGAN USAHA, KESULITAN

KEUANGAN, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PERGANTIAN

MANAJEMEN TERHADAP PERGANTIAN AUDITOR DI INDONESIA”

1.2.Rumusan Masalah

Pergantian auditor merupakan hal yang wajar dilakukan oleh suatu perusahaan. Meskipun begitu, alasan perusahaan atau faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan melakukan pergantian auditor perlu diketahui lebih mendalam, karena alasan tersebut dapat mempengaruhi kualitas audit yang diberikan oleh auditor baru serta independensi dari auditor yang bersangkutan. Opini audit kelangsungan usaha, kesulitan keuangan yang dialami perusahaan,

(9)

ukuran perusahaan, serta pergantian manajemen menjadi beberapa faktor yang mungkin berhubungan dengan keputusan perusahaan melakukan pergantian auditor. Adapun pengaruh yang ditimbulkan dari beberapa faktor tersebut menjadi hal utama yang ingin diketahui dari penelitian ini.

1.3.Pertanyaan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa pertanyaan penelitian, berupa :

a) Apakah opini keberlangsungan usaha berpengaruh positif terhadap keterjadian pergantian auditor yang terjadi pada perusahan-perusahaan di Indonesia? b) Apakah kesulitan keuangan berpengaruh positif terhadap keterjadian

pergantian auditor yang terjadi pada perusahan-perusahaan di Indonesia? c) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap keterjadian

pergantian auditor yang terjadi pada perusahan-perusahaan di Indonesia? d) Apakah pergantian manajemen berpengaruh positif terhadap keterjadian

pergantian auditor yang terjadi pada perusahan-perusahaan di Indonesia?

1.4.Tujuan

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

a) Untuk membuktikan secara empiris hubungan antara opini keberlangsungan usaha terhadap keterjadian pergantian auditor yang terjadi pada perusahan-perusahan di Indonesia;

b) Untuk membuktikan secara empiris hubungan antara kesulitan keuangan terhadap keterjadian pergantian auditor yang terjadi pada perusahan-perusahan di Indonesia;

c) Untuk membuktikan secara empiris hubungan antara ukuran perusahaan terhadap keterjadian pergantian auditor yang terjadi pada perusahan-perusahan di Indonesia;

(10)

d) Untuk membuktikan secara empiris hubungan antara pergantian manajemen terhadap keterjadian pergantian auditor yang terjadi pada perusahan-perusahan di Indonesia;

1.5.Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi terkait dengan topik pergantian auditor. Bagi pembaca secara umum, penelitian ini diharapkan dapat :

 Memberikan pengetahuan mengenai pergantian auditor beserta gambaran terjadinya peristiwa tersebut di Indonesia secara umum;

 Memberikan pengetahuan terkait dengan pengaruh ke-4 faktor tersebut di atas terhadap keterjadian pergantian auditor yang terjadi pada perusahan-perusahaan di Indonesia.

Sedangkan bagi para peneliti, diharapkan penelitian ini dapat :

 Memberikan pengetahuan mengenai pergantian auditor beserta gambaran terjadinya peristiwa tersebut di Indonesia secara umum;

 Memberikan pengetahuan awal terkait pengaruh ke-4 faktor tersebut di atas terhadap keterjadian pergantian auditor yang terjadi pada perusahan-perusahaan keuangan di Indonesia;

 Menjadi salah satu referensi pada penelitian selanjutnya terkait dengan topik pergantian auditor

1.6.Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penelitian yang dipakai dalam penelitian ini yaitu : BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan penelitian.

(11)

Bab ini menjelaskan landasan teori yang berhubungan dengan pengaruh ke-4 variable yang telah dipilih terhadap fenomena pergantian auditor di Indonesia. Penulis juga akan memaparkan tinjauan pustaka berupa penelitian terdahulu yang meneliti topik-topik serupa. Selain itu juga akan dipaparkan model penelitian dan hipotesis konseptual.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai hal-hal teknis yang menyangkut penelitian, yakni waktu dan tempat penelitian, variabel penelitian definisi operasional variabel, populasi, sampel, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi hasil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penulis akan memaparkan gambaran umum objek/ data penelitian, analisis data, dan melakukan pembahasan lengkap terhadap hasil penelitian.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan tahap terakhir dalam penulisan karya tulis ini, yang berisi tentang simpulan hasil penelitian dan saran dari penulis yang didasarkan pada temuan penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Bila persoalan merupakan persoalan yang sederhana atau ada theorema analisa matematika yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan tersebut, maka  penyelesaian

Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi

Sehingga dengan perencanaan ini diharapkan sistem alur pengelolaan sampah mulai dari sampah masuk, letak penampungan sampah, tempat pemilahan sampah, tempat

Dan pemberian dosis FMA berpengaruh nyata pada variabel luas daun, tinggi tanaman, diameter batang pada umur 75-90 hari setelah tanam, serta berat basah brangkas

Selain itu, tanaman juga memerlukan akar untuk menyerap hara agar dapat tumbuh dengan baik  sehingga dalam tahap aklimatisasi ini diperlukan suatu media yang dapat

mempertimbangkan beberapa komponen teknologi yang telah diadopsi petani, antara lain : (i) penggunaan varietas Tukad Balian, Way Apoburu, Ciherang, Maros, Widas, yang

(2012), dalam penelitian tersebut menemukan bahwa terdapat perbedaan kualitas akuntansi sebelum dan setelah adopsi IFRS, yang ditandai dengan perusahaan yang

Hal ini didukung oleh penelitian Coto (2005) yang memperlihatkan bahwa pemanasan dan pengekangan tidak menurunkan laju perubahan dimensi untuk jenis kayu kamper, meranti, gmelina