• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persentase Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti Menurut Kecamatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Persentase Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti Menurut Kecamatan"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah Tahun 2016-2021 II.1

G

GAAMMBBAARRAANNUUMMUUMMKKOONNDDIISSIIDDAAEERRAAHH

2.1. Aspek Geografi dan Demografi

Aspek ini memberikan gambaran dan hasil analisis terhadap kondisi

geografis Kabupaten Kepulauan Meranti yang mencakup karakteristik dan potensi

pengembangan wilayah, kerentanan wilayah terhadap bencana, luas wilayah

menurut batas administrasi pemerintahan kabupaten serta beberapa data/informasi

lainnya.

2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Kabupaten Kepulauan Meranti berdasarkan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabupaten Kepulauan Meranti di Propinsi Riau

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 13, TambahanLembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4968) dengan Luas seluruh wilayah kabupaten

adalah 6.920,26 km2 dengan wilayah darat ± 3.714,19 km2 dan wilayah laut ± 3.206,07 km2 terdiri dari 9 kecamatan 101 desa/kelurahan. terdapat 4 pulau besar dan 8 pulau kecil lainnya serta memiliki 18 sungai.

Jika dirinci luas wilayah menurut kecamatan dan dibandingkan dengan luas

Kabupaten Kepulauan Meranti, Kecamatan Tebing Tinggi Timur merupakan

kecamatan yang terluas yaitu 768 km2 (20,68%) dan kecamatan yang terkecil

adalah Kecamatan Tebing Tinggi dengan luas 81 km2 (2,18%).

Gambar 2.1

Persentase Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti Menurut Kecamatan

(2)

Tabel 2.1

Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti 2014

Kecamatan Luas Daerah Wide Area Persentase

Km2 Ha (%)

(1) (2) (3) (4)

Tebing Tinggi Barat 587.33 58,733 15.81

Tebing Tinggi 81.00 8,100 2.18

Tebing Tinggi Timur 768.00 76,800 20.68

Rangsang 411.12 41,112 11.07

Rangsang Pesisir 371.14 37,114 9.99

Rangsang Barat 128.20 12,820 3.45

Merbau 436.00 43,600 11.74

Pulau Merbau 380.40 38,040 b10.24

Tasik Putri Puyu 551.00 55,100 14.83

Kab. Kep. Meranti 3,714.19 371,419 100.00

Sumber: Kebupaten Kepulauan Meranti Dalam Angka Tahun 2015

Jarak terjauh antara ibukota kecamatan dengan ibukota Kabupaten

Kepulauan Meranti adalah ibukota Kecamatan Putri Puyu yaitu Desa Bandul dengan

jarak lurus 59 km. Dan jarak terdekat selain Kecamatan Tebing Tinggi adalah

ibukota Kecamatan Rangsang Barat, yaitu desa Bantar dengan jarak lurus 6 km.

Tabel 2.2

Tinggi Wilayah di Atas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti

Kecamatan Ibukota Tinggi(m )

Tebing Tinggi Barat Alai 7

Tebing Tinggi Selat Panjang 7

Tebing Tinggi Timur Sungai Tohor 7

Rangsang Tanjung Samak 6

Rangsang Pesisir Sonde 6

Rangsang Barat Bantar 6

Merbau Teluk Belitung 5

Pulau Merbau Renak Dungun 5

Tasik Putri Puyu Bandul 5

Sumber: Kebupaten Kepulauan Meranti Dalam Angka Tahun 2015

Posisi astronomi Kabupaten Kepulauan Meranti berupa kepulauan di sebelah

(3)

Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah Tahun 2016-2021 II.3 102010'40” - 103014’ Bujur Timur. Kabupaten Kepulauan Meranti terletak pada bagian pesisir timur pulau Sumatera, dengan pesisir pantai yang berbatasan dengan

sejumlah Negara tetangga dan masuk dalam daerah Setiga Pertumbuhan Ekonomi

(Growth Triagle) Indonesia – Malaysia – Singapore (IMS-GT) dan secara tidak langsung sudah menjadi daerah hinterland Kawasan Free Trade Zone (FTZ) Batam

– Tj.Balai Karimun. Dalam rangka memanfaatkan peluang dan keuntungan posisi geografis dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah perbatasan dengan negara

tetangga Malaysia dan Singapura, maka wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti

sangat potensial berfungsi sebagai gerbang lintas batas negara/pintu gerbang

internasional yang menghubungkan dengan Riau daratan dengan negara tetangga

melalui jalur laut, hal ini untuk melengkapi kota Dumai yang terlebih dahulu

ditetapkan dan berfungsi sebagai kota Pusat Kegiatan Strategis Negara yaitu yang

berfungsi sebagai beranda depan Negara, pintu gerbang Internasional, niaga dan

industri.

Tabel 2.3

Jarak dari Ibu kota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten Kepulauan Meranti

Kecamatan Ibukota Kecamatan Jarak Ke Ibukota Kabupaten(Km)

Tebing Tinggi Barat Alai 11,50

Tebing Tinggi Selat Panjang 5,2

Tebing Tinggi Timur Sungai Tohor 31,5

Rangsang Tanjung Samak 49

Rangsang Pesisir Sonde 11

Rangsang Barat Bantar 6

Merbau Teluk Belitung 31

Pulau Merbau Renak Dungun 23

Tasik Putri Puyu Bandul 59

(4)

Gambar 2.2

Peta Wilayah KabupatenKepulauan Meranti

Sumber: Kabupaten Kepulauan Meranti Dalam Angka Tahun 2015

Batas Kabupaten Kepulauan Meranti, yaitu:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka dan Kabupaten Bengkalis;

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Siak;

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Siak dan Kabupaten

Bengkalis;

- Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Pinang Masak dan Kabupaten

Karimun

Berdasarkan hasil penafsiran peta topografi dengan skala 1 : 250.000

diperoleh gambaran secara umum bahwa kawasan Kabupaten Kepulauan Meranti

sebagian besar bertopografi datar dengan kelerengan 8 %, dengan ketinggian

rata-rata sekitar 1-64 m di atas permukaan laut. Daerah ini beriklim tropis dengan suhu

udara antara 25o– 32 oC, dengan kelembapan dan curah hujan cukup tinggi. Musim hujan terjadi sekitar bulan September – Januari, dan musim kemarau terjadi sekitar

bulan Februari hingga Agustus.

Struktur tanah Kabupaten Kepualuan Meranti pada umumnya terdiri tanah

alluvial dangrey humus dalam bentuk rawa-rawa atau tanah basah dan berhutan

bakau (mangrove). Lahan semacam ini subur untuk mengembangkan pertanian,

perkebunan dan perikanan. Karakteristik dari jenis tanah ini adalah tergolong tanah

dengan kedalaman solum cukup dalam dan bergambut (>100cm), tekstur lapisan

bawah halus (liat) sedangkan lapisan atas merupakan Kemik (tingkat pelapukan

sampai tingkat menengah), konsistensi tanah lekat, porositas tanah sedang, reaksi

tanah tergolong sangat masam dengan pH berkisar antara 3,14,0 dan kepekaan

terhadap erosi termasuk rendah. Formasi geologinya terbentuk dari jenis batuan

(5)

Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah Tahun 2016-2021 II.5 kecil dan sisa tumbuhan dirawa gambut, tidak ditemukan daerah rawan longsor

karena arealnya datar, yaitu rawa gambut.

Iklim pada Kabupaten Meranti berdasarkan hasil penafsiran peta topografi

dengan skala 1 : 250.000 diperoleh gambaran secara umum bahwa kawasan

Kabupaten Kepulauan Meranti sebagian besar bertopografi datar dengan

kelerengan 08%, dengan ketinggian rata-rata sekitar 1-64 m di atas permukaan laut.

Daerah ini beriklim tropis dengan suhu udara antara 25o – 32o Celcius, dengan kelembapan dan curah hujan cukup tinggi. Musim hujan terjadi sekitar bulan

September – Januari, dan musim kemarau terjadi sekitar bulan Februari hingga

Agustus.

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah

Potensi pengembangan wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti memuat

sektor yang memiliki keunggulan untuk menunjang pembangunan.Sektor yang

memiliki keunggulan dan memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan

diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang pada Kabupaten

Kepulaun Meranti, sebagai berikut:

a. Potensi Sektor Pertanian

Produksi tanam padi tadah hujan di Kab.Kepulauan Meranti dalam 5 tahun

terakhir berfluktuatif. Pada tahun 2010-2015 terjadi peningkatan 89,9 % dari 5.568

(Ton/Thn) GKP menjadi 12.496 (Ton/Thn) GKP , sementara pada tahun 2016 terjadi

penurunan menjadi 9.309 (Ton/Thn) GKP atau turun 25,49%, hal tersebut terjadi

akibat gagal panen yang dipengaruhi musim kemarau yang berkepanjangan, dan

perubahan iklim yang tidak menentu, serta masuknya pasang air laut kelahan

pertanian. Dinas Pertanian Peternakan dan Ketahanan Pangan telah melakukan

upaya penanggulangan gagal panen akibat kemarau panjang, seperti dengan

pembangunan infrastruktur seperti dam parit, long storage dan embung yang diharapakan dapat menjadi solusi tepat, pada tahun 2017 diperkirakan

pembangunan infrastuktur pertanian akan ditingkatkan baik melalui pendanaan

APBN dan APBD dengan tujuan mendukung penuh kedaulatan pangan di Indonesia.

Penerapan teknologi pertanian juga menjadi salah satu solusi tepat untuk

meningkatkan produksi/produktifitas tanaman pangan seperti, Penerapan Budidaya

Padi Inbrida Jajarlegowo (Jarwo) .

(6)

Rekapitulasi Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Kab.Kepulauan Meranti Tahun 2010 – 2015

No Tahun Tanam (Ha) Panen (Ha) Produksi (Ton/Th) GKP

Produksi Beras (Ton/Th)

1. 2010 2.024 1.680 5.568 3.341

2. 2011 2.124 1.980 6.764 4.058

3. 2012 2.292 2.043 7.048 4.229

4. 2013 2.798 2.488 8.782 5.269

5. 2014 3.898 3.291 11.519 6.911

6. 2015 3.162 3.510 12.496 7.497

Sumber: Dinas Pertanian Peternakan dan Ketahanan Pangan Kab.Kepulauan

Meranti

Gambar 2.3

Grafik Perkembangan Produksi Padi di Kab.Kepulauan Meranti

Perkembangan produksi tanaman pangan lainnya seperti jagung, kedelai, kacang

tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar disajikan pada tabel 2.5.

Tabel 2.5

Perkembangan Produksi Tanaman Pangan Kab.Kepulauan Meranti 2010-2015

No. Produksi (Ton/Tahun)

Komoditi 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Jagung 133.5 245 283 138 340.8 8.5

2 Kedelai 1

3 Kacang Tanah 33

4 Kacang Hijau - - 42 - - -

5 Ubi Kayu 921.2 - 973 1560.5 5240.2 4522 0

2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Produksi padi (Ton/Thn) 5 Tahun Terakhir

(7)

Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah Tahun 2016-2021 II.7

No. Produksi (Ton/Tahun)

Komoditi 2010 2011 2012 2013 2014 2015 6 Ubi Jalar 194.5 - 302.5 358 233.5 198.8

Sumber: Dinas Pertanian Peternakan dan Ketahanan Pangan Kab.Kepulauan

Meranti

Gambar 2.4

Grafik Perkembangan Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Kepulauan Meranti

Sumber: Dinas Pertanian Peternakan dan Ketahanan Pangan Kab.Kepulauan

Meranti

Tabel 2.6

Produksi Tanaman Buah-buahan Menurut KecamatanTahun 2014

Kecamatan Alpukat Mangga Duk

u Jeruk Besar Jeruk Siam Durian

Sumber: Kabupaten Kepulauan Meranti Dalam Angka Tahun 2015

0

2010 2011 2012 2013 2014 2015

(8)

Tabel 2.7

Produksi Tanaman Sayur-Sayuran Menurut KecamatanTahun 2014

Kecamatan Sawi Tomat Bayam Kangkung

Labu

Siam

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Tebing Tinggi

Barat - - - - -

Tebing Tinggi - - - - -

Tebing Tinggi

Timur 330 60 150 400 -

Rangsang - - 3.2 3.3 -

Rangsang Pesisir - - - - -

Rangsang Barat - - - - -

Merbau 30 - 36 72 -

Pulau Merbau - - - 24 -

Putri Puyu - - 42 45 -

Jumlah Total 360 60 231.2 544.3 0

Kecamatan Terung

Kacang

Panjang Cabe Besar

Cabe

Rawit Ketimun

(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Tebing Tinggi

Barat - - - - -

Tebing Tinggi 50 225 56 32 252

Tebing Tinggi

Timur - - 3.5 3 8.4

Rangsang - - - 18 -

Rangsang Pesisir - - - - -

Rangsang Barat - - - - -

Merbau 32 51 15 27 12

Pulau Merbau - 36 - - 48

Putri Puyu 36 76 - 26 24

Jumlah Total 118 388 74.5 88 344.4

Sumber: Kabupaten Kepulauan Meranti Dalam Angka Tahun 2015

Tanaman Holtikultura belum menjadi perhatian utama bagi petani, Meskipun

tanaman hortikultura belum menjadi perhatian utama petani, namun seiring

meningkatnya kesadaran masyarakat terkait komsumsi panganan sehat dan bergizi

seimbang, kebutuhan tanaman holtikultura cendurung meningkat. Kebutuhan

(9)

Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah Tahun 2016-2021 II.9 pemenuhan kebutuhan melalui produksi tanaman Holtikultura lokal terus dilakukan,

adapun data produksi tanaman holtikultura di Kab.Kepulauan Meranti Sebagai

berikut :

Tabel 2.8

Rekapitulasi Produksi Sayur-sayuran Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun 2010 – 2015.

No. Produksi (Ton/Tahun)

Komoditi 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Sawi 1,2 - 1,2 - 3,2 3,2

2 Kacang Panjang 2,2 - 0,22 - 3,882 3,435

3 Cabe Besar 5 - 0,5 - 3,586 1,719

4 Cabe Rawit - - 0,45 - 3,4 1,544

5 Terong 25 0,25 7,85 379

6 Buncis 10 0,1

7 Mentimun 20 0,2 8,155 3,606

8 Kangkung 3,5 0,35 3,456 5,391

9 Bayam 2 0,2 1,515 2,877

10 Semangka 15 0,15 47,4

Kebutuhan sayuran yang memiliki nilai gizi dan vitamin dengan

meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap nilai gizi dan vitamin, serta ditunjang

perbaikan penghasilan maka permintaan terhadap komoditas hortikultura setiap

tahunnya mengalami peningkatan. Oleh karena itu, dengan adanya kecenderungan

pangsa pasar seperti ini, perlu dilebur, diantisipasi dari awal.

b. Potensi Peternakan

Populasi ternak di Kab.Kepulauan Meranti mengalami fluktuatif, setiap

tahunnya mengalami kenaikan maupun penurunan populasi. Adapun jumlah

populasi ternak Kab. Kepulauan Meranti disajikan pada tabel 2.9 berikut :

Tabel 2.9

Data Populasi Ternak Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun 2011-2016 (Ekor/Tahun)

No Jenis Ternak 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Kerbau - - 17 11 32 33

2 Sapi Potong 3,785 4,208 4,744 5,003 4,478 4,408

3 Babi 2,559 2,212 3,552 1,019 1,177 1,130

(10)

No Jenis Ternak 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

5 Ayam Buras 46,085 45,931 59,728 69,425 72,999 71,588

6 Ayam Ras

Pedaging 118,946 278,670 287,854 301,775 270,415 270,199

7 Ayam Ras

Petelur - 1,800 2,089 3,554 4,336 3,883

8 Itik 1,589 1,526 1,974 4,123 3,692 3,548

Sumber: Dinas Pertanian Peternakan dan Ketahanan Pangan Kab.Kepulauan Meranti

Gambar 2.5

Grafik Perkembangan Populasi Ternak di Kab.Kepulauan Meranti

Sumber: Dinas Pertanian Peternakan dan Ketahanan Pangan Kab.Kepulauan

Meranti

Tabel 2.10

Data Persentase Populasi Ternak Tahun 2011-2016 (Ekor/Tahun)

No. Jenis

2011 2012 2013 2014 2015 2016

(11)

Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah Tahun 2016-2021 II.11 5 Ayam

Buras -0.33 23.09 13.96 4.89 -1.97 7.928

6 Ayam Ras

Pedaging - 3.19 4.61 -11.59 -0.08 -0.774

7 Ayam RAs

Petelur -4.12 13.83 41.22 18.03 -11.67 11.458

8 Itik - 22.69 52.12 -11.67 -4.06 11.816

Sumber: Dinas Pertanian Peternakan dan Ketahanan Pangan Kab. Kepulauan

Meranti

Terlihat pada data diatas Jenis ternak yang mengalami kenaikan paling tinggi

adalah kambing dengan kenaikan rata-rata setiap tahunnya berkisar 15,708 %,

sedangkan ternak yang mengalami penurun paling besar adalah Babi dengan

penurunan rata-rata setiap tahunnya 43,45 %.

Standar kecukupan masyarakat Indonesia dalam memenuhi konsumsi protein,

pangan dan gizi yang berimbang dari pangan hewani masih rendah yaitu 6

gram/kapita/hari atau setara dengan 10,3 kg daging/kapita/tahun dan susu 7,2

kg/kapita/tahun. Saat ini protein hewani di Provinsi Riau pada tahun 2009 mencapai

6,96 kg daging/kapita/tahun, 9,17 kg telur/kapita/tahun dan 3,64 kg

susu/kapita/tahun. Berdasarkan data tersebut terjadi kenaikan sebanyak 3,3 %

terhadap konsumsi daging dan 14,39% terhadap konsumsi telur pada tahun 2011.

sedangkan di Kabupaten Kepulauan Meranti pada tahun 2015 Komsumsi Daging

sapi berkisar 0,09 Kg/Jiwa/Tahun, Daging Ayam 0,9 Kg/Jiwa/Tahun, Capaian

konsumsi hasil ternak di Provinsi Riau disajikan pada tabel 2.11 berikut

Tabel 2.11

Capaian Konsumsi Hasil Ternak Provinsi Riau Tahun 2009-2013

No Hasil Ternak Konsumsi/Kapita/Tahun (kg)

2009 2010 2011 2012 2013 1 Daging 6,96 6,725 7,190 6,190 7,33

2 Telur 9,17 10,474 10,490 10,960 11,40

3 Susu 0,02 0,02 0,02 0,03 0,02

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Riau

c. Potensi Perkebunan

Pada dasarnya seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Kepulauan

Meranti memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daerah perkebunan. Untuk

melihat potensi pengembangan komoditi unggulan perkebunan untuk setiap

kecamatan yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti dapat dilihat pada tabel

(12)

Tabel 2.12

Hasil Analisis LQ pada Sub-Sektor Perkebunan

No Kecamatan

Karet

Kelapa

Sagu

Kopi

Pinang

1 Tebing Tinggi Barat 0.33 0.05 1.13 0.01 0.03

2 Tebing Tinggi 3.59 1.57 0.82 0.00 0.35

3 Tebing Tinggi Timur 0.71 0.69 1.05 0.01 0.05

4 Rangsang 0.49 2.18 0.89 0.14 1.66

5 Rangsang Barat 4.51 6.20 0.23 11.59 6.67

6 Merbau 0.75 0.05 1.11 0.00 0.18

7 Pulau Merbau 1.54 0.22 1.05 0.00 6.92

Sumber: Data diolah, 2012.

Berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) pada sub-sektor perkebunan diketahui bahwa untuk komoditi tanaman karet kecamatan yang menjadi

basis adalah Kecamatan Tebing Tinggi, Pulau Merbau dan Rangsang Barat. Hal ini

terlihat dari hasil nilai LQ > 1. Nilai LQ tertinggi terletak pada Kecamatan Rangsang

Barat dan desa yang memiliki areal pengembangan perkebunan tanaman karet

terluas di Kecamatan Rangsang Barat terletak di Desa Segomeng dan Desa Bokor.

Sedangkan untuk komoditi kelapa kecamatan yang menjadi sektor basis terletak

pada tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Tebing Tinggi, Rangsang dan Rangsang

Barat, hal ini terlihat dari hasil nilai LQ > 1. Dari tiga kecamatan yang menjadi sektor

basis tanaman kelapa jika dilihat nilai LQ nya maka Kecamatan Rangsang Barat

yang memiliki nilai LQ tertinggi.

Untuk desa yang menjadi pengembangan adalah Desa Kedabu Rapat dan

Melai. Untuk komoditi Sagu kecamatan yang menjadi basis adalah Kecamatan

Tebing Tinggi Barat, Tebing Tinggi Timur, Merbau,dan Pulau Merbau. Nilai LQ

tertinggi terdapat di Kecamatan Tebing Tinggi Barat. Sedangkan pada komoditi kopi

kecamatan yang menjadi basis adalah kecamatan Rangsang Barat. Sentra

pengembangan terletak di Desa Kedabu Rapat. Pada komoditi pinang kecamatan

yang menjadi basis adalah Rangsang, Rangsang Barat dan Pulau Merbau. Nilai LQ

tertinggi terdapat di Kecamatan Pulau Merbau.

Kab. Kepulauan Meranti setidaknya memiliki 5 (lima) komoditas tanaman

perkebunan unggulan antara lain:

c.1. Sagu.

Salah satu julukan/ gelar dari Kab. Kepulauan Meranti adalah Meranti

sebagai kota Sagu. Hal ini tidak berlebihan karena hampir di setiap kecamatan yang

ada di Kabuputen ini memiliki areal perkebunan sagu. Sagu atau dalam bahasa

(13)

Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah Tahun 2016-2021 II.13 olahan makanan yang di minati di Kab. Kepulauan Meranti. Terdapat tiga jenis

varietas sagu yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti yakni:

- Sagu Buni/ Sagu Duri : Tanaman sagu yang memiliki duri pada bagian pangkal

tangkai pelepah daun (Petiola), jenis ini paling banyak dijumpai/ diusahakan oleh

masyarakat

- Sagu Bemban : Tanaman sagu yagn tidak berduri, hanya sedikit di jumpai

dilapangan

- Sagu Sangka: Tanaman Sagu yang merupakan persilangan antara Sagu Duri

dan Sagu Bemban.

Berdasarkan kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti

dengan Balitpalma Menado, maka telah diterbitkan sartifikat pelepasan varietas

sagu dengan nama varietas sagu selatpanjang meranti.

Gambar 2.6

Persentase luas kebun sagu

Potensi Sagu Kab. Kepulauan Meranti sangatlah tinggi pada tahun 2014 luas

tanaman Sagu rakyat seluas 37.968 ha dan yang dikelola swasta (PT. NSP) seluas

21.620 ha tersebar diseluruh kecamatan yang ada di Kab. Kepulauan Meranti.

Dengan jumlah kilang pengolah sagu sebanyak 67 kilang dengan total produksi

pertahun 198.162 ton/tahun dengan jumlah masyarakat petani kebun sagu sebanyak

6766 Kepala keluarga. Kebun Sagu terluas terdapat di Kecamatan Tebing TInggi

Timur (43%) dan Kecamatan Tebing Tinggi Barat (14%). Sedangkan data Luas

kebun Sagu rakyat tahun 2015 terjadi pertambahan luas kebun sagu rakyat yakni

seluas ± 38.614 ha.

1%

23%

1% 1%

14%

43%

3% 6% 8%

Tebing Tinggi Tebing Tinggi Barat Rangsang

(14)

c.2. Kelapa

Kelapa merupakan komoditas tanaman perkebunan kedua yang memiliki luas

area tanam terluas di Kab. Kepulauan Meranti. Dengan total luas area seluas ±

31.453 ha ha pada tahun 2015. Perkebunan kelapa rakyat juga merata di seluruh

kecamatan yang ada di Kab. Kepulauan Meranti, dengan kebun kelapa terluas

terdapat di kecamatan Rangsang seluas 15.588 ha.

Gambar 2.7

Persentase Luas Kebun Kelapa

1% 2%

50%

13%

2% 8% 2%

20%

2%

Tebing Tinggi Tebing Tinggi Barat Rangsang

Rangsang Barat Merbau Tebing Tinggi Timur Pulau Merbau Rangsang Pesisir Tasik Putri Puyu

Tabel 2.13

(15)

Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah Tahun 2016-2021 II.15 Produksi perkebunan Kelapa adalah 27.384 Ton/th dengan Produktivitas

1.112 Kg/Ha. Petani Kebun Kelapa sebanyak ± 15.344 Kepala Keluarga di mana

terbanyak terdapat di Rangsang sebanyak 7.002 Kepala Keluarga.

c.3. Karet

Luas areal kebun karet di Kab. Kepulauan Meranti seluas ± 20.481 ha dimana

areal terluas terletak di Kecamatan Rangsang Barat (20%) dan Tasik Putri Puyu

(19%). Dengan nilai produksi 9858 ton/thn, sudah selayaknya kalau di butuhkan

industry perkaretan untuk menambah nilai tambahnya. Upaya-upaya peningkatan

kualitas karet di Kab. Kepulauan Meranti terus dilakukan salah satunya telah

dibentuknya penangkar-penangkar bibit karet di beberapa kecamatan.

Gambar 2.8

Persentase Luas Kebun Karet

Permasalahan harga karet dunia yang berfluktuasi juga merupakan salah satu

pemicu kurang produktifnya perkebunan karet yang sekarang ada. Padahal, Kab. 1%

17%

4%

20%

13% 9%

13% 4%

19%

Tebing Tinggi Tebing Tinggi Barat Rangsang

Rangsang Barat Merbau Tebing Tinggi Timur Pulau Merbau Rangsang Pesisir Tasik Putri Puyu

Tabel 2.14

(16)

Kepulauan Meranti merupakan kabupaten yang potensial untuk menjadi pusat

perkaretan di kawasan pesisir Prov. Riau. Letaknya yang strategis di kawasan

perlintasan dan transit baik lintas Kabupaten maupun lintas Provinsi dan beberapa

kawasan Kabupaten tetangga lainnya yang mengembangkan tanaman karet.

Harga getah karet yang berfluktuatif menyebabkan beberapa kebun karet

terlantar/ rusak. Peremajaan kebun karet pun mulai jarang dilakukan masyarakat hal

ini dapat dilihat dari luas kebun karet/tanaman telah rusak dan tidak produktif lagi

seluas 6.324 ha. Produktivitas perkebunan karet adalah 968 kg/ ha dengan produksi

9858 Ton/Th. Dimana masyarakat yang menggantungkan diri sebagai Petani Kebun

Karet sebanyak ± 13.148 Kepala Keluarga di mana terbanyak terdapat di Rangsang

Barat sebanyak 2309 Kepala Keluarga.

c.4. Kopi

Luas areal perkebunan Kopi di Kabupaten Kepulauan Meranti seluas ± 1215

ha dimana areal terluas terletak di Kecamatan Rangsang Pesisir dan Rangsang.

Kopi yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan jenis Kopi Liberika

(Coffea liberica) yang merupakan kopi dari Negara Liberia dan di bawa masuk ke Indonesia oleh Belanda pada tahun 1878. Produksi Kopi ini termasuk tinggi di

Kabupaten Kepulauan Meranti yakni sebanyak 1631 Ton/th dengan produktivitas

1875 kg/Ha.

Tabel 2.15

(17)

Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah Tahun 2016-2021 II.17

Gambar 2.9

Persentase Luas Kebun Kopi

Petani Kebun Karet sebanyak ± 1067 Kepala Keluarga di mana terbanyak

terdapat di Rangsang Pesisir sebanyak 405 Kepala Keluarga. Penanaman tanaman

kopi ini terus dilakukan dimana pada tahun 2015 tanaman yang belum menghasilkan

seluas 205 ha. Tidak seluruh kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti yang

memproduksi Kopi beberapa Kecamatan seperti Tebing Tinggi, Merbau dan Tasik

Putri Puyu belum menanam/ memproduksi kopi.

Sebagaimana sagu, kopi di Kabupaten Kepulauan Meranti telah mendapat

pelepasan varietas kopi dengan nama varietas kopi liberoid meranti serta sartifikat

indikasi geografis beberapa waktu yang lalu.

c.5. Pinang

Luas areal perkebunan Pinang di Kabupaten Kepulauan Meranti seluas ±

394 ha dimana areal terluas terletak di Kecamatan Rangsang Barat (43%) dan

Rangsang (24 %). Produksi pertahun yang dihasilkan sebanyak 160 Ton/th dengan

produktivitas sebanyak 640 kg/Ha

9%

16%

11%

5% 3% 56%

Tebing Tinggi Barat Rangsang

Rangsang Barat Tebing Tinggi Timur

Pulau Merbau Rangsang Pesisir

Tabel 2.16

(18)

Gambar 2.10

Persentase Luas Kebun Pinang

Petani Kebun Pinang sebanyak ± 1.974 Kepala Keluarga di mana terbanyak

terdapat di Merbau sebanyak 569 Kepala Keluarga. Dengan luas areal kebun seluas

394 ha yang terdiri atas 135 ha tanaman belum menghasilkan, 250 ha tanaman

menghasilkan dan 9 ha tanaman yang rusak.

d. Potensi Perikanan

Kab. Kepulauan Meranti memiliki potensi untuk dikembang sebagai kawasan

minapolitan (sebagai kota berbasis perikanan atau perikanan di daerah kota).

Hampir 1/3 luas kawasan Kab. Kepulauan Meranti merupakan perairan dan pesisir

pantai. Berbatasan langsung dengan selat malaka dan terdiri dari 4 Pulau Besar

(Tebing Tinggi, Padang, Rangsang dan Merbau) yang kawasannya dikelilingi laut

dan sungai. Rencana pengembangan perikanan di Kabupaten Kepulauan Meranti

antara lain meliputi pengembangan perikanan budidaya dan tangkap. 2%

9%

24%

43%

3% 6%

5% 5% 3%

Tebing Tinggi Tebing Tinggi Barat Rangsang

Rangsang Barat Merbau Tebing Tinggi Timur

Pulau Merbau Rangsang Pesisir Tasik Putri Puyu

Tabel 2.17

(19)

Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah Tahun 2016-2021 II.19

Tabel 2.18

Jumlah dan Luas Pulau di Kabupaten Kepulauan Meranti

No Nama Pulau Luas (ha) No Nama Pulau Luas (ha) 1 Tebing Tinggi 136.167,64 7 Menggung 645,67

2 Padang 111.021,73 8 Jadi 59,72

3 Rangsang 86.658,46 9 Panjang 30,86

4 Merbau 21.543,98 10 Dedap 1,52

5 Topang 2.931,33 11 Burung 0,69

6 Setahun 734,90 12 Berembang 0,43

Sumber : Dinas Perikanan dan Keluatan Kabupaten Kepulauan Meranti

Kawasan peruntukan perikanan tangkap direncanakan meliputi Kecamatan

Rangsang, Kecamatan Merbau, dan Kecamatan Pulau Merbau. Zona penangkapan

ikan diarahkan diperairan Selat Malaka. Jenis ikan yang mendominasi diperairan

Selat Malaka adalah kakap, kurau dan udang. Nelayan tempatan umumnya

melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan kapal motor yang dilengkapi

jaring ikan dengan kapasitas yang relatif terbatas. Kawasan perikanan budidaya

yang direncanakan terdiri atas peruntukan kawasan budidaya air tawar, perikanan

budidaya laut dan kawasan pengelolaan ikan. Kawasan peruntukan perikanan

budidaya air tawar berada di Kecamatan Tebing Tinggi Barat. Kawasan peruntukan

perikanan budidaya pesisir dan laut direncanakan meliputi, Kecamatan Tebing

Tinggi Barat, Kecamatan Rangsang Barat, dan Kecamatan Rangsang.

Zona budidaya perikanan direncanakan di kecamatan Tebing Tinggi Barat,

Rangsang Barat, Rangsang, Tebing Tinggi dan Merbau dengan pola budidaya

keramba jaring apung dan tambak. Budidaya perikanan diwilayah daratan

dialokasikan pada kawasan tasik/danau dan disekitar kawasan permukiman di

usulkan di Kecamatan Tebing Tinggi Barat, Kecamatan Tebing Tinggi Timur,

Kecamatan Rangsang, dan Kecamatan Merbau. Jenis ikan yang potensial, adalah

patin, nila, lele dan udang.Untuk meningkatkan hasil perikanan diperlukan

pengelolaan, untuk itu diusulkan pada Kecamatan Merbau, Kecamatan Rangsang,

dan Kecamatan Rangsang Barat.

Pada tahun 2016 total tangkapan hasil perikanan laut mencapai 5.833 ton

sedangkan perikanan budidaya mencapai 52,72 ton. Dengan panjang garis pantai

631 Km dan luas areal yang berpotensi untuk budidaya ikan seluas 157.04 Km²,

sektor perikanan merupakan sektor yang menjadi salah satu penyangga

perekonomian masyarakat di Kabupaten Kepulauan Meranti. Hingga tahun 2016,

jumlah masyarakat nelayan kecil yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti

mencapai 8.450 orang dengan jumlah kapal ≤ 5 GT sebanyak 977 unit, rumah

tangga pembudidaya ikan sebanyak 309 Rumah tangga, jumlah rumah tangga

(20)

e. Potensi Pertambangan dan Penggalian

KabupatenKepulauan Meranti memiliki potensi tambang minyak dan gas.

Potensi tambang minyak dan gas Meranti ini tidak hanya tersebar di daratan, tapi

juga berada dikawasan lepas pantai. Berdasarkan data peta sebaran tambang

migas Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Riau, potensi tambang migas

Meranti menyebar dibeberapa titik. Diantaranya di Pulau Padang, laut Lalang

(bertasan dengan Siak), pulau Rangsang, Pulau Tebing Tebing Tinggi dan Pulau

Topang. Potensi migas Meranti ini belum semuanya tergarap, dan menjadi bahan

cadangan tambang migas masa depan Meranti yang akan menjadi sektor andalan

PAD.

Dari beberapa titik potensi pertambangan migas Meranti, sebagian telah

dieksplorasi, misalnya pertambangan minyak bumi oleh Kondur Petroleum SA

(sekarang EMP Malcca Strait) di Pulau Padang. Berdasarkan data dari Dinas

Pertambangan dan Energi Kabupaten Kepulauan Meranti, terjadi peningkatan

jumlah lifting minyak yang dioperasikan oleh EMP Malacca Strait/Kondur Petroleum

SA yang mampu produksi 8500 barel/hari.Selain minyak bumi, juga ada gas bumi

sebesar 12 MMSCFD (juta kubik kaki per hari) yang direncanakan penggunaannya

dimulai 2011–2020.

Sampai saat ini EMP Malcca Strait masih terus berupaya melakukan

eksplorasi, untuk mencari sumur-sumur minyak baru di wilayah kerjanya di

Kabupaten Kepualaun Meranti. Selain memusatkan pencarian sumur-sumur baru di

Pulau Padang, yang menjadi sentral eksploitasi tambang migas, EMP dalam tahun

2013 ini juga akan melakukan eksplorasi di wilayah kerjanya di luar Pulau Padang,

diantaranya di Pulau Tebing Tinggi tepatnya di blok Sungai Suir. Meskipun belum

ada data pasti berapa potensi tambang minyak di kawasan ini, berdasarkan data

Distamben Meranti potensi tambang minyak di Blok Suir Mahakam ini sangat besar.

Dengan demikian, kedepan Meranti akan menambah produksi tambang minyak dan

gasnya.

Bedasarkan data Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Kepulauan

Meranti tahun 2013. Dari dua perusahaan tambang bijih timas yang beroprasi secara

resmi di Meranti, yakni PT Perkit Jaya dan PT Meranti Intan Mulias, baru PT Perkit

Jaya yang sudah berhasil melakukkan eksploitasi pada tahun 2013. Berdasarkan

data resmi laporan pihak perusahaan terkait ke pada Distambern Meranti, saat ini

PT Perkit sudahberhasil mengngkat 5000 kampit bijih timas atau sekitar 250 ton bijih

timah.

Kedepan, dengan beroperasinya kedua perusahaan penambang bijih timah

ini, diperhitungkan produksi tambang bijih timah Meranti seiring dengan upaya

(21)

Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah Tahun 2016-2021 II.21 f. Potensi Perdagangan dan Perindustrian

Potensi perdagangan dilihat dari ketersediaan sarana dan prasarana

perdagangan serta nilai ekspor dan impor melalui pelabuhan yang terdapat di

Kabupaten Kepulauan Meranti. Sarana pelabuhan ekspor dan impor terdapat di

Selatpanjang, Tanjung Kedabu, serta Tanjung Medang. Sarana pelabuhan

ekspor-impor yang besar adalah pelabuhan Selat Panjang.

Dari data Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten

Kepulauan Meranti, jumlah usaha industri di Kabupaten Kepulauan Meranti tercatat

sebanyak 1100 usaha, yang terdiri dari 1 industri besar, 11 industri sedang, 114

industri kecil, dan 974 industri mikro.

Nilai ekspor di Kabupaten Kepulauan Meranti hingga Desember 2014

mencapai 14,780 juta US$, sedangkan periode 2011nilai ekspor Kabupaten

Kepulauan Meranti hanya 5,65 juta US$. Kabupaten Kepulauan Meranti melakukan

ekspor impor hanya dari Pelabuhan Selatpanjang. Nilai impor di Kabupaten

Kepulauan Meranti selama 2014 mencapai 1,55 juta US$ hanya melalui pelabuhan

Selatpanjang. Sedangkan pada tahun 2013 nilai impor di Kabupaten Kepulauan

Meranti mencapai 0,47 juta US$ melalui Pelabuhan Selatpanjang.

Gambar 2.11

Usaha Industri Kabupaten Kepulauan Meranti tahun 2013 per Kecamatan

Sumber: Kabupaten Kepulauan Meranti Dalam Angka Tahun 2015

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana 2.1.3.1. Abrasi Pantai

Wilayah rawan bencana pada Kapubaten Kepulauan Meranti masuk dalam

kawasan lindung yang meliputi kawasan rawan bencana gelombang pasang yang

menyebabkan terjadinya abrasi sangat kuat diwilayah Kepulauan Meranti (abrasi).

Pulau-pulau di Kabupaten Kepulauan Meranti yang menghadap ke Perairan Selat

Malaka, umumnya berpotensi bencana abrasi. Pulau Rangsang sebagai salah satu

kawasan yang menunjukkan terjadinya abrasi yang sangat besar terutama pada

Kecamatan Rangsang dan kecamatan Rangsang Barat. Abrasi yang terjadi,

(22)

pelaksanaan pembangunan dermaga/pelabuhan, mengurangi lahan produksi

pertanian, secara bertahap luas Pulau Rangsang semakin berkurang dan

mempengaruhi kerusakan ekosistem kawasan pesisir di Kabupaten Kepulauan

Meranti. Kawasan rawan bencana yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti juga

termasuk kawasan rawan banjir. Kawasan tersebut antara lain berada pada seluruh

kecamatan yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti.

Berikut ini disampaikan lokasi yang terjadi abrasi pantai di Kabupaten

Kepulauan Meranti, diantaranya sebagai berikut :

Tabel 2.19

(23)
(24)

Gambar 2.12

Peta Rawan Bencana Abrasi Kabupaten Kepulauan Meranti

Sumber : Masterplan Perencanaan Penanggulangan Abrasi Pantai Kab. Kepuluan

Meranti.

2.1.3.2. Luapan Air Laut (ROB) dan banjir

Secara keseluruhan hampir menerpa seluruh bagian di wilayah pesisir

pantai/sepanjang seluruh sisi pulau. Dengan tingkat jangkauan dan kedalaman air

yang beragam sesuai dengan kondisi topografinya. Dengan rata-rata berkisar antara

0,25 meter sampai dengan 0,5 meter di bagian agak tinggi dan kisaran 0,5 meter

sampai dengan 1,5 meter dibagian dataran rendah pinggir pantai.

Untuk bagian di daerah dataran genangan air banjir sebagai efek dari luapan

air laut secara umum banjir hanya melanda wilayah-wilayah disekitar alur-alur

sungai utama saja, hal ini dikarenakan air hujan yang mengalir tidak mengalir

dengan baik.

2.1.3.3. Angin Puting Beliung

Wilayah yang diidentifikasi berpotensi menyebabkan terjadinya angin rebut

atau angin puting beliung terdapat di wilayah Kecamatan Tebing Tinggi Barat bagian

Utara sampai Barat, dan di Kecamatan Merbau bagian Timur.

2.1.3.4 Kebakaran Hutan dan Lahan

Kabupaten Kepulauan Meranti memiliki luas daratan 371.419 Ha, dengan

luas lahan didominasi oleh lahan gambut. Lahan gambut tersebut tersebar di 9

(sembilan) kecamatan dimana masing-masing kecamatan memiliki luas dan sebaran

gambut yang berbeda-beda. Kondisi lahan yang ada ini sangat mudah terbakar

(25)

Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah Tahun 2016-2021 II.25 358.312 Ha lahan yang terbakar di Kabupaten Kepulauan Meranti. Rata-rata lahan

gambut yang terbakar berupa lahan kosong semak belukar, perkebunan milik

masyarakat seperti sagu, kelapa dan karet. Berikut ini disampaikan data luasan

kelasa rawan kebakaran dan peta rawan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten

Kepulauan Meranti.

Tabel 2.20

Data Luasan Kelas Rawan

Kebakaran Kabupaten Kepulauan Meranti No Kelas Rawan Luas (Ha)

1 RENDAH 124.16

2 SANGAT TINGGI 16,498.73

3 SEDANG 71,572.22

4 TINGGI 270,117.09

Gambar 2.13

Peta Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan Kabupaten Kepulauan Meranti

2.1.4. Demografi

Kondisi Demografi kependudukan Kabupaten Kepulauan Meranti pada tahun

Mei 2015 tercatat sebanyak 217.865 jiwa yang terdiri 113.530 jiwa laki-laki dan

(26)

Gambar 2.14

Persentase Jumlah Penduduk Kepulauan Meranti Menurut Jenis Kelamin Tahun 2015

Sumber: Kabupaten Kepulauan Meranti Dalam Angka Tahun 2015

Dilihat komposisinya, penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk

perempuan.Penduduk laki-laki sebanyak 51,37 persen dan penduduk perempuan

sebanyak 48,63 persen. Rasio jenis kelamin terlihat cukup berimbang yaitu 109.

Rasio jenis kelamin yang paling tinggi terdapat di Kecamatan Rangsang yaitu 112

dan rasio jenis kelamin yang paling rendah terdapat di Kecamatan Tasik Putri Puyu

sebesar 106.

Gambar 2.15

Persentase Jumlah Penduduk Kabupaten Kepulauan Meranti Menurut Kecamatan Tahun 2015

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kepulauan Meranti

34%

8%

6% 10%

10% 9%

7% 8%

8%

(27)

Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah Tahun 2016-2021 II.27 Kecamatan yang paling banyak penduduknya adalah KecamatanTebing

Tinggi yaitu 74.085 jiwa dan kecamatan yang paling sedikit penduduknya adalah

Kecamatan Tebing Tinggi Timur yaitu 13.540 Jiwa.

Tabel 2.21

Pertumbuhan Jumlah Penduduk Perkecamatan dari tahun 2010-2015

No Kecamatan Jumlah Penduduk Perkecamatan

2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Tebing Tinggi 79,807 82,711 83,838 73,643 73,386 74,085

2 Tebing Tinggi Barat 16,756 17,422 18,194 17,007 17,377 17,641

3 Tebing Tinggi Timur 15,0 40 14,451 14,505 13,044 13,268 13,540

4 Rangsang 31,663 33,419 23,369 21,222 21,269 21,605

5 Rangsang Barat 36,300 37,135 24,707 20,622 20,759 21,069

6 Rangsang Pesisir - - 22,386 19,402 19,640 20,118

7 Merbau 34,119 35,670 16,557 15,327 15,489 15,717

8 Pulau Merbau 16,394 - 17,612 15,318 15,743 15,967

9 Tasik Putri Puyu - - 20,251 17,845 17,978 18,123

Total Keseluruhan 230,079 220,808 241,419 213,430 214,909 217,865

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kepulauan Meranti

Penyebaran Penduduk Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti yang

terpadat pada tahun 2015 terdapat di Kecamatan Tebing Tinggi dengan tingkat

kepadatan mencapai 915 jiwa perkilometer persegi, sedangkan Kecamatan Tebing

Tinggi Timur merupakan kecamatan yang paling jarang penduduknya dengan tingkat

kepadatan 18 jiwa perkilometer persegi. Sedangkan total kepadatan kabupaten

sebesar 59 jiwa perkilometer persegi

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kepulauan Meranti

915

30 18 53 164

(28)

Tabel 2.22

Data Penduduk Berdasarkan Kelas Umur

No Nama Kecamatan

Tebing Tinggi Timur 803 1,16

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kepulauan Meranti

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Menggambarkan kinerja pemerintah terkait kesejahteraan masyarakat, yang

meliputi indikator-indikator kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan

sosial serta seni budaya dan olahraga.

No Nama Kecamatan Umur (Tahun) Jenis Kelamin

(29)

Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah Tahun 2016-2021 II.29 2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

1) Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

a. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kepulauan Meranti dihitung

dalam dua bentuk yaitu penghitungan atas dasar harga berlaku (ADHB) dan

penghitungan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Produk Domestik Regional Bruto

ADHB masih dipengaruhi oleh faktor kenaikan harga dan inflasi, sedangkan ADHK

memperlihatkan perkembangan PDRB tanpa dipengaruhi perkembangan harga

yang biasanya cenderung naik dari tahun ke tahun.

Produk Domestik Regional Bruto merupakan dasar pengukuran atas nilai

tambah yang timbul akibat adanya berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah.

Data PDRB menggambarkan kemampuan Kabupaten Kepulauan Meranti dalam

mengelola sumber daya daerah yang dimiliki menjadi suatu proses produksi. Oleh

karena itu besaran PDRB yang dihasilkan oleh Kabupaten Kepulauan Meranti

sangat tergantung kepada kondisi sumber daya alam dan faktor produksi yang

tersedia. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto disajikan atas dasar harga

berlaku dan atas dasar harga konstan.

Tabel 2.23

Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kepulauan Meranti Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (persen),

2011–2014

Sektor Tahun

2010 2011 2012 2013* 2014**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan/Agriculture,

Forestry and Fishing

14.41 -5.57 8.73 21.8 17.91

B

Pertambangan dan

Penggalian/Mining and

Quarrying Industri

Pengolahan/Manufacturing

17.41 68.92 24.87 7.02 3.28

C Industri

Pengolahan/Manufacturing 9.09 13.88 7.54 10.52 9.37

D Pengadaan Listrik dan

Gas /Electricity and Gas 2.33 -10.65 -6.07 1.4 129.39

E Pengadaan Air,

(30)

Sektor Tahun

F Konstruksi/Construction 17.91 21.32 8.46 39.55 38.45

G

MN Real Estat/Real Estate

(31)

Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah Tahun 2016-2021 II.31

Sektor Tahun

2010 2011 2012 2013* 2014**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Social Security

Q Jasa

Pendidikan/Education 16.8 9.85 6.84 34.89 24.14

Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial/Human

Health and Social Work

Activities

11.34 14.25 15 26.78 27.86

R,S,T,U Jasa lainnya/Other

Services Activities 13.13 30.26 3.27 18.58 32.62

Produk Domestik Regional

Bruto/Gross Regional

Domestic Product

14.19 18.24 15.23 14.13 19.93

* Angka sementara/Preliminary Figures

** Angka sangat sementara/Very Preliminary Figures

Sumber: Kabupaten Kepulauan Meranti Dalam Angka Tahun 2015

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku selama 5 (lima)

tahun dalam periode 2010 – 2014 menunjukkan bahwa terjadi fluktusi pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Kepulauan Meranti dengan rata-rata kenaikan sebesar 1,435%.

Dalam periode tersebut pada tahun 2011 - 2012 Kabupaten Kepulauan Meranti

mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi yang cukup besar dengan penurunan

pada tahun 2012 mencapai 3,01%, dan penurunan masih terjadi pada tahun 2013

dengan mengalami penurunan mencapai 1,1%, tetapi pada tahun berikutnya yaitu

tahun 2014 Kabupaten Kepulauan Meranti mulai naik pertumbuhan ekonominya

yaitu mengalami kenaikan mencapai 5,8%.

Pembentuk PDRB pada Kabupaten Kepulauan Meranti terdiri dari 17 (Tujuh

belas), pada tahun 2014 kontribusi terbesar PDRB ADHB berasal dari sector

perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor yaitu sebesar

152,61%, diikuti sector pengadaan listrik dan gas yautu sebesar 129,39%,

sementara sektor yang paling kecil kontribusinya adalah sector pertambangan dan

(32)

Tabel 2.24

Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kepulauan Meranti Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha(%),

2011–2014

Pengolahan/Manufacturing 8.98 14.33 8.78 9.58 7.34

D Pengadaan Listrik dan Gas

/Electricity and Gas 8.64 -2.13 14.28 11.02 17.38

Retail Trade; Repair of Motor

(33)

Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah Tahun 2016-2021 II.33

Sektor Tahun Year

2010 2011 2012 2013* 2014** Asuransi/Financial and

Insurance Activities

MN Real Estat/Real Estate Activities 1.56 28.4 12.95 15.09 12.8

O Jasa Perusahaan/Business

Activities 1.39 61.9 23.75 12.41 12.51

P

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib/Public Administration and

Defence; Compulsory Social

Security

1.85 23.07 6.93 8.96 8.29

Q Jasa Pendidikan/Education 2.5 7.54 3.72 2.21 5.04

Jasa Kes ehatan dan Kegiatan

Sosial/Human Health and

Social Work Activities

3.01 13.72 8.53 10.79 57.39

R,S,T,U Jasa lainnya/Other Services

Activities 0.13 22.79 7.82 8.47 9.91

Produk Domestik Regional

Bruto/Gross Regional Domestic

Product

-0.99 6.88 6.7 4.05 4.65

* Angka sementara/Preliminary Figures

** Angka sangat sementara/Very Preliminary Figures

Sumber: Kabupaten Kepulauan Meranti Dalam Angka Tahun 2015

Pada PDRB ADHK 2010 periode 2010 – 2014, laju pertumbuhan PDRB

meningkat pada tahun 2011 mencapai 6,88% tetapi hingga tahun 2014 PDRB ADHK

2010, Kabupaten Kepulauan Meranti cenderung mengalami penurunan sejak tahun

2012. Pada tahun 2014 kontribusi terbesar PDRB ADHK 2010 berasal dari sektor

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial yaitu sebesar 57,39% yang diikuti oleh sector

(34)

Tabel 2.25

Nilai dan Konstribusi Sektor Dalam PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2010 – 2014

A Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan/Agriculture, Forestry and Fishing 3.525.300 40,57 3.328.805 32,39 3.619.481 30,57 4.408.534 32,62 5.198.308 32,07 B

Pertambangan dan Penggalian/Mining and Quarrying Industri

Pengolahan/Manufacturing

1.952.308 22,47 3.297.918 32,09 4.118.058 34,78 4.407.301 32,61 4.552.065 28,09

C Industri Pengolahan/Manufacturing 2.004.024 23,0

6 2.282.085 22,21 2.454.093 20,73 2.712.313 20,07 2.966.480 18,30 D Pengadaan Listrik dan Gas /Electricity and

Gas 3.506 0,04 3.133 0,03 2.942 0,02 2.983 0,02 6.844 0,04

E

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang/Water supply, Sewerage, Waste Management and Rem ediation Activities

398 0,00 3.133 0,00 2.942 0,00 2.983 0,00 6.844 0,00

F Konstruksi/Construction 242.516 2,79 294.217 2,86 319.115 2,70 445.317 3,30 616.540 3,80

G

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor/Wholes ale and Retail Trade; Repair of Motor Vehicles and Motorcycles

492.129 5,66 560.400 5,45 719.369 6,08 759.915 5,62 1.919.637 11,84

H Trans portasi dan Pergudangan/Trans

portation and Storage 147.143 1,69 166.868 1,62 212.099 1,79 250.548 1,85 310.494 1,92

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

/Accommodation and Food Service 14.427 0,17 16.980 0,17 19.666 0,17 29.417 0,22 43.352 0,27 J Informasi dan Komunikasi/Information and

Communication 54.809 0,63 28.792 0,28 41.539 0,35 90.705 0,67 116.893 0,72 KL Jasa Keuangan dan Asuransi/Financial and

Insurance Activities 24.229 0,28 27.709 0,27 36.471 0,31 42.222 0,31 50.361 0,31 and Defence; Compulsory Social Security

161.949 1,86 186.139 1,81 205.458 1,74 252.809 1,87 282.846 1,75 Q Jasa Pendidikan/Education 17.515 0,20 19.241 0,19 20.557 0,17 27.730 0,21 34.424 0,21

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial/Human Health and Social Work Activities

Regional Domestic Product 8.690.278 100 10.275.755 100 11.840.437 100 13.513.754 100 16.206.898 100

* Angka sementara/Preliminary Figures

** Angka sangat sementara/Very Preliminary Figures

Sumber: Kabupaten Kepulauan Meranti Dalam Angka Tahun 2015

Tabel 2.26

Nilai dan Konstribusi Sektor Dalam PDRB Atas Dasar Harga Konstan

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010 - 2014

(35)

Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah Tahun 2016-2021 II.35

C Industri Pengolahan/Manufacturing 2.004.024 23,06 2.291.232 24,67 2.492.473 25,15 2.731.342 26,49 2.931.817 27,17 D Pengadaan Listrik dan Gas /Electricity and

Gas 3.506 0,04 3.431 0,04 3.922 0,04 4.354 0,04 5.111 0,05

E

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang/Water supply, Sewerage, Waste Management and Rem ediation Activities

398 0,00 506 0,01 562 0,01 628 0,01 691 0,01

F Konstruksi/Construction 242.516 2,79 283.397 3,05 298.954 3,02 348.076 3,38 409.783 3,80

G

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor/Wholes ale and Retail Trade; Repair of Motor Vehicles and Motorcycles

492.129 5,66 583.735 6,28 738.629 7,45 756.411 7,34 803.818 7,45

H Trans portasi dan Pergudangan/Trans

portation and Storage 147.143 1,69 171.557 1,85 209.518 2,11 228.034 2,21 252.632 2,34

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

/Accommodation and Food Service 14.427 0,17 16.822 0,18 18.563 0,19 20.220 0,20 23.027 0,21 J Informasi dan Komunikasi/Information

and Communication 54.809 0,63 58.451 0,63 62.349 0,63 64.629 0,63 67.641 0,63 KL Jasa Keuangan dan Asuransi/Financial and

Insurance Activities 24.229 0,28 26.795 0,29 32.712 0,33 31.542 0,31 33.081 0,31

Sosial/Human Health and Social Work Activities

4.324 0,05 4.917 0,05 5.337 0,05 5.913 0,06 9.306 0,09

R,S,

T,U Jasa lainnya/Other Services Activities 18.334 0,21 22.512 0,24 24.271 0,24 26.326 0,26 28.935 0,27 Produk Domestik Regional Bruto/Gross

Regional Domestic Product 8.690.278 100 9.287.924 100 9.909.809 100 10.310.736 100 10.790.491 100

* Angka sementara/Preliminary Figures

** Angka sangat sementara/Very Preliminary Figures

Sumber: Kabupaten Kepulauan Meranti Dalam Angka Tahun 2015

Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan/Agriculture, Forestry and Fishing berdasarkan berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan memberikan

kontribusi yang paling terbesar pertama 40,57% pada tahun 2010, namun menurun

pada tahun 2010 masing-masing 32,39% dan 36,77%, kecenderungannya

mengalami penurunan pada tahun-tahun berikutnya dengan besaran yang berbeda.

Sektor yang memberikan kontribusi terbesar kedua adalah Industri

Pengolahan/Manufacturing dengan kecenderungan yang berbeda. Untuk Harga

Berlaku kecenderungan konsisten mengalami penurunan, pada tahun 2010 sebesar

23,06% dan mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar 22,2. Sedangkan

Harga Konstan kecenderungan konsisten mengalami kenaikan setiap tahunnya

pada tahun 2010 sebesar 23,06%, mengalami kenaikan menjadi 24,67% begitu

juga pada tahun berikutnya. Kontribusi terbesar ketiga adalah sektor

(36)

Pengolahan/Manufacturing yang cenderung fluktuatif. Pada Tahun 2010 untuk

Harga Berlaku dan Harga Konstan masing-masing sebesar 22,47%, mengalami

kenaikan pada tahun 2010 masing-masing sebesar 32,09% dan 23,21%. Begitu

juga dengan kontribusi sektor lainnya yang cenderung fluktuatif.

b. Laju Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus. Tingkat

keparahan inflasi terbagi atas: Inflasi ringan (<10% setahun); Inflasi sedang

(10%-30% setahun); Inflasi berat ((10%-30%-100% setahun); dan Hiperinflasi ( >100% setahun).

Inflasi tahun ke tahun (yoy) Kota Selatpanjang pada bulan November 2014

adalah sebesar 7,65 persen. Sepanjang tahun 2014, inflasi bulanan Kota

Selatpanjang relatif fluktuatif. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juli (1,84 persen).

Sementara untuk deflasi tertinggi terjadi pada bulan Mei yang mencapai level -0,22

persen.

Gambar 2.16

Perkembangan Inflasi Bulanan Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun 2014

Sumber: Laporan Tahunan Sosial Ekonomi Kabupaten Kepulauan Meranti 2015

Tabel 2.27

Perkembangan laju infalsi 2010-2015

Indikator

Tahun

2010

Tahun

2011

Tahun

2012

Tahun

2013

Tahun

2014

Tahun

2015

Nasional

6.96

3.79

4.30

8.38

8.36

3.35

Provinsi

7.73

5.09

3.32

8.83

8.65

4.94

Kabupaten

5.93

15.9

2.03

7.46

9.42

3.48

(37)

Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah Tahun 2016-2021 II.37 Dari table.2.27 diatas laju inflasi di Kabupaten Kepulauan Meranti mengalami

fluktuasi yang signifikan. Tingginya Inflasi pada Tahun 2011 disebabkan oleh

tingginya harga dan langkanya BBM di Kabupaten Kepulauan Meranti. Sedangkan

pada tahun 2014 inflasi terjadi karena pengaruh kenaikan harga pada indeks

kelompok pengeluaran dari kelompok bahan makanan, sandang dan kelompok

transportasi. Dimana cabai merah menyumbang inflasi sebesar 0.8 %, BBM 1.42 %,

Gas 0.76 %, Udang 1.06 %, Listrik 0.35 % dan Perumahan 0.64 %

Gambar 2.17

Perkembangan laju Inflasi 2010-2015

Sumber : BPS Provinsi Riau dan Kepulauan Meranti

c. PDRB per kapita

Pendapatan per kapita dihitung dengan pendekatan nilai PDRB dibagi jumlah

penduduk, meskipun pendekatan tersebut memiliki kelemahan namun telah

dianggap dapat memberikan gambaran tingkat kesejahteraan penduduk suatu

daerah dari waktu kewaktu atau perbandingannya dengan daerah lain. Nilai PDRB

per kapita Kabupaten Kepulauan Meranti dihitung berdasarkan Atas Dasar Harga

Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).

Data PDRB per kapita Kabupaten Kepulauan Meranti Menurut Lapangan

Usaha Tahun 2010-2013 disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.28

PDRB Perkapita Kabupaten Kepulauan Meranti (%)

No. PDRB 2010 2011 2012 2013

1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

- Dengan Migas 45,04 51,07 59,14 69,30

- Tanpa Migas 34,04 40,29 47,54 57,67

2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan

- Dengan Migas 12,11 12,38 12,97 13,65

- Tanpa Migas 8,05 8,43 9,09 10,08

5.93

15.9

2.03

7.46

9.42

3.48

(38)

Sumber: Sistem Informasi Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti 2015

Selama empat tahun nilai PDRB per kapita ADHB pada Kabupaten Kepulauan

Meranti mengalami peningkatan cukup tinggi dengan trend yang selalu positif.

Tahun 2010 nilainya sebesar 45,04% dan meningkat 6,03% pada tahun 2011 yang

nilainya menjadi 51,07%, lalu tahun 2012 meningkat kembali sebesar 8,07%

sehingga nilai PDRB Kabupaten Kepulauan Meranti menjadi 59,14%, kemudian

pada tahun 2013 meningkat kembali sebesar 10,16% sehingga nilai PDRB

Kabupaten Kepulauan Meranti Menjadi 69,3%. Jika komponen migas dikeluarkan

dari penghitungan PDRB, maka besarnya PDRB per kapita ADHB Kabupaten

Kepulauan Meranti sebesar 34,04% pada tahun 2010, lalu tahun 2011 meningkat

6,25% sehingga nilai PDRB Per Per Kapita ADHB non migas menjadi 40,29%,

kemudian tahun 2012 meningkat kembali sebesar 7,25% sehingga nilai PDRB

Kabupaten Kepulauan Meranti menjadi 47,54%, berikutnya pada tahun 2013

meningkat kembali sebesar 10,13% sehingga nilai PDRB Kabupaten Kepulauan

Meranti non migas Menjadi 57,67%.

Peningkatan PDRB per kapita ADHB belum menggambarkan peningkatan

secara riil, karena masih adanya pengaruh kenaikan harga atau tingkat inflasi yang

terjadi di wilayah tersebut. Adapun PDRB per kapita atas dasar harga konstan

(ADHK) memberi gambaran pendapatan per kapita penduduk yang riil tanpa

dipengaruhi oleh perubahan harga dan menunjukan perubahan tingkat

kesejahteraan penduduk.

Pada tahun 2010 PDRB per kapita riil (jika migas dimasukkan dalam

penghitungan PDRB) sebesar 12,11% dan meningkat 0,27% pada tahun 2011 yang

nilainya menjadi 12,38%, lalu tahun 2012 meningkat kembali sebesar 0,59%

sehingga nilai PDRB Kabupaten Kepulauan Meranti menjadi 12,97%, kemudian

pada tahun 2013 meningkat kembali sebesar 0,68% sehingga nilai PDRB

Kabupaten Kepulauan Meranti Menjadi 13,65%. Hal tersebut memberi arti bahwa

selama periode tahun 2010 – 2013 secara riil daya beli masyarakat terus meningkat

walaupun tidak besar nilai peningkatannya.

Jika migas dikeluarkan dari penghitungan PDRB, maka dalam kurun waktu

empat tahun ini PDRB riil perkapita masyarakat Kabupaten Kepualauan Meranti juga

terus meningkat dengan ditunjukkan angka yang menunjukkan trend yang positif.

Pada tahun 2010 PDRB per kapita riil sebesar 8,05% dan meningkat 0,38% pada

tahun 2011 yang nilainya menjadi 8,43%, lalu tahun 2012 meningkat kembali

sebesar 0,66% sehingga nilai PDRB Kabupaten Kepulauan Meranti menjadi 9,09%,

kemudian pada tahun 2013 meningkat kembali sebesar 0,99% sehingga nilai PDRB

(39)

Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah Tahun 2016-2021 II.39 d. Indeks Gini

Berdasarkan pengalaman pembangunan diberbagai Negara diperoleh

pembelajaran bahwa untuk mempercepat pembangunan manusia dapat dilakukan

antara lain dua hal, yaitu distribusi pendapatan yang merata dan alokasi belanja

publik yang memadai untuk pendidikan dan kesehatan. Tingkat pemerataan

distribusi pendapatan sering diukur dengan koefisien gini. Menghitung koefisien gini

dengan cara membagi penduduk menjadi beberapa kelompok sesuai dengan tingkat

pendapatannya. Kemudian menetapkan proporsi yang diterima oleh masing-masing

kelompok pendapatan. Koefisien gini adalah ukuran ketidakseimbangan atau

ketimpangan yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga

satu (ketimpangan sempurna).

Standar penilaian ketimpangan Gini Rasio ditentukan dengan menggunakan

kriteria seperti berikut (Hera Susanti dkk, Indikator-Indikator Makro Ekonomi, LPEM-FEUI, 1995):

- GR < 0.4 : dikategorikan sebagai ketimpangan rendah

- 0.4 < GR < 0.5 : dikategorikan sebagai ketimpangan sedang (Moderat)

- GR > 0.5 : dikategorkan sebagai ketimpangan tinggi

Berdasarkan data tahun 2009-2013 sebagaimana disajikan pada gambar di

bawah, diketahui bahwa indeks gini Kabupaten Kepualauan Meranti mengalami

fluktuasi. Pada tahun 2010 mengalami penurunan 0,01% dari 0,25 pada tahun 2009

menjadi 0,24 pada tahun 2010. Namun pada tahun 2011 meningkat menjadi 0,38,

lalu naik kembali pada tahun 2012 menjadi 0,4, tetapi pada tahun 2013 menyentuh

angka 0,38 kembali sama dengan keadaan pada tahun 2011. Kondisi meningkatnya

indeks gini ini perlu diwaspadai dengan tujuan agar ketiseimbangan atau

ketimpangan pendapatan pada Kabupaten Kepulauan Meranti cenderung tidak

meningkat pada tahun-tahun selanjutnya.

Indeks Gini pada Kabupaten Kepulauan Meranti dengan periode 2009 – 2013

disajikan dalam grafik berikut.

Gambar 2.18

Indeks Gini

Sumber: Refleksi 5 (Lima) Tahun Pembangunan Kabupaten Kepulauan Meranti 2010-2015

0.25 0.24

0.38 0.4 0.38

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

(40)

e. Indeks Ketimpangan Williamson

Hasil perhitungan ketimpangan pendapatan dengan menggunakan Indeks

Williamson menunjukkan adanya ketimpangan antar 12 kabupaten/kota di Provinsi

Riau pada tahun 2014 dengan Indeks Williamson sebesar 0,631. Indeks Williamson

yang lebih besar dari 0,5 maka termasuk pada ketimpangan level tinggi. Diduga hal

ini terjadi karena besarnya peranan sektor Pertambangan Migas pada daerah utama

penghasil migas, yaitu Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Siak dan Kota Dumai jika

dibandingkan dengan daerah bukan penghasil migas utama.

Sedangkan jika mengeluarkan sektor migas dari perhitungan indeks, maka

didapatkan nilai Indeks Williamson sebesar 0,256, yang artinya ketimpangan antar

kabupaten di Provinsi Riau menjadi lebih kecil dan termasuk pada ketimpangan level

rendah (< 0,35).

f. Persentase Penduduk Di Atas Garis Kemiskinan

Penduduk miskin dihitung berdasarkan garis kemiskinan. Garis kemiskinan

adalah nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar

minimum kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan

oleh individu untuk hidup layak.

Mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi

kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidak mampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan

dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan

pendekatan ini, dapat dihitung Head Count Index (HCI), yaitu persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.

Data persentase penduduk Kabupaten Kepulauan Meranti di atas garis

kemiskinan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.29

Persentase Penduduk Di Atas Garis Kemiskinan

Keterangan 2011 2012

Persentase Penduduk Di Atas Garis

Kemiskinan 65,2% 64,6%

Sumber: Sistem Informasi Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti 2015 dan Kabupaten Kepulauan Meranti Dalam Angka Tahun 2012 dan 2013 (Data Diolah)

Dari Tabel di atas diketahui dari tahun 2011 hingga tahun 2012 persentase

penduduk diatas garis kemiskinan menunjukkan penurunan sebesar 0,6 dengan

angka pada tahun 2011 tercatat sebesar 65,2 % tetapi pada tahun 2012 turun

menjadi 64,6%. Hal ini menunjukkan meningkatnya kemiskinan pada Kabupaten

(41)

Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah Tahun 2016-2021 II.41 Penurunan persentase jumlah penduduk di atas garis kemiskinan

menunjukkan kurang berhasilnya pemerintah menciptakan lingkungan usaha yang

mendukung penciptaan lapangan kerja baru. Penyerapan tenaga kerja dapat

membuat penduduk yang semula berada pada kategori miskin “naik kelas” ke

golongan penduduk diatas garis kemiskinan. Penurunan persentase juga

menggambarkan kurang berhasilnya pemerintah membuat masyarakat

berpenghasilan rendah lebih produktif melalui berbagai program yang dijalankan.

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial 1) Pendidikan

a. Angka Melek Huruf

Angka Melek Huruf (dewasa) adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas

yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. AMH dapat

digunakan untuk:

(i) Mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama

di daerahpedesaan di Indonesia dimana masih tinggi jumlah penduduk yang

tidak pernah bersekolahatau tidak tamat SD.

(ii) Menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap

informasi dari berbagaimedia.

(iii) Menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis.

Sehingga angka melek huruf dapat berdasarkan kabupaten mencerminkan

potensi perkembangan intelektualsekaligus kontribusi terhadap pembangunan

daerah.

Gambar 2.19

Angka Melek Huruf Kabupaten Kepulauan Meranti (%)

Sumber: Sistem Informasi Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti 2015

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa angka melek huruf di Kabupaten

Kepulauan Meranti dari tahun 2010 sampai 2011 mengalami penurunan yang 90.18

20.55 18.88 17.77 20

0 20 40 60 80 100

Gambar

Grafik Perkembangan Populasi Ternak di Kab.Kepulauan Meranti
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Tabel 2.14
+7

Referensi

Dokumen terkait

Angkat kedua tangan dari dinding perut ibu kemudian ambil stetoskop monoaural dengan tangan kiri, kemudian tempelkan ujungnya pada dinding perut ibu

Strategi pemasaran apa saja yang sesuai untuk perusahaan akan bergantung pada apakah perusahaan merupakan pemimpin, penantang, pengikut atau penggarap relung di

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN TENTANG PENGANGKATAN PEJABAT/PETUGAS UNIT AKUNTANSI PEMBANTU PENGGUNA ANGGARAN/BARANG ESELON I

Islam merupakan agama yang disampaikan menggunakan simbol- simbol yang bersifat permanen doktrinal. Secara doktriner, Islam bersifat elitis dalam arti bahwa secara normatif

Persoalan yang dikaji dalam tulisan ini difokuskan pada operator Bahasa Bima, yaitu bentuk dan fungsi operator bahasa Bima. Secara lintas bahasa, operator dikenal sebagai

2) Nilai ekonomi tidak langsung dapat dibagi menjadi nilai kegunaan non-komsumtif, nilai pilihan dan nilai eksistensi. Nilai kegunaan non-konsumtif diberikan untuk berbagai

Manusia dapat mengubah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Seperti daerah hutan yang dapat diubah menjadi daerah pertanian, perkebunan atau perumahan dengan

Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional BAB IV Dewan Jaminan Sosial Nasional,