BAB V
KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
5.1 Potensi Pendanaan APBD
Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan Bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPIJM) maka dibutuhkan strategi pembiayaan infrastruktur Bidang Cipta Karya.
Proyeksi APBD dalam lima tahun kedepan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap Bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.
Dari data proyeksi APBD pada tabel 5.1, dapat dinilai kapasitas
keuangan daerah dengan metode analisis Net Public Saving dan
kemampuan pinjaman daerah (DSCR).
Tabungan Pemerintah atau Net Public Saving adalah sisa dari total
penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk Bidang Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam Bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut :
Keterangan :
bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai peraturan yang berlaku.
Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan lanjutan, serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan
daerah yang berlaku.
Dari analisa data pada tabel 5.1, maka NPS untuk Kabupaten Aceh Timur adalah semakin menurun seiring dengan trend total penerimaaan
Tabel 5.1 Proyeksi Pendapatan APBK dalam 5 Tahun ke Depan
Komponen APBK
Realisasi
Pe
rt
um
bu
ha
n
Proyeksi
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1. Pendapatan
Asli Daerah 44.631.278.344,00 79.260.371.581,40 104.856.210.928,00 119.693.353.960,00 113.564.667.525,00 116.403.784.213,00 119.313.878.818,00 122.296.725.788,00 125.354.143.932,00 2. Dana
Perimbangan 773.576.604.770,00 854.135.141.838,00 915.658.505.074,00 1.135.400.450.000,00 1.211.030.029.857,00 1.241.305.780.603,00 1.272.338.425.118,00 1.304.146.885.745,00 1.336.750.557.888,00 a. DBH 91.416.687.770,00 58.550.668.838,00 79.858.137.074,00 75.282.878.000,00 51.793.660.000,00 53.088.501.500,00 54.415.714.037,00 55.776.106.887,00 57.170.509.559,00 b. DAU 600.936.437.000,00 703.898.153.000,00 730.055.738.000,00 784.102.687.000,00 872.480.849.857,00 894.292.871.103,00 916.650.192.880,00 939.566.447.702,00 963.055.608.894,00 c. DAK 81.223.480.000,00 91.686.320.000,00 105.744.630.000,00 276.014.885.000,00 286.755.520.000,00 293.924.408.000,00 301.272.518.200,00 308.804.331.155,00 316.524.439.433,00
DAK Air
Minum 2.260.825.000,00 3.017.445.000,00 4.056.005.000,00 1.375.000.000,00 0 1.409.375.000,00 1.444.609.375,00 1.480.724.609,00 1.517.742.724,00
DAK
Sanitasi 2.796.101.001,00 4.746.274.800,00 4.822.376.000,00 1.714.930.000,00 0 1.757.803.250,00 1.801.748.331,00 1.846.792.039,00 1.892.961.839,00 3. Lain-lain
Pendapatan
Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage
Ratio/DSCR). Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;
2. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah;
3. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.; 4. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah.
Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.
Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau
dikenal dengan Debt Service Cost Ratio (DSCR). Berdasarkan
peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah.
Pada bagian ini perlu dihitung DSCR daerah dalam 3-5 tahun terakhir dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
PAD = Pendapatan Asli Daerah DAU = Dana Alokasi Umum
Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Aceh Timur belum berniat untuk menggunakan dana Pinjaman Daerah untuk pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya, sehingga tidak perlu dihitung DSCR.
5.2 Potensi Pendanaan APBN
Setelah APBK Aceh Timur secara umum dibahas, maka perlu dikaji
berapa besar investasi pembangunan khusus Bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir yang bersumber dari APBN, APBA, APBK Aceh Timur, perusahaan daerah dan masyarakat serta pihak swasta.
5.2.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN dalam 5 Tahun Terakhir
Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (Permen PU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.
Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan Bidang Cipta Karya
adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum
digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan
memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.
5.2.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBK dalam 5 Tahun Terakhir
Pemerintah Kabupaten Aceh Timur memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan Bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.
Tabel 5.2 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kab. Aceh Timur dalam 5 Tahun Terakhir
No Sektor Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi
2012 2013 2014 2015 2016
1 DAK Air Minum 0 2.260.825.000,00 3.017.445.000,00 4.056.005.000,00 1.375.000.000,00
2 DAK Sanitasi 1.222.100.000,00 2.796.101.001,00 4.746.274.800,00 4.822.376.000,00 1.714.930.000,00
Tabel 5.3 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir
No Sektor Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi
2012 2013 2014 2015 2016
1 Pengembangan Air Minum 0 226.082.500,00 301.744.500,00 405.600.500,00 1.375.000.000,00
2 Pengembangan PLP 122.210.000,00 299.610.100,00 680.711.480,00 680.711.480,00 0
3 Pengembangan Pemukiman 0 22.950.000.000,00 20.400.000.000,00 20.305.000.000,00 22.688.055.000,00
4 Penataan Bangunan dan Lingkungan 0 0 0 0 0
Total Belanja APBK
5.2.3 Perkembangan investasi Perusahaan Daerah Bidang CiptaKarya dalam 5 Tahun Terakhir
Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi
kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk
menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber
pendapatan pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa
perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan Bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.
Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang Cipta Karya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia. Khusus untuk PDAM Tirta Peusada Aceh Timur, indikator tersebut telah ditetapkan BP-SPAM Aceh untuk diketahui apakah perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.
5.3 Alternatif Sumber Pendanaan
Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Timur harus memiliki alternatif sumber pendanaan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam lima tahun ke depan.
5.3.1 Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya
Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta di Bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta.
potensi, seperti perusahaan pengelola sampah, pengelola air minum, atau pengelola limbah karena cukup menguntungkan. Sehingga pada tabel 5.4 belum ada proyek yang dapat didanai dari dana KPS pada lima tahun kedepan, maka status data NA.
Tabel 5.4 : Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Ke Depan
Nama
Kegiatan DeskripsiKegiatan Kegiatan (Rp)Biaya KelayakanFinansial Keterangan
(1) (2) (3) (4) (5)
IRR = ...
NA NA NA NA NA
5.3.2 Perkembangan Kerjasama Pembangunan Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir
Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang
berpotensi cost- recovery atau Corporate Social Responsibility
(CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan
dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta Permen PPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Tabel 5.5 : Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir
Kegiatan Tahun KomponenKPS Volume Satuan Nilai (Rp) Skema KPS Ket
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengembangan Air Minum
- … NA NA NA NA NA
Pengembangan PPLP
- … NA NA NA NA NA
Pengembangan Permukiman
- … NA NA NA NA NA
Penataan Bangunan dan Lingkungan
- … NA NA NA NA NA
5.4 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Satgas RPIJM daerah perlu merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, yang meliputi:
5.4.1 Peningkatan DDUB oleh kabupaten dan provinsi;
Pemerintah Kabupaten Aceh Timur memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan Bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.
menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan Bidang Cipta Karya.
Tabel 5.6 : Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir
Alokasi
APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB
1 Pengembangan Air Minum NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
2 Pengembangan PLP NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
3 Pengembangan Permukiman NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
4 Penataan Bangunan dan Lingkungan NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA
Total Belanja APBK Bid. Cipta Karya
Total Belanja APBK 749.939.945.166 979.402.305.585 979.402.305.585 1.392.468.296.974 3.154.580.911.688
122.210.000
23.475.692.600 21.382.455.980 21.192.838.100 21.680.000.000
2015 2016
No SEKTOR
5.4.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan sala satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.
Secara internal, Cipta Karya keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.
Tabel 5.7 : Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya
No. Instansi Pembangunan Bidang Cipta Peran Instansi dalam
Karya
Unit / Bagian yangMenangani
PembangunanBidang Cipta sistem/Master plan untuk semua sektor Bidang Cipta Karya
Bidang Perencanaan Pembangunan Sarana dan Prasarana
Bidang Program, Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang
2. Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Perencanaan DED dan pembangunan prasarana dan sarana cipta karya sektor : Bangkim,
PLP : Drainase, PBL, Air minum
Bidang Program, Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang
3. Dinas Lingkungan Hidup
Perencanaan DED dan pembangunan prasarana dan sarana cipta karya sektor : PLP : Sampah dan Limbah , PBL : Ruang Terbuka Hijau
Bidang Pengelolaan sampah, Limbah B3 dan Peningkatan kapasitas
5.4.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang
Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang, yang dapat dilakukan dengan mengisi tabel berikut mengenai komposisi pegawai dalam unit kerja Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang.
Tabel 5.8 : Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Cipta Karya
N
5.5 Analisis Kelembagaan
Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten yang menangani Bidang Cipta Karya.
5.5.1 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Cipta Karya. Analisis deskriptif dapat mengacu pada pertanyaan di bawah ini:
1. Apakah struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku?
2. Apakah tugas dan fungsi organisasi Bidang Cipta Karya sudah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi?
3. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi struktur organisasi?
4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam organisasi perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan Bidang Cipta Karya?
Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis ini adalah dengan melakukan diskusi antar anggota Tim RPIJM.
5.5.2 Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Dalam proses analisis ini beberapa pertanyaan kunci yang perlu mendapat jawaban adalah sebagai berikut:
1. Apakah Qanun penetapan Organisasi Pemerintah Daerah telah menguraikan tupoksi masing-masing dinas/unit kerja yang ada? 2. Bagaimana mekanisme hubungan kerja didalam dan antar
instansi terkait Bidang Cipta Karya yang terjadi selama ini?
3. Apakah keorganisasian Bidang Cipta Karya yang ada sudah mengikuti ketentuan dalam PP 18 tahun 2016? Juga perlu dicermati apakah semua sektor Bidang Cipta Karya yaitu bidang air minum, pengembangan permukiman, penyehatan lingkungan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan serta penataan ruang sudah tercantum dalam keorganisasian yang dibentuk? 4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam ketatalaksanaan
5. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketatalaksanaan perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan Bidang Cipta Karya?
5.5.3 Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM Bidang Cipta Karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya.
Dalam proses analisis SDM, beberapa pertanyaan kunci yang dapat dijawab adalah sebagai berikut :
1. Apakah SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah maupun kualitas dalam perangkat daerah, khususnya di Bidang Cipta Karya?
2. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam manajemen SDM perangkat kerja daerah yang terkait dengan Bidang Cipta Karya? 3. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM organisasi, khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?
Tabel 5.9 : Matriks Kebutuhan Sumber Daya Manusia
No Instansi PendidikanTingkat Jumlah Pegawaiyang Ada Jumlah Pegawaiyang Diperlukan
(1) (2) (3) (4) (5) 2 Bappeda SMA/Sederajat
Diploma - D3 Teknik: - D3 Sekretaris - D3 Pertanian
S1/Sederajat
- S1 Teknik sipil/plano/ars - S1 Ekonomi
- S1 Pertanian - S1 Sospol
- S1 Kesehatan Masyarakat - S1 Pendidikan
- S1 Hukum
- S1 Kedokteran Hewan
S2/S3 - S1 Ilmu Pemerintahan - S1 Sains
5.5.4 Analisis SWOT Kelembagaan
Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan
ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat
Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W-T).
Tabel 5.10 : Matriks Analisis SWOT Kelembagaan Faktor
External Faktor
Internal
PELUANG (O) a. Rekruitmen baru
b. Minat jadi PNS tinggi
ANCAMAN (T) a. Mutasi tenaga teknis
b. Jumlah pekerjaan semakin banyak c. Macam pekerjaan berteknologi tinggi
KEKUATAN (S) a. Personel S.1 / S.2 / S.3 mencukupi b. Berusia muda
c. Kebutuhan tenaga teknis
Strategi SO (Kuadran 1)
Rekruitment tenaga teknis sesuai kebutuhan
Strategi ST (Kuadran 2)
Dengan usia muda cepat belajar di bidang yang baru dan teknologi baru
KELEMAHAN (W) a. Sebagian mendekati masa pensiun b. Kurang pelatihan/ ketrampilan c. Wilayah yang luas
Strategi WO (Kuadran 3)
Pengadaan pelatihan teknis/kursus/ bekerjasama dengan perguruan tinggi setempat
5.6 Rencana Pengembangan Kelembagaan
Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat dirimuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan sumber daya manusia. Berdasarkan strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di daerah.
5.6.1 Rencana Pengembangan Keorganisasian
Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan mengacu pada analisis SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan tercipta dari penataan struktur organisasi dan tupoksinya.
Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan jabatan struktural dan fungsional di lingkungan Pemda, serta menyusun analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Timur, khususnya Bidang Cipta Karya.
Sedangkan untuk Perusahaan Daerah satu-satunya yaitu PDAM Tirta Peusada dengan memantapkan organisasi yang telah ada dan meningkatkan kapasitas personilnya.
5.6.2 Rencana Pengembangan Tata Laksana
Mengacu pada analisis SWOT sebelumnya, maka dilakukan evaluasi tata laksana, pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam Dinas/Badan ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Timur, khususnya yang menangani Bidang Cipta Karya, sehingga tidak timbul tumpang tindih kewenangan antar Dinas/Badan yang menangani Bidang Cipta Karya.
5.6.3 Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan mengacu pada analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Tabel 5.11 Pelatihan Bidang Cipta Karya
No Jenis Pelatihan
1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis
2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara
3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III
4 Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan
5 Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan Gedung dan Lingkungan
6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL
7 Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi
8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan
9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan
10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan Infrastruktur Publik Bidang Cipta Karya
11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat Bencana
12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara
13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN
14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai
15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai
16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)
Tabel 5.12 : Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan
Aspek
Kelembagaan Strategi Rencana Aksi
(1) (2) (3)
Organisasi Pemantapan organisasi di setiap badan dan dinas
Reorganisasi sesuai dengan perkembangan kebutuhan sektor di bidang cipta karya penambahan bidang
Tata Laksana Pemantapan Standart Operasional Prosedure pada
setiap sektor Cipta Karya Implemetasi SOP secara ketat
Sumber Daya Manusia
Peningkatan kapasitas SDM
Tugas belajar bagi S1 ke jenjang S2/S3
Pelatihan dan kursus sesuai kebutuhan dan bidang
Tenaga Penyidik PNS untuk audit lingkungan
Rekruitmen baru SDM
Bidang disiplin ilmu Teknik Planologi, Teknik Sipil, Teknik Arsitektur, Teknik Lingkungan dan Kesehatan