i SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen
Oleh: Thomas Haryanto
NIM: 052214067
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Ora Et Labora
(St. Benediktus)
Ad Maiorem Dei Gloriam
(St. Ignatius)
Talk Less, Do More
Skripsi ini dipersembahkan kepada
vii
“Pengaruh Informasi, Hiburan, dan Bintang Iklan Terhadap Sikap Konsumen atas Produk: Studi Kasus pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kampus I, yang Pernah Melihat Iklan Kartu XL di Televisi. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan Skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak., untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Y.P. Supardiyono, M.Si. Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A., selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Dr. Herry Maridjo, M.Si., selaku dosen pembimbing I, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesungguhan hati.
4. Bapak Drs. Hg. Suseno T.W., M.S. selaku dosen pembimbing II, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 5. Bapak Drs. A. Triwanggono, M.S., selaku dosen penguji yang telah memberi
viii kalian kecewa.
7. Adikku Diana, thanks atas dukungan dan doanya.
8. Teman-teman Manajemen B, khususnya Eko, Yosef, Fredy, Harjoe senang bisa bersama kalian selama kuliah di Sadhar ini. Buat Yosef, thanks atas tempatnya, laptopmu dan atas tintanya sehingga aku bisa ngeprint skripsi sampai selesai. Aku rindu untuk kumpul bersama seperti dulu lagi. Kapan-kapan kumpul bareng yo....!!! Sukses.
9. Buat temenku Ambon thanks atas solusi yang diberikan, santai KFC ne pasti tak tepati.
10. Buat Badrun, Song Jie, Cik Wiwik thanks atas masukannya dan candanya selama ini.
11. Bawo makasih juga karena telah dipinjami motor sehinnga aku bisa berangkat kuliah.
12. Teman-teman KKP angkatan XVI, Lek Tur, Wiwid, Tere, Mas Denis makasih atas kebersamaannya. Aku tidak akan lupa ma kalian.
13. Teman-teman Flash Multimedia thanks juga atas kebersamaannya.
ix rekan-rekan dalam menyusun skripsi.
Yogyakarta, 22 Juni 2009 Penulis
x
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR... vii
HALAMAN DAFTAR ISI... x
HALAMAN DAFTAR TABEL... xiv
HALAMAN DAFTAR GAMBAR... xv
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN... xvi
ABSTRAK... xvii
ABSTRACT... xviii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
xi
2. Pengertian Manajemen Pemasaran ... 7
3. Filosofi Manajemen Pemasaran ... 8
4. Bauran Pemasaran ... 9
5. Produk ... 10
6. Tingkatan Produksi ... 10
7. Klasifikasi Produk... 11
8. Pengertian Iklan ... 13
9. Fungsi Iklan... 13
10. Media Periklanan ... 14
11. Perilaku Konsumen ... 15
12. Sikap... 15
13. Karakteristik Sikap... 16
14. Komponen dari Sikap... 17
15. Informasi ... 18
16. Hiburan... 19
17. Bintang Iklan... 19
B. Hasil Penelitian Sebelumnya ... 20
C. Kerangka Konseptual Penelitian ... 22
xii
C. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 25
D. Variabel Penelitian ... 25
E. Populasi dan Sampel ... 26
F. Teknik Pengambilan Sampel... 27
G. Sumber Data... 27
H. Teknik Pengumpulan Data... 27
I. Teknik Pengujian Instrumen ... 28
J. Teknik Analisis Data... 29
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 45
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 56
A. Identitas responden... 57
1. Usia Responden... 57
2. Jenis kelamin... 57
3. Responden yang Memiliki Televisi ... 58
4. Responden yang Melihat, Memperhatikan Iklan XL di Televisi... 58
B. Analisis Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 59
1. Hasil Uji Validitas... 59
xiii
3. Koefisien Determinasi... 65
4. Pengujian Signifikansi Pengaruh Simultan dengan Uji F ... 66
5. Pengujian Signifikansi Pengaruh Simultan dengan Uji t ... 66
D. PEMBAHASAN... 67
BAB VI SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN... 71
A. Simpulan ... 71
B. Saran ... 73
C. Keterbatasan ... 73
DAFTAR PUSTAKA... 74
xiv
3.1 Uji Statistik Durbin-Watson ... 32
5.1 Usia Responden ... 57
5.2 Jenis kelamin ... 57
5.3 Responden yang memiliki televisi... 58
5.4 Responden yang melihat, memperhatikan iklan XL di televisi.. 58
5.5 Uji Validitas Variabel Penelitian... 60
5.6 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian... 61
5.7 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 61
5.8 Hasil Uji Asumsi Klasik Multikolinieritas ... 62
5.9 Hasil Uji Asumsi Klasik Autokorelasi ... 64
5.10 Hasil Koefisien Determinasi... 65
5.11 Hasil Uji F ... 66
xv
xvi Lampiran 3 Data SPSS
xvii
Studi Kasus pada Mahasiswa Unversitas Sanata Dharma Yogyakarta
Thomas Haryanto Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
xviii
A Case Study on Students of Sanata Dharma University
Thomas Haryanto Sanata Dharma University
2009
1 A. Latar Belakang Masalah
Sudah umum diketahui bahwa abad kita ini adalah abad informasi. Dalam abad informasi ini, iklan memainkan peran yang sangat penting untuk menyampaikan informasi tentang suatu produk kepada masyarakat. Dengan
demikian, suka atau tidak suka, iklan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan manusia baik secara positif maupun negatif.
Dalam kaitan itu, iklan mempunyai andil besar dalam menciptakan citra bisnis baik secara positif maupun negatif. Iklan ikut menentukan penilaian masyarakat mengenai baik buruknya kegiatan bisnis. Sayangnya, iklan justru
menciptakan citra negatif tentang bisnis, seakan bisnis adalah kegiatan tipu-menipu, kegiatan yang menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan, yaitu
keuntungan. Ini karena iklan sering memberi kesan dan informasi yang berlebihan, kalau bukan palsu dan terang-terangan menipu, tentang produk tertentu yang dalam kenyataannya hanya akan mengecoh dan mengecewakan
masyarakat konsumen.
Iklan itu sendiri pada hakikatnya merupakan salah satu strategi
pemasaran, salah satu fungsinya adalah menginformasikan pesan mengenai produk dan merek tertentu. Oleh karena itu kemampuan menginformasikan
dengan menampilkan pesan yang informatif, mudah dimengerti sesuai dengan maksud si pengirim pesan, dan dapat dipercaya merupakan penentu terhadap
respon lebih lanjut dari konsumen. Kemampuan suatu iklan untuk menghibur konsumennya juga penting untuk diperhatikan. Hiburan sering disajikan dengan menyisipkan di antara informasi yang sedang disampaikan, misalnya
dengan lagu yang sedang populer.
Bintang iklan dipakai untuk menjadi brand persona yaitu pemberian
makna pada merek. Pesan yang dibawakan oleh sumber yang terkenal dan menarik pada umumnya mampu mencuri perhatian konsumen. Banyak parusahaan menggunakan selebriti sebagai endorser atau bintang iklan
produknya agar perhatian konsumen terpatri dengan yang diiklankan. Oleh karena itu banyak artis yang menjadi bintang iklan. Contohnya vokalis group
band ungu Pasha membintangi iklan minuman berenergi, Bella Saphira yang membintangi iklan sabun mandi, bahkan atlet olahraga pun dipakai untuk dijadikan model dalam suatu iklan seperti Taufik Hidayat, Christiano
Ronaldo, Valentino Rossi, dan masih banyak lagi. Hewan pun turut digunakan dalam suatu iklan seperti yang kita lihat pada iklan kartu XL di televisi yang
menggunakan monyet dan manusia sebagai bintang iklan.
Di sisi lain, bintang iklan yang membawakan iklan tersebut membawa nilai moral dari pesan yang disampaikannya. Apakah pesan yang
dari bintang iklan itu sendiri. Banyak media sebagai sarana untuk menyampaikan suatu iklan seperti internet, radio, majalah, koran, maupun
televisi. Namun televisi dipandang sebagai media yang efektif untuk menyampaikan suatu iklan karena orang dapat melihat secara langsung tidak
hanya gambarnya saja tetapi mampu mengkombinasikan baik gambar,maupun suara maka peneliti memilih meneliti iklan yang disampaikan melalui media televisi.
Sikap merupakan afeksi atau perasaan terhadap sebuah rangsangan, kategorisasi objek pada rangkaian kesatuan evaluatif, karakteristik utama yang
membedakan sikap dari konsep lainnya, dan sikap merupakan inti dari rasa suka dan tidak suka bagi orang, kelompok, situasi, objek, dan ide-ide tidak berwujud tertentu (Sutisna, 2002:103). Dengan melihat iklan yang
memberikan pesan yang informatif, dapat menghibur khalayaknya, hal ini akan membuat komponen afektif dan kognitif dari sikap bekerja sehingga
mampu membangun sikap konsumen terhadap produk yang diiklankan.
Oleh karena itu, masalah yang diteliti adalah informasi, hiburan, dan bintang iklan mempengaruhi sikap konsumen atas produk. Berdasarkan latar
belakang di atas maka penulis mengambil penelitian dengan judul“Pengaruh Informasi, Hiburan, dan Bintang Iklan terhadap Sikap Konsumen Atas Produk”.Studi Kasus pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kampus I,
B. Rumusan Masalah
1. Apakah informasi, hiburan, dan bintang iklan secara bersama-sama
berpengaruh terhadap sikap konsumen atas produk?
2. Apakah informasi, hiburan, dan bintang iklan secara parsial berpengaruh
terhadap sikap konsumen atas produk?
C. Pembatasan Masalah
Agar masalah dalam penelitian tidak terlalu luas dan dapat menjawab permasalahan yang ada, maka penelitian ini dibatasi pada informasi, hiburan,
dan bintang iklan. Masalah dibatasi pada : 1. Informasi dari iklan itu sendiri.
2. Unsur hiburan yang terkandung dalam iklan.
3. Bintang iklan
4. Responden yang pernah melihat iklan kartu XL.
5. Media iklan di televisi.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengaruh informasi, hiburan, dan bintang iklan secara
bersama-sama terhadap sikap konsumen atas produk.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Biro Periklanan
Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat berguna bagi biro periklanan untuk dapat membuat iklan yang informatif dan menghibur sehingga isi
pesan dapat dipahami oleh konsumen. 2. Bagi Universitas
Penulis berharap bahwa penelitian ini dapat memberikan tambahan wacana
ilmiah bagi Universitas Sanata Dharma sebagai bahan acuan dan pertimbangan dalam penulisan karya ilmiah.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini sangat berguna bagi penulis untuk mendalami dan menerapkan teori yang sudah diterima di bangku kuliah.
F. Sistematika Penulisan
Keseluruhan penulisan laporan ini terdiri dari enam bab, yaitu: BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. BAB II : KAJIAN PUSTAKA
BAB III : METODE PENELITIAN
Metode Penelitian berisi hal-hal sebagai berikut: jenis penelitian,
subyek dan obyek, waktu dan lokasi, variabel, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, sumber data, teknik
pengumpulan data, teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data.
BAB IV : GAMBARAN UMUM SUBYEK PENELITIAN
Gambaran Umum Subyek Penelitian secara garis besar menjelaskan mengenai subyek penelitian. Subyek Penelitian
dalam hal ini adalah Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kampus I Yogyakarta. Di sini akan dikemukakan mengenai sejarah singkat XL, filosofi perusahaan, produknya.
BAB V : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai deskriptif data, uji validitas
dan realibilitas, analisis data dan pembahasannya. BAB VI : KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN
Pada bab ini akan dikemukakan mengenai kesimpulan yang
7 A. Landasan Teori
1. Pengertian Pemasaran
Pemasaran sering dikacaukan dengan pengertian-pengertian seperti penjualan, perdagangan, dan distribusi. Padahal istilah-istilah tersebut
hanya merupakan satu bagian dari kegiatan pemasaran secara keseluruhan. Proses pemasaran itu dimulai jauh sejak sebelum barang-barang
diproduksi, dan tidak berakhir dengan penjualan. Kegiatan pemasaran perusahaan harus dapat juga memberikan kepuasan kepada konsumen jika menginginkan usahanya berjalan terus, atau konsumen mempunyai
pandangan yang baik terhadap perusahaan. Definisi sosial pemasaran adalah:
Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain Kotler (2005:10).
Sedangkan definisi manajerial, pemasaran sering diartikan sebagai seni menjual produk.
2. Pengertian Manajemen Pemasaran
Tugas manajer pemasaran adalah memilih dan melaksanakan
perusahaan serta dalam menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Kegiatan pemasaran ini haruslah dikoordinasikan dan dikelola dengan cara
yang baik. Manajemen pemasaran menurut Kotler (2004:16) adalah analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian program yang
dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran demi mencapai tujuan.
3. Filosofi Manajemen Pemasaran
Ada beberapa konsep dari manajemen pemasaran yang
dikemukakan oleh Kotler dan Armstrong (2004:20): a. Konsep Produksi
Filosofi yang menyatakan bahwa pelanggan akan menyukai produk
yang tersedia dan harganya terjangkau dan karena itu manajemen harus berusaha keras untuk memperbaiki produksi dan efisiensi distribusi.
b. Konsep Produk
Gagasan bahwa konsumen akan menyukai produk yang mempunyai mutu terbaik, kinerja terbaik, dan sifat paling inovatif sehingga
organisasi harus mencurahkan energi untuk terus-menerus melakukan perbaikan produk.
c. Konsep Penjualan
Gagasan yang menyatakan bahwa konsumen tidak akan membeli produk suatu organisasi dalam jumlah cukup kecuali jika organisasi
d. Konsep Pemasaran
Filosofi manajemen pemasaran yang menyatakan bahwa pencapaian
sasaran organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan penyampaian kepuasan yang didambakan itu secara
lebih efektif dan efisien dibandingkan pesaing. 4. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Menurut Lee dan Carla (2004:14) bauran pemasaran terdiri dari
empat komponen utama, yaitu : a. Produk
Produk adalah sebundel jasa yang memenuhi harapan konsumen. b. Tempat
Tempat disebut saluran distribusi. Sebuah saluran distribusi merujuk
pada sekelompok individu dan organisasi yang mengarahkan aliran produk dari para produsen ke para konsumen.
c. Harga
Harga adalah nilai yang dipertukarkan dengan produk-produk dalam sebuah transaksi pemasaran.
d. Promosi
Promosi adalah komunikasi pemasaran mencakup berbagai teknik
5. Produk
Menurut Kotler dan Armstrong (2003:337):
Produk adalah semua yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan
kebutuhan atau keinginan pemakainya.
Produk tidak hanya terdiri dari barang berwujud, tetapi definisi produk yang lebih luas meliputi obyek fisik, jasa, kegiatan, orang, tempat,
organisasi, ide, atau campuran dari hal-hal tersebut.
Menurut Aaker dan Joachimstahler (dalam Ferrinadewi,
2008:136):
Produk meliputi karakteristik cakupan fungsi produk, atribut produk, kualitas atau nilai-nilai kegunaan serta manfaat fungsional.
6. Tingkatan Produksi
Kotler dan Armstrong (2003:338-341) menyebutkan menurut
tingkatan produksinya ada 3 tingkatan produk, yaitu produk inti, produk aktual, dan produk tambahan.
a. Produk Inti (Core Product)
Produk inti terdiri dari berbagai manfaat pemecahan masalah yang konsumen cari ketika membeli produk atau jasa tertentu.
b. Produk Aktual (Actual Product)
c. Produk Tambahan (Augmented Product)
Produk ini meliputi layanan dan manfaat tambahan bagi konsumen.
7. Klasifikasi Produk
Menurut Kotler dan Armstrong (2003:342-344) :
a. Produk Konsumen (Consumer Product)
Produk yang dibeli oleh konsumen akhir untuk dikonsumsi secara pribadi.
1) Produk Sehari-hari (Convenience Product)
Produk konsumen yang dibeli oleh konsumen secara teratur, cepat,
dan dengan perbandingan dengan produk lain yang minimal serta usaha untuk mendapatkan produk tersebut yang juga normal. 2) Produk Belanja ( Shopping Product)
Barang konsumen yang mana konsumen dalam proses pemilihan dan pembelian biasanya melakukan perbandingan dengan produk
lain berdasarkan kecocokan, kualitas, harga, dan gaya. 3) Produk Khusus ( Specialty Product)
Produk konsumen yang mempunyai karakteristik dan identitas
merek yang unik sehingga kelompok pembeli yang cukup signifikan bersedia melakukan usaha pembelianyang khusus.
4) Produk yang Tidak Dicari ( Unsought Product)
Produk konsumen yang konsumen tidak mengetahui ataupun mengetahuinya tetapi biasanya tidak terpikirkan untuk membeli
b. Produk Industri (Industrial Product)
Produk yang dibeli oleh individu atau organisasi dengan tujuan untuk
diproses lebih lanjut atau digunakan untuk menjalankan bisnis. 1) Bahan Baku dan Suku Cadang
Bahan mentah terdiri dari produk pertanian (gandum, kapas, buah, sayuran) dan produk alam (ikan, kayu, minyak mentah, biji besi). Bahan dan suku cadang buatan pabrik terdiri dari bahan komponen
(besi, semen, kabel) dan suku cadang komponen (motor kecil, ban).
2) Barang Modal
Barang modal adalah produk industri yang membantu produksi atau operasi pembeli, yang meliputi pemasangan dan peralatan
asesori.
3) Perlengkapan dan Jasa
Perlengkapan meliputi perlengkapan operasional (pelumas, batubara, kertas, pensil)dan barang-barang untuk perbaikan dan pemeliharaan (cat, paku, sapu). Yang termasuk jasa dalam bisnis
adalah pemeliharaan dan perbaikan (pembersihan kaca, perbaikan komputer) dan jasa konsultan (hukum, konsultasi manajemen,
8. Pengertian Iklan
Iklan adalah segala bentuk presentasi non pribadi dan promosi
mengenai gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar (Kotler, 2005:277).
Menurut Lee dan Carla (2004:3) :
Iklan adalah komunikasi komersil dan non personal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail (pengeposan langsung), reklame luar ruang, atau kendaraan umum.
9. Fungsi Iklan
Lee dan Carla (2004:10-11) menguraikan fungsi iklan menjadi tiga: e. Fungsi Informasi
Iklan mengkomunikasikan informasi produk, ciri-ciri, dan lokasi
penjualannya. Iklan memberitahu konsumen tentang produk-produk baru.
b. Fungsi Persuasif
Iklan mencoba membujuk konsumen untuk membeli merek-merek tertentu atau mengubah sikap mereka terhadap produk atau
perusahaan. c. Fungsi Pengingat
10. Media Periklanan
Banyak media yang digunakan untuk periklanan seperti koran, radio,
internet, televisi, dan masih banyak lagi. Dalam penelitian ini peneliti memelih televisi sebagai media yang digunakan. Televisi sebagai media
periklanan mempunyai kekuatan dan kelemahan. Durianto (2003:35-36) menguraikan beberapa kekuatan dan kelemahan televisi sebagai media periklanan.
Kekuatan:
a. Efisiensi Biaya
Televisi mampu menjangkau masyarakat yang sangat luas. Kelebihan ini menimbulkan efisiensi biaya untuk menjangkau tiap orang. Banyak pengiklan memandang televisi sebagai media yang paling efisien untuk
menyampaikan pesan-pesan komersialnya. b. Dampak yang kuat
Iklan di televisi sampai ke pemirsa dalam bentuk audio visual. Kreativitas pengiklan dapat lebih dieksplorasi dan dioptimalkan dengan mengkombinasikan gerak, keindahan, kecantikan, suara,
warna, musik, drama, humor, maupun ketegangan. c. Pengaruh yang kuat
cenderung memilih produk yang diiklankan di televisi daripada produk yang tidak mereka kenal.
Kelemahan: a. Biaya Tinggi
Biaya iklan untuk menjangkau setiap orang relatif lebih rendah. Biaya absolut beriklan di televisi adalah tinggi.
b. Masyarakat yang Tidak Selektif
Pemirsa televisi banyak dan luas. Iklan yang ditampilkan di televisi mungkin menjangkau pasar yang tidak tepat dan tidak selektif.
c. Kesulitan Teknis
Jadwal tayang iklan di televisi tidak mudah diubah sehingga sering kali tidak fleksibel. Kebutuhan pengiklan yang mendesak dalam
menghadapi event-event tertentu, sering kali pihak pengiklan akan menghadapi kesulitan teknis untuk mengubah jadwal maupun jam
tayang. 11. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen
dalam mencari, mengejar, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk dan jasa yang mereka harapkan bisa memenuhi kebutuhan mereka
(Schiffman dan Kanuk, 2004:8). 12. Sikap
Schiffman dan Kanuk (dalam Tulipa, 2004:178) sikap adalah
senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju terhadap suatu obyek.
Menurut Basu dan Hani (2000:93) sikap adalah suatu keadaan jiwa (mental) dan keadaan berpikir (neural) yang dipersiapkan untuk
memberikan tanggapan terhadap suatu obyek, yang diorganisir melalui pengalaman serta mempengaryhi secara langsung dan atau secara dinamis pada perilaku.
Menurut Nickels (dalam Basu dan Hani, 2000:94) sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk
dalam masalah-masalah yang baik ataupun kurang baik secara konsekuen. 13. Karakteristik Sikap
Menurut Simamora (dalam Tulipa, 2004:179) sikap mempunyai
beberapa karakteristik penting yaitu obyek, arah, tingkat dan intensitas, resistensi, persistensi, keyakinan, serta kepemilikan struktur dan sifat.
Sikap harus memiliki obyek, untuk menuangkan perasaan harus ada obyek yang menjadi target. Obyek ini bisa bersifat abstrak atau nyata, individual maupun kelompok serta spesifik atau umum.
Loudon dan Bitta (dalam Tulipa, 2004:179) mengemukakan sikap mempunyai beberapa karakteristik penting, yaitu :
a. Sikap mempunyai sasaran atau tujuan. Sasaran dapat berupa suatu benda atau suatu tindakan.
b. Sikap mempunyai arah, kadar, dan intensitas. Sikap mengekspresikan
suka atau tidak suka, kadar seberapa besar kesukaan atau ketidaksukaan serta intensitas merupakan tingkat dari keyakinan atau
ekspresi terhadap obyek.
c. Sikap mempunyai struktur. Sikap terikat satu dengan yang lain dan
membentuk suatu keseluruhan yang kompleks serta sifatnya yang tidak sementara.
d. Sikap dapat dipelajari. Sikap berkembang dari pengalaman pribadi
secara nyata dan berbagai informasi yang diperoleh dan diserap. 14. Komponen dari sikap
Komponen sikap menurut Sutisna (2002:104-105): a. Komponen Kognitif
Komponen ini terdiri dari kepercayaan konsumen dan pengetahuan
tentang obyek. Kepercayaan tentang atribut suatu produk biasanya dievaluasi secara alami. Semakin positif kepercayaan terhadap suatu
merek dan semakin positif setiap kepercayaan, maka akan semakin mendukung keseluruhan komponen kognitif, yang pada akhirnya akan mendukung keseluruhan sikap tersebut.
b. Komponen Afektif
Perasaan dan reaksi emosional kepada suatu obyek, itulah komponen
afeksi sikap. Misalnya konsumen mengatakan “saya menyukai produk A”. Itu merupakan hasil emosi atau evaluasi afektif terhadap suatu produk. Evaluasi ini terbentuk tanpa informasi kognitif atau
c. Komponen Perilaku
Komponen ini adalah respon dari seseorang terhadap obyek atau
aktivitas. Seperti keputusan untuk membeli atau tidaknya suatu produk akan memperlihatkan komponenbehavioral.
15. Informasi
Iklan mampu memberikan informasi-informasi yang berharga bagi khalayaknya. Informasi dapat berupa pengenalan produk, manfaatnya, dan
masih banyak lagi. Suatu iklan dinyatakan mampu menginformasikan pesan dengan benar jika pesan yang disajikan dapat diterima dengan tepat
dan pesan tersebut akan diterima oleh khalayak sama seperti maksud pengirimnya. Konsumen memerlukan informasi dari sumber terpercaya. Sumber iklan dapat dipercaya jika :
a. Memiliki Kredibilitas
Mengacu pada sejauh mana sumber dipandang memiliki keahlian dan
dipercaya. Semakin ahli dan semakin dipercaya sumber informasi, semakin sering pengamat memandang bahwa sumber itu dapat dipercaya.
b. Keahlian (expert)
Mengacu pada tingkat pengetahuan yang dimiliki sumber terhadap
subjek di mana ia berkomunikasi. c. Bukti Phisik
16. Hiburan
Menurut Widyatama (2005:151-152) iklan harus mampu
memberikan hiburan pada khalayaknya, jadi tidak semata hanya informasi saja melainkan sebagai sebuah hiburan, yaitu menumbuhkan perasaan
gembira kepada siapapun yang melihatnya. Dengan begitu iklan tidak akan dilihat sebagai sesuatu yang mengganggu pandangan mata, namun akan disikapi sebagai tontonan yang selalu dinantikan. Konsep semacam itu
mengharuskan iklan tidak kaku dan membosankan, melainkan ringan dan menumbuhkan kegembiraan pemirsa. Wujud kongkritnya ialah iklan
dibuat dengan melibatkan unsure-unsur yang mampu mendatangkan perasaan senang, misalnya dengan menampilkan gambar yang indah, dan atau melibatkan humor dan musik.
17. Bintang Iklan
Bintang iklan adalah orang yang digunakan sebagai model atau icon
dalam periklanan. Bintang iklan dapat aktor/artis, atlet olah raga, penyanyi, ilmuwan. Bintang iklan dipakai untuk mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen terhadap produk yang diiklankan. Bintang iklan dapat
menjadi pendobrak dalam benak konsumen untuk menginformasikan adanya produk baru yang lebih baik. Konsumen akan lebih tertarik
menggunakan suatu produk baru yang sedang diiklankan apabila selebriti/artis idolanya membintangi produk yang sedang diiklankan tersebut. Bintang iklan akan membantu memperkuat sebuah merek dan
Ada tiga tujuan penggunaan artis sebagai endorser atau bintang iklan: a. Untuk menarik perhatian
b. Memperkuat kredibilitas c. Mendongkrang citra
B. Hasil Penelitian Sebelumnya
Sri Wahjuni Astuti dan Karina Wiharsa. 2005. Pengaruh
Informativeness, Entertainment, dan Kredibilitas Iklan terhadap Sikap
Audienceatas Iklan Nokia di Web.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penilaian khalayak
atas informativeness, entertainment, dan kredibilitas iklan Nokia di web
terhadap sikap khalayak atas iklan tersebut.
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah
Apakah penilaian khalayak atas informativeness, entertainment, dan
kredibilitas iklan Nokia di web berpengaruh terhadap sikap khalayak atas iklan tersebut?
Populasi adalah pengguna internet yang berstatus mahasiswa Universitas
Airlangga Surabaya yang pernah mengunjungi situs web Nokia minimal satu kali, dengan mengambil 110 orang responden sebagai sampel. Analisis data
dari penelitian ini menggunakan Regresi ganda Kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut
Berdasarkan pembahasan data dapat disimpulkan bahwa penilaian
kredibilitas iklan Nokia di web berpengaruh positif signifikan terhadap sikap mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya (sebagai pemirsa atau khalayak
sasaran) atas iklan Nokia di web. Dari 3 variabel bebas yang diteliti, informasi dari suatu iklan berpengaruh paling kuat terhadap sikap atas iklan.
Berdasarkan simpulan hasil penelitian, disarankan untuk merancang pesan iklan yang informatif dan apa yang disampaikan dalam pesan tersebut dapat dipercaya oleh khalayak. Agar khalayak atau pemirsa percaya pada apa
yang diinformasikan dalam pesan iklan, maka apa yang diinformasikan adalah apa yang dapat diwujudkan oleh perusahaan (produsen) dan dibuktikan oleh
C. Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka Pemikiran Teoritis menurut Bilson Simamora (dalam Ifnu,
1997:39) adalah model konseptual yang disesuaikan atau dibentuk sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
Model Analisis Keterangan :
Pengaruh secara bersama-sama Pengaruh secara parsial
Informasi (X1)
Hiburan (X2)
Bintang Iklan
(X3)
Sikap Konsumen
D. Hipotesis
Kemampuan memberikan informasi yang benar dan tepat dalam sebuah
iklan sangatlah penting. Konsumen membutuhkan informasi dari sumber yang benar-benar dipercaya. Informasi harus tepat pada sasaran yang dituju. Unsur
hiburan harus ada pada sebuah iklan agar konsumen tidak cepat bosan pada iklan yang sedang disampaikan. Iklan dalam mempromosikan sebuah produk baru menggunakan artis yang sedang populer untuk membintangi iklan
tersebut. Penggunaan artis sebagai bintang iklan ini digunakan untuk mempengaruhi konsumen. Maka dari itu penulis mengambil kesimpulan
sementara, yaitu :
Ha1 = Informasi, hiburan, dan bintang iklan berpengaruh secara bersama-sama terhadap sikap konsumen atas produk.
24 A. Jenis Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian studi kasus terhadap mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Studi kasus merupakan penelitian obyek tertentu dan data yang diperoleh kemudian diolah
dan dianalisis sehingga kesimpulan yang diambil hanya berlaku pada obyek yang diteliti.
B. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek penelitian adalah satu anggota dari sampel, sebagaimana elemen
adalah satu anggota dari populasi (Sekaran, 2006:123). Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kampus I
Mrican yang pernah melihat iklan kartu XL di televisi.
2. Obyek penelitian adalah sesuatu yang akan diteliti. Obyek dalam penelitian ini adalah informasi, hiburan, dan bintang iklan terhadap sikap
C. Waktu dan Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2009.
D. Variabel Penelitian 1. Identifikasi Variabel
a. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Widayat, 2004:26). Dari definisi di atas maka variabel dependen adalah sikap konsumen (Y).
b. Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab perubahan atau timbulnya variabel lain (Widayat, 2004:26). Dari definisi di atas maka variabel independen
adalah informasi (X1), hiburan (X2), dan bintang iklan (X3). 2. Definisi Operasional Variabel
X1 = Informasi ialah kemampuan memberikan informasi kepada khalayak mengenai produk yang diiklankan.
X2 = Hiburan ialah kemampuan memberikan hiburan untuk memberikan
kesenangan pada khalayak.
X3= Bintang iklan adalah orang yang digunakan sebagai icon produk.
3. Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert didesain untuk menelaah seberapa kuat subyek setuju atau tidak setuju
dengan pernyataan pada skala 5 titik dengan susunan berikut : 1 : Sangat Tidak Setuju
2 : Tidak setuju
3 : Netral/ragu-ragu 4 : Setuju
5 : Sangat Setuju
Respon terhadap sejumlah item yang berkaitan dengan konsep atau variabel tertentu kemudian disajikan kepada tiap responden (Sekaran,
2006:31-32).
E. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat
yang ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006:121). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang menggunakan kartu bayar XL, yang pernah
F. Teknik Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non probabilitas sampling dengan metode accidental sampling. Non probabilitas sampling
ialah setiap elemen dalam populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Metode accidental sampling adalah metode pengambilan sampel dengan cara memilih sampel terhadap subyek yang
kebetulan ditemui.
G. Sumber Data
1. Data primer yaitu informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi
(Sekaran, 2006:60).
2. Data sekunder yaitu informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah
ada (Sekaran, 2006:60).
H. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner : Daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan responden jawab.
2. Observasi : Mengadakan pengamatan langsung terhadap iklan XL.
Pengujian instrumen ini dimaksudkan untuk mengukur kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) instrumen penelitian. Pengujian
instrumen dilakukan dengan penyebaran 100 kuesioner kepada responden dan kuesioner tersebut digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas alat
pengukur dalam penelitian ini. 1. Pengujian Validitas
Uji kesahihan (validitas) digunakan untuk menguji sejauh mana suatu
alat ukur dapat mengukur data yang dibutuhkan dalam penelitian. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor yang diperoleh dari
masing-masing item dengan skor total.
Untuk pengukuran validitas digunakan rumusProduct Momentdari Karl
Pearson sebagai berikut :
Rxy=
Rxy = Koefisien korelasi
Y = Nilai seluruh item
n = Jumlah responden/sampel
Dengan taraf signifikansi (α) : 0,05, bila rhitunglebih besar dari rtabelmaka kuesioner sebagai alat ukur dikatakan valid.
2. Pengujian Reliabilitas
Analisis reliabilitas digunakan untuk memenuhi keandalan kuesioner. Uji ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran
terhadap hal yang sama untuk dua kali atau lebih dengan alat ukur yang sama.
r11 = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir pertanyaan
σt = Varian total
2
b
= Jumlah varian butir
Jika rxylebih besar dari rtabelmaka instrumen tersebut reliabel
Jika rxylebih kecil dari rtabelmaka instrumen tersebut tidak reliabel
J. Teknik Analisis Data 1. Regresi Linier Berganda
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
variabel bebas (independent variabel) yang lebih dari satu variabel terhadap variabel terikat (dependent variabel). Berikut ini persamaan
regresi linier berganda : Rumus :
Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3 Di mana :
a = konstanta
Y = Sikap X1= informasi
X2= hiburan X3= bintang iklan b1= koefisien informasi
b2= koefisien hiburan b3= koefisien bintang iklan
2. Uji Asumsi Klasik
a. Autokorelasi
1) Sifat dan Konsekuensi Autokorelasi
merupakan korelasi antara satu variabel gangguan dengan variabel gangguan yang lain. Sedangkan salah satu asumsi penting metode
OLS berkaitan dengan variabel gangguan adalah tidak adanya hubungan antara variabel gangguan satu dengan variabel gangguan
yang lain.
Jika ada autokorelasi dalam regresi maka estimator yang didapatkan akan mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a) Estimator metodeOLSmasih linier b) Estimator metodeOLSmasih tidak bias
c) Namun estimator metode OLS tidak mempunyai varian yang minimum lagi.
Konsekuensinya jika estimator tidak mempunyai varian yang
minimum adalah :
a) Perhitunganstandard errormetodeOLStidak lagi bisa dipercaya
kebenarannya.
b) Interval estimasi maupun uji hipotesis yang didasarkan pada distribusi t maupun F tidak lagi bisa dipercaya untuk evaluasi
hasil regresi.
2) Deteksi Masalah Autokorelasi
Durbin-Watson. Adapun formula uji statistik Durbin-Watson adalah sebagai
di mana eˆadalah residual metode kuadrat terkecil.
Durbin-Watson telah berhasil mengembangkan uji statistik yang
disebut uji statistik d. Durbin-Watson berhasil menurunkan nilai krititis batas bawah (dL) dan batas atas (dU) sehingga jika nilai d
hitung terletak di luar nilai kritis ini maka ada tidaknya autokorelasi baik positif maupun negatif dapat diketahui. Penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.1
Uji Statistik Durbin-Watson d
Nilai Statistik d Hasil
0 < d < dL Menolak hipotesis nol, ada autokorelasi positif
dL≤d≤dU Daerah keragu-raguan, tidak ada keputusan
dU< d≤4-dU Menerima hipotesis nol, tidak ada autokorelasi positif/negatif 4-dU≤d≤4-dL Derah keragu-raguan, tidak ada
keputusan
4-dL≤d≤4 Menolak hipotesis nol, ada autokorelasi negatif.
3) Penyembuhan Autokorelasi
Setelah diketahui konsekuensi masalah autokorelasi dimana
estimator dari metode OLS masih linier, tidak bias tetapi tidak mempunyai varian yang minimum. Penyembuhan masalah
autokorelasi sangat tergantung dari sifat hubungan antara residual. Atau dengan kata lain bagaimana bentuk struktur autokorelasi. b. Multikolinieritas
1) Sifat dan Konsekuensi Multikolinieritas
Hubungan linier antara variabel independen di dalam regresi
berganda disebut multikolinieritas (multicollinearity). Hubungan linier antara variabel independen dapat terjadi dalam bentuk hubungan linier yang sempurna (perfect) dan hubungan linier yang
kurang sempurna (imperfect).
Dampak adanya multikolinieritas di dalam model regresi jika
digunakan teknik estimasi dengan metode kuadrat terkecil (OLS) tetapi masih mempertahankan asumsi lain adalah sebagai berikut: a) Estimator masih bersifat BLUE dengan adanya multikolinieritas
namun estimator mempunyai varian dan kovarian yang besar sehingga sulit mendapatkan estimasi yang tepat.
b) Interval estimasi akan cenderung lebih lebar dan nilai hitung statistik uji t akan kecil sehingga membuat variabel independen secara statistik tidak signifikan mempengaruhi variable
c) Walaupun secara individual variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen melalui uji statistik t,
namun nilai koefisien determinasi (R2) masih bisa relatif tinggi. 2) Deteksi Masalah Multikolinieritas
Model yang mempunyai standard error besar dan nilai statistik t yang rendah merupakan indikasi awal adanya masalah multikolinieritas. Ada beberapa metode untuk mendeteksi masalah
multikolinieritas dalam suatu model regresi:
a) Nilai R2 tinggi tetapi hanya sedikit variabel independen yang
signifikan.
Salah satu ciri adanya gejala multikolinieritas adalah model mempunyai koefisien determinasi yang tinggi katakanlah di atas
0,8 tetapi hanya sedikit variabel independen yang signifikan mempengaruhi variabel dependen melaui uji t. Namun
berdasarkan uji F secara statistik signifikan yang berarti semua variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.
b) Korelasi parsial antar variabel independen
Jika koefisien korelasi cukup tinggi katakanlah di atas 0,85 maka
kita duga ada multikolinieritas dalam model. Sebaliknya jika koefisien korelasi relatif rendah maka kita duga model tidak mengandung unsur multikolinieritas. Namun deteksi dengan
data time series di mana korelasi antar variabel independen cukup tinggi. Korelasi yang cukup tinggi ini terjadi karena kedua
data mengandung unsur trend yang sama yaitu data naik dan turun secara bersamaan.
c) RegresiAuxiliary
Pada uji korelasi kita menguji multikolinieritas hanya dengan melihat hubungan secara individual antara satu variabel
independen dengan satu variabel independen yang lain. Tetapi multikolinieritas bisa juga terjadi karena satu atau lebih variabel
independen merupakan kombinasi linier dengan variabel independen lain. Untuk mengetahui apakah variabel independen X yang satu berhubungan dengan variabel independen X yang
lain adalah dengan melakukan regresi setiap variabel independen X dengan sisa variabel independen X yang lain. Regresi yang
kita lakukan ini disebut regresi auxiliary. Setiap koefisien determinasi dari regresiauxiliarykita gunakan untuk menghitung distribusi F dan kemudian kita gunakan untuk mengevaluasi
apakah model mengandung multikolinieritas atau tidak. Keputusan ada tidaknya unsur multikolinieritas dalam model
sebagaimana biasanya adalah dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F kritis.
Jika nilai F hitung lebih besar dari nilai F kritis dengan tingkat
disimpulkan model mengandung unsur multikolinieritas, sebaliknya jika nilai F hitung lebih kecil dari nilai F kritis maka
tidak terdapat hubungan linier antara satu variabel X dengan variabel X yang lain. Untuk melakukan uji ini kita harus
melakukan regresiauxiliaryberkali-kali. d) Metode Deteksi Klien
Klien menyarankan untuk mendeteksi masalah multikolinieritas
dengan hanya membandingkan koefisien determinasi auxiliary
dengan koefisien determinasi model regresi aslinya yaitu Y
dengan variabel independen X. Kriteria dari uji Klien ini jika R2x1 x2 x3…x4lebih besar dari R2 maka model mengandung unsur multikolinieritas antara variabel independennya dan jika
sebaliknya maka tidak ada korelasi antar variabel independen.
e) Variance Inflation FactordanTolerance
VIF adalah variance inflation factor. Ketika R2 mendekati satu
atau dengan kata lain ada kolinieritas antar variabel independen makaVIFakan naik dan mendekati tak terhingga jika nilainya R2
= 1. Kita bisa menggunakan VIF untuk mendeteksi masalah multikolinieritas. Jika nilaiVIFsemakin membesar maka diduga ada multikolinieritas. Pada angka berapa kita bisa mengatakan
jika nilai VIF melebihi angka 10 maka dikatakan ada multikolinieritas karena nilai R2 melebihi dari 0,90. Selain itu
para ahli ekonometrika juga menggunakan nilai tolerance untuk mendeteksi masalah multikolinieritas dalam model regresi
berganda. Nilai tolerance (TOL) dapat dicari dengan menggunakan formula sebagai berikut:
TOL = (1-Rj2)
=
j
VIF
1
Jika Rj2 = 0 berarti tidak ada kolinieritas antara variabel independen maka nilai TOL sama dengan 1 dan sebaliknya jika
Rj2= 1 ada kolinieritas antar variabel independen maka nilaiTOL
sama dengan nol.
3) Penyembuhan Multikolinieritas
Ada dua pilihan untuk memperbaiki multikolinieritas yaitu kita membiarkan model tetap mengandung multikolinieritas dan kita
akan memperbaiki model supaya terbebas dari masalah multikolinieritas.
a) Tanpa Ada Perbaikan
Multikolinieritas sebagaimana telah dijelaskan tadi tetap menghasilkan estimator yang BLUE karena masalah
estimator yang BLUE tidak memerlukan asumsi tidak adanya korelasi antar variabel independen. Multikolinieritas
dengan standard error yang kecil. Dalam kasus terakhir ini berarti kita tidak punya pilihan lain selain tetap
menggunakan model untuk analisis regresi walaupun mengandung masalah multikolinieritas.
b) Dengan Perbaikan
(1) Menghilangkan variabel independen
Salah satu metode sederhana yang bisa dilakukan
adalah dengan menghilangkan salah satu variabel independen yang mempunyai hubungan linier kuat.
(2) Transformasi variabel
Transformasi variabel dalam bentuk diferensi pertama
(first difference). Bentuk diferensi pertama ini akan
mengurangi masalah multikolinieritas walaupun pada tingkat level X1dan X2terdapat multikolinieritas namun
tidak berarti pada tingkat diferensi pertama masih terdapat korelasi yang tinggi di antara keduanya.
(3) Penambahan Data
Masalah multikolinieritas pada dasarnya merupakan persoalan sampel, oleh karena itu masalah
multikolinieritas seringkali bisa diatasi jika kita menambah jumlah data.
b. Heteroskedastisitas
Istilah heteroskedastisitas dapat diartikan sebagai varian dari variabel gangguan yang tidak konstan. Konsekuensinya jika estimator tidak
lagi mempunyai varian yang minimum adalah:
a) Perhitunganstandard errormetodeOLStidak lagi bisa dipercaya
kebenarannya.
b) Interval estimasi maupun uji hipotesis yang didasarkan pada distribusi t maupun F tidak lagi bisa dipercaya untuk evaluasi
hasil regresi.
2) Deteksi Heteroskedastisitas
a) Metode Informal
Cara yang paling cepat dan dapat digunakan untuk menguji masalah heteroskedastisitas adalah dengan mendeteksi pola
residual melalui sebuah grafik. Jika residual mempunyai varian yang sama (homoskedastisitas) maka kita tidak mempunyai pola
yang pasti dari residual. Sebaliknya jika residual mempunyai sifat heteroskedastisitas residual ini akan menunjukkan pola yang tertentu.
b) Metode Formal (1) MetodePark
model. Menurut Park bentuk fungsi variabel gangguan adalah sebagai berikut:
i
Model di atas merupakan model sederhana dengan satu
variable independen. Kita bisa menggunakan untuk model yang mempunyai lebih satu variabel independen dalam
bentuk transformasi logaritma:
In i2 = In
2
+ In Xi+ Vi
di mana In= logaritma natural dan Vi= variable gangguan
Karena varian variabel gangguan ( 2) populasi tidak
diketahui maka Park menyarankan menggunakan residual dari hasil regresi sebagai proksi dari residual. Dengan demikian langkah selanjutnya kita melakukan regresi
dengan menggunakan persamaan:
In ei2 = In 2 + In Xi+ Vi
Keputusan ada tidaknya masalah heteroskedastisitas
berdasarkan uji statistik estimator (β). Jika β tidak signifikan melalui uji t maka dapat disimpulkan tidak ada
heteroskedastisitas karena varian residualnya tidak tergantung dari variabel independen, sebaliknya jika β signifikan secara statistik maka model mengandung unsur
(2) MetodeGlejser
Menurut Glejser varian variabel gangguan nilainya
tergantung dari variabel independen yang ada di dalam model. Glejser menyarankan untuk melakukan regresi
nilai absolute residual dengan variabel independennya.
Glejser dalam penelitiannya menemukan bahwa untuk
sampel besar, model fungsi residual memberi informasi
yang memuaskan dalam mendeteksi masalah heteroskedastisitas.
3) Penyembuhan Heteroskedastisitas
Penyembuhan masalah heteroskedastisitas tergantung dari pengetahuan kita tentang varian dari variabel gangguan. Jika varian
diketahui maka kita bisa mengatasi masalah heteroskedastisitas dengan metodeWeighted Least Squares(WLS). Tetapi dalam banyak
kasus kita tidak bisa mengetahui varian variabel gangguan sehingga kita perlu mengetahui bagaimana pola dari varian variabel gangguan dan kemudian melakukan tindakan penyembuhan.
c.Kenormalan
Istilah asumsi kenormalan digunakan sebagai sifat distribusi normal
yang menyatakan bahwa setiap fungsi linier dari variabel-variabel yang didistribusikan secara normal dengan sendirinya didistribusikan secara normal. Regresi linier normal klasik mengasumsikan bahwa tiap ut
Di mana ~ berarti “didistribusikan sebagai” dan di mana N berarti “didistribusikan normal”, unsur dalam tanda kurung menyatakan dua
parameter distribusi normal yaitu rata-rata dan varians.
Dengan asumsi kenormalan, penaksiran OLS o, 1dan 2mempunyai sifat-sifat statistik sebagai berikut :
1) Penaksiran tidak bias.
2) Penaksiran tadi mempunyai varians yang minimum, atau penaksiran
yang efisien.
3) Konsisten yaitu dengan meningkatnya ukuran sampel secara tak terbatas, penaksiran mengarah pada converge nilai populasi yang
sebenarnya.
4) odidistribusikan o~ N( o, 2 o).
5) 1didistribusikan 1~ N( 1, 2 1).
6) 2 / 2 didistribusikan secara distribusi X2 (chikuadrat)
dengan derajat kebebasan (df) N-2.
7) o, 1) didistribusikan secara bebas dari 2.
8) o dan 1 mempunyai varians minimum dalam seluruh kelas penaksir bias, baik linear maupun bukan.
Asumsi kenormalan memungkinkan kita untuk memperoleh distribusi
probabilitas dari o (normal), 1 (normal), dan 2 (chikuadrat), hal ini menyederhanakan tugas dalam menetapkan selang keyakinan dan
a. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh signifikan
variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Bila
Fhitung Ftabel, maka secara simultan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat, sebaliknya bila Fhitung < Ftabel, maka secara
simultan variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.
F =
di mana :
n = ukuran sampel
R2 = koefisien determinasi k = banyaknya variabel bebas
Kriteria yang digunakan untuk mencari Ftabel dengan df1:n-1, df2: n-k-1 dengan tingkat signifikansi 5%.
Hoditolak :
Apabila Fhitung≥Ftabelpada =0,05 atau Fhitungpadap-value≤0,05 secara bersama-sama informasi, hiburan, dan bintang iklan berpengaruh
Apabila Fhitung< Ftabelpada =0,05 atau Fhitungpadap-value> 0,05 secara
bersama-sama informasi, hiburan, dan bintang iklan tidak berpengaruh terhadap sikap sikap konsumen atas iklan.
b. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel X
secara parsial terhadap Y, jika variabel X yang lain tetap. Bila thitung
ttabel maka ada pengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat, sebaliknya apabila thitung< ttabelmaka tidak ada pengaruh positif dan signifikan dari variabel-variabel bebas terhadap
variabel terikat, maka dilakukan uji t.
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut :
1) Pendefinisian hipotesis pada uji t dua sisi Ho: b1; b2;b3= 0
Ha: b1; b2;b3≠ 0
2) Menghitung nilai t hitung dan mencari nilai t kritis dari tabel distribusi t. Nilai thitungdicari dengan formula sebagai berikut :
t =
3) Bandingkan nilai t hitung untuk masing-masing estimator dengan t
kritisnya dari tabel.
Jika nilai t hitung≥ nilai t kritis pada =0,05 atau t hitung pada
p-value≤0,05 maka Hoditolak atau menerima Ha.
46 A. PT. Excelcomindo Pratama Tbk (XL)
1. Perjalanan XL
PT Excelcomindo Pratama Tbk. (“XL” atau “Perseroan”) didirikan pada tanggal 6 Oktober 1989 dengan nama PT Grahametropolitan Lestari,
bergerak di bidang perdagangan dan jasa umum.
Enam tahun kemudian, Perseroan mengambil suatu langkah penting
seiring dengan kerjasama antara Rajawali Group – pemegang saham PT Grahametropolitan Lestari – dan tiga investor asing (NYNEX, AIF, dan Mitsui). Nama perseroan kemudian berubah menjadi PT Excelcomindo
Pratama dengan bisnis utama di bidang penyediaan layanan teleponi dasar. Bulan September 2005 merupakan suatu tonggak penting untuk
Perseroan. Dengan mengembangkan seluruh aspek bisnisnya, XL menjadi perusahaan publik dan tercatat di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia). Kepemilikan saham XL saat ini mayoritas dipegang oleh TM
International Berhad melalui Indocel Holding Sdn Bhd (83,8 %) dan
Emirates Telecommunications Corporation (Etisalat) melalui Etisalat
XL pada saat ini merupakan penyedia layanan telekomunikasi seluler dengan cakupan jaringan yang luas di seluruh wilayah Indonesia bagi pelanggan ritel dan menyediakan solusi bisnis bagi pelanggan korporat. Layanan XL mencakup antara lain percakapan, data dan layanan nilai tambah lainnya (value added services). Untuk mendukung layanan tersebut, XL beroperasi dengan teknologi GSM 900/DCS 1800 serta teknologi jaringan bergerak seluler sistem IMT-2000/3G. XL juga telah memperoleh Ijin Penyelenggaraan Jaringan Tetap Tertutup, Ijin Penyelenggaraan Jasa Akses Internet (Internet Services Protocol/
ISP), Ijin Penyelenggaraan Jasa Internet Teleponi untuk Keperluan Publik (Voice over Internet Protocol/VoIP), dan Ijin Penyelenggaraan Jasa Interkoneksi Internet (“NAP”).
1996 : Memperoleh ijin seluler sistem GSM 900 dan resmi beroperasi secara komersial dengan fokus di area Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
1997 : Membangun jaringan microcell terpadu di kawasan segitiga emas Jakarta.
1998 : Meluncurkan merek proXL untuk produk layanan prabayar. 1999 : Mulai memasuki pangsa pasar di Sumatera dan Batam. 2001 : Mendapatkan alokasi spectrum DCS 1800 dan menyelesaikan
2002 : Memperluas cakupan jaringan ke daerah Kalimantan dan Sulawesi. Meluncurkan layananleased linedan IP (Internet Protocol). 2004 : Melakukan logo XL dan merubah merek proXL dengan
produk-produk baru, yaitu: jempol (prabayar), bebas re-banding (prabayar), dan Xplor (pasca bayar).
2005 : Menjadi anak perusahaan TM group dan terdaftar di Bursa Efek Indonesai (dahulu Bursa Efek Jakarta) dengan kode sahamEXCL. 2006 : Menghadirkan layanan XL 3G “Pertama Terluas dan Tercepat”. 2007 : Menjadi pelopor dalam penetapan tariff Rp 1/detik.
ETISALAT menjadi pemegang saham XL. ETISALAT adalah Perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di Timur Tengah.
Memulai konsolidasi bran menjadi pra bayar XL dan pasca bayar XL.
2008 :TMgroup mengumumkan penyelesaian proses demergerTM
International Berhad(TMI), di manaIndocel Holding Sdn Bhd, anak perusahaanTMI, mengakuisisi seluruh kepemilikan saham XL yang dimiliki oleh Khazanah Nasional Berhad, sehingga kepemilikan
2. Filosofi Perusahaan
XL berupaya sepenuhnya untuk bisa memenuhi kebutuhan para pelanggan melalui layanan yang berkualitas tinggi.
Produk-produk yang ada, baik untuk perorangan maupun untuk perusahaan diciptakan untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan. XL patut merasa bangga sebagai suatu perusahaan yang inovatif dan selalu mampu menghadirkan berbagai macam produk maupun layanan melalui teknologi yang tepat guna memuaskan pelanggandalam berkomunikasi.
Disamping hubungan yang baik dengan pelanggan, XL juga memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar. XL percaya akan perlunya pembangunan masyarakat secara berkesinambungan guna menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif. Sebagai bentuk tanggung jawab dari kalangan industri, XL sangat berkomitmen untuk menciptakan nilai tambah pada pemegang sahamnya dan juga berkomitmen untuk berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat Indonesia. Hal diatas diwujudkan melalui program-program sosial perusahaan (CSR program) yang difokuskan pada pendidikan dan kegiatan sosial lainnya dalam payung XLCSR.
3. Produk XL
4. XLCorporate Values
a. Integritas
Segenap Jajaran Pimpinan dan Karyawan XL: 1) Jujur dalam berbicara dan bertindak.
2) Konsisten antara pikiran, perkataan, dan perbiatan. 3) Adil dalam memperlakukan pihak lain.
4) Berdedikasi terhadap perusahaan.
5) Dapat dipercaya dalam mengemban amanat maupun menjalankan tugas.
b. Teamwork
Agar kerjasama dapat berlangsung efektif, Pimpinan dan Karyawan XL: 1) Berpikiran positif dan terbuka terhadap masukan orang lain.
2) Menghargai perbedaan. 3) Peduli terhadap pihak lain.
4) Komunikatif dalam membangun pengertian yang sama. 5) Berbagi pengetahuan dan ketrampilan.
6) Fokus kepada tujuan bersama. c. Service Excellence
Dalam usaha memberikan layanan unggul, perilaku Pimpinan dan Karyawan XL mencerminkan:
3) Efisien dan efektif dalam menghasilkan solusi. 4) Sepenuh hati dalam menjalankan tugas.
5) Berorientasi pada kualitas atas produk dan jasa yang diberikan. 6) Proaktif dalam bertindak.
7) Inovatif dan kreatif.dalam memberikan solusi. 5. Tata Kelola Perusahaan
Percaya dengan manfaat yang diperoleh dalam melaksanakan tata kelola perusahaan, kami secara terus menerus mencari tempat dimana kami dapat melakukan praktek yang terbaik dalam menjalankan bisnis. Kami juga menyadari dinamika di seputar tata kelola perusahaan di Indonesia yang telah mengalami kemajuan selama ini.
Upaya kami dan perkembangan eksternal telah membawa kami ke suatu titik di mana kami tidak memandang tata kelola perusahaan yang baik hanya sebagai konsep ideal, tapi sesuatu yang harus diterapkan secara seksama di seluruh aspek bisnis.
Selain memastikan kepatuhan perusahaan kami pada seluruh hukum dan peraturan yang berlaku, kami juga ingin menggunakan praktek tata kelola perusahaan sebagai suatu elemen penting dalam mengembangkan daya saing kami baik di pasar modal dalam negeri maupun luar negeri.
Melalui komitmen kami yang tinggi dalam menjunjung prinsip-prinsip
saham kami. Kami secara berkesinambungan memperkuat bagan kerja tata kelola perusahaan dalam menghadapi pertumbuhan bisnis yang pesat ditengah-tengah lingkungan persaingan bisnis yang amat ketat.
Pada 2008, XL telah mengupayakan peningkatan untuk memastikan bahwa tata kelola perusahaan telah dilaksanakan pada ruang lingkup yang lebih luas. Dua peningkatan penting yang telah kami lakukan pada tata kelola perusahaan kami pada tahun ini adalah:
a. Penyusunan dan penerbitan kumpulan pedoman tata kelola perusahaan,
yang diberi judul Buku Manual Tata Kelola Perusahaan 1, mencakup penjelasan dan informasi umum mengenai hukum dan peraturan yang berlaku. Penerbitan buku ini berfungsi sebagai suatu alat strategis, yang akan menjadi pedoman bagi manajemen dalam meminimalkan paparan dan resiko masalah yang mungkin terjadi, sekaligus menghindari kegagalan Perusahaan dalam mematuhi standar peraturan yang dapat menyebabkan terjadinya penalti.
Pondasi pelaksanaan tata kelola perusahaan yang kokoh telah dibuat pada kerangka kerja tata kelola perusahaan dan alat-alat strategis pelaksanaannya, yaitu:
a. Rapat Umum Pemegang Saham b. Dewan Komisaris
c. Direksi
d. Komite Nominasi dan Renumerasi e. Komite Audit
f. Komite-komite dibawah Direksi
Untuk memastikan bahwa pelaksanaan tata kelola perusahaan akan meningkatkan nilai XL baik pada saham dan juga kepada para stakeholder, Perusahaan telah membentuk sejumlah posisi yang spesifik, seperti Internal Audit, Kepatuhan, Sekretaris Perusahaan, Komunikasi Perusahaan dan Hubungan Investor.
6. Manajemen SDM
kompensasi senantiasa disesuaikan, kompetitif dan menarik dibandingkan dengan rata-rata industri.
Pihak manajemen juga mendorong komunikasi dua arah dan pemberian ide secara luas melalui beberapa metode komunikasi seperti Skip-Level Interviews, Honest Talks dan Managers’ Forums. Kultur sikap positif dan keterbukaan komunikasi membantu Perusahaan menciptakan iklim kerja yang sehat yang mendorong produktivitas di setiap divisi.
7. Jajaran Manajemen
Jajaran manajemen XL terdiri dari individu yang sudah sangat berpengalaman di bidangnya masing-masing. Kami percaya bahwa hal ini akan menjadi fondasi yang kuat bagi XL untuk menjalankan setiap strategi bisnisnya. Jajaran manajemen terdiri dari jajaran komisaris dan direksi.
a. Jajaran Komisaris 1) Presiden Komisaris:
Tan Sri Dato’ Ir. Muhammad Radzi bin Haji Mansor 2) Komisaris :
3) Komisaris Independen:
Peter J. Chambers
Ir. Giri Suseno Hadihardjono Elisa Lumbantoruan
b. Jajaran Direksi 1) Presiden Direktur:
Hasnul Suhaimi
2) DirekturHuman Capital Development: Joris de Fretes
3) Direktur Pemasaran: P. Nicanor V. Santiago III 4) DirekturCommerce:
Joy Wahyudi 5) Direktur Keuangan:
Willem Lucas Timmermans 6) DirekturNetwork:
Dian Siswarini 8. Pemegang Saham
a. 83,8% Indocel Holding Sdn. Bhd:
Indocel Holding Sdn. Bhd. (”Indocel”) dimiliki 100% oleh TM International (L) Limited, yang merupakan anak perusahaan dari Axiata Group Berhad ("Axiata"). Axiata adalah salah satu perusahaan publik terkemuka di Malaysia, mempunyai investasi di berbagai negara di bidang telekomunikasi selular, antara lain; Indonesia, Srilanka, Malaysia, Bangladesh, Singapura, India, Kamboja, Iran; dan non-telekomunikasi selular yaitu di Thailand dan Pakistan.
b. 16% Emirates Telecomunications Corp. ("ETISALAT") International
Indonesia Ltd :
Emirates Telecommunications Corporation ("ETISALAT") International
Indonesia Ltd. dimiliki 100% oleh Emirates Telecommunications Corporation (“ETISALAT”). ETISALAT adalah perusahaan incumbent
57
Pada bab ini disajikan deskripsi tentang identitas responden dan analisis
data kuantitatif. Identitas responden meliputi usia, jenis kelamin, responden yang memiliki televisi, dan responden yang melihat iklan XL di televisi. Teknik sampling yang digunakan accidental/incidental sampling yaitu sampel dipilih
pada subyek yang kebetulan ditemui, yang pernah melihat iklan XL di televisi. Analisis kuantitatif terdiri dari uji instrumen (uji Validitas dan Reliabilitas), uji
Asumsi Klasik, analisis Regresi Linier Berganda, uji F, dan uji t. Penelitian ini menguji pengaruh variabel bebas yang meliputi Informasi (X1), Hiburan (X2), dan Bintang Iklan (X3) terhadap variabel terikat yaitu Sikap Konsumen (Y).
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS
(Statistical Product and Service Solution) versi 12 dan Microsoft Office Excel
2003.
Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai koefisien korelasi
Product Moment (Pearson) antara skor item total terhadap nilai rtabel.Sedangkan
A. Identitas Responden 1. Usia Responden
Dalam penelitian ini usia responden terbagi dalam tabel di bawah ini: Tabel 5.1
Usia Responden
Usia Jumlah Persentase
Kurang dari 20 tahun 13 13%
20 tahun-24 tahun 81 81%
Lebih dari 24 tahun 6 6%
Total 100 100%
Sumber: Data Primer diolah,2009.
Dari tabel 5.1 di atas dapat dilihat bahwa responden didominasi oleh usia 20-24 tahun sebesar 81 (81%), disusul usia kurang dari 20 tahun
sebesar 13 (13%), dan lebih dari 20 tahun sebesar 6 (6%). Hal ini disebabkan pada saat penelitian, banyak responden yang didominasi oleh
usia 20-24 tahun. 2. Jenis Kelamin
Responden terdiri dari pria dan wanita ditunjukkan dalam tabel di bawah
ini:
Tabel 5.2 Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Pria 51 51%
Wanita 49 49%
Sumber: Data Primer diolah,2009.
Tabel 5.2 menunjukkan jumlah responden pria sedikit lebih banyak dari responden wanita. Ini karena pada saat penelitian lebih banyak
3. Responden yang Memiliki Televisi
Responden yang memiliki televisi di rumah atau di kos yaitu:
Tabel 5.3
Responden yang Memiliki Televisi
Jawaban Jumlah Persentase
Ya 91 91%
Tidak 9 9%
Total 100 100%
Sumber: Data Primer diolah, 2009.
Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki televisi di rumah atau di kos, ini dapat diketahui dari tanggapan
responden yang menjawab ya sebesar 91 (91%) dan responden yang menjawab tidak sebesar 9 (9%).
4. Responden yang Melihat, Memperhatikan Iklan XL di Televisi Tabel 5.4
Responden yang Melihat, Memperhatikan Iklan XL di Televisi
Jawaban Jumlah Persentase
Pernah 38 38%
Sering 62 62%
Total 100 100%
Sumber: Data Primer diolah, 2009.
Responden sebagian besar sering melihat dan memperhatikan iklan
B. Analisis Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 1. Hasil Uji Validitas
Pengujian validitas instrumen penelitian dilakukan dengan teknik korelasi product moment dengan cara mengkorelasikan antara skor item
dengan skor total item. Kriteria yang digunakan adalah bila nilai koefisien korelasi item total positif atau lebih besar dari rtabel maka item yang bersangkutan dinyatakan valid.
Dengan responden sebesar 100 dan nilai alpha 5% (dua sisi) diperoleh rtabel sebesar 0,195. Nilai rtabel ini selanjutnya digunakan untuk
Tabel 5.5
Uji Validitas Variabel Penelitian
Variabel ritem-total rtabel Keterangan
Informasi (X1) Bintang Iklan (X3)
Pernyataan 1
Sumber : Data Primer diolah, 2009.
2. Hasil Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen diukur dengan menggunakan Cronbach`s
Alpha. Uji signifikansi dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 artinya
instrumen dapat dikatakan reliabel bila nilai Alpha lebih besar dari rkritis
Product Moment.
Tabel 5.6
Hasil Uji Reabilitas Penelitian Variabel Croanbach
Alpha
Item Keterangan
Informasi (X1) 0,707 6 Reliabel
Hiburan (X2) 0,658 5 Reliabel
Bintang Iklan (X3) 0,573 6 Reliabel
Sikap (Y) 0,603 5 Reliabel
Sumber: Data Primer diolah, 2009.
Nilai koefisien alpha pada tabel di atas lebih besar dari rtabel = 0,195.
Dengan demikian item pengukuran pada masing-masing variabel dinyatakan reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian.
C. Analisis Data
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Dari hasil pengolahan data diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 5.7
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficients(a)
B Std. Error Beta
1 (Constant) -2.731 3.438
Informasi(X1) .437 .104 .394
Hiburan(X2) .362 .145 .219
Bintang
Berdasarkan tabel tersebut maka diperoleh persamaan regresi linier berganda Y = -2.731+ 0.437X1+ 0.362X2+ 0.271X3.
2. Uji Asumsi Klasik
Menurut Widarjono (2007:64) dalam regresi linier berganda ada
beberapa asumsi yang harus dipenuhi yaitu tidak ada multikolinearitas, tidak ada autokorelasi, tidak ada heteroskedastisitas, dan data berdistribusi normal. Berdasarkan pernyataan tersebut maka model dalam penelitian ini
akan dilihat apakah memenuhi beberapa asumsi di atas. a. Hasil Uji Asumsi Klasik Multikolinieritas
Tabel 5.8
Hasil Uji Asumsi Klasik Multikolinieritas Collinearity Sumber : Data Primer diolah, 2009.
Dengan menggunakanVIF (Variance Inflation factor) kita bisa mendeteksi masalah multikolinieritas dalam sebuah model regresi
berganda, jika nilai VIF melebihi angka 10 maka dikatakan ada multikolinieritas (Widarjono, 2007:118). Dengan melihat hasil perhitungan VIF pada variabel informasi sebesar 1,310, VIF pada
multikolinieritas antar variabel bebas karena nilaiVIFlebih kecil dari 10.
b. Hasil Uji Asumsi Klasik Heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil pengolahan data (gambar scatterplot)
menggunakan SPSS versi 12.0 didapatkan titik-titik menyebar di bawah dan di atas, dan tidak mempunyai pola yang teratur, jadi dapat disimpulkan model regresi tidak ada heteroskedastisitas.
-4 -2 0 2 4
Regression Standardized Predicted Value
-3
Dependent Variable: Sikap(Y) Scatterplot
Gambar 5.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas: Sikap (Y) c. Hasil Uji Asumsi Klasik Normalitas
Dari hasil pengolahan data menggunakan SPSS versi 12.0
diperoleh grafik histogram yang menunjukkan garis kurva normal, berarti data yang diteliti berdistribusi normal. Demikian juga dengan