• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MIND MAP TERHADAP KEMAMPUAN MENERAPKAN DAN MENCIPTA PADA MATA PELAJARAN IPA DI SDK SENGKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MIND MAP TERHADAP KEMAMPUAN MENERAPKAN DAN MENCIPTA PADA MATA PELAJARAN IPA DI SDK SENGKAN"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN MENERAPKAN DAN MENCIPTA PADA

MATA PELAJARAN IPA DI SDK SENGKAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh :

Sisilia Novi Putriyana

081134073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

KEMAMPUAN MENERAPKAN DAN MENCIPTA PADA

MATA PELAJARAN IPA DI SDK SENGKAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh :

Sisilia Novi Putriyana

081134073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

Karya ini kupersembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, Guru Yang Maha Bijaksana. 2. Almamater Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak dan Ibu yang telah sabar merawat dan membesarkanku. 4. Keluarga besar yang telah mendukung dengan doa dan tenaga. 5. Pengajarku, yang sabar membimbingku.

6. Adik-adikku yang kukasihi.

(6)

v

Kita lahir dengan jiwa dan waktu yang sama,

pendidikanlah yang menimbulkan perbedaan.

~Imam Barnadib~

(7)
(8)
(9)

viii

Putriyana, Sisilia Novi. (2012). Pengaruh Penggunaan Mind Map Terhadap Kemampuan Menerapkan dan Mencipta pada Pelajaran IPA di SDK Sengkan. Skripsi: Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma

Kata kunci: metode mind map, kemampuan menerapkan, kemampuan mencipta, mata pelajaran IPA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan mind map

terhadap 1) kemampuan menerapkan dan 2) kemampuan mencipta peserta didik kelas V SDK Sengkan pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012 mata pelajaran IPA materi pelapukan batuan.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi-experimental design tipe non-equivalent control group design. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas V SDK Sengkan yang terdiri dari kelas VA sebanyak 24 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas VB sebanyak 24 siswa sebagai kelompok kontrol. Instrument penelitian berupa satu soal essai untuk kemampuan menerapkan dan satu soal essai untuk kemampuan mencipta. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan pretest dan

posttest pada kelompok kontrol dan eksperimen. Analisis data yang dilakukan menggunakan program PASW SPSS 18 dengan tiga langkah yaitu dengan uji perbedaan skor pretest, uji perbandingan skor pretest ke posttest, dan uji perbedaan skor posttest antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

(10)

ix

Putriyana, Sisilia Novi. (2012). The Effect of Mind Map Use on the Apply and Creative Ability in the Science in the Kanisius Sengkan Elementary School. Skripsi: Yogyakarta: Elementary School Teacher Education, Sanata Dharma University

Keywords: mind map method, apply ability, creation ability, science

The research is aimed at identifying the effect of mind map use on 1) apply abilities and 2) creation abilities of the learners in 5th grade in the Kanisius Sengkan Elementary School in the academic year 2011/2012, in the subject of science related with subject material of rock decay.

The type of research used in this study is quasi experimental type with non –equivalent control group design. The subjects of this research are learners in 5th grade in the Kanisius Sengkan Elementary School grouped into experimental group, - consisting of 24 students from VA -, and control group consisting of 24 students from VB. Instruments for this study are in the form of one essay question related to the ability of application and the other one related to that of creation. Data collection technique used in this study is in the form of the application of pretest and posttest both in control and experimental groups. PASW SPSS 18 was used to analyze the test, consisting of three steps- pretest score difference test, pretest posttest score difference test, and posttest score difference test between experimental group and control group.

(11)

x

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih karena bimbingan, kasih,

dan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN MIND MAP

TERHADAP KEMAMPUAN MENERAPKAN DAN MENCIPTA PADA

PELAJARAN IPA DI SDK SENGKAN” ditulis sebagai syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Strata I Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan, dan

kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segenap hati penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. G. Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST, M.A., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,

sekaligus dosen Pembimbing I, yang memberikan bimbingan, masukan

yang menginspirasi, dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan karya

ilmiah ini.

3. Elga Andriana, S.Psi., M.Ed., selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,

sekaligus dosen Pembimbing II, yang memberikan bimbingan, masukan

yang menginspirasi, dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan karya

ilmiah ini.

4. Ir. Sri Agustini Sulandari, M.Si., sebagai dosen penguji III yang telah

memberikan saran dan masukan untuk penyelesaian skripsi ini.

5. Margaretha Sri Wartini, selaku kepala SDK Sengkan yang memberikan

ijin penelitian dan dukungan kepada penulis.

6. Olivia Dewi Maharani, selaku guru kelas VA SDK Sengkan yang

memberikan waktu dan tenaganya sebagai guru mitra penelitian

kolaboratif.

7. Peserta didik kelas VA dan VB SDK Sengkan, yang bersedia sebagai

(12)

xi penulis.

9. Teman-teman penelitian kolaboratif IPA SDK Sengkan (Monic dan

Ratih), yang selalu berbagi pengetahuan dan semangat kepada penulis.

10.Teman-teman PPL SDK Sengkan, yang memberikan bantuan selama

penulis melakukan penelitian di sekolah.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam

penulisan karya ilmiah ini. Untuk itu, penulis sangat terbuka terhadap kritikan dan

saran dari semua pihak. Besar harapan penulis karya ilmiah ini berguna bagi

pembaca.

(13)

xii

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung ... 4

2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak ... 4

2.1.1.2 Metode Pembelajaran ... 6

2.1.1.3 Metode Pembelajaran dengan Mind Map ... 7

2.1.1.4 Proses Kognitif Menerapkan dan Mencipta ... 9

2.1.1.5 Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 11

2.1.2 Hasil-hasil Penelitian yang Relevan ... 13

2.1.2.1 Penelitian-Penelitian tentang Mind Map ... 13

2.1.2.2 Penelitian-Penelitian tentang Proses Kognitif ... 14

2.1.2.3 LiteratureMap ... 15

2.2 Kerangka Berpikir ... 15

2.3 Hipotesis ... 16

BAB III METODE PENELITIAN... 18

(14)

xiii

3.3 Jadwal Pengambilan Data ... 19

3.4 Variabel Penelitian... 20

3.5 Definisi Operasional ... 20

3.6 Instrumen Penelitian ... 21

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 22

3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.9 Teknik Analisis Data ... 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Hasil Penelitian ... 28

4.1.1 Pengaruh Penggunaan Mind Map Terhadap Kemampuan Menerapkan ... 28

4.1.2 Pengaruh Penggunaan Mind Map Terhadap Kemampuan Mencipta ... 33

4.1.3 Rangkuman Hasil Penelitian... 39

4.2 Pembahasan ... 41

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

5.1 Kesimpulan ... 43

5.2 Saran ... 43

DAFTAR REFERENSI ... 45

(15)

xiv

Tabel 1. Tabel Perkembangan Kognitif Piaget ... 5

Tabel 2. Jadwal Pengambilan Data ... 19

Tabel 3. Matriks Pengembangan Instrumen... 22

Tabel 4. Hasil Perhitungan Validitas SDK Sorowajan ... 23

Tabel 5. Hasil Perhitungan Validitas SDN Adisucipto ... 23

Tabel 6. Hasil Uji Beda SDK Sorowajan dan SDN Adisucipto ... 23

Tabel 7. Hasil Perhitungan Reliabilitas ... 24

Tabel 8. Teknik Pengumpulan Data ... 24

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Menerapkan ... 29

Tabel 10. Hasil Perbandingan Skor Pretest Kemampuan Menerapkan ... 30

Tabel 11. Hasil Perbandingan Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Menerapkan ... 31

Tabel 12. Hasil Perbandingan Skor Posttest Kemampuan Menerapkan ... 33

Tabel 13. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Mencipta ... 34

Tabel 14. Hasil Perbandingan Skor Pretest Kemampuan Mencipta ... 36

Tabel 15. Hasil Perbandingan Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Mencipta ... 37

Tabel 16. Hasil Perbandingan Skor Posttest Kemampuan Mencipta ... 38

Tabel 17. Rangkuman Pretest ... 40

Tabel 18. Rangkuman Pretest ke Posttest... 40

(16)

xv

Gambar 1. Contoh Mind Map ... 9

Gambar 2. Literature Map dari Penelitian-penelitian Terdahulu... 15

Gambar 3. Proses Penyusunan Hipotesis ... 17

Gambar 4. Desain Penelitian ... 18

Gambar 5. Pemetaan Variabel Penelitian... 20

Gambar 6. Grafik Skor Pretest dan Posttest pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Kemampuan Menerapkan ... 33

(17)

xvi

Lampiran 1. Silabus ... 47

Lampiran 2. RPP Kelompok Kontrol ... 49

Lampiran 3. RPP Kelompok Eksperimen ... 53

Lampiran 4. Contoh Mind Map yang Dibuat Peserta Didik ... 60

Lampiran 5. Uji Validitas, Daya Beda dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 62

Lampiran 6. Instrumen Penelitian dan Kunci Jawaban ... 67

Lampiran 7. Rubrik Peniliaian Postest dan Prettest ... 70

Lampiran 8. Tabulasi Pretest dan Posttest ... 72

Lampiran 9. Rekapitulasi Nilai ... 76

Lampiran 10. Uji Normalitas Data Kemampuan Menerapkan ... 77

Lampiran 11. Uji Normalitas Data Kemampuan Mencipta ... 77

Lampiran 12. Uji Perbandingan Pretest Kemampuan Menerapkan ... 78

Lampiran 13. Uji Perbandingan Pretest Kemampuan Mencipta ... 79

Lampiran 14. Uji Kenaikan Skor Pretest dan Posttest Kemampuan Menerapkan ... 79

Lampiran 15. Uji Kenaikan Skor Pretest dan Posttest Kemampuan Mencipta ... 80

Lampiran 16. Uji Skor Posttest Kemampuan Menerapkan ... 81

Lampiran 17. Uji Skor Posttest Kemampuan Mencipta... 82

Lampiran 18. Foto-foto Penelitian ... 83

Lampiran 19. Surat Ijin Penelitian dari FKIP USD ... 87

Lampiran 20. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian... 88

(18)

PENDAHULUAN

Dalam bab I ini peneliti akan membahas latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, dan manfaat penelitan.

1.1Latar Belakang

Belajar seharusnya menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi peserta

didik. Kegiatan belajar juga diharapkan bisa mengembangkan kemampuan

berpikir yang telah dimiliki oleh peserta didik. Kemampuan berpikir yang

dimiliki peserta didik seharusnya bisa dikembangkan pada level yang lebih

tinggi, tidak hanya sekedar pada level mengingat dan memahami saja, tetapi

juga pada level menerapkan dan mencipta.

Pada kenyataan di sekolah yang peneliti temukan, peserta didik hanya

belajar dengan menghafal materi atau teori yang mereka butuhkan saat ujian

untuk menjawab pertanyaan. Pendidik belum mengembangkan kemampuan

berpikir tingkat tinggi pada peserta didik. Kemampuan berpikir peserta didik

hanya berhenti pada kemampuan menghafal dan memahami saja.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menemukan adanya kesenjangan.

Kemampuan peserta didik yang seharusnya dikembangkan pada level kognitif

yang lebih tinggi, tidak dikembangkan sebagaimana mestinya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti ingin menerapkan metode

pembelajaran yang diduga dapat membangkitkan kemampuan berpikir tingkat

tinggi peserta didik yaitu dengan mind map. Mind map akan membantu peserta didik dengan mudah memetakan pengetahuan yang telah dimilikinya.

Mind map juga membantu peserta didik belajar secara mandiri dengan mencari sendiri pengetahuannya. Peneliti berharap dengan penggunaan mind map dapat mengembangkan kemampuan kognitif menerapkan dan mencipta dan membuat materi yang dipelajari semakin bermakna.

Penelitian ini dibatasi hanya pada pengaruh penggunaan mind map

terhadap kemampuan menerapkan dan mencipta peserta didik pada mata

pelajaran IPA materi pelapukan batuan peserta didik kelas V SDK Sengkan

(19)

dan mencipta diukur dari hasil prettest dan posttest. Kelas yang dipakai dalam penelitian ini adalah kelas VA dengan jumlah peserta didik 24 orang sebagai

kelas eksperimen dan kelas VB dengan jumlah peserta didik 24 orang sebagai

kelas kontrol. Dari Standar Kompetensi dan beberapa Kompetensi Dasar yang

ada, digunakan Standar Kompetensi 7. Memahami perubahan yang terjadi di

alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, sedangkan

untuk Kompetensi Dasarnya yaitu 7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan

tanah karena pelapukan. Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan

penelitian eksperimental tipe quasi-experimental design.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti merumuskan masalah, yaitu:

1.2.1 Apakah penggunaan metode mind map berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan menerapkan pada mata pelajaran IPA materi

pelapukan batuan siswa kelas V SDK Sengkan Yogyakarta Tahun

Pelajaran 2011/2012?

1.2.2 Apakah penggunaan metode mind map berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mencipta pada pelajaran IPA materi pelapukan

batuan siswa kelas V SDK Sengkan Yogyakarta Tahun Pelajaran

2011/2012?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1.3.1 Mengetahui pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan menerapkan pada mata pelajaran IPA materi pelapukan

batuan siswa kelas V SDK Sengkan Yogyakarta Tahun Pelajaran

2011/2012.

1.3.2 Mengetahui pengaruh penggunaan metode mind map terhadap kemampuan mencipta pada mata pelajaran IPA materi pelapukan

batuan siswa kelas V SDK Sengkan Yogyakarta Tahun Pelajaran

(20)

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1.4.1 Pendidik

Menambah wawasan pendidik tentang mind map, sehingga dapat menerapkannya dalam mengajar di kelas, tidak hanya dalam pelajaran IPA

saja tetapi pada berbagai mata pelajaran.

1.4.2 Peserta didik

Peserta didik dapat belajar dengan lebih mudah dan lebih kreatif

mengungkapkan apa yang ia ketahui dengan menggunakan mind map. Selain itu mereka juga dapat mengembangkan kemampuan mereka pada

level kognitif yang lebih tinggi.

1.4.3 Sekolah

Laporan ini dapat menambah wawasan untuk warga sekolah

terutama untuk para pendidik di sekolah dasar.

1.4.4 Peneliti

Peneliti mendapatkan pengalaman dalam menerapkan metode mind

(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II landasan teori berisi kajian pustaka, kerangka berpikir, dan

hipotesis. Tinjauan pustaka membahas teori-teori yang relevan dan beberapa hasil

penelitian terdahulu. Selanjutnya dirumuskan kerangka berpikir dan hipotesis

yang berisi dugaan sementara atau jawaban sementara dari rumusan masalah

penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung

Dalam teori-teori yang relevan ini dibahas teori perkembangan anak,

beberapa metode pembelajaran secara umum, metode pembelajaran dengan mind map, proses kognitif menerapkan dan mencipta, dan mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar. Seluruhnya dibahas secara runtut sebagai berikut.

2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak

Berikut ini akan dibahas teori perkembangan kognitif. Teori

perkembangan ini akan diambil dari beberapa pendapat ahli.

Piaget (dalam Husdarta dan Nurlan, 2010:166-167) menuliskan ada dua

fungsi kognitif yaitu organisasi dan adaptasi. Proses organisasi atau

pengorganisasian adalah pengaturan berbagai informasi yang diterima oleh

seseorang ke dalam struktur kognitif menjadi lebih berarti.

Fungsi yang selanjutnya adalah adaptasi. Adaptasi adalah suatu proses

mencari keseimbangan (equilibrium) antara yang sekarang diketahui dan dipahami dengan sesuatu yang akan dihadapi. Misalnya peristiwa, pengalaman,

atau masalah. Adaptasi ini memiliki dua proses, yakni asimilasi dan akomodasi.

Asimilasi adalah proses penyesuaian segala sesuatu yang diketahui dan dialami

(pengetahuan atau pengalaman awal) ke dalam struktur kognitif yang telah ada.

Dengan kata lain yang berubah dalam hal ini adalah objek yang ia tangkap.

Sedangkan akomodasi adalah proses pengubahan struktur kognitif yang telah ada

(22)

agar bisa menerima hal-hal baru. Ini berkebalikan dengan proses asimilasi. Jadi,

dalam hal ini yang berubah adalah subjeknya.

Pada anak terjadi peristiwa-peristiwa mengasimilasikan, mengakomodasi,

mencapai keseimbangan untuk sementara waktu sampai ia menemukan hal atau

pengetahuan yang baru di luar dirinya. Perkembangan kognitif ini terus

berlangsung untuk mencapai kognitif yang lebih tinggi. Menurut Piaget (dalam

Gunarsa, 1981:144) perkembangan kognitif dengan konsep di atas terjadi pada

semua penahapan perkembangan kognitif.

Suparno (2007:102) menjelaskan perkembangan kognitif anak yang pokok

dalam empat tahap, yaitu sensorimotor, praoperasional, operasioanl konkret, dan

operasional formal. Setiap tahap perkembangan meneruskan tahap sebelumnya,

membentuk tahap baru, dan mengembangkan tahap itu ke tahap yang lebih tinggi

lagi.

Secara garis besar, tahap-tahap perkembangan itu dapat dituliskan dengan

ciri-cirinya yang khusus dalam tabel berikut.

Tabel 1. Tabel Perkembangan Kognitif Piaget

Tahap Sensorimotor Praoperasional Operasional Konkret Operasional Formal

Umur 0 – 2 tahun 2 – 7 tahun 7 – 11 tahun 11 tahun keatas

Sekarang Mulai yang “tidak

-sekarang” Masih terbatas kekonkretan

Meninggalkan yang

Egosentris Decentering, seriasi, klasifikasi, konsep,

Dari keempat tahap tersebut penelitian ini akan difokuskan pada tahap

operasional konkret. Adapun tahap ini adalah tahap yang tengah dialami oleh

siswa kelas V Sekolah Dasar. Berikut ini akan diuraikan beberapa pendapat

tentang tahap operasional konkret.

Sudah dituliskan sebelumnya bahwa tahap ini terjadi pada saat anak

berumur 7-11 tahun. Menurut Piaget (dalam Slameto, 2010:116) pada tahap ini

pikiran anak sudah mulai stabil dalam arti aktivitas batiniah dan skema

(23)

logis. Anak juga mulai dapat memikirkan lebih dulu akibat-akibat yang mungkin

terjadi dari perbuatan yang akan dilakukannya, Ia tidak lagi bertindak coba-coba

tetapi salah atau istilahnya trial and error. Pada akhir periode atau tahap ini anak telah menguasai prinsip menyimpan.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap anak akan

mengalami proses kognitif secara bertahap dan berurutan. Setiap anak menerima

informasi atau fakta baru yang kemudian akan diolah pada setiap tahap kognitif

yang dialaminya. Untuk mempermudah menerima informasi atau fakta baru,

dalam hal ini saat pembelajaran di kelas, anak atau siswa membutuhkan cara

dalam pelaksanaan kegiatan belajar di kelas. Cara ini dikenal dengan metode

pembelajaran. Berikut ini akan diuraikan beberapa metode pembelajaran.

2.1.1.2 Metode Pembelajaran

Dalam pembelajaran, penggunaan metode pembelajaran itu sangat penting.

Surakhmad (dalam Suryobroto, 2009:140) mengungkapkan bahwa metode

pembelajaran adalah cara-cara pelaksanaan dari proses pembelajaran, atau tentang

bagaimana cara suatu bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik di sekolah.

Sedangkan menurut Yamin (2009:145) metode pembelajaran berfungsi sebagai

cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan

kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berikut ini akan diuraikan beberapa contoh metode antara lain metode

ceramah dan metode diskusi.

1. Metode ceramah

Surakhmad (dalam Suryobroto, 2009:155) menjelaskan bahwa metode

ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru dalam

pembelajaran di kelas. Kelemahan dari metode ini adalah pendidik sulit

mengetahui sampai di mana peserta didik telah mengerti pembicaraannya dan

peserta didik sering menangkap pemahaman lain dari hal yang dimaksudkan

pendidik.

(24)

Menurut Suryobroto (2009:167) metode diskusi adalah suatu cara

penyajian bahan pelajaran di mana pendidik memberikan kesempatan kepada para

siswa (kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna

mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyusunan berbagai

alternatif pemecahan atas sesuatu masalah.

Dari beberapa metode yang telah disebutkan peneliti memilih salah satu

metode yang sesuai dengan tahap berpikir siswa kelas V SD yaitu metode

pembelajaran dengan mind map yang akan dibahas lebih lanjut sebagai berikut.

2.1.1.3 Metode Pembelajaran dengan Mind Map

Selain metode-metode di atas berikut ini juga akan membahas tentang

mind map (metode pembelajaran mind map) menurut Buzan. Menurut Buzan (2011), penggunaan mind map merupakan salah satu metode yang efektif untuk meletakkan suatu konsep atau informasi ke dalam otak ataupun mengambil

informasi keluar dari otak seseorang.

1. Pengertian mind map

Menurut Buzan (2008:4) mind map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar otak.

Mind map adalah cara mencatat kreatif, efektif, dan secara harfiah akan

“memetakan” pikiran-pikiran.

Keuntungan membuat mind map menurut Buzan (2011:6) adalah sebagai berikut:

a. Mind map dapat membantu mengaktifkan seluruh otak.

b. Mind map dapat membuat orang berfokus pada pokok bahasan. c. Membantu mengelompokkan konsep yang ada.

d. Mind map membantu untuk memusatkan perhatian pada pokok

bahasan yang membantu mengalihkan informasinya dari ingatan

jangka pendek ke ingatan jangka panjang.

e. Dapat memunculkan ide-ide baru yang kreatif.

(25)

2. Langkah-langkah membuat mind map.

Berikut ini tujuh langkah cara membuat mind map (Buzan, 2008:15-16). a. Dimulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya

diletakkan mendatar. Memulai dari tengah memberikan kebebasan

kepada otak untuk menyebar ke segala arah.

b. Gunakan gambar atau foto untuk isu sentral. Sebuah gambar memiliki

makna seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi. Sebuah

gambar sentral akan lebih menarik, membuat tetap terfokus, membantu

berkonsentrasi dan mengaktifkan otak.

c. Gunakan warna. Warna sama menariknya dengan gambar.

Menggunakan warna membuat mind map lebih hidup.

d. Menghubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan

hubungkan cabang- cabang tingkat dua dan tiga ketingkat satu dan dua

dan seterusnya.

e. Membuat garis hubung yang melengkung. Garis lengkung akan

memudahkan untuk mengarahkan cabang yang dibuat keberbagai arah.

Selain itu jika menggunakan garis lurus pada mind map akan membosankan otak.

f. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Kata kunci memudahkan

untuk memahami hal yang akan dibahas selanjutnya. Misalnya sifat,

cabang yang dibuat selanjutnya adalah sifat dari isu sentral yang

ditulis; fungsi, cabang yang dibuat selanjutnya adalah tentang fungsi

dari isu sentral yang telah dibuat.

g. Gunakan gambar untuk kata kunci. Selain menggunakan satu kata,

akan lebih baik kata kunci juga menggunakan gambar untuk lebih

memperjelas kata kunci.

3. Contoh mind map

(26)

Gambar 1. Contoh Mind Map tentang Jenis-Jenis Benda.

(Sumber:

http://pendidikanyangcerdas.blogspot.com/2010/08/kumpulan-mind-mapping-materi-pelajaran.html)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mind map mempermudah untuk menyerap informasi ke dalam otak seseorang. Gambar, warna, garis yang

melengkung, kata kunci, dan unsur lain yang dibuat dalam mind map

mempermudah anak khususnya siswa kelas V SD untuk belajar dan menerima

materi pelajaran. Saat membuat mind map ketrampilan kognitif anak atau siswa berproses dan berkembang. Mind map juga dikatakan cocok untuk merangsang perkembangan kreativitas anak usia SD, karena sesuai dengan tingkat

perkembangannya.

2.1.1.4 Proses Kognitif Menerapkan dan Mencipta

1. Proses Kognitif Bloom

Menurut Anderson (2001) dari tingkat terendah sampai tertinggi enam

level proses kognitif adalah mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,

mengevaluasi, dan mencipta. Keenam level tersebut dalam taksonomi dapat

diidentifikasi dari aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik. Berikut ini akan di

(27)

Menurut Anderson (2010:43), mengingat adalah mengambil atau

memunculkan kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang.

Memahami adalah proses belajar yang tidak hanya membaca suatu materi,

melainkan juga menelaahnya sehingga memberikan pengertian yang lebih luas

dari materi. Menerapkan adalah melakukan sesuatu berdasarkan prosedur dan

dalam keadaan tertentu. Menganalisis berarti memecah-mecah materi menjadi

bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu

dengan maksud untuk mengetahui struktur dan tujuannya. Mengevaluasi yaitu

memberi penilaian berdasarkan kriteria atau standar. Mencipta adalah memadukan

beberapa unsur atau bagian menjadi sesuatu yang baru dan koheren.

Dalam penelitian ini yang akan digunakan dan dibahas lebih lanjut adalah

tahap menerapkan (apply) dan mencipta (create). 2. Proses Kognitif Menerapkan

Menurut Anderson dan Krathwohl (2010:116), proses kognitif

menerapkan adalah melakukan sesuatu berdasarkan prosedur dan dalam keadaan

tertentu. Kategori proses kognitif menerapkan terdiri dari dua proses kognitif,

yaitu melaksanakan dan menggunakan.

a. Melaksanakan

Melaksanakan yaitu menerapkan prosedur tertentu sebagai latihan untuk

mengerjakan suatu tugas yang sudah dikenali siswa sebelumnya.

b. Menggunakan

Menggunakan yaitu menerapkan prosedur tertentu untuk memecahkan

masalah yang belum diketahui sebelumnya.

3. Proses Kognitif Mencipta

Anderson dan Krathwohl (2010:128), menjelaskan bahwa proses kognitif

mencipta yaitu menyatukan unsur-unsur tertentu untuk membentuk suatu

keseluruhan yang koheren atau keseluruhan yang fungsional; menyusun kembali

unsur-unsur tertentu untuk membentuk suatu pola atau struktur yang baru.

Proses kreatif pada kognitif mencipta ini dapat dibagi dalam 3 fase, yaitu

merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.

(28)

Menghasilkan yaitu menemukan permasalahan dan merumuskan hipotesis

pemecahannya berdasarkan kriteria tertentu.

b. Merencanakan (mendesain)

Membuat rencana yaitu menemukan cara untuk memecahkan masalah atau

menjalankan tugas dan membuat rencana langkah-langkahnya.

c. Memproduksi (mengonstruksi)

Memproduksi yaitu melaksanakan rencana pemecahan suatu masalah

sesuai kriteria-kriteria yang sudah ditentukan.

2.1.1.5 Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar

1. Hakekat IPA di Sekolah Dasar

Kepanjangan dari “IPA” adalah Ilmu Pengetahuan Alam (Iskandar,

2011:2). Secara harafiah IPA merupakan ilmu yang mempelajari

peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang

mempelajari alam secara sistematis.

Pada dasarnya IPA dibangun atas dasar IPA sebagai suatu proses, sebagai

suatu sikap, dan sebagai produk.

a. IPA sebagai Suatu Proses

IPA sebagai proses merupakan Ilmu Pengetahuan Alam yang bukan hanya

kumpulan pengetahuan, fakta-fakta, pengetahuan tentang benda-benda

makhluk-makhluk tetapi merupakan cara kerja, cara berpikir dan cara memecahkan

masalah. Ketrampilan proses IPA dipakai dalam kehidupan sehari-hari untuk

menyelesaikan berbagai macam masalah di alam.

b. IPA sebagai Suatu Sikap

IPA sebagai suatu sikap merupakan sikap yang berkeyakinan atau

berpendapat yang harus dipertahankan seorang ilmuwan ketika mencari atau

mengembangkan pengetahuan baru. Dalam memecahkan suatu masalah, seorang

ilmuwan sering mengambil sikap tertentu untuk mencapai hasil yang diharapkan.

Misalnya rasa ingin tahu, rasa tanggung jawab, disiplin, jujur, terbuka terhadap

pendapat orang lain. Sikap-sikap tersebut dikenal dengan nama sikap ilmiah.

(29)

IPA sebagai produk merupakan Ilmu Pengetahuan Alam yang secara

harafiah merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di

alam. Bentuk IPA sebagai produk adalah fakta-fakta, konsep-konsep,

prinsip-prinsip, dan teori-teori.

2. Materi Pembentukan Tanah Akibat Pelapukan Batuan

Kompetensi IPA kelas V yang digunakan untuk penelitian ini adalah

standar kompetensi 7 tentang “memahami perubahan yang terjadi di alam dan

hubungannya dengan penggunakan sumber daya alam” pada kompetensi dasar 7.1

“mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan” (Depdikbud, 2007).

Berikut ini akan diuraikan materi pelajaran kelas V SD tersebut tentang

proses pembentukan tanah karena proses pelapukan.

Menurut Hermana (2012:160-163), berdasarkan proses terbentuknya

batuan digolongkan menjadi tiga, yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan

metamorf.

a. Batuan beku

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku.

Contohnya : batu apung, batu granit, batu obsidian, dan batu basalt.

b. Batuan sedimen atau endapan

Batuan sedimaen atau endapan merupakan batuan yang terjadi karena

pelapukan dari batuan yang sudah ada. Batuan yang sudah ada dapat

berubah akibat pengaruh perubahan suhu dan pelapukan. Contoh batuan

sedimen adalah batu konglomerat, batu breksi, batu pasir, batu serpih, dan

batu kapur atau batu gamping.

c. Batu metamorf atau malihan

Batuan metamorf atau malihan adalah batu yang mengalami perubahan

bentuk oleh berbagai faktor, antara lain suhu dan tekanan yang tinggi, air,

dan perubahan kimia yang terjadi dalam kerak bumi. Contohnya: batu

(30)

Menurut Hermana (2012:163), tanah terbentuk akibat adanya pelapukan

batuan. Ada tiga jenis pelapukan, yaitu pelapukan fisika, pelapukan kimia dan

pelapukan biologi (Sunardi, 2005:144).

1. Pelapukan fisika

Menurut Hermana (2012:163), Pelapukan fisika disebabkan oleh iklim

atau cuaca, suhu, angin, dan air. Perbedaan suhu yang sangat besar antara

siang dan malam menyebabkan batuan mudah melapuk. Deburan ombak

laut di pantai dapat menghancurkan batuan. Proses hancurnya batuan di

tepi pantai akibat antaman ombak disebut abrasi. Sedangkan batuan yang

melapuk karena terpaan angina dan gesekan air disebut erosi.

2. Pelapukan kimia

Hermana (2012:163) mengemukakan bahwa pelapukan kimiawi adalah

pelapukan yang terjadi akibat proses kimiawi pada molekul-molekul

penyusun batuan yang ada pada benda tertentu.

3. Pelapukan Biologi

Menurut Hermana (2012:164), pelapukan biologi terjadi karena adanya

aktivitas tumbuhan, hewan, dan manusia. Akar dari suatu

tumbuh-tumbuhan dapat menghancurkan batuan yang kemudian menjadi tanah.

Selain itu, aktifitas manusia seperti penggalian barang tambang,

pembuatan jalan, dan pendirian bangunan dapat mempercepat proses

pelapukan batuan.

2.1.2 Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini beberapa penelitian sebelumnya tentang metode mind map dan proses kognitif:

2.1.2.1 Penelitian-Penelitian tentang Mind map

Mujahidin (2011) meneliti penerapan model pembelajaran mind mapping dengan metode partisipatori untuk meningkatkan hasil belajar matematika sub

pokok bahasan barisan dan deret aritmatika. Populasi dan sampel penelitian ini

yaitu siswa kelas XI AP2 semester 1 SMK Teuku Umar Semarang.Hasil

(31)

I-II. Pada siklus I ketuntasan belajar sebesar 64,706% dengan nilai rata-rata 71,91

menjadi 88,235% dengan nilai rata-rata 79,09 pada akhir siklus II.

Maryudani (2010) meneliti penggunaan teknik mind mapping untuk meningkatkan prestasi belajar. Populasi dan sampel dari penelitian ini adalah

siswa kelas V SDK Kintelan I Yogyakarta. Hasil dari penelitian tindakan ini

menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar dengan nilai rata-rata 80,00

dengan KKM 6,1 pada akhir siklus 2.

To’i (2009) meneliti penggunaan mind map yang dapat meningkatkan

daya ingat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan menggunakan mind map, peserta didik sangat terbantu untuk memanggil kembali kata-kata dengan lebih efektif daripada menggunakan daftar. Daya ingat meningkat 32 %.

2.1. 2.2 Penelitian-Penelitian tentang Proses Kognitif

Wahyuningsih (2009) meneliti perbedaan metode ceramah dengan

metode simulasi komputer terhadap hasil belajar fisika yang menekankan

aspek kognitif siswa kelas X SMA Negeri I Ngemplak pada pokok

bahasan gerak lurus beraturan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

metode ceramah maupun metode simulasi komputer meningkatkan hasil

belajar siswa dan nada perbedaan antara metode simulasi komputer dengan

metode ceramah yaitu metode simulasi komputer lebih meningkatkan hasil

belajar dengan mean 28,6071 dibandingkan metode ceramah dengan mean

22,4286.

Aryani (2011) meneliti pengaruh metode inkuiri terhadap prestasi

belajar dan kemampuan berpikir kritis kategori kognitif pada mata

pelajaran IPA. Populasi dan sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas

V semester 2 SD Kanisius Wirobrajan. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa ada pengaruh penerapan metode inkuiri terbimbing terhadap

prestasi belajar siswa. Pengaruh dapat dilihat dari kenaikan rata-rata skor

pre-test prestasi belajar ke post-test prestasi belajar pada kelompok

(32)

2.1. 2.3 Literature Map

Berikut ini literatur map dari penelitian-penelitian terdahulu:

Gambar 2. Literature Map dari Penelitian-penelitian Terdahulu.

Beberapa penelitian tentang metode pembelajaran mind map dan proses kognitif yang dilakukan sebelumnya, menunjukkan bahwa metode mind map

efektif meningkatkan kemampuan berpikir proses kognitif tingkat menerapkan

dan mencipta. Selain itu, beberapa menunjukkan bahwa metode mind map efektif meningkatkan kemampuan berpikir proses kognitif tingkat menerapkan dan

mencipta. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, belum ada yang meneliti

metode mind map terhadap kemampuan proses kognitif tingkat menerapkan dan mencipta pada siswa di tingkat pendidikan dasar.

2.2 Kerangka Berpikir

Metode pembelajaran mind map dipilih sebagai salah satu metode yang efektif meningkatkan kemampuan belajar peserta didik. Hal ini dapat terjadi

dikarenakan mind map mempermudah otak menerima informasi dari luar otak ke dalam otak. Kemampuan yang telah dimiliki oleh peserta didik dikelola secara

maksimal dengan penggunaan mind map.

Metode mind map Proses Kognitif

Mujahidin (2011) Metode pembelajaran mind

mapping dan metode partisipatori

Wahyuningsih (2009) metode ceramah, simulasi komputer dan hasil belajar fisika yang menekankan aspek

kognitif

Maryudani (2010) Prestasi belajar dan teknik

mind mapping

Metode inkuiri, prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis

(33)

Untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam penggunaan mind map yang diterapkan pada pembelajaran IPA kelas V SDK Sengkan khususnya pada

kompetensi dasar pelapukan batuan, pendidik harus merencanakan pembelajaran

yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik, serta memfasilitasi

anak didik dalam membangun pengetahuannya. Hal ini diharapkan mampu

mencapai tingkat pemahaman yang maksimal pada tingkat kognitif menerapkan

dan mencipta.

Jika metode mind map diterapkan pada pembelajaran IPA kelas V SD

Kanisius Sengkan, keterampilan berpikir kognitif tingkat menerapkan dan

mencipta pada kelompok eksperimen akan lebih tinggi daripada capaian

kelompok kontrol yang tidak menggunakan metode mind map.

2.3 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah:

2.3.1Penggunan metode mind map berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan menerapkan pada mata pelajaran IPA materi pelapukan

batuan siswa kelas V SDK Sengkan Yogyakarta Tahun Pelajaran

2011/2012.

2.3.2Penggunan metode mind map berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mencipta pada mata pelajaran IPA materi pelapukan

batuan siswa kelas V SDK Sengkan Yogyakarta Tahun Pelajaran

(34)

Berikut ini gambar proses penyusunan hipotesis dalam penelitian ini.

Gambar 3. Proses Penyusunan Hipotesis

Variabel Metode Pembelajaran

Mind Map

Variabel

Kemampuan Menerapkan dan Mencipta

Kajian Pustaka

Penelitian-Penelitian sebelumnya

(35)

METODE PENELITIAN

Bab III membahas metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

Pembahasan metode penelitian yaitu mengenai jenis penelitian yang digunakan,

populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, definisi operasional,

instrumen penelitian, uji validitas dan uji reliabilitas instrumen, teknik

pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian eksperimental jenis quasi experimental design (Sugiyono, 2010: 114) dengan tipe nonequivalen control group design (Sugiyono, 2010: 116).Penelitian ini termasuk jenis tersebut di atas karena pemilihan tiap responden untuk

kelompok eksperimen dan kontrol tidak dilakukan secara random. Setelah kedua kelompok diperoleh, kedua kelompok itu diberi pretest untuk mengetahui keadaan

awal sebelum adanya perlakuan. Hasil kedua pretest itu kemudian dibandingkan. Hasil pretest dikatakan baik jika tidak ada perbedaan yang signifikan di antara hasil pretest kedua kelompok itu. Sesudah diberikan perlakuan dilakukan posttest.

Pengaruhperlakuan dihitung dengan cara: (O2-O1)-(O4-O3).

Desain penelitian jenis ini digambarkan dengan gambar berikut:

O1 X O2

O3 O4

Gambar 4. Desain Penelitian

Keterangan:

O1 = Rerata skor pretest kelompok eksperimen

O2 = Rerata skor posttest kelompok eksperimen

X = Perlakuan (treatment) penggunaan mind map

O3 = Rerata skor pretest kelompok kontrol

O4 = Rerata skor posttest kelompok kontrol

(36)

Sugiyono (2010:297), mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.

Sugiyono (2010:297), mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian dari

populasi tertentu. Sampel penelitian ini ada dua kelompok yaitu kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol.

Penelitian ini mengambil subyek SDK Sengkan dengan studi kasus kelas

VA sebagai kelompok eksperimen dan VB sebagai kelompok kontrol. Kedua

kelas tersebut memiliki jumlah siswa yang sama yaitu 24 siswa. Pemilihan

kelompok eksperimen dan kontrol tersebut, dipilih dengan cara diundi dan

disaksikan oleh guru mitra. Guru mitra merupakan seorang guru yang mengampu

mata pelajaran IPA untuk kelas VA dan VB. Guru mitra ini jugalah yang

memberikan pembelajaran untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Hal-hal tersebut tersebut dilakukan untuk mengurangi faktor bias dalam

penelitian. Kegiatan pengamatan dan dokumentasi dilakukan oleh peneliti.

3.3 Jadwal Pengambilan Data

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 2 Maret sampai dengan 21 Maret

2012. Berikut ini jadwal pelaksanaan penelitian pada kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen:

Tabel 2. Jadwal Pengambilan Data

Kelompok Kegiatan Alokasi

Waktu Hari, Tanggal

Kontrol Kelas VB

Pretest 2 x 40 menit Jumat, 2 Maret 2012

Pembelajaran tentang

penggolongan batuan 2 x 40 menit

Senin, 5 Maret 2012

Pembelajaran tentang ciri-ciri

batuan 2 x 40 menit

Senin, 12 Maret 2012

Pembelajaran tentang kegunaan

batuan 2 x 40 menit

Rabu, 14 Maret 2012

Pembelajaran tentang pelapukan

batuan 2 x 40 menit

Jumat, 16 Maret 2012

Posttest 2 x 40 menit Senin, 19 Maret 2012

Eksperimen Kelas VA

Pretest 2 x 40 menit Sabtu, 3 Maret 2012

Pembelajaran tentang

penggolongan batuan 2 x 40 menit

(37)

Waktu Pembelajaran tentang ciri-ciri

batuan 2 x 40 menit

Rabu, 14 Maret 2012

Pembelajaran tentang kegunaan

batuan 2 x 40 menit

Sabtu, 17 Maret 2012

Pembelajaran tentang pelapukan

batuan 2 x 40 menit

Selasa, 20 Maret 2012

posttest 2 x 40 menit Rabu, 21 Maret 2012

3.4 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:61) “variabel adalah suatu atribut atau sifat atau

nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi terentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini ada dua yaitu:

1. Variabel independent (bebas)

Sugiyono (2010:61) mengatakan, variabel bebas merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen (terikat).

2. Variabel dependent (terikat)

Sugiyono (2010:61) mengemukakan bahwa variabel terikat merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas.

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 5. Pemetaan Variabel Penelitian

3.5 Definisi Operasional

1. Siswa SD adalah siswa kelas VA dan VB di SD Kanisius Sengkan yang

(38)

mempelajari suatu materi, yang berupa bagan dengan bagian inti di tengah

dan garis lengkung sebagai cabang-cabangnya.

3. Proses kognitif adalah proses perkembangan pengetahuan yang dimiliki

oleh seseorang yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,

mengevaluasi, mencipta, sesuai dengan Taksonomi Bloom.

4. Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh pendidik dalam

menyampaikan mata pelajaran kepada peserta didik dalam kegiatan belajar

di kelas.

5. Ilmu Pengetahuan Alam adalah satu ilmu di SD yang mempelajari hal

yang berkaitan dengan alam dan segala isinya.

6. Kemampuan menerapkan adalah kemampuan untuk menerapkan

pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya, sejauh diukur dengan

instrumen penelitian ini.

7. Kemampuan mencipta adalah kemampuan untuk membuat sesuatu dengan

kreativitas sendiri dan dengan pengetahuan yang telah dimiliki, sejauh

diukur dengan instrument penelitian ini.

3.6 Instrumen Penelitian

Sugiyono (2010) mengemukakan bahwa instrumen penelitian digunakan

untuk mengumpulkan data. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah enam soal essai. Peneliti menggunakan soal essai karena soal essai

memiliki kelebihan utama yaitu soal esai bisa digunakan untuk menilai proses

berpikir yang melibatkan aktivitas kognitif tingkat tinggi, tidak hanya mengingat

atau memahami fakta atau konsep saja (Nurgiyanto, 2001:72). Selain kelebihan

tersebut soal esai juga memiliki satu keterbatasan pokok yaitu tingkat validitas

(39)

instrumen penelitian.

Tabel 3. Matriks Pengembangan Instrumen Penelitian

Standar Kompetensi: 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.

Kompetensi Dasar: 7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan.

No. Variabel Aspek Indikator No.

soal

1. Menerapkan

Mengeksekusi Menyebutkan tahap-tahap pembersihan candi Borobudur disertai dengan penjelasannya.

3 Mengimplementasikan Memilih tahap-tahap

pembersihan candi Borobudur yang terdapat pada artikel. Menggunakan Menyebutkan peralatan dan

bahan yang digunakan dalam pembersihan candi Borobudur.

2. Mencipta

Merumuskan Membuat kesimpulan percobaan yang mencerminkan tujuan percobaan.

6 Merencanakan Merencanakan percobaan

untuk membuktikan penyebab pelapukan batuan karena perubahan suhu yang drastis. Memproduksi Membuat percobaan yang

menjelaskan penyebab pelapukan batuan karena perubahan suhu yang drastis.

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

Soal-soal yang digunakan untuk instrumen penelitian ini diujicobakan di

SDK Sorowajan dengan jumlah siswa sebanyak 55 orang yang merupakan kelas

paralel dan di SDN Adisucipto dengan jumlah siswa sebanyak 35 orang. Tujuan

dari uji coba ini bukan semata-mata untuk mencari validitas, daya beda, dan

reliabilitas, tetapi untuk mengecek apakah soal-soal yang akan digunakan sebagai

instrumen sudah bisa dipahami siswa setingkat kelas V SD.

1. Penentuan Validitas Instrumen

Validitas suatu tes adalah taraf untuk mengukur sampai di mana suatu tes

dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 2007:242). Menurut

Azwar (2009: 45) validitas dibagi menjadi tiga jenis, yaitu validitas isi, validitas

(40)

konstruk dan validitas isi. Validitas konstruk disusun berdasarkan konsultasi ahli

(expert judgement). Sedangkan untuk mempermudah perhitungan validitas isi peneliti menggunakan program SPSS 18 atau sekarang lebih dikenal dengan

PASW 18 for Windows (Predictive Analytics Software) dengan hasil perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Perhitungan Validitas SDK Sorowajan:

No Variabel Pearson

Tabel 5. Hasil Perhitungan Validitas SDN Adisucipto 1

No Variabel Pearson

soal valid dan di SD Negeri Adisucipto terdapat 4 soal valid.

Menurut Sugiyono (2010:179) pengujian seluruh butir instrumen dalam

satu variabel dapat dilakukan dengan mencari daya pembeda pada skor item dari

tiap kelompok dengan memberikan jawaban tinggi dan jawaban rendah. Jumlah

jawaban kelompok tinggi diambil 27% dan kelompok rendah diambil 27% dari

sampel uji coba (Masidjo, 2007:196). Berikut ini hasil perhitungan uji beda

dengan PASW 18 for Windows:

Tabel 6. Hasil Uji Beda SDK Sorowajan dan SDN Adisucipto

` Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig df Sig. (2-tailed) SDK Sorowajan 2,483 0,126 28 0,000

(41)

sebesar 0,000. Harga tersebut lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05) menunjukkan ada

perbedaan yang signifikan antara skor atas dan skor bawah. Artinya item soal

tersebut dapat digunakan sebagai instrumen yang telah teruji validitasnya.

2. Penentuan Reliabilitas Instrumen

Penentuan reliabilitas menggunakan teknik Alpha Cronbach. Hasil perhitungan realibilitas untuk pengujian dikedua SD tersebut adalah:

Tabel 7. Hasil Perhitungan Reliabilitas

Alpha Cronbach Kategori SD Kanisius Sorowajan 0,490 Cukup SD Negeri Adisucipto 1 0,502 Cukup

Dari hasil Alpha Cronbach di atas realibilitas pengujian untuk kedua SD tersebut termasuk dalam kategori cukup (Masidjo, 2007:209).

Dua kali uji coba soal yang akan menjadi instrumen penelitian,

menunjukkan ada beberapa soal yang tidak valid dan kurang reliabel. Hal-hal

tersebut dikarenakan soal essai memiliki kelemahan utama yaitu sulit untuk

mencari validitas dan reliabilitasnya. Selain itu jawaban yang diberikan siswa

bervariasi tidak hanya ya atau tidak.

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan pretest

dan posttest dikelompok kontrol dan eksperimen. Pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Teknik Pengumpulan Data

No. Kelompok Variabel Data Pengumpulan Instrumen

1 Eksperimen

Skor pretest Pretest Soal Essai Skor posttest Posttest Soal Essai

2 Kemampuan

mencipta

Skor pretest Pretest Soal Essai Skor posttest Posttest Soal Essai

3.9 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut.

3.9.1 Uji normalitas

Uji normalitas data diterapkan pada semua data yang akan diolah yang

(42)

Kriteria yang digunakan untuk menentukan data tersebut normal atau tidak adalah

sebagai berikut (Priyatno, 2012:136).

1) Jika harga sig. (2-tailed) > 0,05, maka distribusi data normal.

2) Jika harga sig. (2-tailed) < 0,05, maka distribusi data tidak normal.

Jika distribusi data normal teknik statistik yang digunakan adalah statistik

parametrik dalam hal ini adalah independent samples t-test atau paired t-test

(Priyatno, 2012:17). Jika data tidak normal teknik statistik yang digunakan non

parametrik dalam hal ini Mann-Whitney atau Wilcoxon (Priyatno, 2012: 141). Setelah semua data diuji normalitasnya, data dapat diuji dengan uji

statistik. Berikut ini langkah-langkah dalam uji statistik .

3.9.1.1 Uji persamaan

Uji persamaan data dilakukan dengan menganalisis pretest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah

skor pretest terdapat pada titik pijak yang sama. Kriteria untuk menguji persamaan adalah sebagai berikut (Yulius, 2010:82).

1. Jika harga sig. (2-tailed) > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan kata lain keduanya memiliki persamaan data.

2. Jika harga sig. (2-tailed) < 0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan

antara pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan kata lain tidak ada persamaan data atau berbeda.

3.9.1.2 Uji perbedaan

Uji perbedaan (Yulius, 2010:21) ini dilakukan untuk memastikan apakah

ada kenaikan yang terjadi dalam kelompok eksperimen dan kontrol dengan

membandingkan rata-rata skor pretest dan posttest. Kriteria yang digunakan untuk uji pembeda ini adalah sebagai berikut (Yulius, 2010:82).

1. Jika harga sig. (2-tailed) > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan yang

(43)

antara skor pretest dan posttest dengan kata lain terdapat kenaikan yang signifikan yang terjadi antara pretest ke posttest.

3.9.1.3 Uji Pengaruh Perlakuan dan Uji Selisih Skor

Ada dua cara yang dapat digunakan untuk menganalisis data pada uji

statistik ini, dua cara tersebut adalah uji pengaruh perlakuan dan uji selisih skor.

1. Uji pengaruh perlakuan

Uji pengaruh digunakan untuk memastikan apakah ada perbedaan antara skor

posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kriteria yang digunakan untuk uji pengaruh perlakuan:

a. Jika harga sig. (2-tailed) > 0,05, tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara posttest di kelompok eksperimen dan di kelompok kontrol dengan kata lain penggunaan metode mind map tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan menerapkan dan

mencipta.

b. Jika harga sig. (2-tailed) < 0,05, terdapat perbedaan yang signifikan

antara posttest di kelompok eksperimen dan di kelompok kontrol dengan kata lain penggunaan metode mind map berpengaruh secara

signifikan terhadap kemampuan menerapkan dan mencipta.

2. Uji selisih skor

Uji selisih skor ini dilakukan jika tidak terdapat persamaan titik pijak data

dari skor pretest pada kelompok kontrol atau eksperimen. Perhitungan selisih skor diperoleh dengan cara mengurangkan hasil dari posttest ke pretest. Sesudah skor selisih didapat kemudian selisih skor tersebut diuji normalitasnya lagi, dan

terakhir selisih skor dari dua kelompok tersebut diuji perbedaannya. Kriteria yang

digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut.

a. Jika harga sig. (2-tailed) > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara selisih skor di kelompok kontrol dan eksperimen.

b. Jika harga sig. (2-tailed) < 0,05, maka terdapat perbedaan yang

(44)

metode mind map tanpa memperhitungkan perbedaan siswa di kelompok eksperimen atau kontrol. Baik di SD manapun letaknya, desa atau kota; jenis SD

(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV berisi hasil penelitian penggunaan mind map terhadap kemampuan menerapkan dan penggunaan mind map terhadap kemampuan mencipta.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Pengaruh penggunaan mind map terhadap kemampuan menerapkan

Penelitian payung meneliti tentang pengaruh penggunaan mind map

terhadap berbagai tingkat level kognitif dari Benjamin S. Bloom. Unsur dalam

level kognitif tersebut adalah mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,

mengevaluasi, dan mencipta. Pada bagian ini akan dibahas kemampuan kognitif

menerapkan. Penelitiannya dilakukan dengan cara memberikan instrumen pretest

dan postest terhadap dua kelas yang berbeda yaitu kelas kontrol dan eksperimen. Instrumen yang digunakan berupa pertanyaan yang menyangkut level kognitif

menerapkan. Kelompok yang dipilih sebagai kelompok kontrol adalah kelas VB

dan kelompok yang dipilih sebagai kelompok eksperimen adalah kelas VA

dengan jumlah masing-masing kelas 24 siswa. Pengukuran dilakukan dua kali.

Instrumen yang dibuat digunakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan

mind map terhadap kemampuan menerapkan pada pretest dan posttest. Signifikansinya diukur dengan analisis statistik. Signifikansi dilihat dari

perubahan nilai pretest ke nilai posttest atau pada perbedaan skor posttest antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Variabel independen pada penelitian ini adalah penggunaan mind map

sedangkan variabel dependen yaitu kemampuan menerapkan. Hipotesis sementara

yaitu penggunaan metode mind map berpengaruh secara signifikan terhadap

proses kognitif menganalisis siswa kelas V SDK Sengkan pada mata pelajaran

IPA untuk kompetensi dasar pelapukan batuan.

Data yang diperoleh diuji normalitasnya dengan uji Kolmogorov-Smirnov

dengan program komputer PASW (SPSS) 18 for Windows untuk menentukan jenis

(46)

uji statistik yang akan digunakan dalam analisis data responden, seperti yang

sudah dituliskan pada bab sebelumnya.

Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut.

Jika harga sig. (2-tailed) > 0,05 data terdistribusi secara normal, sehingga analisis

statistik selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Jika harga sig. (2-tailed) <

0,05 data terdistribusi secara tidak normal, sehingga analisis statistik selanjutnya

menggunakan statistik non parametrik.

Tabel 9. Hasil uji normalitas kemampuan menerapkan

No Aspek Nilai

Signifikansi

Keterangan

1. Pretest kelas kontrol 0,660 Normal

2. Posttest kelas kontrol 0,659 Normal

3. Pretest kelas eksperimen 0,187 Normal 4. Posttest kelas eksperimen 0,765 Normal

Menurut kriteria, semua aspek di atas memiliki distribusi data normal

sehingga aspek-aspek tersebut akan dianalisis dengan statistik parametrik dalam

hal ini independent samples t-test atau paired t-test sesuai dengan keperluannya. Analisis data dilakukan dengan cara menguji perbandingan skor pretest

antara kelas kontrol dan kelas eksperimen pada kemampuan menerapkan,

selanjutnya menguji perbedaan pretest ke posttest pada masing-masing kelas dan kemudian dilanjutkan dengan uji pengaruh perlakuan pada aspek menerapkan ini.

4.1.1.1 Perbandingan skor pretest

Langkah pertama dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan

antara hasil pretest di kelompok kontrol dan hasil pretest di kelompok eksperimen. Cara ini digunakan untuk mengetahui apakah data-data yang akan

dianalisis lebih lanjut memiliki titik pijak yang sama sehingga bisa dibuat

perbandingan. Analisis statistik yang digunakan adalah statistik parametrik

independent samples t-test. Analisis data dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95%. Kedua data pretest tersebut dikatakan tidak memiliki perbedaan yang signifikan jika harga sig. (2-tailed) > 0,05. Hipotesis statistiknya adalah sebagai

(47)

Hi : Ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest pada kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen.

Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest pada kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen.

Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut.

Jika harga sig. (2-tailed) < 0,05, Hnull ditolak dan Hi diterima (Yulius, 2010:85).

Artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain kedua skor pretest berada dalam

level yang tidak sama sehingga akan digunakan analisis perbandingan antara

selisih skor dari pretest ke posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Jika harga sig. (2-tailed) > 0,05, Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak

ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain kedua skor pretest berada dalam level yang sama sehingga akan digunakan analisis perbandingan skor posttest dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Tabel 10. Perbandingan skor pretest kemampuan menerapkan

Hasil Pretest Nilai Signifikansi

Keterangan

Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen 0,620 Tidak berbeda Dari tabel di atas harga sig. (2-tailed) adalah 0,620 atau > 0,05 maka Hnull

diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor

pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada kemampuan menerapkan. Dengan kata lain kedua skor pretest berada pada level yang sama sehingga nantinya akan digunakan analisis perbandingan skor posttest dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

4.1.1.2 Perbandingan skor pretest ke posttest

Langkah kedua dilakukan untuk melihat apakah ada kenaikan skor yang signifikan antara skor pretest ke posttest baik pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Dari situ akan diperlihatkan persentase kenaikan

(48)

dalam hal ini paired t-test dengan tingkat kepercayaan 95%. Data pretest ke

posttest dikatakan memiliki perbedaan yang signifikan jika harga sig. (2-tailed) < 0,05. Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut.

Hi : Ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest pada

kelompok kontrol atau kelompok eksperimen.

Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest pada

kelompok kontrol atau kelompok eksperimen.

Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut.

Jika harga sig. (2-tailed) < 0,05, maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada

perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest pada kelompok kontrol atau kelompok eksperimen. Dengan kata lain terjadi peningkatan skor yang

signifikan dari pretest ke posttest.

Jika harga sig. (2-tailed) > 0,05, maka Hnull diterima dan Hi ditolak.

Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest pada kelompok kontrol atau kelompok eksperimen. Dengan kata lain tidak terjadi

peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest.

Hasil perhitungan uji perbedaan pretest ke posttest dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 11. Perbandingan skor pretest ke posttest kemampuan menerapkan

No Kelompok Rerata Test (%)

Dari tabel di atas harga sig. (2-tailed) kelompok kontrol adalah 0,520 atau

> 0,05, maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang

signifikan antara skor pretest dan posttest pada kelompok kontrol. Dengan kata lain tidak terjadi peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest pada kemampuan menerapkan di kelompok kontrol.

Sedangkan harga sig. (2-tailed) untuk kelompok eksperimen adalah 0,073

atau > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang

(49)

kata lain tidak terjadi peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest

pada kemampuan menerapkan di kelompok eksperimen.

4.1.1.3 Perbandingan posttest kemampuan menerapkan

Langkah ketiga dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis statistik parametrik independent

samples t-test dengan tingkat kepercayaan 95%. Kedua skor posttest tersebut dikatakan memiliki perbedaan yang signifikan jika harga sig. (2-tailed) < 0,05.

Analisis perbedaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah penggunaan mind map

berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan menerapkan. Hasil analisis

yang dilakukan akan digunakan sebagai titik pijak untuk menarik kesimpulan

apakah hasil penelitian ini mengafirmasi atau menolak hipotesis penelitian.

Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut.

Hi : Ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest pada kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen.

Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest pada kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen.

Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut.

Jika harga sig. (2-tailed) < 0,05, maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada

perbedaan yang signifikan antara skor posttest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain penggunaan mind map berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan menerapkan.

Jika harga sig. (2-tailed) > 0,05, maka Hnull diterima dan Hi ditolak.

Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain penggunaan mind map tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan menerapkan.

(50)

Tabel 12. Perbandingan skor posttest kelompok kontrol dan eksperimen kemampuan menerapkan

Hasil Posttest Nilai Signifikansi

Keterangan

Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen 0,622 Tidak berbeda Dari tabel di atas harga sig. (2-tailed) adalah 0,622 atau > 0,05, maka Hnull

diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor

posttest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain penggunaan mind map tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan menerapkan.

Hasil analisis yang dilakukan akan digunakan sebagai titik pijak untuk

menarik kesimpulan apakah hasil penelitian ini mengafirmasi atau menolak

hipotesis penelitian. Artinya penggunaan mind map tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan menerapkan.

Diagram berikut akan memperlihatkan skor pretest dan posttest baik di kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen.

Gambar 6. Perbandingan antara skor pretest dan posttest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen kemampuan menerapkan

4.1.2 Pengaruh penggunaan mind map terhadap kemampuan mencipta

Pada bagian ini akan dibahas kemampuan kognitif mencipta. Penelitian

dilakukan dengan cara memberikan instrumen pretest dan postest terhadap dua kelas yang berbeda yaitu kelas kontrol dan eksperimen. Instrumen yang digunakan

Gambar

Gambar 7. Grafik Skor Pretest dan Posttest pada Kelompok Kontrol dan
Tabel 1. Tabel Perkembangan Kognitif Piaget
gambar sentral akan lebih menarik, membuat tetap terfokus, membantu
Gambar 1. Contoh Mind Map tentang Jenis-Jenis Benda.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya Rancang Bangun Sistem Administrasi Pasien pada Puskesmas Jagir Surabaya, maka dapat memberikan informasi yang lebih akurat dan membantu dalam pencarian data

Pelayanan sirkulasi adalah suatu layanan di perpustakaan yang dapat dimanfaatkan oleh para pengguna untuk melakukan proses peminjaman dan pengembalian bahan pustaka dalam waktu

Pola pengelolaan hutan, lahan dan air dalam Pengelolaan DAS Terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c, harus dipenuhi untuk suatu kegiatan dan usaha

Pada penelitian studi kasus tunggal, analisis dan penyimpulan dari hasil penelitian digunakan untuk mengecek kembali kepada konsep atau teori yang telah dibangun pada tahap

Sebaiknya dalam memilih sepeda motor yang baik perlu memperhatikan hal- hal seperti bobot motor yang ringan, kestabilan motor dalam kecepatan tinggi, teknologi fuel injection ,

Pada TWR, Traffic management akan lebih berguna untuk penataan traffic yang lebih rapi, terutama jika tidak terdapat DEL dan GND, maka akan dibutuhkan pemikiran dua kali lipat

Substitusi amtabis pada level 2% dan 4% diperoleh nilai B/C ratio lebih kecil dari satu, sehingga ransum tersebut tidak layak digunakan dalam usaha ayam broiler.. Sedangkan

Berdasarkan hasil pengembangan dapat disimpulkan beberapa hal yaitu (1) E-module IPA berbasis Lectora Inspire yang telah dikembangkan layak untuk digunakan sebagai