• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA MINAT TERHADAP JURUSAN DAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA KELAS XII SMA BOPKRI DUA YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA MINAT TERHADAP JURUSAN DAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA KELAS XII SMA BOPKRI DUA YOGYAKARTA"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Paulina Diah Rahayu Puspita Sari 059114053

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

A lmamaterku F akultas Psikologi U niversitas S anata D harma Y ogyakarta S emoga karya ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya

S ahabat-sahabatku yang selalu ada dalam suka dan duka T rim’s atas segala dukungannya

K eluarga besarku tercinta B apak D jumal, Ibu M artha, M az Iwan + M ba D hin + A xel + S heryl, M ba U lie, B ang Y onz

Y ang selalu mendukung dan berharap karya ini cepat selesai

J esus C hrist my L ord

(5)

v

member i kekuat an kepad aku ( Fil ipi 4 :13 )

Satukan karya dan cipta Wujudkan smangat yang baru Kuhancurkan semua keraguan hati Tunjukkan pada dunia Kita mampu tuk berkembang

Awali dengan ceria (HOI, Siesen Insadha 2007)

Never Gi ve Up in despair Nor t hi nk you are t hrough For t here’ s always a

t omorrow, A chance t o st art a new

L i f e i s a j ou r ney , i t has t o be compl et ed L i f e i s a bat t l e, i t has t o be f i ni s hed L i f e i s a pi l g r i mag e, i t ha s t o be concl u ded L i f e i s a r a ce, i t has t o be w on L i f e i s a g i f t , i t has t o be l i v ed

(6)
(7)

vii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara minat terhadap jurusan dan motivasi berprestasi pada siswa kelas XII SMA BOPKRI Dua Yogyakarta. Hipotesis yang diajukan untuk penelitian ini adalah ada hubungan positif antara minat terhadap jurusan dan motivasi berprestasi. Subyek penelitian ini adalah 69 siswa kelas XII semester I SMA BOPKRI Dua Yogyakarta yang terdiri atas 36 siswa kelas XII IPS, 27 siswa kelas XII IPA dan enam siswa di kelas XII Bahasa. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Minat terhadap Jurusan dan Skala Motivasi Berprestasi. Reliabilitas skala alat ukur diuji dengan teknik koefisien Alpha Cronbach. Pada skala Minat terhadap Jurusan diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.875 dari 43 aitem dan pada skala Motivasi Berprestasi diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.916 dari 36 aitem. Data dianalisis dengan teknik korelasi Pearson Product Moment.

Hasil analisis data menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.532 dan nilai signifikansi antara minat terhadap jurusan dan motivasi berprestasi sebesar 0.000 (p<0.01). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara minat terhadap jurusan dan motivasi berprestasi pada siswa kelas XII SMA BOPKRI Dua Yogyakarta diterima.

(8)

viii

ABSTRACT

This study aimed to determine the relation between interest of classes and need of achievement to the students of 12th graders at SMA BOPKRI Dua Yogyakarta. The hypothesis proposed in this study was that there was a positive relation between interest of classes and need of achievement. The subject of this study were 69 students of 12th graders in 1st semester at SMA BOPKRI Dua Yogyakarta with 36 students of 12th graders at IPS’s classes, 27 students of 12th graders at IPA’s classes, and 6 students of 12th graders at Bahasa’s classes. Collection of data used in this study was interest of classes scales and need of achievement scales. Reliability of scales tested using reliability coefficient Alpha Cronbach. Realibility coefficient interest of classes scales was 0.875 of 43 items and realibility coefficient of need of achievement scales was 0.916 of 36 items. The results of this study analyzed using Pearson Product Moment correlation techniques. The results showed the values of correlation coefficient (r) of 0.532 and 0.000 level of significance (p <0.01). According to these results, the hypothesis that there was a positive relation between interest of classes and need of achievement to the students of 12th graders at SMA BOPKRI Dua Yogyakarta was accepted.

(9)
(10)

x

membimbing penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. Penulis juga menyadari bahwa dalam proses pengerjaan skripsi ini penulis didukung oleh berbagai pihak yang dengan tulus dan senang hati membantu penulis. Oleh karena itu, penulis dengan tulus ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang sangat berperan dalam proses pengerjaan skripsi ini dan juga dalam kehidupan penulis :

1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku mantan Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan fasilitas-fasilitas dan berbagai kemudahan dalam menyelesaikan skripsi dan kegiatan akademik.

2. Ibu Y. Titik Kristiyani., S.Psi., M.Psi selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar memberikan arahan, masukan dan waktu untuk memperbaiki skripsi ini, serta dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini. Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si dan Ibu A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah memberikan masukan dalam memperbaiki skripsi ini.

(11)

xi

yang ramah sehingga membuat penulis merasa betah jika berlama-lama berada di lingkungan kampus.

5. Kepala Sekolah SMA BOPKRI Dua Yogyakarta, Pak Didik, Bu Ning, dan Guru-Guru Mata Pelajaran. Terima kasih atas bantuannya. Tanpa bantuan dari Bapak dan Ibu, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih juga buat teman-teman siswa-siswi kelas XII SMA BOPKRI Dua Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/ 2010 yang bersedia menjadi subyek dalam penelitian ini. Semoga teman-teman dapat terus meningkatkan minat serta memiliki motivasi berprestasi.

(12)

xii

berharap skripsi ini bisa cepat selesai , Bapak, Mamak, Maz Iwan + Mba Dhina + Axel + Sheryl, Mba Ulie, Bang Yonz, Ochaak ‘Ndut, Willy, Kiling, Sepupu-sepupuku, Om, Bibi, Mbah. Makasih yaa.. I Love You My Big Famz..[!]

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, koreksi dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak dan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut.

Yogyakarta, 26 Mei 2010

(13)

xiii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

HALAMAN KEASLIAN KARYA... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ………... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

BAB II. LANDASAN TEORI... 8

A. Motivasi Berprestasi... 8

(14)

xiv

B. Minat terhadap Jurusan... 15

1. Pengertian Minat... 15

2. Pengertian Jurusan………... 16

3. Pengertian Minat terhadap Jurusan... 19

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat... 19

5. Karakteristik Minat………... 20

6. Karakteristik Minat terhadap Jurusan...………... 21

C. Siswa kelas XII Sebagai Remaja... 22

D. Hubungan Minat terhadap Jurusan dengan Motivasi Berprestasi... 24

E. Hipotesis... 26

BAB III. METODE PENELITIAN... 27

A. Jenis Penelitian... 27

B. Identifikasi Variabel Penelitian... 27

C. Definisi Operasional... 27

D. Subjek Penelitian... 28

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data... 29

F. Uji Coba Alat Ukur... 32

G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur... 33

(15)

xv

C. Deskripsi Data Penelitian... 41

D. Analisis Data Penelitian... 43

1. Uji Asumsi... 43

a. Uji Normalitas... 43

b. Uji Linearitas... 44

2. Uji Hipotesis... 44

E. Pembahasan... 45

BAB V. PENUTUP... 50

A. Kesimpulan... 50

B. Saran... 50

DAFTAR PUSTAKA... 52

(16)

xvi

Tabel 2 Blue Print Skala Motivasi Berprestasi (Sebelum Uji Coba)……… 31

Tabel 3 Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Minat terhadap Jurusan... 34

Tabel 4 Blue Print Skala Minat terhadap Jurusan (Setelah Uji Coba)... 35

Tabel 5 Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Motivasi Berprestasi... 36

Tabel 6 Blue Print Skala Motivasi Berprestasi (Setelah Uji Coba)………. 36

Tabel 7 Gambaran Subyek Penelitian……….. 40

Tabel 8 Deskripsi Statistik Data Empiris………... 41

Tabel 9 Mean Teoritis, Mean Empiris dan Standar Deviasi……….... 42

Tabel 10 Hasil Uji Normalitas Data Minat terhadap Jurusan dan Motivasi Berprestasi………... 43

Tabel 11 Hasil Uji Linieritas Data Minat terhadap Jurusan dan Motivasi Berprestasi... 44

(17)

xvii 2. Data Try Out Minat Terhadap Jurusan

3. Uji Reliabilitas Skala Minat Terhadap Jurusan (Try Out) 4. Data Try Out Motivasi Berprestasi

5. Uji Reliabilitas Skala Motivasi Berprestasi (Try Out)

6. Format Skala Minat Terhadap Jurusan dan Motivasi Berprestasi (Penelitian) 7. Data Penelitian Minat Terhadap Jurusan

8. Uji Reliabilitas Skala Minat Terhadap Jurusan (Penelitian) 9. Data Penelitian Motivasi Berprestasi

10. Uji Reliabilitas Skala Motivasi Berprestasi (Penelitian) 11. Uji Normalitas

12. Uji Linieritas

13. Uji Korelasi Minat Terhadap Jurusan dan Motivasi Berprestasi 14. Mean Empiris Minat Terhadap Jurusan dan Motivasi Berprestasi 15. Surat Ijin Penelitian (Fakultas)

16. Surat Keterangan/ Ijin (Sekretariat Daerah Provinsi DIY) 17. Surat Izin (Dinas Perizinan Kota Yogyakarta)

(18)

1 A. Latar Belakang

Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang rata-rata berusia 15 sampai 18

tahun merupakan individu yang masuk dalam kategori masa remaja. Sebagai

seorang siswa, remaja menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah. Di

sekolah terjadi suatu proses belajar, baik itu akademik maupun non akademik.

Proses belajar merupakan suatu aktivitas psikis/ mental yang berlangsung

dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman keterampilan dan nilai-sikap.

Perubahan itu relatif konstan atau berbekas (Winkel, 1987).

Proses belajar akademik berupa penyampaian bahan materi ajar mata

pelajaran tertentu oleh guru kepada siswa yang hasilnya akan dievaluasi secara

berkala. Proses belajar non akademik dapat berupa relasi antar individu,

berinteraksi dengan sesama, pengembangan minat dan bakat yang dimiliki

baik bidang seni maupun olahraga, dan lain sebagainya. Siswa diharapkan

agar berhasil dalam setiap proses belajar yang dilaluinya, khususnya

akademik. Hal ini karena proses belajar akademik dapat diukur dengan

melihat nilai-nilai hasil evaluasi belajar yang diperoleh siswa yang kemudian

dilaporkan dalam bentuk buku rapor. Nilai-nilai tersebut yang kemudian akan

(19)

Materi ajar atau mata pelajaran di SMA kemudian akan dikelompokkan

sesuai dengan bidangnya. Hal ini terjadi ketika siswa mulai menuju ke tingkat

selanjutnya yaitu kelas XI. Pengelompokkan ini dikenal dengan penjurusan.

Penjurusan di SMA terdiri atas tiga bagian kelas yaitu Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Bahasa. Namun sebagian

besar SMA terkadang hanya terdiri atas kelas IPA dan IPS saja.

Siswa yang mempunyai kemampuan sains dan ilmu eksakta seperti Fisika,

Kimia, Biologi dan Matematika akan diarahkan pada jurusan IPA. Siswa yang

memiliki kemampuan pada bidang sosial dan ekonomi seperti Ekonomi,

Geografi, Sosiologi dan Sejarah akan diarahkan pada jurusan IPS. Sedangkan

siswa yang memiliki kemampuan dalam bahasa seperti Bahasa Indonesia,

Bahasa Inggris, Bahasa Jepang maupun Antropologi akan diarahkan pada

jurusan Bahasa.

Penjurusan dilakukan sebagai upaya agar lebih mudah dalam membantu

mengarahkan siswa pada pilihannya terutama dalam mempersiapkan karir.

Penjurusan seringkali dilakukan dengan melihat kemampuan akademik siswa.

Jika nilai-nilai siswa yang bersangkutan memenuhi standar yang ditetapkan

sekolah, maka ia dapat diterima di jurusan yang dipilihnya. Akan tetapi,

hingga saat ini masih terdapat image (pandangan umum) dalam masyarakat

bahwa jurusan IPA adalah jurusan yang paling bagus dan memiliki banyak

pilihan dalam karir sehingga siswa berlomba-lomba untuk dapat diterima di

jurusan tersebut, walaupun ada pula siswa yang tidak berpikir demikian.

(20)

menginginkan anaknya diterima di jurusan tersebut sehingga mereka berharap

bahkan menuntut anak agar memiliki nilai yang baik. Selain itu, mereka juga

berharap agar siswa mampu menunjukkan suatu prestasi yang dapat dilihat

dari nilai yang diperoleh.

Perlu diketahui, keberhasilan prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh

beberapa faktor, satu diantaranya yaitu motivasi berprestasi (Djaali, 2008).

Djaali mengartikan motivasi berprestasi sebagai dorongan untuk mengerjakan

suatu tugas dengan sebaik-baiknya berdasarkan standar keunggulan. Motivasi

berprestasi bukan sekadar dorongan untuk berbuat, tetapi mengacu kepada

suatu ukuran keberhasilan berdasarkan penilaian terhadap tugas yang

dikerjakan seseorang.

Siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi menyukai situasi

atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas hasil-hasilnya. Selain

itu, siswa lebih memilih tujuan yang realistis tetapi menantang daripada tujuan

yang terlalu mudah dicapai atau terlalu besar resikonya. Siswa akan mencari

situasi atau pekerjaan di mana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan

nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaannya. Siswa juga

senang bekerja sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain; mampu

menangguhkan pemuasan keinginannya demi masa depan yang lebih baik;

serta tidak tergugah untuk sekadar mendapatkan uang, status, atau keuntungan

lainnya sebagai ukuran keberhasilan (Schwitzgebel & Kalb dalam Djaali,

(21)

Motivasi berprestasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

hubungan sosial siswa dengan orangtua dan hubungan sosial siswa dengan

guru. Orang tua siswa yang percaya bahwa keterlibatan mereka penting dalam

pendidikan anaknya akan ikut terlibat secara aktif dalam perkembangan

pendidikan anaknya dan akan memberikan stimuli intelektual di rumah

(Schneider & Coleman dalam Santrock, 2007).

Di sekolah, peran guru penting dalam pendidikan siswa. Siswa yang

merasa memiliki guru yang suportif dan perhatian akan lebih termotivasi

untuk belajar dibandingkan siswa yang merasa memiliki guru yang tidak

suportif dan tidak perhatian. Oleh karena itu guru harus mengenal minat

maupun kapasitas masing-masing siswa dengan baik.

Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau

aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto dalam Djaali, 2008). Crow dan

Crow (dalam Djaali 2008) mengatakan bahwa minat berhubungan dengan

gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan

dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu

sendiri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minatnya.

Terdapat bermacam-macam jenis minat terutama dalam masa remaja,

salah satunya yaitu minat pada pendidikan. Minat remaja pada pendidikan

sangat dipengaruhi oleh minat mereka pada pekerjaan (Hurlock, 1980). Jika

remaja mengharapkan pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi maka

pendidikan akan dianggap sebagai batu loncatan. Biasanya remaja akan

(22)

bidang pekerjaan yang dipilihnya. Dengan adanya penjurusan di SMA maka

akan semakin mudah bagi siswa dalam memilih jurusan yang sesuai dengan

bidang yang diminatinya. Siswa yang belum mengetahui minatnya akan

mendapatkan bimbingan dari guru serta akan dilakukan suatu tes psikologi

sebagai bahan pertimbangan.

Siswa yang memiliki minat terhadap jurusan akan mampu meningkatkan

motivasinya untuk berprestasi. Hal ini didukung dengan penelitian yang

menyebutkan bahwa ada hubungan antara minat dan motivasi berprestasi.

Hartaji (2009) melakukan penelitian mengenai motivasi berprestasi pada

mahasiswa yang berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua dan salah satu

tujuannya ingin mendapatkan penjelasan tentang gambaran motivasi

berprestasi pada mahasiswa yang berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua.

Hasil penelitian tersebut menggambarkan motivasi berprestasi subyek, yaitu

kurang tanggung jawab terhadap kuliah, tidak ada pertimbangan resiko,

penyelesaian tugas tidak efektif, kreatif, dan inovatif, dan tidak memanfaatkan

waktu untuk belajar. Hal ini berarti bahwa anak yang berkuliah tidak sesuai

dengan minatnya menyebabkan rendahnya motivasi berprestasi sehingga

dapat berakibat buruk terhadap prestasi akademiknya.

Utami (2007), peneliti lainnya melihat hubungan antara persepsi tata ruang

kuliah dan motivasi berprestasi dengan minat belajar mahasiswa Program

Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret. Salah satu hasil

(23)

berprestasi dengan minat belajar mahasiswa Program Pendidikan Teknik

Bangunan Universitas Sebelas Maret.

SMA Bopkri Dua Yogyakarta ikut memperhatikan minat dan hasil dari tes

psikologi sebagai bahan pertimbangan dalam memilih jurusan. Akan tetapi,

hasil prestasi akademis tetap menjadi hal yang utama dalam menentukan

jurusan siswa. Siswa yang nilai akademisnya tidak memenuhi standar yang

ditetapkan sekolah tidak dapat diterima di jurusan yang dipilihnya.

Berdasarkan penelitian Hartaji dan Utami di atas, siswa yang tidak memiliki

minat pada jurusannya cenderung kurang memiliki motivasi untuk berprestasi

sehingga penentuan jurusan berdasarkan nilai saja dapat mengakibatkan hasil

belajar yang diperoleh kurang maksimal. Berdasarkan hal tersebut peneliti

ingin melihat apakah ada hubungan antara minat terhadap jurusan dengan

motivasi berprestasi pada siswa kelas XII SMA Bopkri Dua Yogyakarta. Jika

terbukti berkorelasi maka hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

pihak sekolah untuk menyertakan minat siswa dalam penentuan jurusan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin melihat apakah ada

hubungan antara minat terhadap jurusan dan motivasi berprestasi pada siswa

(24)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara minat terhadap

jurusan dan motivasi berprestasi pada siswa kelas XII SMA Bopkri Dua

Yogyakarta.

D. Manfaat

Penelitian yang dilakukan memiliki manfaat baik secara praktis maupun

secara teoritis.

1. Teoritis

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan pengetahuan

di bidang psikologi mengenai motivasi terutama motivasi berprestasi di

dalam lingkup sekolah dalam hubungannya dengan minat terhadap

jurusan.

2. Praktis

Pada penelitian ini apabila dapat dibuktikan adanya hubungan antara

minat terhadap jurusan dan motivasi berprestasi diharapkan siswa dapat

menumbuhkan minat terhadap jurusan sehingga dapat menghasilkan suatu

(25)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Motivasi Berprestasi

1. Pengertian Motivasi

Kata motivasi sudah sering kali didengar dalam kehidupan sehari-hari.

Kata motivasi digunakan untuk menggambarkan suatu dorongan,

kebutuhan, atau keinginan untuk melakukan sesuatu. Kata motivasi dapat

diterapkan pada tingkah laku dalam berbagai situasi. Salah satu kegunaan

konsep motivasi adalah menggambarkan kecenderungan umum seseorang

dalam usahanya mencapai tujuan tertentu. Motivasi sering dilihat sebagai

sifat-sifat kepribadian yang relatif stabil (Djiwandono, 2006).

Motivasi menurut Suryabrata (1984 dalam Djaali, 2008) adalah

keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Sementara itu

Djaali (2008) menyebutkan bahwa motivasi adalah kondisi fisiologis dan

psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan). Dari

beberapa pengertian motivasi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi

adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang relatif stabil yang

mendorong seseorang melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai suatu

(26)

2. Pengertian Motivasi Berprestasi

Dalam psikologi pendidikan, motivasi yang paling penting adalah

motivasi berprestasi dimana seseorang cenderung berjuang untuk

mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk

tujuan sukses atau gagal. Hal tersebut diungkapkan oleh McClelland dan

Atkinson (dalam Djiwandono, 2006). Remaja-remaja yang termotivasi

untuk berprestasi akan tetap melakukan tugas lebih lama ketika mendapat

tugas dari sekolah daripada remaja-remaja yang kurang berprestasi.

Bahkan sesudah mereka mengalami kegagalan, mereka akan

menghubungkan kegagalannya dengan tidak atau kurang berusaha. Jika

mereka gagal, mereka akan berusaha lebih keras lagi sampai sukses

(Weiner, 1980 dalam Djiwandono, 2006). Remaja yang memiliki motivasi

berprestasi yang tinggi cenderung sukses dalam melakukan tugas di

sekolah (Wendt, 1955; French dan Thomas, 1958; Kestenbaum, 1970

dalam Djiwandono, 2006).

Heckhausen (dalam Djaali, 2008) mengemukakan bahwa motivasi

berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang

selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara

kemampuannya setinggi mungkin untuk semua aktivitas dan menggunakan

standar keunggulan. Standar keunggulan ini terdiri atas stantar keunggulan

tugas, standar keunggulan diri, dan standar keunggulan siswa lain. Standar

keunggulan tugas adalah standar yang berhubungan dengan pencapaian

(27)

berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibandingkan

prestasi yang pernah dicapai selama ini. Standar keunggulan siswa lain

adalah standar keunggulan yang berhubungan dengan pencapaian prestasi

yang lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi yang dicapai oleh siswa

lain.

Kemudian, Djaali (2008) mengartikan motivasi berprestasi sebagai

dorongan untuk mengerjakan suatu tugas sebaik-baiknya berdasarkan

standar keunggulan. Motivasi berprestasi bukan sekadar dorongan untuk

berbuat, tetapi mengacu kepada suatu ukuran keberhasilan berdasarkan

penilaian terhadap tugas yang dikerjakan seseorang.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa motivasi berprestasi

adalah dorongan yang dimiliki oleh diri individu untuk mencapai prestasi

atau sukses dan memiliki kecenderungan untuk menghindari kegagalan.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi

Santrock (2007) mengungkapkan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi motivasi berprestasi siswa yaitu:

a. Hubungan sosial dengan orang tua

Orang tua dengan pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mungkin

percaya bahwa keterlibatan mereka dalam pendidikan anak adalah

penting. Mereka lebih mungkin untuk berpartisipasi dalam pendidikan

anak dan memberi stimuli intelektual di rumah (Schneider & Coleman,

(28)

untuk orang lain atau untuk sesuatu yang lain ketimbang untuk

anaknya, motivasi anak mungkin akan menurun tajam. Prestasi siswa

dapat menurun apabila mereka tinggal dalam keluarga single parent,

tinggal bersama orang tua yang waktunya dihabiskan untuk bekerja,

dan tinggal dalam keluarga besar.

b. Hubungan sosial dengan teman sebaya

Siswa dapat membandingkan dirinya sendiri dengan teman sebaya

mereka secara akademik dan sosial (Ruble, 1983). Perbandingan sosial

yang positif biasanya menimbulkan penghargaan diri yang lebih tinggi,

sedangkan perbandingan negatif menurunkan penghargaan diri. Siswa

lebih mungkin membandingkan diri mereka dengan siswa yang juga

setara dengan mereka dalam hal usia, kemampuan dan minat. Siswa

yang diterima oleh teman sebayanya dan punya keahlian sosial yang

baik seringkali lebih bagus belajarnya di sekolah dan memiliki

motivasi akademik yang positif (Asher & Coie, 1990; Wentzel, 1996).

c. Hubungan sosial dengan guru

Nel Noddings (1992, 1998, 2001) percaya bahwa siswa

kemungkinan besar akan berkembang menjadi manusia yang kompeten

apabila mereka merasa diperhatikan. Karenanya guru harus mengenal

minat maupun kapasitas masing-masing siswa dengan baik. Para

periset menemukan bahwa siswa yang merasa memiliki guru yang

suportif dan perhatian akan lebih termotivasi untuk belajar dibanding

(29)

perhatian (dalam McCombs, 2001; Newman, 2002; Ryan & Deci,

2000).

d. Status sosioekonomi dan etnisitas

Sandra Graham (1986, 1990) telah melakukan sejumlah studi yang

bukan hanya mengungkapkan peran status ekonomi yang lebih kuat

daripada peran etnisitas dalam mempengaruhi prestasi, tetapi juga

mengungkapkan arti penting dari pengkajian motivasi siswa etnis

minoritas dalam konteks teori motivasi umum. Dalam sebuah studi

dimana partisipannya terutama adalah siswa etnis minoritas dari

keluarga berpendapatan rendah, kelas yang mampu memotivasi siswa

menguasai materi dan memberi dukungan yang cukup ternyata

memengaruhi peningkatan motivasi siswa untuk belajar dan membantu

menghindarkan adanya tekanan emosional yang mengganggu proses

belajar mereka (Strobel, 2001). Tantangan utama bagi banyak siswa

dari etnis minoritas, khususnya mereka yang dari keluarga miskin,

adalah soal prasangka rasial, konflik antara nilai kelompok mereka

dengan kelompok mayoritas, dan kurangnya orang dewasa yang

berprestasi tinggi dalam kelompok kultural mereka yang dapat

bertindak sebagai model peran positif (McLoyd, 2000; Spencer &

Markstrom-Adams, 1990).

e. Gender

Diskusi mengenai gender dan motivasi difokuskan pada bagaimana

(30)

Keyakinan yang berkaitan dengan soal kompetensi yang dianut para

siswa pria dan wanita berbeda-beda menurut konteks prestasi.

misalnya, siswa pria lebih punya keyakinan kompetensi yang lebih

tinggi daripada wanita dalam pelajaran matematika dan olahraga,

sedangkan siswa wanita memiliki keyakinan yang lebih tinggi dalam

pelajaran bahasa inggris, membaca, dan aktivitas sosial. Perbedaan ini

semakin bertambah setelah masa puber (Eccles, dkk., 1993). Jadi,

sejauh mana siswa pria dan wanita mencapai prestasi masih

dipengaruhi oleh stereotip peran gender.

4. Ciri-ciri Motivasi Berprestasi

Menurut McClelland (1985), individu yang memiliki motivasi

berprestasi yang tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tanggung Jawab Pribadi

Individu dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi menyukai

situasi yang memungkinkan mereka untuk mengambil tanggung jawab

secara pribadi atas karyanya. Mereka akan memperoleh suatu kepuasan

pribadi atas prestasinya maupun atas pengerjaan sesuatu yang lebih

baik. Bagi individu dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi, yang

terpenting adalah hasil dari ketrampilan dan usaha mereka.

b. Kebutuhan Akan Umpan Balik Hasil Pekerjaan

Secara teoritis, individu dengan kebutuhan berprestasi tinggi lebih

(31)

memperoleh umpan balik. Umpan balik yang dimaksud adalah umpan

balik yang mencerminkan kualitas pekerjaan mereka secara akurat dan

spesifik. Mereka ingin mengetahui seberapa baik hasil pekerjaan

mereka sehingga mereka dapat menikmati pengalaman dalam

membuat kemajuan dari tujuan selanjutnya.

c. Keinovatifan

Melakukan sesuatu yang lebih baik sering diartikan dengan

melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda dari sebelumnya. Hal

tersebut menyebabkan ditemukannya suatu cara yang berbeda, lebih

singkat, atau lebih efisien untuk mencapai tujuan. Mereka lebih suka

mencari informasi baru untuk menemukan cara yang lebih baik dalam

mengerjakan sesuatu. Mereka selalu cenderung untuk bergerak dari

pengerjaan sesuatu hal ke pengerjaan sesuatu hal yang lain dengan

tantangan yang lebih banyak. Individu dengan kebutuhan berprestasi

tinggi akan lebih aktif mencari informasi baru daripada individu yang

memiliki motivasi berprestasi yang rendah.

d. Ketekunan

Individu yang memiliki kebutuhan berprestasi yang tinggi

cenderung untuk tekun dalam mengerjakan tugas tersebut hingga

selesai. Subyek dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan tekun

lebih lama saat mereka mulai menemui kegagalan pada tugas yang

(32)

e. Resiko atau Kesulitan yang Moderat

Individu dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi menyukai tugas

yang mempunyai tingkat kesulitan yang moderat. Dalam kesulitan

tersebut mereka akan bekerja keras hingga tugas yang dihadapinya

selesai. Kesulitan tersebut tidak terlalu rendah sehingga ia dapat

mengatasinya dengan mudah, ataupun terlalu tinggi hingga sulit bagi

mereka untuk mencapainya. Mereka terlihat berhati-hati sekali dalam

mengukur tujuan mereka supaya mereka dapat mencapai tujuan

dengan baik. Mereka menyukai tujuan yang mensyaratkan seluruh

usaha dan melatih semua kemampuan mereka. Mereka juga menyukai

tugas yang memberikan kesempatan pada mereka untuk

mengerjakannya dengan lebih baik.

B. Minat terhadap Jurusan

1. Pengertian Minat

Minat adalah rasa lebih suka atau rasa ketertarikan pada suatu hal atau

aktivitas tanpa ada yang menyuruh (Slameto dalam Djaali, 2008). Minat

pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri

dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,

semakin besar minatnya. Crow dan Crow (dalam Djaali, 2008)

mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang

mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang,

(33)

Dalam kamus psikologi, Chaplin (1989) menyebutkan bahwa minat

dapat diartikan sebagai:

a. Suatu sikap yang berlangsung terus menerus yang memberi pola pada

perhatian seseorang sehingga membuat dirinya selektif terhadap objek

minatnya.

b. Perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas pekerjaan atau objek

itu berharga atau berarti bagi individu.

c. Satu keadaan motivasi atau satu set motivasi yang menuntun tingkah

laku menuju satu arah tertentu.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa minat

merupakan suatu perasaan suka atau tertarik yang diikuti dengan sikap dan

mengarahkan seseorang pada apa yang dilakukannya sehingga seseorang

memberikan perhatian yang lebih pada hal tersebut.

2. Pengertian Jurusan

Menurut Kamus Tesaurus Bahasa Indonesia (Endarmoko, 2006)

penjurusan secara umum merupakan kata benda yang berarti

pembidangan, pengkhususan, spesialisasi. Dalam dunia pendidikan, kata

penjurusan baru ditemukan jika berada di Sekolah Menengah Atas.

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa penjurusan merupakan

pengkhususan suatu bidang pembelajaran baik itu ilmu eksakta, sosial

(34)

Siswa yang mempunyai kemampuan sains dan ilmu eksakta yang baik

akan diarahkan pada jurusan IPA, yang memiliki kemampuan pada bidang

sosial dan ekonomi akan diarahkan pada jurusan IPS, sedangkan yang

memiliki kemampuan dalam bahasa akan diarahkan pada jurusan Bahasa.

Penjurusan dikenal di bangku SMA. Penjurusan itu sendiri dimaksudkan

agar siswa semakin dapat fokus dan mengerti prospek di masa depan

ataupun dapat membantu remaja dalam meraih apa yang dicita-citakan.

Di SMA Bopkri Dua Yogyakarta, penjurusan dilakukan pada kelas XI

dan XII. Program penjurusan dibedakan menjadi Program Penjurusan

Bahasa, IPA dan IPS. Untuk dapat diterima di jurusan tertentu, nilai mata

pelajaran harus memenuhi batas tuntas dari kelompok mata pelajaran pada

tiap penjurusan. Kelompok mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa

Inggris, Bahasa Jepang, dan Antropologi untuk penjurusan Bahasa.

Kelompok mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi untuk

penjurusan IPA. Kelompok mata pelajaran Ekonomi/ Akuntansi, Sejarah,

Sosiologi, dan Geografi untuk penjurusan IPS.

Kriteria penjurusan program studi pada SMA Bopkri Dua Yogyakarta

(anonim) diatur sebagai berikut:

a. Siswa yang dijuruskan pada program tertentu sudah memenuhi

persyaratan kenaikan kelas.

b. Setiap siswa dapat memilih satu program penjurusan.

c. Tidak ada program uji coba dalam penjurusan (pindah program di

(35)

d. Tidak boleh ada nilai mata pelajaran penjurusan di bawah Kriteria

Ketuntasan Minimal/ KKM (harus tuntas).

Adapun pertimbangan penjurusan yaitu:

a. Nilai prestasi akademik semester 2 (genap) pada waktu kenaikan kelas

X ke kelas XI.

b. Angket pilihan program jurusan, sesuai yang diminati siswa dengan

cara mempertimbangkan kemampuan, bakat, dan minat yang dimiliki.

c. Hasil Tes Psikologi.

d. Daya tampung yang tersedia (jumlah kelas).

e. Rekomendasi dari BK dan Wali Kelas.

Nilai prestasi akademik, bakat dan minat siswa, serta hasil tes

psikologi akan dikolaborasikan untuk menerima siswa di jurusan tertentu.

Akan tetapi, nilai prestasi akademik dijadikan sebagai prioritas dalam

pertimbangan penjurusan karena sekolah memiliki standar tertentu dalam

menentukan jurusan. Sebagai contoh, ada siswa yang memiliki minat pada

jurusan IPA. Pada hasil tes psikologi ia disarankan untuk memilih IPA.

Namun, nilai-nilai mata pelajaran yang diperoleh ada yang tidak

memenuhi standar yang ditentukan sekolah. Hal ini berarti siswa tidak

dapat berada di jurusan tersebut dan akan dibantu dipilihkan jurusan yang

(36)

3. Pengertian Minat terhadap Jurusan

Berdasarkan pengertian minat dan jurusan di atas dapat disimpulkan

bahwa minat terhadap jurusan merupakan suatu perasaan suka atau tertarik

terhadap bidang pembelajaran tertentu yang diikuti dengan sikap yang

mengarahkan seseorang pada hal yang dilakukannya dan memberikan

perhatian yang lebih pada hal tersebut.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat

Minat dalam diri individu sangat penting artinya bagi kesuksesan yang

akan dicapai. Individu yang mempunyai minat terhadap suatu objek atau

aktivitas berarti ia telah menetapkan tujuan yang berguna bagi dirinya

sehingga ia akan cenderung untuk menyukainya. Dari sana kemudian,

segala tingkah lakunya menjadi terarah dengan baik dan tujuan pun akan

tercapai.

Crow and Crow (dalam anonim ejurnal) menyebutkan ada beberapa

faktor yang dapat menimbulkan minat yaitu:

a. Faktor dorongan dari dalam, yaitu rasa ingin tahu atau dorongan untuk

menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Dorongan ini dapat

membuat seseorang berminat untuk mempelajari ilmu mekanik,

(37)

b. Faktor motif sosial, yakni minat dalam upaya mengembangkan diri

dari dan dalam ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh hasrat

untuk mendapatkan kemampuan dalam bekerja, atau adanya hasrat

untuk memperoleh penghargaan dari keluarga atau teman.

c. Faktor emosional, yakni minat yang berkaitan dengan perasaan dan

emosi. Misalnya, keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas dan

dapat meningkatkan minat, sedangkan kegagalan dapat menghilangkan

minat seseorang.

Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi minat yaitu faktor dorongan

dari dalam, faktor motif sosial dan faktor emosional. Faktor tersebut juga

ikut berperan dalam minat terhadap jurusan.

5. Karakteristik Minat

Minat merupakan suatu motif internal yang membuat individu

menaruh perhatian pada obyek tertentu. Motif internal ini memiliki

beberapa karakteristik yang dapat dikenali. Ada beberapa karakteristik

minat menurut Witherington (1976) yaitu:

a. Minat timbul dari adanya perasaan senang terhadap suatu objek/ situasi

yang menarik perhatian seseorang.

b. Minat dapat menyebabkan seseorang menaruh perhatian secara sadar,

spontan, mudah, wajar, tanpa dipaksakan, dan selektif.

c. Minat dapat merangsang seseorang untuk mencari objek atau situasi

(38)

d. Minat bersifat personal karena setiap individu memiliki perbedaan

dalam menentukan minatnya dan ini berkaitan dengan kepentingan

pribadi seseorang.

e. Minat dapat bersifat konsisten sepanjang objek yang diminati efektif

bagi individu.

f. Minat bersifat diskriminatif karena dapat membantu seseorang

membedakan hal-hal yang harus dan tidak harus dilakukan sehubungan

dengan minatnya.

g. Minat tidak bersifat bawaan melainkan tumbuh dan berkembang

bersama dengan pengalaman selama perkembangan individu dan minat

juga dapat menjadi sebab dan akibat dari pengalaman.

6. Karakteristik Minat terhadap Jurusan

Berdasarkan karakteristik minat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

karakteristik minat terhadap jurusan yaitu:

a. Adanya perasaan senang terhadap jurusan yang menarik perhatian.

b. Seseorang akan menaruh perhatian secara sadar, spontan, mudah,

wajar, tanpa dipaksakan, dan selektif terhadap jurusan tertentu.

c. Merangsang seseorang untuk mencari tahu tentang jurusan yang

diminati.

d. Bersifat personal karena setiap individu memiliki perbedaan dalam

menentukan minatnya dan berkaitan dengan kepentingan pribadi

(39)

e. Bersifat konsisten selama jurusan yang diminati efektif bagi individu.

f. Bersifat diskriminatif karena dapat membantu seseorang membedakan

hal-hal yang harus dan tidak harus dilakukan sehubungan dengan

minatnya.

g. Tidak bersifat bawaan melainkan tumbuh dan berkembang bersama

dengan pengalaman selama perkembangan individu dan minat juga

dapat menjadi sebab dan akibat dari pengalaman.

C. Siswa Kelas XII SMA Sebagai Remaja

Santrock (2003) mendefinisikan remaja (adolescence) sebagai masa

perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup

perubahan biologis, kognitif dan emosional. Awal masa remaja berlangsung

kira-kira dari 13 tahun sampai 16 tahun atau 17 tahun dan akhir masa remaja

bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara

hukum.

Ada beberapa ciri masa remaja yang membedakannya dengan periode

lainnya. Awal masa remaja merupakan periode yang penting karena terjadi

perkembangan fisik yang cepat dan penting dan juga disertai dengan cepatnya

perkembangan mental individu (Hurlock, 1980). Hurlock juga menyebutkan

bahwa masa remaja merupakan periode peralihan dimana status individu

tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Selain

itu, masa remaja merupakan periode terjadinya perubahan baik fisik maupun

(40)

masalah yang sulit di atasi dan terkadang mereka menemukan

penyelesaiannya namun tidak sesuai dengan harapan mereka sehingga disebut

sebagai usia bermasalah. Masa remaja merupakan masa dimana individu

mulai mencari identitas diri. Masa remaja juga dilihat sebagai usia yang

menimbulkan ketakutan yang mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja

terhadap dirinya sendiri, sebagai masa yang tidak realistik, dan sebagai

ambang masa dewasa.

Periode remaja, sama seperti periode sebelum atau sesudahnya juga

memiliki suatu tugas perkembangan yang harus dilaksanakan. Tugas

perkembangan remaja menurut Havighurst (Hurlock, 1980) yaitu :

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya

baik pria maupun wanita.

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa

lainnya.

f. Mempersiapkan karir ekonomi.

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk

(41)

D. Hubungan Minat terhadap Jurusan dengan Motivasi Berprestasi

Remaja sebagai siswa SMA mendapat tuntutan agar berhasil dalam setiap

proses belajar yang dilaluinya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan prestasi yang

diperolehnya terutama dalam bidang akademik. Prestasi ini terlihat dari

perolehan nilai pada setiap mata pelajaran. Di tingkat selanjutnya, mata

pelajaran tersebut dikelompokkan ke dalam tiga jurusan yaitu IPA, IPS dan

Bahasa.

Siswa harus memenuhi standar yang ditentukan oleh sekolah dalam

perolehan nilai agar dapat diterima di jurusan tertentu. Siswa harus memiliki

nilai yang tinggi pada mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi dan Matematika

untuk diterima di jurusan IPA. Siswa harus memiliki nilai yang tinggi pada

mata pelajaran Ekonomi, Geografi, Sosiologi dan Sejarah untuk diterima di

jurusan IPS. Siswa harus memiliki nilai yang tinggi pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Jepang untuk diterima di

jurusan Bahasa.

Siswa harus memilih salah satu dari tiga jurusan yang ditawarkan. Untuk

itu perlu diketahui dengan pasti apa yang menjadi pilihan siswa. Siswa yang

belum mengetahui pilihannya akan mendapatkan bimbingan dari guru. Selain

itu, hasil dari tes psikologi juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dalam memilih jurusan. Untuk itu guru harus mengenal dengan baik minat dan

kemampuan siswa sehingga dapat membantu siswa dalam memilih jurusan

(42)

Minat adalah rasa lebih suka atau rasa kertarikan pada suatu hal atau

aktivitas tanpa ada yang menyuruh (Slameto dalam Djaali, 2008). Minat siswa

yang satu dengan yang lain pastinya berbeda, termasuk dalam bidang

akademik. Salah satu minat remaja yaitu minat terhadap pendidikan. Minat

terhadap pendidikan di SMA dalam penelitian ini lebih mengutamakan minat

terhadap jurusan.

Siswa yang memiliki minat terhadap jurusan akan memiliki ketertarikan

yang kuat dan konsisten pada jurusan tersebut. Siswa akan memberikan

perhatian yang lebih pada jurusan yang dipilihnya. Hal ini akan membuat

siswa berupaya semaksimal mungkin agar mereka dapat menunjukkan suatu

prestasi pada jurusan yang menjadi minatnya.

Siswa yang memiliki minat akan memperhatikan setiap stimulus yang

diberikan oleh lingkungannya. Di rumah, ketika orang tua memberikan suatu

stimulus yang positif dalam pendidikannya, siswa akan semakin memiliki

dorongan untuk berprestasi. Di sekolah, siswa yang merasa memiliki guru

yang suportif dan perhatian akan lebih termotivasi lagi untuk belajar

dibandingkan dengan siswa yang merasa memiliki guru yang tidak suportif

dan tidak perhatian. Motivasi yang dimaksud disini yaitu motivasi untuk

berprestasi.

Motivasi berprestasi merupakan dorongan untuk mengerjakan suatu tugas

dengan sebaik-baiknya berdasarkan standar keunggulan (Djaali, 2008).

Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan menyukai

(43)

lebih memilih tujuan yang realistis tetapi menantang daripada tujuan yang

terlalu mudah dicapai atau terlalu besar resikonya; mencari situasi atau

pekerjaan di mana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan nyata untuk

menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaannya; senang bekerja sendiri dan

bersaing untuk mengungguli orang lain; mampu menangguhkan pemuasan

keinginannya demi masa depan yang lebih baik; serta tidak tergugah untuk

sekadar mendapatkan uang, status, atau keuntungan lainnya sebagai ukuran

keberhasilan (Schwitzgebel & Kalb dalam Djaali, 2008).

Berikut dapat dilihat hubungan antara minat terhadap jurusan dan

motivasi berprestasi.

Bagan Hubungan antara Minat terhadap Jurusan dan Motivasi Berprestasi

E. Hipotesis

Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini yaitu ada

hubungan positif antara minat terhadap jurusan dan motivasi berprestasi

dimana individu dengan minat yang tinggi terhadap jurusan memiliki motivasi

berprestasi yang tinggi dan individu dengan minat yang rendah terhadap

(44)

27 A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui hubungan antara minat terhadap jurusan dan motivasi

berprestasi pada remaja kelas XII SMA Bopkri Dua Yogyakarta. Penelitian

korelasional digunakan dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan,

signifikansi, dan hubungan arah antara dua variabel (Budi, 2006).

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas : Minat terhadap jurusan.

2. Variabel terikat : Motivasi berprestasi.

C. Definisi Operasional

1. Motivasi berprestasi

Motivasi berprestasi adalah dorongan yang dimiliki individu untuk

mencapai prestasi atau sukses dan kecenderungan untuk menghindari

kegagalan. Ciri-ciri individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi yaitu

mempunyai tanggung jawab pribadi, memiliki kebutuhan akan umpan

balik dari hasil pekerjaan, inovatif, tekun, dan berani ambil resiko atau

(45)

skala motivasi berprestasi. Semakin tinggi skor yang didapat dalam skala

ini, semakin besar pula motivasi berprestasi yang dimiliki subyek. Begitu

pula sebaliknya.

2. Minat terhadap jurusan

Minat terhadap jurusan merupakan suatu perasaan suka atau tertarik

terhadap bidang pembelajaran tertentu yang diikuti dengan sikap yang

mengarahkan seseorang pada hal yang dilakukannya dan memberikan

perhatian yang lebih pada hal tersebut. Ciri-ciri individu yang memiliki

minat terhadap jurusan yaitu merasa senang terhadap jurusan tertentu, menaruh

perhatian secara sadar, spontan, mudah, wajar, tanpa dipaksakan, dan selektif terhadap jurusan tertentu, merangsang untuk mencari tahu tentang jurusan yang diminati, dan bersifat konsisten selama jurusan yang diminati efektif bagi individu. Minat terhadap jurusan diukur dengan menggunakan skala minat terhadap jurusan. Semakin tinggi skor yang didapat dalam skala ini,

semakin besar pula minat yang dimiliki subyek terhadap jurusan. Begitu

pula sebaliknya.

D. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini merupakan siswa kelas XII semester 1 SMA

Bopkri Dua Yogyakarta yang masuk dalam kategori remaja akhir. Siswa kelas

XII dipilih sebagai subyek penelitian karena mereka telah mengalami proses

penjurusan IPA, IPS, atau Bahasa minimal dua semester sehingga dapat

(46)

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini

adalah skala dengan metode Summated Rating yang merupakan penskalaan

model Likert. Model penskalaan ini merupakan metode penskalaan pernyataan

sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai

skalanya (Gable dalam Azwar, 2005).

Penelitian ini menggunakan dua skala yaitu:

1. Skala Minat terhadap Jurusan

Skala minat terhadap jurusan disusun berdasarkan ciri-ciri dari minat

terhadap jurusan. Individu yang memiliki minat terhadap jurusan memiliki

ciri-ciri yaitu merasa senang terhadap jurusan tertentu, menaruh perhatian secara

sadar, spontan, mudah, wajar, tanpa dipaksakan, dan selektif terhadap jurusan tertentu, merangsang untuk mencari tahu tentang jurusan yang diminati, dan bersifat konsisten selama jurusan yang diminati efektif bagi individu.

Skala ini terdiri dari aitem-aitem yang didalamnya terdapat

pernyataan-pernyataan baik favorabel maupun unfavorabel. Distribusi

(47)

Tabel 1

Blue Print Skala Minat Terhadap Jurusan (Sebelum Uji Coba)

Komponen 1. Merasa senang terhadap

jurusan tertentu. 2. Menaruh perhatian secara

sadar, spontan, mudah,

4. Bersifat konsisten selama jurusan yang diminati

Dalam skala ini, responden akan diminta untuk menyatakan kesesuaian

atau ketidaksesuaiannya terhadap isi pernyataan dalam empat macam

kategori jawaban, yaitu Tidak Pernah (TP), Kadang-kadang (KK),

Seringkali (SK), dan Selalu (SL). Pada aitem-aitem favorable jawaban

Tidak Pernah (TP) mendapat nilai 1, Kadang-kadang (KK) mendapat nilai

2, Seringkali (SK) mendapat nilai 3, serta Selalu (SL) mendapat nilai 4.

Sebaliknya, untuk aitem-aitem yang unfavorable Tidak Pernah (TP)

mendapat nilai 4, Kadang-kadang (KK) mendapat nilai 3, Seringkali (SK)

mendapat nilai 2, serta Selalu (SL) mendapat nilai 1.

2. Skala Motivasi Berprestasi

Skala motivasi berprestasi disusun berdasarkan ciri-ciri dari motivasi

(48)

akan umpan balik dari hasil pekerjaan, inovatif, tekun, dan berani ambil

resiko atau kesulitan yang moderat.

Skala ini terdiri dari aitem-aitem yang didalamnya terdapat

pernyataan-pernyataan baik favorabel maupun unfavorabel. Distribusi

aitem dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2

Blue Print Skala Motivasi Berprestasi (Sebelum Uji Coba)

Komponen Aitem

Dalam skala ini, responden akan diminta untuk menyatakan kesesuaian

atau ketidaksesuaiannya terhadap isi pernyataan dalam empat macam

kategori jawaban, yaitu Tidak Sesuai (TS), Kurang Sesuai (KS), Sesuai

(S) dan Sangat Sesuai (SS) yang akan digunakan pada skala minat

terhadap jurusan. Pada aitem-aitem favorable jawaban Tidak Sesuai (TS)

mendapat nilai 1, Kurang Sesuai (KS) mendapat nilai 2, Sesuai (S)

mendapat nilai 3, serta Sangat Sesuai (SS) mendapat nilai 4. Sebaliknya,

(49)

Kurang Sesuai (KS) mendapat nilai 3, Sesuai (S) mendapat nilai 2, serta

Sangat Sesuai (SS)mendapat nilai 1.

F. Uji Coba Alat Ukur

Uji coba alat ukur dilakukan sebelum melakukan penelitian. Uji coba alat

ukur ini dilakukan pada siswa kelas XII SMA Bopkri Dua Yogyakarta. Pada

SMA Bopkri Dua, kelas XII terdiri atas sembilan kelas dengan pembagian

empat kelas IPA, empat kelas IPS dan satu kelas Bahasa. Peneliti

menggunakan empat kelas sebagai kelas uji coba yaitu siswa kelas XII IPA

III, XII IPA IV, XII IPS I, dan XII IPS II. Uji coba alat ukur dilaksanakan

pada bulan September 2009.

Proses uji coba alat ukur dilakukan oleh guru mata pelajaran yang saat itu

sedang mengajar di kelas yang bersangkutan. Peneliti dibantu oleh Guru BK

dalam melakukan pengkoordinasian dengan para guru tersebut. Proses uji

coba alat ukur kurang lebih selama dua minggu karena disesuaikan dengan

jadwal mata pelajaran yang sekiranya luang dan dapat digunakan dalam proses

penelitian. Dari 94 ekslempar yang peneliti berikan kepada guru BK, yang

kembali sejumlah 87 ekslempar, yang dapat digunakan sebanyak 73 ekslempar

(50)

G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen

pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (Santosa dan Ashari,

2005). Validitas yang digunakan oleh peneliti adalah validitas isi (content

validity).

Validitas isi menunjukkan tingkat seberapa besar aitem-aitem di

instrumen mewakili konsep yang diukur. Validitas isi memuat tes yang

menguji isi yang relevan dengan tujuan yang akan diukur. Jika instrumen

yang digunakan secara cukup mencakup topik yang sudah didefinisikan

sebagai dimensi-dimensi dan elemen-elemen yang relevan

menggambarkan konsepnya, maka dapat dikatakan bahwa instrumen

tersebut mempunyai validitas isi yang baik (Jugiyanto, 2008).

Validitas isi dari skala ini diselidiki dengan bantuan dari dosen

pembimbing sebagai professional judgement dengan cara melihat apakah

aitem-aitem yang telah disusun sesuai dengan indikator perilaku yang

hendak diungkapkan. Setelah aitem-aitem tersebut dinyatakan sesuai maka

peneliti melakukan uji coba alat ukur penelitian.

2. Seleksi Aitem

Seleksi aitem dilakukan setelah melakukan uji coba alat ukur. Hal ini

dilakukan untuk melihat apakah aitem-aitem tersebut dapat digunakan

(51)

aitem dihitung dengan bantuan SPSS for windows 16 dengan melihat

Cronbach’s Alpha if Aitem Deleted.

Bila ada aitem pada kolom Cronbach’s Alpha if Aitem Deleted yang

memberi nilai koefisien lebih tinggi dari nilai Alpha Cronbach

keseluruhan, maka aitem tersebut sebaiknya dihilangkan atau direvisi

(Uyanto, 2009). Peneliti menggunakan nilai aitem pada kolom Cronbach’s

Alpha if Aitem Deleted yang nilai koefisien lebih rendah atau sama dengan

nilai Alpha Cronbach keseluruhan sebagai aitem yang lolos seleksi.

Pada Skala Minat terhadap Jurusan, dari 52 aitem uji coba terdapat 9

aitem yang gugur dengan koefisien konsistensi internal alpha = 0.905.

Distribusi aitem yang sahih dan gugur dapat dilihat dalam tabel 3 berikut.

Tabel 3

Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Minat terhadap Jurusan

(52)

Tabel 4

Blue Print Skala Minat terhadap Jurusan (Setelah Uji Coba)

Komponen 1. Merasa senang terhadap

jurusan tertentu.

Ket: Nomor yang berada di dalam kurung adalah nomor aitem sebelum uji coba skala penelitian.

Pada skala motivasi berprestasi dari 50 aitem uji coba terdapat 14

aitem yang gugur dengan koefisien konsistensi internal alpha = 0.938.

(53)

Tabel 5

Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Motivasi Berprestasi

Komponen Aitem Sahih Aitem Gugur Total

Blue Print Skala Motivasi Berprestasi (Setelah Uji Coba)

Komponen Aitem

(54)

3. Reliabilitas

Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil

ukur, yang mengandung makna pengukuran. Pengukuran yang tidak

reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena

perbedaan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan oleh faktor

eror (kesalahan) daripada faktor perbedaan sesungguhnya. Pengukuran

yang tidak reliabel tentu tidak akan konsisten pula dari waktu ke waktu

(Azwar, 2007).

Pendekatan yang digunakan dalam perhitungan reliabilitas alat tes ini

adalah koefisien Alpha Cronbach, sebab koefisien alpha mempunyai nilai

praktis dan koefisien yang tinggi karena hanya dilakukan satu kali dalam

kelompok subyek (Azwar, 2007). Pada umumnya, reliabilitas telah

dianggap memuaskan bila koefisiennya (rxx’) semakin mendekati 1.

Reliabilitas alat ukur ini diselidiki dengan bantuan program yang

terdapat pada SPSS for Windows 16 dengan teknik Alpha Cronbach. Pada

skala Minat terhadap Jurusan diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.875

dari 43 aitem, yang berarti skala ini reliabel. Pada skala Motivasi

Berprestasi diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.916 dari 36 aitem,

(55)

H. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan tujuan untuk mengolah data hasil

penelitian yang masih berupa data kasar menjadi data yang lebih mudah

dibaca dan diinterpretasikan.

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi

sebaran variabel bebas dan variabel tergantung bersifat normal atau

tidak. Uji normalitas data penelitian ini menggunakan program yang

terdapat pada SPSS for Windows 16. Asumsi uji normalitas adalah jika

p > 0,05 maka sebaran yang diperoleh adalah normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara

variabel bebas dan variabel tergantung merupakan garis lurus atau

tidak. Uji linearitas menggunakan program yang terdapat pada SPSS

for Windows 16. Asumsi uji linearitas adalah jika p < 0,05 maka

hubungan antara kedua skala adalah linier

2. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji linearitas maka selanjutnya

adalah melakukan analisis data. Dalam penelitian ini menggunakan

analisis korelasi Pearson Product Moment pada SPSS for Windows 16

(56)

39 A. Pelaksanaan Penelitian

Tahap awal penelitian, peneliti membawa surat ijin dari Dekan Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma dengan nomor surat

075/D/Psi/USD/IX/2009 beserta proposal penelitian yang ditujukan kepada

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Cq Kepala Biro Administrasi

Pembangunan Provinsi DIY. Surat ijin tersebut kemudian ditindaklanjuti dan

peneliti memperoleh tembusan surat pengantar penelitian untuk diberikan ke

Dinas Perizinan Pemerintahan Kota Yogyakarta dengan nomor surat

070/4266. Dari Dinas Perizinan Pemerintahan Kota Yogyakarta, peneliti

kembali mendapatkan surat ijin dan membawa surat tembusan ke SMA Bopkri

Dua Yogyakarta dengan nomor surat 070/1918 – 5155/34. Dengan demikian

peneliti mendapatkan ijin secara resmi dari pihak sekolah. Surat ijin tersebut

digunakan untuk keperluan uji coba alat ukur dan penelitan. Dari pihak

sekolah menyerahkan proses uji coba dan penelitian ini kepada Guru BK

sehingga peneliti berhubungan secara langsung dengan Guru BK tersebut.

Penelitian dilaksanakan di SMA Bopkri Dua Yogyakarta. SMA Bopkri

Dua Yogyakarta terletak di Jalan Jendral Sudirman No. 87 yang merupakan

jalan protokol di kota Yogyakarta, berdekatan dengan Hotel, Rumah Sakit,

Bank dan Pusat Pertokoan. Penelitian dilaksanakan di lima kelas yaitu kelas

(57)

dikarenakan empat kelas lainnya telah digunakan dalam uji coba alat ukur.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2009.

Sama seperti uji coba alat ukur, proses penelitian juga dilakukan oleh guru

mata pelajaran yang saat itu sedang mengajar di kelas yang bersangkutan.

Peneliti dibantu oleh Guru BK dalam melakukan pengkoordinasian dengan

para guru tersebut. Proses penelitian kurang lebih selama dua minggu karena

disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran yang sekiranya luang dan dapat

digunakan dalam proses penelitian. Dari104 ekslempar yang peneliti berikan

kepada guru BK, yang kembali sejumlah 87 ekslempar, yang dapat digunakan

sebanyak 69 ekslempar, yang gugur sebanyak 13 ekslempar, dan yang kosong

sebanyak 6 ekslempar.

B. Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek penelitian terdiri atas siswa kelas XII IPA I, XII IPA II, XII IPS

III, XII IPS IV, dan XII Bahasa. Berdasarkan identitas subyek, tabel 7

menyajikan gambaran mengenai subyek penelitian.

Tabel 7

Jenis kelamin Laki-laki 43

Perempuan 26

Usia 16 tahun 6

17 tahun 54

18 tahun 8

(58)

Dari data terlihat bahwa dari 69 siswa terdapat paling banyak siswa berada

di jurusan XII IPS dengan jumlah 36 siswa, yang lainnya berada di kelas XII

IPA dengan jumlah 27 siswa dan enam siswa di kelas XII Bahasa.

Berdasarkan jenis kelamin subyek penelitian, terdapat 43 siswa laki-laki dan

26 siswa perempuan. Ditinjau dari segi usia, rata-rata subyek berusia 17 tahun

dengan total 54 siswa, lainnya delapan siswa berusia 18 tahun, enam siswa

berusia 16 tahun dan satu siswa berusia 19 tahun.

C. Deskripsi Data penelitian

Dari hasil penelitian, diperoleh deskripsi statistik data empiris yang dapat

dilihat pada tabel 8.

Tabel 8

Deskripsi Statistik Data Empiris

Minat terhadap Jurusan

X min X max Mean SD

110 163 135.09 10.898

Motivasi Berprestasi 76 141 109.12 13.859

Dari data dapat diketahui bahwa X min empiris atau jumlah skor minimal

yang diperoleh subyek pada minat terhadap jurusan sebesar 110 dan X max

empiris atau jumlah skor maksimal yang diperoleh subyek sebesar 163. Mean

empiris atau rata-rata skor subyek 135.09 dan standar deviasinya sebesar

10.898. Sedangkan pada skala motivasi berprestasi diketahui bahwa X min

empiris atau jumlah skor minimal yang diperoleh subyek sebesar 76 dan X

(59)

Mean empiris atau rata-rata skor subyek 109.12 dan standar deviasinya

sebesar 13.859.

Untuk mengetahui kecenderungan variabel bebas (minat terhadap jurusan)

dan tingkat variabel tergantung (motivasi berprestasi) subyek penelitian,

dilakukan uji signifikansi perbedaan yaitu antara mean empiris dan mean

teoritis. Mean empiris adalah rata-rata skor data penelitian. Mean empiris

diperoleh dari angka yang merupakan rata-rata data hasil penelitian. Mean

teoritik adalah rata-rata dari alat ukur penelitian. Mean teoritik ini diperoleh

dari angka yang menjadi titik tengah alat ukur penelitian.

Pada minat terhadap jurusan, diperoleh jarak sebaran 43 (43 x 1) s/d 172

(43 x 4) dengan luar jarak sebaran 129 (172 - 43). Sehingga diperoleh mean

teoritik 107.5 (43 + 129/2). Pada motivasi berprestasi, diperoleh jarak sebaran

36 (36 x 1) s/d 144 (36 x 4) dengan luar jarak sebaran 108 (144 - 36).

Sehingga diperoleh mean teoritik 90 (36 + 108/2).

Berikut disajikan mean teoritis, mean empiris, dan standar deviasi hasil

penelitian pada data 9.

Tabel 9

Mean Teoritis, Mean Empiris dan Standar Deviasi

Minat terhadap Jurusan

Mean Empiris Mean Teoritik SD

135.09 107.5 10.898

Motivasi Berprestasi 109.12 90 13.859

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa mean empiris minat

terhadap jurusan lebih besar dari mean teoritiknya (135.09 > 107.5). Ini

(60)

cenderung tinggi. Demikian pula dengan motivasi berprestasi, mean

empirisnya lebih besar daripada mean teoritiknya (109.12 > 90). Ini

menandakan bahwa subyek penelitian memiliki motivasi berprestasi yang

cenderung tinggi.

D. Analisis Data Penelitian

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan program SPSS for

Windows 16 diperoleh data seperti pada tabel 10.

Tabel 10

Hasil Uji Normalitas Data Minat terhadap Jurusan dan Motivasi Berprestasi

Variabel KS-test Asymp. Sig Sebaran Minat terhadap Jurusan 0.519 0.951 Normal Motivasi Berprestasi 1.016 0.253 Normal

Nilai Kolmogorov-Smirnov Test pada variabel minat terhadap

jurusan adalah sebesar 0.519 dengan p lebih besar dari 0.05 (0.951 >

0.05). Dari data tersebut terlihat bahwa distribusi pada skala minat

terhadap jurusan terbukti tidak menyimpang dari distribusi normal.

Pada variabel motivasi berprestasi, nilai Kolmogorov-Smirnov Test

adalah sebesar 1.016 dengan p lebih besar dari 0.05 (0.253 > 0.05).

Dari data tersebut terlihat bahwa distribusi pada skala motivasi

(61)

b. Uji Linieritas

Dari hasil uji linieritas dengan menggunakan program SPSS for

Windows 16 diperoleh data seperti pada tabel 11.

Tabel 11 Linearity 21.188 0.000 Deviation from

Linearity

0.566 0.945

Hasil dari uji linieritas menunjukkan bahwa antara variabel Minat

terhadap Jurusan dan Motivasi Berprestasi menunjukkan garis linier

dengan signifikansi 0.000 (p < 0.05) dan harga F linieritas sebesar

21.188. Dengan demikian membuktikan bahwa ada hubungan yang

bersifat linier antara minat terhadap jurusan dengan motivasi

berprestasi.

2. Uji Hipotesis

Dari hasil uji hipotesis dengan menggunakan program SPSS for

Windows 16 diperoleh data seperti pada tabel 12.

Tabel 12

Hasil Uji Hipotesis Korelasi Pearson Product Moment antara Minat terhadap Jurusan dan Motivasi Berprestasi

Korelasi P Signifikansi

(1-tailed)

Gambar

Tabel 1 Blue Print Skala Minat Terhadap Jurusan (Sebelum Uji Coba)
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4 Blue Print Skala Minat terhadap Jurusan (Setelah Uji Coba)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan2. memberikan kesempatan kepada peserta didik

Hasil penelitian (T-test) diperoleh bahwa variabel terdapat tiga variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikatnya yaitu return saham

K€cukupan dan kemutakhiran data/tnrorha5i dao metodoto€ {30%)d. &amp;lengkapan unsurdan

Dalam lingkup pendidikan, semangat penguatan pendidikan karakter paling tidak dapat dicermati dari Pidato Menteri Pendidikan Nasional pada peringatan Hari Pendidikan

Bersama ini saya mohon kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya mengenai “ PERBANDINGAN KONSISTENSI GARIS E RICKETTS DAN GARIS S

Sedangkan service quality (kualitas layanan) tidak mempunyai hubungan kausal yang signifikan terhadap loyalitas konsumen , sehingga kualitas layanan tidak dapat mempengaruhi

Kelompok pertama, kelompok masyarakat yang belum memiliki kesadaran atau kepedulian dalam pengelolaan air limbah. Kelompok ini masih menjadi mayoritas di Kabupaten

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa senyawa flavonoid hasil isolasi pada konsentrasi 0,6% dan 0,8% memiliki aktivitas mukolitik yang setara dengan