i SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Paulina Diah Rahayu Puspita Sari 059114053
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
A lmamaterku F akultas Psikologi U niversitas S anata D harma Y ogyakarta S emoga karya ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya
S ahabat-sahabatku yang selalu ada dalam suka dan duka T rim’s atas segala dukungannya
K eluarga besarku tercinta B apak D jumal, Ibu M artha, M az Iwan + M ba D hin + A xel + S heryl, M ba U lie, B ang Y onz
Y ang selalu mendukung dan berharap karya ini cepat selesai
J esus C hrist my L ord
v
member i kekuat an kepad aku ( Fil ipi 4 :13 )
Satukan karya dan cipta Wujudkan smangat yang baru Kuhancurkan semua keraguan hati Tunjukkan pada dunia Kita mampu tuk berkembang
Awali dengan ceria (HOI, Siesen Insadha 2007)
Never Gi ve Up in despair Nor t hi nk you are t hrough For t here’ s always a
t omorrow, A chance t o st art a new
L i f e i s a j ou r ney , i t has t o be compl et ed L i f e i s a bat t l e, i t has t o be f i ni s hed L i f e i s a pi l g r i mag e, i t ha s t o be concl u ded L i f e i s a r a ce, i t has t o be w on L i f e i s a g i f t , i t has t o be l i v ed
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara minat terhadap jurusan dan motivasi berprestasi pada siswa kelas XII SMA BOPKRI Dua Yogyakarta. Hipotesis yang diajukan untuk penelitian ini adalah ada hubungan positif antara minat terhadap jurusan dan motivasi berprestasi. Subyek penelitian ini adalah 69 siswa kelas XII semester I SMA BOPKRI Dua Yogyakarta yang terdiri atas 36 siswa kelas XII IPS, 27 siswa kelas XII IPA dan enam siswa di kelas XII Bahasa. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Minat terhadap Jurusan dan Skala Motivasi Berprestasi. Reliabilitas skala alat ukur diuji dengan teknik koefisien Alpha Cronbach. Pada skala Minat terhadap Jurusan diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.875 dari 43 aitem dan pada skala Motivasi Berprestasi diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.916 dari 36 aitem. Data dianalisis dengan teknik korelasi Pearson Product Moment.
Hasil analisis data menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.532 dan nilai signifikansi antara minat terhadap jurusan dan motivasi berprestasi sebesar 0.000 (p<0.01). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara minat terhadap jurusan dan motivasi berprestasi pada siswa kelas XII SMA BOPKRI Dua Yogyakarta diterima.
viii
ABSTRACT
This study aimed to determine the relation between interest of classes and need of achievement to the students of 12th graders at SMA BOPKRI Dua Yogyakarta. The hypothesis proposed in this study was that there was a positive relation between interest of classes and need of achievement. The subject of this study were 69 students of 12th graders in 1st semester at SMA BOPKRI Dua Yogyakarta with 36 students of 12th graders at IPS’s classes, 27 students of 12th graders at IPA’s classes, and 6 students of 12th graders at Bahasa’s classes. Collection of data used in this study was interest of classes scales and need of achievement scales. Reliability of scales tested using reliability coefficient Alpha Cronbach. Realibility coefficient interest of classes scales was 0.875 of 43 items and realibility coefficient of need of achievement scales was 0.916 of 36 items. The results of this study analyzed using Pearson Product Moment correlation techniques. The results showed the values of correlation coefficient (r) of 0.532 and 0.000 level of significance (p <0.01). According to these results, the hypothesis that there was a positive relation between interest of classes and need of achievement to the students of 12th graders at SMA BOPKRI Dua Yogyakarta was accepted.
x
membimbing penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. Penulis juga menyadari bahwa dalam proses pengerjaan skripsi ini penulis didukung oleh berbagai pihak yang dengan tulus dan senang hati membantu penulis. Oleh karena itu, penulis dengan tulus ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang sangat berperan dalam proses pengerjaan skripsi ini dan juga dalam kehidupan penulis :
1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku mantan Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan fasilitas-fasilitas dan berbagai kemudahan dalam menyelesaikan skripsi dan kegiatan akademik.
2. Ibu Y. Titik Kristiyani., S.Psi., M.Psi selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar memberikan arahan, masukan dan waktu untuk memperbaiki skripsi ini, serta dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini. Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si dan Ibu A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah memberikan masukan dalam memperbaiki skripsi ini.
xi
yang ramah sehingga membuat penulis merasa betah jika berlama-lama berada di lingkungan kampus.
5. Kepala Sekolah SMA BOPKRI Dua Yogyakarta, Pak Didik, Bu Ning, dan Guru-Guru Mata Pelajaran. Terima kasih atas bantuannya. Tanpa bantuan dari Bapak dan Ibu, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih juga buat teman-teman siswa-siswi kelas XII SMA BOPKRI Dua Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/ 2010 yang bersedia menjadi subyek dalam penelitian ini. Semoga teman-teman dapat terus meningkatkan minat serta memiliki motivasi berprestasi.
xii
berharap skripsi ini bisa cepat selesai , Bapak, Mamak, Maz Iwan + Mba Dhina + Axel + Sheryl, Mba Ulie, Bang Yonz, Ochaak ‘Ndut, Willy, Kiling, Sepupu-sepupuku, Om, Bibi, Mbah. Makasih yaa.. I Love You My Big Famz..[!]
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, koreksi dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak dan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut.
Yogyakarta, 26 Mei 2010
xiii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN MOTTO... v
HALAMAN KEASLIAN KARYA... vi
ABSTRAK... vii
ABSTRACT... viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... ix
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI... xiii
DAFTAR TABEL... xvi
DAFTAR LAMPIRAN... xvii
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ………... 1
B. Rumusan Masalah... 6
C. Tujuan Penelitian... 7
D. Manfaat Penelitian... 7
BAB II. LANDASAN TEORI... 8
A. Motivasi Berprestasi... 8
xiv
B. Minat terhadap Jurusan... 15
1. Pengertian Minat... 15
2. Pengertian Jurusan………... 16
3. Pengertian Minat terhadap Jurusan... 19
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat... 19
5. Karakteristik Minat………... 20
6. Karakteristik Minat terhadap Jurusan...………... 21
C. Siswa kelas XII Sebagai Remaja... 22
D. Hubungan Minat terhadap Jurusan dengan Motivasi Berprestasi... 24
E. Hipotesis... 26
BAB III. METODE PENELITIAN... 27
A. Jenis Penelitian... 27
B. Identifikasi Variabel Penelitian... 27
C. Definisi Operasional... 27
D. Subjek Penelitian... 28
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data... 29
F. Uji Coba Alat Ukur... 32
G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur... 33
xv
C. Deskripsi Data Penelitian... 41
D. Analisis Data Penelitian... 43
1. Uji Asumsi... 43
a. Uji Normalitas... 43
b. Uji Linearitas... 44
2. Uji Hipotesis... 44
E. Pembahasan... 45
BAB V. PENUTUP... 50
A. Kesimpulan... 50
B. Saran... 50
DAFTAR PUSTAKA... 52
xvi
Tabel 2 Blue Print Skala Motivasi Berprestasi (Sebelum Uji Coba)……… 31
Tabel 3 Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Minat terhadap Jurusan... 34
Tabel 4 Blue Print Skala Minat terhadap Jurusan (Setelah Uji Coba)... 35
Tabel 5 Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Motivasi Berprestasi... 36
Tabel 6 Blue Print Skala Motivasi Berprestasi (Setelah Uji Coba)………. 36
Tabel 7 Gambaran Subyek Penelitian……….. 40
Tabel 8 Deskripsi Statistik Data Empiris………... 41
Tabel 9 Mean Teoritis, Mean Empiris dan Standar Deviasi……….... 42
Tabel 10 Hasil Uji Normalitas Data Minat terhadap Jurusan dan Motivasi Berprestasi………... 43
Tabel 11 Hasil Uji Linieritas Data Minat terhadap Jurusan dan Motivasi Berprestasi... 44
xvii 2. Data Try Out Minat Terhadap Jurusan
3. Uji Reliabilitas Skala Minat Terhadap Jurusan (Try Out) 4. Data Try Out Motivasi Berprestasi
5. Uji Reliabilitas Skala Motivasi Berprestasi (Try Out)
6. Format Skala Minat Terhadap Jurusan dan Motivasi Berprestasi (Penelitian) 7. Data Penelitian Minat Terhadap Jurusan
8. Uji Reliabilitas Skala Minat Terhadap Jurusan (Penelitian) 9. Data Penelitian Motivasi Berprestasi
10. Uji Reliabilitas Skala Motivasi Berprestasi (Penelitian) 11. Uji Normalitas
12. Uji Linieritas
13. Uji Korelasi Minat Terhadap Jurusan dan Motivasi Berprestasi 14. Mean Empiris Minat Terhadap Jurusan dan Motivasi Berprestasi 15. Surat Ijin Penelitian (Fakultas)
16. Surat Keterangan/ Ijin (Sekretariat Daerah Provinsi DIY) 17. Surat Izin (Dinas Perizinan Kota Yogyakarta)
1 A. Latar Belakang
Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang rata-rata berusia 15 sampai 18
tahun merupakan individu yang masuk dalam kategori masa remaja. Sebagai
seorang siswa, remaja menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah. Di
sekolah terjadi suatu proses belajar, baik itu akademik maupun non akademik.
Proses belajar merupakan suatu aktivitas psikis/ mental yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman keterampilan dan nilai-sikap.
Perubahan itu relatif konstan atau berbekas (Winkel, 1987).
Proses belajar akademik berupa penyampaian bahan materi ajar mata
pelajaran tertentu oleh guru kepada siswa yang hasilnya akan dievaluasi secara
berkala. Proses belajar non akademik dapat berupa relasi antar individu,
berinteraksi dengan sesama, pengembangan minat dan bakat yang dimiliki
baik bidang seni maupun olahraga, dan lain sebagainya. Siswa diharapkan
agar berhasil dalam setiap proses belajar yang dilaluinya, khususnya
akademik. Hal ini karena proses belajar akademik dapat diukur dengan
melihat nilai-nilai hasil evaluasi belajar yang diperoleh siswa yang kemudian
dilaporkan dalam bentuk buku rapor. Nilai-nilai tersebut yang kemudian akan
Materi ajar atau mata pelajaran di SMA kemudian akan dikelompokkan
sesuai dengan bidangnya. Hal ini terjadi ketika siswa mulai menuju ke tingkat
selanjutnya yaitu kelas XI. Pengelompokkan ini dikenal dengan penjurusan.
Penjurusan di SMA terdiri atas tiga bagian kelas yaitu Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Bahasa. Namun sebagian
besar SMA terkadang hanya terdiri atas kelas IPA dan IPS saja.
Siswa yang mempunyai kemampuan sains dan ilmu eksakta seperti Fisika,
Kimia, Biologi dan Matematika akan diarahkan pada jurusan IPA. Siswa yang
memiliki kemampuan pada bidang sosial dan ekonomi seperti Ekonomi,
Geografi, Sosiologi dan Sejarah akan diarahkan pada jurusan IPS. Sedangkan
siswa yang memiliki kemampuan dalam bahasa seperti Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, Bahasa Jepang maupun Antropologi akan diarahkan pada
jurusan Bahasa.
Penjurusan dilakukan sebagai upaya agar lebih mudah dalam membantu
mengarahkan siswa pada pilihannya terutama dalam mempersiapkan karir.
Penjurusan seringkali dilakukan dengan melihat kemampuan akademik siswa.
Jika nilai-nilai siswa yang bersangkutan memenuhi standar yang ditetapkan
sekolah, maka ia dapat diterima di jurusan yang dipilihnya. Akan tetapi,
hingga saat ini masih terdapat image (pandangan umum) dalam masyarakat
bahwa jurusan IPA adalah jurusan yang paling bagus dan memiliki banyak
pilihan dalam karir sehingga siswa berlomba-lomba untuk dapat diterima di
jurusan tersebut, walaupun ada pula siswa yang tidak berpikir demikian.
menginginkan anaknya diterima di jurusan tersebut sehingga mereka berharap
bahkan menuntut anak agar memiliki nilai yang baik. Selain itu, mereka juga
berharap agar siswa mampu menunjukkan suatu prestasi yang dapat dilihat
dari nilai yang diperoleh.
Perlu diketahui, keberhasilan prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh
beberapa faktor, satu diantaranya yaitu motivasi berprestasi (Djaali, 2008).
Djaali mengartikan motivasi berprestasi sebagai dorongan untuk mengerjakan
suatu tugas dengan sebaik-baiknya berdasarkan standar keunggulan. Motivasi
berprestasi bukan sekadar dorongan untuk berbuat, tetapi mengacu kepada
suatu ukuran keberhasilan berdasarkan penilaian terhadap tugas yang
dikerjakan seseorang.
Siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi menyukai situasi
atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas hasil-hasilnya. Selain
itu, siswa lebih memilih tujuan yang realistis tetapi menantang daripada tujuan
yang terlalu mudah dicapai atau terlalu besar resikonya. Siswa akan mencari
situasi atau pekerjaan di mana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan
nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaannya. Siswa juga
senang bekerja sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain; mampu
menangguhkan pemuasan keinginannya demi masa depan yang lebih baik;
serta tidak tergugah untuk sekadar mendapatkan uang, status, atau keuntungan
lainnya sebagai ukuran keberhasilan (Schwitzgebel & Kalb dalam Djaali,
Motivasi berprestasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
hubungan sosial siswa dengan orangtua dan hubungan sosial siswa dengan
guru. Orang tua siswa yang percaya bahwa keterlibatan mereka penting dalam
pendidikan anaknya akan ikut terlibat secara aktif dalam perkembangan
pendidikan anaknya dan akan memberikan stimuli intelektual di rumah
(Schneider & Coleman dalam Santrock, 2007).
Di sekolah, peran guru penting dalam pendidikan siswa. Siswa yang
merasa memiliki guru yang suportif dan perhatian akan lebih termotivasi
untuk belajar dibandingkan siswa yang merasa memiliki guru yang tidak
suportif dan tidak perhatian. Oleh karena itu guru harus mengenal minat
maupun kapasitas masing-masing siswa dengan baik.
Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto dalam Djaali, 2008). Crow dan
Crow (dalam Djaali 2008) mengatakan bahwa minat berhubungan dengan
gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan
dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu
sendiri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minatnya.
Terdapat bermacam-macam jenis minat terutama dalam masa remaja,
salah satunya yaitu minat pada pendidikan. Minat remaja pada pendidikan
sangat dipengaruhi oleh minat mereka pada pekerjaan (Hurlock, 1980). Jika
remaja mengharapkan pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi maka
pendidikan akan dianggap sebagai batu loncatan. Biasanya remaja akan
bidang pekerjaan yang dipilihnya. Dengan adanya penjurusan di SMA maka
akan semakin mudah bagi siswa dalam memilih jurusan yang sesuai dengan
bidang yang diminatinya. Siswa yang belum mengetahui minatnya akan
mendapatkan bimbingan dari guru serta akan dilakukan suatu tes psikologi
sebagai bahan pertimbangan.
Siswa yang memiliki minat terhadap jurusan akan mampu meningkatkan
motivasinya untuk berprestasi. Hal ini didukung dengan penelitian yang
menyebutkan bahwa ada hubungan antara minat dan motivasi berprestasi.
Hartaji (2009) melakukan penelitian mengenai motivasi berprestasi pada
mahasiswa yang berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua dan salah satu
tujuannya ingin mendapatkan penjelasan tentang gambaran motivasi
berprestasi pada mahasiswa yang berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua.
Hasil penelitian tersebut menggambarkan motivasi berprestasi subyek, yaitu
kurang tanggung jawab terhadap kuliah, tidak ada pertimbangan resiko,
penyelesaian tugas tidak efektif, kreatif, dan inovatif, dan tidak memanfaatkan
waktu untuk belajar. Hal ini berarti bahwa anak yang berkuliah tidak sesuai
dengan minatnya menyebabkan rendahnya motivasi berprestasi sehingga
dapat berakibat buruk terhadap prestasi akademiknya.
Utami (2007), peneliti lainnya melihat hubungan antara persepsi tata ruang
kuliah dan motivasi berprestasi dengan minat belajar mahasiswa Program
Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret. Salah satu hasil
berprestasi dengan minat belajar mahasiswa Program Pendidikan Teknik
Bangunan Universitas Sebelas Maret.
SMA Bopkri Dua Yogyakarta ikut memperhatikan minat dan hasil dari tes
psikologi sebagai bahan pertimbangan dalam memilih jurusan. Akan tetapi,
hasil prestasi akademis tetap menjadi hal yang utama dalam menentukan
jurusan siswa. Siswa yang nilai akademisnya tidak memenuhi standar yang
ditetapkan sekolah tidak dapat diterima di jurusan yang dipilihnya.
Berdasarkan penelitian Hartaji dan Utami di atas, siswa yang tidak memiliki
minat pada jurusannya cenderung kurang memiliki motivasi untuk berprestasi
sehingga penentuan jurusan berdasarkan nilai saja dapat mengakibatkan hasil
belajar yang diperoleh kurang maksimal. Berdasarkan hal tersebut peneliti
ingin melihat apakah ada hubungan antara minat terhadap jurusan dengan
motivasi berprestasi pada siswa kelas XII SMA Bopkri Dua Yogyakarta. Jika
terbukti berkorelasi maka hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
pihak sekolah untuk menyertakan minat siswa dalam penentuan jurusan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin melihat apakah ada
hubungan antara minat terhadap jurusan dan motivasi berprestasi pada siswa
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara minat terhadap
jurusan dan motivasi berprestasi pada siswa kelas XII SMA Bopkri Dua
Yogyakarta.
D. Manfaat
Penelitian yang dilakukan memiliki manfaat baik secara praktis maupun
secara teoritis.
1. Teoritis
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan pengetahuan
di bidang psikologi mengenai motivasi terutama motivasi berprestasi di
dalam lingkup sekolah dalam hubungannya dengan minat terhadap
jurusan.
2. Praktis
Pada penelitian ini apabila dapat dibuktikan adanya hubungan antara
minat terhadap jurusan dan motivasi berprestasi diharapkan siswa dapat
menumbuhkan minat terhadap jurusan sehingga dapat menghasilkan suatu
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Motivasi Berprestasi
1. Pengertian Motivasi
Kata motivasi sudah sering kali didengar dalam kehidupan sehari-hari.
Kata motivasi digunakan untuk menggambarkan suatu dorongan,
kebutuhan, atau keinginan untuk melakukan sesuatu. Kata motivasi dapat
diterapkan pada tingkah laku dalam berbagai situasi. Salah satu kegunaan
konsep motivasi adalah menggambarkan kecenderungan umum seseorang
dalam usahanya mencapai tujuan tertentu. Motivasi sering dilihat sebagai
sifat-sifat kepribadian yang relatif stabil (Djiwandono, 2006).
Motivasi menurut Suryabrata (1984 dalam Djaali, 2008) adalah
keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Sementara itu
Djaali (2008) menyebutkan bahwa motivasi adalah kondisi fisiologis dan
psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan). Dari
beberapa pengertian motivasi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang relatif stabil yang
mendorong seseorang melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai suatu
2. Pengertian Motivasi Berprestasi
Dalam psikologi pendidikan, motivasi yang paling penting adalah
motivasi berprestasi dimana seseorang cenderung berjuang untuk
mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk
tujuan sukses atau gagal. Hal tersebut diungkapkan oleh McClelland dan
Atkinson (dalam Djiwandono, 2006). Remaja-remaja yang termotivasi
untuk berprestasi akan tetap melakukan tugas lebih lama ketika mendapat
tugas dari sekolah daripada remaja-remaja yang kurang berprestasi.
Bahkan sesudah mereka mengalami kegagalan, mereka akan
menghubungkan kegagalannya dengan tidak atau kurang berusaha. Jika
mereka gagal, mereka akan berusaha lebih keras lagi sampai sukses
(Weiner, 1980 dalam Djiwandono, 2006). Remaja yang memiliki motivasi
berprestasi yang tinggi cenderung sukses dalam melakukan tugas di
sekolah (Wendt, 1955; French dan Thomas, 1958; Kestenbaum, 1970
dalam Djiwandono, 2006).
Heckhausen (dalam Djaali, 2008) mengemukakan bahwa motivasi
berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang
selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara
kemampuannya setinggi mungkin untuk semua aktivitas dan menggunakan
standar keunggulan. Standar keunggulan ini terdiri atas stantar keunggulan
tugas, standar keunggulan diri, dan standar keunggulan siswa lain. Standar
keunggulan tugas adalah standar yang berhubungan dengan pencapaian
berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibandingkan
prestasi yang pernah dicapai selama ini. Standar keunggulan siswa lain
adalah standar keunggulan yang berhubungan dengan pencapaian prestasi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi yang dicapai oleh siswa
lain.
Kemudian, Djaali (2008) mengartikan motivasi berprestasi sebagai
dorongan untuk mengerjakan suatu tugas sebaik-baiknya berdasarkan
standar keunggulan. Motivasi berprestasi bukan sekadar dorongan untuk
berbuat, tetapi mengacu kepada suatu ukuran keberhasilan berdasarkan
penilaian terhadap tugas yang dikerjakan seseorang.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa motivasi berprestasi
adalah dorongan yang dimiliki oleh diri individu untuk mencapai prestasi
atau sukses dan memiliki kecenderungan untuk menghindari kegagalan.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi
Santrock (2007) mengungkapkan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi motivasi berprestasi siswa yaitu:
a. Hubungan sosial dengan orang tua
Orang tua dengan pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mungkin
percaya bahwa keterlibatan mereka dalam pendidikan anak adalah
penting. Mereka lebih mungkin untuk berpartisipasi dalam pendidikan
anak dan memberi stimuli intelektual di rumah (Schneider & Coleman,
untuk orang lain atau untuk sesuatu yang lain ketimbang untuk
anaknya, motivasi anak mungkin akan menurun tajam. Prestasi siswa
dapat menurun apabila mereka tinggal dalam keluarga single parent,
tinggal bersama orang tua yang waktunya dihabiskan untuk bekerja,
dan tinggal dalam keluarga besar.
b. Hubungan sosial dengan teman sebaya
Siswa dapat membandingkan dirinya sendiri dengan teman sebaya
mereka secara akademik dan sosial (Ruble, 1983). Perbandingan sosial
yang positif biasanya menimbulkan penghargaan diri yang lebih tinggi,
sedangkan perbandingan negatif menurunkan penghargaan diri. Siswa
lebih mungkin membandingkan diri mereka dengan siswa yang juga
setara dengan mereka dalam hal usia, kemampuan dan minat. Siswa
yang diterima oleh teman sebayanya dan punya keahlian sosial yang
baik seringkali lebih bagus belajarnya di sekolah dan memiliki
motivasi akademik yang positif (Asher & Coie, 1990; Wentzel, 1996).
c. Hubungan sosial dengan guru
Nel Noddings (1992, 1998, 2001) percaya bahwa siswa
kemungkinan besar akan berkembang menjadi manusia yang kompeten
apabila mereka merasa diperhatikan. Karenanya guru harus mengenal
minat maupun kapasitas masing-masing siswa dengan baik. Para
periset menemukan bahwa siswa yang merasa memiliki guru yang
suportif dan perhatian akan lebih termotivasi untuk belajar dibanding
perhatian (dalam McCombs, 2001; Newman, 2002; Ryan & Deci,
2000).
d. Status sosioekonomi dan etnisitas
Sandra Graham (1986, 1990) telah melakukan sejumlah studi yang
bukan hanya mengungkapkan peran status ekonomi yang lebih kuat
daripada peran etnisitas dalam mempengaruhi prestasi, tetapi juga
mengungkapkan arti penting dari pengkajian motivasi siswa etnis
minoritas dalam konteks teori motivasi umum. Dalam sebuah studi
dimana partisipannya terutama adalah siswa etnis minoritas dari
keluarga berpendapatan rendah, kelas yang mampu memotivasi siswa
menguasai materi dan memberi dukungan yang cukup ternyata
memengaruhi peningkatan motivasi siswa untuk belajar dan membantu
menghindarkan adanya tekanan emosional yang mengganggu proses
belajar mereka (Strobel, 2001). Tantangan utama bagi banyak siswa
dari etnis minoritas, khususnya mereka yang dari keluarga miskin,
adalah soal prasangka rasial, konflik antara nilai kelompok mereka
dengan kelompok mayoritas, dan kurangnya orang dewasa yang
berprestasi tinggi dalam kelompok kultural mereka yang dapat
bertindak sebagai model peran positif (McLoyd, 2000; Spencer &
Markstrom-Adams, 1990).
e. Gender
Diskusi mengenai gender dan motivasi difokuskan pada bagaimana
Keyakinan yang berkaitan dengan soal kompetensi yang dianut para
siswa pria dan wanita berbeda-beda menurut konteks prestasi.
misalnya, siswa pria lebih punya keyakinan kompetensi yang lebih
tinggi daripada wanita dalam pelajaran matematika dan olahraga,
sedangkan siswa wanita memiliki keyakinan yang lebih tinggi dalam
pelajaran bahasa inggris, membaca, dan aktivitas sosial. Perbedaan ini
semakin bertambah setelah masa puber (Eccles, dkk., 1993). Jadi,
sejauh mana siswa pria dan wanita mencapai prestasi masih
dipengaruhi oleh stereotip peran gender.
4. Ciri-ciri Motivasi Berprestasi
Menurut McClelland (1985), individu yang memiliki motivasi
berprestasi yang tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tanggung Jawab Pribadi
Individu dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi menyukai
situasi yang memungkinkan mereka untuk mengambil tanggung jawab
secara pribadi atas karyanya. Mereka akan memperoleh suatu kepuasan
pribadi atas prestasinya maupun atas pengerjaan sesuatu yang lebih
baik. Bagi individu dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi, yang
terpenting adalah hasil dari ketrampilan dan usaha mereka.
b. Kebutuhan Akan Umpan Balik Hasil Pekerjaan
Secara teoritis, individu dengan kebutuhan berprestasi tinggi lebih
memperoleh umpan balik. Umpan balik yang dimaksud adalah umpan
balik yang mencerminkan kualitas pekerjaan mereka secara akurat dan
spesifik. Mereka ingin mengetahui seberapa baik hasil pekerjaan
mereka sehingga mereka dapat menikmati pengalaman dalam
membuat kemajuan dari tujuan selanjutnya.
c. Keinovatifan
Melakukan sesuatu yang lebih baik sering diartikan dengan
melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda dari sebelumnya. Hal
tersebut menyebabkan ditemukannya suatu cara yang berbeda, lebih
singkat, atau lebih efisien untuk mencapai tujuan. Mereka lebih suka
mencari informasi baru untuk menemukan cara yang lebih baik dalam
mengerjakan sesuatu. Mereka selalu cenderung untuk bergerak dari
pengerjaan sesuatu hal ke pengerjaan sesuatu hal yang lain dengan
tantangan yang lebih banyak. Individu dengan kebutuhan berprestasi
tinggi akan lebih aktif mencari informasi baru daripada individu yang
memiliki motivasi berprestasi yang rendah.
d. Ketekunan
Individu yang memiliki kebutuhan berprestasi yang tinggi
cenderung untuk tekun dalam mengerjakan tugas tersebut hingga
selesai. Subyek dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan tekun
lebih lama saat mereka mulai menemui kegagalan pada tugas yang
e. Resiko atau Kesulitan yang Moderat
Individu dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi menyukai tugas
yang mempunyai tingkat kesulitan yang moderat. Dalam kesulitan
tersebut mereka akan bekerja keras hingga tugas yang dihadapinya
selesai. Kesulitan tersebut tidak terlalu rendah sehingga ia dapat
mengatasinya dengan mudah, ataupun terlalu tinggi hingga sulit bagi
mereka untuk mencapainya. Mereka terlihat berhati-hati sekali dalam
mengukur tujuan mereka supaya mereka dapat mencapai tujuan
dengan baik. Mereka menyukai tujuan yang mensyaratkan seluruh
usaha dan melatih semua kemampuan mereka. Mereka juga menyukai
tugas yang memberikan kesempatan pada mereka untuk
mengerjakannya dengan lebih baik.
B. Minat terhadap Jurusan
1. Pengertian Minat
Minat adalah rasa lebih suka atau rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas tanpa ada yang menyuruh (Slameto dalam Djaali, 2008). Minat
pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,
semakin besar minatnya. Crow dan Crow (dalam Djaali, 2008)
mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang
mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang,
Dalam kamus psikologi, Chaplin (1989) menyebutkan bahwa minat
dapat diartikan sebagai:
a. Suatu sikap yang berlangsung terus menerus yang memberi pola pada
perhatian seseorang sehingga membuat dirinya selektif terhadap objek
minatnya.
b. Perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas pekerjaan atau objek
itu berharga atau berarti bagi individu.
c. Satu keadaan motivasi atau satu set motivasi yang menuntun tingkah
laku menuju satu arah tertentu.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa minat
merupakan suatu perasaan suka atau tertarik yang diikuti dengan sikap dan
mengarahkan seseorang pada apa yang dilakukannya sehingga seseorang
memberikan perhatian yang lebih pada hal tersebut.
2. Pengertian Jurusan
Menurut Kamus Tesaurus Bahasa Indonesia (Endarmoko, 2006)
penjurusan secara umum merupakan kata benda yang berarti
pembidangan, pengkhususan, spesialisasi. Dalam dunia pendidikan, kata
penjurusan baru ditemukan jika berada di Sekolah Menengah Atas.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa penjurusan merupakan
pengkhususan suatu bidang pembelajaran baik itu ilmu eksakta, sosial
Siswa yang mempunyai kemampuan sains dan ilmu eksakta yang baik
akan diarahkan pada jurusan IPA, yang memiliki kemampuan pada bidang
sosial dan ekonomi akan diarahkan pada jurusan IPS, sedangkan yang
memiliki kemampuan dalam bahasa akan diarahkan pada jurusan Bahasa.
Penjurusan dikenal di bangku SMA. Penjurusan itu sendiri dimaksudkan
agar siswa semakin dapat fokus dan mengerti prospek di masa depan
ataupun dapat membantu remaja dalam meraih apa yang dicita-citakan.
Di SMA Bopkri Dua Yogyakarta, penjurusan dilakukan pada kelas XI
dan XII. Program penjurusan dibedakan menjadi Program Penjurusan
Bahasa, IPA dan IPS. Untuk dapat diterima di jurusan tertentu, nilai mata
pelajaran harus memenuhi batas tuntas dari kelompok mata pelajaran pada
tiap penjurusan. Kelompok mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, Bahasa Jepang, dan Antropologi untuk penjurusan Bahasa.
Kelompok mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi untuk
penjurusan IPA. Kelompok mata pelajaran Ekonomi/ Akuntansi, Sejarah,
Sosiologi, dan Geografi untuk penjurusan IPS.
Kriteria penjurusan program studi pada SMA Bopkri Dua Yogyakarta
(anonim) diatur sebagai berikut:
a. Siswa yang dijuruskan pada program tertentu sudah memenuhi
persyaratan kenaikan kelas.
b. Setiap siswa dapat memilih satu program penjurusan.
c. Tidak ada program uji coba dalam penjurusan (pindah program di
d. Tidak boleh ada nilai mata pelajaran penjurusan di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal/ KKM (harus tuntas).
Adapun pertimbangan penjurusan yaitu:
a. Nilai prestasi akademik semester 2 (genap) pada waktu kenaikan kelas
X ke kelas XI.
b. Angket pilihan program jurusan, sesuai yang diminati siswa dengan
cara mempertimbangkan kemampuan, bakat, dan minat yang dimiliki.
c. Hasil Tes Psikologi.
d. Daya tampung yang tersedia (jumlah kelas).
e. Rekomendasi dari BK dan Wali Kelas.
Nilai prestasi akademik, bakat dan minat siswa, serta hasil tes
psikologi akan dikolaborasikan untuk menerima siswa di jurusan tertentu.
Akan tetapi, nilai prestasi akademik dijadikan sebagai prioritas dalam
pertimbangan penjurusan karena sekolah memiliki standar tertentu dalam
menentukan jurusan. Sebagai contoh, ada siswa yang memiliki minat pada
jurusan IPA. Pada hasil tes psikologi ia disarankan untuk memilih IPA.
Namun, nilai-nilai mata pelajaran yang diperoleh ada yang tidak
memenuhi standar yang ditentukan sekolah. Hal ini berarti siswa tidak
dapat berada di jurusan tersebut dan akan dibantu dipilihkan jurusan yang
3. Pengertian Minat terhadap Jurusan
Berdasarkan pengertian minat dan jurusan di atas dapat disimpulkan
bahwa minat terhadap jurusan merupakan suatu perasaan suka atau tertarik
terhadap bidang pembelajaran tertentu yang diikuti dengan sikap yang
mengarahkan seseorang pada hal yang dilakukannya dan memberikan
perhatian yang lebih pada hal tersebut.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat
Minat dalam diri individu sangat penting artinya bagi kesuksesan yang
akan dicapai. Individu yang mempunyai minat terhadap suatu objek atau
aktivitas berarti ia telah menetapkan tujuan yang berguna bagi dirinya
sehingga ia akan cenderung untuk menyukainya. Dari sana kemudian,
segala tingkah lakunya menjadi terarah dengan baik dan tujuan pun akan
tercapai.
Crow and Crow (dalam anonim ejurnal) menyebutkan ada beberapa
faktor yang dapat menimbulkan minat yaitu:
a. Faktor dorongan dari dalam, yaitu rasa ingin tahu atau dorongan untuk
menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Dorongan ini dapat
membuat seseorang berminat untuk mempelajari ilmu mekanik,
b. Faktor motif sosial, yakni minat dalam upaya mengembangkan diri
dari dan dalam ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh hasrat
untuk mendapatkan kemampuan dalam bekerja, atau adanya hasrat
untuk memperoleh penghargaan dari keluarga atau teman.
c. Faktor emosional, yakni minat yang berkaitan dengan perasaan dan
emosi. Misalnya, keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas dan
dapat meningkatkan minat, sedangkan kegagalan dapat menghilangkan
minat seseorang.
Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi minat yaitu faktor dorongan
dari dalam, faktor motif sosial dan faktor emosional. Faktor tersebut juga
ikut berperan dalam minat terhadap jurusan.
5. Karakteristik Minat
Minat merupakan suatu motif internal yang membuat individu
menaruh perhatian pada obyek tertentu. Motif internal ini memiliki
beberapa karakteristik yang dapat dikenali. Ada beberapa karakteristik
minat menurut Witherington (1976) yaitu:
a. Minat timbul dari adanya perasaan senang terhadap suatu objek/ situasi
yang menarik perhatian seseorang.
b. Minat dapat menyebabkan seseorang menaruh perhatian secara sadar,
spontan, mudah, wajar, tanpa dipaksakan, dan selektif.
c. Minat dapat merangsang seseorang untuk mencari objek atau situasi
d. Minat bersifat personal karena setiap individu memiliki perbedaan
dalam menentukan minatnya dan ini berkaitan dengan kepentingan
pribadi seseorang.
e. Minat dapat bersifat konsisten sepanjang objek yang diminati efektif
bagi individu.
f. Minat bersifat diskriminatif karena dapat membantu seseorang
membedakan hal-hal yang harus dan tidak harus dilakukan sehubungan
dengan minatnya.
g. Minat tidak bersifat bawaan melainkan tumbuh dan berkembang
bersama dengan pengalaman selama perkembangan individu dan minat
juga dapat menjadi sebab dan akibat dari pengalaman.
6. Karakteristik Minat terhadap Jurusan
Berdasarkan karakteristik minat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik minat terhadap jurusan yaitu:
a. Adanya perasaan senang terhadap jurusan yang menarik perhatian.
b. Seseorang akan menaruh perhatian secara sadar, spontan, mudah,
wajar, tanpa dipaksakan, dan selektif terhadap jurusan tertentu.
c. Merangsang seseorang untuk mencari tahu tentang jurusan yang
diminati.
d. Bersifat personal karena setiap individu memiliki perbedaan dalam
menentukan minatnya dan berkaitan dengan kepentingan pribadi
e. Bersifat konsisten selama jurusan yang diminati efektif bagi individu.
f. Bersifat diskriminatif karena dapat membantu seseorang membedakan
hal-hal yang harus dan tidak harus dilakukan sehubungan dengan
minatnya.
g. Tidak bersifat bawaan melainkan tumbuh dan berkembang bersama
dengan pengalaman selama perkembangan individu dan minat juga
dapat menjadi sebab dan akibat dari pengalaman.
C. Siswa Kelas XII SMA Sebagai Remaja
Santrock (2003) mendefinisikan remaja (adolescence) sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif dan emosional. Awal masa remaja berlangsung
kira-kira dari 13 tahun sampai 16 tahun atau 17 tahun dan akhir masa remaja
bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara
hukum.
Ada beberapa ciri masa remaja yang membedakannya dengan periode
lainnya. Awal masa remaja merupakan periode yang penting karena terjadi
perkembangan fisik yang cepat dan penting dan juga disertai dengan cepatnya
perkembangan mental individu (Hurlock, 1980). Hurlock juga menyebutkan
bahwa masa remaja merupakan periode peralihan dimana status individu
tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Selain
itu, masa remaja merupakan periode terjadinya perubahan baik fisik maupun
masalah yang sulit di atasi dan terkadang mereka menemukan
penyelesaiannya namun tidak sesuai dengan harapan mereka sehingga disebut
sebagai usia bermasalah. Masa remaja merupakan masa dimana individu
mulai mencari identitas diri. Masa remaja juga dilihat sebagai usia yang
menimbulkan ketakutan yang mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja
terhadap dirinya sendiri, sebagai masa yang tidak realistik, dan sebagai
ambang masa dewasa.
Periode remaja, sama seperti periode sebelum atau sesudahnya juga
memiliki suatu tugas perkembangan yang harus dilaksanakan. Tugas
perkembangan remaja menurut Havighurst (Hurlock, 1980) yaitu :
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita.
b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya.
f. Mempersiapkan karir ekonomi.
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
D. Hubungan Minat terhadap Jurusan dengan Motivasi Berprestasi
Remaja sebagai siswa SMA mendapat tuntutan agar berhasil dalam setiap
proses belajar yang dilaluinya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan prestasi yang
diperolehnya terutama dalam bidang akademik. Prestasi ini terlihat dari
perolehan nilai pada setiap mata pelajaran. Di tingkat selanjutnya, mata
pelajaran tersebut dikelompokkan ke dalam tiga jurusan yaitu IPA, IPS dan
Bahasa.
Siswa harus memenuhi standar yang ditentukan oleh sekolah dalam
perolehan nilai agar dapat diterima di jurusan tertentu. Siswa harus memiliki
nilai yang tinggi pada mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi dan Matematika
untuk diterima di jurusan IPA. Siswa harus memiliki nilai yang tinggi pada
mata pelajaran Ekonomi, Geografi, Sosiologi dan Sejarah untuk diterima di
jurusan IPS. Siswa harus memiliki nilai yang tinggi pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Jepang untuk diterima di
jurusan Bahasa.
Siswa harus memilih salah satu dari tiga jurusan yang ditawarkan. Untuk
itu perlu diketahui dengan pasti apa yang menjadi pilihan siswa. Siswa yang
belum mengetahui pilihannya akan mendapatkan bimbingan dari guru. Selain
itu, hasil dari tes psikologi juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam memilih jurusan. Untuk itu guru harus mengenal dengan baik minat dan
kemampuan siswa sehingga dapat membantu siswa dalam memilih jurusan
Minat adalah rasa lebih suka atau rasa kertarikan pada suatu hal atau
aktivitas tanpa ada yang menyuruh (Slameto dalam Djaali, 2008). Minat siswa
yang satu dengan yang lain pastinya berbeda, termasuk dalam bidang
akademik. Salah satu minat remaja yaitu minat terhadap pendidikan. Minat
terhadap pendidikan di SMA dalam penelitian ini lebih mengutamakan minat
terhadap jurusan.
Siswa yang memiliki minat terhadap jurusan akan memiliki ketertarikan
yang kuat dan konsisten pada jurusan tersebut. Siswa akan memberikan
perhatian yang lebih pada jurusan yang dipilihnya. Hal ini akan membuat
siswa berupaya semaksimal mungkin agar mereka dapat menunjukkan suatu
prestasi pada jurusan yang menjadi minatnya.
Siswa yang memiliki minat akan memperhatikan setiap stimulus yang
diberikan oleh lingkungannya. Di rumah, ketika orang tua memberikan suatu
stimulus yang positif dalam pendidikannya, siswa akan semakin memiliki
dorongan untuk berprestasi. Di sekolah, siswa yang merasa memiliki guru
yang suportif dan perhatian akan lebih termotivasi lagi untuk belajar
dibandingkan dengan siswa yang merasa memiliki guru yang tidak suportif
dan tidak perhatian. Motivasi yang dimaksud disini yaitu motivasi untuk
berprestasi.
Motivasi berprestasi merupakan dorongan untuk mengerjakan suatu tugas
dengan sebaik-baiknya berdasarkan standar keunggulan (Djaali, 2008).
Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan menyukai
lebih memilih tujuan yang realistis tetapi menantang daripada tujuan yang
terlalu mudah dicapai atau terlalu besar resikonya; mencari situasi atau
pekerjaan di mana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan nyata untuk
menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaannya; senang bekerja sendiri dan
bersaing untuk mengungguli orang lain; mampu menangguhkan pemuasan
keinginannya demi masa depan yang lebih baik; serta tidak tergugah untuk
sekadar mendapatkan uang, status, atau keuntungan lainnya sebagai ukuran
keberhasilan (Schwitzgebel & Kalb dalam Djaali, 2008).
Berikut dapat dilihat hubungan antara minat terhadap jurusan dan
motivasi berprestasi.
Bagan Hubungan antara Minat terhadap Jurusan dan Motivasi Berprestasi
E. Hipotesis
Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini yaitu ada
hubungan positif antara minat terhadap jurusan dan motivasi berprestasi
dimana individu dengan minat yang tinggi terhadap jurusan memiliki motivasi
berprestasi yang tinggi dan individu dengan minat yang rendah terhadap
27 A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara minat terhadap jurusan dan motivasi
berprestasi pada remaja kelas XII SMA Bopkri Dua Yogyakarta. Penelitian
korelasional digunakan dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan,
signifikansi, dan hubungan arah antara dua variabel (Budi, 2006).
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas : Minat terhadap jurusan.
2. Variabel terikat : Motivasi berprestasi.
C. Definisi Operasional
1. Motivasi berprestasi
Motivasi berprestasi adalah dorongan yang dimiliki individu untuk
mencapai prestasi atau sukses dan kecenderungan untuk menghindari
kegagalan. Ciri-ciri individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi yaitu
mempunyai tanggung jawab pribadi, memiliki kebutuhan akan umpan
balik dari hasil pekerjaan, inovatif, tekun, dan berani ambil resiko atau
skala motivasi berprestasi. Semakin tinggi skor yang didapat dalam skala
ini, semakin besar pula motivasi berprestasi yang dimiliki subyek. Begitu
pula sebaliknya.
2. Minat terhadap jurusan
Minat terhadap jurusan merupakan suatu perasaan suka atau tertarik
terhadap bidang pembelajaran tertentu yang diikuti dengan sikap yang
mengarahkan seseorang pada hal yang dilakukannya dan memberikan
perhatian yang lebih pada hal tersebut. Ciri-ciri individu yang memiliki
minat terhadap jurusan yaitu merasa senang terhadap jurusan tertentu, menaruh
perhatian secara sadar, spontan, mudah, wajar, tanpa dipaksakan, dan selektif terhadap jurusan tertentu, merangsang untuk mencari tahu tentang jurusan yang diminati, dan bersifat konsisten selama jurusan yang diminati efektif bagi individu. Minat terhadap jurusan diukur dengan menggunakan skala minat terhadap jurusan. Semakin tinggi skor yang didapat dalam skala ini,
semakin besar pula minat yang dimiliki subyek terhadap jurusan. Begitu
pula sebaliknya.
D. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini merupakan siswa kelas XII semester 1 SMA
Bopkri Dua Yogyakarta yang masuk dalam kategori remaja akhir. Siswa kelas
XII dipilih sebagai subyek penelitian karena mereka telah mengalami proses
penjurusan IPA, IPS, atau Bahasa minimal dua semester sehingga dapat
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini
adalah skala dengan metode Summated Rating yang merupakan penskalaan
model Likert. Model penskalaan ini merupakan metode penskalaan pernyataan
sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai
skalanya (Gable dalam Azwar, 2005).
Penelitian ini menggunakan dua skala yaitu:
1. Skala Minat terhadap Jurusan
Skala minat terhadap jurusan disusun berdasarkan ciri-ciri dari minat
terhadap jurusan. Individu yang memiliki minat terhadap jurusan memiliki
ciri-ciri yaitu merasa senang terhadap jurusan tertentu, menaruh perhatian secara
sadar, spontan, mudah, wajar, tanpa dipaksakan, dan selektif terhadap jurusan tertentu, merangsang untuk mencari tahu tentang jurusan yang diminati, dan bersifat konsisten selama jurusan yang diminati efektif bagi individu.
Skala ini terdiri dari aitem-aitem yang didalamnya terdapat
pernyataan-pernyataan baik favorabel maupun unfavorabel. Distribusi
Tabel 1
Blue Print Skala Minat Terhadap Jurusan (Sebelum Uji Coba)
Komponen 1. Merasa senang terhadap
jurusan tertentu. 2. Menaruh perhatian secara
sadar, spontan, mudah,
4. Bersifat konsisten selama jurusan yang diminati
Dalam skala ini, responden akan diminta untuk menyatakan kesesuaian
atau ketidaksesuaiannya terhadap isi pernyataan dalam empat macam
kategori jawaban, yaitu Tidak Pernah (TP), Kadang-kadang (KK),
Seringkali (SK), dan Selalu (SL). Pada aitem-aitem favorable jawaban
Tidak Pernah (TP) mendapat nilai 1, Kadang-kadang (KK) mendapat nilai
2, Seringkali (SK) mendapat nilai 3, serta Selalu (SL) mendapat nilai 4.
Sebaliknya, untuk aitem-aitem yang unfavorable Tidak Pernah (TP)
mendapat nilai 4, Kadang-kadang (KK) mendapat nilai 3, Seringkali (SK)
mendapat nilai 2, serta Selalu (SL) mendapat nilai 1.
2. Skala Motivasi Berprestasi
Skala motivasi berprestasi disusun berdasarkan ciri-ciri dari motivasi
akan umpan balik dari hasil pekerjaan, inovatif, tekun, dan berani ambil
resiko atau kesulitan yang moderat.
Skala ini terdiri dari aitem-aitem yang didalamnya terdapat
pernyataan-pernyataan baik favorabel maupun unfavorabel. Distribusi
aitem dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2
Blue Print Skala Motivasi Berprestasi (Sebelum Uji Coba)
Komponen Aitem
Dalam skala ini, responden akan diminta untuk menyatakan kesesuaian
atau ketidaksesuaiannya terhadap isi pernyataan dalam empat macam
kategori jawaban, yaitu Tidak Sesuai (TS), Kurang Sesuai (KS), Sesuai
(S) dan Sangat Sesuai (SS) yang akan digunakan pada skala minat
terhadap jurusan. Pada aitem-aitem favorable jawaban Tidak Sesuai (TS)
mendapat nilai 1, Kurang Sesuai (KS) mendapat nilai 2, Sesuai (S)
mendapat nilai 3, serta Sangat Sesuai (SS) mendapat nilai 4. Sebaliknya,
Kurang Sesuai (KS) mendapat nilai 3, Sesuai (S) mendapat nilai 2, serta
Sangat Sesuai (SS)mendapat nilai 1.
F. Uji Coba Alat Ukur
Uji coba alat ukur dilakukan sebelum melakukan penelitian. Uji coba alat
ukur ini dilakukan pada siswa kelas XII SMA Bopkri Dua Yogyakarta. Pada
SMA Bopkri Dua, kelas XII terdiri atas sembilan kelas dengan pembagian
empat kelas IPA, empat kelas IPS dan satu kelas Bahasa. Peneliti
menggunakan empat kelas sebagai kelas uji coba yaitu siswa kelas XII IPA
III, XII IPA IV, XII IPS I, dan XII IPS II. Uji coba alat ukur dilaksanakan
pada bulan September 2009.
Proses uji coba alat ukur dilakukan oleh guru mata pelajaran yang saat itu
sedang mengajar di kelas yang bersangkutan. Peneliti dibantu oleh Guru BK
dalam melakukan pengkoordinasian dengan para guru tersebut. Proses uji
coba alat ukur kurang lebih selama dua minggu karena disesuaikan dengan
jadwal mata pelajaran yang sekiranya luang dan dapat digunakan dalam proses
penelitian. Dari 94 ekslempar yang peneliti berikan kepada guru BK, yang
kembali sejumlah 87 ekslempar, yang dapat digunakan sebanyak 73 ekslempar
G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
1. Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen
pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (Santosa dan Ashari,
2005). Validitas yang digunakan oleh peneliti adalah validitas isi (content
validity).
Validitas isi menunjukkan tingkat seberapa besar aitem-aitem di
instrumen mewakili konsep yang diukur. Validitas isi memuat tes yang
menguji isi yang relevan dengan tujuan yang akan diukur. Jika instrumen
yang digunakan secara cukup mencakup topik yang sudah didefinisikan
sebagai dimensi-dimensi dan elemen-elemen yang relevan
menggambarkan konsepnya, maka dapat dikatakan bahwa instrumen
tersebut mempunyai validitas isi yang baik (Jugiyanto, 2008).
Validitas isi dari skala ini diselidiki dengan bantuan dari dosen
pembimbing sebagai professional judgement dengan cara melihat apakah
aitem-aitem yang telah disusun sesuai dengan indikator perilaku yang
hendak diungkapkan. Setelah aitem-aitem tersebut dinyatakan sesuai maka
peneliti melakukan uji coba alat ukur penelitian.
2. Seleksi Aitem
Seleksi aitem dilakukan setelah melakukan uji coba alat ukur. Hal ini
dilakukan untuk melihat apakah aitem-aitem tersebut dapat digunakan
aitem dihitung dengan bantuan SPSS for windows 16 dengan melihat
Cronbach’s Alpha if Aitem Deleted.
Bila ada aitem pada kolom Cronbach’s Alpha if Aitem Deleted yang
memberi nilai koefisien lebih tinggi dari nilai Alpha Cronbach
keseluruhan, maka aitem tersebut sebaiknya dihilangkan atau direvisi
(Uyanto, 2009). Peneliti menggunakan nilai aitem pada kolom Cronbach’s
Alpha if Aitem Deleted yang nilai koefisien lebih rendah atau sama dengan
nilai Alpha Cronbach keseluruhan sebagai aitem yang lolos seleksi.
Pada Skala Minat terhadap Jurusan, dari 52 aitem uji coba terdapat 9
aitem yang gugur dengan koefisien konsistensi internal alpha = 0.905.
Distribusi aitem yang sahih dan gugur dapat dilihat dalam tabel 3 berikut.
Tabel 3
Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Minat terhadap Jurusan
Tabel 4
Blue Print Skala Minat terhadap Jurusan (Setelah Uji Coba)
Komponen 1. Merasa senang terhadap
jurusan tertentu.
Ket: Nomor yang berada di dalam kurung adalah nomor aitem sebelum uji coba skala penelitian.
Pada skala motivasi berprestasi dari 50 aitem uji coba terdapat 14
aitem yang gugur dengan koefisien konsistensi internal alpha = 0.938.
Tabel 5
Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Motivasi Berprestasi
Komponen Aitem Sahih Aitem Gugur Total
Blue Print Skala Motivasi Berprestasi (Setelah Uji Coba)
Komponen Aitem
3. Reliabilitas
Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil
ukur, yang mengandung makna pengukuran. Pengukuran yang tidak
reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena
perbedaan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan oleh faktor
eror (kesalahan) daripada faktor perbedaan sesungguhnya. Pengukuran
yang tidak reliabel tentu tidak akan konsisten pula dari waktu ke waktu
(Azwar, 2007).
Pendekatan yang digunakan dalam perhitungan reliabilitas alat tes ini
adalah koefisien Alpha Cronbach, sebab koefisien alpha mempunyai nilai
praktis dan koefisien yang tinggi karena hanya dilakukan satu kali dalam
kelompok subyek (Azwar, 2007). Pada umumnya, reliabilitas telah
dianggap memuaskan bila koefisiennya (rxx’) semakin mendekati 1.
Reliabilitas alat ukur ini diselidiki dengan bantuan program yang
terdapat pada SPSS for Windows 16 dengan teknik Alpha Cronbach. Pada
skala Minat terhadap Jurusan diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.875
dari 43 aitem, yang berarti skala ini reliabel. Pada skala Motivasi
Berprestasi diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.916 dari 36 aitem,
H. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan tujuan untuk mengolah data hasil
penelitian yang masih berupa data kasar menjadi data yang lebih mudah
dibaca dan diinterpretasikan.
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi
sebaran variabel bebas dan variabel tergantung bersifat normal atau
tidak. Uji normalitas data penelitian ini menggunakan program yang
terdapat pada SPSS for Windows 16. Asumsi uji normalitas adalah jika
p > 0,05 maka sebaran yang diperoleh adalah normal.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara
variabel bebas dan variabel tergantung merupakan garis lurus atau
tidak. Uji linearitas menggunakan program yang terdapat pada SPSS
for Windows 16. Asumsi uji linearitas adalah jika p < 0,05 maka
hubungan antara kedua skala adalah linier
2. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji linearitas maka selanjutnya
adalah melakukan analisis data. Dalam penelitian ini menggunakan
analisis korelasi Pearson Product Moment pada SPSS for Windows 16
39 A. Pelaksanaan Penelitian
Tahap awal penelitian, peneliti membawa surat ijin dari Dekan Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma dengan nomor surat
075/D/Psi/USD/IX/2009 beserta proposal penelitian yang ditujukan kepada
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Cq Kepala Biro Administrasi
Pembangunan Provinsi DIY. Surat ijin tersebut kemudian ditindaklanjuti dan
peneliti memperoleh tembusan surat pengantar penelitian untuk diberikan ke
Dinas Perizinan Pemerintahan Kota Yogyakarta dengan nomor surat
070/4266. Dari Dinas Perizinan Pemerintahan Kota Yogyakarta, peneliti
kembali mendapatkan surat ijin dan membawa surat tembusan ke SMA Bopkri
Dua Yogyakarta dengan nomor surat 070/1918 – 5155/34. Dengan demikian
peneliti mendapatkan ijin secara resmi dari pihak sekolah. Surat ijin tersebut
digunakan untuk keperluan uji coba alat ukur dan penelitan. Dari pihak
sekolah menyerahkan proses uji coba dan penelitian ini kepada Guru BK
sehingga peneliti berhubungan secara langsung dengan Guru BK tersebut.
Penelitian dilaksanakan di SMA Bopkri Dua Yogyakarta. SMA Bopkri
Dua Yogyakarta terletak di Jalan Jendral Sudirman No. 87 yang merupakan
jalan protokol di kota Yogyakarta, berdekatan dengan Hotel, Rumah Sakit,
Bank dan Pusat Pertokoan. Penelitian dilaksanakan di lima kelas yaitu kelas
dikarenakan empat kelas lainnya telah digunakan dalam uji coba alat ukur.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2009.
Sama seperti uji coba alat ukur, proses penelitian juga dilakukan oleh guru
mata pelajaran yang saat itu sedang mengajar di kelas yang bersangkutan.
Peneliti dibantu oleh Guru BK dalam melakukan pengkoordinasian dengan
para guru tersebut. Proses penelitian kurang lebih selama dua minggu karena
disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran yang sekiranya luang dan dapat
digunakan dalam proses penelitian. Dari104 ekslempar yang peneliti berikan
kepada guru BK, yang kembali sejumlah 87 ekslempar, yang dapat digunakan
sebanyak 69 ekslempar, yang gugur sebanyak 13 ekslempar, dan yang kosong
sebanyak 6 ekslempar.
B. Deskripsi Subyek Penelitian
Subyek penelitian terdiri atas siswa kelas XII IPA I, XII IPA II, XII IPS
III, XII IPS IV, dan XII Bahasa. Berdasarkan identitas subyek, tabel 7
menyajikan gambaran mengenai subyek penelitian.
Tabel 7
Jenis kelamin Laki-laki 43
Perempuan 26
Usia 16 tahun 6
17 tahun 54
18 tahun 8
Dari data terlihat bahwa dari 69 siswa terdapat paling banyak siswa berada
di jurusan XII IPS dengan jumlah 36 siswa, yang lainnya berada di kelas XII
IPA dengan jumlah 27 siswa dan enam siswa di kelas XII Bahasa.
Berdasarkan jenis kelamin subyek penelitian, terdapat 43 siswa laki-laki dan
26 siswa perempuan. Ditinjau dari segi usia, rata-rata subyek berusia 17 tahun
dengan total 54 siswa, lainnya delapan siswa berusia 18 tahun, enam siswa
berusia 16 tahun dan satu siswa berusia 19 tahun.
C. Deskripsi Data penelitian
Dari hasil penelitian, diperoleh deskripsi statistik data empiris yang dapat
dilihat pada tabel 8.
Tabel 8
Deskripsi Statistik Data Empiris
Minat terhadap Jurusan
X min X max Mean SD
110 163 135.09 10.898
Motivasi Berprestasi 76 141 109.12 13.859
Dari data dapat diketahui bahwa X min empiris atau jumlah skor minimal
yang diperoleh subyek pada minat terhadap jurusan sebesar 110 dan X max
empiris atau jumlah skor maksimal yang diperoleh subyek sebesar 163. Mean
empiris atau rata-rata skor subyek 135.09 dan standar deviasinya sebesar
10.898. Sedangkan pada skala motivasi berprestasi diketahui bahwa X min
empiris atau jumlah skor minimal yang diperoleh subyek sebesar 76 dan X
Mean empiris atau rata-rata skor subyek 109.12 dan standar deviasinya
sebesar 13.859.
Untuk mengetahui kecenderungan variabel bebas (minat terhadap jurusan)
dan tingkat variabel tergantung (motivasi berprestasi) subyek penelitian,
dilakukan uji signifikansi perbedaan yaitu antara mean empiris dan mean
teoritis. Mean empiris adalah rata-rata skor data penelitian. Mean empiris
diperoleh dari angka yang merupakan rata-rata data hasil penelitian. Mean
teoritik adalah rata-rata dari alat ukur penelitian. Mean teoritik ini diperoleh
dari angka yang menjadi titik tengah alat ukur penelitian.
Pada minat terhadap jurusan, diperoleh jarak sebaran 43 (43 x 1) s/d 172
(43 x 4) dengan luar jarak sebaran 129 (172 - 43). Sehingga diperoleh mean
teoritik 107.5 (43 + 129/2). Pada motivasi berprestasi, diperoleh jarak sebaran
36 (36 x 1) s/d 144 (36 x 4) dengan luar jarak sebaran 108 (144 - 36).
Sehingga diperoleh mean teoritik 90 (36 + 108/2).
Berikut disajikan mean teoritis, mean empiris, dan standar deviasi hasil
penelitian pada data 9.
Tabel 9
Mean Teoritis, Mean Empiris dan Standar Deviasi
Minat terhadap Jurusan
Mean Empiris Mean Teoritik SD
135.09 107.5 10.898
Motivasi Berprestasi 109.12 90 13.859
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa mean empiris minat
terhadap jurusan lebih besar dari mean teoritiknya (135.09 > 107.5). Ini
cenderung tinggi. Demikian pula dengan motivasi berprestasi, mean
empirisnya lebih besar daripada mean teoritiknya (109.12 > 90). Ini
menandakan bahwa subyek penelitian memiliki motivasi berprestasi yang
cenderung tinggi.
D. Analisis Data Penelitian
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan program SPSS for
Windows 16 diperoleh data seperti pada tabel 10.
Tabel 10
Hasil Uji Normalitas Data Minat terhadap Jurusan dan Motivasi Berprestasi
Variabel KS-test Asymp. Sig Sebaran Minat terhadap Jurusan 0.519 0.951 Normal Motivasi Berprestasi 1.016 0.253 Normal
Nilai Kolmogorov-Smirnov Test pada variabel minat terhadap
jurusan adalah sebesar 0.519 dengan p lebih besar dari 0.05 (0.951 >
0.05). Dari data tersebut terlihat bahwa distribusi pada skala minat
terhadap jurusan terbukti tidak menyimpang dari distribusi normal.
Pada variabel motivasi berprestasi, nilai Kolmogorov-Smirnov Test
adalah sebesar 1.016 dengan p lebih besar dari 0.05 (0.253 > 0.05).
Dari data tersebut terlihat bahwa distribusi pada skala motivasi
b. Uji Linieritas
Dari hasil uji linieritas dengan menggunakan program SPSS for
Windows 16 diperoleh data seperti pada tabel 11.
Tabel 11 Linearity 21.188 0.000 Deviation from
Linearity
0.566 0.945
Hasil dari uji linieritas menunjukkan bahwa antara variabel Minat
terhadap Jurusan dan Motivasi Berprestasi menunjukkan garis linier
dengan signifikansi 0.000 (p < 0.05) dan harga F linieritas sebesar
21.188. Dengan demikian membuktikan bahwa ada hubungan yang
bersifat linier antara minat terhadap jurusan dengan motivasi
berprestasi.
2. Uji Hipotesis
Dari hasil uji hipotesis dengan menggunakan program SPSS for
Windows 16 diperoleh data seperti pada tabel 12.
Tabel 12
Hasil Uji Hipotesis Korelasi Pearson Product Moment antara Minat terhadap Jurusan dan Motivasi Berprestasi
Korelasi P Signifikansi
(1-tailed)