PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA Studi Kasus: Siswa Kelas XI Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI I
Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Fransiska Rahardini NIM: 051334011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA Studi Kasus: Siswa Kelas XI Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI I
Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh: Fransiska Rahardini
NIM: 051334011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Sebagai ungkapan kasihku kepada:
Yesus Kristus, Bunda Maria, dan Bapa Yosef, atas rancanganNya yang begitu indah dan kekuatanNya yang memampukanku untuk menyelesaikan kuliahku ini
Terima kasih untuk segala cinta, perhatian, doa, dan dukungan dari orang-orang terdekat di hatiku: untuk Bapak Yulianus Suhardi dan Ibu Theresia Ngadirah serta sahabat-sahabatkuSatu hal yang membuatku terharu, Ketika aku hampir putus asa, Kalian ulurkan kasih yang menguatkan,
Ketika aku merasa kecewa,
Kalian berikan kehangatan, membangkitkan, Ketika aku berbuat kesalahan,
dengan tulus ikhlas kalian memaafkan, Ketika aku meraih kesuksesan,
Kepada kalian pertama kali kupersembahkan penghargaan, Terima kasih atas segala kasih sayang dan semangat yang
v MOTTO
Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil
Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki
(Gandhi)
Jalani hidup tanpa ketakutan, hadapi semua masalah
dan yakinlah bahwa kita dapat mengatasi semua itu
Keep your heart open to dreams. For as long as there’s a
dream,
viii ABSTRAK
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA Studi Kasus: Siswa Kelas XI Jurusan Akuntansi
SMK BOPKRI I Yogyakarta
Fransiska Rahardini Universitas Sanata Dharma
2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi dengan pokok bahasan pengelolaan kartu aktiva tetap melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI I Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 22 siswa.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus dan masing-masing siklus menggunakan waktu 3 jam pelajaran. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) instrumen observasi terhadap guru, (2) instrumen observasi terhadap siswa, (3) instrumen observasi terhadap kelas, (4) kuesioner motivasi belajar, (5) instrumen refleksi oleh guru mitra, dan (6) instrumen refleksi oleh siswa terhadap perangkat dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
ix ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD OF JIGSAW IN ACCOUNTING SUBJECT TO
INCREASE STUDENT’S LEARNING MOTIVATION
A Case Study: The 11th Grade Students of The Accounting Department of BOPKRI I Vocational High School Yogyakarta
Fransiska Rahardini Sanata Dharma University
2011
This research aims to find out how to know the progress of student’s motivation in learning Accounting with the topic of discussion is fixed assets management through the implementation of cooperative learning method of Jigsaw. It is a Classroom Action Research (CAR). The research subjects are 22 students of the 11th grade students of Accounting Department of BOPKRI I Vocational High School Yogyakarta in 2010/2011 academic year.
The classroom action research was conducted in two cycles, which every cycle lasted in three hour lesson. The primary components of the research consisted of (1) instruments for teacher observation, (2) instruments for student observation, (3) instruments for classroom observation, (4) learning motivation questionnaire, (5) instruments of reflection of teacher’s partner and, (6) instruments for reflection from students towards the cooperative learning method of Jigsaw.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih-Nya yang besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA”.
Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidaklah mungkin dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan, kerja sama, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
xi
4. Bapak Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;
5. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;
6. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan;
7. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran proses kuliah selama ini;
8. Ibu Dra. Indri Pamiyarti selaku Kepala Sekolah SMK BOPKRI I Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian; 9. Ibu Ertyn Tyas Prabandari S.Pd selaku guru mitra dalam penelitian tindakan
kelas ini;
10.Staf pengajar, tenaga administrasi, dan siswa SMK BOPKRI I Yogyakarta, khususnya untuk kelas XI Jurusan Akuntansi yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian;
xii
12.Keluarga besar Asrama Syantikara khususnya kepada Suster Benedicte CB terima kasih atas segala kasih sayang dan didikannya selama penulis tinggal di asrama;
13.Teman-temanku di Asrama Syantikara: U6, UBB, Kopel 11, dan Sint Pieter (Mbak Santi, Mbak Mika, Mbak Maria, Mbak Frima, Mbak Lani, Mbak Sinta, Kak Gusti, Kak Siska, Berta, Cindy, Clara, Lisa, Windy, Neng, Elis, Endah, Dida, Lin, Rini, Veni, Zha Zha, Sari, Tina, Renti, Nita, Melly, Tia, Bella, Galih, dan Reni) terima kasih atas kebersamaannya selama ini sehingga telah membuat kehidupan di asrama menjadi terasa indah;
14.Semua teman-teman PAK 2005 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih untuk kebersamaan selama di kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi;
xiv DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN TEORITIK ... 7
A. Metode Pembelajaran Cooperative Learning ... 7
B. Metode Pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw ... 11
xv
D. Penelitian Tindakan Kelas ... 16
E. Kerangka Berpikir ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
A. Jenis Penelitian ... 22
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 22
D. Prosedur Penelitian ... 23
E. Instrumen Penelitian ... 27
F. Analisis Data ... 30
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 32
A. Sejarah SMK BOPKRI I Yogyakarta ... 32
B. Visi, Misi, dan Tujuan SMK BOPKRI I Yogyakarta ... 33
C. Sistem Pendidikan SMK BOPKRI I Yogyakarta ... 35
D. Kurikulum SMK BOPKRI I Yogyakarta ... 36
E. Organisasi Sekolah SMK BOPKRI I Yogyakarta ... 39
F. Sumber Daya Manusia SMK BOPKRI I Yogyakarta ... 51
G. Siswa SMK BOPKRI I Yogyakarta ... 51
H. Kondisi Fisik dan Lingkungan Sekolah SMK BOPKRI I Yogyakarta ... 52
I. Fasilitas Pendidikan dan Latihan SMK BOPKRI I Yogyakarta ... 53
J. Majelis Sekolah/Dewan Sekolah/Komite Sekolah SMK BOPKRI I Yogyakarta ... 55
K. Hubungan SMK BOPKRI I Yogyakarta dengan Instansi Lain ... 56
xvi
BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ... 60
A. Deskripsi Penelitian ... 60
1. Observasi Pendahuluan ... 60
a. Observasi Guru ... 61
b. Observasi Siswa ... 65
c. Observasi Kelas ... 68
2. Siklus Pertama ... 74
a. Perencanaan ... 74
b. Tindakan ... 77
c. Observasi ... 81
d. Tingkat Motivasi Belajar Siswa ... 88
e. Refleksi ... 90
3. Siklus Kedua ... 95
a. Perencanaan ... 95
b. Tindakan ... 98
c. Observasi ... 102
d. Tingkat Motivasi Belajar Siswa ... 108
e. Refleksi ... 110
B. Komparasi Motivasi Belajar Siswa Sebagai Dampak Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 115
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 119
A. Kesimpulan ... 119
B. Keterbatasan Penelitian ... 120
C. Saran ... 121
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 29
Tabel 5.1 Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran ... 63
Tabel 5.2 Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 66
Tabel 5.3 Analisis Tingkat Motivasi Belajar Siswa Pra Penelitian ... 67
Tabel 5.4 Kondisi Kelas Selama Proses Pembelajaran ... 70
Tabel 5.5 Aktivitas Guru pada Siklus I ... 81
Tabel 5.6 Kegiatan Siswa pada Siklus I ... 85
Tabel 5.7 Kondisi Kelas pada Siklus I ... 87
Tabel 5.8 Analisis Tingkat Motivasi Belajar Siswa Siklus I ... 88
Tabel 5.9 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus I ... 90
Tabel 5.10 Respon Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus I ... 92
Tabel 5.11 Aktivitas Guru pada Siklus II ... 102
Tabel 5.12 Kegiatan Siswa pada Siklus II ... 106
Tabel 5.13 Kondisi Kelas pada Siklus II ... 107
Tabel 5.14 Analisis Tingkat Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 109
Tabel 5.15 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus II ... 111
Tabel 5.16 Respon Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus II ... 113
xviii
DAFTAR GAMBAR
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 125
Lampiran 2 Catatan Anekdotal Terhadap Guru dalam Proses Pembelajaran ... 157
Lampiran 3 Catatan Anekdotal Terhadap Siswa dalam Proses Pembelajaran .... 158
Lampiran 4 Catatan Anekdotal Terhadap Kondisi Kelas dalam Proses Pembelajaran ... 159
Lampiran 5 Instrumen Pengamatan Terhadap Guru dalam Proses Pembelajaran ... 160
Lampiran 6 Instrumen Pengamatan Terhadap Siswa ... 162
Lampiran 7 Instrumen Pengamatan Kelas ... 163
Lampiran 8 Kuesioner Motivasi Belajar Sebelum Pembelajaran ... 164
Lampiran 9 Kuesioner Motivasi Belajar Setelah Pembelajaran ... 166
Lampiran 10 Instrumen Refleksi Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 168
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan proses komunikasi
antara guru dan siswa. Di dalam komunikasi tersebut, guru menyampaikan
pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa. Komunikasi tidak selalu dapat
berjalan dengan lancar bahkan terkadang menimbulkan kebingungan bagi siswa,
salah pengertian dan salah konsep. Dalam interaksi belajar, berhasilnya proses
belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah semata-mata untuk kepentingan
siswa. Dikatakan demikian karena tujuan dari proses belajar mengajar itu adalah
untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan penanaman sikap
mental/nilai-nilai.
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan yang diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, dan menyenangkan akan memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi kreativitas dan
kemandirian yang sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Proses pembelajaran yang diselenggarakan secara formal
di sekolah dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara
terencana baik yang berkaitan dengan aspek pengetahuan, keterampilan maupun
Menurut Ali (1987:13), aktivitas yang menonjol dalam pengajaran ada
pada diri siswa. Namun demikian bukanlah peran guru menjadi tersisihkan,
melainkan diubah. Guru berperan bukan sebagai penyampai informasi, tetapi
bertindak sebagai director dan facilitator of learning (pengaruh dan pemberi
fasilitas untuk terjadinya proses belajar). Para siswa bisa juga saling mengajar
dengan sesama siswa lainnya. Bahkan banyak penelitian menunjukkan bahwa
dalam batas-batas tertentu pembelajaran oleh rekan sebaya ternyata lebih efektif
daripada pembelajaran oleh guru. Metode pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lainnya dalam
tugas-tugas yang terstruktur disebut metode pembelajaran kooperatif (cooperative
learning). Dalam metode ini guru bertindak sebagai fasilitator.
Kondisi pembelajaran di SMK BOPKRI I Yogyakarta pada umumnya
menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran masih banyak didominasi oleh guru,
walaupun para siswa diberi kesempatan untuk bertanya tetapi mereka tidak
memanfaatkan kesempatan tersebut. Kemungkinan para siswa merasa bosan
mendengarkan ceramah sehingga sebagian siswa tidak tertarik, dan tidak
termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. Sikap siswa tersebut tampak
pada saat guru mengajar, mereka merasa jenuh dan mengantuk sehingga mereka
merasa enggan untuk mengikuti pembelajaran. Dengan sikap tersebut, tentu saja
akan berpengaruh pada motivasi belajar siswa
Ada berbagai metode pembelajaran yang bisa digunakan dalam kegiatan
menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw. Sejak tahun 2004 telah
diterapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan kini telah berubah
menjadi kurikulum 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
yang menggunakan paradigma pembelajaran konstruktivistik dalam kegiatan
pembelajarannya. Esensi dari konstruksi adalah ide bahwa siswa harus
menemukan dan mengtransformasikan suatu informasi yang kompleks ke situasi
lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan
dasar ini pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan
menerima pengetahuan.
Tugas guru adalah memfasilitasi proses pembelajaran dengan : (1)
menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberi
kesempatan bagi siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, (3)
menyadarkan bagi siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar
(Sagala, 2005:88). Tetapi dalam praktiknya, pendidikan kita masih didominasi
oleh pandangan bahwa pengetahuan merupakan seperangkat fakta yang harus
dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan,
kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar mengajar, sehingga
kegiatan belajar mengajar lebih memperlihatkan proses transfer pengetahuan atau
konsep-konsep dari guru kepada peserta didik.
Hal inilah yang mendasari pentingnya seorang guru memiliki kemampuan
dan ketepatan dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang dapat
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang dapat diterapkan oleh guru
adalah cooperative learning tipe jigsaw. Tipe ini dapat membantu guru dalam
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Dalam metode ini, para
siswa tidak hanya berinteraksi dengan sesama anggota kelompok tetapi juga
berinteraksi dengan anggota kelompok yang lain. Dengan kondisi pembelajaran
seperti ini diharapkan para siswa dapat termotivasi untuk mengikuti proses
pembelajaran.
Dari uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw dan menyelidiki dampaknya terhadap motivasi belajar siswa.
Penelitian ini selanjutnya dituangkan dalam judul “Penerapan Metode
Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw Pada Mata Pelajaran
Akuntansi Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa”. Penelitian ini
dilakukan pada siswa kelas XI Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI I Yogyakarta.
B. Batasan Masalah
Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki bagaimana penerapan
metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam upaya meningkatkan motivasi
belajar siswa pada proses pembelajaran akuntansi khususnya dalam materi
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah
bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi
melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi melalui
penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk lebih meningkatkan
pembelajaran di kelasnya dan akan semakin terbiasa melakukan penelitian
tindakan kelas khususnya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang berguna,
berharga, dan dapat menjadi bekal bagi peneliti untuk terjun ke dunia
pendidikan dan memperoleh pengetahuan dalam menganalisis suatu masalah
3. Bagi SMK BOPKRI I Yogyakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah ilmu pengetahuan
dalam mata pelajaran akuntansi di SMK BOPKRI I Yogyakarta dalam upaya
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIK
A. Metode Pembelajaran Cooperative Learning
1. Pengertian Pembelajaran Cooperative Learning
Menurut Lie (2002:12), sistem pengajaran yang memberi kesempatan
kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam
tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem pembelajaran gotong royong
atau cooperative learning. Dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.
Menurut Kagan (1994:8), cooperative learning merupakan suatu
model pembelajaran yang berisi serangkaian aktivitas pembelajaran yang
diorganisasikan sedemikian rupa sehingga pembelajaran tersebut difokuskan
pada pertukaran informasi terstruktur antar pelajar dalam grup yang bersifat
sosial dan masing-masing pelajar bertanggung jawab atas pembelajaran yang
mereka jalani. Sementara menurut Nurhadi (2004:112), cooperative learning
adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok
kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Dengan model pembelajaran ini, diharapkan siswa
semakin aktif dalam mempelajari dan memperoleh berbagai konsep atau teori,
pengetahuan, dan keterampilan dengan bekerja sama dengan siswa lainnya.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa dalam
pengembangan kualitas diri siswa dapat dilakukan secara bersama-sama.
Belajar dalam kelompok kecil dengan prinsip kooperatif sangat baik
digunakan untuk tujuan belajar baik yang sifatnya kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Dengan demikian cooperative learning dapat diartikan sebagai
suatu metode pembelajaran dengan cara berkelompok, dimana setiap anggota
kelompok mempunyai tanggung jawab terhadap anggota kelompoknya yang
lain dengan cara bekerja sama.
2. Unsur-Unsur Pembelajaran Cooperative Learning
Menurut Roger dan David Johnson (Lie, 2002), ada lima unsur yang
harus dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif antara lain:
a. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Kerja sama dan usaha setiap anggota turut mempengaruhi keberhasilan kelompok. Abdurrahman dan Bintoro (Nurhadi, 2004) menjelaskan bahwa saling ketergantungan ini dapat dicapai melalui: (a) saling ketergantungan mencapai tujuan, (b) saling ketergantungan menyelesaikan tugas, (c) saling ketergantungan bahan atau sumber, (d) saling ketergantungan peran, dan (e) saling ketergantungan hadiah.
b. Tanggung jawab perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
c. Tatap muka
anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi. d. Komunikasi antar anggota
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak semua siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
e. Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.
3. Langkah-Langkah dalam Pembelajaran Cooperative Learning
Menurut Slavin dan Stahl (Solihatin dan Raharjo, 2007:10-12),
langkah-langkah dalam pembelajaran cooperative learning dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Langkah pertama adalah merancang rencana pembelajaran. Pada langkah ini perlu ditetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran, sikap dan keterampilan sosial yang diharapkan dan diperlihatkan oleh siswa selama berlangsungnya pembelajaran. Dalam perancangan proses pembelajaran, materi dan tugas-tugas perlu distruktur sedemikian rupa sehingga mencerminkan sistem kerja dalam kelompok-kelompok kecil. Artinya bahwa materi dan tugas-tugas itu adalah untuk dibelajarkan dan dikerjakan secara bersama dalam dimensi kerja kelompok. Agar kegiatan belajar bersama dalam kelompok dapat berjalan dengan baik dan efektif, maka perlu dijelaskan tujuan dan sikap serta keterampilan sosial yang ingin dicapai dan diperlihatkan oleh siswa selama pembelajaran. Hal ini perlu, karena dengan demikian siswa tahu dan memahami apa yang harus dilakukannya selama proses belajar mengajar berlangsung
menyampaikan materi secara panjang lebar, karena pemahaman dan pendalaman materi akan berlangsung dalam kelompok. Guru hanya menjelaskan pokok-pokok materi dengan tujuan agar siswa mempunyai wawasan dan orientasi yang memadai tentang materi yang diajarkan. Pada saat kegiatan belajar dalam kelompok kecil, guru mulai memonitoring dan mengobservasi kegiatan belajar siswa berdasarkan lembar observasi yang telah dirancang sebelumnya.
c. Langkah ketiga adalah observasi kegiatan belajar siswa. Selama melakukan observasi, guru berusaha untuk mengarahkan dan membimbing siswa, baik secara individual maupun kelompok, baik dalam memahami materi, sikap, dan perilaku siswa selama kegiatan belajar berlangsung. Pemberian pujian dan kritik yang membangun merupakan aspek penting yang diperlukan dalam tahap ini.
d. Langkah keempat adalah presentasi hasil kerja kelompok. Masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi kelas ini, guru bertindak sebagai moderator. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahaman siswa terhadap materi atau hasil kerja yang telah dipresentasikannya. Setelah kegiatan presentasi berakhir, guru mengajak siswa untuk membuat refleksi diri terhadap proses pembelajaran dengan tujuan untuk melihat dan sekaligus memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada atau pun sikap atau perilaku menyimpang yang dilakukan selama proses pembelajaran.
4. Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (Catur Rismiati dan Susento, 2007:228), ada lima tipe
pembelajaran kooperatif diantaranya:
a. Student Teams Achievement Division (STAD)
Dalam tipe ini, siswa berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang yang terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Setelah semua kelompok sudah selesai mengerjakan soal, guru memberikan kunci jawaban dan meminta siswa untuk memeriksa hasil pekerjaan. Kemudian guru mengadakan kuis. b. Teams Games Tournament (TGT)
c. Learning Together
Dalam tipe ini guru menjelaskan materi pembelajaran. Setelah itu siswa dibagi dalam kelompok heterogen yang terdiri dari empat sampai enam orang untuk mengerjakan lembar kerja. Guru menilai hasil kerja kelompok. Kemudian siswa mengerjakan kuis secara individual yang mana kuis tersebut akan dinilai oleh guru sebagai hasil kerja individual. d. Group Investigation
Dalam metode ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran, kemudian menjelaskannya kepada seluruh siswa di kelas. Diharapkan untuk menerima tanggung jawab besar untuk menentukan apa yang dipelajari, mengorganisasikan kelompok mereka sendiri tentang bagaimana cara menguasai materi, dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikannya kepada seluruh siswa di kelas.
e. Jigsaw
Dalam tipe ini, tiap kelompok terdiri dari lima atau enam orang. Setiap anggota kelompok diminta untuk mempelajari satu bagian materi pelajaran kemudian menjelaskannya kepada anggota kelompok yang lain, kemudian guru mengadakan kuis.
B. Metode Pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw
Metode pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dikembangkan dan
diuji oleh Elliot Aronson et all (Anita Lie, 2002:69). Menggunakan jigsaw,
siswa-siswa ditempatkan ke dalam tim-tim belajar heterogen beranggotakan lima sampai
enam orang. Berbagai materi akademis disajikan kepada siswa dalam bentuk teks,
dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari satu porsi materinya.
Sebagai contoh, bila materi tekstualnya adalah tentang cooperative learning,
seorang siswa di tim akan bertanggung jawab untuk mempelajari STAD, seorang
untuk Jigsaw, seorang untuk Group Investigation dan satu atau dua orang lainnya
akan menjadi ahli (expert) untuk dasar penelitian dan sejarah cooperative
yang sama (kadang-kadang disebut expert group atau kelompok ahli) bertemu
untuk belajar dan saling membantu dalam mempelajari topik tersebut. Setelah itu
siswa kembali ke tim asalnya dan mengajarkan sesuatu yang telah mereka pelajari
dalam expert group kepada anggota-anggota lain di timnya masing-masing.
Setelah pertemuan dan diskusi tim asal, siswa mengerjakan kuis secara individual
tentang berbagai materi belajar.
C. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Dalam bahasa latin, motivasi berasal dari kata motivum yang
menunjukkan bahwa ada alasan tentang mengapa sesuatu itu bertindak.
Motivasi adalah salah satu prasyarat yang amat penting dalam belajar
(Wuryani, 1986:143). Motivasi dalam belajar tidak saja merupakan suatu
energi yang menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi juga sebagai sesuatu
yang mengarahkan aktivitas siswa untuk mencapai tujuan belajar. Motivasi
belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh siswa tercapai. Dikatakan “ keseluruhan”, karena biasanya
ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar.
Menurut W. S. Winkel (1989:92), motivasi belajar adalah keseluruhan
daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, menjamin kelangsungan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan
belajar.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk
memahami dan mengembangkan motivasi belajar siswa, guru hendaknya
mampu membangkitkan kebutuhan siswanya untuk berprestasi.
2. Tipe-Tipe Motivasi
1) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan oleh faktor
pendorong yang berasal dari dalam diri (internal) individu. Tingkah laku
terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor dari lingkungan. Individu
bertingkah laku karena mendapatkan energi dan pengaruh tingkah laku
yang tidak dapat kita lihat sumbernya dari luar. Individu yang melakukan
kegiatannya didorong oleh motivasi intrinsik, maka kegiatannya adalah
untuk mencapai tujuan yang merupakan hasil kegiatan itu (Prayitno,
1989:10-11).
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah bentuk motivasi yang di dalam aktivitas belajar
dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang tidak secara
mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar (Winkel, 1984:27). Motivasi
di dalam diri siswa untuk belajar, dikatakan demikian karena tujuan utama
individu melakukan kegiatan adalah untuk mencapai tujuan yang terletak
di luar aktivitas belajar itu sendiri (Prayitno, 1989:14).
3. Peranan Motivasi Belajar
Menurut Uno (2002:27), ada beberapa peranan penting dari motivasi
dalam belajar dan pembelajaran antara lain :
a. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak
yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan
pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang
pernah dilaluinya.
b. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya
dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu,
jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati
manfaatnya bagi anak.
c. Motivasi menentukan ketekunan belajar
Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan
berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun dengan harapan
memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini, tampak bahwa motivasi
4. Teknik-Teknik Motivasi
Menurut Uno (2007:34), ada beberapa teknik motivasi yang dapat
dilakukan dalam pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pernyataan penghargaan secara verbal
b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemicu keberhasilan
c. Menimbulkan rasa ingin tahu
d. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa
e. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa
f. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar
g. Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu
konsep dan prinsip yang telah dipahami.
h. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari
sebelumnya.
i. Menggunakan simulasi dan permainan
j. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya
di depan umum.
k. Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa
dalam kegiatan belajar.
D. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
1. Pengertian PTK
Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom
Action Research (CAR), yaitu suatu action research yang dilakukan di kelas.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:3), ada tiga kata yang membentuk
pengertian tersebut yaitu:
1. Penelitian
Penelitian ini berhubungan dengan suatu kegiatan mencermati suatu objek
dengan menggunakan cara atau aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan
mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan
Tindakan berhubungan dengan suatu gerak kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian ini berbentuk
rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3. Kelas
Pengertian ruang kelas tidak terikat hanya pada ruang kelas, tetapi
mengandung pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama
dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan
istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama
Pendapat lain dikemukan oleh Susento (2007:1), bahwa penelitian
tindakan kelas merupakan bentuk khusus dari penelitian tindakan.
Kekhususannya terletak pada: (1) situasi sosial yang dimaksud adalah situasi
kelas, dan (2) tindakan atau praktik yang dimaksud adalah pembelajaran
dalam kelas tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsep
penelitian tindakan kelas ditujukan untuk memperbaiki suatu proses
pembelajaran untuk dapat meningkatkan keaktifan peserta didik, sesuai
dengan kurikulum yang ada saat ini.
Website PPPG tertulis Bandung (Susento, 2007:1) menyajikan dua
karakteristik dari penelitian tindakan kelas yaitu:
1. Permasalahan yang diangkat untuk dipecahkan melalui PTK harus selalu
berangkat dari persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi
guru. Oleh karena itu, PTK dapat dilaksanakan jika guru sejak awal
memang menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan hasil
pembelajaran yang ia hadapi di kelas. Kemudian dari persoalan itu, guru
menyadari pentingnya persoalan tersebut untuk dipecahkan secara
profesional
2. PTK diindikasikan oleh adanya tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk
memperbaiki proses belajar-mengajar di kelas. Oleh karena itu, ciri khas
PTK terletak pada adanya tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan
suatu bentuk penelitian yang mengarah kepada tindakan-tindakan secara
terstruktur terhadap sekelompok siswa pada waktu yang sama dalam rangka
peningkatan kualitas proses pembelajaran.
2. Manfaat PTK
Menurut website PPPG tertulis Bandung (Susento, 2007), manfaat PTK antara
lain sebagai berikut:
a. Inovasi pembelajaran
Dalam inovasi pembelajaran, guru perlu selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya. Dalam konteks ini, guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, jika guru melakukan PTK dari kelasnya sendiri dan berangkat dari persoalannya tersebut, maka secara tidak langsung telah terlibat dalam proses inovasi pembelajaran.
b. Pengembangan kurikulum di sekolah dan di kelas
Untuk kepentingan pengembangan kurikulum pada tingkat kelas, PTK akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber masukan. PTK dapat membantu guru untuk lebih dapat memahami hakikat secara empirik dan bukan sekedar pemahaman secara teoritik.
c. Peningkatan profesionalisme guru
Guru yang profesional tidak akan merasa enggan melakukan berbagai perubahan dalam praktik pembelajaran sesuai dengan kondisi kelasnya. PTK merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas, kemudian meningkatkannya menuju ke arah perbaikan-perbaikan secara profesional. Guru yang profesional perlu melihat dan menilai sendiri secara kritis terhadap praktik pembelajarannya di kelas sehingga guru pada akhirnya akan mendapat otonomi secara profesional.
3. Tahap-Tahap Pelaksanaan PTK
Dalam tahap PTK dilakukan kegiatan-kegiatan yang membentuk siklus.
a. Perencanaan tindakan
Menyusun rencana tindakan untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan. Rencana tindakan mencakup semua langkah tindakan secara rinci, segala keperluan untuk melaksanakan tindakan, dan berbagai kendala yang mungkin timbul beserta cara mengatasinya.
b. Pelaksanaan tindakan
Melaksanakan semua rencana tindakan dalam proses pembelajaran di kelas.
c. Observasi tindakan
Mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi bertujuan untuk mengumpulkan data yang berisi tentang pelaksanaan tindakan dan dampaknya terhadap proses dan hasil pembelajaran. Dalam melaksanakan observasi, guru bisa dibantu oleh pengamat luar (teman sejawat atau orang yang berkompeten).
d. Refleksi terhadap tindakan
Gambar 2.1
Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas
Pelaksanaan Tindakan
(Aksi)
Observasi Perencanaan
Tindakan
Refleksi
Pelaksanaan Tindakan
(Aksi)
Observasi Perencanaan
Ulang
Refleksi
SIKLUS I
E. Kerangka Berpikir
Rendahnya motivasi belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran akuntansi
disebabkan karena kebiasaan belajar bersama dalam kelompok (diskusi
kelompok) belum terbentuk. Terbukti masih dijumpai dalam kelas terdapat
beberapa siswa yang bersikap acuh tak acuh, tidur-tiduran, bermain handphone,
ataupun asyik membicarakan hal-hal lain dengan teman di luar materi pelajaran
pada saat guru sedang menjelaskan materi pelajaran. Hal tersebut dapat terjadi
karena guru belum menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan
karena selama ini guru hanya memakai metode ceramah dan latihan soal saja.
Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan tipe yang paling
sederhana dari tipe-tipe pembelajaran kooperatif lainnya. Dengan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw diharapkan sebagai upaya dalam peningkatan motivasi
belajar siswa. Karena dalam pembelajaran dengan menggunakan metode
kooperatif tipe jigsaw siswa diajak untuk belajar dalam kelompok-kelompok
(kelompok asal dan kelompok ahli) yang memungkinkan mereka dapat saling
berdiskusi dan masing-masing kelompok bertanggung jawab untuk menguasai
salah satu bagian materi belajar dan kemudian mengajarkan bagian itu kepada
anggota-anggota lain dalam kelompoknya sehingga diharapkan nantinya akan
dapat merangsang siswa untuk tertarik dan terlibat dalam proses pembelajaran
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan
kelas adalah penelitian yang bersifat mandiri yang dilakukan oleh peneliti dalam
lingkungan sekolah. Penelitian ini merupakan salah satu strategi pemecahan
masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan
kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di SMK BOPKRI I Yogyakarta, Jl. Cik Ditiro
No. 37 Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2010
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI
2. Objek Penelitian
Objek penelitiannya adalah peningkatan motivasi belajar siswa melalui
penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran
akuntansi.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga siklus yang akan dijabarkan sebagai
berikut:
1. Kegiatan Pra Penelitian
a. Observasi pada guru
Observasi terhadap guru meliputi kegiatan pra pembelajaran (melakukan
apersepsi dan menyampaikan kompetensi yang akan dicapai), kegiatan
inti (penguasaan materi pelajaran, pemanfaatan media/sumber belajar),
pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa, penilaian
proses dan hasil belajar, penggunaan bahasa, dan kegiatan penutup
(melakukan refleksi, rangkuman, dan tindak lanjut setelah pembelajaran).
b. Observasi pada siswa
Masing-masing individu siswa dapat diamati secara individual atau
berkelompok sebelum, saat berlangsung, dan sesudah usai pembelajaran.
Perubahan pada setiap individu juga dapat diamati pada saat
pembelajaran. Observasi terhadap siswa meliputi kegiatan pra
(siswa memperhatikan penjelasan guru, siswa menanggapi pembahasan
pembelajaran, siswa mencatat hal-hal penting), kegiatan penutup (siswa
mengerjakan tugas dengan baik, secara pribadi maupun dalam kelompok).
c. Observasi pada kelas
Pengamatan ini sangat bermanfaat karena dapat mengungkapkan
praktik-praktik pembelajaran yang menarik di kelas. Di samping itu, observasi
demikian dapat menunjukkan strategi yang digunakan guru dalam
menangani kendala dan hambatan pembelajaran yang terjadi di kelas.
Observasi anekdotal kelas meliputi deskripsi tentang lingkungan fisik
kelas, tata letaknya, dan suasana pembelajaran dalam kelas (kerja sama
dan hubungan antar siswa).
2. Siklus Pertama
Kegiatan yang dilakukan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan. Kegiatan yang dilakukan meliputi:
a. Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana tindakan yang berupa
penyiapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang meliputi:
1). Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk
memetakan para siswa berdasarkan kemampuannya dan membagi
siswa secara heterogen. Kelompok ini biasanya terdiri dari 4-5 orang
siswa yang heterogen dilihat dari prestasi akademik, ras atau etnik.
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,
lembar observasi guru, dan lembar observasi siswa.
2). Peneliti menyiapkan instrumen pengumpulan data yang meliputi:
a) Instrumen untuk mengetahui motivasi belajar siswa berupa
kuesioner sebelum dan setelah pembelajaran.
b) Instrumen untuk mengobservasi kegiatan guru di kelas
c) Instrumen observasi terhadap siswa dalam mengikuti proses
belajar terkait dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
d) Instrumen observasi terhadap kelas
e) Instrumen refleksi oleh guru mitra
f) Instrumen refleksi oleh siswa
b. Tindakan
Pada tahap ini penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sesuai
dengan rencana tindakan yang telah dibuat pada saat perencanaan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membagi siswa dalam kelompok
Siswa dibagi dalam 5 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari
4-5 orang yang anggotanya dilihat dari prestasi akademik, jenis
kelamin, ras atau etnik. Dalam 1 kelompok, masing-masing siswa
diberi nama orang pertama, orang kedua sampai orang kelima.
Kemudian orang pertama dari masing-masing kelompok berkumpul
Hal yang sama juga dilakukan oleh orang kedua sampai orang kelima.
Selanjutnya guru membagikan materi kepada masing-masing
kelompok para ahli. Fungsi kelompok adalah untuk mendalami materi
bersama teman kelompoknya.
2) Pembahasan
Guru bersama siswa melakukan pembahasan materi dengan metode
tanya jawab.
3) Kuis
Untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi, maka
guru mengadakan kuis/ulangan seputar materi yang diberikan.
c. Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan atas hasil atau dampak
pelaksanaan tindakan, yaitu meliputi: pengamatan terhadap guru,
pengamatan terhadap siswa, pengamatan terhadap kelas serta pengamatan
atas hasil atau dampak pelaksanaan tindakan dan dalam hal ini motivasi
belajar siswa dapat dilihat dengan melihat kemauan siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran (kuesioner). Pengamatan juga dilakukan
menggunakan perekaman dengan video camcorder.
d. Refleksi
Pada tahap ini dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan hasil
observasi terhadap kualitas proses dan hasil pembelajaran. Ada dua
1) Refleksi segera setelah suatu pertemuan berakhir digunakan untuk
mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan
pemecahannya untuk perbaikan dalam pertemuan berikutnya
(penyesuaian rencana pembelajaran atau instrumen yang perlu
disempurnakan).
2) Refleksi pada akhir siklus pertama digunakan untuk mengetahui
apakah target yang ditetapkan sesuai dengan indikator keberhasilan
tindakan telah tercapai.
3. Siklus Kedua
Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus kedua pada dasarnya sama
dengan siklus pertama, hanya tindakannya yang berbeda. Tindakan pada
siklus kedua ini ditentukan berdasarkan hasil refleksi siklus pertama.
Demikian juga halnya dengan siklus ketiga, hasil refleksi siklus pertama dan
kedua akan disempurnakan dalam siklus ketiga.
E. Instrumen Penelitian
Beberapa instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1. Instrumen Pra Penelitian
a. Instrumen untuk mengobservasi kegiatan guru di kelas (catatan anekdotal,
lampiran 2).
b. Instrumen observasi terhadap siswa dalam mengikuti proses belajar
c. Instrumen observasi terhadap kelas (catatan anekdotal, lampiran 4).
2. Siklus Pertama
a. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa
persiapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan
instrumen:
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam RPP ini guru menetapkan langkah-langkah apa saja yang akan
dilakukan dalam pembelajaran, serta kegiatan-kegiatan apa saja yang
harus dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan perbaikan
yang direncanakan.
2) Grouping
Dalam pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini,
siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang.
b. Tindakan
Tindakan ini merupakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw yang telah direncanakan. Instrumen yang diperlukan meliputi:
instrumen untuk mengobservasi guru (lampiran 5), instrumen untuk
mengobservasi perilaku siswa (lampiran 6), instrumen untuk
mengobservasi kelas (lampiran 7) dan instrumen motivasi belajar siswa
menggunakan kuesioner sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran
Tabel 3.1
Operasional Variabel Motivasi Belajar
Nomor butir Variabel Indikator
Positif Negatif Motivasi belajar 1.adanya hasrat dan
keinginan berhasil
Untuk mengukur motivasi belajar ini menggunakan skala Likert dengan
empat alternatif jawaban yang diberi tanda checklist (√) pada lembar yang
telah disediakan yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak
setuju. Bobot yang diberikan untuk alternatif jawaban adalah sangat setuju
(SS) diberi skor 4, setuju (S) diberi skor 3, tidak setuju (TS) diberi skor 2,
dan sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1.
c. Refleksi
Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah dan
belum terjadi, apa yang dihasilkan, mengapa hal tersebut terjadi demikian,
dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Komponen-komponen refleksi
Analisis Æ pemaknaan Æ penjelasan Æ penyimpulan Æ tindak lanjut. Instrumen yang digunakan adalah lembar refleksi guru dan lembar refleksi
siswa (lampiran 10 & lampiran 11).
F. Analisis Data
Untuk menganalis data diperlukan suatu cara atau metode analisis data
hasil penelitian agar dapat diinterpretasikan sehingga laporan yang dihasilkan
mudah dipahami. Dalam penelitian ini, digunakan analisis data sebagai berikut:
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif yaitu pemaparan data/informasi tentang suatu gejala yang
diamati. Dalam penelitian ini akan dideskripsikan informasi tentang:
a. Kegiatan pra penelitian yang meliputi kegiatan guru, kegiatan siswa, dan
kondisi kelas pada saat proses pembelajaran.
b. Kegiatan siklus pertama yang meliputi tahap perencanaan, tahap tindakan
atau kegiatan dilakukan, hasil observasi, refleksi dari kegiatan
pembelajaran yang berlangsung, dan tingkat keberhasilan dari penerapan
metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
2. Analisis Komparatif
Analisis komparatif yaitu membandingkan antara setiap indikator motivasi
belajar siswa pada pra penelitian, siklus I, dan siklus II dengan menerapkan
metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw melalui kriteria motivasi belajar.
motivasi belajar siswa pada pra penelitian, siklus I, dan siklus II. Hasil setiap
perubahan pada kriteria motivasi belajar dianalisis untuk mengungkapkan ada
atau tidaknya perubahan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.
Teknik analisis komparatif ini menggunakan instrumen penelitian berupa
32
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah SMK BOPKRI 1 Yogyakarta
1. Pada tanggal 19 Januari 1967 SMEA BOPKRI Yogyakarta didirikan oleh
Pengurus Yayasan BOPKRI Yogyakarta. Semula menempati gedung di Jl.
Jenderal Sudirman No. 57 Yogyakarta, sekarang untuk SMPS BOPKRI
Yogyakarta.
2. Pada tahun 1968 pindah di Jl. Jendral Sudirman No. 24 Yogyakarta (sekarang
untuk SD BOPKRI Gondolayu).
3. Pada tahun 1974 mendapat status Berbantuan
4. Pada tanggal 1 Maret 1974 SMEA BOPKRI Yogyakarta pindah tempat di
Jalan Wardani No. 2 Kotabaru Yogyakarta.
5. Pada tanggal 28 Desember 1977 mendapat status Bersubsidi
6. Pada tahun 1986 status atau jenjang akreditasinya Disamakan, berdasarkan
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah tertanggal 6
Januari 1986 Nomor : 01/C/Kep/I.86.
7. Mulai bulan Juli 1997 pindah di Jl. Cik Di Tiro No.37 Yogyakarta. Namanya
diganti menjadi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta.
8. Pada tahun 1991 akreditasi yang kedua statusnya tetap sama yaitu Disamakan
10.Pada tahun 2005 akreditasi untuk program keahlian Akuntansi dengan
peringkat akreditasi A.
11.Pada tahun 2006 akreditasi untuk program keahlian Administrasi Perkantoran
dengan peringkat akreditasi A.
12.Pada tahun 2009 membuka program keahlian Multi Media
13.Pada tahun 2009 akreditasi untuk program keahlian Akuntansi dengan
peringkat akreditasi A.
B. Visi, Misi, dan Tujuan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta
1. Visi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta
Menjadi SMK unggul yang menghasilkan lulusan cerdas, terampil, mandiri,
berani berkompetisi, dan berdasarkan kasih.
2. Misi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta
a. Melaksanakan proses belajar mengajar secara optimal dalam iklim yang
kondusif berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi.
b. Mengembangkan etos kerja yang produktif dan efisien
c. Mengembangkan sekolah dengan instansi lain
d. Mengembangkan sarana dan prasarana sekolah
3. Tujuan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta
a. Tujuan Umum
1) Mengembangkan sistem pembelajaran dan keterampilan kerja praktik.
3) Meningkatkan budaya kerja yang sesuai dengan dunia kerja
4) Memberikan bekal sikap mental, perilaku luhur, dan kepribadian yang
kuat.
5) Menumbuhkan semangat bersaing dan berkompetisi
6) Meningkatkan hubungan yang baik dengan DU/DI dan instansi lain
7) Memperbaiki ruang kelas, laboratorium, dan perpustakaan yang
memadai.
8) Mengadakan media, alat praktik, dan buku sumber yang lengkap
b. Tujuan Program Keahlian Akuntansi
Menyiapkan peserta didik agar memiliki sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang kompeten dalam:
1) Menyelesaikan siklus akuntansi perusahaan jasa
2) Menyelesaikan siklus akuntansi perusahaan dagang
3) Menyelesaikan siklus akuntansi perusahaan
c. Tujuan Program Keahlian Administrasi Perkantoran
1) Menerapkan dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi baik
lisan maupun tertulis kepada relasi dengan memperhatikan norma dan
lingkungan masyarakat.
2) Menerapkan dan mengembangkan kemampuan teknologi informasi
untuk melaksanakan tugas secara efektif dan efisien.
3) Menerapkan dan mengembangkan kemampuan untuk merencanakan,
melaksanakan, mengorganisasi, dan mengevaluasi tugas menjadi
4) Menerapkan dan mengembangkan kemampuan dalam mengelola
surat/dokumen sesuai dengan standar operasi dan prosedur untuk
mendukung tugas pokok lembaga.
5) Menerapkan dan mengembangkan pelayanan terhadap relasi sehingga
diperoleh manfaat bagi masing-masing pihak.
6) Menerapkan dan mengembangkan kemampuan mengelola administrasi
keuangan sehingga segala aspek keuangan dapat dilaporkan dan
dipertanggungjawabkan.
C. Sistem Pendidikan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta
Tujuan pendidikan dan tingkat satuan pendidikan di SMK BOPKRI 1
Yogyakarta mengacu pada tujuan umum pendidikan yaitu:
Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Konsekuensi dari tujuan tersebut sekolah harus memberikan bekal
keilmuan untuk studi lebih lanjut dan mempersiapkan lulusan menjadi tenaga
kerja yang handal dan sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha/Industri/Kerja
(DU/DI/DK), maka SMK BOPKRI 1 Yogyakarta melaksanakan Pendidikan
Sistem Ganda (PSG), yaitu pendidikan yang dilaksanakan di dua tempat yaitu di
sekolah dan di dunia industri, dunia usaha, dan dunia kerja. Bentuk
penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara
penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di Dunia
Usaha/Industri/Kerja.
Perlu diketahui bahwa mulai tahun pelajaran 1996/1997 SMK BOPKRI 1
Yogyakarta (saat itu bernama SMEA BOPKRI 1) telah melaksanakan Praktik
Industri bagi siswa sesuai yang digariskan dalam Kurikulum 1994, walaupun
kurikulum terus-menerus mengalami perubahan dan perkembangan, yaitu
kurikulum 1999, kurikulum 2004, dan saat ini menggunakan kurikulum edisi
2006, siswa-siswi SMK BOPKRI 1 tetap melaksanakan Praktik Industri.
Sekolah menjadwalkan Praktik Industri setiap tahunnya pada bulan April
sampai dengan bulan Juli tahun yang bersangkutan dengan total waktu 4 bulan,
kecuali apabila DU/DI/DK yang menghendaki jadwal tersendiri. Sedangkan siswa
yang mengikuti Praktik Industri adalah siswa kelas XI program keahlian
Administrasi Perkantoran dan Akuntansi.
D. Kurikulum SMK BOPKRI 1 Yogyakarta
Kurikulum merupakan seperangkat rencana kegiatan dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Kurikulum dimaksudkan untuk
memperlancar proses kegiatan belajar mengajar dan membina pengembangan
program studi untuk mempersiapkan lulusan yang cakap dan terampil sesuai
dengan tuntutan kurikulum.
SMK BOPKRI 1 Yogyakarta saat ini sudah menggunakan Kurikulum
(KTSP). KTSP merupakan pengembangan kurikulum 2004 (KBK) dan
merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh dan dikembangkan di
masing-masing satuan pendidikan dan komite sekolah, yang berisi: Tujuan Satuan
Pendidikan, Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
Kalender Pendidikan, dan Silabus. KTSP ini sudah mulai diterapkan pada tahun
pelajaran 2006/2007 mulai kelas X sampai dengan kelas XII. Berikut hal-hal yang
berkaitan dengan KTSP:
1. Struktur Program sesuai dengan Standar Isi, yang meliputi:
a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dan teknologi
d. Kelompok mata pelajaran estetika
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan
f. Muatan lokal
g. Pengembangan diri (diarahkan ke bimbingan karier dan pengembangan
kreativitas).
2. Standar ketuntasan belajar
a. Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam satu
kompetensi dasar berkisar antara 0 – 100 %. Kriteria ketuntasan ideal
untuk masing-masing indikator 75 %.
b. SMK BOPKRI 1 Yogyakarta menggunakan kentutasan belajar minimal
untuk kelompok mata pelajaran normatif dan adaptif 6,00 dan untuk
3. Standar kelulusan
a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran
b. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran kelompok agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan alam dan teknologi, kelompok mata pelajaran estetika,
kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.
c. Lulus ujian sekolah
d. Lulus ujian nasional dengan kriteria:
1) Nilai ujian nasional untuk 3 mata pelajaran minimum 4,25
2) Nilai ujian produktif minimum 7,00
3) Rata-rata ketiga nilai tersebut ditambah nilai ujian produktif minimum
E. Organisasi Sekolah SMK BOPKRI 1 Yogyakarta
Siswa SMK BOPKRI 1 Yogyakarta
Tugas Kepala Sekolah, Guru, dan Karyawan adalah sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah SMK BOPKRI 1 yang sekarang dibantu oleh Wakil Kepala
Sekolah, mempunyai tugas merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan,
mengkoordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi seluruh kegiatan
pendidikan di sekolah ini dengan perincian sebagai berikut:
a Program tahunan, semesteran berdasarkan kalender pendidikan
b Jadwal pelajaran pertahunan, persemesteran termasuk penetapan jenis
mata pelajaran/diklat/kompetensi/bidang pengembangan/bidang
studi/bidang pengajaran/keterampilan dan pembagian tugas guru.
c Program RPP berdasarkan buku kurikulum
d Pelaksanaan jadwal RPP menurut alokasi waktu yang telah ditentukan
berdasarkan kalender pendidikan.
e Pelaksanaan ulangan/tes/hasil evaluasi belajar untuk kenaikan dan UN
f Penyusunan kelompok murid/siswa berdasarkan norma penjurusan
g Penyusunan norma penilaian
h Penetapan kenaikan kelas
i Laporan kemajuan hasil belajar murid/siswa
j Penetapan dalam peningkatan proses belajar mengajar
1. Mengatur administrasi kantor
2. Mengatur administrasi murid/siswa
3. Mengatur administrasi pegawai
5. Mengatur administrasi keuangan
6. Mengatur administrasi perpustakaan
7. Mengatur pembinaan murid/kesiswaan
8. Mengatur hubungan dengan masyarakat
Agar kegiatan kepala sekolah dapat mencapai sasaran secara optimal
diperlukan adanya jadwal kerja kepala sekolah yang meliputi
kegiatan-kegiatan rutin harian, mingguan, bulanan, semesteran dan tahunan.
2. Guru
Tugas Guru SMK BOKPRI 1 Yogyakarta adalah sebagai berikut :
a. Guru mempunyai tugas pokok melaksanakan pendidikan dan pengajaran
di sekolah berdasarkan kurikulum yang berlaku. Di samping tugas pokok
tersebut, guru membantu kepala sekolah dalam melaksanakan dan
mengatur:
1) Administrasi murid/siswa
2) Administrasi kepegawaian
3) Administrasi perlengkapan
4) Administrasi keuangan
5) Administrasi perpustakaan
6) Administrasi perkantoran
7) Administrasi pembinaan kesiswaan, termasuk program BP
8) Administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat
Tugas tambahan tersebut terutama diberikan kepada guru yang di
b. Bagi guru pada sekolah menengah kejuruan, di samping tugas
melaksanakan tugas pokok pendidikan dan pengajaran mereka mendapat
tugas tambahan membantu kepala sekolah dalam hal mengatur:
1) Program pengajaran
2) Pembinaan kesiswaan termasuk program BP
3) Pengelolaan kelas
4) Pengelolaan perpustakaan
5) Kegiatan jurusan/instalasi
6) Pengelolaan laboratorium/ruang praktik
c. Guru mendapat tugas tambahan membantu kepala sekolah di bidang
program-program pengajaran melakukan kegiatan:
1) Penyusunan jadwal kegiatan sekolah
2) Penyusunan pembagian tugas guru
3) Penyusunan jadwal pelajaran
4) Penyusunan jadwal evaluasi belajar
5) Penyusunan laporan pelaksanaan pengajaran secara berkala
d. Guru yang mendapat tugas tambahan membantu kepala sekolah di bidang
kesiswaan melakukan kegiatan:
1) Penyusunan program pembinaan kesiswaan OSIS
2) Pelaksanaan bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan
siswa/OSIS dalam rangka menegakkan disiplin dan tata-tertib
3) Pengarahan dalam pemilihan pengurus OSIS
4) Pembinaan pengurus OSIS dalam berorganisasi
5) Penyusunan pembinaan siswa secara berkala dan insidental
6) Pemilihan calon penerima beasiswa bagi siswa yang berbakat
e. Guru yang mendapat tugas tambahan membantu kepala sekolah sebagai
wali kelas, melakukan kegiatan:
1) Penyusunan laporan keadaan kelas pada akhir tahun ajaran
2) Pembuatan statistik bulanan siswa
3) Penyusunan jadwal pelajaran kelas
4) Pencatatan jumlah kehadiran siswa mingguan dan bulanan
5) Pencatatan penerimaan uang SPP
6) Pengisian daftar nilai siswa
7) Pendataan alamat siswa
8) Pembuatan catatan khusus tentang siswa
9) Pencatatan mutasi siswa
f. Guru yang mendapat tugas tambahan membantu kepala sekolah di bidang
bimbingan dan penyuluhan, melakukan kegiatan:
1) Penyusunan dan pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan
yang meliputi: waktu kegiatan, metode bimbingan dan penyuluhan,
peralatan dan biaya, teknik pengolahan data hasil bimbingan dan
penyuluhan serta petugas bimbingan dan penyuluhan.
2) Koordinasi dengan wali kelas, guna penanggung jawab bidang
3) Penyusunan dan pelaksanaan program kerja sama dengan instansi lain
yang relevan baik pemerintah maupun swasta.
4) Evaluasi pelaksanaan BP
5) Penyusunan statistik hasil evaluasi BP
6) Penyusunan dan pemberian saran dan pertimbangan pemilihan jurusan
bagi siswa.
g. Guru yang mendapat tugas tambahan membantu kepala sekolah di bidang
perpustakaan sekolah melakukan kegiatan :
1) Perencanaan pengadaan buku/bahan pustaka
2) Pengurusan pelayanan perpustakaan
3) Perencanaan pengembangan perpustakaan
4) Pemeliharaan dan perbaikan buku/bahan pustaka
5) Penyusunan laporan bulanan
h. Guru yang mendapat tugas tambahan membantu kepala sekolah sebagai
ketua jurusan/kepala instalasi melakukan kegiatan :
1) Penyusunan program pembinaan dan pengembangan jurusan
2) Koordinasi penggunaan laboratorium/tempat praktik
3) Peningkatan prestasi dalam jurusan yang bersangkutan
4) Observasi dan evaluasi kemajuan dan kemampuan siswa dalam
jurusan yang bersangkutan.
5) Penyusunan laporan perkembangan jurusan/instalasi
i. Guru yang mendapat tugas tambahan membantu kepala sekolah untuk
1) Praktik di laboratorium/di tempat praktik
2) Pengembangan praktik di laboratorium/tempat praktik
3) Pemeliharaan alat praktik laboratorium/praktik kejuruan
4) Perencanaan kegiatan praktik
5) Penyiapan bahan/alat untuk pelajaran praktik sesuai dengan
jurusannya.
6) Pengkoordinasian kegiatan praktik
7) Perencanaan kebutuhan bahan/alat praktik
8) Pengawasan pelaksanaan praktik
9) Koordinasi dan kerja sama dengan masyarakat/dunia usaha dalam
rangka praktik siswa.
10)Penyusunan laporan kemajuan praktik siswa
j. Guru yang mendapat tugas tambahan membantu kepala sekolah di bidang
hubungan melakukan kegiatan:
1) Pengaturan dan penyelenggaraan hubungan sekolah dengan orang
tua/wali siswa.
2) Pembinaan hubungan antar sekolah dengan BP3
3) Pengembangan hubungan antara sekolah dengan lembaga pemerintah,
dunia usaha dan lembaga sosial lainnya.
4) Pemberian informasi tentang keadaan sekolah kepada masyarakat
lingkungannya.
6) Penyusunan laporan pengembangan hubungan antar sekolah dengan
masyarakat.
3. Pegawai/Karyawan
Karyawan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta sebanyak 8 orang terdiri dari 3 orang
karyawan tetap yayasan dan 5 orang karyawan tidak tetap.
a. Kepala Tata Usaha bertugas:
1) Membantu kepala sekolah dalam bidang administrasi
2) Mengatur/mengawasi tugas masing-masing karyawan serta melakukan
pembinaan secara kontinu.
3) Tata laksana data kepegawaian, entry data kesiswaan, data mutasi
siswa dan data kuesioner.
4) Pelaksanaan urusan administrasi kesiswaan termasuk administrasi
kegiatan siswa, mutasi siswa dan hal lain yang berkaitan dengan
kesiswaan.
5) Membuat konsep dan mengetik surat atau pekerjaan lain yang perlu
diketik.
6) Membuat daftar gaji/honorarium, laporan bulanan/triwulanan dan
DSO.
7) Membuat daftar nilai siswa, daftar peserta UN, presensi siswa, raport,
legger dan kelengkapannya termasuk perangkat tata tertib
sekolah.