• Tidak ada hasil yang ditemukan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN KABUPATEN PEMALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN KABUPATEN PEMALANG"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN V : KEPUTUSAN KEPALA DPPKAD KABUPATEN PEMALANG

NOMOR : 971.11/1437/DPPKAD TANGGAL : 16 DESEMBER 2013

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN KABUPATEN PEMALANG

I. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENDAFTARAN OBJEK PAJAK

BARU PENERANGAN JALAN.

A. Deskripsi

Prosedur ini menguraikan tata cara pelayanan penyelesaian pendaftaran objek pajak baru jenis pajak Penerangan Jalan oleh wajib pajak.

B. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang

Pajak Daerah.

3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 9 Tahun 2012 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan.

C. Pihak yang Terkait

1. Kepala DPPKAD.

2. Kepala Bidang Pendapatan.

3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi.

4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi.

5. Wajib Pajak.

D. Formulir yang Digunakan

Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD).

E. Dokumen yang Dihasilkan

1. Data objek pajak Penerangan Jalan;

(2)

F. Prosedur Kerja

1. Wajib Pajak mengajukan permohonan pendaftaran objek pajak

Penerangan Jalan dengan menggunakan SPTPD kepada Kepala DPPKAD melalui Petugas Pelayanan Seksi Pajak dan Retribusi DPPKAD, paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum kegiatan usaha dimulai, SPTPD diambil sendiri oleh Wajib Pajak atau Kuasanya di DPPKAD, SPTPD harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta di tandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya disampaikan kepada DPPKAD paling lambat 7 (tujuh) hari setelah berakhirnya masa pajak dengan melampirkan :

a. Fotocopy identitas diri (KTP/SIM);

b. Fotocopy akte pendirian perusahaan bagi Badan Usaha;

c. Surat izin dari instansi yang berwenang.

2. Petugas Pelayanan Seksi Pajak dan Retribusi DPPKAD mengkoreksi

kelengkapan persyaratan apabila persyaratan sudah lengkap,

menyampaikan permohonan Pendaftaran objek pajak Penerangan Jalan Kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi.

3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi meneliti dan menugaskan Petugas

Pendataan pada Seksi Pajak dan Retribusi untuk melakukan penelitian lapangan.

4. Petugas Pendataan pada Seksi Pajak dan Retribusi melakukan penelitian

lapangan, serta membuat konsep Berita Acara Penelitian Lapangan, kemudian menyampaikan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi beserta berkas permohonan pendaftaran.

5. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada konsep Berita Acara Penelitian Lapangan, kemudian menyampaikan kepada Kepala Bidang Pendapatan.

6. Kepala Bidang Pendapatan menelaah dan memberikan paraf pada

konsep Berita Acara Penelitian Lapangan, kemudian mengajukan kepada Kepala DPPKAD.

7. Kepala DPPKAD mempelajari dan apabila suadah sesuai dengan

ketentuan kemudian menandatangani Berita Acara Penelitian Lapangan, selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk dilakukan pemutakhiran basis data.

8. Kepala Bidang Pendapatan menerima Berita Acara Penelitian Lapangan

dan menugaskan Kepala Seksi Pajak dan Retribusi untuk melakukan pemutakhiran basis data.

9. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi menugaskan Petugas Pendataan untuk

melakukan pemutakhiran basis data.

(3)

II. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENDATAAN OBJEK PAJAK PENERANGAN JALAN.

A. Deskripsi

Prosedur ini menguraikan tata cara pendataan objek pajak Penerangan Jalan oleh petugas pemungut pajak guna diperoleh basis data pajak Penerangan Jalan.

B. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang

Pajak Daerah.

3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 9 Tahun 2012 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan.

C. Pihak yang Terkait

1. Kepala DPPKAD.

2. Kepala Bidang Pendapatan.

3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi.

4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi.

5. Wajib Pajak.

D. Formulir yang Digunakan

1. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD).

2. Formulir pendataan objek pajak daerah.

E. Dokumen yang Dihasilkan

1. Data objek pajak Penerangan Jalan;

2. Data wajib pajak Penerangan Jalan ;

F. Prosedur Kerja

1. Petugas pendataan pada Seksi Pajak dan Retribusi melakukan

(4)

2. Petugas pendataan pada Seksi Pajak dan Retribusi melakukan pendataan.

3. Petugas pendataan pada Seksi Pajak dan Retribusi DPPKAD melaporkan

hasil pendataan pajak penerangan jalan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi.

4. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi meneliti hasil pendataan pajak

penerangan jalan dan menugaskan Petugas pendataan untuk melakukan penyusunan basis data pajak penerangan jalan.

5. Petugas pendataan menyusun data pendaftaran objek pajak

penerangan jalan dan hasil pendataan objek pajak penerangan jalan yang belum didaftarkan menjadi basis data pajak penerangan jalan.

6. Petugas pendataan pada Seksi Pajak dan Retribusi mengajukan laporan

penyusunan basis data pajak penerangan jalan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi.

7. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada laporan penyusunan basis data pajak penerangan jalan, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan.

8. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan memberikan paraf pada laporan

penyusunan basis data pajak penerangan jalan, kemudian mengajukan kepada Kepala DPPKAD.

9. Kepala DPPKAD mempelajari laporan penyusunan basis data pajak

penerangan jalan dan apabila sudah sesuai kemudian untuk dilakukan pemutakhiran basis data.

10. Petugas pendataan pada Seksi Pajak dan retribusi melakukan

pemutakhiran basis data..

III. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENERBITAN SURAT KETETAPAN

PAJAK DAERAH (SKPD) PENERANGAN JALAN

A. Deskripsi

Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atas Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPTPD) dari Wajib Pajak.

(5)

B. Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang

Pajak Daerah.

3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 9 Tahun 2012 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan.

C. Pihak yang Terkait

1. Kepala DPPKAD.

2. Kepala Bidang Pendapatan.

3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi.

4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi.

5. Wajib Pajak

D. Formulir yang Digunakan

Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD).

E. Dokumen yang Dihasilkan

Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD).

F. Prosedur Kerja

1. Tata cara perhitungan pajak penerangan jalan bagi pelanggan PLN :

a. Pajak dipungut berdasarkan besarnya tagihan rekening listrik setiap

bulan sekali tidak termasuk beban tetap;

b. Daftar rekening listrik yang telah diterbitkan oleh PLN merupakan SPTPD, SKPD, SSPD dan STPD.

2. Tata cara perhitungan pajak penerangan jalan bagi bukan pelanggan

PLN Wajib Pajak mengisi formulir pendaftaran dan SPTPD dengan jelas dan lengkap dan diserahkan ke DPPKAD Kabupaten Pemalang paling lambat 15 (lima belas) hari setelah diterima dokumen tersebut.

3. Petugas Penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi menerima berkas

Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) jenis pajak Penerangan Jalan yang telah dikoreksi dari petugas pelayanan pada Seksi Pajak dan Retribusi.

4. Petugas Penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi melakukan

penghitungan atas nilai jual tenaga listrik yang dilaporkan dengan SPTPD oleh wajib pajak untuk diketahui pajak Penerangan Jalan yang terutang.

(6)

5. Petugas penetapan membuat nota perhitungan pajak terutang wajib pajak Penerangan Jalan, kemudian mengajukan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi.

6. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberi paraf pada nota

perhitungan pajak terutang wajib pajak Penerangan Jalan, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan.

7. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan menandatangani nota

perhitungan pajak terutang wajib pajak Penerangan Jalan, kemudian memerintahkan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD).

8. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi memerintahkan Pelaksana penetapan

pada Seksi Pajak dan Retribusi untuk membuat Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD).

9. Petugas penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi membuat konsep

Surat Ketetapan Pajak Daerat (SKPD) dan mengajukan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi.

10. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada konsep Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan.

11. Kepala Bidang Pendapatan meneliti, menetapkan dan menandatangani

Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), kemudian untuk disampaikan kepada wajib pajak.

12. Petugas penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi menyampaikan Surat

Ketetapan Pajak Daerat (SKPD) kepada wajib pajak sebagai dasar pembayaran pajak.

IV. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK

PENERANGAN JALAN

A. Deskripsi

Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian pelayanan pembayaran pajak Penerangan Jalan oleh Wajib Pajak.

(7)

B. Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang

Pajak Daerah.

3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 9 Tahun 2012 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan.

C. Pihak yang Terkait

1. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi.

2. Bendahara Penerima DPPKAD.

3. Wajib Pajak

D. Formulir yang Digunakan

Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD).

E. Dokumen yang Dihasilkan

Surat Setor Pajak Daerah (SSPD).

F. Prosedur Kerja

1. Tata cara pembayaran Pajak Penerangan Jalan Bagi Pelanggan PLN :

a. Pembayaran pajak dilakukan bersamaan pembayaran rekening

listrik pada ranting PLN, Loket resmi pembayaran listrik PLN atau payment poin online bank (PPOB);

b. Daftar rekening listrik yang telah diterbitkan oleh PLN merupakan SPTPD, SKPD, SSPD dan STPD.

2. Tata cara pembayaran Pajak Penerangan Jalan Bukan Pelanggan PLN : Atas dasar SPTPD yang telah ditandatangani wajib pajak, DPPKAD Kabupaten Pemalang atas nama Bupati menetapkan jumlah pajak yang bersangkutan dengan SKPD;

3. Wajib pajak membayar pajak terutang di Kas Daerah melalui Bendahara

Penerima DPPKAD atau tempat lain yang ditunjuk, dengan menggunakan SSPD.

4. Wajib pajak menyerahkan SKPD pajak Penerangan Jalan kepada

Petugas Pelayanan Seksi Pajak dan Retribusi, kemudian Petugas Pelayanan menerbitkan SSPD untuk melakukan pembayaran di Kas Daerah melalui Bendahara Penerima DPPKAD.

(8)

5. Bendahara Penerima DPPKAD menerima pembayaran pajak Penerangan Jalan dari wajib pajak kemudian menyerahkan lembar 1 kepada wajib pajak dan lembar 2 SSPD dan Surat Tanda Bukti Pembayaran kepada Petugas pelayanan Seksi Pajak dan Retribusi.

6. Petugas Pelayanan pada Seksi Pajak dan Retribusi mencatat pada buku

register pajak Penerangan Jalan untuk bahan evaluasi penerimaan.

7. Apabila batas waktu pembayaran jatuh pada hari libur, maka batas

waktu pembayaran jatuh pada satu hari kerja berikutnya.

8. Apabila pembayaran masa pajak terutang dilakukan setelah berakhirnya

masa pajak, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga keterlambatan sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dan ditagih dengan STPD.

V. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYELESAIAN PELAYANAN

PENAGIHAN PEMBAYARAN PAJAK PENERANGAN JALAN A. Deskripsi

Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian pelayanan penagihan pembayaran oleh petugas penagih kepada Wajib Pajak yang telah jatuh tempo tidak / kurang bayar.

B. Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang

Pajak Daerah.

3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 9 Tahun 2012 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan. C. Pihak yang Terkait

1. Kepala DPPKAD.

2. Kepala Bidang Pendapatan.

3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi.

4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi.

5. Wajib Pajak

D. Formulir yang Digunakan

Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT).

(9)

E. Dokumen yang Dihasilkan

Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).

F. Prosedur Kerja

1. Petugas Penagihan pada Seksi Pajak dan Retribusi menginventarisir

wajib pajak yang dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung, Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran tidak melunasi pajak terutang.

2. Petugas penagihan pada Seksi Pajak dan Retribusi membuat laporan

daftar inventarisasi wajib pajak yang dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung, Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga, kepada Kasi Pajak dan Retribusi.

3. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberi paraf laporan daftar inventarisasi wajib pajak yang dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung, Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan.

4. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan memberi paraf laporan daftar inventarisasi wajib pajak yang dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung, Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga, kemudian mengajukan kepada Kepala DPPKAD.

5. Kepala DPPKAD mempelajari laporan daftar inventarisasi wajib pajak

yang dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung, Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga, kemudian memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk menerbitkan STPD.

6. Kepala Bidang Pendapatan memerintahkan kepada Kasi Pajak dan

Retribusi untuk menyusun STPD.

7. Kasi Pajak dan Retribusi memerintahkan Petugas penagihan pada Seksi

(10)

8. Petugas penagihan pada Seksi Pajak dan Retribusi membuat konsep STPD dan mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi.

9. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada konsep STPD, kemudian mengajukan kepada Kepala Bidang Pendapatan.

10. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan apabila sudah sesuai dengan

ketentuan menandatangani konsep STPD, kemudian untuk dilakukan penagihan.

11. Petugas penagihan pada Seksi Pajak dan Retribusi menatausahakan

STPD kemudian melakukan penagihan kepada wajib pajak penerangan jalan yang tidak / kurang bayar.

VI. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TATA CARA PENYELESAIAN

PERMOHONAN PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN PAJAK PENERANGAN JALAN TERUTANG

A. Deskripsi

Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian atas permohonan dari Wajib Pajak yang mengajukan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak Penerangan Jalan terutang.

B. Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang

Pajak Daerah.

3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 9 Tahun 2012 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan.

C. Pihak yang Terkait

1. Kepala DPPKAD

2. Kepala Bidang Pendapatan

3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi

4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi

5. Wajib Pajak

D. Formulir yang Digunakan

1. Surat Permohonan Wajib Pajak

(11)

E. Dokumen yang Dihasilkan

1. Surat Keputusan Pengurangan

2. Surat Pemberitahuan Tidak Dapat Diproses

F. Prosedur Kerja

1. Wajib Pajak mengajukan permohonan Pengurangan, keringanan,

pembebasan pajak penerangan jalan secara tertulis dengan menggunakan bahasa Indonesia serta melampirkan foto copy Kartu Tanda Penduduk atau identitas pemohon, foto copy Surat Ketetapan Pajak Daerah dengan mencantumkan alasan secara jelas kepada Kepala DPPKAD.

2. Kepala DPPKAD menugaskan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk

melakukan penelitian berkas permohonan dan kelengkapan berkas dan menelaah untuk bahan pertimbangan keputusan.

3. Kepala Bidang Pendapatan melakukan penelitian berkas permohonan

dan kelengkapan berkas serta menelaah permohonan Pengurangan, keringanan, pembebasan pajak penerangan jalan untuk bahan pertimbangan keputusan, kemudian memerintahkan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi untuk menyusun hasil telaahan.

4. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi menyusun hasil telaahan kemudian

memerintahkan kepada Petugas Penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi untuk membuat konsep laporan hasil telaahan permohonan Pengurangan, keringanan, pembebasan pajak penerangan jalan.

5. Petugas Penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi membuat konsep

laporan hasil telaahan permohonan Pengurangan, keringanan, pembebasan pajak penerangan jalan, kemudian mengajukan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi.

6. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada konsep

laporan hasil telaahan permohonan Pengurangan, keringanan, pembebasan pajak penerangan jalan, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan.

7. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan memberikan paraf pada konsep

laporan hasil telaahan permohonan Pengurangan, keringanan, pembebasan pajak penerangan jalan, kemudian meneruskan kepada Kepala DPPKAD.

(12)

8. Kepala DPPKAD mempelajari laporan hasil telaahan dan memberi keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian, kemudian memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk menerbitkan Surat Keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian keberatan wajib pajak.

9. Kepala Bidang Pendapatan memerintahkan kepada Kasi Pajak dan

Retribusi untuk menyusun Surat Keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian keberatan wajib pajak.

10. Kasi Pajak dan Retribusi memerintahkan kepada Petugas Penetapan

untuk membuat konsep Surat Keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian keberatan wajib pajak

11. Petugas Penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi membuat konsep

Surat Keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian keberatan wajib pajak, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi.

12. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada konsep Surat Keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian keberatan wajib pajak, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan.

13. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan memberikan paraf pada konsep

Surat Keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian keberatan wajib pajak, kemudian meneruskan kepada Kepala DPPKAD.

14. Kepala DPPKAD mempelajari dan apabila sudah sesuai, menandatangani

Surat Keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian keberatan wajib pajak, kemudian untuk disampaikan kepada pemohon.

15. Petugas penetapan menyampaikan Surat Keputusan menolak,

mengabulkan seluruhnya atau sebagian keberatan wajib pajak.

VII. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TATA CARA PENYELESAIAN

PERMOHONAN PEMBETULAN SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT ATAU STPD, SKPDN ATAU SKPDLB.

A. Deskripsi

Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan untuk melakukan pembetulan atas SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dari Wajib Pajak.

(13)

B. Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang

Pajak Daerah.

3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 9 Tahun 2012 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan.

C. Pihak yang Terkait

1. Kepala DPPKAD

2. Kepala Bidang Pendapatan

3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi

4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi

5. Wajib Pajak.

D. Formulir yang Digunakan

1. Surat Permohonan Wajib Pajak

2. SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB.

E. Dokumen yang Dihasilkan

Surat Keputusan Pembetulan atau penolakan pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB.

F. Prosedur Kerja

1. Wajib Pajak mengajukan permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD,

SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB kepada Kepala DPPKAD dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah Surat Ketetapan Pajak Daerah diterima, kecuali apabila wajib pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya, dengan melampirkan foto copy Kartu Tanda Penduduk atau identitas pemohon, foto copy Surat Ketetapan Pajak Daerah.

2. Kepala DPPKAD memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan

untuk melakukan penelitian administrasi dan menelaah permohonan sebagai bahan keputusan permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB.

(14)

3. Kepala Bidang Pendapatan melakukan penelitian administrasi dan menelaah permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kemudian memerintahkan kepada Kasi Pajak dan Retribusi untuk menyusun hasil telaahan.

4. Kasi Pajak dan Retribusi menyusun hasil telaahan, kemudian

memerintahkan kepada Petugas Penetapan untuk membuat laporan hasil telaahan permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB.

5. Petugas Penetapan membuat konsep laporan hasil telaahan

permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi.

6. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf konsep laporan

hasil telaahan permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan.

7. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan memberikan paraf konsep

laporan hasil telaahan permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kemudian meneruskan kepada Kepala DPPKAD.

8. Kepala DPPKAD mempelajari hasil telaahan permohonan Pembetulan

SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kemudian memberi keputusan menerima atau menolak, selanjutnya memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk diterbitkan surat keputusan.

9. Kepala Bidang Pendapatan memerintahkan kepada Kasi Pajak dan

Retribusi untuk menyusun surat keputusan menerima atau menolak permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB.

10. Kasi Pajak dan Retribusi memerintahkan kepada Petugas Penetapan

untuk membuat konsep surat keputusan pembetulan atau surat keputusan penolakan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB.

11. Petugas Penetapan membuat konsep surat keputusan pembetulan atau

surat keputusan penolakan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi.

(15)

12. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberi paraf konsep surat keputusan pembetulan atau surat keputusan penolakan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kemudian mengajukan kepada Kepala Bidang Pendapatan.

13. Kepala Bidang Pendapatan mempelajari dan apabila sudah sesuai

menandatangani surat keputusan pembetulan atau penolakan pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kemudian untuk disampaikan kepada wajib pajak pemohon.

14. Petugas penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi menyampaikan surat

keputusan pembetulan atau penolakan pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kepada wajib pajak paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah diterbitkan.

15. Wajib pajak harus melunasi dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga

puluh) hari sejak Surat Keputusan Pembetulan Ketetapan Pajak diterbitkan.

VIII. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TATA CARA PENYELESAIAN

PERMOHONAN PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK PENERANGAN JALAN YANG TIDAK BENAR

A. Deskripsi

Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan pembatalan ketetapan pajak Penerangan Jalan yang tidak benar.

B. Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang

Pajak Daerah.

3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 9 Tahun 2012 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan.

C. Pihak yang Terkait

1. Kepala DPPKAD

2. Kepala Bidang Pendapatan

3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi

4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi

(16)

D. Formulir yang Digunakan

1. Surat Permohonan Wajib Pajak

2. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD)

E. Dokumen yang Dihasilkan

Surat keputusan pembatalan atau surat keputusan penolakan pembatalan ketetapan Pajak Penerangan Jalan.

F. Prosedur Kerja

1. Wajib Pajak mengajukan permohonan Pembatalan ketetapan pajak

secara tertulis didukung oleh novum atau fakta baru yang meyakinkan kepada Kepala DPPKAD dengan melampirkan foto copy Kartu Tanda Penduduk atau identitas pemohon, foto copy Surat Ketetapan Pajak Daerah.

2. Kepala DPPKAD memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan

untuk melakukan penelitian dan menelaah terhadap permohonan Pembatalan ketetapan pajak.

3. Kepala Bidang Pendapatan melakukan penelitian dan menelaah

terhadap permohonan Pembatalan ketetapan pajak, kemudian memerintahkan kepada Kasi Pajak dan Retribusi untuk menyusun hasil penelitian administrasi dan telaahan.

4. Kasi Pajak dan Retribusi menyusun hasil penelitian administrasi dan

telaahan, kemudian memerintahkan kepada Petugas Penetapan membuat konsep lapoan hasil penelitian administrasi dan telaahan permohonan Pembatalan ketetapan pajak.

5. Petugas Penetapan melakukan penelitian administrasi dan membuat

membuat konsep lapoan hasil penelitian administrasi dan telaahan permohonan Pembatalan ketetapan pajak, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi.

6. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf konsep lapoan

hasil penelitian administrasi dan telaahan permohonan Pembatalan ketetapan pajak, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan.

7. Kasi Bidang Pendapatan meneliti dan memberikan paraf konsep lapoan

hasil penelitian administrasi dan telaahan permohonan Pembatalan ketetapan pajak, kemudian meneruskan kepada Kepala Kepala DPPKAD.

(17)

8. Kepala DPPKAD mempelajari laporan hasil penelitian administrasi dan telaahan permohonan Pembatalan ketetapan pajak kemudian memberi keputusan menerima atau menolak, selanjutnya memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk diterbitkan surat keputusan.

9. Kepala Bidang Pendapatan memerintahkan kepada Kasi Pajak dan

Retribusi untuk menyusun surat keputusan menerima atau menolak permohonan Pembatalan ketetapan pajak.

10. Kasi Pajak dan Retribusi memerintahkan kepada Petugas Penetapan

untuk membuat konsep surat keputusan menerima atau menolak permohonan Pembatalan ketetapan pajak

11. Petugas Penetapan membuat konsep surat keputusan pembatalan atau

surat keputusan penolakan pemabatan ketetapan pajak, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi.

12. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberi paraf konsep surat

keputusan pembatalan atau surat keputusan penolakan pemabatan ketetapan pajak, kemudian mengajukan kepada Kepala Bidang Pendapatan.

13. Kepala Bidang Pendapatan mempelajari dan apabila sudah sesuai

menandatangani surat keputusan pembatalan atau surat keputusan penolakan pembatan ketetapan pajak, kemudian untuk disampaikan kepada pemohon.

14. Petugas penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi menyampaikan surat

keputusan pembatalan atau surat keputusan penolakan pembatalan ketetapan pajak.

15. Wajib pajak melakukan pembayaran pajak paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak atau Surat Keputusan Penolakan pembatalan ketetapan pajak.

IX. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TATA CARA PENYELESAIAN

PERMOHONAN PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI

ADMINISTRASI PAJAK PENERANGAN JALAN.

A. Deskripsi

Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi yang diajukan oleh Wajib Pajak.

(18)

B. Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang

Pajak Daerah.

3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 9 Tahun 2012 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan.

C. Pihak yang Terkait

1. Kepala DPPKAD

2. Kepala Bidang Pendapatan

3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi

4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi

5. Wajib Pajak

D. Formulir yang Digunakan 1. Surat Permohonan Wajib Pajak

2. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) 3. Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD)

E. Dokumen yang Dihasilkan

Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai pengganti Surat Ketetapan Pajak Daerah atau STPD semula atau Surat Keputusan Penolakan Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administasi.

F. Prosedur Kerja

1. Wajib Pajak mengajukan permohonan Pengurangan atau penghapusan

sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak terutang secara tertulis kepada Kepala DPPKAD dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah jatuh tempo pembayaran pajak terutang, kecuali apabila wajib pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya dan harus mencantumkan alasan yang jelas dengan pernyataan kekhilafan wajib pajak atau bukan karena kesalahannya, dengan melampirkan SKPD dan STPD yang telah diisi dan ditandatangani wajib pajak.

(19)

2. Kepala DPPKAD memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk melakukan penelitian administrasi tentang kebenaran dan alasan Wajib Pajak maupun lampirannya permohonan Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak terutang dan melakukan penelaahan.

3. Kepala Bidang Pendapatan penelitian administrasi tentang kebenaran

dan alasan Wajib Pajak maupun lampirannya permohonan Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak terutang dan melakukan penelaahan, kemudian memerintahkan kepada Kasi Pajak dan Retribusi untuk menyusun hasil penelitian administrasi dan telaahan.

4. Kasi Pajak dan Retribusi melakukan penyusunan hasil penelitian

administrasi dan telaahan permohonan Pengurangan atau

penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak terutang, kemudian memerintahkan kepada Petugas Penetapan untuk membuat konsep laporan hasil penelitian administrasi dan telaahan.

5. Petugas Penetapan membuat konsep laporan hasil penelitian

administrasi dan telaahan permohonan Pengurangan atau

penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak terutang, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi.

6. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada konsep laporan hasil penelitian administrasi dan telaahan permohonan Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak terutang, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan.

7. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan memberikan paraf pada

konsep laporan hasil penelitian administrasi dan telaahan permohonan Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak terutang, kemudian meneruskan kepada Kepala DPPKAD.

8. Kepala DPPKAD mempelajari laporan hasil telaahan dan memberi

keputusan menyetujui atau menolak, kemudian memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan dalam hal telaahan pertimbangan disetujui, maka segera diterbitkan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai pengganti Surat Ketetapan Pajak Daerah atau STPD semula yang ditandatangani oleh Kepala DPPKAD, dan dalam hal telaahan pertimbangan ditolak, maka segera

menerbitkan Surat Keputusan Penolakan Pengurangan atau

Penghapusan Sanksi Administasi yang ditandatangani oleh Kepala DPPKAD.

(20)

9. Kepala Bidang Pendapatan memerintahkan kepada Kasi Pajak dan Retribusi untuk menyusun Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai pengganti Surat Ketetapan Pajak Daerah atau STPD semula atau Surat Keputusan Penolakan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administasi.

10. Kasi Pajak dan Retribusi melakukan penyusunan Surat Keputusan

Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai pengganti Surat Ketetapan Pajak Daerah atau STPD semula atau Surat Keputusan Penolakan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administasi, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi, kemudian menugaskan kepada Petugas Penetapan membuat konsep surat keputusan.

11. Petugas Penetapan membuat konsep Surat Keputusan Pengurangan

atau Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai pengganti Surat Ketetapan Pajak Daerah atau STPD semula atau Surat Keputusan Penolakan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administasi, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi.

12. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberi paraf konsep Surat

Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai pengganti Surat Ketetapan Pajak Daerah atau STPD semula atau Surat Keputusan Penolakan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administasi, kemudian mengajukan kepada Kepala Bidang Pendapatan.

13. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan apabila sudah sesuai

kemudian menandatangani konsep Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai pengganti Surat Ketetapan Pajak Daerah atau STPD semula atau Surat Keputusan Penolakan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administasi, selanjutnya untuk disampaikan kepada wajib pajak pemohon.

14. Petugas penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi menyampaikan

Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai pengganti Surat Ketetapan Pajak Daerah atau STPD semula atau Surat Keputusan Penolakan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administasi.

15. Wajib pajak melakukan pembayaran pajak paling lambat 7 (tujuh) hari

setelah menerima Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi atau Surat Keputusan Penolakan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi administrasi.

(21)

X. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

A. Deskripsi

Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan

pengembalian kelebihan pembayaran dari Wajib Pajak

B. Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang

Pajak Daerah.

3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 9 Tahun 2012 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan.

C. Pihak yang Terkait

1. Kepala DPPKAD

2. Kepala Bidang Pendapatan

3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi

4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi

5. Wajib Pajak

D. Formulir yang Digunakan

1. Surat Permohonan Wajib Pajak.

2. Informasi Kesalahan Surat Keputusan Keberatan.

E. Dokumen yang Dihasilkan

Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB).

F. Prosedur Kerja

1. Pengembalian kelebihan pembayaran disebabkan adanya kelebihan

pembayaran pajak yang telah disetorkan ke Kas Daerah atau Bendahara Penerima DPPKAD berdasarkan :

a. Perhitungan dari Wajib Pajak;

b. Surat Keputusan Keberatan atau Surat Keputusan pembetulan,

pembatalan dan pengurangan ketetapan, dan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi;

c. Putusan Banding atau putusan peninjauan kembali;

d. Kebijakan pemberian pengurangan, keringanan, dan/atau

(22)

2. Kelebihan pembayaran pajak yang sudah disetor dapat dikembalikan kepada Wajib Pajak atau Penanggung Pajak melalui restitusi dengan cara, Wajib Pajak atau Penanggung Pajak mengajukan permohonan Pengembalian kelebihan pembayaran secara tertulis yang dibubuhi materai cukup kepada Bupati melalui Kepala DPPKAD paling lambat 3 (tiga) bulan sejak saat timbulnya kelebihan pembayaran pajak, dengan melampirkan dokumen :

a. identitas penduduk/KTP pemohon;

b. SPTPD, untuk masa pajak yang menjadi dasar permohonan;

c. asli tanda bukti pembayaran pajak;

d. uraian perhitungan pajak menurut Wajib Pajak.

3. Kepala DPPKAD dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak diterimanya permohonan harus memberikan Keputusan

4. Kepala DPPKAD memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan

untuk mengadakan penelitian atau pemeriksaan terhadap kebenaran kelebihan pembayaran pajak dan pemenuhan kewajiban pembayaran Pajak Daerah lainnya oleh Wajib Pajak.

5. Kepala Bidang Pendapatan melakukan penelitian atau pemeriksaan

terhadap kebenaran kelebihan pembayaran pajak dan pemenuhan

kewajiban pembayaran Pajak Daerah lainnya, kemudian

memerintahkan kepada Kasi Pajak dan Retribusi untuk menyusun hasil penelitian atau pemeriksaan.

6. Kasi Pajak dan Retribusi melakukan penyusunan hasil penelitian atau pemeriksaan terhadap kebenaran kelebihan pembayaran pajak dan pemenuhan kewajiban pembayaran Pajak Daerah lainnya, kemudian memerintahkan kepada Petugas Penetapan untuk membuat konsep laporan hasil penelitian atau pemeriksaan.

7. Petugas Penetapan membuat konsep laporan hasil penelitian atau

pemeriksaan terhadap kebenaran kelebihan pembayaran pajak dan pemenuhan kewajiban pembayaran Pajak Daerah lainnya, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi.

8. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada hasil

penelitian atau pemeriksaan terhadap kebenaran kelebihan

pembayaran pajak dan pemenuhan kewajiban pembayaran Pajak Daerah lainnya, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan.

(23)

9. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan memberikan paraf pada hasil

penelitian atau pemeriksaan terhadap kebenaran kelebihan

pembayaran pajak dan pemenuhan kewajiban pembayaran Pajak Daerah lainnya, kemudian mengajukan kepada Kepala DPPKAD.

10. Kepala DPPKAD mempelajari laporan hasil penelitian atau pemeriksaan

terhadap kebenaran kelebihan pembayaran pajak dan pemenuhan kewajiban pembayaran Pajak Daerah lainnya, apabila sudah sesuai kemudian memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB).

11. Kepala Bidang Pendapatan memerintahkan kepada Kasi Pajak dan

Retribusi untuk menyusun Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB).

12. Kasi Pajak dan Retribusi menyusun Surat Ketetapan Pajak Daerah

Lebih Bayar (SKPDLB), kemudian memerintahkan kepada Petugas Penetapan untuk membuat konsep Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB)

13. Petugas Penetapan membuat konsep Surat Ketetapan Pajak Daerah

Lebih Bayar (SKPDLB), kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi.

14. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberi paraf konsep Surat

Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB), kemudian mengajukan kepada Kepala Bidang Pendapatan.

15. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan apabila sudah sesuai,

menandatangani konsep Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB), kemudian untuk disampaikan kepada wajib pajak pemohon.

16. Petugas Penetapan menyampaikan Surat Ketetapan Pajak Daerah

Lebih Bayar (SKPDLB) kepada wajib pajak pemohon.

KEPALA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

KABUPATEN PEMALANG ttd

NI WAYAN ASRINI, SH, M.Si. Pembina Utama Muda NIP. 19630910 199201 2 001

(24)

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan penelitian yang diharapkan dalam melakukan studi kelayakan dan business plan adalah sebagai berikut : Mengetahui pengaruh faktor lingkungan internal dan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perbedaan peningkatan hasil belajar siswa terhadap kemampuan representasi matematis, antara siswa yang memperoleh

Pada kegiatan penutup guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.Guru memberikan tugas kepada peserta didik

Bagi guru, dapat dimanfaatkan dan diterapkan oleh guru kimia dalam pelaksanaan proses pembelajaran untuk membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis

Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. Dengan banyaknya jumlah kendaraan yang harus dilayani akan menimbulkan potensi antrian pada jembatan timbang tersebut. Penelitian ini

Untuk mempertahankan keandalan suatu laporan keuangan dan independensi auditor tesebut maka perusahaan diwajibkan untuk melakukan rotasi audit yang diatur dalam KMK Nomor

“Pembiayaan murabahah adalah transaksi jual beli, yaitu pihak bank syari’ah bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli dengan harga jual dari bank adalah harga beli

Hukum Humaniter Internasional (HHI) adalah kesatuan hukum yang terdiri dari konvensi-konvensi Jenewa (Geneva Conventions) dan konvensi- konvensi-konvensi Hague (Hague