• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN PELAYANAN PRIMA TERHADAP KUALITAS LAYANAN SISWA PENGELOLAAN USAHA KECANTIKAN DI SMK NEGERI 1 BERINGIN Rohana Aritonang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN PELAYANAN PRIMA TERHADAP KUALITAS LAYANAN SISWA PENGELOLAAN USAHA KECANTIKAN DI SMK NEGERI 1 BERINGIN Rohana Aritonang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pelangi Pendidikan, Vol. 22 No. 2 - Desember 2015 171

HUBUNGAN PENGETAHUAN PELAYANAN PRIMA TERHADAP

KUALITAS LAYANAN SISWA PENGELOLAAN USAHA KECANTIKAN

DI SMK NEGERI 1 BERINGIN

Rohana Aritonang

Dosen Jurusan PKK FT Universitas Negeri Medan Email: aritonang_rohana@gmail.com

Abstract. The aim of this research is to find out prima service knowledge of the students of beauty business management at SMK Negeri 1 Beringin. To find out the quality service of students beauty business management SMK Negeri 1 Beringin. To find out the correlation between prima service knowladge to the quality service of students of beauty business management at SMK Negeri 1 Beringin. Research methodology used correlational research methodology. The sample in this research were the students of XII grade beauty skill program at SMK Negeri 1 Beringin that consist of 30 students. The variable of this research was prima service knowladge as the free variable (X) and prima service quality as the depending variable (Y). The research instruments used test and questionnaire. The test used to know the students knowladge about prima service and questionnaire used to know the students service quality. The data analysis and which used paametric experiment called product moment experiment which analysis requirement experiment that was normality test, linearity test and significance test of regression equation. From the result of data normality test the research found that

= 1,13 for prima service data and = 4,91 for rima service quality

data where = 11,07 so < so both of them was distributed normality. Regretion equality Y to X was got that = 32,68 + 2,72 . The result of significance test of regression equation was got = 89,13 > = 4.20. It can be concluded that the regression coffecient means. Linierity test result got

= 1,09 < = 2,42 so it means linier regretion equality. The result of this

research was the prima servie knowladge of the students XII grade beauty skill state SMK Negeri 1 Beringin was in the sufficient category. There was correlation between prima service knowladge to the students service quality at XII grade beauty skill state SMK Negeri 1 Beringin. This statement can be proved from the score of = 0.87 and score of = 0.361 where > .

Kata Kunci: Pengetahuan Pelayanan Prima, Kualitas Layanan Siswa.

PENDAHULUAN

Memberikan pelayanan secara prima kepada pelanggan memiliki tujuan untuk memenangkan persaingan. Pada zaman globalisasi seperti sekarang, memamerkan fasilitas yang dimiliki perusahaan tidak menjamin perusahaan tersebut memenangkan persaingan dan tidak menjamin pelanggan akan memilihnya. Sepanjang ada dana untuk menyediakan fasilitas fisik, suatu perusahaan

mampu bersaing karena benda-benda tersebut, tetapi benda-benda mati tersebut tidak berarti apa-apa jika sentuhan menusia tidak dapat menghidupkan suasana kemewahan yang disajikan. Pengetahuan mengenai pelayanan prima sangat menentukan hasil kerja dan akan meningkatkan kualitas layanan agar menjadi lebih baik. “Untuk mewujudkan pelayanan prima dengan baik maka siswa harus

(2)

Pelangi Pendidikan, Vol. 22 No. 2 - Desember 2015 172

mengetahui dan memenuhi konsep pelayanan prima (A6) yaitu memiliki attitude (sikap) yang baik kepada semua pelanggan, memberikan attention (perhatian) kepada pelanggan dengan adil, action (tindakan) yang sigap dalam melayani pelanggan, ability (kemampuan) dalam melayani pelanggan, apprearance (penampilan) yang menarik dan sopan ketika menghadapi pelanggan serta accountability (tanggung jawab) dalam menghadapi keluhan maupun kebutuhan pelanggan” (Barata, 2003).

Pelayanan yang baik adalah kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan standar yang telah ditetapkan. Kemampuan tersebut ditunjukkan oleh sumber daya manusia dan sarana serta prasarana yang dimiliki. Ketersediaan dan kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh perusahaan semata-mata untuk mempercepat pelayanan serta meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan. Kualitas layanan akan tercipta apabila terpenuhinya keseluruhan unsur-unsur kualitas layanan (Zaenal dan Wijaya, 2015) yang meliputi: “fasilitas fisik yang memadai, pelayanan yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, bertanggung jawab, memiliki pengetahuan dan keterampilan, ramah dan bersahabat, jujur kepada pelanggan, keamanan dalam pelayanan, mudah melakukan pendekatan, komunikasi yang baik serta berusaha mengetahui kebutuhan pelanggan”.

Berdasarkan hasil pengamatan oleh peneliti yang dilakukan pada tanggal 10 agustus 2016 di pengelolaan usaha kecantikan SMK Negeri 1 Beringin terlihat bahwa kualitas layanan siswa pengelolaan usaha kecantikan SMK Negeri 1 Beringin belum cukup baik. Hal ini terlihat dari masih adanya siswa yang tidak ramah menyikapi pelanggan, masih ada siswa yang tidak perhatian dengan kebutuhan pelanggan. masih ada siswa yang tidak memperhatikan kebersihan pribadi dan ruang kerja, masih ada siswa yang tidak menggunakan bahasa yang mencerminkan pekerja yang professional, masih ada siswa

yang tidak bersemangat dalam melayani pelanggan dan masih ada siswa yang tidak memperhatikan penataan ruang kerja demi keamanan dan kenyamanan siswa dan pelanggan. Menurut keterangan guru (pengawas) Pengelolaan Usaha Kecantikan bahwa siswa mempelajari materi pelayanan prima ketika berada di kelas X semester II, dan melakukan praktek pengelolaan usaha kecantikan pada kelas XII semester I dan II. Pengetahuan mengenai pelayanan prima menjadi hal yang harus dipahami dan diketahui oleh siswa sehingga dapat diterapkan dalam menjalankan sebuah pengelolaan usaha kecantikan.

Terkait dengan hal di atas, hendaknya dapat di jadikan bahan pemikiran bagi siswa tata kecantikan yang sedang belajar di sekolah yang telah dibekali berbagai pengetahuan tentang pelayanan dan penanganan pelanggan untuk dapat meningkatkan keseriusannya didalam belajar agar ilmu dan keterampilan yang diperoleh dapat dimanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan kualitas layanan perusahaan. Siswa yang telah memahami pelayanan prima yang baik akan sangat mudah untuk terjun langsung kedunia industri, karena ia telah mengetahui hal-hal apa saja yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas layanan perusahaan Dari uraian diatas, maka skripsi ini akan membahas tentang pengetahuan pelayanan prima dengan kualitas layanan yang dimiliki siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan judul “Hubungan Pengetahuan Pelayanan Prima Terhadap Kualitas Layanan Siswa Pengelolaan Usaha Kecantikan Di SMK Negeri 1 Beringin.”

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat diindentifikasikan masalah penelitian adalahp elajaran pelayanan prima yang belum dikuasai siswa dengan baik, sikap, perhatian dan tindakan siswa dalam melayani pelanggan yang belum maksimal. kurangnya kepedulian siswa terhadap penampilan diri dan ruang kerja, kemampuan dan tanggung jawab siswa dalam menghadapi pelanggan yang belum maksimal, kurangnya

(3)

Pelangi Pendidikan, Vol. 22 No. 2 - Desember 2015 173

keinginan siswa dalam mencari tahu kebutuhan dan keinginan pelanggan, masih rendahnya kualitas layanan siswa kepada pelanggan.

Sesuai dengan uraian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui pengetahuan pelayanan prima dan kualitas layanan siswa pengelolaan usaha kecantikan di SMK Negeri 1 Beringin. 2) Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan pelayanan prima terhadap kualitas layanan siswa pengelolaan usaha kecantikan di SMK Negeri 1 Beringin.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan “hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat”. Ernawati (2008) mengungkapkan pelayanan prima adalah “suatu konsep pelayanan dalam rangka meyakinkan pelanggan. pelayanan prima dapat dicapai melalui tindakan, yaitu bagaimana cara mempengaruhi, cara merayu, meyakinkan dan memberikan suatu jaminan kepada calon pelanggan atau pelanggan, sehingga mereka tertarik dan akhirnya membeli atau menggunakan barang dan jasa yang ditawarkan”. Warela (2004) mengemukakan bahwa pelayanan adalah “suatu perbuatan, suatu kinerja atau suatu usaha, dan menunjukkan pentingnya penerima jasa pelayanan terlibat secara aktif didalam produksi atau penyampaian proses pelayanan itu sendiri”. Pelayanan prima itu sendiri bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan agar dapat memberikan pelayanan yang dapat memenuhi dan memuaskan pelanggan atau masayarakat serta memberikan fokus pelayanan kepada pelanggan, tetap menjaga agar konsumen merasa diperhatikan dan dipentingkan segala kebutuhan dan keinginannya, serta upaya mempertahankan konsumen agar tetap loyal untuk menggunakan produk barang atau jasa yang ditawarkan tersebut. Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pelayanan prima adalah mengerti dan mengetahui cara memberikan pelayanan yang maksimal dengan berbagai

cara dan strategi kepada pelanggan berdasarkan konsep-konsep pelayanan yang akan memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan sehingga menciptakan loyalitas pelanggan yang akan memberikan keuntungan kepada perusahaan.

Barata (2003) dalam buku yang berjudul Dasar-Dasar Pelayanan Prima menerangkan ada enam faktor dalam pelayanan prima yang disebut dengan konsep A6, yaitu: a) Attitude (sikap), sikap mencerminkan perilaku atau gerak-gerik yang terlihat pada diri seseorang ketika ia menghadapi situasi tertentu atau ketika berhadapan dengan orang lain. b) Attention (perhatian), dalam melakukan kegiatan layanan, seorang pemberi layanan pada perusahaan industri jasa pelayanan harus senantiasa memperhatikan dan mencermati keinginan pelanggan. c) Action (tindakan), pelayanan prima ini dapat dicapai melalui bagaimana cara mempengaruhi, cara merayu, meyakinkan dan memberikan suatu jaminan kepada calon pelanggan atau pelanggan, sehingga pelanggan tertarik dan akhirnya membeli atau menggunakan barang dan jasa yang di tawarkan. d) Appearance (penampilan), adalah penampilan seseorang baik yang bersifat fisik maupun non fisik, yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari pihak lain. e) Ability (kemampuan), yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan, sehingga tingkat intelegensi seseorang sangat menentukan kekuasaannya dalam bekerja. f) Accountability (tanggung jawab), yang berarti suatu sikap keberpihakan kepada pelanggan sebagai wujud kepedulian untuk menghindarkan atau meminimalkan kerugian atau ketidakpuasan pelanggan.

Menurut Standar ISO 8402 dalam Nurmawati (2010), kualitas layanan adalah “gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa, yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau tersirat”. Sedangkan menurut Tjiptono (2007) “kualitas layanan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan

(4)

Pelangi Pendidikan, Vol. 22 No. 2 - Desember 2015 174

penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen”. Menurut Parasuraman (dalam Lupiyoadi, 2013) kualitas layanan dapat didefinisikan sebagai “seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pelanggan atas layanan yang mereka terima”. Githa (2012) mengatakan bahwa, “usaha salon kecantikan adalah usaha jasa yang berkaitan dengan pelayanan perawatan kecantikan dari ujung rambut sampai ujung kuku kaki”. Pengelolaan usaha kecantikan adalah “satu bentuk jasa yang tujuannya adalah memperbagus dan mempercantik penampilan fisik seseorang. Dan bila salon khusus wanita, tentunya para pekerja adalah wanita dan begitu juga dengan konsumennya. Sehingga tidak ada masalah dalam melihat aurat atau memegang rambut dan kepala” (Nora, 2006). Maretta (2013) mengatakan bahwa, “salon kecantikan adalah pusat tempat penyediaan layanan jasa mempercantik dan merawat kulit maupun rambut secara komersil”.

Berdasarkan berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan siswa pengelolaan usaha kecantikan adalah tingkat keunggulan pelayanan yang diberikan oleh siswa kepada pelanggan dalam bentuk jasa dan produk dibidang kecantikan dengan tujuan mempercantik dan memperindah penampilan seseorang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Menurut Zeithaml dalam buku Manajemen Pelayanan Publik karangan Zaenal dan Wijaya (2015) mengemukakan sepuluh unsur yang harus diperhatikan dan diterapkan dalam memberikan kualitas layanan agar tercapai kepuasan pelanggan, yaitu:

a. Tangible, adalah bukti fisik yang merupakan suatu service yang bisa dilihat, bisa dicium dan bisa diraba, maka aspek tangible menjadi penting sebagai ukuran terhadap pelayanan.

b. Reliable, adalah keandalan atau kemampuan untuk menyediakan pelayanan yang terpercaya dan akurat. c. Responsiviness, yaitu respon karyawan

dalam membantu pelanggan dan

memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap.

d. Competence, yaitu keahlian atau pengetahuan. Sebagai syarat untuk melayani dengan baik, siswa harus mempunyai pengetahuan dan keahlian dibidangnya.

e. Couertesy, adalah sikap atau perilaku ramah, bersahabat, tanggap terhadap keinginan pelanggan serta mau melakukan kontak atau hubungan pribadi. f. Credibility, adalah kejujuran dan

kepercayaan.

g. Security, adalah aman dari bahaya, risiko, atau keragu-raguan.

h. Access, adalah kemudahan untuk mengadakan kontak dan pendekatan kepada pelanggan.

i. Communication, adalah proses pengiriman dan penyampaian informasi atau pesan antara dua orang atau lebih dengan cara yang efektif, sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

j. Understanding the customer, yaitu membuat pelanggan merasa bahwa penyedia jasa, lokasi, jam kerja, karyawan dan sistem operasionalnya dirancang dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pelanggan dapat melakukan akses dengan mudah.

Githa (2012) dalam buku yang berjudul Belajar Salon membagi salon menjadi tiga bagian, diantaranya:1) Hair salon atau salon rambut, yang merupakan salon yang memberikan pelayanan hanya sekitar masalah rambut. Pelayanannya dapat berupa: memotong rambut, menata rambut, meluruskan/mengkeriting rambut, pewarnaan rambut, perawatan rambut dan menjual produk untuk kesehatan dan penataan rambut; 2) Beauty salon atau salon kecantikan, yang memberi pelayanan dari rambut hingga kecantikan wajah dan tubuh. Pelayanan yang diberikan berupa facial lengkap, lulur, spa, pedicure, manicure, bleaching tubuh dan terapi kesehatan secara tradisional; 3) Salon dan tata rias pengantin, rias pengantin adalah suatu proses lebih mempercantik seseorang

(5)

Pelangi Pendidikan, Vol. 22 No. 2 - Desember 2015 175

untuk suatu event pernikahan. Mempercantik dilakukan dengan make-up wajah dan menata rambut yang dikombinasikan dengan tata busana sesuai adat dan tradisi di masing daerah.

Tidak hanya membutuhkan karyawan yang profesional dan berbagai macam produk, untuk membuka sebuah pengelolaan usaha kecantikan (salon) juga membutuhkan peralatan yang berperan penting dalam pelaksanaannya (Githa, 2012). Diantaranya sebagai berikut: 1) Tempat usaha (ruangan salon), tata ruang salon yang menarik akan mendapatkan kesan yang berbeda bagi pelanggan yang pertama kali datang. Kesan pertama masuk kedalam salon sangat mempengaruhi kedatangan pelanggan berikutnya. Maka dari itu kebersihan dan kerapihan ruangan harus sangat diperhatikan. 2) Cermin dengan ukuran bebas, cermin yang dapat melihat setengah badan sangat membantu untuk proses pekerjaan. 3) Meja rias dan kursi, jumlah meja dan kursi tidak sampai memenuhi ruangan salon sehingga terkesan sempit. 4) Rak dorong, rak dorong yang menggunakan roda bawah sangat membantu proses pekerjaan karena mudah untuk dipindahkan. 5) Tempat cuci rambut, terdapat dudukan dan saluran air serta saluran pembuangan. 6) Lemari untuk menyimpan obat-obat dan cream rambut, handuk bersih, alat-alat seperti hair dryer, dan property lainnya. 7) Steam rambut, handuk hitam dan putih, kemben (kamisol). 8) Tempat haduk kotor atau handuk bekas pakai, disimpan ditempat khusus sebelum dicuci agar terlihat rapid an tidak kotor. 9) Buku contoh warna rambut dan pemangkasan rambut. 10) hair dryer, macam-macam sisir, catokan rambut (curling iron). 11) Ruangan khusus facial dan alat-alat facial, yang tersimpan rapi dan tidak bercampur dengan bahan dan alat perawatan lainnya.

Pengetahuan pelayanan prima berkaitan erat dengan kualitas layanan. Pengetahuan siswa selaku pelayan dalam pengelolaan usaha kecantikan mengenai pelayanan prima sangat berpengaruh terhadap

kualitas layanan siswa pengelolaan usaha kecantikan. Siswa yang sudah menguasai pelayanan prima dengan baik, secara otomatis akan mampu memberikan pelayanan yang baik dan akan meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan. Sesuai dengan materi pelayanan prima yang di dapat, siswa akan mengetahui cara menghadapi pelanggan dengan berbagai karakter, siswa mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan dengan baik, siswa dapat menghadapi pelanggan dengan sikap ramah dan bersahabat dan siswa mengetahui mengenai mengapa, kapan, dengan siapa, dimana dan bagaimana pelayanan harus dilakukan. Peningkatan kualitas layanan siswa pengelolaan usaha kecantikan bertujuan untuk meningkatkan loyalitas dan menambah pelanggan untuk melakukan perawatan dipengelolaan usaha kecantikan. Loyalitas pelanggan akan berpengaruh positif kepada pengelolaan usaha kecantikan, karena hal ini akan memberikan keuntungan dan meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap pengelolaan usaha kecantikan tersebut.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode koresional. Penggunaan metode ini untuk mengukur hubungan antara pengetahuan pelayanan prima terhadap kualitas layanan siswa pengelolaan usaha. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Beringin Jln. Pendidikan No.3. Tahun Pelajaran 2016/2017. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa yang melaksanakan pengelolaan usaha kecantikan Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 30 orang. Dikarenakan subjek penelitian kurang dari 100 orang, makan sampel penelitian ini menggunakan total sampling yang berjumlah 30 orang.

Pengetahuan pelayanan prima adalah pemahaman dan pengetahuan siswa yang menjalani pengelolaan usaha kecantikan mengenai cara memberikan pelayanan yang maksimal kepada pelanggan pengelolaan

(6)

Pelangi Pendidikan, Vol. 22 No. 2 - Desember 2015 176

usaha kecantikan yang akan memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan sehingga menciptakan loyalitas pelanggan yang akan memberikan keuntungan kepada perusahaan berdasarkan konsep-konsep pelayanan yang meliputi sikap (attitude), perhatian (attention), tindakan (action), kemampuan (ability), penampilan (apprearance) dan tanggung jawab (accountability).

Kualitas layanan siswa adalah tingkat keunggulan pelayanan siswa pengelolaan usaha kecantikan dalam bentuk jasa dan produk dibidang kecantikan dengan tujuan mempercantik dan memperindah penampilan seseorang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan yang memenuhi unsur kualitas layanan yang meliputi fasilitas fisik dan penampilan (tangible), handal dan terpercaya (reliable), tanggung jawab (reponsiviness), keahlian/kemampuan (competence), ramah dan bersahabat (courtesy), jujur dan transparan (credibility), keamanan (security), pendekatan (access), komunikasi (communication) dan memahami pelanggan (understanding the customer).

Instrument pengetahuan pelayanan prima. Data penelitian ini dijaring dengan menggunakan tes pilihan berganda yang disusun berdasarkan empat pilihan jawaban. Jumlah tes yang diberikan sebanyak 36 soal.

Instrumen kualitas layanan siswa. Alat yang digunakan untuk menjaring data kualitas layanan siswa adalah melalui angket (kuesioner) berjumlah 34 pernyataan.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh pengetahuan pelayanan prima dari sampel 30 orang siswa diperoleh rata-rata skor siswa sebesar 19,37 dengan standar deviasi 2,46. Berdasarkan skor rata-rata pengetahuan siswa tentang pelayanan prima terdapat pada interval 19-20 sebanyak 9 orang (30.00%). Sedangkan pengetahuan siswa tentang pelayanan prima yang berada di atas skor rata-rata sebanyak 9 orang dan pengetahuan pelayanan prima siswa yang

berada dibawah skor rata-rata sebanyak 12 orang.

Berdasarkan hasil identifikasi tingkat kecenderungan pengetahuan pelayanan prima siswa diperoleh skor rata-rata ideal (Mi) sebesar 18 dan standar deviasi ideal (SDi) sebesar 6. Dari identifikasi tingkat kecendrungan di atas di atas diketahui bahwa dari 30 sampel penelitian didapatkan 21 orang (70.00.%) memiliki pengetahuan yang cukup, 9 orang (30.00%) memiliki pengetahuan yang kurang dan tidak ada siswa yang memiliki pengetahuan tinggi ataupun rendah. Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kecenderungan pengetahuan pelayanan prima siswa berada pada kategori cukup.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa kualitas layanan siswa dari sampel 30 orang siswa diperoleh rata-rata skor siswa sebesar 85,10 dengan standar deviasi 7,87. Dari skor rata-rata kualitas layanan siswa terdapat pada interval 83-88 sebanyak 11 orang (36.67%). Sedangkan kualitas layanan siswa yang berada di atas skor rata-rata sebanyak 8 orang dan kualitas layanan siswa yang berada di bawah skor rata-rata sebanyak 11 orang.

Berdasarkan hasil identifikasi tingkat kecenderungan kualitas layanan siswa diperoleh skor rata-rata ideal (Mi) sebesar 85 dan standar deviasi ideal (SDi) sebesar 17. Dari tabel 8 di atas di atas diketahui bahwa dari 30 sampel penelitian didapatkan 17 orang (56.57%) memiliki kuliatas layanan yang cukup, 13 orang (43.33%) memiliki kualitas layanan yang kurang dan tidak ada siswa yang memiliki kualitas layanan yang tinggi ataupun rendah. Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kecenderungan kualitas layanan siswa berada pada kategori cukup. Uji Persyaratan Analisis

Dari hasil pengujian normalitas data pengetahuan pelayanan prima siswa diperoleh

= 1,13. Dari tabel kritik chi-kuadrat

diperoleh = 11,07 dengan db = 5 dan

(7)

Pelangi Pendidikan, Vol. 22 No. 2 - Desember 2015 177

dapat disimpulkan bahwa data pengetahuan pelayanan prima siswa berdistribusi normal.

Sedangkan dari hasil pengujian normalitas data kualitas layanan siswa diperoleh

= 4,91. Dari tabel kritik chi kuadrat

diperoleh = 11,07 dengan db = 5 dan

= 0,05. Karena < maka

dapat disimpulkan bahwa data kualitas layanan siswa berdistribusi normal.

Dari hasil perhitungan data diperoleh nilai koefisien regresi a sebesar 32,68 dan koefisien regresi b sebesar 2,72. Maka persamaan regresi Y atas X adalah Y = 32,68 + 2,72X

Untuk menguji keberartian koefisien X dalam persamaan regresi dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

∶ = 0 (koefisien regresi tidak berarti, artinya tidak ada hubungan linier variable bebas dengan variable terikat)

∶ ≠ 0 (koefisien regresi berarti, artinya ada hubungan linier variable bebas dengan variable terikat)

Dari hasil perhitungan diperoleh

F = 89,13 . Dari tabel distribisi F

dengan = 0.05 , dk pembilang = 1 dan dk penyebut 28 diperoleh = 4.20. Karena

F > F maka ditolak dan

diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi berarti atau ada hubungan linier variable bebas dengan variable terikat.

Untuk menguji linieritas persamaan regresi dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

: persamaan regresi linier : persamaan regresi tidak linier

Dari hasil perhitungan diperoleh diperoleh F = 1,09 . Dari tabel distribusi F dengan = 0.05 , dk pembilang = 9 dan dk penyebut 19 diperoleh = 2,42. Karena F < F maka diterima dan ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi linier. a. Uji hipotesis

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh

= 0,87 dari daftar distribusi r dengan

= 0.05 dan n = 30 diperoleh =

0.361. sehingga dapat dketahui bahwa

≥ maka ditolak diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan pelayanan prima dengan kualitas layanan siswa kelas XII program keahlian kecantikan SMK Negeri 1 Beringin.

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien korelasi digunakan uji t. Dari hasil perhitungan diperoleh = 9,77. Dari daftar t tabel diperoleh = 2,05 dengan dk = 28 dan  = 0,05. Karena >

maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan pelayanan prima dengan kualitas layanan siswa kelas XII program keahlian kecantikan SMK Negeri 1 Beringin.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) Pengetahuan pelayanan prima siswa kelas XII program keahlian kecantikan SMK Negeri 1 Beringin berada pada kategori cukup. Hal ini dibuktikan dari tingkat kecendrungan pengetahuan pelayanan prima siswa didapatkan 21 orang (70.00%) berada pada kategori cukup dan 9 orang (30.00%) berada pada kategori kurang. 2) Kualitas Layanan siswa kelas XII program keahlian kecantikan SMK Negeri 1 Beringin berada pada kategori cukup. Hal ini dibuktikan dari tingkat kecendrungan kualitas layanan siswa didapatkan 17 orang (56.67%) berada pada kategori cukup dan 13 orang (43.33%) berada pada kategori kurang. 3) Terdapat hubungan antara pengetahuan pelayanan prima dengan kualitas layanan siswa kelas XII program keahlian kecantikan SMK Negeri 1 Beringin. Hal ini dibuktikan dari nilai = 0.87 dan nilai = 0.361

dimana > .

DAFTAR PUSTAKA

Barata, A.A, 2003. Dasar-dasar pelayanan prima. Jakarta: Elex Media Komputindo.

(8)

Pelangi Pendidikan, Vol. 22 No. 2 - Desember 2015 178

Ernawati, dkk, 2008. Pelayanan Prima. Jakarta: Erlangga.

Failasufa, Rizana, 2014. Pengembangan Modul Melaksanakan Pelayanan Prima Di Smk Negeri 1 Batealit Kabupaten Jepara (Skripsi Tidak Diterbitkan). Universitas Negeri Yogyakarta : Skripsi Githa, Vstalin, 2012. Belajar Salon. Jakarta:

Gramedia Pustaka Umum

Lupiyoadi, Rambat, 2013. Manajemen Pemasaran Jasa Berbasis Kompetensi , Edisi 3. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Maretta, Ester Purba, 2013. Hubungan Soft

Skill Karyawan Salon Dengan Kepuasan Pelanggan Salon di Kecamatan Tiga Lingga. Skripsi, tidak diterbitkan, Universitas Negeri Medan, Medan.

Moenir, A.S, 2015. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara

Nora, Cindy, 2006. Definisi Salon. From: http://cindy.blogspot.com/2006/april/html . diakses tanggal 5 mei 2013

Notoatmodjo, S, 2003. Aspek-aspek Pengetahuan. Bandung : Alfabeta

Nurmawati, 2010. Mutu Pelayanan Kebidanan. Jakarta : TIM

Tjiptono, 2007.Manajemen Pemasaran Jasa. Yogyakarta: Andi offset.

Warella, 2004. Administrasi Negara dan Kualitas Pelayanan Publik. Jurnal AKPO Semarang. Program PPs Undip

Zaenal, Mukarom dan Wijaya Laksana, 2015. Manajemen Pelayanan Publik. Bandung: Pustaka Setia.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik dan survey kelapangan, toko tersebut memiliki permasalahan akhir-akhir ini dikarenakan berdirinya supermarket modern tidak

Penelitian serupa juga pernah dilakukan (Gardner dan Pierce, 2004), self esteem didalam dunia kerja dan organisasi, Konteks : pandangan terhadap literature

Brosur Diklat Kewirausahaan Mahasiswa yang memperoleh nilai terbaik dengan ranking bagus dalam pre-requisite test perkuliahan Kewirausahaan (KWU), dan sudah berpengalaman

Direktur LPPM Universitas Dian Nuswantoro Semarang dengan ini menyatakan bahwa telah menerima laporan kemajuan pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat, Skim ……..

Karena Sekolah adalah lembaga sosial yang turut menyumbang dalam proses sosialisasi individu agar menjadi anggota masyarakat seperti yang diharapkan dan sekolah selalu

Sehingga dapat diproyeksikan bahwa tenaga kerja yang berpendidikan Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMTP) dan Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA) akan mengalami peningkatan.

Melaporkan investasi pada masyarakat yang dilakukan perusahaan dengan memberikan laporan secra terbuka berapa banyak dana yang telah dihabiskan,