1
ABSTRAK
Karena kepulauan Indonesia merupakan
wilayah yang rawan akan gempa, maka sudah
seharusnya dalam pembangunan infrastruktur
memenuhi syarat tahan gempa.Untuk itu
diperlukan perancangan dan pengawasan khusus
untuk menekan resiko yang terjadi akibat gempa.
Salah satu sistem struktur yang dapat digunakan
untuk bangunan tahan gempa kuat adalah sistem
ganda.
Sistem ganda ( dual system ) adalah salah
satu sistem struktur yang beban grafitasinya
dipikul sepenuhnya oleh space frame ( Rangka ),
sedangkan beban lateralnya dipikul bersama oleh
space frame dan shear wall ( Dinding Geser /
Dinding Struktur ). Menurut SNI 03-1726-2002
Pasal 5.2.3 space frame sekurang-kurangnya
memikul 25% dari beban lateral dan sisanya
dipikul oleh shear wall. Karena shear wall dan
space frame dalam dual system merupakan satu
kesatuan struktur maka diharapkan keduanya
dapat mengalami defleksi lateral yang sama, atau
setidaknya space frame mampu mengikuti
defleksi lateral yang terjadi. Shear wall adalah
dinding geser yang terbuat dari beton bertulang
dimana tulangan tersebut akan menerima gaya
lateral terhadap gempa sebesar beban yang telah
direncanakan.
Dengan sistem ini, dimensi rangka utama
dapat diperkecil dengan menggunakan shear wall.
Penggunaan sistem ganda ini dirasa lebih hemat
dibandingkan dengan Sistem Rangka Pemikul
Momen , karena dalam Sistem Rangka Pemikul
Momen, semakin tinggi struktur gedung, maka
semakin besar dimensi yang digunakan sehingga
kemampuan struktur lebih banyak tebuang untuk
menahan berat sendiri yang besar. Begitu pula
dengan building frame system dimana semakin
tinggi gedung tersebut dan berada pada wilayah
gempa kuat, maka semakin tebal pula shearwall
yang dibutuhkan, sehingga berat shearwall juga
semakin besar.
Dalam pengajuan tugas akhir ini, penulis
akan memodifikasi Gedung KPKNL Sidoarjo
yang
perencanaan
struktur
sebelumnya
menggunakan sistem Struktur Rangka Pemikul
Momen Biasa ( SRPMB ). Pada tugas akhir ini,
bangunan gedung tersebut direncanakan ulang
dengan menggunakan Sistem Ganda yang terdiri
dari 10 lantai, dan dirancang sebagai gedung
perkantoran di wilayah gempa kuat. Dalam
analisa struktur akan menggunakan cara
perhitungan dan peraturan yang baru.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Gedung KPKNL Sidoarjo ialah salah satu
gedung yang dirancang berada pada wilayah
gempa rendah yaitu di Sidoarjo. Gedung ini
terdiri dari 3 lantai, serta mempunyai panjang 54
m dan lebar 28 m. Gedung KPKNL Sidoarjo
berfungsi sebagai tempat penyimpanan penyitaan
aset negara, selain itu juga berfungsi sebagai
perkantoran.
Karena kepulauan Indonesia merupakan
wilayah yang rawan akan gempa, maka
pembangunan infrastruktur harus memenuhi
syarat tahan gempa. Untuk itu diperlukan
perancangan dan pengawasan khusus untuk
menekan resiko yang terjadi akibat gempa.Maka
dari itu, dalam pengajuan tugas akhir ini, penulis
akan memodifikasi Gedung KPKNL Sidoarjo
yang
perencanaan
struktur
sebelumnya
menggunakan sistem Struktur Rangka Pemikul
Momen Biasa ( SRPMB ). Pada tugas akhir ini,
bangunan gedung tersebut direncanakan ulang
dengan menggunakan Sistem Ganda yang terdiri
dari 10 lantai dan dirancang sebagai gedung
perkantoran di wilayah gempa kuat.
Sistem ganda ( dual system ) adalah salah
satu sistem struktur yang beban grafitasinya
dipikul sepenuhnya oleh space frame ( Rangka ),
sedangkan beban lateralnya dipikul bersama oleh
space frame dan
shear wall ( Dinding Geser /
Dinding Struktur ). Menurut SNI 03-1726-2002
Pasal 5.2.3
space frame
sekurang-kurangnya
memikul 25% dari beban lateral dan sisanya
dipikul oleh
shear wall. Karena
shear wall dan
space frame dalam
dual system merupakan satu
kesatuan struktur maka diharapkan keduanya
dapat mengalami defleksi lateral yang sama, atau
setidaknya
space frame mampu mengikuti
defleksi lateral yang terjadi.
Shear wall adalah
dinding geser yang terbuat dari beton bertulang
dimana tulangan tersebut akan menerima gaya
lateral terhadap gempa sebesar beban yang telah
direncanakan.
Dual system biasa digunakan untuk
perencanaan gedung tingkat tinggi di wilayah
gempa kuat. Dengan sistem ini, dimensi rangka
utama dapat diperkecil dengan menggunakan
shear wall. Penggunaan sistem ganda ini dirasa
lebih hemat dibandingkan dengan Sistem Rangka
Pemikul Momen, karena dalam Sistem Rangka
Pemikul Momen, semakin tinggi struktur gedung,
maka semakin besar dimensi yang digunakan
2
sehingga kemampuan struktur lebih banyak
tebuang untuk menahan berat sendiri yang besar.
Begitu pula dengan
building frame system
dimana semakin tinggi gedung tersebut dan
berada pada wilayah gempa kuat, maka semakin
tebal pula shearwall yang dibutuhkan, sehingga
berat shearwall juga semakin besar.
1.2 Permasalahan
Dalam penulisan Tugas Akhir ini,
permasalahan yang akan dibahas antara lain :
Perumusan Utama
1.
Bagaimana merencanakan gedung
KPKNL Sidoarjo yang berada di
zona
gempa
kuat
dengan
menggunakan sistem ganda
Perumusan Detail
1.
Bagaimana
merencanakan
preliminary desain struktur
2.
Bagaimana asumsi pembebanan
setelah diadakan modifikasi
3.
Bagaimana merencanakan elemen
struktur primer berupa balok induk,
kolom dan shear wall
4.
Bagaimana merencanakan elemen
struktur sekunder berupa balok anak,
pelat dan tangga
5.
Bagaimana
melakukan
analisa
struktur akibat beban gravitasi dan
beban lateral dengan program bantu
SAP 2000 V.14.0 dan ETABS 9.07
6.
Bagaimana merencanakan pondasi
struktur yang mendukung kestabilan
struktur
7.
Bagaimana
menuangkan
hasil
perencanaan ke dalam gambar teknik
1.3 Tujuan
Adapun maksud dan tujuan yang
diharapkan dalam tugas akhir ini adalah
mendapatkan perancangan untuk modifikasi
gedung KPKNL Siodarjo yang memenuhi
persyaratan konstruksi yang memenuhi keamanan
konstruksi antara lain :
1.
Mendapatkan
struktur
gedung
berlantai 10 yang dibangun dengan
menggunakan sistem ganda dengan
pondasi basement yang berada pada
wilayah gempa kuat
2.
Mendapatkan hasil pondasi yang
mendukung kestabilan struktur
3.
Menuangkan hasil perhitungan dan
perencanaan dalam gambar teknik
1.4
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam tugas akhir
perancangan gedung ini adalah :
1.
Tugas
akhir
ini
tidak
membandingkan kecepatan waktu
pelaksanaan
proyek
konstruksi
gedung menggunakan sistem ganda (
dual system ) dengan metode cor
ditempat.
2.
Perencanaan ini tidak meninjau
menejemen konstruksi.
3.
Tidak
membahas
metode
pelaksanaan di lapangan kecuali yang
mempengaruhi perhitungan struktur.
4.
Dalam
perencanaan
struktur
memperhitungkan struktur atas dan
struktur bawah.
5.
Denah atap hanya digunakan sebagai
pembebanan saja.
6.
Perencanaan struktur bangunan
terdiri dari 10 lantai.
7.
Perencanaan tidak termasuk sistem
utilitas, kelistrikan dan sanitasi.
1.5 Manfaat
Diharapkan dengan berakhirnya Tugas
Akhir ini dapat memberikan manfaat dalam
bidang teknik sipil, yaitu dapat memberikan
contoh penggunaan metode sistem ganda dalam
pembangunan suatu gedung bertingkat di wilayah
gempa kuat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 UmumPerancangan tugas akhir kali ini memodifikasi Gedung KPKNL Sidoarjo dengan menggunakan Sistem Ganda dengan letak bangunan berada pada zona gempa kuat sesuai dengan SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-2847-2002.
Tujuan dari perancangan bangunan tahan gempa adalah untuk mengurangi kerusakan yang masih dapat diperbaiki, membatasi ketidaknyamanan penghuni saat terjadi gempa, dan melindungi layanan bangunan yang vital serta menghindari korban jiwa.
Untuk itu, dalam pembangunan gedung tahan gempa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar bangunan dapat menahan gempa dengan baik, antara lain :
1. Building Tripology, simple, simetris, khusus untuk bangunan yang tinggi dan panjang diperlukan bracing extra dan dilatasi.
3
Pertimbangan jumlah lantai. Denah yang tidak beraturan akan menimbulkan torsi dan konsentrasi tekanan sangat tinggi. Pusat massa bangunan atau pusat kekakuan horisontal yang menahan gempa harus berdekatan.2. Atap menggunakan material yang ringan. 3. Ketahanan bangunan terhadap gempa dapat
diciptakan melalui perencanaan dan perancangan struktur utama bangunan (Branch frames, shear-wall, atau kombinasi yang di koneksikan dengan diaphrams). (Prihatmaji,2007 )
2.2 Peraturan Perancangan
Desain ini dilakukan sesuai dengan peraturan perancangan antara lain:
1. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI) 1971
2. SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. 3. SNI 03-1726-2002 Struktur Gedung Tahan
Gempa.
4. Pedoman Perancangan Pembebanan Indonesia Untuk Rumah dan Gedung (PPIUG) 1987.
5. RSNI 03-1726-2010 2.3 Pembebanan
Pembebanan yang diperhitungkan dalam perancangan adalah
1. Beban Mati
Mencakup semua beban yang disebabkan oleh beban sendiri struktur yang bersifat tetap dan bagian lain yang tak terpisahkan dari gedung. Beban mati untuk gedung diatur dalam SNI 03-1726-2002 2. Beban Hidup
Mencakup semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan gedung sesuai SNI 03-1726-2002 termasuk barang-barang dalam ruangan yang tidak permanen.
3. Beban Gempa
Dalam parameter Ss (percepatan batuan dasar pada perioda pendek) dan S1 (percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik) harus ditetapkan masing-masing dari respons spektral percepatan 0,2 detik dan 1 detik dalam Peta Gerak Tanah Seismik dengan kemungkinan 2 persen terlampaui dalam 50 tahun (MCE, 2 persen dalam 50 tahun), dan dinyatakan dalam bilangan desimal terhadap percepatan gravitasi.
Berdasarkan sifat-sifat tanah pada situs, maka situs harus diklasifikasi sebagai Kelas Situs SA, SB, SC, SD ,SE, atau SF yang mengikuti Pasal 5.3 RSNI 03- 1726- 2010. Bila sifat-sifat tanah tidak teridentifikasi secara jelas sehingga tidak bisa ditentukan Kelas Situs-nya, maka Kelas Situs SE dapat digunakan kecuali jika Pemerintah/Dinas yang berwenang memiliki data geoteknik yang dapat menentukan Kelas Situs SF.
Untuk penentuan respons spektral percepatan gempa MCER di permukaan tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada perioda 0,2 detik dan perioda 1 detik. Faktor amplifikasi meliputi faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek (Fa) dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran perioda 1 detik (Fv). Parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek (SMS) dan perioda 1 detik (SM1) yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs, harus ditentukan dengan perumusan berikut ini:
SMS= Fa SS
SM1 = Fv S1
di mana :
Ss= parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda pendek.
S1 = parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda 1,0 detik.
dan koefisien situs Fa dan Fv mengikuti Tabel 6.2-1 dan Tabel 6.2-2. Jika digunakan prosedur disain sesuai dengan Bab 8, maka nilai Fa harus ditentukan sesuai Pasal 8.8.1 serta nilai Fv, SMS,
dan SM1 tidak perlu ditentukan. Tabel 2.1 Koefisien Situs, Fa
Kelas
Situs Parameter Respons Spektral Percepatan Gempa MCER Terpetakan Pada Perioda Pendek, T=0,2 detik, Ss Ss 0,25 Ss= 0,5 Ss = 0,75 Ss= 1 Ss ≥ 1,25 SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0 SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0 SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9 SF SSb Catatan :
(a) Untuk nilai-nilai antara Ssdapat dilakukan interpolasi linier
(b) SS= Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons situs-spesifik, lihat Pasal 6.9.1
4
Tabel 2.2 Koefisien Situs, FvKelas
Situs Parameter Respons Spektral Percepatan Gempa MCER Terpetakan Pada Perioda 1 detik, S1
S1 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4 S1 ≥ 0,5 SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 SD 2,4 2 1,8 1,6 1,5 SE 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4 SF SSb Catatan :
(a) Untuk nilai-nilai antara S1 dapat dilakukan interpolasi linier
(b) SS= Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons situs-spesifik
Parameter percepatan spektral disain untuk perioda pendek, SDS dan pada perioda 1 detik, SD1, harus ditentukan melalui perumusan berikut ini :
SDS=2/3 SMS
SD1 = 2/3 SM1
Bila spektrum respons disain diperlukan oleh standar ini dan prosedur gerak tanah dari spesifik-situs tidak digunakan, maka kurva spektrum respons disain harus dikembangkan dengan mengacu Gambar 6.4-1 RSNI 03- 1726- 2010, dan mengikuti ketentuan di bawah ini
1. Untuk perioda yang lebih kecil dari T0 , spektrum respons percepatan disain, Sa, harus diambil dari persamaan:
06
,
0
4
,
0
T
T
S
S
a DS2. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau sama dengan TS, spektrum respons percepatan disain, Sa, sama dengan SDS.
3. Untuk perioda lebih besar dari TS, spektrum respons percepatan disain, Sa, diambil berdasarkan persamaan:
T
S
S
D a
1 di mana,SDS = parameter respons spektral percepatan disain pada perioda pendek SD1 = parameter respons spektral
percepatan disain pada perioda 1 detik T = perioda getar fundamental struktur
2.4 Sistem Struktur Gedung 2.4.1 Struktur Gedung
Pembagian keteraturan gedung diatur dalam SNI 03-1726-2002. Adapun penggolongannya adalah sebagai berikut:
Struktur Gedung Beraturan
Struktur gedung beraturan harus memenuhi ketentuan SNI 03-1726-2002 Pasal 4.2.1. Pengaruh gempa rencana struktur gedung ini dapat ditinjau sebagai pengaruh beban gempa static equivalent. Sehinga dapat menggunakan analisa static equivalent.
Struktur Gedung Tidak Beraturan Struktur gedung tidak beraturan adalah struktur gedung yang tidak memenuhi syarat konfigurasi struktur gedung beraturan (atau tidak sesuai SNI 03-1726-2002 Pasal 4.2.1). Pengaruh gempa struktur ini harus diatur dengan menggunakan pembebanan gempa dinamik. Sehingga menggunakan analisa respons dinamik.
Perancangan gedung dalam Tugas akhir ini adalah merupakan struktur gedung tidak beraturan (memiliki tinggi gedung lebih dari 40m), sehingga perlu dianalisa dinamis pada saat menggunakan program bantu ETABS 9.07
2.4.2 Sistem Struktur
Sistem Ganda ( Dual System )
Tipe system struktur ini memiliki 3 ciri dasar, yaitu pertama, rangka ruang yang biasanya berupa SRPM berfungsi memikul beban gravitasi, kedua, pemikul beban lateral dilakukan oleh Dinding Struktural (DS) dan SRPM dimana yang tersebut terakhir ini harus secara tersendiri sanggup memikul sedikitnya 25 % dari beban dasar geser nominal V; dan ketiga, DS dan SRPM direncanakan untuk menahan V secara proporsional berdasarkan kekakuan relatifnya. (Purwono 2005)
Sesuai ketentuan SNI 2847 Pasal 23.6.6, Di WG 5 dan 6, rangka ruang itu harus didisain sebagai SRPMK dan DS harus sesuai, yaitu sebagai DSBK.Di WG 3 dan 4, SRPM harus SRPMM dan DS tak perlu detailing khusus. Untuk WG 1 dan 2, SRPM boleh pakai Rangka Pemikul Momen Biasa juga DS pakai DS Beton Biasa.
Sistem Rangka Pemikul Momen ( SRPM )
5
SRPM ini mengembangkan kemampuan menahan beban gempa kuat lentur dari komponen struktur balok dan kolom. (Purwono dan Tavio 2007)Berdasarkan SNI 03-2847-2002, perencanaan pembangunan gedung bertingkat untuk daerah dengan resiko gempa tinggi mengunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK).
Sistem Rangka Pemikul Momen adalah sistem rangka ruang dalam dimana komponen-komponen struktur dan join–joinnya menahan gaya-gaya yang bekerja melalui aksi lentur, geser dan aksial di mana perhitungan struktur dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus dirancang dengan mengunakan konsep Strong Column Weak Beam yang merancang kolom sedemikian rupa agar bengunan dapat berespon terhadap beban gempa dengan mengembangkan mekanisme sendi plastis pada balok-baloknya dan dasar kolom.
Persyaratan fundamental dalam SRPMK yang daktail adalah
1. Sedapatnya menjaga keteraturan sistem stuktur.
2. Cukup kuat menahan gempa nomatif yang ditentukan berdasarkan kemampuan disipasi energi.
3. Cukup kaku untuk membatasi penyimpangan ( displacement ). 4. Hubungan balok-kolom cukup daktail
menahan rotasi yang terjadi.
5. Komponen- komponen balok dan kolom mampu membentuk sendi plastis tanpa mengurangi kekuatannya yang berarti.
6. Balok – balok mendahului pembentukan sendi–sendi plastis yang tersebar diseluruh sistem struktur sebelum terjadi di kolom–kolom ( konsep kolom kuat balok lemah). 7. Tidak ada kolom yang lebih lemah
yang dapat menyebabkan pembentukan sendi–sendi plastis di ujung atas dan bawah pada kolom– kolom lain di tingkat itu yang menjurus pada keruntuhan seluruh struktur.
8. Mencegah pembentukan ”kolom pendek” tak terduga yang menjurus pada kegagalan getas kolom. (Purwono dan Tavio 2007)
Dinding Geser ( Shear wall )
Menurut Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002 (Purwono
2005), perencanaan geser pada dinding struktural untuk bangunan tahan gempa didasarkan pada besarnya gaya dalam yang terjadi akibat beban gempa.
Dinding geser biasanya dikategorikan berdasarkan geometrinya yaitu:
- Flexural wall (dinding langsing),
yaitu dinding geser yang memiliki rasio hw/lw ≥ 2,dimana desain dikontrol oleh perilaku lentur.
- Squat wall (dinding pendek), yaitu
dinding geser yang memiliki rasio
hw/lw≤2,dimana desain dikontrol
oleh perilaku geser.
- Coupled shear wall (dinding
berangkai), dimana momen guling yang terjadi akibat beban gempa ditahan oleh sepasang dinding, yang dihubungkan oleh balok-balok perangkai, sebagai gaya-gaya tarik dan tekan yang bekerja pada masing-masing dasar pasangan dinding tersebut. (Imran, Yuliari, Suhelda dan Kristianto 2008 )
- Dalam prakteknya, dinding geser
selalu dihubungkan dengan sistem rangka pemikul momen pada gedung. Dinding struktural yang umum digunakan pada gedung tinggi adalah dinding geser kantilever dan dinding geser berangkai. (Imran, Yuliari, Suhelda dan Kristianto 2008 )
Berdasarkan SNI 03-1726-2002, dinding geser beton bertulang kantilever adalah suatu subsistem struktur gedung yang fungsi utamanya adalah untuk memikul beban geser akibat pengaruh gempa rencana. Kerusakan pada dinding ini hanya boleh terjadi akibat momen lentur (bukan akibat gaya geser), melalui pembentukkan sendi plastis di dasar dinding.
Kerja sama antara sistem rangka penahan momen dan dinding geser merupakan suatu keadaan khusus, dimana dua struktur yang berbeda sifatnya tersebut digabungkan. Dari gabungan keduanya diperoleh suatu struktur yang lebih kuat dan ekonomis. (Imran, Yuliari, Suhelda dan Kristianto 2008 ). Kerja sama ini dapat dibedakan menjadi beberapa macam, seperti : a. Sistem rangka gedung yaitu sistem
struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Pada sistem ini, beban lateral
6
Mulai
Studi Literatur dan Pengumpulan Data
Pemilihan kriteria desain
Preliminari desain Struktur Sekunder
Pembebanan
Output gaya dalam
Perhitungan struktur atas, terdiri dari 1. Balok
2. Kolom 3. HBK 4. Dinding geser
Analisa struktur dengan menggunakan ETABS
Perhitungan struktur bawah, terdiri dari 1. Pondasi
2. Sloof
Gambar Detail Hasil Perancangan
Selesai Syarat Kontrol Tidak Tidak OK dipikul dinding geser atau rangka
bresing. Sistem rangka gedung dengan dinding geser beton bertulang yang bersifat daktail penuh dapat direncanakan dengan menggunakan nilai faktor modifikasi respon, R, sebesar 6,0. b. Sistem ganda, yang merupakan
gabungan dari sistem pemikul beban lateral berupa dinding geser atau rangka bresing dengan sistem rangka pemikul momen. Rangka pemikul momen harus direncanakan secara terpisah mampu memikul sekurang-kurangnya 25% dari seluruh beban lateral yang bekerja. Kedua sistem harus direncanakan untuk memikul secara bersama-sama seluruh beban lateral gempa, dengan memperhatikan interaksi keduanya. Nilai R yang direkomendasikan untuk sistem ganda dengan rangka SRPMK adalah 8,5.
c. Sistem interaksi dinding geser dengan rangka. Sistem ini merupakan gabungan dari sistem dinding beton bertulang biasa dan sistem rangka pemikul momen biasa.
Shear wall umumnya dari beton bertulang tapi dapat juga dari precast atau dari pasangan bata.
BAB III METODOLOGI
a.
Persyaratan tata letak bangunan
Nama gedung
:KPKNL
Sidoarjo
Tipe bangunan
: Perkantoran
Zone gempa
: 6 ( kuat )
Jumlah lantai
: 10 lantai
Tinggi bangunan
: 40 m
Struktur bangunan
: Beton bertulang
Atap
: Baja
Mutu beton ( f’c )
: 40 Mpa
Mutu baja ( f
y)
: 400 Mpa
b.
Perencanaan dimensi elemen struktur
c.
Pembebanan dan analisa beban dinamis
d.
Analisa struktur dengan menggunakan
ETABS v9.7.1
e.
Perencanaan dan perhitungan struktur
sekunder
f.
Perencanaan struktur primer
g.
Perencanaan struktur pondasi
h.
Gambar detail struktur
i.
Kesimpulan
3.3 Diagram Alir Metodologi
BAB IV
PRELIMINARY DESIGN 4.1 Perencanaan Dimensi Balok
Dimensi balok induk memanjang dengan
bentang l = 6 m
h =
16
7
b =
3
2
x 60 =40 cm
Jadi dimensi balok induk memanjang
adalah 40/60 cm
2.
Dimensi balok induk melintang dengan
bentang l= 6 m
h =
16
600
= 37,5 cm ~60 cm
b =
3
2
x 60 = 40 cm
Jadi dimensi balok induk melintang adalah 40/60
4.2 Perencanaan Dimensi Pelat Digunakan pelat tebal 14 cm 4.3 Perencanaan Dimensi kolom Digunakan kolom 80 x 80 cm2
4.4 Perencanaan Dimensi Dinding geser
Digunakan dinding geser dengan tebal 25 cm BAB V
STRUKTUR SEKUNDER 5.1 Umum
Bagian dari struktur sekunder meliputi
pelat lantai, balok lift, tangga dan atap
5.2 Perancangan Atap
Profil Kuda-kuda yang dipakai
WF
250×175×7×11
Gording yang dipakai: Gording canal
125×65×6×8
5.3 Perancangan Pelat
Pelat pada lapangan dipasang tulangan Ø 8-150 mm
Pelat pada tumpuan dipasang tulangan Ø 8-150 mm
5.4 Perancangan Tangga
a.Mutu beton(f’c) : 40 Mpa b.Mutu Baja (fy) : 400 Mpa c.Panjang bordes : 100 cm d.Tinggi Lantai ke Bordes : 200 cm e.Tinggi Injakan : 20 cm f.Lebar Injakan : 25 cm g.Tebal Plat dasar Tangga : 15 cm h.Tebal Plat Bordes : 15 cm
i. Jumlah tanjakan (n) : (
20
200
) = 10 j. Kemiringan Tangga (α) : arc tan
25
20
= 38,66° k. Tebal plat rata-rataTebal rata-rata =
2
i
x sin α (injakan dan tanjakan) =
2
25
x sin 38,66° = 7,8 cmTebal rata-rata pelat tangga = 15 + 7,8 = 22,8 cm = 0,228 m - Cek syarat : 1. 60 (2t + i) 65 2t + i = (2 x 20) + 25 = 65 60 65 65 ...OK 2. 25o ≤ α ≤ 40o => α = 38,66° OK t = 20 cm i = 25 cm tr tp
GORDING KUDA-KUDA IKATAN ANGIN PENGGANTUNG GORDING
38,66o 200
8
Hasil PerhitunganPenulangan pelat tangga
Mmax: 1826,93 kg.m = 1826,93 x10
4Nmm
Nu : -1442,91 kg
Vu
: 1803,62 kg
Maka dipasang tulangan utama Ø 12- 200 mm Penulangan pelat bordes
Mu : 1501,07 kg.m =
1501,07
x
10
4Nmm
Vu : 2026,67 kg
Nu : 0 Kg
Maka dipasang tulangan utama Ø 12- 250 mm Penulangan balok bordes
Dipakai dimensi 20/30
Digunakan tulangan lentur 3D 12
Tipe Lift
: Lift
Passenger (2
cars)
Merk
: Luxen
Kapasitas
: 6 orang (450 kg)
Kecepatan
: 60 m/menit
Lebar Pintu
: 800 mm
Dimensi Sangkar
-
Outside
: 1460 × 1005 mm
2-
Inside
: 1400 × 850 mm
2
Beban Reaksi Ruang Mesin
-
R
1= 3600 kg
R
2= 2000 kg
Gambar 5.1 Denah Lift
Gambar 5.2 Permodelan Beban Lift
Balok penumpu depan (40/60) Digunakan tulangan tumpuan 5D16 Digunakan tulangan lapangan 5D16
Balok penumpu belakang (40/60) Digunakan tulangan tumpuan 5D16 Digunakan tulangan lapangan 5D16
BAB VI
PEMBEBANAN DAN ANALISA GAYA GEMPA Berat total Bangunan adalah
Wtotal = Watap +Wlantai1-9
= 785.052 + 11.104.668 kg = 11.889.720 kg
Tabel 6.1 Besarnya gaya Fx pada masing-masing lantai
Jenis Balok Momen
Positif (kgm) Momen Negatif (kgm) Geser (kg) Balok Penumpu depan 3738,558 6516,85 7458,8 Balok Penumpu Belakang 3979,184 3378,924 6435,44
Balok Penumpu Depan Balok Penumpu Belakang
Balok Penumpu Depan
Balok Penumpu Belakang 20/25 Balok Penumpu Belakang
20/25 KOLOM UTAMA
70/70
KOLOM PRAKTIS 35/35
Balok Penumpu Depan 40/60
Balok Pemisah 20/25
9
400
200
6D22
4D22 Tabel 6.2 Nilai beban gempa pada masing-masing
lantai
Tabel 6.3 Kontrol kinerja batas struktur akibat beban gempa statik ekivalen arah sumbu X
Tabel 6.4 Kontrol kinerja struktur akibat beban gempa statik ekivalen arah sumbu Y
Kontrol Sistem Ganda
Tabel 6.5 Kemampuan Shearwall & rangka gedung terhadap beban gempa.
Kombinasi
Prosentase Penahan Gempa (%) Arah X Arah Y Frame Dinding Geser Frame Dinding Geser RSPX 0,256 0,744 0,255 0,745 RSPY 0,242 0,758 0,242 0,75
Kontrol Partisipasi Masa
Tabel 6.6 Partisipasi Masa Ragam Terkombinasi
BAB VII
PERENCANAAN STRUKTUR PRIMER 7.1 Balok Induk
Interior
Memanjang = tul tarik 6 D 22, tekan 4 D 22 , lapangan, 3D 22
Melintang = tul tarik 6 D 22, tekan 4 D 22 , lapangan, 3 D 22
Eksterior
Memanjang = tul tarik 6 D 22, tekan 4 D 22 , lapangan, 3 D 22
Melintang = tul tarik 6 D 22, tekan 4 D 22 , lapangan, 3 D 22
7.2 Kolom
Berdasarkan kombinasi beban dari diagram interaksi, ternyata untuk semua lantai kolom memerlukan tulangan memanjang yang sama sebanyak 1,21 % atau 20D22. Prosentase kolom ini sesuai syarat SNI 03-2847-2002 pasal 23.4.3.1 yaitu antara 1 % - 6 % telah dipenuhi.
Persyaratan strong column weak beam
Persyaratan Strong Column Weak Beam dipenuhi dengan persamaan 121 SNI 03-2847-2002, yaitu :
Me>
Nilai diperoleh dengan bantuan diagram interaksi kolom (PCACOL), yaitu mencari momen yang dihasilkan dari kombinasi beban aksial terkecil dari kolom atas dan kolom bawah. Pemodelan pada program PCACOL adalah sebagai berikut :
.
5
6
Mg
Me
10
Gambar 7.1 Diagram Interaksi Aksial vs MomenKolom Lt 1
Gambar 7.2 Diagram Interaksi Aksial vs Momen Kolom Lt 2
Nilai ɸ untuk kolom lantai 1: ɸ = 0,8 −0,1 .𝑓𝑐 .𝐴𝑔0.15 .𝑃𝑢 > 0,65
ɸ = 0,8 −0,1 .40 . 6400000.15 .1683300 > 0,65
ɸ = 0,7 > 0,6
Nilai ɸ untuk kolom lantai 2: ɸ = 0,8 −0,1 .𝑓𝑐 .𝐴𝑔0.15 .𝑃𝑢 > 0,65
ɸ = 0,8 −0,1 .40 . 6400000.15 .1473400 > 0,65
ɸ = 0,71 > 0,65
Jadi : nilai Me1 = 1525,2/ 0,7 = 2179,57 kNm nilai Me2 = 1473,4/ 0,71 = 2075,21 kNm Ʃ Me = 4254,78 kNm
Nilai sendiri adalah jumlah dari Mg+ dan Mg
-dari balok yang menyatu dengan kolom, yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Mg = As x fy
x x 0,8 a =
Karena balok yang menyatu pada kolom terdapat pelat lantai yang menyatu juga, maka perhitungan Mg-,
mengikutsertakan luas tulangan pelat selebar b efektif
.
Gambar 7.3 Balok dengan Tulangan Pelat Selebar be
As atas = 2279,64 + 2 x 2 x ¼ 102
= 2750,64 mm2
Titik berat tul. Atas terhadap sisi atas d atas= 600 – = 600 – 72 mm = 528 mm d bawah = (600 – 40 – 10 - 22/2) = 539 mm Besarnya Mg- adalah:
mm
x
x
x
a
76
,
62
400
35
85
,
0
400
64
,
2279
Mg- = 0,80 x 2279,64 x 400 (539 – 76,62/2) = 445353229,4 Nmm = 445,353 kNm Besarnya Mg+ adalah:mm
x
x
x
a
51
,
08
400
35
85
,
0
400
76
,
1519
Mg+ = 0,80 x 1519,76 x 400 (539 – 51,08/2) = 249706448 Nmm = 249,706 kNm Mg = (445,353 + 249,706) / 0,8 = 868,825 kN mNilai Me diperoleh dengan bantuan diagram
interaksi kolom (PCACOL), yaitu mencari momen yang dihasilkan dari kombinasi beban aksial terkecil kolom atas dan kolom bawah.
Me>(6/5)Mg 4254,78 > (6/5) x 868,825
=1042,59 kN m
Persyaratan “strong column weak beam” dipenuhi.
Mg
2
a
d
cxb
xf
Asxfy
'
85
,
0
y
mm x x x x x x x x x x y 72 22 14 ,3 4 1 6 33 10 40 22 14 ,3 4 1 3 2 22 10 40 22 14 ,3 4 1 3 2 2 2 400 140 6D22 4D2211
7.3 ShearwallTabel 7.1 Tabel Pembebanan Dinding Geser
Kontrol Ketebalan Minimum Dinding Geser
Menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 16.5.3, ketebalan dinding tidak boleh kurang dari : 1.
c 25 1 = 6000 25 1 = 240 mm< 400 mm OK! 2. 100 mm < 400 mm OK! Jadi ketebalan Shearwall 250 mm memenuhi syarat
Batas Kuat Geser Dinding Geser
Menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 23.6.4.4 Batas Kuat Geser Penampang Shearwall pada
permodelan sectional adalah :
=
35
)
400
8500
(
3
2
55
,
0
x
= 7375,379 kN* Nilai = 0,55 karena kuat geser nominal lebih kecil dari kuat geser yang timbul dari kuat lentur nominal (SNI 03-2847-2002 Pasal 11.3.2.4a)
Perhitungan Kuat Geser Dinding Geser
Menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 23.6.2.2 : bahwa sedikitnya harus dipasang dua lapis tulangan pada dinding apabila gaya geser terfaktor melebihi Acv fc
6
1 .Maka dari persamaan di atas diperoleh : Pada Panel 1
kNm
445
,
3352
kNm
89
,
134
35
6000
400
6
1
V
Pada Panel 2
kNm
445
,
3352
kNm
08
,
143
35
6000
400
6
1
V
Menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 16.3.4 : bahwa pada dinding yang mempunyai ketebalan lebih besar dari 250 mm, kecuali dinding ruang bawah tanah harus dipasang dua lapis tulangan. Karena ketebalan Shearwall = 400 mm dipasang dua baris Batas Kuat Geser Dinding Geser
Menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 23.6.4.4 Batas Kuat Geser Penampang Shearwall pada
permodelan sectional adalah :
=
40
)
250
6000
(
3
2
55
,
0
x
= 3478,505 kN* Nilai = 0,55 karena kuat geser nominal lebih kecil dari kuat geser yang timbul dari kuat lentur nominal (SNI 03-2847-2002 Pasal 11.3.2.4a)
Perhitungan Kuat Geser Dinding Geser
Menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 23.6.2.2 : bahwa sedikitnya harus dipasang dua lapis tulangan pada dinding apabila gaya geser terfaktor melebihi
A
cv
f
c
6
1
.Maka dari persamaandi atas diperoleh : Panel 1:
kN
02
,
2786
kN
138
,
1581
40
6000
2500
6
1
(dipasang dua lapis tulangan)
Menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 16.3.4 : bahwa pada dinding yang mempunyai ketebalan lebih besar dari 250 mm, kecuali dinding ruang bawah tanah harus dipasang dua lapis tulangan. Karena ketebalan Shearwall = 250 mm ,tetap dipasang dua baris
Kuat Geser Nominal Dinding Geser
Menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 23.6.4.1: Kuat Geser Nominal Shearwall tidak boleh lebih besar dari Vn : Dengan w w h = 40 = 10 > 2, didapat 4 c =
6
1
.Maka dengan memakai tulangan 2D19 (As =
566,77 mm2) dan s = 100 mm diperoleh : Diperoleh nilai
0
,
014
100
400
77
,
566
n
.Beban Geser kN Geser kN Axial Momen Momen kN kNm kNm 1,4D 0 31.67 7435.77 -40.263 0 1,2D + 1,6L 0 41.51 7961.89 -52.76 0 1,2D + 1,0L + 1,0EX 2786.02 68.65 7687.85 98.9 45398.6 1,2D + 1,0L - 1,0EX -2786.02 3.59 7044.65 -190.734 -45398.6 1,2D + 1,0L + 1,0EY 835.81 144.56 8438.24 436.805 13619.58 1,2D + 1,0L - 1,0EY -835.81 -72.32 6294.26 -528.639 -13619.6 0,9D + 1,0EX 2786.02 52.89 5101.74 118.933 45398.6 0,9D - 1,0EX -2786.02 -12.17 4458.54 -170.7 -45398.6 0,9D + 1,0EY 835.81 128.8 5852.13 456.839 13619.58 0,9D - 1,0EY -835.81 -88.08 3708.15 -508.605 -13619.6 ' 3 2 c f cv A ' 3 2 c f cv A
12
[250x6000]
453986000
kNm
138
,
9981
400
014
,
0
40
6
1
6000
250
'
cv c c n y nA
f
f
V
.Bila dipakai 2 lapis tulangan
19 (As = 566,77 mm2) dan s = 100 mm. Maka0
,
028
100
400
77
,
566
2
v
> 0,0025 OKJadi dipakai dua lapis tulangan
19 vertikal dengan s =100 mmKontrol rasio tulangan Vertikal dan
Horisontal Dinding Geser
Menurut
SNI 03-2847-2002 Pasal 23.6.4.1
:
Spasi tulangan vertikal (
v) dan rasio
tulangan horisontal (
n) tidak boleh lebih dari
450 mm.
Menurut
SNI 03-2847-2002 Pasal 23.6.4.1
:
Rasio tulangan Vertikal (
v) dan rasio
tulangan horisontal (
n) tidak boleh kurang
dari 0,0025.
Bila
< 2,0 maka ratio tulangan vertikal
(
v) harus tidak boleh lebih kecil dari
n(lihat
pasal 23.6(4(3).
Menurut
SNI 03-2847-2002 Pasal 16.3.6
:
Rasio tulangan Vertikal (
v) dan rasio tidak
boleh lebih dari 0,01.
Dengan memakai tulangan horizontal
2
19(As= 566,77 mm
2)
A.
Rasio tulangan horizontal :
100
400
77
,
566
0,028> 0,0025
OK!
maka untuk tulangan horizontal digunakan
2
19 dengan s = 100 mm
B.
Rasio tulangan vertikal :
100
400
77
,
566
= 0,028 > 0,0025
OK!
maka untuk tulangan vertikal digunakan
2
19 dengan s = 100 mm
7.4.2.7 Kontrol spasi tulangan Vertikal dan
Horisontal Dinding Geser
Menurut
SNI 03-2847-2002 Pasal 23.6.4.1
:
Spasi tulangan vertikal (
v) dan rasio
tulangan horisontal (
n) tidak boleh lebih dari
450 mm.
a.
Spasi tulangan horisontal = 100 mm
< 450 mm
OK!
b.
Spasi tulangan vertikal = 100 mm <
450 mm
OK!
Menurut
SNI 03-2847-2002 Pasal 9.6.3
:
Spasi tulangan vertikal (
v) tidak boleh
kurang dari 40 mm atau 1,5d
b(18 mm).
Sehingga Spasi minimum adalah 40 mm.
Spasi tulangan vertikal = 100 mm > 40 mm
Ok
7.4.2.8 Kontrol Komponen Batas
Komponen batas diperlukan apabila kombinasi momen dan gaya aksial terfaktor yang bekerja pada shearwall lebih dari 0,2 f’c (0,2 x 40 = 8 Mpa) SNI 2847- pasal 23.6.6.3
Pada panel 1 c
A
Pu
W
Mu
>0,2f’c = 303,187 Mpa > 8 Mpa c >)
/
(
600
u w wh
, dengan w uh
> 0,007 δu = 190 mm , hw = 40000 mm w uh
=40000
190
=0,00475< 0,007, maka dipakai w uh
= 0,007)
/
(
600
uwh
w
=007
,
0
600
)
6000
(
= 1428,571 mmDari diagram interaksi pada gambar 7.14 didapatkan : β1 =0,77 As = 41082,2 mm2 Sehingga : a =
b
fc
fy
As
'.
.
85
,
0
.
= ) 250 )( 40 .( 85 , 0 ) 400 )( 2 , 41082 ( = 1933,28 mm a = β1 c c =0,77
a
=77
,
0
1933,28
= 2510,75 mm>)
/
(
600
uwh
w
=2023,8 mm w lw h
)]
6000
250
6
1
[(
000
796189
A
Pu
W
Mu
2 c
13
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 23.6.6.4, komponen batas harus dipasang secara horizontal dari sisi serat tekan terluar tidak kurang dari pada (c - 0,1x lw) dan c/2. Sehingga :(c - 0,1x lw) = (2510,75 – 0,1x6000)=1910,75 mm~
1750mm
c/2 = 2510,75/2 = 1255,375 mm
Jadi komponen batas harus dipasang minimal sejauh 1750 mm.
BAB VIII
PERANCANGAN PONDASI
1. Pondasi tiang kelompok
Tabel 8.1 Hasil analisa data sondir
Tiang pancang yang digunakan Diameter = 60 mm
Pbahan= 252,7 ton (Class-A1, produksi PT.WIKA ) Pijin = 281469,6 kg Kedalaman = 9 m 90 90 150 150 90 150 90 Dimensi poer : 480 cm x 330 cm x 125 cm 2. Pondasi shearwall
Jarak tepi pondasi 90 cm Jarak antar iang pancang 150 cm
3. Balok sloof Dimensi 40/60
Dipasang sengkang 10 – 250 mm
BAB IX PERHITUNGAN RAB
9.1 Rencana Anggaran Biaya
P2
Kegiatan : PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG PADANG
Pekerjaan : PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR
Lokasi : PADANG
HARGA SAT JML HARGA ( RUPIAH ) ( RUPIAH ) I PEKERJAAN BANGUNAN GEDUNG
A PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Pembersihan lokasi M2 1,320.00 4,200.00 5,544,000.00 2 Pengukuran dan pasang bouplank Pasang bouplank M' 164.000 96,335.00 15,798,940.00 0.00 21,342,940.00 B PEKERJAAN TANAH DAN URUGAN #####
1 Galian tanah pondasi M3 1,020.140 23,800.00 24,279,332.00 2 Urugan kembali M3 103.320 11,405.00 1,178,364.60 3 Urugan sirtu / Perbaikan tanah dasar pondasi M3 68.880 119,875.00 8,256,990.00 0.00 33,714,686.60 C PEKERJAAN PONDASI
1 Pasang Aanstampeng M3 6.174 312,030.00 1,926,473.22 2 Pasang batu kali 1Pc : 5 Psr. M3 13.720 568,400.00 7,798,448.00 3 Beton pancang D=60 cm kedalaman 9 m M' 2,232.000 370,000.00 825,840,000.00 4 Pemancangan Dengan Alat Hydrolic Hummer M' 2,232.000 152401.43 340,160,000.00 4 Pek. Beton Lantai Kerja t. 5cm M3 34.440 693,755.00 23,892,922.20 5 Pek Beton Sloof kopel 40/60 cm M3 95.040 67,500.00 6,415,200.00 6 Pek.Beton Poer Pondasi Uk. 480x330x125 cm M3 633.600 5,352,227.50 3,391,171,344.00 7 Pek.Beton Poer Pondasi Shearwall Uk. 1080x350x125 cm M3 189.000 5,352,227.50 1,011,570,997.50
##### 5,608,775,384.92 D PEKERJAAN BETON STRUKTUR f'c 40 Mpa
A. PEKERJAAN BETON STRUKTUR f;c 40 Mpa lt.1
1 Pek. Beton Kolom 80/80 cm M3 102.400 3,602,315.00 368,877,056.00 2 Pek. Beton Balok Induk 40/60 cm M3 55.883 14,266,663.00 797,261,075.10 3 Pek. Beton plat lantai tebal 14 cm Lt 2 M3 127.680 6,964,563.49 889,235,466.20 4 Pek. Beton tangga dan plat bordes M3 1.954 10,530,641.00 20,578,715.38
##### 2,075,952,312.67
22401.43
B. PEKERJAAN BETON STRUKTUR f'c 40 Mpa LT.2
1 Pek. Beton Kolom 80/80 cm M3 31.900 3,602,315.00 114,913,848.50 2 Pek. Beton Balok Induk 40/60 cm M3 95.040 14,266,663.00 1,355,903,651.52 3 Pek. Beton plat lantai tebal 14 cm Lt. 3 M3 127.680 6,964,563.49 889,235,466.20 4 Pek. Beton tangga dan plat bordes M3 1.954 10,530,641.00 20,578,715.38
1E+09 2,380,631,681.60 C. PEKERJAAN BETON STRUKTUR f'c 40 Mpa LT.3-10 8E+09 7,648,660,387.60 D. PEKERJAAN SHEARWALL Tebal 25 cm
1 Pekerjaan beton shearwall Tebal 25 cm M3 60 22359237.4 1,341,554,244.00 Jumlah A.B.C.D 13,446,798,625.87 E PEKERJAAN PENGADAAN LIFT
1 Pengadaan Lift Type Luxen Kapasitas 6 Org (450 Kg) Bh 4 300,000,000.00 1,200,000,000.00
Jumlah 1,200,000,000.00
RENCANA ANGGARAN BIAYA
NO JENIS PEKERJAAN SAT. VOL
F PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN A. PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN LT.1
1 Pasangan dinding bata merah trasram 1Pc : 3Ps M3 26.550 640,555.94 17,006,760.15 2 Pasangan dinding bata merah 1Pc : 5Ps M3 148.680 569,340.97 84,649,615.90 3 Plesteran dinding trasram 1Pc : 3Ps M2 354.000 28,622.00 10,132,188.00 4 Plesteran dinding 1Pc : 5Ps M2 1,982.400 26,452.00 52,438,444.80 5 Benangan sudut kolom M' 1,176.000 9,350.00 10,995,600.00 Jumlah 175,222,608.85 B. PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN LT. 2
1 Pasangan dinding bata merah trasram 1Pc : 3Ps M3 6.750 640,555.94 4,323,752.58 2 Pasangan dinding bata merah 1Pc : 5Ps M3 136.800 569,340.97 77,885,845.13 3 Plesteran dinding trasram 1Pc : 3Ps M2 90.000 28,622.00 2,575,980.00 4 Plesteran dinding 1Pc : 5Ps M2 1,824.000 26,452.00 48,248,448.00 5 Benangan sudut kolom dan kosen M' 1,288.000 9,350.00 12,042,800.00
6 0 M2 285.100 0.00 0.00
7 Pasang border L. 10 cm bagian luar&dalam (panel aluminium t. 4 mm ) M' 388.000 0.00 0.00 Jumlah 145,076,825.72 C. PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN LT. 3-10 1,160,614,605.72 Jumlah A.B.C 1,480,914,040.29 G PEKERJAAN RANGKA KAP & ATAP
1 Pasang span / kolom kuda-kuda baja WF 250.175.7.11 Kg 249.210 674,937.88 168,201,267.83 3 Pasang Nok double besi kanal C 150.65.3 Kg 165.600 674,937.88 111,769,712.10 4 Pasang gording besi kanal C 125.65.6.8 Kg 1,904.400 633,318.75 1,206,092,227.50 5 Pasang plat plendes t. 10 mm Kg 366.912 633,318.75 232,372,249.20 6 Pasang Trackstang besi Ǿ 22" Kg 180.000 633,318.75 113,997,375.00 7 Ikatan gording besi Ǿ 12 Kg 384.000 332,048.75 127,506,720.00 8 Pasang usuk galvalum C. 75.75 dan reng galvalum TS.40 M2 564.000 58,510.00 32,999,640.00 9 Pasang Penutup Atap genteng keramik M2 676.800 373,760.00 252,960,768.00 10 Pasang Bubungan keramik M' 54.000 103,490.00 5,588,460.00 Jumlah 2,251,488,419.63 H PEKERJAAN PLAFOND
1 A. PEKERJAAN PLAFOND LT.1
- Pasang Rangka / Plafond calsiboard t.6 mm M2 972.000 123,001.22 119,557,188.00 - Pasang list profil gypsum 10x15 cm M' 144.000 18,317.50 2,637,720.00 Jumlah 122,194,908.00
2 B. PEKERJAAN PLAFOND LT.2
- Pasang Rangka / Plafond calsiboard t.6 mm M2 972.000 123,001.22 119,557,188.00 - Pasang list profil gypsum 10x15 cm M' 144.000 18,317.50 2,637,720.00 Jumlah 122,194,908.00
3 C. PEKERJAAN PLAFOND LT.3-10 Jumlah 977,559,264.00
Jumlah A.B.C 1,210,079,340.00 I PEKERJAAN LANTAI
A. PEKERJAAN LANTAI LT.1
1 Pasang lantai keramik Platinum motif granite 40 x 40 cm M2 972.000 40,607.96 39,470,937.12 2 Rabat beton bawah lantai keramik M2 972.000 34,687.75 33,716,493.00 Jumlah 73,187,430.12
145,583,207.50
B. PEKERJAAN LANTAI LT.2
1 Pasang lantai keramik Platinum motif granite 40 x 40 cm M2 972.000 40,607.96 39,470,937.12 2 Rabat beton bawah lantai keramik M2 972.000 34,687.75 33,716,493.00 Jumlah 73,187,430.12 145,583,207.50 C. PEKERJAAN LANTAI LT.3-10 1,164,665,659.97 ##### 145583207.5 Jumlah 585,499,440.96 Jumlah A.B.C 731,874,301.20 J PEKERJAAN PENGECATAN 1 A. PEKERJAAN PENGECATAN Lt.1
- Cat Dinding Exterior ( water sile ) M2 21.600 23,605.00 509,868.00
########### Jumlah 30,378,603.00 30,378,603.00 2 B. PEKERJAAN PENGECATAN Lt. 2-10 ########### Jumlah 273,407,427.00 Jumlah A. B 303,786,030.00 JUMLAH TOTAL 28,539,948,690.02
14
BAB XKESIMPULAN DAN SARAN 10.1 Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan hasil analisa yang telah dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam perencanaan struktur yang terletak pada zona gempa kuat, perlu dipertimbangkan adanya gaya lateral yang bekerja terhadap struktur. Hal ini disebabkan beban gempa ini sangat mempengaruhi dalam perencananaan struktur.
2. Setelah dianalisa, kontrol kinerja struktur akibat gempa static ekivalen arah sumbu x dan arah sumbu y sudah sesuai dengan RSNI 1726-2010
3. Kemampuan shearwall dan rangka gedung dalam menerima beban gempa, dapat dilihat pada tabel
Kombinasi
Prosentase Penahan Gempa (%) Arah X Arah Y Frame Dinding Geser Frame Dinding Geser RSPX 0,256 0,744 0,255 0,745 RSPY 0,242 0,758 0,242 0,75
Berdasarkan tabel, maka prasyarat sistem ganda terpenuhi.
10.2 Saran
Berdasarkan hasil perencanaan yang telah dilakukan, maka disarankan :
1. Dalam perancangan dinding geser sebaiknya dinding geser dirancang sesimetris mungkin untuk menghindari gaya punter yang besar. 2. Pada perancangan Pondasi, bila antara
masing-masing Poer saling berdekatan, sebaiknya semua poer tersebut dicor monolit menjadi satu. Karena bila tidak, akan sangat mempersulit proses pelaksanaan pengecoran di lapangan.
3. Jika dipertimbangkan analisa biaya, perlu diperhatikan biaya mob-demob alat berat ke lokasi.
DAFTAR PUSTAKA
Rancangan Standar Nasional Indonesia. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung ( RSNI 03-1726-2010)
Badan Standarisasi Nasional. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002).
Badan Standarisasi Nasional. Tata Cara
Perhitungan struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).
Wang,CK, dan Charles G. Salmon, 1990. Desain Beton Bertulang,
Purwono, Rahmat. 2005. Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa.
Departemen Pekerjaan Umum. Peraturan
Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983.
Bowles, C Joseph. Analisis dan Desain Pondasi.