• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEBARAN KONSENTRASI LOGAM BERAT Cu (TEMBAGA) DAN Cd (KADMIUM) PADA AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN PELABUHAN PASURUAN, JAWA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEBARAN KONSENTRASI LOGAM BERAT Cu (TEMBAGA) DAN Cd (KADMIUM) PADA AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN PELABUHAN PASURUAN, JAWA TIMUR"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

415 | I l m u K e l a u t a n [ I K - 8 ] - S i t i A m i n a h , D k k

SEBARAN KONSENTRASI LOGAM BERAT Cu (TEMBAGA) DAN Cd

(KADMIUM) PADA AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN PELABUHAN

PASURUAN, JAWA TIMUR

Siti Aminah, Defri Yona*, Rarasrum Dyah K

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Jalan Veteran Malang 65145

Email: defri.yona@ub.ac.id

Abstrak-Sumber logam berat pada setiap daerah akan menyebabkan perbedaan konsentrasi logam berat di perairan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sebaran konsentrasi logam berat Cu dan Cd pada air dan sedimen, di Perairan Pelabuhan Pasuruan, Jawa Timur. Sampel air dan sedimen diambil dari 4 stasiundengan tiga kali pengulangan. Analisis yang digunakan adalah clustering untuk mengetahui kesamaan karakteristik sebaran logam berat Cu dan Cd pada air dan sedimen yang dipengaruhi parameter fisika kimia di perairan. Hasil konsentrasi Cu pada air berkisar antara 0,0156 - 0,102 ppm dan Cu pada sedimen berkisar antara 0,0901 - 0,3942 ppm, sedangkan konsentrasi Cd pada air berkisar antara 0,0271 ppm - 0,0675 ppm dan Cd pada sedimen berkisar antara 0,0343 – 0,1002 ppm. Sebaran konsentrasi Cu dan Cd tertinggi terdapat di sedimen daripada di air. Hal ini dipengaruhi oleh adanya masukan logam berat yang berasal dari aliran sungai yang menyebabkan terjadinya pengendapan dalam sedimen. Berdasarkan analisis clustering dendogram dari parameter lingkungan dan logam berat diperoleh 2 cluster. Cluster 1 terdiri dari stasiun 1, 3 dan 4, dan cluster 2 terdiri dari stasiun 2. Cluster 1 didapatkan karena stasiun 1, 3 dan 4 memiliki kesamaan karakteristik perairan yang mendapatkan pengaruh aliran sungai yang sama. Sehingga dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa distribusi logam berat Cu dan Cd di Pelabuhan Pasuruan dipengaruhi oleh parameter lingkungan.

Kata kunci : Sedimen, Air, logam berat, Pelabuhan Pasuruan

Abstract- The Source of heavy metal in each area will cause a difference of heavy metal concentration in the waters. The purpose of this research is to know the distribution of heavy metal concentration include Cu and Cd in waters and sediments that is located in the port of Pasuruan, East Java. Water and sediment samples were taken from 4 stations with three repetitions. It uses clustering analysis, which is used to know the similarities of Cu and Cd distribution in water and sediment affected by Chemical Physic parameters in the waters. The results of Cu concentration in waters is between 0,0156-0,102 ppm and Cu concentration in sediments is between 0,0901-0,3942 ppm, while the Cd concentration in waters is between 0,0271 ppm-0,0675 ppm and the Cd concentration Cd in sediments is between 0,0343 – 0,1002 ppm. The higher concentration of Cd and Cu was found in sediments than waters. It is influenced by the presence of heavy metals that comes from the river flow that leads precipitation in the sediments. Based on the dendrogram clustering analysis of environmental parameters and heavy metal, it is gained 2 cluster. Cluster 1 consists of stations 1, 3 and 4, then cluster 2 consists of station 2. Cluster 1 is obtained because of station 1, 3 and 4 have the same water characteristics that is influenced by the same river flow. So the results of this study reveal that the distribution of heavy metals included Cu and Cd in the port of Pasuruan is influenced by the environmental parameters.

(2)

416 | I l m u K e l a u t a n [ I K - 8 ] - S i t i A m i n a h , D k k

1. PENDAHULUAN

Kemajuan industri di daerah Pasuruan dan sekitarnya telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Peningkatan jumlah industri ini akan selalu diikuti oleh pertambahan jumlah limbah yang akan menyebabkan pencemaran, baik berupa limbah padat, cair maupun gas. Limbah tersebut mengandung bahan kimia yang berbahaya dan beracun yang masuk melalui aliran sungai yang akan bermuara ke perairan pelabuhan.

Perairan Pelabuhan Pasuruan mendapatkan masukan limbah yang berasal dari berbagai aktivitas manusia di sekitar sungai. Salah satu limbah pencemaran yang berpotensi dapat menurunkan daya dukung lingkungan adalah logam berat. Menurut Dahuri (2003), logam berat merupakan salah satu pencemar yang berbahaya karena bersifat toksik dalam jumlah besar dapat mempengaruhi berbagai aspek biologis maupun ekologis perairan. Peningkatan konsentrasi logam berat pada kolom perairan akan mengkibatkan logam berat yang semula dibutuhkan untuk proses metabolisme akan berubah menjadi racun bagi organisme perairan. Selain bersifat racun, logam berat di perairan bersifat persisten dan tidak dapat terurai melalui proses biodegradasi pencemar organik. Selain itu, juga dapat terakumulasi dalam lingkungan terutama sedimen yang pada akhirnya juga akan terakumulasi pada organisme.

Meningkatnya aktivitas manusia disekitar perairan Pelabuhan Pasuruan diperkirakan akan berpengaruh pada konsentrasi logam berat pada air dan sedimen. Logam berat yang masuk ke perairan akan terlarut dalam air dan akan terakumulasi dalam sedimen melalui proses fisika kimia logam berat yang diadsorpsi oleh sedimen secara terus menerus tergantung pada kondisi lingkungan perairan sehingga terjadi pengendapan. Jika kapasitas angkut sedimen cukup besar, maka sedimen di dasar perairan akan terangkat dan terpindahkan. Sesuai teori gravitasi, apabila partikulat memiliki massa jenis lebih besar dari massa jenis air maka partikulat akan mengendap di dasar laut atau terjadi proses sedimentasi (Rochyatun dan Rozak, 2007). Akibatnya konsentrasi logam berat pada sedimen lebih tinggi daripada di kolom perairan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran konsentrasi logam berat Cu dan Cd pada air dan sedimen di Perairan Pelabuhan Pasuruan. Mengingat sebagian besar masyarakat di sekitar Perairan Pelabuhan Pasuruan mata pencahariannya dengan menangkap ikan, maka perlu di lakukan

penelitian untuk mengetahui kadar logam berat yang terkandung pada perairan tersebut.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 09 Februari 2016 di Perairan Pelabuhan Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Metode yang digunakan adalah survei di empat stasiun yang terletak di sekitar Pelabuhan Pasuruan berdasarkan kondisi perairan dan distribusi aktivitas antropogenik yaitu Stasiun 1 di Tempat Sandar Kapal, Stasiun 2 di Tambak Bandeng, Stasiun 3 di Kawasan Mangrove dan Stasiun 4 di Mulut Muara Sungai. Analisis logam berat dengan menggunakan AAS dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas Negeri Malang. Peta lokasi stasiun dapat di lihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Lokasi Penelitian di perairan Pelabuha Pasuruan

2.1 Alat dan Bahan

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah AAS, oven, botol sampel polyetilen, termometer digital, pH meter, salinometer, DO meter, sediment grab, tongkat bambu, roll meter, pipet tetes, cool box, GPS, kamera digital, washing bottle.

Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel air, sampel sedimen, aquades, kertas label, tisu HNO3, pH paper.

2.2 Metode Pengambilan Sampel 2.2.1 Parameter Fisika Kimia Perairan

Pengambilan data parameter kualitas air terbagi dua yaitu fisika dan kimia perairan berupa suhu (termometer digital), pH (pH meter), salinitas air (salinometer) dan DO (DO meter). Pengukuran parameter ini dilakukan secara langsung di lapangan dengan melakukan 3 kali pengulangan pada setiap stasiun pengamatan dan dicatat hasilnya.

(3)

417 | I l m u K e l a u t a n [ I K - 8 ] - S i t i A m i n a h , D k k 2.2.2 Sampel Logam Berat di Air

Pengambilan sampel air di lapangan dengan 3 kali pengulangan pada setiap stasiun. Hal ini digunakan untuk menentukan kadar analisa logam berat Cu dan Cd. Menurut Amin et al. (2013), pengambilan sampel air dengan menggunakan botol sampel polyetilen ukuran 500 ml dari kedalaman 0-30 cm. Selanjutnya diberi beberapa tetes HNO3 (pH < 2) yang bertujuan agar kandungan Cu dan Cd tidak menguap (Rachmaningrum, 2015). Sampel air tersebut kemudian dimasukkan dalam coolbox dan di analisa kadar logam beratnya di laboratorium dengan menggunakan AAS.

2.2.3 Sampel Logam Berat di Sedimen

Sampel sedimen permukaan (0-5 cm) diambil dengan menggunakan grab sampler sebanyak 0,5 kg (Louhi et al., 2012) dengan 3 kali pengulangan pada setiap stasiun. Sampel ini kemudian dimasukkan dalam plastik dan dimasukkan ke dalam coolbox. Selanjutnya sampel sedimen dibawa ke laboratorium untuk di analisa kadar logam beratnya. Sampel sedimen dikeringkan dalam oven pada suhu 110 oC selama 3 jam kemudian digerus. Setelah halus diambil 1 gram dimasukkan ke dalam elenmeyer kemudian ditambahkan 25 ml HNO3 pekat dan digoyangkan selama 30 menit, kemudian didiamkan selama 3 jam pada suhu ruang. Setelah didiamkan selama 3 jam ditambahkan 100 ml aquades kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring. Sisa sedimen pada kertas saring dicuci dengan 10 ml akuades sebanyak lima kali pengulangan sampai pH berkisar 2-3 (Hidayat, 2012). Filtrat yang dihasilkan kemudian dianalisis dengan menggunakan AAS.

Data yang diperoleh kemudian di analisis secara diskriptif dan clustering (SPSS versi 16). Analisis cluster digunakan untuk mengetahui kesamaan karakteristik sebaran logam berat Cu dan Cd pada air dan sedimen yang dipengaruhi parameter fisika kimia di perairan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengukuran parameter lingkungan di Perairan Pelabuhan Pasuruan menunjukkan nilai suhu di perairan Pelabuhan Pasuruan berkisar antara 27,3 0

C-32,9 0C. Tinggi rendahnya nilai suhu selama pengukuran di Perairan Pelabuhan Pasuruan dapat juga disebabkan oleh cuaca dilapang. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Effendi (2003), suhu disuatu perairan dapat dipengaruhi oleh musim, sirkulasi udara, penutupan awan, aliran air dan kedalaman perairan. Hasil pengukuran parameter

lingkungan di perairan Pelabuhan Pasuruan dapat di lihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Nilai Parameter Lingkungan di Perairan Pelabuhan Pasuruan Parameter Lingkungan Stasiun 1 2 3 4 Suhu (0C) Min 27,3 31,7 27,2 27,4 Maks 27,9 32,9 27,4 27,5 Rata-rata 27,6 32,5 27,3 27,5 STDEV 0,31 0,69 0,12 0,06 pH Min 5,28 6,89 5,28 5,68 Maks 5,63 7,74 5,91 6,15 Rata-rata 5,46 7,19 5,68 5,84 STDEV 0,18 0,48 0,35 0,27 Salinitas (‰) Min 1 18 1 1 Maks 1 25 2 1 Rata-rata 1 20,7 1,3 1 STDEV 0 3,79 0,58 0 DO (mg/l) Min 4,5 5,07 5,34 5,76 Maks 4,67 5,3 5,36 5,8 Rata-rata 4,6 5,16 5,34 5,78 STDEV 0,09 0,12 0,01 0,02

Nilai pH di perairan berkisar antara 5,28-7,74. Hal ini kaitannya dengan massa air yang relatif asam yang berasal dari daratan melalui sungai dan tingginya proses respirasi oleh organisme menyebabkan perairan disekitar nilai pH lebih rendah dibandingkan dengan stasiun lainnya. Rendahnya nilai pH dalam suatu perairan ditandai dengan semakin meningkatnya senyawa organik di stasiun tersebut. Menurut Johan (2012) nilai pH dipengaruhi oleh laju fotosintesis, buangan industri serta limbah rumah tangga. Sedangkan nilai salinitas perairan berkisar antara 1-25 ‰. Salinitas menggambarkan kandungan konsentrasi total ion yang terdapat pada perairan baik organik maupun anorganik. Selain itu, salinitas juga dapat dipengaruhi oleh keberadaan logam berat di perairan, jadi penurunan salinitas ini dapat disebabkan oleh proses desalinasi yang dapat meningkatkan daya toksik logam berat dan tingkat bioakumulasi logam berat semakin besar (Wardani, 2014). Nilai DO di perairan berkisar antara 4,5-5,8 mg/l. Tinggi rendahya nilai DO pengaruhi oleh inputan dari limbah kapal dan limbah domestik dari area pemukiman yang menyebabkan konsentrasi DO semakin menurun. Menurut Salmin (2005) kadar oksigen dalam perairan

(4)

418 | I l m u K e l a u t a n [ I K - 8 ] - S i t i A m i n a h , D k k akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan

berkurangnya dengan tingginya salinitas.

3.1 Analisis Logam Berat

3.1.1 Logam Berat Cu pada Air dan Sedimen

Nilai konsentrasi Cu pada air di perairan Pelabuhan Pasuruan berkisar antara 0,0156 - 0,102 ppm dengan rata-rata 0,0634 ± 0,01 ppm dan tidak memiliki selisih konsentrasi yang cukup berbeda pada setiap stasiun. Sedangkan konsentrasi Cu pada sedimen berkisar antara 0,0901 - 0,3942 ppm dengan rata-rata 0,2514 ± 0,08 ppm. Tingginya konsentrasi Cu pada sedimen dikarenakan sifat logam berat yang tidak dapat terurai (non biodegradable) di kolom perairan dan bersifat akumulatif yang akan terus bertambah dan akhirnya mengendap pada sedimen (Mukhtasor dan Eng, 2007). Adapun grafik hasil pengukuran konsentrasi logam berat Cu pada air dan sedimen di perairan Pelabuhan Pasuruan dapat di lihat pada Gambar 2 di bawah ini

.

Gambar 2. Konsentrasi Logam berat Cu di Perairan Pelabuhan Pasuruan

Berdasarkan grafik Gambar 2 di atas persebaran konsentrasi Cu pada air cukup merata pada setiap stasiun yaitu stasiun 1 (tempat Sandar Kapal) sebesar 0,0524 ± 0,02 ppm, di stasiun 2 (Tambak Bandeng) sebesar 0,0607 ± 0,04 ppm, di stasiun 3 (Kawasan Mangrove) sebesar 0,0784 ± 0,03 ppm dan di stasiun 4 (Mulut Muara Sungai) sebesar 0,0622 ± 0,04 ppm. Apabila dikaitkan dengan nilai pH dan salinitas perairan, maka konsentrasi logam berat Cu pada kolom air di seluruh stasiun menunjukan nilai konsentrasi yang semakin menurun seiring dengan bertambahnya nilai pH dan salinitas perairan. Pada stasiun 1, stasiun 3 dan stasiun 4 memiliki nilai pH dan salinitas yang rendah sehingga menyebabkan kelarutan logam berat di kolom perairan semakin besar. Begitu pula yang terjadi pada stasiun 2 nilai DO yang rendah menyebabkan kelarutan logam perairan dikolom perairan menjadi rendah. Hal ini di duga, dipengaruhi oleh sifat logam berat yang mudah terikat oleh partikel senyawa-senyawa lain, baik berupa

bahan organik maupun bahan anorganik. Rochyatun dan Rozak (2007) menyatakan apabila partikulat memiliki massa jenis lebih besar dari massa jenis air laut maka partikulat akan mengendap di dasar laut dan terjadi sedimentasi di dalam sedimen. Sehingga konsentrasi logam berat Cu di kolom air lebih sedikit karena sudah terakumulasi di dalam sedimen.

Persebaran konsentrasi Cu pada sedimen tertinggi terjadi di stasiun 3 sebesar 0,3321 ± 0,05 ppm. Hal ini diduga, stasiun 3 ini dipengaruhi oleh masukan limbah dari kegiatan antropogenik seperti limbah dosmetik, limbah rumah tangga dan limbah kapal yang berada di sekitar perairan Pelabuhan Pasuruan yang terbawa melalui aliran sungai dan terperangkap di kawasan ekosistem mangrove. Konsentrasi ini hampir serupa jika dibandingkan konsentrasi Cu pada sedimen di kawasan hutan mangrove Pantai Tanjung Buton menurut Amin et al., (2013) yaitu 0,43 ppm. Yunus et al., (2011), menyatakan bahwa kawasan mangrove mampu memerangkap logam berat yang masuk ke dalam ekosistem dan menahannya agar tidak masuk ke dalam ekosistem lainnya dengan cara terakumulasi di dalam sedimen. Konsentrasi Cu terendah pada sedimen terjadi pada stasiun 2 sebesar 0,1487 ± 0,07 ppm. Rendahnya konsentrasi Cu pada stasiun 2 memiliki suhu perairan yang lebih tinggi dibandingkan stasiun lainnya sehingga akumulasi logam berat pada sedimen menjadi lebih tinggi dibandingkan di kolom perairan. Selain itu, diakibatkan letak tambak tersebut yang terletak di tepi Muara Sungai Gembong. Hal ini diduga, stasiun ini hanya mendapat masukan limbah dari pemukiman saja. Konsentrasi Cu pada Tambak Bandeng di sekitar Pelabuhan Pasuruan ini hampir serupa dengan yang ditemukan oleh Kariada dan Irsadi, (2014) konsentrasi Cu dalam sedimen pada Tambak Bandeng Tapak Semarang sebesar 0,1 ppm. Pada stasiun 1 dan stasiun 4 terdapat perbedaan konsentrasi yang sangat sedikit yaitu stasiun 1 sebesar 0,2603 ± 0,02 ppm dan stasiun 4 sebesar 0,2643 ± 0,04 ppm. Hal ini di duga, akibat tingginya arus sungai yang mengandung logam berat yang berasal dari stasiun 1 mengalir menuju stasiun 3 dan stasiun 4. Pada stasiun 3 logam berat Cu terperangkap pada kawasan ekosistem tersebut, sehingga logam berat Cu yang berada pada stasiun 4 adalah logam berat Cu yang tidak terakumulasi di kawasan ekosistem mangrove.

Konsentrasi logam berat Cu pada air dan sedimen dari hasil penelitian ini menunjukkan nilai yang sangat bervariasi dari satu stasiun ke stasiun lainnya. Secara alami konsentrasi logam berat ada di dalam air laut, namun dalam konsentrasi yang sangat kecil

(5)

419 | I l m u K e l a u t a n [ I K - 8 ] - S i t i A m i n a h , D k k (Hutagalung,1991). Namun seiring dengan

meningkatnya kepadatan penduduk dan banyaknya aktivitas di darat menyebabkan muara sungai di perairan Pelabuhan Pasuruan ini menjadi tempat pembuangan limbah cair maupun limbah padat yang banyak mengandung logam berat dan terus bertambah setiap harinya di Muara Sungai tersebut.

3.1.2 Logam Berat Cd pada Air dan Sedimen

Konsentrasi Cd pada air dan sedimen di perairan Pelabuhan Pasuruan ini sangat bervariasi. Konsentrasi Cd pada air di empat stasiun ini cukup rata dan tidak memiliki perbedaan yang signifikan berkisar antara 0,0271 ppm - 0,0675 ppm dengan rata-rata sebesar 0,0477 ± 0,01 ppm. Sedangkan konsentrasi Cd pada sedimen berkisar antara 0,0343 – 0,1002 ppm dengan rata-rata 0,0611 ± 0,02 dan semakin ke arah Mulut Muara Sungai persebaran konsentrasinya semakin besar. Konsentrasi Cd pada sedimen ini lebih tinggi dibandingkan konsentrasi Cd pada kolom air. Hal ini membuktikan bahwa konsentrasi Cd sebagai bahan yang masuk ke dalam muara sungai mengalami pengendapan (Yudha, 2007). Adapun grafik pengukuran konsentrasi Cd pada air dan sedimen dapat di lihat pada Gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3. Konsentrasi Logam Berat Cd di perairan Pelabuhan Pasuruan

Menurut Gambar 3 di atas, persebaran konsentrasi Cd pada air ini hampir sama di setiap stasiun. Pada stasiun 1 sebesar 0,0451 ± 0,01 ppm, di stasiun 2 sebesar 0,0422 ± 0,02 ppm, di stasiun 3 sebesar 0,0557 ± 0,01 ppm, dan di stasiun 4 sebesar 0,0479 ± 0,01 ppm. Rendahnya nilai DO pada stasiun 2 menyebabkan menurunnya nilai konsentrasi Cd di kolom air. Hal ini diduga konsentrasi Cd pada air ini bersifat sementara dan akan langsung terakumulasi ke dalam sedimen. Konsentrasi Cd pada air di Pelabuhan Pasuruan cukup tinggi jika dibandingkan dengan konsentrasi Cd pada sungai Way Kuala 0,002 ppm (Yudha, 2007). Sebab logam berat Cd memiliki sifat ionik yang mudah terikat oleh partikel (Darmono, 2006) serta mengalami proses pengenceran dalam air

dengan pola pengaruh arus pasang surut yang mengakibatkan lebih banyak terjadinya pengendapan di dalam sedimen.

Persebaran konsentrasi Cd pada sedimen ini semakin ke hilir sungai semakin meningkat seperti grafik Gambar 3 pada stasiun 1 sebesar 0,0488 ± 0,01 ppm, stasiun 2 sebesar 0,0509 ± 0,01 ppm, di stasiun 3 sebesar 0,0604 ± 0,02 ppm, dan di stasiun 4 sebesar 0,0841 ± 0,01 ppm. Tingginya kandungan Cd pada sedimen disebabkan karena muara Sungai Gembong dekat dengan pemukiman penduduk dan industri. Hal ini di duga, pembuangan limbah rumah tangga dan industri banyak mengalir ke muara sungai. Serta di muara Sungai Gembong terdapat aktvitas pelabuhan, dimana terdapat banyak kapal para nelayan. Kapal-kapal tersebut dilapisi logam Cd yang bertujuan untuk memperlambat proses korosi dan dari sisa-sisa pembakaran bahan bakar yang terlepas ke atmosfer dan menurut McCain et al., (1988) mulai dari sinilah logam berat Cd masuk ke dalam perairan. Apabila dihubungkan dengan pengaruh salinitas terhadap logam berat pada stasiun 4 memiliki nilai salinitas yang rendah. Randahnya salinitas pada stasiun 4 dapat meningkatkan daya toksik dan proses akumulasi Cd pada sedimen. Jadi konsentrasi Cd pada sedimen di stasiun 4 menjadi lebih tinggi. Konsentrasi Cd pada sedimen di Perairan Pelabuhan Pasuruan ini berbeda dengan yang di temukan oleh Rochyatun dan Rozak (2007) di perairan Teluk Jakarta sebesar <0,001-0,42 ppm. Logam Cd akan terlarut dalam perairan dan dengan pengaruh arus sungai yang mengarah ke mulut muara Sungai Gembong, maka logam tersebut akan di angkut ke mulut muara sungai karena daerahnya lebih rendah dibandingkan stasiun 1, stasiun 2 dan stasiun 3.

Perbedaan tinggi rendahnya konsentrasi logam Cd di setiap lokasi pengamatan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pH dan suhu. Menurut Bryan and Langston (1992) kenaikan pH dapat menurunkan kelarutan logam berat dalam air, karena kenaikan pH menyebabkan logam berat berikatan dengan partikel di perairan dan mengalami deposisi, yaitu logam berat akan sukar larut dalam air karena berada dalam bentuk partikel tersuspensi.

3.2 Hubungan Konsentrasi Logam Berat dengan Parameter Lingkungan Berdasarkan Uji Pengelompokan (Clustering Analysis)

Analisis clustering merupakan analisa data untuk mengelompokkan suatu obyek berdasarkan kriteria tertentu. Pada analisis clustering ini terdiri dari pengelompokkan hasil gabungan dari parameter lingkungan dengan logam berat berdasarkan

(6)

420 | I l m u K e l a u t a n [ I K - 8 ] - S i t i A m i n a h , D k k kesamaan kriteria stasiun pengamatan. Hasil dari

analisa clustering akan membentuk beberapa cluster atau kelompok dalam dendogram yang menunjukkan bahwa beberapa variabel dalam satu cluster memiliki suatu kesamaan karateristik. Hasil clustering parameter lingkungan dapat di lihat pada Gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4. Hasil Clustering Parameter Lingkungan dengan Logam Berat Cu dan Cd di

perairan Pelabuhan Pasuruan

Berdasarkan dendogram di atas di peroleh 2 cluster atau kelompok besar. Cluster atau kelompok 1 terdiri dari stasiun 1, 3 dan 4 sedangkan cluster atau kelompok 2 terdiri dari stasiun 2. Model dendogram parameter lingkungan dengan logam berat ternyata tidak jauh berbeda dengan dendogram parameter lingkungan. Hal ini diduga bahwa perameter lingkungan mempengaruhi toksisitas logam berat.

Kelompok atau cluster 1 terdiri dari stasiun 1, 3 dan 4 membentuk satu kelompok stasiun 1 dan stasiun 4 memiliki kesamaan atau similarity yang lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya karena kedua stasiun ini terletak di muara sehingga memiliki sifat yang sama seperti salinitas yang rendah karena adanya pengaruh pola pasang surut dan debit sungai yang dipengaruhi oleh musim dan karateristik hidrologi aliran sungai. Salinitas dapat mempengaruhi toksisitas logam berat, bila salinitas mengalami penurunan maka tingkat akumulasi logam berat semakin besar sehingga logam berat akan lebih banyak ditemukan di sedimen daripada air laut.

Parameter lingkungan diduga berpengaruh pada konsentrasi logam berat seperti suhu, pH dan salinitas. Kenaikan suhu akan mengurangi adsorpsi senyawa logam berat pada partikulat untuk mengendap ke dasar. Kenaikan pH dapat menurunkan kelarutan logam berat dalam air karena adanya perubahan dari bentuk karbonat menjadi hidroksida yang membentuk ikatan dengan partikel pada perairan. Kenaikkan salinitas menyebabkan penurunan daya toksik logam berat karena terjadinya proses desalinasi. Jadi senyawa logam berat yang ada dapat terjadi proses sedimentasi.

Stasiun 2 membentuk kelompok atau cluster sendiri karena stasiun merupakan daerah Tambak Bandeng yang memiliki nilai parameter lingkungan cukup tinggi dari semua stasiun, sehingga memiliki nilai yang jauh berbeda dengan stasiun lainnya. Jadi dari hasil clustering di atas dapat disimpulkan bahwa sebaran konsentrasi logam berat Cu dan Cd pada air dan sedimen di Perairan Pelabuhan Pasuruan sangat bervariasi. Hal ini disebabkan oleh fluktuasi sifat logam berat di kolom air yang bersifat sementara dan cenderung mengendap di dalam sedimen yang di akibatkan oleh parameter lingkungan.

4. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian skripsi mengenai Sebaran konsentrasi Logam Berat Cu dan Cd pada Air dan Sedimen di Perairan Pelabuhan Pasuruan adalah Hasil persebaran konsentrasi logam berat menunjukkan nilai Cu pada air berkisar antara 0,0156 - 0,102 ppm dan Cu pada sedimen berkisar antara 0,0901 - 0,3942 ppm. Pada konsentrasi Cd pada air berkisar antara 0,0271 ppm - 0,0675 ppm dan Cd pada sedimen berkisar antara 0,0343 – 0,1002 ppm. Hal ini membuktikan, tingginya konsentrasi logam berat Cu dan Cd pada sedimen dipengaruhi masuknya limbah yang terbawa oleh aliran sungai yang terjadi pengendapan di dalam sedimen dan bersifat non biodegradable di kolom perairan.

Hasil analisis clustering dendogram dari perameter lingkungan dan logam berat ini diperoleh 2 cluster. Cluster 1 terdiri dari stasiun 1, 3 dan 4, disebabkan oleh salinitas yang rendah akibat adanya pola pasang surut dan debit air sungai yang dipengaruhi oleh musim dan karateristik hidrologi aliran air sungai yang sama dan untuk cluster 2 terdiri dari stasiun 2.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada analis Laboratorium Kimia Universitas Negeri Malang yang telah membantu dalam menganalisa sampel. Terima kasih diucap-kan pula kepada Kepala Laboratorium Ilmu Kelautan Universitasita Brawijaya.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, B., Afriyani, E., Saputra, M.A., 2013. Distribusi spasial logam Pb dan Cu pada sedimen dan air laut permukaan di perairan Tanjung Buton Kabupaten Siak Provinsi Riau. J. Teknobiologi 2.

Bryan, G.W., Langston, W.J., 1992. Bioavailability, accumulation and effects of heavy metals in sediments with special reference to United

(7)

421 | I l m u K e l a u t a n [ I K - 8 ] - S i t i A m i n a h , D k k Kingdom estuaries: a review. Environ. Pollut. 76,

89–131.

Dahuri, R., 2003. Keanekaragaman hayati laut: aset pembangunan berkelanjutan Indonesia. Gramedia Pustaka Utama.

Darmono, 2006. Lingkungan hidup dan pencemaran: hubungannya dengan toksikologi senyawa logam. Universitas Indonesia.

Hidayat, D., 2012. Kajian Sebaran Logam Berat Pb Pada Sedimen Di Muara Sungai Way Kuala Bandar Lampung. J. Sains MIPA Univ. Lampung 17. Hutagalung, H.P., 1991. Pencemaran laut oleh logam berat.

Status Pencemaran Laut Indones. Dan Tek. Pemantauannya Puslitbang Oseanologi LIPI Jkt. Hlm 45–59.

Johan, T.I. 2012. Dampak Penambangan Emas Terhadap Kualitas Air Sungai Singingi Di Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau. J. Ilmu Lingkung. 5.

Kariada, N.T., Irsadi, A., 2014. Peranan Mangrove Sebagai Biofilter Pencemaran Air Wilayah Tambak Bandeng Tapak, Semarang. J. Mns. Dan Lingkung. 21, 188–194.

Louhi, Louhi, Atika Hammadi, Mabrouka Achouri, 2012. Determination of Some Heavy Metal Pollutants in Sediments of the Seybouse River in Annaba, Algeria. Air Soil Water Res. 91.

McCain, B.B., Brown, D.W., Krahn, M.M., Myers, M.S., Clark, R.C., Chan, S.-L., Malins, D.C., 1988. Marine pollution problems, North American west coast. Aquat. Toxicol. 11, 143–162.

Mukhtasor, M., Eng, M., 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Pradnya Paramita Jkt.

Rachmaningrum, M., 2015. Konsentrasi Logam Berat Kadmium (Cd) pada Perairan Sungai Citarum Hulu Segmen Dayeuhkolot-Nanjung. REKA Lingkung. 3.

Rochyatun, E., Rozak, A., 2007. Pemantauan kadar logam berat dalam sedimen di perairan Teluk Jakarta. Makara Sains 11, 28–36.

Rochyatun, E., Rozak, A., 2007b. Pemantauan kadar logam berat dalam sedimen di perairan Teluk Jakarta. Makara Sains 11, 28–36.

Salmin, 2005. Oksigen Terlarut (Do) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (Bod) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas PerairAN. Oseana, Volume XXX, 21 – 26.

Wardani, D.A.K., 2014. Akumulasi Logam Berat Timbal (Pb) pada Daging Kerang Hijau (Perna viridis) di Muara Sungai Banjir Kanal Barat Semarang. Unnes J. Life Sci. 3.

Yudha, I.G., 2007. Kajian Pencemaran Logam Berat di Wilayah Pesisir Kota Bandar Lampung. Univ. Lampung Bandar Lampung.

Yunus, K., Mohd Yusuf, N., Shazili, M., Azhar, N., Ong, M.C., Saad, S., Khan Chowdhury, A.J., Bidai, J., 2011. Heavy metal concentration in the surface sediment of Tanjung Lumpur mangrove forest, Kuantan, Pahang, Malaysia. Sains Malays. 40, 89– 92.

Gambar

Gambar 1. Lokasi Penelitian di perairan Pelabuha  Pasuruan
Tabel  1.  Nilai  Parameter  Lingkungan  di  Perairan  Pelabuhan Pasuruan  Parameter  Lingkungan  Stasiun  1  2  3  4  Suhu ( 0 C)  Min  27,3  31,7  27,2  27,4  Maks  27,9  32,9  27,4  27,5  Rata-rata  27,6  32,5  27,3  27,5  STDEV  0,31  0,69  0,12  0,06  pH  Min  5,28  6,89  5,28  5,68  Maks  5,63  7,74  5,91  6,15  Rata-rata  5,46  7,19  5,68  5,84  STDEV  0,18  0,48  0,35  0,27  Salinitas (‰)  Min  1  18  1  1  Maks  1  25  2  1  Rata-rata  1  20,7  1,3  1  STDEV  0  3,79  0,58  0  DO (mg/l)  Min  4,5  5,07  5,34  5,76  Maks  4,67  5,3  5,36  5,8  Rata-rata  4,6  5,16  5,34  5,78  STDEV  0,09  0,12  0,01  0,02
Gambar 2. Konsentrasi Logam berat Cu di  Perairan Pelabuhan Pasuruan
Gambar 3. Konsentrasi Logam Berat Cd di  perairan Pelabuhan Pasuruan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian visum et repertum peranan penting alat bukti visum et repertum adalah sebagai alat bukti surat, dan sebagai alat bukti surat mempunyai kekuatan sama dengan

Disampaikan pula bahwa ada tujuh indikator untuk mengukur tingkat kepuasan kerja yang meliputi isi pekerjaan yakni pekerjaan yang secara aktual harus dikerjakan

Hasil dari penelitian ini secara keseluruhan terdapat peningkatan pemahaman yang signifikan peserta Diklat Teknis Substantif Hak Asasi Manusia bagi Kepala

Pada penelitian ini, pemberian 400 ml jus kacang hijau selama 21 hari menghasilkan penurunan secara bermakna terhadap kadar kolesterol LDL pada subjek sebelum

Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa opini audit going concern, audit delay, aktivitas komite audit, pertumbuhan perusahaan serta

Analisis regresi linier berganda yaitu metode yang dipakai guna menggambarkan hubungan suatu variabel dependen dengan tiga atau lebih variabel independen. Metode ini dipilih

bahwa Indonesia berada pada peringkat satu dunia dengan pertumbuhan 51% dikategori Growth In Internet User melampaui Amerika, China serta negara lain di dunia

Oleh karena itu di era desentralisasi fiskal ini pemerintah pusat memberikan skema bantuan transfer kepada daerah dalam bentuk dana perimbangan pusat daerah yang terdiri dari