• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAAN USAHATANI PADI GOGO. Enok Sumarsih 2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERAGAAN USAHATANI PADI GOGO. Enok Sumarsih 2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1) Peneliti 2) Pembimbing 1

3) Pembimbing 2 1

Asep Kamal 1)

Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi asepkamal_11ipa1@yahoo.co.id

Enok Sumarsih 2)

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi sumarsihenok@gmail.com

Suyudi3)

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi suyudi@unsil.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknis budidaya, biaya produksi, penerimaan, pendapatan serta R/C usahatani padi gogo. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus pada Kelompok Tani Sejahtera I di Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa teknis budidaya padi gogo yang dilakukan petani meliputi, pengolahan lahan pertanian sudah mengikuti anjuran dari BP3K Cikoneng, penanaman, pemupukan, pemeliharaan dan panen belum sesuai dengan anjuran dari BP3K Cikoneng. Adapun hasil analisis secara ekonomi diperoleh rata-rata biaya tetap pada usahatani padi gogo sebesar Rp. 1.091.006,40 per 0,28 Hektar per musim, Rata-rata biaya variabel sebesar Rp. 913.785,15 per 0,28 Hektar per musim. Dengan demikian rata-rata biaya total sebesar Rp. 2.004.791,70 per 0,28 Hektar per musim.

Produksi padi gogo kering panen yang dihasilkan oleh petani responden rata-rata

mencapai 1.262,26 kilogram per 0,28 Hektar per musim dengan harga jual Rp. 3.500,00 per kilogram, maka diperoleh penerimaannya sebesar Rp. 4.417.875,00 per 0,28 Hektar per musim. Pendapatan petani sebesar

Rp.2.413.083,30 per 0,28 Hektar per musim.

Dilihat dari analisis penerimaan dan biaya (R/C), menunjukan bahwa usahatani padi gogo layak untuk diusahakan dengan nilai R/C rata-rata sebesar 2,21 yang berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan, akan menghasilkan penerimaan sebesar 2,21 rupiah.

Kata Kunci :Usahatani, Padi Gogo.

ABSTRACT

This study aims to determine cultivation techniques, production costs, receipts, revenue and R / C upland rice farming. The method used is the case study method in Prosperous Farmer Group 1 beside the village of the District Darmacaang Cikoneng Ciamis District

Based on the research results, it can be concluded that the technical cultivation of upland rice farmers in doing covers, processing agricultural land has to follow the

(2)

advice of BP3K Cikoneng, planting, fertilizing, maintenance and harvest is not in accordance with the recommendation of BP3K Cikoneng. The results of the economic analysis obtained an average fixed costs in upland rice farming Rp. 1,091,006.40 per 0.28 hectare per season, average variable cost of Rp. 913,785.15 per 0.28 hectare per season. Thus the average total cost of Rp. 2,004,791.70 per 0.28 hectare per season.

Production of dry upland rice crops produced by farmers on average respondents reached 1262.260.28 kilograms per hectare per season with a selling priceof Rp 3,500.00 per kilogram, the obtained revenuesof Rp. 4,417,875.00 per 0.28 hectare perseason. Farmers' incomeof Rp. 2,413,083.30 per 0.28 hectare per season.

Judging from the analysis of receipts and expenses (R /C), showed that upland rice farming feasible to be developed by the R/C average of 2.21, which means that every one rupiah costs incurred, will produce revenuesof 2.21 rupiah.

Keywords: Farming, Upland Rice PENDAHULUAN

Pertanian merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi penting terhadap pendapatan negara dan juga pertumbuhan ekonomi di Indonesia ini, dikarenakan mayoritas penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani sehingga pertanian merupakan sektor penting bagi masyarakat Indonesia dan juga dunia, karena tidak ada manusia yang tidak memerlukan hasil dari produk pertanian untuk kelangsungan hidupnya. Kebutuhan manusia untuk kelangsungan hidup berupa sandang pangan dan papan tidak dapat diperoleh begitu saja tanpa adanya pengorbanan untuk mendapatkannya, sehingga petani berupaya untuk mendatangkan keuntungan yang maksimal dengan menghasilkan produk yang tinggi guna memenuhi kebutuhan manusia.

Subsektor pertaninan yang tidak mengalami penurunan adalah subsekktor tanaman pangan salah satunya adalah padi.Padi diolah menjadi beras dan sebagai bahan pokok makanan mayoritas masyarakat Indoensia. Namun masalahnya dengan peningkatan jumlah penduduk yang sangat cepat akan berdampak kepadapermintaan beras yang tinggi,disisi lain terjadi alih fugsi lahan pertanian (sawah) ke non pertanian, seperti perumahan atau perkantoran sehingga lahan pertanian akan semakin sempit khususnya lahan pertanian yangmenghasilkan makanan pokok yaitu padi.

Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk cukup padat. Tidak bisa di pungkiri bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia begitu pesat dan tidak bisa di hindari, meskipun pemerintah telah melakukan upaya dan berbagai solusi serta berbagai semboyan telah di

(3)

tawarkan kepada masyarakat namun tetap saja laju pertumbuhan penduduk tidak bisa terbantahkan

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang dapat dijadikan patokan pembangunan untuk suatu perkembangan negara, dengan demikian banyak kota yang berasal dari kampung kecil yang letaknya dekat dengan daerah pertanian yang subur. Sehingga luas lahan akan semakin sempit dan lahan pertanian akan berkurang khususnya lahan sawah, sementara itu masyarakat Indonesia makanan pokoknya adalah beras, dengan luas lahan sawah yang semakin sempit maka produksi beras akan menurun.

Penurunan jumlah lahan sawah dan produktivitas lahan padi yang semakin menurun dan jumlah permintaan yang semakin meningkat mengakibatkan harga jual beras ditingkat konsumen melambung tinggi sehingga beberapa kalangan masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan sulit untuk mendapatkan beras yang layak konsumsi. Perubahan konsumsi beras setiap tahun, walaupun terdapat penurunan karena adanya perubahan pola konsumsi terhadap beras pada kalangan menengah ke atas, akan tetapi untuk kalangan menengah ke bawah mayoritas masih mengkonsumsi beras sebagai bahan makanan pokok. Jika dibandingkan dengan negara Jepang yang konsumsi beras yang hanya 30 kg/kapita/tahun Indonesia masih cukup besar permintaan dan konsumsi terhadap beras.

Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kabupaten yang terletak di provinsi Jawa Barat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2012, Luas wilayah Kabupaten Ciamis secara keseluruhan mencapai 244.479 ha. Namun, karena adanya putusan pemerintah terkait adanya Daerah Otonom Baru (DOB) yakni pada tahun 2012 Kabupaten Pangandaran resmi berdiri yang diputuskan lewat sidang paripurna. 10 kecamatan yang tadinya termasuk wilayah Kabupaten Ciamis berpindah menjadi wilayah Kabupaten Pangandaran. 10 Kecamatan tersebut yaitu Cimerak, Cijulang, Cigugur, Langkaplancar, Parigi, Sidamulih, Pangandaran, Kalipucang, Padaherang dan Mangunjaya. Alhasil, luas wilayah Kabupaten Ciamis hanya menjadi 143.387, 45 ha saja.

Ketersediaan luas lahan keseluruhan yang tetap serta terjadinya konversi lahan pertanian ke non pertanian, dapat mengakibatkan permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan pangan penduduk dalam upaya pencapaian kecukupan pangan. Bahwa fenomena penuruan luas lahan pertanian akan mengakibatkan dampak negatif terhadap aspek pembangunan.

(4)

Permasalahan yang terjadi dibidang pertanian khususnya padi sawah di Kabupaten Ciamis, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Hortikultura Kabupaten Ciamis (2012), menyimpulkan jika salah satu permasalahan serius yang harus dihadapi adalah permasalahan alih fungsi lahan dan bencana kekeringan. Permasalahan konversi lahan pertanian yang terjadi di Kabupaten Ciamis dapat mengancam kapasitas penyediaan pangan dan bahkan dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerugian sosial. Dari uraian permasalahan tahun 2012 yang tercantum dalam P2BN Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Kabupaten Ciamis telah kehilangan sekitar 4.000 hektar dari total luas lahan pertanian padi sawah yang telah dimanfaatkan karena adanya alih fungsi lahan.

Ancaman terhadap penyediaan pangan semakin diperkuat dengan masih tingginya kebutuhan konsumsi penduduk Kabupaten Ciamis yang didominasi oleh sumber karbohidrat kelompok padi-padian dibanding jenis pangan yang lainnya. Tercatat dari total konsumsi pangan penduduk Kabupaten Ciamis, 67,48 persen masih tergantung terhadap kelompok pangan padi-padian.

Permasalahan tersebut perlu dilakukan upaya peningkatan produksi dengan memanfaatkan lahan kering atau lahan darat. Oleh karena itu komoditi yang akan ditinjau dalam hal ini adalah komoditi padi gogo. Komoditi padi gogo ini dipilih karena komoditi ini merupakan alternatif bagi penyediaan pangan nasional kerena padi gogo bisa tumbuh di dataran tinggi atau pegunungan dan tidak banyak memerlukan air untuk bisa tumbuhnya. Saat ini potensi padi gogo terhadap produktivitas beras nasional masih sangat kecil jika dibandingkan padi di lahan sawah, yaitu hanya sebesar 3,22 ton/Ha pada tahun 2012 dan 3,42 ton/Ha pada tahun 2013. Padi sawah sebesar 6,7 ton/Ha Produksi padi gogo baru mencapai 3,868 juta ton tahun 2012 dan 3,889 juta ton tahun 2013, sedangkan padi sawah mencapai 65,188 juta ton tahun 2012 dan 67,403 juta ton tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa padi gogo baru memberikan kontribusi sekitar 5,46 persen terhadap produksi padi nasional. Luas panen padi gogo baru mencapai 1,164 juta ha tahun 2012 dan 1,164 juta ha tahun 2013, sedangkan luas panen padi sawah mencapai 12,281 juta ha tahun 2013 dan 12,674 juta ha tahun 2013 (Kementan, 2013).

Kecamatan Cikoneng merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Ciamis yang mempunyai potensi untuk padi gogo, karena keadaan alamnya sangat mendukung terhadap budidaya usahatani padi gogo, usahatni padi gogo ini

(5)

merupakan salah satu usaha yang patut untuk terus dikembangkan. Salah satu kelompok tani yang bergerak dalam usahatani padi gogo adalah Kelompok Tani Sejahtera I yang berada di Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis.Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah teknis budidaya padi gogo ? 2) Berapakah besar biaya produksi, penerimaan dan pendapatan pada usahatani padi gogo ? 3) Bagaimanakah kelayakan usahatani padi gogo ?

Adapun tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui : 1) Mengetahui teknis budidaya padi gogo. 2) Mengetahui besarnya biaya produksi, penerimaan dan pendapatan pada usahatani padi gogo. 3) Mengetahui tingkat kelayakan usahatani padi gogo.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus pada Kelompok Tani Sejahtera I di Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis, Penentuan lokasi ditentukan secara sengaja (purposive).

Kerangka Analisis

Guna mengetahui teknis budidaya padi gogo dilakukan dengan menggunakan analisis deskriftif.

1) Biaya total usahatani padi gogo diperoleh dengan cara menjumlahkan total biaya tetap dengan total biaya variabel, dengan menggunakan rumus menurut (KenSuratiyah, 2006) yaitu sebagai berikut :

TC = TFC + TVC Keterangan:

TC = Total Cost (total biaya )

TFC = Total Fixed Cost (total biaya tetap) TVC = Total Variabel Cost (total biaya variabel)

2) Penerimaan Usahatani padi gogo diperoleh dengan cara perkalian antara hasil produksi dengan harga jual, dengan menggunakan rumus menurut (Soekartawi, 1995) yaitu sebagai berikut :

TR = ∑Y . Py

Keterangan:

TR = Total Revenue/Total Penerimaan (Rp) Y = Total hasil produksi (kg)

(6)

3) Keuntungan usahatani padi gogo diperoleh dengan cara pengurangan antara total penerimaan dengan total biaya, dengan menggunakan rumus menurut (Gasperz, 1999) yaitu sebagai berikut :

π = TR – TC

Ket :

π = Pendapatan

TR = Total Revenue (Penerimaan Total) TC = Total Cost (Biaya Total)

4) Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C)

Guna mengetahui kelayakan usahatani padi gogo digunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya. Imbangan penerimaan dan biaya adalah nilai

yang menunjukan perbandingan antara penerimaan total dengan biaya total (Abas Tjakrawiralaksana, 1983), yang dirumuskan sebagai berikut :

R/C =

Bilanilai : R/C > 1 = Usahatani padi gogo layak untuk diusahakan R/C < 1 = Usahatani padi gogo tidaklayak untuk diusahakan R/C = 1 = Usaha padi gogo berada pada titik impas

HASIL DAN PEMBAHASAN Teknik Budidaya

Pengolahan tanah

Pengolahan tanah di lokasi penelitian dilakukan pada musim kering sebelum musim hujan datang (hujan turun) atau segera setelah panenan tanaman sebelumnya. Teknik penolahan tanah yang dilakukan sebagai berikut:

a. Tanah dicangkul dua kali atau lebih untuk penggemburan dan pembuangan tanah. Pengolahan tanah pertama dilakukan pada musim kemarau atau setelah terjadi hujan pertama.Pengolahan tanah kedua saat menjelang tanam.

b. Pemberian pupuk organik (pupuk hijau, pupuk kandang atau kompos) dilakukan pada waktu membajak/mencangkul yang kedua. Pupuk organik yang diberikan adalah 5 ton/ha.

(7)

Penanaman

Penanaman dilakukan pada awal musim hujan yaitu setelah hujan turun 2 hingga 3 kali.Penanaman tidak dilakukan pada periode hujan yang terus menerus hal ini dilakukan untuk menghidari benih terbawa air hujan atau terdorong masuk lebih dalam ke tanah. Selain itu, hujan yang terus menerus kurang baik bagi perkembangan tanaman muda karena menyebabkan gangguan hama dan penyakit. Hujan biasanya terjadi sekitar bulan Oktober sampai akhir Nopember. Cara penanaman padi gogo yang dilakukan oleh petani responden adalah dengan cara tugal. Tugal, yaitu dengan membuat lubang dengan cara pengaseukan menggunakan kayu atau tongkat dengan jarak tertentu dengan tugal dengan kedalaman 3-5 cm. Jarak tanam padi gogo adalah 25 x 25 cm. Setiap lubang tanam diisi 3-5 butir per lubang dan ditutup dengan tanah.

Pemupukan

Pada umumnya petani padi gogo dilokasi penelitian melakukan pemupukan 2 kali selama periode produksi produksi, Pemupukan ke 1 dilakukan setelah padi berumur 20 hari, pupuk yang digunakan yaitu NPK dan Urea dengan dosis 50 kg NPK dan 25 Kg Urea. Dengan cara pemupukan yaitu dengan dicorkan langsung pada tanaman, kemudian pemupukan ke 2 dilakukan setelah berumur 50 hari, pupuk yang digunakan yaitu NPK dan Urea dengan dosis 50 Kg NPK dan 25 Kg Urea, dengan cara pemupukan ditaburkan. dengan dosis Total 100 kg NPK ditambah 50 kg Urea/ ha.

Petani dilapangan pengalaman berusahatani padi gogo rata-rata 16 tahun, dengan penggunaan pupuk NPK dan Urea dari musim tanam ke musim tanam ditambahkan penggunaannya dengan harapan produksi akan meningkat, ini terjadi karena pupuk anorganik yang selalu ditambahkan akan mengakibatkan kondisi tanah menjadi jenuh yang ditandai dengan tanah semakin mengeras atau banyak retakan sehingga perlu penggunaan pupuk organik untuk menyeimbangkan keadaan hara tanah. Produksi petani padi gogo 4 ton per hektar akan tetapi sesungguhnya potensi hasil produktivitas padi gogo adalah 7- 8 ton per hektar jika menggunakan sistem pemupukan yang sesuai dengan kondisi hara tanah dan juga teknik budidaya.

Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan bila terdapat benih yang tidak tumbuh atau

(8)

tidak normal. Penyulaman dilakukan pada umur 1 sampai 2 minggu, ini dikarenakan benih yang sudah tumbuh tidak terlalu tinggi dan apabila dilakukan penyulaman jarak waktunya tidak terlalu jauh sehingga tinggi tanaman seragam dengan tanaman yang lainnya, dan apabila penyulaman dilakukan lebih dari 3 minggu maka penyulaman yang baru di lakukan tidak akan seragam dengan tanaman yang lainnya, karena kurang mendapatkan sinar matahari dan tanaman pun akan pendek ini akan mempengaruhi waktu panen yang tidak serempak.

Penyiangan dimaksudkan untuk memberantas gulma.Penyiangan dapat dilakukan secara kimiawi atau teknis.Penyiangan dilakukan pada waktu sebelum pemupukan tanaman atau sesuai kebutuhan.Penyiangan yang dilakukan oleh petani responden dilakukan dengan cara teknis, yaitu dengan mengambil gulma yang berada disekitar tanaman padi gogo dengan cara di rambet.

Panen

Panen dapat dilakukan jika padi atau gabah telah menguning. Umur panen padi gogo berkisar antara 110 sampai 120 hari. Panen dilakukan dengan cara dietem, dengan menggunakan alat etem. Cara penen ini ada hubungannya dengan kehilangan hasil panen, dimana panen dengan menggunakan alat etem akan mengurangi kehilangan hasil, ini dikarenakan dengan menggunakan etem lebih efektif dan juga jumlah hasil produk padi gogo tidak akan banyak kehilangan pada saat dietem. Lain halnya dengan teknik digebot seperti pada saat panen padi sawah, dengan teknik digebot kemungkinan jumlah produksi sedikit dikarenakan pada saat menggebot padi banyak bulir padi yang tercecer dan juga kualitaas terhadap bulir padi akan menurun sebab, pada saat menggebot kemungkinan bulir padi akan ada yang retak atau pecah.

Analisa Usahatani Padi gogo

Biaya produksi usahatani padi gogo adalah pengorbanan ekonomi yang dikeluarkan oleh petani untuk keperluan pengadaan faktor-faktor produksi dalam menjalankan usahataninya,biaya produksi secara garis besar dibagi kedalam dua macam yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya Tetap

Biaya tetap (Fixed cost ) yaitu biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi

oleh besar kecilnya volume produksi dan sifatnya tidak habis dalam satu periode (Ken Suratiyah, 2006), dalam penelitian ini terdiri dari sewa lahan, penyusutan

(9)

alat dan bunga modal biaya tetap per periode produksi dengan satuan rupiah (Tabel 1).

Tabel 1. Rata-rata Biaya Tetap Usahatani Padi Gogo per ( 0,28 Ha )

No Uraian Nilai ( Rp )

1 Sewa Lahan 1.008.950,00

2 Penyusutan Alat 24.200,00

3 Bunga Modal 57.856,40

Jumlah 1.091.006,40

Sumber: Data Primer diolah

Tabel 1. Memperlihatkan bahwa biaya tetap untuk usahatani padi gogo mencapai rata-rata Rp 1.091.006,40 per 0,28 hektar per musim. Sewa lahan, penyusutan alat dan bunga modal merupakan biaya-biaya yang dialokasikan kedalam jenis biaya tetap karena sifatnya tidak habis dalam satu periode produksi.

Biaya sewa lahan yang harus dibayar oleh petani rata-rata mencapai Rp 1.008.950,00 per 0,28 hektar per tahun. Kondisi dilapangan dalam sewa lahan

sesungguhnya petani tidak mengeluarkan biaya sewa lahan akan tetapi dalam penelitian ini diasumsikan bahwa petani mengeluarkan biaya sewa lahan, untuk mengetahui jika petani harus mengeluarkan biaya sewa lahan sejumlah dengan hasil penelitian ini yang telah diolah oleh peneliti.

Penyusutan alat merupakan biaya yang dikeluarkan akibat pengurangan nilai ekonomis dan teknis peralatan yang digunakan dalam usahatani padi gogo. Besarnya penyusutan ini dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (Streight Line Methode), dihitung untuk satu periode produksi dan dinyatakan dalam satuan rupiah. Jumlah penyusutan seluruh alat untuk satu musim tanam adalah rata-rata sebesar Rp 24.200,00 per 0,28 hektar per musim tanam.

Soekartawi, dkk ( 1986 ) menyatakan, bahwa modal yang sedang tertanam dalam satu jenis tanaman tertentu disebut inventaris lapangan. Modal tersebut harus dihitung bunganya, sebagai imbalan jasa penggunaan dalam proses produksi. Perhitungan bunga modal dalam per tanaman, berpedoman pada prinsip perusahaan sebagai berikut : modal, baik milik sendiri maupun pinjaman diasumsikan sebagai kredit, jadi harus dibayar bunganya sesuai dengan tingkat bunga yang berlaku saat itu.

(10)

Biaya Variabel

Biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani padi gogo meliputi sarana produksi (Benih, pupuk dan pestisida), tenaga kerja baik tenaga kerja dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga perlu diperhitungkan. Input yang digunakan pada usahatani padi gogo dalam penggunaan pupuk adalah NPK, Urea dan pupuk organik. Rata-rata penggunaan input ditingkat petani seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Biaya Variabel Usahatani Padi Gogo Per 0,28 Hektar Per Musim Tanam

No. Uraian Nilai (Rp) Persentase (%)

1 Benih 70.400,00 7,70 2 Pupuk Organik 86.397,00 9,45 3 NPK 84.555,00 9,25 4 Urea 35.250,00 3,85 5 POC 18.750,00 2,00 6 Tenaga Kerja 570.000,00 62,35 7 Bunga Modal 52.995,80 5,80 JUMLAH 913.785,15 100

Sumber: Data Primer, diolah 2013

Tabel 2. menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk pembelian benih rata-rata Rp 70.400,00 dengan harga satuan Rp. 10.000,00 per kilogram, benih yang digunakan oleh petani menggunakan benih varietas sagi yang di peroleh petani dari toko pertanian sekitar daerah penelitian, toko tersebut memesan benih dari daerah bandung sehingga harganya mahal. Adapun harga yang murah di toko pertanian sekitar daerah penelitian tetapi kualiatas dan varietas benih tidak bagus, petani pernah membeli dengan harga yang murah tetapi hasilnya tidak memuaskan atau gagal panen.

Pembelian pupuk anorganik yang terdiri dari NPK dengan rata-rata biaya Rp 84.555,00 dengan harga satuan NPK Rp. 3.000 per kilogram, Urea dengan rata-rata biaya Rp 35.250,00 dengan harga satuan Rp 2.500,00 per kilogram dan POC dengan rata-rata biaya Rp. 18.750,00 dengan harga satuan Rp 25.000,00 per liter. Untuk biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk pupuk organik adalah Rp 86.397,00 dengan harga satuan Rp 500 per kilogram, pupuk tersebut di

(11)

peroleh dari toko pertanian sekitar daerah penelitian yang harga ecerannya sudah di tetapkan oleh pemerintah.

Sedangkan besarnya upah tenaga kerja rata-rata yang dikeluarkan sebesar Rp. 570.00,00 (62,35%) per periode produksi upah tenaga kerja ini meliputi pengolahan tanah,penanaman, pemupukan, pemeliharaan dan panen, dimana upah tenaga kerja wanita Rp. 20.000,00 dan untuk upah tenaga kerja pria Rp. 30.000,00 dengan rata-rata HOK pria 9,15 dan rata-rata HOK wanita 15,2. Rata-rata bunga modal yang dikeluarkan adalah Rp 52.995,80 per periode produksi.

Rata-rata Biaya Total

Biaya total adalah penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya variabel. Besarnya rata-rata biaya total untuk usahatani padi gogo dapat dilihat biaya tetap sebesar Rp. 1.091.006,40 dan biaya variabel Rp 913.785,15 sehingga rata-rata biaya total usahatani padi gogo adalah sebesar Rp 2.004.791,70.

Rata-rata Penerimaan Usahatani Padi Gogo

Produksi rata-rata usahatani padi gogo dari rata-rata luas lahan 0,28 hektar adalah 1.262,26 kilogram. Penerimaan usahatani padi gogo diperoleh dari perkalian antara hasil produksi dengan harga jual. Pada saat dilakukan penelitian harga padi kering panen ditingkat petani adalah Rp 3.500,00 per kilogram, sehingga diperoleh rata-rata penerimaan sebesar Rp 4.417.875,00.

Rata-rata Pendapatan

Pendapatan diperoleh dengan menghitung penerimaan dikurangi biaya total. Maka berdasarkan rumusan tersebut diperoleh rata-rata pendapatan usahatani padi gogo sebesar Rp 2.413.083,30 ( Tabel 3 ).

Tabel 3. Rata-rata Pendapatan Usahatani Padi Gogo Per 0,28 Hektar

No Uraian Nilai

1 Penerimaan Rp 4,417.875,00

2 Biaya Total Rp 2.004.791,70

3 Pendapatan Rp 2.413.083,30

4 R/C 2,21

Sumber; Data Primer diolah, 2013

Pendapatan petani dari usahatani padi gogo bukan merupakan mata pencaharian utama, hal ini dilakukan petani responden semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan makanan pokok saja.

(12)

Kelayakan Usahatani Padi Gogo

Analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan pada usahatani padi gogo ini dengan mengetahui imbangan antara total penerimaan dengan biaya total atau R/C.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan rumusan R/C tersebut, diketahui bahwa rata-rata R/C pada usahatani padi gogo adalah sebesar 2,21, atrinya bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 2,21. Pada lampiran 8, Sehingga usahatani padi gogo layak untuk diusahakan karena nilai R/C nya lebih besar dari 1.

Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian (Khambariyah BK,2013.) bahwa diperoleh R/C pada usahatani padi gogo varietas aromatik sebesar 1,9 sehingga dapat dilihat bahwa usahatani padi gogo yang berada di Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis lebih layak diusahakan dan juga lebih besar mendatangkan keuntungan bagi petani dan juga dengan varietas sagi sesuai dengan karakteristik wilayah Desa Darmacaang.

Hasil perbandingan nilai R/C antara hasil penelitiaan di Desa Darmacaang dengan hasil penelitian (Khambariyah BK,2013.) yaitu 2,21 dan 1,9. Hal ini dapat terjadi dikarenakan dari berbagai faktor yakni diantaranya adalah biaya, harga jual, teknik panen yang dilakukan dan jumlah produksi yang diperoleh petani sehingga dapat mempengaruhi nilai R/C dari setiap analasa usahatani.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Keragaan teknik budidaya padi gogo yang dilakukan oleh responden meliputi: pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan dan panen.

2) Biaya total usahatani padi gogo Rp 2.004.791,70 per 0.28 hektar per musim tanam. Produksi padi gogo kering panen mencapai rata-rata sebesar 1.262,26 Kg per 0.28 hektar per musim tanam dengan harga Rp. 3,500.00 per kilogram, sehingga diperoleh penerimaan sebesar Rp 4.417.875,00 per 0.28 hektar per musim tanam. Berdasarkan penerimaan dan biaya total per

(13)

0.28 hektar per musim tanam, maka diperoleh pendapatan sebesar Rp 2.413.083,30 per 0,28 hektar per musim tanam.

3) usahatani padi gogo layak untuk diusahakan dengan R/C sebesar 2,21. Saran

1) Kepada petani dalam melakukan teknis budidaya padi gogo perlu di pertahankan karena sudah menguntungkan, dan apabila pada waktu tertentu produksi berkurang sebaiknya perlu di tingkatkan khususnya dalam pemupukan,

2) Kepada pemerintah diharapkan dapat membentuk program penyediaan jumlah hewan ternak (sapi, kambing, kerbau) sehingga kotoran hewan dapat digunakan petani untuk dijadikan pupuk dan dapat juga dibuat

program integrated farming antara ternak dan padi gogo. 3) Usahatani padi gogo bisa dijadikan pilihan dan dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan pangan dan sebagai sumber pendapatan. Atau diversifikasi tanaman di lahan kering.

DAFTAR PUSTAKA

Abas Tjakrawiralaksana. 1983. Usahatani. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian. IFB. Bogor.

Badan Pusat Statistik Ciamis. 2012. Luas areal pertanian Kabupaten Ciamis. Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Hortikultura Kabupaten Ciamis. 2012. Alih

fungsi lahan pertanian dan bencana kekeringan. Ciamis

Gasperz, V. 1999. Ekonomi Manajerial Pembuatan Keputusan Bisnis. PT Gramedia. Jakarta.

Kementrian Pertanian. 2013. Luas Lahan Padi Gogo dan Padi Sawah. Ken Suratiyah. 2006. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta.

Khambariyah BK, 2013. Kajian Usahatani Padi Gogo Aromatik Di Desa Karangjengkol Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga. Fakutas Pertanian Agribisnis UNSOED.

Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. UI Press. Jakarta.

Soekartawi, ASoeharjo, John L. Dillon, J. Brian Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani Dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia. Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Rata-rata Biaya Tetap Usahatani Padi Gogo per ( 0,28 Ha )
Tabel  2.  Rata-rata  Biaya  Variabel  Usahatani  Padi  Gogo  Per  0,28  Hektar  Per  Musim Tanam
Tabel 3. Rata-rata Pendapatan Usahatani Padi Gogo Per 0,28 Hektar

Referensi

Dokumen terkait

mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa untuk p€laksanaan kegiatan tahun anggaran 2012, seperti tersebut dibawah ini:1. No NAMA PAKET PEKERJMN VOLUME

Mar’atul Afifah belum dapat secara utuh memahami teks bacaan yang diberikan dan beberapa jawaban terkait pertanyaan yang diberikan dijawab dengan tidak tepat. Pada

Khusus untuk masalah Kurang Energi Protein (KEP) atau biasa dikenal dengan gizi kurang atau yang sering ditemukan secara mendadak adalah gizi buruk terutama pada anak balita,

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi tentang bagaimana konsep Integrasi Agama dan Lingkungan Alam dalam Pembelajaran Anak Usia Dini di PAUD

Berdasarl&lt;an Pelelangan Sederhana yang dilaksanakan secara manual, dengan ini Pokja Pengadaan Barang Kelompok V ULP Pengadaan Barangfiasa Kabupaten Muara Enim

Tujuan dilakukan studi ini, yaitu (1) untuk mengetahui tipe- tipe kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal tes pada topik integral tak tentu, (2) untuk

Hubungan Brand Community dengan Perilaku Prososial Komunitas Sepeda Motor di Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI, PENALARAN ILMIAH, DAN KOGNITIF SISWA