• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

55

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil

Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa nilai pretest dan posttest siswa dan hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran. Data tersebut kemudian dianalisis melalui beberapa tahapan, yaitu analisis deskriptif dan analisis statistik. Pada tahap analisis deskriptif dilakukan penghitungan rata-rata, simpangan baku, varians, serta skor minimal dan maksimal. Sedangkan pada tahap analisis statistik dilakukan uji normalitas, uji homogenitas, uji kesamaan kemampuan awal, serta uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan.

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem-Based Learning telah diterapkan di kelas eksperimen, yaitu kelas VII A, sedangkan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Scientific Method telah diterapkan di kelas kontrol, yaitu kelas VII E. Pembelajaran dilaksanakan selama 5 kali pertemuan dengan alokasi 2 jam pelajaran pada setiap pertemuan baik untuk kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Proses pembelajaran pada kedua kelas dilakukan oleh peneliti dengan materi persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel. Selama proses pembelajaran, peneliti menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) baik pada saat pembelajaran di kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Secara keseluruhan pembelajaran berlangsung sesuai dengan RPP yang telah disusun.

(2)

56

Proses pembelajaran di kelas kontrol menggunakan pembelajaran Scientific Method mengikuti panduan kurikulum 2013 revisi tahun 2016 yang telah diterapkan sekolah. Proses pembelajaran meliputi, pengenalan materi yang dipelajari disampaikan melalui apersepsi, pembagian lembar kerja siswa, pengerjaan lembar kerja siswa secara berkelompok dengan pendampingan guru, dalam mengerjakan LKS siswa diarahkan untuk mengamati dan menganalisis permasalahan, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan informasi, mengolah informasi yang diperoleh untuk menemukan solusi permasalahan, dan mempresentasikan hasil pengamatan dan analisisnya di depan kelas, serta menyimpulkan hasil pembelajaran pada hari tersebut. Hasil keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan di kelas kontrol rata-rata mencapai persentase sebesar 91,18% dengan kriteria sangat baik . Rincian persentase keterlaksanaan pada pertemuan pertama sebesar 90,48% , keterlaksanaan pada pertemuan kedua sebesar 85,71%, keterlaksanaan pada pertemuan ketiga sebesar 100% , keterlaksanaan pada pertemuan keempat sebesar 95,24%. Siswa pada kelas kontrol memiliki antusiasme yang cukup tinggi dalam proses pembelajaran. Meskipun demikian terdapat beberapa siswa yang kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran dengan melakukan kegiatan lain seperti mengobrol, berjalan dan berpindah-pindah tempat saat seharusnya mereka berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing, dan melakukan kegiatan lainnya yang dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa lain.

Proses pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Problem-Based Learning. Proses pembelajaran memiliki beberapa tahapan yaitu

(3)

57

(1) orientasi masalah, penjelasan tujuan pembelajaran yang akan dicapai serta konsep dan materi apa yang akan dipelajari (2) pembentukan kelompok dan pembagian LKS (3) organisasi penelitian siswa (4) investigasi siswa (5) pengembangan artefak dan exhibit (6) presentasi artefak dan exhibit (7) analisis dan evaluasi. Hasil keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan di kelas eksperimen rata-rata mencapai persentase sebesar 89,71% dengan kriteria baik . Rincian persentase keterlaksanaan pada pertemuan pertama sebesar 94,12% , keterlaksanaan pada pertemuan kedua sebesar 82,35% , keterlaksanaan pada pertemuan ketiga sebesar 94,12% , keterlaksanaan pada pertemuan keempat sebesar 88,24% Siswa pada kelas eksperimen memiliki antusiasme yang cukup tinggi dalam proses pembelajaran. Meskipun demikian terdapat beberapa siswa yang kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran dengan melakukan kegiatan lain seperti mengobrol, berjalan dan berpindah-pindah tempat saat seharusnya mereka berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing, dan melakukan kegiatan lainnya yang dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa lain.

2. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran umum pencapaian siswa mengenai data yang diperoleh, yaitu pencapaian prestasi belajar dan kemampuan berpikir krtis siswa.

a. Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa diukur menggunakan instrumen tes yang berupa soal pretest dan posttest yang masing – masing berjumlah lima butir soal uraian. Soal pretest diberikan pada awal penelitian sebelum siswa diberikan perlakuan,

(4)

58

sedangkan soal posttest diberikan pada akhir penelitian setelah siswa diberikan perlakuan. Berikut merupakan tabel data nilai pretest dan posttest siswa:

Tabel 7. Data Nilai Pretest dan Posttest Prestasi Belajar Siswa

Dari tabel di atas diketahui bahwa rata-rata nilai pretest pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata nilai pretest kelas kontrol, selain itu rata-rata nilai posttest pada kelas eksperimen juga lebih tinggi daripada rata-rata nilai posttest pada kelas kontrol. Selain itu dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa rata-rata nilai siswa pada kedua kelas mengalami peningkatan, namun kelas eksperimen mengalami peningkatan rata-rata nilai yang cenderung lebih tinggi dibandingkan peningkatan rata-rata pada nilai kelas kontrol. Kelas eksperimen mengalami peningkatan rata-rata nilai sebesar 43.21789 sedangkan kelas kontrol mengalami peningkatan nilai rata-rata sebesar 21.89076. Bentuk diagram batang rata-rata nilai pretest dan posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen :

Data Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Pre-Test Post-Test Kenaikan Pre-Test Post-Test Kenaikan Banyak Siswa 34 34 0 33 33 0 Nilai Terendah 21.42857 30 8.571429 20 40 20 Nilai Tertinggi 82.85714 95.71429 12.85714 74.44444 100 25.55556 Rata–Rata 46.72269 68.61345 21.89076 37.17172 80.38961 43.21789 Varians 241.2529 538.8355 180.4854 288.4276

(5)

59

Gambar 3. Diagram Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa selisih rata-rata nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak terlalu besar. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Diagram di atas juga menunjukkan bahwa terdapat tingkat kenaikan nilai rata-rata yang signifikan terjadi pada kedua kelas, namun kelas eksperimen mengalami tingkat kenaikan nilai rata-rata yang jauh lebih tinggi dibandingkan kenaikan nilai rata-rata pada kelas kontrol. Persentase kenaikan tingkat prestasi belajar siswa juga dapat disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 8. Persentase Klasifikasi Tingkat Prestasi Belajar Siswa

Klasifikasi Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Pre-Test Post-Test Pre-Test Post-Test

Tuntas 14.71% 52.94% 3.03% 84.85%

Belum Tuntas 85.29% 47.06% 96.97% 15.15% Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan dalam persentase klasifikasi ketuntasan pada nilai posttest kelas kontrol dan kelas

0 10 20 30 40 50 60 70 80

(6)

60

eksperimen. Meskipun demikian, baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen sama-sama mengalami peningkatan persentase ketuntasan yang cukup signifikan. Jumlah siswa pada kelas kontrol yang memiliki klasifikasi tuntas pada nilai pretest nya berjumlah 5 siswa, dan 18 siswa pada nilai posttest. Jumlah siswa pada kelas eksperimen yang memiliki klasifikasi tuntas pada nilai pretest nya berjumlah 1 siswa, dan 28 siswa pada nilai posttest.

b. Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan Berpikir Kritis siswa diukur menggunakan instrumen tes yang sama yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa yang berupa soal pretest dan posttest yang maisng – masing berjumlah lima butir soal uraian. Soal pretest diberikan pada awal penelitian sebelum siswa diberikan perlakuan, sedangkan soal posttest diberikan pada akhir penelitian setelah siswa diberikan perlakuan. Berikut merupakan tabel data nilai pretest dan posttest siswa:

Tabel 9. Data Nilai Pretest dan Posttest

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Data

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Pre-Test Post-Test Kenaikan Pre-Test Post-Test Kenaikan Banyak Siswa 34 34 0 33 33 0 Nilai Terendah 14,44 22,22 7.78 10 23,33 13,33 Nilai Tertinggi 76,67 94,44 17.78 92,22 100 7,78 Rata - Rata 36,63 60,03 23,40 35,83 71,99 36,16 Varians 294,0131 753,3472 537,12 518,11

(7)

61

Dari tabel di atas diketahui bahwa rata-rata nilai pretest pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata nilai pretest kelas kontrol, selain itu rata-rata nilai posttest pada kelas eksperimen juga lebih tinggi daripada rata-rata nilai posttest pada kelas kontrol. Selain itu dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa rata-rata nilai siswa pada kedua kelas mengalami peningkatan, namun kelas eksperimen mengalami peningkatan rata-rata nilai yang cenderung lebih tinggi dibandingkan peningkatan rata-rata pada nilai kelas kontrol. Kelas eksperimen mengalami peningkatan rata-rata nilai sebesar 36,16 sedangkan kelas kontrol mengalami peningkatan nilai rata-rata sebesar 23,40.

Jika dilihat dari persentase masing-masing aspek berpikir kritis siswa, peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 10. Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Aspek

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Pre-Test Post-Test Kenaikan Pre-Test Post-Test Kenaikan Memberikan Argumen 45,06% 71,24% 26,18% 44,12% 76,85% 32,73% Melakukan Deduksi 45,06% 71,24% 26,18% 44,12% 76,85% 32,73% Melakukan Induksi 38,32% 56,68% 18,36% 39,70% 67,53% 27,83% Melakukan Evaluasi 45,06% 71,24% 26,18% 44,12% 76,85% 32,73% Memutuskan dan Melaksanakan 36,63% 60,03% 23,40% 35,83% 71,99% 36,16% Berdasarkan tabel di atas, persentase rata-rata tiap aspek berpikir kritis pada kedua kelas mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Peningkatan persentase

(8)

62

masing-masing aspek berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen cenderung lebih tinggi daripada peningkatan persentase masing-masing aspek berpikir kritis siswa pada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen, peningkatan persentase masing-masing aspek kemampuan berpikir kritis siswa tertinggi terletak pada aspek memutuskan dan melaksanakan dengan kenaikan sebesar 36,16%, sedangkan peningkatan persentase masing-masing aspek kemampuan berpikir kritis siswa tertinggi pada kelas kontrol terletak pada aspek memberikan argumen, melakukan deduksi, dan melakukan evaluasi dengan kenaikan sebesar 26,18%. Persentase tersebut dapat disajikan dalam bentuk diagram batang seperti gambar di bawah ini:

Gambar 4. Diagram Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Seperti yang disajikan pada diagram batang di atas dapat dilihat persentase aspek berpikir kritis siswa pada kedua kelas dalam pre-test tidak memiliki perbedaan yang mencolok, hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen memiliki kemampuan berpikir kritis awal yang setara.

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00%

Pre-Test Post-Test Pre-Test Post-Test Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Memberikan Argumen Melakukan Deduksi Melakukan Induksi Melakukan Evaluasi Memutuskan dan Melaksanakan

(9)

63

Namun setelah dilakukannya perlakuan terhadap masing-masing kelas, terdapat peningkatan pada setiap aspek kemampuan berpikir kritis yang signifikan terjadi pada kedua kelas, hal ini dibuktikan dengan persentase aspek berpikir kritis post-test kedua kelas yang jauh lebih tinggi dibandingkan persentase pre-post-testnya. Ditunjukkan pula pada diagram batang di atas bahwa kelas ekperimen mengalami kenaikan yang lebih tinggi pada semua aspek kemampuan berpikir kritis dibandingkan kelas kontrol.

3. Analisis Statistik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data yang diperoleh berasal dari populasi sampel yang berdistribusi normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan sebanyak dua kali, uji normalitas data kemampuan berpikir kritis matematis dan uji normalitas data prestasi belajar siswa. Uji normalitas kemampuan berpikir kritis matematis dihitung secara univariat dengan variabel nilai pretest / posttest siswa. Uji normalitas dilakukan menggunakan SPSS dengan uji Komolgorov-Smirnov dengan kriteria pengujian : (1) jika signifikansi > 0,05 maka data normal (2) jika signifikansi < 0,05 maka data tidak normal.

Hasil uji normalitas nilai kemampuan berpikir kritis matematis disajikan pada tabel berikut:.

(10)

64

Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

preA postA preE Posted

N 33 33 34 34

Normal Parametersa

Mean 35.8249 71.9865 36.6340 60.0327

Std. Deviation 2.31758E12.27621E11.71468E12.74472E1 Most Extreme Differences Absolute .147 .135 .111 .214 Positive .147 .109 .111 .142 Negative -.133 -.135 -.098 -.214 Kolmogorov-Smirnov Z .842 .774 .650 1.247

Asymp. Sig. (2-tailed) .477 .587 .792 .089

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai signifikan untuk nilai pretest pada kelas kontrol adalah 0,792, nilai tersebut lebih dari 0,05 yang artinya berdasarkan kriteria pengujian uji normalitas menunjukkan bahwa data yang digunakan berdistribusi normal. Nilai signifikan untuk nilai pretest pada kelas eksperimen adalah 0,477, nilai tersebut lebih dari 0,05 yang artinya berdasarkan kriteria pengujian uji normalitas menunjukkan bahwa data yang digunakan berdistribusi normal . Nilai signifikan untuk nilai posttest pada kelas kontrol adalah 0,089, nilai tersebut lebih dari 0,05 yang artinya berdasarkan kriteria pengujian uji normalitas menunjukkan bahwa data yang digunakan berdistribusi normal. Nilai signifikan untuk nilai posttest pada kelas eksperimen adalah 0,587, nilai tersebut lebih dari 0,05 yang artinya berdasarkan kriteria pengujian uji normalitas menunjukkan bahwa data yang digunakan berdistribusi normal.

Uji normalitas prestasi belajar siswa dihitung secara univariat dengan variabel nilai pretest / posttest siswa. Uji normalitas dilakukan menggunakan SPSS dengan

(11)

65

uji Komolgorov-Smirnov dengan kriteria pengujian : (1) jika signifikansi > 0,05 maka data normal (2) jika signifikansi < 0,05 maka data tidak normal. Hasil uji normalitas nilai kemampuan berpikir kritis matematis disajikan pada tabel berikut:.

Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

preA postA preE posted

N 33 33 34 34

Normal Parametersa

Mean 37.1717 80.3896 46.7227 68.6134

Std. Deviation 1.34345E1 1.69832E1 1.55323E1 2.32128E1 Most Extreme Differences Absolute .159 .132 .114 .220 Positive .159 .124 .114 .163 Negative -.103 -.132 -.071 -.220 Kolmogorov-Smirnov Z .913 .759 .663 1.280

Asymp. Sig. (2-tailed) .376 .611 .772 .075

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai signifikan untuk nilai pretest pada kelas kontrol adalah 0,772, nilai tersebut lebih dari 0,05 yang artinya berdasarkan kriteria pengujian uji normalitas menunjukkan bahwa data yang digunakan berdistribusi normal. Nilai signifikan untuk nilai pretest pada kelas eksperimen adalah 0,376, nilai tersebut lebih dari 0,05 yang artinya berdasarkan kriteria pengujian uji normalitas menunjukkan bahwa data yang digunakan berdistribusi normal . Nilai signifikan untuk nilai posttest pada kelas kontrol adalah 0,075, nilai tersebut lebih dari 0,05 yang artinya berdasarkan kriteria pengujian uji normalitas menunjukkan bahwa data yang digunakan berdistribusi normal. Nilai signifikan untuk nilai posttest pada kelas eksperimen adalah 0,611, nilai tersebut lebih dari

(12)

66

0,05 yang artinya berdasarkan kriteria pengujian uji normalitas menunjukkan bahwa data yang digunakan berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilaksanakan untuk dapat mengetahui apakah data yang diperoleh matriks varians-kovarians yang homogen. Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan dua kali yaitu uji homogenitas nilai pretest serta uji homogenitas nilai posttest. Uji homogenitas dihitung dengan variabel berupa nilai pretest / posttest.

Uji homogenitas pertama dihitung menggunakan Levene’s Test dengan bantuan SPSS dan melibatkan nilai pretest kemampuan berpikir kritis siswa sebagai variabelnya. Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05. Hasil perhitungan uji homogenitas nilai pretest kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 13. Hasil Uji Homogenitas nilai pretest

Kemampuan Berpikir Kritis

Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable:pre

F df1 df2 Sig.

3.886 1 65 .053

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + FAKTOR

Hasil uji homogenitas pada tabel di atas menunjukkan bahwa didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,123. Berdasarkan kriteria pengujian, nilai signifikansi = 0,053 > α menunjukkan bahwa H0 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa data

(13)

67

nilai pretest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang homogen.

Uji homogenitas kedua juga dihitung menggunakan Levene’s Test dengan bantuan SPSS dan melibatkan nilai posttest kemampuan berpikir kritis siswa sebagai variabelnya. Taraf signifikansi yang digunakan sama dengan yang digunakan pada uji homogenitas yang pertama yaitu α = 0,05. Hasil perhitungan uji homogenitas nilai posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 14. Hasil Uji Homogenitas nilai posttest

Kemampuan Berpikir Kritis

Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable:post

F df1 df2 Sig.

6.331 1 65 .014

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + FAKTOR

Hasil uji homogenitas pada tabel di atas menunjukkan bahwa didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,014. Berdasarkan kriteria pengujian, nilai signifikansi = 0,007 < α menunjukkan bahwa H0 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa data nilai posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang tidak sama, atau disebut juga varians yang heterogen. Hal ini disebabkan karena adanya penyebaran sampel yang kurang baik.

Uji homogenitas ketiga dihitung menggunakan Levene’s Test dengan bantuan SPSS dan melibatkan nilai pretest prestasi belajar siswa sebagai variabelnya. Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05. Hasil perhitungan uji

(14)

68

homogenitas nilai pretest prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 15. Hasil Uji Homogenitas nilai pretest

Prestasi Belajar Siswa

Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable:pre

F df1 df2 Sig.

.650 1 65 .423

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + FAKTOR

Hasil uji homogenitas pada tabel di atas menunjukkan bahwa didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,423. Berdasarkan kriteria pengujian, nilai signifikansi = 0,053 > α menunjukkan bahwa H0 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa data nilai pretest prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang homogen.

Uji homogenitas kedua juga dihitung menggunakan Levene’s Test dengan bantuan SPSS dan melibatkan nilai posttest prestasi belajar siswa sebagai variabelnya. Taraf signifikansi yang digunakan sama dengan yang digunakan pada uji homogenitas yang pertama yaitu α = 0,05. Hasil perhitungan uji homogenitas nilai posttest prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam tabel di bawah ini.

(15)

69

Tabel 16. Hasil Uji Homogenitas nilai posttest

Prestasi Belajar Siswa

Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable:post

F df1 df2 Sig.

11.879 1 65 .001

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + FAKTOR

Hasil uji homogenitas pada tabel di atas menunjukkan bahwa didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,014. Berdasarkan kriteria pengujian, nilai signifikansi = 0,007 < α menunjukkan bahwa H0 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa data nilai posttest prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang tidak sama, atau disebut juga varians yang heterogen. Hal ini disebabkan karena adanya penyebaran sampel yang kurang baik.

c. Uji Kesamaan Kemampuan Awal

Uji kesamaan kemampuan awal dilakukan setelah asumsi normal dan homogenitas data terpenuhi. Uji ini dilakukan untuk dapat mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata kemampuan awal berpikir kritis dan prestasi belajar antara siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji kesamaan kemampuan awal pertama menguji apakah ada perbedaan rata-rata kemampuan awal berpikir kritis matematis dilakukan menggunakan uji t 2 arah (2-tailed) yang dibantu oleh SPSS dengan taraf signifikansi α = 0,05. Rumusan hipotesis uji kesamaan rata-rata sebagai berikut.

H0 : (Tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal berpikir kritis matematis siswa antara kelas kontrol dan

(16)

70

kelas eksperimen ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis dan prestasi belajar siswa)

H0 : (Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal berpikir kritis matematis siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis dan prestasi belajar siswa)

Kriteria keputusan yang digunakan adalah H0 diterima apabila nilai signifikansi > α = 0,05. Hasil output SPSS untuk uji kesamaan rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis matematis siswa disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 17. Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Nilai Pretest

Kemampuan Berpikir Kritis

Independent Samples Test Levene's

Test for Equality

of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed ) Mean Differenc e Std. Error Differenc e 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper pr e Equal variance s assumed 3.88 6 .05 3 -.16 3 65 .871 -.80907 4.97028 -10.7354 1 9.1172 7 Equal variance s not assumed -.16 2 58.91 1 .872 -.80907 4.99236 -10.7990 9 9.1809 4

(17)

71

Hasil uji kesamaan kemampuan awal di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang dihasilkan adalah sebesar 0,162. Hasil t menunjukkan 0,162 > α = 0,05, hal tersebut menunjukkan bahwa H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal antara kelas kontrol dan kelas eksperimen ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis.

Uji kesamaan kemampuan awal dilakukan setelah asumsi normal dan homogenitas data terpenuhi. Uji ini dilakukan untuk dapat mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata kemampuan awal berpikir kritis dan prestasi belajar antara siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji kesamaan kemampuan awal kedua menguji apakah ada perbedaan rata-rata kemampuan awal prestasi belajar dilakukan menggunakan uji t 2 arah (2-tailed) yang dibantu oleh SPSS dengan taraf signifikansi α = 0,05. Rumusan hipotesis uji kesamaan rata-rata sebagai berikut.

H0 : (Tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal prestasi belajar siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen)

H0 : (Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal prestasi belajar siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen) Kriteria keputusan yang digunakan adalah H0 diterima apabila nilai signifikansi > α = 0,05. Hasil output SPSS untuk uji kesamaan rata-rata nilai kemampuan prestasi belajar siswa disajikan dalam tabel berikut.

(18)

72

Tabel 18. Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Nilai Pretest

Prestasi Belajar

Independent Samples Test Levene's

Test for Equality

of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed ) Mean Differenc e Std. Error Differenc e 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper pos t Equal variance s assume d 6.33 1 .01 4 1.93 7 65 .057 11.95385 6.17014 -.3687 6 24.2764 6 Equal variance s not assume d 1.94 3 63.47 1 .056 11.95385 6.15286 -.3398 7 24.2475 8

Hasil uji kesamaan kemampuan awal di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang dihasilkan adalah sebesar 0,162. Hasil t menunjukkan 1,943 > α = 0,05, hal tersebut menunjukkan bahwa H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal antara kelas kontrol dan kelas eksperimen ditinjau dari prestasi belajar siswa. Berdasarkan dua uji yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal siswa ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis dan prestasi belajar siswa.

(19)

73

d. Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji asumsi analisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas, maka untuk menjawab rumusan masalah dilanjutkan dengan uji hipotesis.

(1) Uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah yang pertama

Rumusan masalah yang pertama yaitu apakah model pembelajaran Problem-Based Learning efektif digunakan dalam pembelajaran matematika apabila ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis dan prestasi belajar siswa SMP. Uji pertama digunakan untuk menguji apakah model pembelajaran Problem-Based Learning efektif digunakan dalam pembelajaran matematika apabila ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis. Hipotesis ini diuji secara statistik menggunakan hipotesis dengan kriteria sebagai berikut.

H0 : μ ≤ 60 (model pembelajaran Problem-Based Learning tidak efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis siswa)

H1 : μ ≥ 60 (model pembelajaran Problem-Based Learning efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis siswa) Pengujian hipotesis ini dilakukan menggunakan uji-t dengan taraf signifikansi α = 0,05 dengan kriteria keputusan H0 ditolak jika thitung > ttabel , yaitu thitung > 2,035. Pengujian hipotesis dibantu oleh SPSS dengan hasil sebagai berikut.

(20)

74

Tabel 19. Hasil Uji Hipotesis Kemampuan Berpikir Kritis

Problem Based Learning One-Sample Test Test Value = 60 t df Sig. (2-tailed) Mean Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper postA 3.025 32 .005 11.98653 3.9154 20.0576

Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut, dapat diketahui bahwa hasil yang diperoleh dari perhitungan menggunakan bantuan SPSS, yaitu thitung = 3,025. Berdasarkan kriteria pengujian, dapat diketahui bahwa H0 ditolak karena diperoleh hasil thitung = 3,025 > 2,035. Karena ditolaknya H0 maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem-Based Learning efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis siswa.

Uji kedua digunakan untuk menguji apakah model pembelajaran Problem-Based Learning efektif digunakan dalam pembelajaran matematika apabila ditinjau dari prestasi belajar siswa SMP. Hipotesis ini diuji secara statistik menggunakan hipotesis dengan kriteria sebagai berikut.

H0 : μ ≤ 70 (model pembelajaran Problem-Based Learning tidak efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa SMP)

H1 : μ ≥ 70 (model pembelajaran Problem-Based Learning efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa SMP)

Pengujian hipotesis ini dilakukan menggunakan uji-t dengan taraf signifikansi α = 0,05 dengan kriteria keputusan H0 ditolak jika thitung > ttabel , yaitu thitung > 2,035. Pengujian hipotesis dibantu oleh SPSS dengan hasil sebagai berikut.

(21)

75

Tabel 20. Hasil Uji Hipotesis Prestasi Belajar

Problem Based Learning One-Sample Test Test Value = 70 t df Sig. (2-tailed) Mean Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper postA 3.514 32 .001 10.38961 4.3676 16.4116

Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut, dapat diketahui bahwa hasil yang diperoleh dari perhitungan menggunakan bantuan SPSS yaitu thitung = 3,514. Berdasarkan kriteria pengujian, dapat diketahui bahwa H0 ditolak karena diperoleh hasil thitung = 3,514 > 2,035. Karena ditolaknya H0 maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem-Based Learning efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa SMP. Dari dua uji tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem-Based Learning efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis dan prestasi belajar siswa SMP.

(2) Uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah yang kedua

Rumusan masalah yang kedua yaitu apakah model pembelajaran Scientific Method efektif digunakan dalam pembelajaran matematika apabila ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis dan prestasi belajar siswa SMP. Uji pertama digunakan untuk menguji apakah model pembelajaran Scientific Method efektif digunakan dalam pembelajaran matematika apabila ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis. Hipotesis ini diuji secara statistik menggunakan hipotesis dengan kriteria sebagai berikut.

(22)

76

H0 : μ ≤ 60 (model pembelajaran Scientific Method tidak efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis siswa) H1 : μ ≥ 60 (model pembelajaran Scientific Method efektif ditinjau

dari kemampuan berpikir kritis matematis siswa)

Pengujian hipotesis ini dilakukan menggunakan uji-t dengan taraf signifikansi α = 0,05 dengan kriteria keputusan H0 ditolak jika thitung > ttabel , yaitu thitung > 2,032. Pengujian hipotesis dibantu oleh SPSS dengan hasil sebagai berikut.

Tabel 21. Hasil Uji Hipotesis Kemampuan Brpikir Kritis

Scientific Method One-Sample Test Test Value = 60 t df Sig. (2-tailed) Mean Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper postE .007 33 .995 .03268 -9.5441 9.6095

Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut, dapat diketahui bahwa hasil yang diperoleh dari perhitungan menggunakan bantuan SPSS, yaitu thitung = 0,007. Berdasarkan kriteria pengujian, dapat diketahui bahwa H0 ditolak karena diperoleh hasil thitung = 0,007 < 2,032. Karena diterimanya H0 maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Scientific Method tidak efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis siswa.

Uji kedua digunakan untuk menguji apakah model pembelajaran Scientific Method efektif digunakan dalam pembelajaran matematika apabila ditinjau dari prestasi belajar siswa SMP. Hipotesis ini diuji secara statistik menggunakan hipotesis dengan kriteria sebagai berikut.

(23)

77

H0 : μ ≤ 70 (model pembelajaran Scientific Method tidak efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa SMP)

H1 : μ ≥ 70 (model pembelajaran Scientific Method efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa SMP)

Pengujian hipotesis ini dilakukan menggunakan uji-t dengan taraf signifikansi α = 0,05 dengan kriteria keputusan H0 ditolak jika thitung > ttabel , yaitu thitung > 2,032. Pengujian hipotesis dibantu oleh SPSS dengan hasil sebagai berikut.

Tabel 22. Hasil Uji Hipotesis Prestasi Belajar

Scientific Method One-Sample Test Test Value = 70 t df Sig. (2-tailed) Mean Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper postE -.348 33 .730 -1.38656 -9.4859 6.7128

Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut, dapat diketahui bahwa hasil yang diperoleh dari perhitungan menggunakan bantuan SPSS yaitu thitung = -0,348. Berdasarkan kriteria pengujian, dapat diketahui bahwa H0 ditolak karena diperoleh hasil thitung = -0,348 < 2,032. Karena diterimanya H0 maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Scientific Method tidak efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa SMP. Dari dua uji tersebut dapat disimpulkan bahwa uji hipotesis kedua ditolak dan model pembelajaran Scientific Method tidak efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis dan prestasi belajar siswa SMP. (3) Uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga

Rumusan masalah yang ketiga yaitu apakah model pembelajaran Problem-Based Learning lebih efektif digunakan dalam pembelajaran matematika

(24)

78

dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan Scientific Method apabila ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis dan prestasi belajar siswa SMP. Pada bab sebelumnya telah dinyatakan bahwa pengujian hipotesis ketiga akan dilakukan jika H0 uji hipotesis pertama dan kedua diterima. Pada uji hipotesis pertama H0 diterima dan disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem-Based Learning efektif digunakan dalam pembelajaran matematika apabila ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis dan prestasi belajar siswa SMP. Sedangkan pada uji hipotesis kedua H0 ditolak. Maka tidak dapat dilakukan pengujian hipotesis ketiga secara statistik dan tidak dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem-Based Learning lebih efektif digunakan dalam pembelajaran matematika dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan Scientific Method apabila ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis dan prestasi belajar siswa SMP.

Setelah dilakukan uji hipotesis, dapat disimpulkan bahwa:

1. Model pembelajaran Problem-Based Learning efektif digunakan dalam pembelajaran matematika apabila ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis dan prestasi belajar siswa SMP.

2. Scientific Method tidak efektif digunakan dalam pembelajaran matematika apabila ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis dan prestasi belajar siswa SMP.

3. Tidak dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem-Based Learning lebih efektif digunakan dalam pembelajaran matematika dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan Scientific Method apabila

(25)

79

ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis dan prestasi belajar siswa SMP.

B.

Pembahasan

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai keefektifan model pembelajaran Problem-Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis matematis dan prestasi belajar siswa SMP. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 12 Yogyakarta pada kelas 7A sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas yang menerapkan model pembelajaran Problem-Based Learning dan kelas 7E sebagai kelas kontrol, yaitu kelas yang menerapkan pembelajaran Scientific Method. penelitian ini dilakukan dalam 6 kali pertemuan dengan rincian satu kali pretest yaitu tes yang dilakukan sebelum dilakukannya perlakuan, empat kali pemberian materi yang berupa persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, dan satu kali posttest yaitu tes yang dilakukan setelah dilakukannya perlakuan.

Analisis uji normalitas yang telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa seluruh data yang diperoleh dalam penelitian ini normal. Uji homogenitas menunjukkan bahwa hasil pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki matriks varian-kovarian yang homogen sedangkan hasil posttest nya heterogen. Uji kesamaan kemampuan awal menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama. Penelitian ini memiliki tiga rumusan masalah, (1) keefektifan model pembelajaran Problem-Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis matematis dan prestasi belajar siswa SMP (2) keefektifan model pembelajaran Scientific Method

(26)

80

terhadap kemampuan berpikir kritis matematis dan prestasi belajar siswa SMP (3) model pembelajaran Problem-Based Learning lebih efektif dibandingkan pembelajaran dengan Scientific Method ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis dan prestasi belajar siswa SMP.

1. Keefektifan Model Pembelajaran Problem-Based Learning

Berdasarkan hasil uji hipotesis pada taraf signifikansi 0,05 yang telah dibahas sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa model Problem-Based Learning efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis dan prestasi belajar siswa. Keefektifan model pembelajaran Problem-Based Learning dikarenakan adanya tahapan-tahapan dalam pembelajaran yaitu :

1. Orientasi masalah

Tahapan pertama ini adalah tahap dimana guru menjelaskan apa yang akan dipelajari oleh siswa pada hari tersebut. Pada proses pembelajaran siswa akan membentuk pengetahuan mereka sendiri lewat permasalahan-permasalahan yang mereka pecahkan secara berkelompok, dengan adanya orientasi masalah siswa akan lebih mudah untuk menemukan arah kemana mereka harus membangun pengetahuannya karena siswa telah mengetahui tujuan yang akan mereka capai pada pembelajaran tersebut.

2. Organisasi penelitian siswa

Dalam tahapan kedua ini siswa menganalisis dan memahami masalah yang diberikan secara berkelompok. Siswa bekerjasama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas – tugas dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir (Nurhadi, 2003: 55). Sebelum

(27)

81

mencari solusi, Problem-Based Learning mengharuskan siswa untuk dapat memahami permasalahan secara mendalam sebelum mencari solusinya, solusi apa yang diharapkan dalam permasalahan tersebut, informasi apa yang telah diketahui dari permasalahan dan hal-hal apa yang perlu untuk ditemukan untuk menemukan solusi. Hal ini mengajarkan siswa untuk bekerja lebih cepat, cermat, dan teliti. Dalam Problem-Based Learning siswa diharuskan bekerja secara berkelompok. Mendorong siswa untuk bekerja secara kelompok tidak hanya membantu siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim dan lebih memahami materi dengan adanya pertukaran pikiran antar siswa, tetapi juga juga membantu mereka mengembangkan kemampuan dalam menyampaikan gagasan dan argumen yang disertai alasan-alasan dan pembuktian yang logis.

3. Investigasi siswa

Pada tahap ketiga siswa mengeksplorasi cara-cara serta melakukan berbagai eksperimen untuk menemukan solusi permasalahan. Dengan tidak memberikan konsep dan jawaban benar secara langsung siswa dituntut untuk mencoba berbagai macam konsep yang mereka temukan dalam tahapan sebelumnya. Proses trial and error ini melatih siswa untuk memahami materi lebih dalam dengan mendorong mereka untuk mengeksplorasi berbagai metode penyelesaian yang membuat mereka mengeksplorasi lebih dalam tentang materi tersebut, serta melatih sikap pantang menyerah dalam menghadapi masalah. Tahap ini merupakan tahapan pokok yang ada di dalam model pembelajaran Problem-Based Learning yang merupakan model pembelajaran yang menerapkan paham konstruktivisme dan dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran

(28)

82

yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah (Wina Sanjaya, 2006:214)

4. Pengembangan artefak dan ekshibit

Tahap dimana siswa mempersiapkan media untuk mempresentasikan hasil pekerjaan siswa secara berkelompok.

5. Presentasi artefak dan ekshibit

Adalah tahap dimana siswa mempresentasikan hasil pekerjaan mereka di depan kelas dimana guru mengobservasi dan membimbing jalannya presentasi. Problem-Based Learning melatih kepercayaan diri siswa dengan mendorong mereka untuk tampil dan mempresentasikan ide dan hasil kerja keras mereka di depan siswa lain.

6. Analisis dan evaluasi

Tahap dimana siswa menganalisis hasil pekerjaan kelompok lainnya disertai tanya-jawab yang akan membantu mereka memahami materi lebih dalam dan pada akhir presentasi siswa akan menyimpulkan materi yang mereka pelajari pada hari tersebut. Proses tanya jawab mendorong siswa untuk bersikap kritis dalam menganalisa ide yang ditampilkan sehingga mereka dapat mengemukakan pendapat serta argumen ataupun pertanyaan mengenai ide tersebut. Di sisi lain proses tanya jawab juga meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan mendorong mereka untuk berpikir kritis dalam mempertahankan dan memperkuat ide mereka dari kritik maupun pertanyaan yang mereka terima dalam proses tersebut.

(29)

83

Pada akhirnya seluruh tahapan dan proses yang mereka lalui dalam pembelajaran Problem-Based Learning tidak hanya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan prestasi belajar mereka yang akan bermanfaat bagi akademis siswa, tetapi juga kemampuan sosial dan kemampuan lainnya yang dapat berguna bagi siswa dalam rancah akamedik maupun non-akademik. Keunggulan – keunggulan yang didapat menurut Wina Sanjaya (2006: 220) diantaranya adalah:

a Merupakan teknik yang bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.

b Dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

c Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

d Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

e Dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.

f Memperlihatkan kepada siswa bahwa mata pelajaran matematika pada dasarnya merupakan tentang cara berpikir.

g Dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

h Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis matematis dan mengembangkan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

(30)

84

i Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

j Dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitian terdahulu yang relevan dan telah dikaji yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kasihan Bantul Pada Pembelajaran Matematika Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)” oleh Nurina Happy (2011). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran matematika secara signifikan lebih baik daripada pembelajaran konvensional dalam hal meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa kelas X SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul. Hasil yang sama juga ditunjukkan dalam jurnal penelitian oleh Orhan Akınoğlu dan Ruhan Özkardeş Tandoğan, (2006) yang berjudul The Effects of Problem-Based Active Learning in Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and Concept Learning dimana penelitian tersebut menunjukkan bahwa kelas yang menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning menunjukkan kenaikan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode tradisional.

2. Keefektifan Model Pembelajaran Scientific Method

Berdasarkan hasil uji hipotesis pada taraf signifikansi 0,05 yang telah dibahas sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Scientific Method kurang efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis dan prestasi belajar

(31)

85

siswa. Hasil ini berbeda dengan hasil yang diharapkan yaitu pembelajaran Scientific Method efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis dan prestasi belajar siswa. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian lain dimungkinkan karena kurang kondusifnya pembelajaran pada kelas kontrol. Pembelajaran pada kelas kontrol kurang kondusif karena banyak siswa yang sulit diatur, dan menolak untuk mengikuti pembelajaran dengan tertib. Kurangnya pengalaman peneliti dalam mengatasi ketidaktertiban kelas juga mempengaruhi kondisi kelas. Kondisi demikian sangat mempengaruhi penyampaian dan langkah – langkah pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai dengan baik dan mempengaruhi hasil penelitian.

C.

Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian ini terbatas pada beberapa hal diantaranya sebagai berikut: 1. Manajemen waktu dalam pelaksanaan penelitian belum maksimal,

dikarenakan adanya pertemuan dengan 2 jam pelajaran, ada juga pertemuan dengan 1 jam pelajaran. Sehingga pada beberapa pertemuan siswa dijadwalkan untuk melakukan presentasi pada pertemuan berikutnya dan mengakibatkan adanya beberapa beberapa pelaksanaan pembelajaran yang melebihi batas waktu yang ditentukan.

2. Kemampuan kontrol kelas yang belum maksimal oleh peneliti sehingga kondisi kelas pada proses pembelajaran cenderung kurang kondusif.

Gambar

Tabel 7. Data Nilai Pretest dan Posttest Prestasi Belajar Siswa
Gambar 3. Diagram Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Kelas  Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 9. Data Nilai Pretest dan Posttest   Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Tabel 10. Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Siswa  Aspek
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil multivariat regresi logistik pada penelitian ini menunjukkan bahwa suhu tubuh &gt; 37,2°C saat masuk rumah sakit secara independen berpengaruh paling

Sertifikat Akreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN) Nomor : LPPHPL-013-IDN tanggal 1 September 2009 yang diberikan kepada PT EQUALITY Indonesia sebagai Lembaga

NAMA-NAMA KETUA RUKUN TETANGGA (RT) DALAM KECAMATAN JAMBI SELATAN KOTA JAMBI TAHUN

Kepentingan tata dunia dengan adanya jaminan pemeliharaan terhadap sistem politik dan ekonomi internasional dimana suatu negara dapat merasakan keamanan sehingga

Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, tidak ada liabilitas Perusahaan yang diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari temuan penelitian tentang manajemen program unggulan pondok pesantren, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: (1) perencanaan

Pada tahap ini, dilakukan perancangan terhadap skenario pengujian yang akan digunakan untuk menganalisis performansi dari sistem pemantauan peternakan ayam

Video klip yang memilki perbedaan tema namun menggambarkan perempuan yang berada bersama laki-laki dalam ruang publik, bekerja sama dalam sebuah profesi yang sama