NILAI EKONOMIS PENGGEMUKAN DOMBA EKOR TIPIS
YANG DIBERI PAKAN DASAR JERAMI PADI FERMENTASI
(Economic Value of Thin Tail Sheep on Fermented Rice Straw)
I-G.M. BUDIARSANA, BUDI HARYANTO dan SRI NASTITI JARMANIBalai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor ABSTRACT
The utilization of rice straw which is a waste product of rice field as a relatively cheap and easy to find is the best strategic to repress the cost of feed in livestock farming. The other advantages in utilization of rice straw were decrease of environmental damaged. The objective these assessments were; a) to study of rice straw as an animal feed, b) to obtain an economic feed ration. Experimental design was CRD, with 3 treatments T1, T2 and T3 and 10 replications, fed concentrate base on body weight respectively as level as 1, 2 and 3%. The animals used were 30 heads of thin tail sheep, 9–12 months of age, on body weight between 16–22 kg. The results showsed that (T3) gave highest ADG followed by (T2) respectively 87 vs 68g/d, different statistically (P>0.01) to 25g/d (T1). The conclusion of this assessment was feeding 3% of concentrate is the most economic.
Key Words: Thin Tail Sheep, Rice Straw, Economic
ABSTRAK
Upaya menekan biaya pakan dapat dilakukan melalui penggunaan produk limbah yang mudah diperoleh dan murah harganya seperti pemanfaatan jerami padi. Keuntungan pemanfaatan jerami padi yaitu mengurangi kerusakan lingkungan. Tujuan dari pengamatan ini yaitu: a) menguji pemanfaatan jerami sebagai pakan ternak, b). memperoleh ransum yang bernilai ekonomis. Rancangan percobaan dengan menggunakan CRD, dengan 3 perlakuan T1, T2 dan T3 dengan 10 ulangan. Konsentrat yang diberikan berdasar bobot hidup yaitu berturut-turut 1, 2 dan 3% dari bobot hidup. Jumlah ternak yang digunakan yaitu 30 ekor domba ekor tipis, umur 9–12 bulan dengan bobot hidup 16–22 kg. Hasil menunjukkan (T3) menghasilkan pertambahan bobot hidup tertinggi diikuti dengan (T2) berturut turut sebesar 87 vs 68g/d, berbeda nyata (P>0,01) dengan 25g/d (T1). Dapat disimpulkan bahwa pemberian 3% konsentrat menghasilkan ransum pakan yang paling ekonomis.
Kata Kunci: Domba Ekor Tipis, Jerami Padi, Ekonomi PENDAHULUAN
Di Indonesia kebutuhan daging untuk konsumsi manusia semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi makanan yang bergizi. Pada saat ini pengembangan peternakan dirasakan menghadapi kendala terutama pada penyediaan pakan. Langkanya sumber pakan pada saat musim kemarau karena kekeringan sehingga
adanya terobosan teknologi yang dapat mengatasi permasalahan tersebut.
Untuk meningkatkan produksi daging maka diperlukan upaya-upaya yang mengarah pada peningkatan produktivitas ternak itu sendiri. Pada kegiatan usaha penggemukan ternak khususnya, maka faktor yang sangat menentukan tingkat produktivitas yaitu efisiensi pemanfaatan pakan dan nilai gizi pakan yang dikonsumsi. Peningkatan nilai kecernaan komponen serat pakan melalui stimulasi aktivitas ensimatis mikroba rumen
peningkatan nilai cerna serat sekitar 8% diatas kontrolapabila ditambahkan probiotik di dalam media inkubasi in vitro. Peningkatan produksi enzim diduga dapat dilakukan melalui penambahan populasi mikroba dalam rumen.
Probiotik merupakan bahan yang mengandung mikroba rumen dan mikroba pemecah serat. Menurut definisi FULLER
(1989) probiotik adalah pakan aditif dalam bentuk mikroba hidup yang dapat mempengaruhi keseimbangan mikroba di dalam saluran pencernaan ternak. Balai Penelitian Ternak melalui uji laboratorium telah mampu menghasilkan jenis probiotik yang sekarang dikenal dengan Probion. Probion diharapkan dapat meningkatkan daya cerna pada ternak yang mengkonsumsi pakan dengan kadar serat yang sangat tinggi. Pengamatan pada kambing PE dengan menggunakan jerami padi yang difermentasi dengan Probion menunjukkan bahwa jerami padi dapat menggantikan rumput dalam ransum ternak (SUTAMAet al., 2003). Pemberian jerami
padi sebanyak 70% diikuti 30% konsentrat pada kambing jantan muda memberikan pertumbuhan sebesar 40–60 g/ekor/hari (MARTAWIDJAJA, 2003). Sementara itu
pengamatan pada domba menunjukkan bahwa ternak yang memperoleh pakan berkadar probiotik (Probion) menghasilkan bobot hidup 14–50% lebih tinggi dibandingkan dengan ternak yang mendapat pakan tanpa Probion (HARYANTO, 2003).
Penelitian ini ditujukan untuk menguji kemampuan jerami padi fermentasi sebagai pakan ternak domba.
MATERI DAN METODE
Penelitian ini menggunakan ternak domba jantan muda umur (9-12 bulan), sebanyak 30 ekor dengan rataan bobot hidup 20,5kg (16,2-25 kg) yang dibagi menjadi 3 kelompok (10 ekor/kelompok) berdasar stratifikasi bobot hidup. Ketiga kelompok ternak tersebut kemudian secara random diberikan level konsentrat yang berbeda 1% (T1), 2% (T2) dan 3% (T3) dari bobot hidup. Sebagai pakan sumber serat semua ternak diberikan jerami padi fermentasi yang telah dikeringkan dan diberikan secara ad-lib. Komposisi kimia pakan tertera pada Tabel 1.
Jerami padi difermentasi selama periode waktu 3 minggu dengan menggunakan campuran antara probiotik (probion) dan urea dengan level masing-masing bahan adalah sama yaitu masing-masing 2,5 kg, dicampurkan secara merata dengan 1 ton jerami padi segar. Pemberian pakan konsentrat disesuaikan setiap 2 minggu sekali setelah pelaksanaan penimbangan ternak. Air minum disediakan setiap saat. Feeding trial dilakukan selama 12 minggu dengan 2 minggu masa adaptasi. Parameter yang diamati meliputi pengukuran bobot hidup, konsumsi pakan. Pada analisis ekonomi parameter yang diukur yaitu penerimaan dan biaya-biaya yang dikeluarkan pada proses penggemukan. Parameter harga yang digunakan yaitu harga-harga yang berlaku pada saat pengamatan.
Untuk mengetahui karakteristik karkas (bobot karkas, prosentase karkas, proporsi daging, lemak dan tulang) maka pada akhir Tabel 1. Kadar zat-zat makanan ransum konsentrat
Komposisi Konsentrat Jerami padi fermentasi
Bahan kering (%) 94,17 90,66
Netral deterjen fiber (%) 36,47 65,95
Acid deterjen fiber (%) 19,58 60,14
Abu 10,76 26,46
Calsium 0,73 0,14
Posfor 0,68 0,08
pengamatan sebanyak 6 ekor ternak domba dipotong dari 3 perlakuan (masing-masing 2 ekor setiap perlakuan). Data dianalisa dengan menggunakan analisa varians (SAS, 1988).
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa pada awal penelitian rataan bobot hidup domba berkisar antara 20,5–20,6 kg/ekor. Setelah 12 minggu percobaan ternyata rataan bobot hidup domba masing-masing T1, T2 dan T3 adalah 22,5; 25,9 dan 28,1 kg/ekor. Nilai rataan pertambahan bobot hidup harian domba
(PBHH) selama 12 minggu percobaan masing-masing untuk T1 (25 g), T2 (68 g) dan T3 (87 g). Nilai rataan domba pada T2 dan T3 berbeda nyata (P<0,01) terhadap T1 namun antara T2 dengan T3 tidak berbeda. Dari ketiga kelompok dapat dilihat bahwa pertumbuhan ternak yang mendapat pakan konsentrat lebih tinggi, menghasilkan pertambahan bobot hidup harian yang lebih tinggi. Perkembangan bobot hidup selama 12 minggu pengamatan seperti ditunjukkan pada tertera pada Gambar 1.
Hasil yang dicapai pada penelitian ini setara dengan hasil yang dilaporkan oleh HARYANTO (2002), yaitu 32-92g/ekor/hari.
Namun lebih rendah dari potensi yang dimiliki yaitu 137g/ekor/hari (GATENBY, 1986).
Tabel 2. Pertambahan bobot hidup harian ternak domba dengan pakan jerami padi (Rataan ± STD) Perlakuan Parameter T1 T2 T3 Bobot awal(kg) 20,5 ± 2,7 20,6 ± 2,6 20,7 ± 2,6 Bobot akhir(kg) 22,5 ± 2,7b 25,9 ± 3,6a 28,1 ± 3,4a PBHH (g/ekor/hari) 25 ± 12b 68 ± 17a 87 ± 30a
Nilai dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata (P<0,01)
15 17 19 21 23 25 27 29 31 0 2 4 6 8 10 12 14 Waktu (minggu) B obo t hi dup ( kg ) T3 T2 T1
Konsumsi pakan
Konsumsi bahan kering harian seperti ditunjukkan pada Tabel 3. Terlihat bahwa konsumsi bahan kering harian ransum meningkat seiring dengan peningkatan level pemberian konsentrat. Tingkat konsumsi bahan kering harian tersebut berbeda nyata (P<0.01) untuk masing-masing perlakuan dengan tingkat konsumsi bahan kering harian (T1) 567 g/ekor/ hari, (T2) dan (T3) berturut-turut sebesar 739dan 832 g/ekor/hari. Perkembangan rataan
tingkat konsumsi pakan ketiga kelompok tertera pada Gambar 2.
Dari Tabel 3, juga dapat diketahui bahwa perbedaan konsumsi bahan kering lebih banyak dipengaruhi oleh konsumsi konsentrat dan bukan oleh faktor konsumsi jerami. Hasil penelitian ini juga menggambarkan bahwa ternak membutuhkan waktu untuk menyesuaikan perubahan pakan yang dikonsumsi yaitu dari rumput menjadi jerami. Hal ini diindikasikan dari tingkat pertumbuhan pada 2 minggu pertama yang sangat rendah tertera pada Gambar 1.
Tabel 3. Konsumsi nutrient ternak domba dengan pakan jerami padi
Perlakuan Parameter
T1 T2 T3 Konsumsi bahan kering harian (g/ekor/hari)
Jerami padi fermentasi (JPF) 373 ± 12a 360 ± 10a 261± 28a
Konsentrat 174 ± 23a 379 ± 53b 571± 65c
Total konsumsi bahan kering 567 ± 28a 739 ± 58b 832 ±81c
Konsumsi bahan kering/BH (%) 2,4 2,9 2,9
Konsumsi nutrien (g/ekor/hari)
PK 59,2 ± 6,7a 95,8 ±14,4b 125 8 ± 17,2c
Ca 2,0 ± 0,3a 2,7 ± 0,9b 6.2 ± 0,6c
P 1,7 ± 0,2a 2,9 ± 0,7b 5.7 ± 0,5c
Energi (kkal/ekor/hari) 1955,7± 186a 2871,9 ± 352b 3605,4 ± 349c Nilai dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata (P<0,01)
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 2 4 6 8 10 12 Waktu (minggu) T ing ka t ko ns um si ( g/ eko r/ ha ri ) T3 T2 T1
Konsumsi bahan kering harian ternak domba pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil yang dilaporkan oleh SUTAMA (2003), yaitu konsumsi jerami
padi dalam bentuk bubuk yang dijadikan pakan komplit untuk ternak kambing PE, yaitu mampu mencapai 3,5% BH. Perbedaan hasil yang dicapai kemungkinan dipengaruhi oleh daya tampung rumen, dan jenis pakan yang
diberikan. Jenis jerami yang digunakan sebagai pakan pada penelitian ini yaitu jerami padi fermentasi yang telah dikeringkan dalam bentuk utuh (tanpa melalui proses pencacahan atau proses penggilingan). ENSMINGER dan
PARKER (1986). TILLMAN et al. (1989).
menyatakan bahwa jumlah ransum yang dikonsumsi dipengaruhi oleh kualitas pakan, bobot hidup dan bangsa ternak.
0 100 200 300 400 500 600 700 2 4 6 8 10 12 Waktu (minggu) T ing ka t K ons um si ( g/ ek or /ha ri ) T3 T2 T1
Gambar 3. Penampilan konsumsi konsentrat pada domba selama 12 minggu
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 2 4 6 8 10 12 Waktu (minggu) Ti ng ka t k ons um si ( g/ eko r/ ha ri ) T3 T2 T1
Konsumsi nutrien ternak domba seperti ditunjukkan pada Tabel 3. Konsumsi jenis nutrien berbeda nyata antar kelompok (P<0,01). Tingkat konsumsi nutrien pada penelitian ini sangat ditentukan oleh tingkat pemberian konsentrat. Semakin tinggi pemberian konsentrat, semakin tinggi konsumsi nutrien pakan. Konsumsi crude protein (CP) pada penelitian berkisar 59–125g/ ekor/hari lebih rendah dari 158g/ekor/hari (NRC, 1968).
Evaluasi karkas
Karakteristik karkas domba seperti ditunjukkan pada Tabel 4. Terlihat bahwa ternak yang mendapat pakan konsentrat lebih tinggi menghasilkan bobot karkas yang lebih tinggi. Bobot karkas yang tertinggi dihasilkan oleh T3 (14,8) diikuti T2 dan T1 masing-masing berturut-turut (13,7) dan (11,0 kg).
Observasi fisik karkas menunjukkan bahwa ada kecenderungan semakin tinggi level konsentrat semakin tinggi kadar lemak karkas. Perbandingan tingkat pertumbuhan lemak pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada potongan penampang rusuk tertera pada Gambar 4 dan penampang melintang potongan
paha belakang tertera pada Gambar 5. Diduga banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pelemakan pada karkas yaitu komposisi pakan yang diberikan, faktor genetik ternak atau keterkaitan antara kedua faktor tersebut (LEAT, 1976).
Tabel 4. Karakteristik karkas domba yang mendapat pakan jerami padi fermentasi
Perlakuan Parameter T1 T2 T3 Bobot hidup (kg) 20,9 26,75 30,97 Bobot karkas (kg) 11,0 13,70 14,8 PH Karkas 5,8 5,5 5,4
Hasil pengukuran pH karkas menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat konsumsi konsentrat semakin rendah pH karkas. SOLOMON dan LYNCH, (1998) melaporkan
bahwa konsumsi pakan dapat mempengaruhi pH daging pada otot longissimus dorsi lebih tinggi pada domba yang mengkonsumsi konsentrat rendah (energi rendah) dari pada domba yang mengkonsumsi konsentrat tinggi (energi tinggi).
Gambar 6.Penampilan potongan melintang paha belakang karkas domba Komponen potongan karkas
Hasil kajian potongan karkas dari domba dengan pakan dasar jerami padi tertera pada Tabel 5. Semakin tinggi bobot karkas semakin tinggi ukuran komponen karkas. Kondisi ini menunjukkan bahwa pertumbuhan (pembentukan tulang dan daging) normal untuk semua perlakuan.
Kadar daging yang diperoleh pada penelitian ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pemberian konsentrat. Semakin tinggi level konsentrat semakin tinggi kadar daging. Kadar daging dari karkas domba dengan pakan jerami padi fermentasi yaitu berkisar (58–59%), kadar tulang (25–27%) dan lemak (13–15%).
Kajian ekonomi
Struktur biaya
Tabel 6 memperlihatkan struktur biaya pada sistem manajemen pemeliharaan domba dengan menggunakan pakan dasar jerami padi fermentasi. Perbedaan perlakuan melalui tingkat pemberian konsentrat secara tidak langsung mempengaruhi besaran biaya pakan.
pada proses penggemukan dengan menggunakan sumber pakan dari jerami padi sangat ditentukan oleh lokasi (specific location). Pada daerah yang jauh dari lokasi persawahan maka biaya pakan yang dikeluarkan mungkin lebih besar dibandingkan dengan lokasi yang dekat persawahan. Hal ini berkaitan dengan biaya pengangkutan jerami padi. Pada penelitian ini perhitungan biaya jerami segar diterima di lokasi pengamatan yaitu Rp. 65/kg (jarak dengan lokasi persawahan yaitu 4–5 km). Harga yang digunakan pada pengamatan ini relatif tinggi bila dibandingkan dengan harga bila lokasi ternak lebih dekat dengan lokasi persawahan yaitu berkisar Rp. 40/kg. Jumlah biaya pakan yang dibebankan pada penelitian ini setara dengan 77–88% dari total biaya (tidak termasuk pembelian bibit ternak).
Analisis keuntungan
Performan ternak pada kelompok (T3) yaitu perlakuan konsentrat 3% BH terlihat mendominasi diantara kelompok yang lainnya. Dominasi performan ini tidak hanya pada pencapaian bobot hidup akan tetapi juga
penjualan didasarkan pada bobot hidup ternak), dan M2 (nilai penjualan didasarkan pada produksi bobot karkas) menunjukkan bahwa T3 masih lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya.
Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa pemberian konsentrat sebanyak 1% merugikan. Rataan kerugian yang diderita pada
kelompok T1 yaitu sebesar Rp. 12.000/periode penggemukan. Jumlah kerugian tersebut terjadi pada kedua sistem pemasaran baik M1 maupun M2.
Analisis Return to Cost ratio menunjukkan bahwa semakin tinggi level konsentrat semakin tinggi rasio yang diperoleh yang berarti semakin besar keuntungan yang diperoleh. Tabel 5. Karakteristik dan rataan bobot komponen daging, tulang, lemak dan tendon dari ½ bagian kiri
karkas (g) Perlakuan Potongan Komponen T1 T2 T3 Leher Daging 788,5 1043,8 923,6 Tulang 369,0 422,6 414,6 Lemak 121,0 124,6 147,0 Tendon 27,6 7,0 10,0
Paha depan Daging 1219,6 1528,0 1936,0
Tulang 464,6 504,0 514,0
Lemak 152,0 290,0 320,0
Tendon 31,6 18,0 37,0
Paha belakang Daging 1683,0 1755,6 1951,0
Tulang 421,0 434,0 484,0 Lemak 114,6 177,0 146,0 Tendon 25,6 146,6 59,0 Rusuk Daging 774,6 1605,0 1629,0 Tulang 722,6 1033,0 1052,0 Lemak 274,0 479,6 516,0 Tendon 33,0 20,6 47,0 Punggung Daging 1163,6 1252,0 898,0 Tulang 594,6 646,0 599,0 Lemak 633,0 736,6 716,0 Tendon 49,6 39,0 58,0
Bobot total g (%) Daging 5629,0 (58) 7184,0 (59) 7378, (59) Tulang 2571,6 (27) 3039,6 (25) 3064,0 (25) Lemak 1294,6 (13) 1799,6 (15) 1846,6(15) Tendon 167,0 (2) 121,0 (1) 213, (2)
Tabel 6. Rataan struktur biaya pada pertumbuhan domba yang mendapat pakan jerami padi fermentasi (Rp) Perlakuan
Parameter
T1 T2 T3
Harga beli ternak 266.500 267.280 269.750
Biaya pakan
Jerami padi fermentasi 12.652 12.652 9.975
Konsentrat 16.984 37.504 58.410
Biaya obat-obatan 2.500 2.500 2.500
Biaya tenaga kerja 6.000 6.000 6.000
Biaya penyusutan alat 500 500 500
Total biaya 305.137 326.437 347.136
Tabel 7. Analisis keuntungan dan Return to Cost dengan level konsentrat yang berbeda pada domba yang mendapat pakan dasar jerami padi fermentasi
Kelompok perlakuan T1 T2 T3 Parameter M1 M2 M1 M2 M1 M2 Penjualan (Rp) 292.890 293.020 336.505 364.598 365.235 395.720 Total cost (Rp) 305.137 305.137 326.437 326.437 347.136 347.136 Keuntungan (Rp) (12.247) (12.117) 10.068 38.161 18.099 48.584 Return/cost 0,96 0,96 1,03 1,12 1,05 1,14 KESIMPULAN
Jerami padi berpotensi sebagai pakan dasar ternak domba, namun untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal penggunaannya harus diikuti dengan pemberian pakan tambahan (konsentrat).
Pemberian konsentrat pada level 3% menghasilkan pertambahan bobot hidup harian tertinggi 87 g/ekor/hari dengan hasil karkas 14,8 kg, 8% lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian konsentrat dengan level 2%. Lebih dari itu pemberian konsentrat 2% bobot hidup menghasilkan karkas 25% lebih tinggi dibandingkan dengan level 1%.
Analisis ekonomi menunjukkan bahwa pemberian konsentrat sebanyak 3% pada kelompok T3 paling menguntungkan dibandingkan dengan kelompok lainnya.
FULLER, R. 1989. A review: Probiotics in man and animals. J. Appl. Bacteriol. 66: 365–378. GATENBY RUTH M. 1986. Sheep Production in The
Tropics and Sub Tropics. Longman, London and New York.
GONG, C.S. dan G.T. TSAO, 1979., Cellulose and
biosyntesis regulation. Ann. Reports on fermentations processes. 3: 111–140.
HARYANTO. B., SUPRIYATI, KUSWANDI, A. THALIB, S. ASKAR, ABDULRAHMAN, K. SUMANTO dan
D. PRAMONO 2002. Uji multilokasi penggunaan pakan aditif-probion dalam ransum 2002. Kumpulan Hasil-hasil Penelitian APBN Tahun Anggaran 2001. Buku I. Ternak Ruminansia. Balai Penelitian Ternak. Bogor. Edisi khusus. hlm. 252–255.
HUNGATE, R.E. 1966. The rumen and its microbes. Academics Press. Washington. USA.
LEAT, W.M.F. 1976. Growth and Productivity in meat animals. Plenum Press. New York.
SAS. 1988. SAS ystem for Linnear Models. SAS Institute Inc., Cary, NC, USA.
SUTAMA. I-K., B. SETIADI, SUBANDRYO, IG.M. BUDIARSANA, M. MARTAWIDJAJA, D. YULISTIANI dan T. KOSTAMAN. 2003. Laporan
Akhir. Pembentukan kambing perah unggul Indonesia. Bagian Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif Bagian proyek penelitian dan pengembangan Peternakan Bogor.
TILLMAN, A.D., H. HARTADI, S. REKSOHADIPRODJO,
S. PRAWIROKUSUMO dan S. LEBDOSUKOJO. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. University Presss, Yogyakarta. 326–328.
DISKUSI Pertanyaan:
1. Bagaimana kondisi jerami yang difermentasikan?
2. Berapa proporsi jerami dengan konsentrat yang diberikan?
3. Apa latar belakangnya sehingga ternak yang digunakan domba ekor tipis? 4. Untuk fermentasi jerami padi mikroorganisme apa yang digunakan?
5. Mengapa pengaruh perbedaan PBHH hanya dari konsentrat tetapi bukan dari jerami fermentasi, dan dari semua perlakuan keuntungannya relatif sama?
Jawaban:
1. Jerami padi umur 2–7 hari setelah panen (kadar air 60 %). 2. Untuk pembuatan complete feed 35% jerami dan 65% konsentrat.
3. Karena kegiatannya di Jawa Barat dan ternak yang banyak di Jawa Barat adalah domba ekor tipis.
4. Menggunakan probion produksi Balitnak.
5. Pertambahan bobot hidup harian (PBHH) pada perlakuan T3 sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan T2, tetapi secara ekonomi lebih baik.