• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang Dalam Mengurangi Beban Jalan. 1. Prasarana Kereta Api Barang DAOP IV Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang Dalam Mengurangi Beban Jalan. 1. Prasarana Kereta Api Barang DAOP IV Semarang"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Akhir V-88

B.

DAOP IV Semarang

1. Prasarana Kereta Api Barang DAOP IV Semarang

a. Jalan Rel

Dengan memperhatikan tipe rel di DAOP IV Semarang dimana masih terdapat tipe rel 32, tipe rel 41/42 maka sebaiknya tipe rel tersebut diganti dengan tipe R 54. Hal ini dimaksudkan agar kapasitas daya tahan rel akan lebih mapan untuk beban barang yang lebih besar. Dengan demikian sebagian angkutan barang melalui jalan pantura lintas Jakarta-Surabaya akan dapat secara bertahap dialihkan melalui angkutan Kereta Api Barang. Sekarang ini kondisi jalan raya Pantura Jakarta – Surabaya sudah melampaui kapasitas jalan. Hal ini dapat dilihat bahwa dibeberapa titik jalan raya Jakarta – Surabaya telah mengalami kemacetan yang pada hakekatnya akan mengganggu kelancaran lalu lintas angkutan barang. Dilain pihak, tingkat kerusakan jalan raya pun semakin cepat seiring dengan kepadatan lalu lintas angkutan barang berikut muatan masing-masing angkutan. Untuk melihat bagaimana kondisi dan tipe rel di DAOP IV Semarang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.55. Kondisi dan Jenis Rel yang ada pada DAOP IV Semarang

U r a i an Jumlah Dalam Satuan Kondis

i

Km M M2 Unit

Panjang rel Operasi &

Emplasemen KA DAOP IV 481,662

- Type rel R 25 30,137 Baik

- Type rel R 33 76,583 Baik

- Type rel R 41/42 147,99 Baik

- Type rel R 50 - -

- Type rel R 54 226,952 Baik

Sumber : DAOP IV Semarang,2013.

Pada DAOP IV Semarang masih terdapat rel tipe R 25, R 33 dan R 41/42, dimana tipe rel ini tidak mampu lagi menerima penambahan beban, tekanan gandar yang makin besar, goncangan, gaya vertikal, lateral dan longitudinal. Sesuai pertambahan beban kereta api, apabila muatan barang dialihkan dari angkutan jalan sebesar 1.371.620 ton/tahun untuk Jakarta – Jateng dan 2.129.016.037 ton/tahun untuk Jakarta – Jatim sedangkan angkutan barang dan penumpang kereta api eksisting sebesar 373.580 ton/tahun, maka rel tipe R 25, R 33 dan R 41/42 sudah perlu diganti dengan tipe rel R 54. Dari klasifikasi rel yang ada di Indonesia, R Tipe R 54 rel yang mempunyai keunggulan dibandingkan dengan Tipe R 25, R 33 dan R 41/42. Oleh karena itu tipe R 54 ini dapat digunakan diseluruh lintasan di DAOP dan DIVRE untuk keseragaman rel, meskipun pelaksanaannya melalui pentahapan.

Berdasarkan hasil survey pada DAOP IV Semarang terdapat panjang rel keseluruhan 481,662 km, terdiri dari type R25 sepanjang 30,137 km, type R33 sepanjang 76,583 km, type R41/42 sepanjang 147,99 km, type R54 sepanjang 226,952 km. Kondisi rel semua type adalah baik dan rel Tipe R 54 adalah rel yang dominan di DAOP IV Semarang. Secara singkat jalur angkutan kereta api barang di DAOP IV Semarang dapat dilihat pada gambar berikut

(2)

Laporan Akhir V-89

Gambar 5.60. Jaringan Material Rel di DAOP IV Semarang

Sumber : Survey DAOP IV Semarang, 2013

Secara rinci material Rel di DAOP IV Semarang terdiri dari tipe rel 54 , rel 41/42 dan rel 33 yang mempunyai panjang keseluruhan 481,662 km terdapat pada tabel berikut.

Tabel 5.56. Kondisi dan tipe rel emplasemen Daop IV Semarang

Lintas Tipe Rel (R) Panjang Lintas (Km) A. Lintas Raya

Semarang – Poncol - Pekalongan R- 54 87,003 km

Pekalongan - Petarukan (Hulu) R -54 25,266 km

Pekalongan - Petarukan (Hilir) R -54 25,265 km

Petarukan – Larangan (Hulu) R -54 29,382 km

Petarukan – Larangan (Hilir) R -54 29,382 km

Larangan – Tegal (Hulu) R -54 5,518 km

Larangan – Tegal (Hilir) R -54 5,518 km

B 34 – Cirebon (Hulu) 2,630 km

B 34 – Cirebon (Hilir) 2,630 km

Semarang – Poncol – Semarang Tawang

R -54 R-41/42

1,464 km 0,285 km Semarang – Tawang - Brumbung R- 54

R- 41/42 0,095 km 13,768 km Brumbung - Ngerombo R- 41/42 R- 33 36,687 km 9,850 km Brumbung – Kd Jati R- 41/42 R- 33 21,038 km 0,818 km Kd Jati - Gundih R- 41/42 R- 33 20,314 km 11,412 km B 46 - Solo R- 41/42 2,343 km Gundih - Gambringan R -41/42 9,300 km Gambringan - Cepu R- 54 R-50 R 41/42 9,625 km 46,487 km 23,08 km Cepu - Bojonegoro R - 33 37,220 km

(3)

Laporan Akhir V-90 Lintas Tipe Rel (R) Panjang Lintas (Km)

Bojonegaro – B 48 R -41/42 0,905 km Tegal - B 45 R- 54 R- 41/42 R- 33 0,600 km 0,750 km 1,150 km B. Lintas CabangOperasi

Yogyakarta - Ambaarawa R -25 9,541

Kd Jati - Ambarawa R -25 6,282

C. Data Material Jalan rel di emplasemen stasiun R -54 R -41/42 R- 33 R -25 2,574 18,591 16,133 14,314 Sumber : Data Aset Produksi Sarana dan Prasarana Kereta Api, 2012

Penggunaan jenis rel yang berbeda-beda pada DAOP IV Semarang mengakibatkan rendahnya kecepatan operasi kereta api.

Melihat karakteristik tipe rel yang ada di DAOP IV Semarang maka beberapa strategi yang bisa ditempuh untuk dapat menambah kapasitas prasarana jaringan kereta api khususnya rel maka perlu dilakukan beberapa skenario, dengan melihat strategi tersebut maka prioritas pertama adalah pergantian tipe rel 25 sepanjang 30,137 km dan tipe rel 33 sepanjang 76,583 km sehingga total keseluruhan panjang rel yang perlu diganti dalam rangka mengantisipasi pengalihan sebagian angkutan barang dari jalan raya ke angkutan barang kereta api sepanjang 106,72 km.

Tabel 5.57. Usulan pergantian rel dengan skenario pada Daop IV Semarang

No Pergantian tipe rel Skala

Prioritas I II 1 Tipe R 25 30,137 2 Tipe R 33 76,583 3 Tipe R 41/42 147,99 Total 106,72 147,99

Sumber: Hasil Survey dan Olahan Konsultan, 2013 b. Bantalan Rel

Berdasarkan hasil survey bantalan pada lokasi studi di DAOP IV Semarang bahwasanya terdapat jenis bantalan yang beraneka ragam, dimana berdasarkan kondisi dilapangan di DAOP IV Semarang bantalan kayu terdapat sepanjang 8,745 km, bantalan besi sepanjang 93,443 km sedangkan beton 425,961 km. Artinya dilapangan sudah lebih dominan bantalan yang terbuat dari beton dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.58. Kondisi Bantalan pada Daop IV Semarang

No U r a i an Jumlah Dalam Satuan Kondisi

Km M M2 Unit

1 Jenis Bantalan

- Besi 93,442 - Baik

- Kayu 8,507 - Baik

- Beton 425,961 - Baik

(4)

Laporan Akhir V-91 Secara singkat peta bantalan kayu dan bantalan beton di DAOP IV Semarang dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5.61. Jaringan Material Bantalan di Daop IV Semarang Untuk melihat bantalan beton pada setiap lintas di DAOP IV Semarang dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 5.59. Keberadaan Jenis bantalan pada DAOP IV Semarang Lintas

Jenis Bantalan/ panjang bantalan Kayu (km) Besi (km) Beton (km) A. Lintas Raya

Semarang – Poncol - Pekalongan 0,118 87,826

Pekalongan - Petarukan (Hulu) 25,266

Pekalongan - Petarukan (Hilir) 25,266

Petarukan – Larangan (Hulu) 29,382

Petarukan – Larangan (Hilir) 29,382

Larangan – Tegal (Hulu) 5,518

Larangan – Tegal (Hilir) 5,518

B 34 – Cirebon (Hulu) 2,630

B 34 – Cirebon (Hilir) 2,630

Semarang – Poncol – Semarang Tawang

0,120 1,749

Semarang – Tawang - Brumbung 0,120 13,743

Brumbung - Ngerombo 46,537 Brumbung – Kd Jati 8,513 13,343 Kd Jati - Gundih 29,604 2,122 B 46 - Solo 2,343 Gundih - Lamringan 0,200 9,100 Lamringan - Cepu 79,180 Cepu - Bojonegoro 37,220 Bojonegaro – B 48 0,905 Tegal - B 45 2.500

(5)

Laporan Akhir V-92 Lintas

Jenis Bantalan/ panjang bantalan Kayu (km) Besi (km) Beton (km) B. Lintas CabangOperasi

Yogyakarta - Ambarawa 9,541

Kd Jati - Ambarawa 6,282

C. Data Material Jalan rel di emplasemen stasiun

2,225 45,585 3,803

Total 8,745 93,443 425,961

Sumber : Data Aset Produksi Sarana dan Prasarana Kereta Api, 2012

Berdasarkan data panjang rel untuk lintas operasi yang menggunakan bantalan beton untuk DAOP IV Semarang adalah sepanjang 425,961 km, dengan jarak antar bantalan beton 60 cm, sesuai dengan standar yang disyaratkan untuk keselamatan,keamanan,dan kenyamanan dalam buku Peraturan Dinas 10 PT KAI (Persero). Sementara bantalan kayu sepanjang 8,745 km dan bantalan besi sepanjang 93,443 km

Dalam rangka pengalihan angkutan barang melalui jalan raya pantura Jakarta – Surabaya maka diperlukan pergantian bantalan kayu sepanjang 8,745 km, bantalan besi sepanjang 93,443 km menjadi bantalan beton. Hal ini dimaksudkan untuk memperkokoh jalan rel sebagai lintasan angkutan kereta api barang. Dengan pergantian tipe bantalan kayu menjadi beton diharapkan beban jalan pantura Jakarta – Surabaya yang sampai saat ini kurang mampu lagi menampung angkutan barang truk. Dibeberapa titik jalan pantura Jakarta – Surabaya telah menunjukan adanya kemacetan pada jam-jam tertentu yang pada hakekatnya menggangu kelancaran arus lalu lintas barang Jakarta-Surabaya. c. Penambat rel

Berdasarkan hasil survey dari lokasi studi ternyata terdapat beberapa tipe penambat yang digunakan dan untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.

Tabel 5.60. Kondisi Penambat pada lintasan DAOP IV Semarang U r a i an Jumlah Dalam Satuan Kondisi

Km M M2 Unit

Penambat

- Penambat Elastik 467,31 - Baik

- Penambat Kaku 65,07 - Baik

Sumber: DAOP IV Semarang tahun 2013

Pada DAOP IV Semarang dapat dilihat jenis penambat rel yang ada yaitu : Penambat elastik terdapat 467,31 km sedangkan penambat kaku mencapai 65,07 km. Sekarang ini kedua jenis penambat tersebut berada dalam kondisi yang baik.

Secara singkat penggunaan penambat elastik maupun penambat kaku dapat dilihat pada gambar berikut.

(6)

Laporan Akhir V-93

Gambar 5.62. Jaringan Material Penambat di Daop IV Semarang

Dengan memperhatikan kondisi dan penggunaan penambat di DAOP IV Semarang serta dihubungkan dengan beberapa teori seperti yang diuraikan sebelumnya terutama dalam ketahanan beban angkutan kereta api barang sekarang ini di DAOP IV Semarang sudah menggunakan penambat elastik. Mengingat adanya upaya pengalihan angkutan barang melalui jalan Pantura (Jakarta - Surabaya) dimana sekarang ini sudah melampaui batas yang telah ditentukan maka diperlukan pemberdayaan angkutan barang kereta api. Tetapi untuk menjamin ketahanan penambat diperlukan strategi pergantian dari penambat kaku menjadi penambat elastik. Hal ini sangat diutamakan mengingat beberapa teori dan prospektif angkutan barang melalui kereta api.

Salah satu strategi yang bisa ditempuh adalah mengganti penambat kaku sepanjang 65,07 km menjadi penambat elastik. Dengan demikian diharapkan kemampuan penambat dengan bantalan dan rel seperti dijelaskan sebelumnya akan menjadi harmonis. Secara singkat strategi atau penggantian penambat tersebut di DAOP IV Semarang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.61. Usulan pergantian penambat dengan skenario pada Daop IV Semarang

No Lintasan

Jenis Material Panjang (Km)

Diganti Dengan Penambat

Alasan Penggantian

Kaku Elastis Skenario

I Skenario II 1 DAOP IV Semarang  65,07 Elastik Ganda - Tidak mampu lagi menambatkan rel pada bantalan sedemikian rupa sehingga kedudukan rel tetap tegak dan tidak bergeser

(7)

Laporan Akhir V-94 No Lintasan

Jenis Material Panjang (Km)

Diganti Dengan Penambat

Alasan Penggantian

Kaku Elastis Skenario

I Skenario II 2  65,07 - - Tidak boleh dipakai untuk semua kelas jalan rel

Penambat kaku yang akan digantikan menjadi penambat elastik terdapat dibeberapa lintas Jogja-Ambarawa sepanjang 9,54, kd jati ambarawa sepanjang 6,28 km. Perbedaan jenis penambat ini praktis telah berpengaruh pada kecepatan kereta api. Dengan penggantian penambat kaku menjadi penambat elastik dampak positifnya telah mampu digunakan pada semua kelas jalan rel, kecuali jalan rel kelas lima (5). Di lain pihak pemeliharaannya juga menjadi ringan. Penambat elastik pada dasarnya telah mampu mengeliminasi gaya lateral akibat pergerakan dinamis roda yang bergerak diatas rel.

Alternatif lain sebagai salah satu skenario pilihan adalah menggunakan penambat elastik ganda. Karena penggunaan penambat elastik ganda telah mampu meredam getaran yaitu mengurangi pengaruh getaran pada rel terhadap bantalan. Selain meredam getaran, juga mampu menghasilkan gaya jepit (clamping force ) yang tinggi dan juga mampu memberikan perlawanan rangkak (Creep Resistence). Penggantian penambat kaku menjadi penambat elastik ganda adalah agar mampu menahan beban yang besar untuk angkutan barang kereta api. Penggunaan penambat elastik tunggal maupun elastik ganda sangat relevan terhadap penggunaan tipe rel 54 dan bantalan yang terbuat dari beton.

d. Sebidang tanah untuk tumpukan rel

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi Rata-rata lebar tanah DAOP III Cirebon untuk tumpuan di sepanjang rel KA untuk spoor tunggal lurus 6 m, lengkung 8 m. Untuk spoor ganda spoor raya lurus 8 m, lengkung 10 m. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.62. Kondisi rata-rata tanah untuk tumpuan rel

No U r a i an Jumlah Dalam Satuan

Km M M2 Unit

1

Rata-Rata lebar tanah untuk

tumpuan di sepanjang

jalan rel KA

- Untuk spor tunggal spor raya

- lurus 6 mt

- lengkung 8 mt

- Untuk sp ganda spor raya

- lurus 8 mt

- lengkung 10 mt

Berkaitan dengan pengalihan barang dari jalan Pantura (Jakarta – Surabaya) ke angkutan kereta api barang maka tubuh jalan rel perlu dipertahankan dimensi

(8)

Laporan Akhir V-95 dan kondisinya melalui pemeliharaan dengan pematusan (suatu kegiatan pengambilan air dari tubuh jalan dan tergenang air) .

e. Jembatan

Berdasarkan hasil survey dari lokasi studi pada DAOP IV Semarang kondisi jembatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.63. Kondisi jembatan pada DAOP IV Semarang

No U r a i an Jumlah Dalam Satuan Kondisi

Km M M2 Unit

1 Jenis Jembatan

- Jembatan besi/baja 5,79 416 Baik

- Jembatan beton 0,96 25 Baik

Sumber : DAOP IV Semarang, 2013

Ternyata dari data yang diperoleh pada Daop IV Semarang memiliki jembatan besi atau baja sepanjang 5,79 km, sementara jembatan beton terdapat 0,96 km dengan kondisi yang baik. Berkaitan dengan peningkatan beban di lintas operasi kereta api, maka jembatan yang ada perlu dipersiapkan kemampuannya dengan mengganti jembatan yang terbuat dari konstruksi baja/ besi menjadi konstruksi beton. Pergantian tersebut tentunya dilakukan secara bertahap sesuai dengan skala prioritas yang perlu diganti pada setiap lintas.

Dengan adanya pengalihan angkutan barang melalui jalan Pantura Jakarta – Surabaya ke angkutan barang kereta api maka salah satu alternatif strategi yang dapat ditempuh adalah mengantisipasi prasarana yang mampu menahan beban yang relatif besar. Salah satu prasarana angkutan kereta api barang yang memiliki kontribusi besar untuk menjamin arus lalu lintas barang melalui jalan kereta api adalah menggantikan secara berkala konstruksi yang terbuat dari baja/ besi menjadi konstruksi yang terbuat dari beton. Dengan demikian pergantian konstruksi baja atau besi menjadi beton adalah senada dengan kemampuan rel tipe 54 dan bantalan yang terbuat dari beton berikut penambat yang terbuat dari elastik ganda. Kebijakan ini ditempuh mengingat jalan pantura Jakarta- Surabaya melalui angkutan truk, sekarang ini telah berdampak pada kemacetan dibeberapa titik, dan dilain pihak arus lalu lintas barang melelui jalan pantura memakan waktu lebih banyak. Aspek lain juga mengakibatkan kondisi jalan menjadi rusak disebabkan karena tonase sesuai dengan angkutan tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

f. Gorong-gorong (box culvert)

Berdasarkan hasil survey di DAOP IV Semarang Gorong-gorong beton terdapat 1.007 unit dengan kondisi baik. Gorong-gorong tersebut terbuat dari beton dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.64. Kondisi gorong-gorong pada DAOP IV Semarang

U r a i an Jumlah Dalam Satuan Kondisi

Km M M2 Unit

Gorong gorong

- Kayu

- Beton 1.007 Baik

(9)

Laporan Akhir V-96 Gorong-gorong yang ada di DAOP IV Semarang masih perlu dipertahankan mengingat gorong-gorong yang terbuat dari beton memiliki daya tahan yang relatif besar sebanding dengan angkutan kereta api barang yang juga memiliki daya angkut yang besar. Daya tahan gorong-gorong yang terbuat dari beton sangat relevan dan/atau saling komplementer terhadap tipe rel R 54, bantalan yang terbuat dari beton dan penambat elastik ganda serta jembatan yang memiliki konstruksi beton. Jika jalan kereta api barang memiliki rel R 54, bantalan terbuat dari beton dan penambat terbuat dari elastik ganda, jembatan konstruksinya terbuat dari beton serta gorong-gorong terbuat dari beton, maka dapat diyakinkan pengalihan barang dari jalan Pantura Jakarta – Surabaya akan dapat terjamin lebih lancar.

g. Terowongan

Dari hasil survey pada DAOP IV Semarang tidak terdapat terowongan, sehingga tidak adanya perbaikan terowongan yang berkaitan dengan pengalihan angkutan barang melalui jalan keangkutan kereta api, sehingga biaya pemeliharaan terowongan dapat dialihkan ke pos-pos pengeluaran pembiayaan operasional yang produktif.

h. Perlintasan sebidang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP IV Semarang terdapat perlintasan kereta api yang memiliki perambuan otomatis, manual (petugas) dan tidak ada penjaga (lintasan liar). Lebih jelasnya lihat pada tabel berikut.

Tabel 5.65. Kondisi Perlintasan sebidang manual pada DAOP IV Semarang

U r a i an Jumlah Dalam Satuan Kondisi

Km M M2 Unit

Perlintasan sebidang manual

- Jumlah 95 - Lebat rata rata - Dengan pintu

pengaman Besi/ Kayu

Sumber :DAOP IV Semarang

Perlintasan sebidang manual 224 buah dengan lebar rata-rata 4-5 m dengan pintu pengaman besi atau kayu.

Tabel 5.66. Kondisi Perlintasan sebidang otomatis pada DAOP IV Semarang

U r a i an Jumlah Dalam Satuan Kondisi

Km M M2 Unit Perlintasan sebidang otomatis - Jumlah 717 - Lebat rata rata 4 - 5 mtr - Dengan pintu pengaman Mekanik

Sumber : DAOP IV Semarang

Perlintasan sebidang pada DAOP IV Semarang lebih banyak perlintasan sebidang manual sejumlah 95 unit dengan lebar rata-rata 4 s/d 5 m, dan dengan

(10)

Laporan Akhir V-97 pintu pengaman besi/kayu, umumnya perlintasan di DAOP IV Semarang sudah menggunakan perlintasan sebidang otomatis sebanyak 717 unit. Perlintasan sebidang manual diupayakan menjadi perlintasan sebidang otomatis dengan menyediakan dana tambahan. Pada perlintasan sebidang terdapat daerah pandangan yang memadai, daerah pandangan berupa segitiga pandangan. Jarak pandang bebas bagi masinis 500 m dan bagi pengemudi minimal 150 m.

Di DAOP IV Semarang terdapat perlintasan sebidang otomatis 717 unit dengan pintu pengaman mekanik. Sementara perlintasan sebidang manual masih terdapat sebanyak 95 unit dengan pintu pengaman besi/kayu. Kondisi semacam ini dikhawatirkan akan membahayakan pada keselamatan kendaraan yang sedang melintasi maupun terhadap kereta api barang yang memiliki muatan relatif banyak dan frekuensi lalu lintas yang semakin tinggi. Untuk mengantisipasi angkutan kereta api barang yang memiliki muatan lebih besar maka sebaiknya perlintasan sebidang manual sejumlah 95 diganti menjadi persinyalan otomatis. Hal ini disebabkan karena perlintasan sebidang manual masih dianggap rawan karena masih menggunakan kayu/besi sebagai pintu pengaman.

i. Stasiun

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi pada DAOP IV Semarang terdapat lima puluh (50) stasiun kereta api. Di antara stasiun tersebut stasiun Semarang Tawang, Semarang Poncol, stasiun Tegal, strasiun Pekalongan, stasiun cepu, stasiun Bojonegoro adalah termasuk stasiun kelas besar. Kelima puluh (50) stasiun tersebut memiliki spoor yang relatif berbeda, tetapi kondisi stasiun secara keseluruhan berada dalam kondisi yang baik.

Kelancaran angkutan kereta api barang dari stasiun pemberangkatan ke stasiun tujuan sangat dipengaruhi beberapa faktor dan salah satu faktor yang mempengaruhi adalah jumlah spoor pada setiap stasiun. Semakin banyak jumlah spoor di stasiun, maka arus lalu lintas keluar masuk kereta api barang ke stasiun akan semakin lancar. Berdasarkan informasi dari pimpinan stasiun Semarang Tawang, selama ini belum ada hambatan arus lalu lintas masuk kestasiun tersebut. Hal ini disebabkan karena jumlah spoor di stasiun Semarang Poncol terdapat sembilan (9) spoor. Karena itu untuk mengantisipasi pergerakan barang melalui angkutan kereta api sebaiknya distasiun antara memiliki jumlah spoor sebanyak enam (6). Jumlah spoor pada masing-masing stasiun antara diharapkan akan mampu menjamin arus lalu lintas keluar masuk kereta api barang, Sementara distasiun antara hanya sebagai lalu lintas angkutan kereta api barang dan bongkar muat barang. Karena itulah jumlah spoor sebanyak enam (6) sudah memadai. Sekarang ini dibeberapa stasiun antara sudah ada memiliki tujuh belas (7) spoor yaitu distasiun antara Pekalongan, Tegal sepuluh (10) spoor, Cepu delapan (8) spoor. Tetapi diantara lima puluh (50) stasiun pada DAOP IV Semarang kebanyakan stasiun hanya mempunyai enam (6) spoor kebawah Sebaiknya stasiun antara yang memiliki lima (5) spoor kebawah ditambah menjadi (6) spoor. Untuk lebih jelasnya kondisi stasiun yang berada diwilayah DAOP IV Semarang dapat dilihat pada tabel berikut.

(11)

Laporan Akhir V-98 AKSES MASUK JEN IS PER SI N YA L A N JML PERON JM L SPOOR

KONDISI PRASARANA DI LINTASAN PADA DAOP IV ( SEMARANG )

NO STASIUN SI N GK A T A N SPOOR LETA K K M LBR PJG ADA TDK ADA SD G D IB A N GU N K ON D ISI Lintas Smc-Cn

1 Semarangponcol Smc - 9 439 Ada Baik SE

2 Jerakah Jrk 5,902' 2 308 Ada Baik SE

3 Mangkang Mkg 9,404 3 209 Ada Baik SE

4 Kaliwungu Kln 18,189 3 214 Ada Baik SE

5 Kalibodri Kbd 30,191 4 406 Ada Baik SE

6 Weleri Wlr 39,065' 4 Ada Baik se

7 Krengseng Kns 44,396' 2 Ada Baik se

8 Plabuhan Plb 54,003 2 406 Ada Baik SE

9 Kuripan Krp 61,333' 2 321 Ada Baik SE

10 Ujungnegoro Ujn 73,591 2 250 Ada Baik SE

11 Batang Btg 80,103' 3 352 Ada Baik SE

12 Pekalongan Pk 87,944 17 334 Ada Baik SE

13 Sragi Sri 99,202 1 336 Ada Baik SE

14 Comal Co 103,500' 3 301 Ada Baik SE

15 Petarukan Pta 113,21 2 562 Ada Baik SE

16 Pemalang Pml 120,087 4 305 Ada Baik SE

17 Surodadi Sd 132,522 2 417 Ada Baik SE

18 Larangan Lr 142,592 2 417 Ada Baik SE

19 Tegal Tg 148,11 10 638 Ada Baik SE

Lintas SMC - GBN

20 Semaranggudang Smg 1,32 638 Ada Baik SE

21 Semarangtawang Smt 1,749 5 339 Ada Baik SE

22 Alastuwa Ata 7,113 2 399 Ada Baik SE

23 Brumbung Bbg 13,963 5 333 Ada Baik SE

24 Tegowanu Tgw 23,39 1 312 Ada Baik SE

25 Gubug Gub 30,936 2 382 Ada Baik SE

26 Karangjati Kgt 44,022 2 328 Ada Baik SE

27 Sedadi Sdi 52,816 2 350 Ada Baik SE

28 Ngrombo Nbo 58,6 2 377 Ada Baik SE

29 Gambringan Gbn 60,309 4 328 Ada Baik SE

Lintas Gd-Sbi

30 Jambon Jbn 21,007 1 296 Ada Baik SE

31 Panunggalan Pnl 26,788 2 428 Ada Baik SE

32 Kradenan Knn 36,33 3 330 Ada Baik SE

33 Sulur Sl 45,523 2 336 Ada Baik SE

34 Doplang Dpl 52,926 2 412 Ada Baik SE

35 Randublatung Rbg 65,475 4 439 Ada Baik SE

36 Wadu Wdu 76,939' 2 308 Ada Baik SE

37 Kapuan Kpa 83,187 1 209 Ada Baik SE

38 Cepu Cu 88,713 8 214 Ada Baik SE

39 Tobo Tbo 96,629 2 406 Ada Baik SE

40 Kalitidu Kit 110,,310 2

41 Bojonegoro Bj 124,771 6

Lintas Bbg-Slo

42 Tanggung Tgg 24,695

43 Kedungjati Kej 34,131 6 321 Ada Baik Sm

44 Padas Pds 38,612

45 Telawa Tw 47,717 1 352 Ada Baik Sm

46 Karangsono Kso 56,169 2 334 Ada Baik Sm

47 Gundih Gd 65,857 6 336 Ada Baik Sm

48 Bedono Bdn 74,33

49 Ambarawa Abr 83,441 2 562 Ada Baik Sm

50 Tuntang Ttg -S p o r G a n d a S p G a n d a AKSES MASUK JEN IS PER SI N YA L A N S p o r tu n g g a l S p G a n d a S p o r G a n d a JML PERON JM L SPOOR NO STASIUN SI N GK A T A N SPOOR LETA K K M Tabel 5.67.

Sumber : DAOP IV Semarang, 2013 j. Emplasemen/ Peron

Kondisi Emplasemen/peron dan spoor pada DAOP IV Semarang untuk lintas Semarang - Cirebon dapat dilihat pada tabel berikut.

(12)

Laporan Akhir V-99

Tabel 5.68. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Semarang poncol - Cirebon DAOP IV Semarang

No Stasiun Kode Letak KM Panjang Peron ( meter ) Spoor Kondisi Akses Masuk Jenis Unit

1 Semarangponcol Smc - 439 Ganda 9 Baik

2 Jerakah Jrk 5,902' 308 Ganda 2 Baik

3 Mangkang Mkg 9,404 209 Ganda 3 Baik

4 Kaliwungu Kln 18,189 214 Ganda 3 Baik

5 Kalibodri Kbd 30,191 406 Ganda 4 Baik

6 Weleri Wlr 39,065' - - 4 Baik

7 Krengseng Kns 44,396' - - 2 Baik

8 Plabuhan Plb 54,003 406 Ganda 2 Baik

9 Kuripan Krp 61,333' 321 Ganda 2 Baik

10 Ujungnegoro Ujn 73,591 250 Ganda 2 Baik

11 Batang Btg 80,103' 352 Ganda 3 Baik

12 Pekalongan Pk 87,944 334 Ganda 17 Baik

13 Sragi Sri 99,202 336 Ganda 1 Baik

14 Comal Co 103,500' 301 Ganda 3 Baik

15 Petarukan Pta 113,21 562 Ganda 2 Baik

16 Pemalang Pml 120,087 305 Ganda 4 Baik

17 Surodadi Sd 132,522 417 Ganda 2 Baik

18 Larangan Lr 142,592 417 Ganda 2 Baik

19 Tegal Tg 148,11 638 Ganda 10 Baik

Sumber : DAOP IV SemarangTahun 2013

Sementara kondisi emplasemen/peron dari Semarang gudang – Gambiran dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.69. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Semarang gudang - Gambringan DAOP IV Semarang

No Stasiun Kode Letak KM Panjang Peron ( meter ) Spoor Jenis Sinyal Kondisi Akses Masuk Jenis Unit

1 Semaranggudang Smg 1,32 638 Tunggal - Sinyal

Elektrik Baik

2 Semarangtawang Smt 1,749 339 Tunggal 5 Sinyal

Elektrik Baik

3 Alastuwa Ata 7,113 399 Tunggal 2 Elektrik Sinyal Baik

4 Brumbung Bbg 13,963 333 Tunggal 5 Sinyal

Elektrik Baik

5 Tegowanu Tgw 23,39 312 Tunggal 1 Sinyal

Elektrik Baik

6 Gubug Gub 30,936 382 Tunggal 2 Sinyal

Elektrik Baik

7 Karangjati Kgt 44,022 328 Tunggal 2 Sinyal

Elektrik Baik

8 Sedadi Sdi 52,816 350 Tunggal 2 Sinyal

Elektrik Baik

9 Ngrombo Nbo 58,6 377 Tunggal 2 Sinyal

Elektrik Baik

10 Gambringan Gbn 60,309 328 Tunggal 4 Sinyal

Elektrik Baik

Sumber : DAOP IV Semarang

Selain empalesemen / peron lintas Semarang poncol - Cirebon dan lintas Semarang gudang - Gambringan masih ada lintas yang berada di DAOP IV semarang yaitu empalesemen / peron pada lintas Gundih – Surabaya Pasarturi dan lintas Brumbung – Solo, kondisi ke dua emplasemen tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

(13)

Laporan Akhir V-100

Tabel 5.70. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Gundih – Surabaya pasarturi DAOP IV Semarang

No Stasiun Kode Letak

KM Panjang Peron (meter) Spoor Jenis Sinyal Kondis i Akses Masuk Jenis Un it

1 Jambon Jbn 21,007 296 Ganda 1 Sinyal Elektrik Baik 2 Panunggalan Pnl 26,788 428 Ganda 2 Sinyal Elektrik Baik 3 Kradenan Knn 36,33 330 Ganda 3 Sinyal Elektrik Baik 4 Sulur Sl 45,523 336 Ganda 2 Sinyal Elektrik Baik 5 Doplang Dpl 52,926 412 Ganda 2 Sinyal Elektrik Baik 6 Randublatung Rbg 65,475 439 Ganda 4 Sinyal Elektrik Baik 7 Wadu Wdu 76,939' 308 Ganda 2 Sinyal Elektrik Baik 8 Kapuan Kpa 83,187 209 Ganda 1 Sinyal Elektrik Baik 9 Cepu Cu 88,713 Ganda 8 Sinyal Elektrik Baik 10 Tobo Tbo 96,629 406 Ganda 2 Sinyal Elektrik Baik 11 Kalitidu Kit 110,,31

0 - Ganda 2 - -

12 Bojonegoro Bj 124,771 - Ganda 6 - -

Sumber : DAOP IV Semarang

Sedangkan untuk kondisi empalesemen / peron dari lintas Brumbung – Solo dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.71. Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Brumbung – Solo DAOP IV Semarang

No Stasiun Kode Letak KM

Panjang Peron ( meter ) Spoor Jenis Sinyal Kondisi Akses Masuk Jenis Unit

1 Tanggung Tgg 24,695 - Ganda - Sinyal Mekanik Baik

2 Kedungjati Kej 34,131 321 Ganda 6 Sinyal Mekanik Baik

3 Padas Pds 38,612 - Ganda - Sinyal Mekanik Baik

4 Telawa Tw 47,717 352 Ganda 1 Sinyal Mekanik Baik

5 Karangsono Kso 56,169 334 Ganda 2 Sinyal Mekanik Baik

6 Gundih Gd 65,857 336 Ganda 6 Sinyal Mekanik Baik

7 Bedono Bdn 74,33 - Ganda - Sinyal Mekanik Baik

8 Ambarawa Abr 83,441 562 Ganda 2 Sinyal Mekanik Baik

9 Tuntang Ttg - - Ganda - Sinyal Mekanik Baik

Sumber : DAOP IV Semarang

Panjang peron juga merupakan salah satu indikator menjamin kelancaran arus lalu lintas kereta api barang. Semakin panjang peron maka akan memungkinkan beberapa kereta api barang bongkar muat sekaligus. Untuk itu untuk menjamin arus lalu lintas kereta api barang diharapkan peron semakin panjang,. Berdasarkan data dari lokasi studi untuk lintas Semarang poncol – Cirebon peron yang paling panjang berada pada stasiun Tegal sepanjang 638 m, pada lintas Semarang Poncol – Gambringan peron yang paling panjang berada pada stasiun Semarang gudang sepanjang 638 m. Karena itu untuk mengantisipasi pengalihan barang dari Pantura (Jakarta - Surabaya) sebaiknya panjang peron diusulkan minimal sama dengan stasiun Semarang gudang dan stasiun Tegal yaitu masing-masing sepanjang 638 m pada setiap stasiun antara. Sebaiknya masing-masing-masing-masing stasiun memiliki panjang peron relatif sama. Lebih jelasnya masing-masing stasiun yang berada dibawah 638 m dapat dilihat pada tabel sebelumnya.

Sebagai gambaran pada masing-masing stasiun berada pada kisaran 209 m (stasiun Mangkang) – 562 m (stasiun Petarukan dan stasiun ambarawai). Untuk

(14)

Laporan Akhir V-101 menjamin kelancaran lalu lintas kereta api barang sebaiknya panjang spoor ditetapkan masing-masing sepanjang 638 m, sehingga dengan demikian dalam waktu yang bersamaan dapat beberapa angkutan kereta api barang untuk muat bongkar barang.

k. Rumah Sinyal/ Train Dispatching (pengendali operasi kereta api)

Pada DAOP IV Semarang, saat ini rumah sinyal Elektrik ada pada stasiun Semarang poncol, semarang tawang, Pekalongan dan tegal masing-masing mempunyai 1 (satu) rumah sinyal elektrik. Untuk rumah sinyal mekanik ada pada stasiun gambringan, Cepu, Bojonegoro, Brumbung, Gundi masing-masing mempunyai 1 rumah sinyal, dimana pengendalian dilakukan di dalam stasiun, oleh PPKA (Pemimpin Perjalanan Kereta Api), dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.72. Jumlah rumah sinyal pada DAOP IV Semarang

No. Nama Stasiun Jumlah

Rumah Sinyal

Jenis rumah sinyal

Kondisi

1 Stasiun Semarang Poncol 1 Elektrik Baik

2 Stasiun Semarang Tawang 1 Elektrik Baik

3 Stasiun Pekalongan 1 Elektrik Baik

4 Stasiun Tegal 1 Elektrik Baik

5 Stasiun Gambringan 1 Mekanik Baik

6 Satasiun Gambringan 1 Mekanik Baik

7 Satasiun Cepu 1 Mekanik Baik

8 Stasiun Brumbung 1 Mekanik Baik

9 Stasiun Gundih 1 Mekanik Baik

Sumber : DAOP IV Semarang,2013

Berkaitan dengan peningkatan frekuensi dan jumlah angkutan kereta api barang, sebagai akibat adanya upaya pengalihan barang dari jalan Pantura (Jakarta - Surabaya) ke angkutan kereta api barang, maka rumah sinyal tetap dipertahankan pada stasiun besar namun perangkatnya yang ada pada setiap stasiun antara seharusnya sudah elektrik.

l. Gardu Listrik/ Catu Daya Listrik

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas dan frekuensi perjalanan kereta api barang akibat pengalihan barang dai jalan Pantura (Jakarta - Surabaya) sebaiknya gardu listrik yang ada dibeberapa stasiun besar dilengkapi dengan genset. Begitu juga halnya pada stasiun antara, selain menggunakan gardu listrik juga dilengkapi genset tersendiri. Hal ini sangat diperlukan, bilamana sewaktu-waktu arus listrik adari PLN mengalami pemadaman maka secara otomatis genset yang ada dapat digunakan sebagai sumber tenaga listrik untuk menjamin kelancaran operasional kereta api barang.

m. Persinyalan

Berdasarkan hasil studi dilokasi DAOP IV Semarang bahwa hampir semua stasiun sudah terlayani dengan persinyalan elektrik, namun pada lintas Brumbung – Solo masih menggunakan sinyal mekanik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

(15)

Laporan Akhir V-102

Tabel 5.73. Kondisi Persinyalan pada DAOP IV Semarang

No Nama Stasiun Singkatan Jenis Sinyal Kondisi Lintas Smc-Cn 1 Semarangponcol Smc SE Baik 2 Jerakah Jrk SE Baik 3 Mangkang Mkg SE Baik 4 Kaliwungu Kln SE Baik 5 Kalibodri Kbd SE Baik 6 Weleri Wlr SE Baik 7 Krengseng Kns SE Baik 8 Plabuhan Plb SE Baik 9 Kuripan Krp SE Baik

10 Ujungnegoro Ujn SE Baik

11 Batang Btg SE Baik

12 Pekalongan Pk SE Baik

13 Sragi Sri SE Baik

14 Comal Co SE Baik

15 Petarukan Pta SE Baik

16 Pemalang Pml SE Baik 17 Surodadi Sd SE Baik 18 Larangan Lr SE Baik 19 Tegal Tg SE Baik Lintas SMC - GBN 20 Semaranggudang Smg SE Baik 21 Semarangtawang Smt SE Baik

22 Alastuwa Ata SE Baik

23 Brumbung Bbg SE Baik

24 Tegowanu Tgw SE Baik

25 Gubug Gub SE Baik

26 Karangjati Kgt SE Baik

27 Sedadi Sdi SE Baik

28 Ngrombo Nbo SE Baik

29 Gambringan Gbn SE Baik Lintas Gd-Sbi 30 Jambon Jbn SE Baik 31 Panunggalan Pnl SE Baik 32 Kradenan Knn SE Baik 33 Sulur Sl SE Baik 34 Doplang Dpl SE Baik 35 Randublatung Rbg SE Baik

36 Wadu Wdu SE Baik

37 Kapuan Kpa SE Baik

38 Cepu Cu SE Baik

39 Tobo Tbo SE Baik

40 Kalitidu Kit

41 Bojonegoro Bj

Lintas Bbg-Slo

42 Tanggung Tgg SM Baik

43 Kedungjati Kej SM Baik

44 Padas Pds SM Baik

45 Telawa Tw SM Baik

46 Karangsono Kso SM Baik

47 Gundih Gd SM Baik

48 Bedono Bdn SM Baik

49 Ambarawa Abr SM Baik

50 Tuntang Ttg SM Baik

(16)

Laporan Akhir V-103 Penggunaan sinyal elektrik di semua lintas DAOP IV semarang tidak terkecuali untuk lintas Bbg – Slo yang harus dielektrifikasi, diharapkan mampu menunjang perjalanan kereta api barang sesuai dengan GAPEKA, dilain pihak perlu adanya perawatan secara intensif oleh petugas PT KAI agar kinerja sinyal tetap handal dan memenuhi persyaratan yang telah diuraikan.

n. Wesel

Berdasarkan hasil survey pada DAOP IV Semarang jumlah wesel yang terdapat pada jenis rel R 54 sebanyak 92 unit, R 50 sebanyak 42 unit, R 41/42 sebanyak 138 unit, R 33 sebanyak 38 unit, dan R 25, sebanyak 78 unit, dari keseluruhan jumlah wesel yang ada di DAOP IV Semarang masih dapat beroperasi dan berfungsi dengan baik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.74. Jumlah dan kondisi wesel di DAOP IV Semarang

No Stasiun Banyaknya Wesel Berdasarkan Jenis Rel Jumlah

R .54 R .50 R 41/42 R 33 R 25 1 Semarangponcol 10 1 29 5 21 66 2 Jarakah 3 - - - - 3 3 Mangkang 5 - - - - 5 4 Kaliwungu 4 - - 1 - 5 5 Kalibodri 4 - 2 2 - 8 6 Waleri 4 - 3 1 - 8 7 Krengseng 2 - 1 - - 3 8 Plabuhan 2 - 1 - - 3 9 Kuripan 4 - - - - 4 10 Ujungnegoro 2 - 1 - - 3 11 Batang 2 - 1 1 1 5 12 Pekalongan 4 - 5 5 7 21 13 Sragi 3 - - - - 3 14 Comal 5 - 2 - 2 9 15 Petakuran 3 - - - - 3 16 Pemalang 4 - 1 2 3 10 17 Surodadi 4 - - - - 4 18 Larangan 4 - - 1 - 5 19 Tegal 4 2 8 1 5 20 20 Semaranggudang - - - - 21 Semarangtawang - - 17 - - 17 22 Alastua 2 - 4 - - 6 23 Brumbung 4 - 2 5 - 11 24 Tegowanu 2 - - - - 2 25 Gubug 3 - - 1 - 4 26 Karangjati 2 - 1 - - 3 27 Sedadi 2 - - - - 2 28 Ngormbo - - 7 1 - 8 29 Gambringan - - 11 1 1 13

(17)

Laporan Akhir V-104 Sumber : DAOP IV Semarang

Berkaitan dengan pengalihan barang dari jalan Pantura (Jakarta – Surabaya) ke angkutan kereta api barang maka, sebaiknya menggunakan wesel dengan tipe Rel 54. Hal ini adalah seiring dengan adanya upaya menggunakan rel tipe R-54. o. Telekomunikasi

Berdasarkan hasil survey pada DAOP IV Semarang terdapat beberapa jenis alat telekomunikasi dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.75. Kondisi telekomunikasi DAOP IV Semarang

No Jenis Peralatan Banyaknya Peralatan Perkoridor Jumlah

Semarang- Tegal Semarang- Bojonegoro Brombong -Gundik Gundik- Gambri-ngan A JARINGAN RADIO 1 Jaringan Radio 3 10 1 - 14 JUMLAH A 3 10 1 - 14 B JARINGAN TRAINDISPATCHING 1 Radio Lokomotif - 31 - - 31 2 Way Station 20 25 7 - 52 3 Base Station 3 5 - - 8 4 Console PK - 3 - - 3 5 Pesawat URS - - - - - JUMLAH B 23 64 7 94 C PERANGKAT R .54 R .50 R 41/42 R 33 R 25 30 Jambon - - 3 - - 3 31 Panunggalan - 1 3 - - 4 32 Kradenan - - - - 33 Sulur - 4 - - - 4 34 Doplang - 4 - - - 4 35 Randublatung - 3 5 - - 8 36 Wadu - 3 - - - 3 37 Kapuan 2 - 1 - - 3 38 Cepu 2 10 4 - 23 39 39 Tobo - 4 - - - 4 40 Kalitidu - 4 - - - 4 41 Bojonegoro - 6 8 1 4 19 42 Tanggung - - - - 43 Kedungjati - - 2 - - 2 44 Padas - - 1 1 - 2 45 Telawa - - 5 - - 5 46 Karangsono - - - 5 - 5 47 Gundih - - 10 4 - 14 48 Bendono - - - - 4 4 49 Ambarawa - - - - 3 3 50 Tuntang - - - - 4 4 JUMLAH 92 42 138 38 78 388

(18)

Laporan Akhir V-105

No Jenis Peralatan Banyaknya Peralatan Perkoridor Jumlah

Semarang- Tegal Semarang- Bojonegoro Brombong -Gundik Gundik- Gambri-ngan TELKOM 1 Telepon T 22 29 11 - 62 2 Telepon LB 17 22 4 - 43 3 Telepon CB/TOKA 114 241 4 - 359 4 Faximilie 7 3 - - 10 5 Sentra TOKA 2 4 - - 6 6 Sentra Teleks - 1 - - 1 7 PRT( Voice recorder) - 2 5 - 7 8 Genta Penjaga/Gentanik 28 7 - 1 36 9 Genta Peron 13 8 - 1 22 10 Teleks 2 5 - - 7

11 Repearter Oscar Romeo - 4 - - 4

12 Compoter Ticketing 3 3 - - 6

13 Sound System di Stasiun 18 23 6 -- 47

14 Lemari Kabel 42 45 12 - 99

15 Mini PABX/Kay Telepon 18 1 - - 19

16 Cabang Key Telepon 45 8 - - 53

17 Pesawat Rig 14 8 5 - 27

18 Pesawat HT - 2 1 - 3

19 Pesawat Aiphone - 8 - - 8

20 Sentral Talk Back 2 1 - - 3

21 Cabang Talk Back 6 27 - - 33

22 Jam Listrik 1 1 3 - 5

23 Anak Jam Listrik 1 1 3 - 5

24 Kabel Data 18 - - - 18

25 Saluran Telepon TOKA 1 1 - - 2

26 Saluran Telepon T/Toka 16 19 7 - 42

JUMLAH C 390 474 61 2 927

JUMLAH TOTAL 416 548 69 2 1.035

Sumber : DAOP IV Semarang

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan kereta api barang maka sebaiknya setiap jenis telekomunikasi yang terdiri dari a) Jaringan radio, b) Jaringan Traindispatcing, c) Perangkat telkom harus dilengkapi pada setiap stasiun besar maupun stasiun antara. Hal ini disebabkan karena fungsi telekomunikasi sesuai dengan teori yang dijelaskan sebelumnya memiliki peranan yang cukup besar untuk menjamin kelancaran, keamanan dan keselamatan operasional kereta api barang. Di lain pihak untuk menjamin kehandalan para aparat pengguna telekomunikasi juga disiapkan peralatan perekam pembicaraan antara pengendali dengan awak kereta api serta petugas stasiun untuk kepentingan pengoperasian dan penelusuran bila mana terjadi kecelakaan.

p. Akses Jalan

Dari hasil survey di DAOP IV Semarang, kondisi pada setiap akses jalan dalam keadaan baik, secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.76. Kondisi akses jalan stasiun DAOP IV Semarang

No Nama Stasiun Singkatan Kondisi Akses

Lintas Smc-Cn

1 Semarangponcol Smc Baik

2 Jerakah Jrk Baik

(19)

Laporan Akhir V-106

No Nama Stasiun Singkatan Kondisi Akses

4 Kaliwungu Kln Baik 5 Kalibodri Kbd Baik 6 Weleri Wlr Baik 7 Krengseng Kns Baik 8 Plabuhan Plb Baik 9 Kuripan Krp Baik

10 Ujungnegoro Ujn Baik

11 Batang Btg Baik

12 Pekalongan Pk Baik

13 Sragi Sri Baik

14 Comal Co Baik

15 Petarukan Pta Baik

16 Pemalang Pml Baik 17 Surodadi Sd Baik 18 Larangan Lr Baik 19 Tegal Tg Baik Lintas SMC - GBN 20 Semaranggudang Smg Baik 21 Semarangtawang Smt Baik

22 Alastuwa Ata Baik

23 Brumbung Bbg Baik

24 Tegowanu Tgw Baik

25 Gubug Gub Baik

26 Karangjati Kgt Baik

27 Sedadi Sdi Baik

28 Ngrombo Nbo Baik

29 Gambringan Gbn Baik Lintas Gd-Sbi 30 Jambon Jbn Baik 31 Panunggalan Pnl Baik 32 Kradenan Knn Baik 33 Sulur Sl Baik 34 Doplang Dpl Baik 35 Randublatung Rbg Baik

36 Wadu Wdu Baik

37 Kapuan Kpa Baik

38 Cepu Cu Baik

39 Tobo Tbo Baik

40 Kalitidu Kit

41 Bojonegoro Bj

Lintas Bbg-Slo

42 Tanggung Tgg Baik

43 Kedungjati Kej Baik

44 Padas Pds Baik

45 Telawa Tw Baik

46 Karangsono Kso Baik

47 Gundih Gd Baik

48 Bedono Bdn Baik

49 Ambarawa Abr Baik

50 Tuntang Ttg Baik

Sumber : DAOP IV Semarang

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan kereta api barang maka jalan akses perlu dibangun atau diperlebar terutama

(20)

Laporan Akhir V-107 distasiun-stasiun antara dan stasiun-stasiun yang potensial untuk mobilisasi angkutan barang.

q. Gudang barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi gudang barang pada DAOP IV Semarang gudang yang terdapat di stasiun Brumbung daya tampung 180 ton/m2, stasiun Pekalongan 480 ton/m2, stasiun Tegal 600 ton/m2, stasiun Bojonegoro 600 ton/m2dan stasiun Cepu 600 ton/m2, Kelima gudang tersebut dalam kondisi baik dan aktif, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut

Tabel 5.77. Kondisi sarana pelayanan gudang barang pada DAOP IV Semarang

No Lokasi Kapasitas

(Ton/m2)

Kondisi

1 Stasiun Brumbung 180 Baik

2 Stasiun Pekalongan 480 Baik

3 Stasiun Tegal 600 Baik

4 Stasiun Bojonegoro 600 Baik

5 Stasiun Cepu 600 Baik

Sumber: DAOP IV Semarang

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan kereta api barang maka gudang barang perlu ditingkatkan ukuran dan kapasitasnya untuk menampung barang dan pengelolaan lebih lanjut. Untuk mendayagunakan gudang yang ada secara optimal, maka diupayakan perbaikan, penambaahan luas gudang dengan konstruksi yang lebih kuat sesuai persyaratan teknis gudang, tersedianya ventilasi dan pencahayaan yang cukup, pintu cukup lebar dengan menggunakan sleeding door bahan besi dan berlantai beton. r. Lapangan Penumpukan

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi lapangan penumpukan barang pada DAOP IV Semarang hampir semua stasiun tidak adanya lapangan penumpukan Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan kereta api barang maka, lapangan penumpukan perlu di buat yaitu dengan dengan penambahan luas lahan karena yang dikhawatirkan jika volume pengiriman barang meningkat dan tidak adanya lapanganan penumpukan akan mengganggu kelancaran kendaraan pengangkut barang, selain itu kondisi lapangan penumpukan sebaiknya berlantai beton, mudah dipantau, ada fasilitas pelindung dan lampu penerangan yang cukup pada prinsipnya terbuka dibatasi oleh dinding.

(21)

Laporan Akhir V-108 s. Tempat bongkar muat barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi Tempat bongkar muat barang pada DAOP IV Semarang terdapat di lima (5) stasiun, yaitu : stasiun Brumbung, stasiun Pekalongan, stasiun Tegal, stasiun Bojonegoro dan stasiun Cepu. Proses pembongkaran barang dilakukan secara langsung dari kereta api menggunakan forklift langsung dibawa ke gudang penyimpanan. Tempat bongkar muat tersebut dalam kondisi baik dan aktif. Secara singkat dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini.

Tabel 5.78. Tempat bongkar barang pada DAOP V Semarang.

No Lokasi Kapasitas

(Ton/m2)

Kondisi

1 Stasiun Brumbung 480 Baik

2 Stasiun Pekalongan 480 Baik

3 Stasiun Tegal 600 Baik

4 Stasiun Bojonegoro 600 Baik

5 Stasiun Cepu 600 Baik

Sumber : DAOP V Semarang

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan kereta api barang, maka tempat bongkar muat barang distasiun perlu ditingkatkan ukuran dan kapasitasnya, menambah alat bongkar muat, ada jalan akses dengan ukuran dan konstruksi jalan yang baik, ada atap, lantai beton ada fasilitas untuk kendaraan masuk dan keluar, lampu penerangan, ada menara pengawas dan tenaga pengawas yang cukup. Selain dari kelima stasiun yang telah diuraikan untuk stasiun antara lainnya yang potensial dalam hal pemuatan dan pembongkaran barang harus dibuat tempat bongkar muat juga dengan harapan bisa melayani semua kereta api barang.

t. Langsiran gerbong barang

Hasil survey pada DAOP IV Semarang kegiatan langsir menggunakan lokomotif khusus dan tidak menggunakan lokomotif dinas, dan hal ini seyogyanya diterapkan pada DAOP-DAOP lain yang belum mempunyai lokomotif khusus.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan kereta api barang, maka perlu penambahan jalur parkir barang untuk menampung 20 unit gerbong dan 1 unit Cabous (tempat petugas), bila ada penambahan pelangsiran perlu penambahan wesel dan penambahan jumlah spoor sepanjang ± 350 m s/d 400 m.

.

u. Parkir kendaraan angkutan barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi parkir kendaraan angkutan barang pada DAOP V, untuk stasiun Pekalongan menampung kendaraan jenis truk satu sumbu sebanyak 15 truk, pada stasiun Semarang Poncol tempat parkir kendaraan angkutan barang mempunyai daya tampung kendaraan jenis truk lebih kurang 10 truk, untuk kondisi tempat parkiran kendaraan pada stasiun Pekalongan dalam keadaan layak, sedangkan tempat parkir untuk di stasiun Semarang poncol kondisinya juga layak. Secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut.

(22)

Laporan Akhir V-109

Tabel 5.79. Kondisi lapangan parkir pada DAOP IV Semarang

No Lokasi

Kapasitas Truk (Unit)

Kondisi

1 Stasiun Pekalongan 17 Layak

2 Stasiun Semarang Poncol 10 Layak

Sumber : DAOP IV (Semarang)

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan barang melalui angkutan jalan ke angkutan kereta api barang maka parkir kendaraan angkutan barang perlu diperluas bagi kendaraan pengangkut barang baik yang akan dinaikkan distasiun maupun yang diturunkan dari stasiun, ada jalur masuk dan keluar yang cukup kearea parkir, menciptakan ketertiban dan keamanan perpakiran, adanya rambu dan batas parkir. Pada waktu ramai (peakseason) pintu masuk keluar dan masuk dibuat dua jalur, pengaturan parkir disesuaikan dengan luas lahan dengan prinsip menjamin kelancaran pergerakan kendaraan. Penyimpanan kendaraan diatur sesuai rambu dan batas parkir dan pengaturan oleh petugas parkir resmi dari stasiun. Cara penyimpanan kendaraan diusahakan tidak sejajar dengan tubuh jalan dihalaman parkir tetapi menyerong, apabila parkir kendaraan angkutan barang tidak memadai lagi, maka diupayakan penambahan luas lahan parkir yang tetap memperhatikan persyaratan lapangan parkir.

v. Crane

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi alat bongkar muat barang (Crane) pada DAOP IV Semarang tidak ada, dan harus di upayakan agar keberadaan alat crane pada lokasi ini tersedia atau di sediakan dengan kapasitas yang disesuaikan dengan volume bongkar muat barang.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan kereta api barang, maka keberadaan crane untuk proses bongkar muat barang sebaiknya difasilitasi distasiun-stasiun yang potensi untuk bongkar muat barang mengingat banyak jenis barang berat yang tidak bisa ditangani oleh kemampuan tenaga manusia atau tidak bisa ditangani oleh alat bongkar muat lain yang memiliki kapasitas angkat di bawah kemampuan.

w. Jembatan timbang

Berdasarkan hasil survey di DAOP IV Semarang pada semua stasiun tidak tersedianya jembatan timbang barang yang digunakan untuk kereta api barang Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan kereta api barang, maka perlu adanya timbangan barang distasiun yang berpotensi pada DAOP V Semarang serta dengan meningkatkan kapasitas timbangan barang dan setiap selesai penimbangan harus ada struk sebagai bukti hasil penimbangan.

x. Security/ Keamanan

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi security/keamanan pada DAOP IV Semarang, petugas keamanan pada stasiun Pekalongan berjumlah 16 orang,

(23)

Laporan Akhir V-110 stasiun Tegal berjumlah 18, stasiun Semarang Poncol 38 orang , stasiun Semarang Tawang sebanyak 34 orang dengan latar belakangan pendidikan bermacam-macam dari SD, SMP, SMA, S1, Kesamaptaan, Beladiri dan Polri, untuk waktu bertugas dibagi menjadi 3 shiff yaitu pagi hari, siang hari dan malam hari, secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.80.Jumlah personil keamanan di DAOP IV Semarang

No Lokasi Jumlah (orang)

1 Stasiun Pekalongan 16

2 Stasiun Tegal 18

3 Stasiun Semarang Poncol 38 4 Stasiun Semarang

Tawang

34 Sumber : DAOP IV Semarang

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan kereta api barang, maka peran security sangat dibutuhkan untuk menyerasikan kegiatan pekerjaan distasiun sehingga pelayanan di stasiun kereta api terus meningkat yang secara keseluruhan akan meningkatkan kinerja angkutan kereta api barang.

y. Gapeka

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP IV semarang perjalanan kereta api mengacu ke GAPEKA yang masih berlaku.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan kereta api barang, maka sebagai instrumen pengaturan perjalanan kereta api harus dibuat lebih cermat karena selain untuk kelancaran operasi, juga dalam rangka keselamatan angkutan kereta api.

z. Tempat muat barang curah dan batubara

Berdasarkan pemantauan pada DAOP IV Semarang, bahwa di DAOP ini ada tempat muat barang jenis curah dan batu bara tetapi hanya dikhususkan untuk kepentingan dinas (jenis batu split/kricak) namun untuk pelayanan umum tidak disediakan, pada DAOP IV Semarang umumnya terdapat jenis gerbong jenis YYW dan KKBW yang fungsinya sebagai pengangkut batu bara dan kricak. Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan kereta api barang, maka harus diupayakan juga pelayanan angkutan barang jenis split/kricak yang melayani untuk umum tidak hanya untuk kepentingan dinas. Selain itu juga pemuatan/ pembongkaran barang baik jenis curah, batu bara dan jenis barang lainnya harus pada tempat yang tepat yang berguna untuk meminimalisis kerugian yang mungkin timbul akibat ketidak tepatan.

aa. Schowing

Hasil survey di lokasi studi DAOP IV Semarang schowin terdapat pada stasiun-stasiun tertentu seperti, stasiun-stasiun Tegal, Stasiun Semarang Poncol, dan stasiun-stasiun Semarang Tawang. Untuk menjalankan tugasnya Showing ini diberdayagunakan dengan tiga (3) jadwal/shiff pada pagi hari dan sore hari dan malam hari yang masing-masing terdiri 3 s/d 4 orang, Berkaitan dengan peningkatan angkutan

(24)

Laporan Akhir V-111 barang kereta api akibat pengalihan angkutan barang melalui jalan ke angkutan barang kereta api, maka kinerja schowing perlu terus ditingkatkan baik mengenai ketelitian hasil pemeriksaan dengan peralatan yang tepat atau presisi maupun frekuensi pemeriksaan sesuai lamanya sarana kereta api dioperasikan. Ketelitian hasil pemeriksaan ini ikut menentukan rangkaian penyediaan sarana kereta api yang siap operasi. Scowing dimaksud dapat diatur jumlah dan shif kerja supaya tetap ada pemeriksaan kereta api habis dinas dan juga perlu penambahan personil schowing pada setiap stasiun pemberangkatan kereta api barang jika terjadi kenaikan frekuensi perjalalan kereta api barang.

bb. Conveyor

Dari hasil survey pada DAOP IV Semarang tidak ditemukan pemakai conveyor dalam proses bongkar muat barang.

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang keret api akibat pengalihan angkutan barang melalui jalan ke angkutan kereta api, maka bagi stasiun yang kegiatan bongkar muatnya jenis batu bara agar dalam proses pemindahan dari gerbong curah ke tempat penampungan sebaiknya menggunakan conveyor bucket Elevator, sedangkan untuk semen dalam zak sebaiknya menggunakan belt conveyor, dimana selama alat ini digunakan setidaknya dapat meminimalisir tingkat kerusakan barang dan meringankan beban kerja tenaga manusia.

cc. Forklift

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP IV Semarang tidak ditemukannya forklift karena karena mayoritas bongkaran barang berupa jenis paket yang masih bisa ditangani oleh tenaga manusia.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan kereta api barang, maka perlu disediakan forklift dan pendayagunaan forklift sebaiknya dioperasikan oleh petugas yang kompeten dan selalu melakukan pemeliharaan secara rutin agar agar tetap baik kinerjanya. Selain itu juga khususnya pada DAOP IV semarang untuk stasiun-stasiun yang belum memiliki alat bongkar sejenis forklift sebaiknya di lengkapi untuk menunjang proses bongkar muat pada kereta api barang.

dd. Crew

Berdasarkan data survey di DAOP IV Semarang jumlah masinis sebanyak 23 orang, kondektur 20 orang dan tekhnisi kereta api (TKA) sebanyak 30 orang.

Tabel 5.81. Jumlah Crew pada DAOP IV Semarang

No Nama DAOP Masinis Kondektur Tekhnisi Kereta Api

1 DAOP IV

Semarang

23 20 30

Sumber: DAOP IV Semarang, 2013

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan kereta api barang , maka crew kereta api harus cukup jumlahnya dengan kata lain jika terjadi kekurangan pihak penyelenggara harus menambah crew tentunya yang memenuhi persyaratan kualifikasi kecakapan. Kualifikasi

(25)

Laporan Akhir V-112 kecakapan crew yang dimaksud dibuktikan dengan sertifikat kecakapan yang diperoleh setelah lulus mengikuti pendidikan dan pelatihan. Hal ini diperlukan agar kinerja kereta api barang meningkat.

2. Sarana Perkeretaapian barang DAOP IV Semarang

a. Lokomotif

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi Daop IV Semarang, lokomotif diesel elektrik ( CC CC 201 berjumlah 7, CC 203 berjumlah 3, CC 204 berjumlah 1, BB 300 berjumlah 3 ) dan lokomotif hidrolik ( BB 304 berjumlah 1 dan D 301 berjumlah 5) yang terdapat pada emplasemen stasiun semua kondisi lokomotif tersebut dalam keadaan baik, secara singkat dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.

Tabel 5.82. Kondisi Lokomotif di DAOP IV Semarang

No Lokasi Jenis Tipe Jumlah

(unit) Kondisi 1 Depo Semarang Poncol Diesel Elektrik Diesel Elektrik Diesel Elektrik Diesel Elektrik Diesel Hidrolik Diesel Hidrolik CC201 CC203 CC204 BB 300 BB 304 D301 7 3 1 3 1 5 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Sumber : Hasil Survey DAOP IV Semarang, 2013

Dengan melihat beberapa tipe lokomotif yang ada pada DAOP IV Semarang khususnya tipe CC201 dan CC203 yang mempunyai daya tarik sebesar 1950 HP untuk CC201 dan 2150 HP untuk CC203 diharapkan mampu dioperasikan untuk menarik beban barang yang mencapai rata-rata 1200 ton dengan dengan 20 rangkaian gerbong barang dengan kecepatan yang mengacu sesuai dengan GAPEKA yaitu kecepatan maksimum untuk kereta api barang maksimum 70 km/jam. Hal ini akan menjadi meningkatnya kapasitas angkut barang dan terpenuhinya waktu penyampaian ditempat tujuan dengan dukungan penggantian prasarana kereta api seperti rel dengan tipe R 54, penambat dengan jenis elastik dan bantalan jenis beton.

b. Gerbong barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi terdapat gerbong terbuka pada stasiun Pekalongan DAOP IV Semarang berjumlah 17 jenis KKBW/30 ton, pada stasiun Poncol Semarang untuk gerbong curah jenis KKBW/30 ton untuk curah batu bara berjumlah 1, KKBW/25 ton berjumlah 16 dan jenis YYW/30 ton untuk curah kricak berjumlah 38 gebong. Semua gerbong dalam kondisi baik, secara singkat dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.

Tabel 5.83. Kondisi gerbong di DAOP IV Semarang No. Nama Stasiun Jenis

Gerbong

Jumlah (unit)

Kapasitas Kondisi

1 Stasiun Pekalongan KKBW 17 30 Baik

2 Stasiun Semarang Poncol

KKBW 1 30 Baik

KKBW 16 25 Baik

YYW 38 30 Baik

(26)

Laporan Akhir V-113 Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai akibat pengalihan barang dari jalur Pantura (Jakarta-Surabaya) ke angkutan kereta api barang maka perlu mengoptimalkan pendayagunaan gerbong yang ada, gerbong datar, serta menambah frekuensi penggunaan gerbong, selain itu juga perlu ada penambahan jenis gerbong barang sesuai spesifikasi kebutuhan seperti gerbong terbuka, gerbong tertutup dan gerbong tangki agar suatu saat jika terjadi peningkatan kapasitas ataupun volume barang maka di DAOP III Cirebon siap untuk mengoperasikan gerbong-gerbong barang baik yang tersedia ataupun yang dicadangkan.

c. Depo pemeliharaan lokomotif

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP IV Semarang Depo pemeliharaan lokomotif yang ada pada emplasemen stasiun Semarang perujakan tersebut dalam keadaan baik.

Tabel 5.84. Kondisi depo pemeliharaan lokomotif DAOP IV Semarang

No Depo stasiun Kondisi

1 Dipo Lokomotif Semarang Poncol baik

2 Dipo Lokomotif stasiun Cepu baik

3 Dipo Lokomotif stasiun Tegal baik

Sumber : DAOP IV Semarang, 2013

Berkaitan dengan peningkatan angkutan barang kereta api akibat pengalihan angkutan barang melalui jalan ke angkutan kereta api barang, maka depo pemeliharaan otomotif terus ditingkatkan peranannya dengan melengkapi peralatan pemeliharaan dengan teknologi terbaru didukung tenaga pemeliharaan yang bersertifikat sesuai ketentuan serta daya sistem pengecekan yang cermat. Peralatan pemeriksaan pengujian dan perawatan yang digunakan harus dikalibrasi secara berkala. Selain depo pemeliharaan pada stasiun tertentu sebaiknya pada stasiun anatar yang potensial juga dilengkapi dengan depo lokomotif yang bertujuan agar setiap saat lokomotif siap dioperasioanalkan dengan tidak menunggu perbaikan di depo stasiun-stasiun besar.

d. Depo Pemeliharaan Gerbong Barang

Berdasarkan hasil survey di lokasi studi DAOP IV Semarang, depo pemeliharaan gerbong berada di stasiun Semarang Poncol dan saat ini masih dioptimalkan dan dalam keadaan baik.

Secara singkat kondisi depo pada DAOP IV Semarang dapat dilihat pda tabel berikut.

Tabel 5.85. Kondisi depo di DAOP IV Semarang

No Lokasi Panjang

(m)

Lebar (m)

Kondisi

1 Depo Semarang Poncol 200 100 Baik

Sumber : DAOP IV Semarang,2013

Kondisi Depo pemeliharaan gerbong yang ada di DAOP IV Semarang perlu terus dijaga agar mampu menyediakan gerbong yang siap operasi menurut jenis dan ukuran gerbong yang dibutuhkan. Selain itu untuk pada stasiun Tegal ada

(27)

Laporan Akhir V-114 terdapat depo pemeliharaan yang dikhususkan untuk lokomotif, supaya dimaksimalkan pemanfaatannya juga untuk pemeliharaan gerbong barang.

C.

DAOP V Purwokerto

1. Prasarana Perkeretaapian DAOP V Purwokerto

a. Jalan Rel

Dengan memperhatikan tipe rel di DAOP V Purwokerto dimana masih terdapat tipe rel 25, tipe rel 33, tipe rel 41/42 maka sebaiknya tipe rel tersebut diganti dengan tipe R 54. Hal ini dimaksudkan agar kapasitas daya tahan rel akan lebih mapan untuk beban barang yang lebih besar. Dengan demikian sebagian angkutan barang melalui jalan pantura lintas Jakarta-Surabaya akan dapat secara bertahap dialihkan melalui angkutan Kereta Api Barang. Sekarang ini kondisi jalan raya Pantura Jakarta – Surabaya sudah melampaui kapasitas jalan. Hal ini dapat dilihat bahwa dibeberapa titik jalan raya Jakarta – Surabaya telah mengalami kemacetan yang pada hakekatnya akan mengganggu kelancaran lalu lintas angkutan barang. Dilain pihak, tingkat kerusakan jalan raya pun semakin cepat seiring dengan kepadatan lalu lintas angkutan barang berikut muatan masing-masing angkutan. Untuk melihat bagaimana kondisi dan tipe rel di DAOP V Purwokerto dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.86.Kondisi dan Jenis Rel yang ada pada DAOP V Purwokerto

U r a i an Jumlah Dalam Satuan Kondisi

Km M M2 Unit

Panjang rel Operasi & Emplasemen KA DAOP V

Purwokerto 443,181

- Type rel R 25 22,077 Baik

- Type rel R 33 43,73 Baik

- Type rel R 41/42 171,085 Baik

- Type rel R 50 - -

- Type rel R 54 209.916 Baik

Sumber : Survey DAOP V Purwokerto,2013.

Pada DAOP VI Yogyakarta masih terdapat rel tipe R 25, R 33 dan R 41/42, dimana tipe rel ini tidak mampu lagi menerima penambahan beban, tekanan gandar yang makin besar, goncangan, gaya vertikal, lateral dan longitudinal. Sesuai pertambahan beban kereta api, apabila muatan barang dialihkan dari angkutan jalan sebesar 1.371.620.374 ton/tahun untuk Jakarta – Jateng dan 2.129.016.037 ton/tahun untuk Jakarta – Jawa Timur sedangkan angkutan barang dan penumpang kereta api eksisting sebesar 373.580 ton/tahun, maka rel tipe R 25, R 33 dan R 41/42 sudah perlu diganti dengan tipe rel R 54. Dari klasifikasi rel yang ada di Indonesia, R Tipe R 54 rel yang mempunyai keunggulan dibandingkan dengan Tipe R 25, R 33 dan R 41/42. Oleh karena itu tipe R 54 ini dapat digunakan diseluruh lintasan di DAOP dan DIVRE untuk keseragaman rel, meskipun pelaksanaannya melalui pentahapan. Berdasarkan hasil survey pada DAOP V Purwokerto terdapat panjang rel keseluruhan 443,181km, terdiri dari type R25 sepanjang 22,077 km, type R33 sepanjang 43,73 km, type R41/42 sepanjang 171,085 km, type R54 sepanjang 209.916 km. Kondisi rel semua type adalah baik dan rel Tipe R 54 adalah rel

(28)

Laporan Akhir V-115 yang dominan di DAOP V Purwokerto. Secara singkat jalur angkutan kereta api barang di DAOP V Purwokerto dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 5.63 Jaringan Material Rel di Daop V Purwokerto

Sumber : Survey DAOP V Purwokerto, 2013

Secara rinci material Rel di DAOP V Purwokerto terdiri dari tipe rel 54 , tipe rel 41/42, tipe rel 33 dan tipe rel 25 yang mempunyai panjang keseluruhan 443,181 km terdapat pada tabel berikut.

Tabel 5.87.Kondisi dan Jenis Rel yang ada pada DAOP V Purwokerto Lintas Tipe Rel (R) Panjang Lintas (Km) A. Lintas Raya

B 35 – Prupuk (Hulu) 54 1,237

B 35 – Prupuk (Hilir) 54 1,237

Prupuk – Kretek (Hulu) 54 25,621

Prupuk – Kretek (Hilir) 54 25,621

Kretek – Purwokerto (Hulu) 54 30,397

Kretek – Purwokerto (Hilir) 54 30,397

Purwokerto – Kroya 54 27,167 B 45 – Prupuk 41/42 36,000 Maos – Gandrungmangun 41/42 13,574 Gumilir – Cilacap 41/42 7,000 Cilacap - Sumpiuh 33 3,626 Gumilir - Karangtalun 41/42 0,744 B25 - Maos 41/42 74,238 Maos - Kroya 41/42 12,698 Kroya - Gombong 54 28,489

Gombong – Kutuarjo (hilir) 54 35,550

Butuh – Kutuarjo (Hulu) 54 0,145

Butuh – Kutuarjo (Hilir) 54 0,145

Kutuarjo – B 56 (Hulu) 54 1,955

Kutuarjo – B 56 (Hilir) 54 1,955

Gambar

Tabel 5.69.  Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Semarang gudang -  Gambringan DAOP IV Semarang
Tabel 5.71.  Kondisi emplasemen/ peron dan spoor lintas Brumbung – Solo  DAOP IV Semarang
Tabel 5.75.  Kondisi telekomunikasi DAOP IV Semarang
Tabel 5.76.  Kondisi akses jalan stasiun DAOP IV Semarang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil belajar siswa kelas I SD Islam Al-Azhar 36 Bandung Tahun. Pelajaran 2012/2013 pada tema lingkungan melalui penerapan

Six Sigma berhasil diterapkan pada implementasi SAP modul Training & Event Management dan meningkatkan kualitas proses sebesar 0,5 σ , yaitu dari semula 2,20. σ menjadi 2,70

Demikian pengumuman ini kami sampaikan, apabila ada peserta yang berkeberatan dengan pengumuman ini dapat menyampaikan sanggahan secara tertulis dan diterima paling

Hasil yang diperoleh dapat dinyakan bahwa pemanfaatan limbah menjadi pakan ternak masihrendah terbukti hanya 10 persen dari anggota kelompok ternak yang sudah memanfaatkan

F hitung lebih besar dari F tabel berarti bahwa secara bersama-sama dari semua variabel independen usia, pengalaman kerja, upah, jaminan sosial, hubungan sesama

Peranan notaris dalam pembuatan akta pembagian harta suarang di Minangkabau terbilang masih sedikit dikarenakan adanya kedudukan lain yang lebih tinggi dari Notaris yaitu

KKK dan komunikasi bawahan kepada atasan memberi sumbangan efektif terhadap komitmen organisasi sebesar 41.8%; (2) KKK memiliki hubungan positif yang signifikan

Harmonisa arus keluaran inverter juga mengakibatkan ripple pada torsi lebih besar 2 sampai 5 kali lipat, hal ini mengakibatkan kecepatan motor tidak stabil dan menimbulkan