APLIKASI HASIL PELATIHAN PAMONG BELAJAR DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
(Studi kasus di BPKB Jayagiri Bandung Jawa Barat)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Penyelesaian Studi Pada Program Pascasarjana Program Studi PLS
Konsentrasi Pelatihan
Oleh
M. LUTFI NIM. 989512
£•
CO
e^D/o/^
4i£i
oo
'O ^
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Dengan ini menyatakan bahwa karya talis dengan judui "Aplikasi Hasii
Pelatihan Pamong Beiajar daiam Pengembangan Program Pendidikan Luar
Sekolah di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jayagiri Bandung"
beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan ciri-ciri yang tidak sesuai dengan
etika yang berlaku dalam masyarakat ke ilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada saya, apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika ke
ilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Agustus 2000 Yang Membuat Pernyataan,
Teiah Disetujui Oieh Pembimbing:
Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M.Ed. Pembimbing I
;y
Prof. Dr. H. Diudiu Sudiana. M.Ed.
ABSTRAK
Setiap orang tidak kecuali Pamong Belajar, sesungguhnya memiliki rasa bangga apabila organisasinya semakin baik dalam menjalankan tugas dan fungsi yang diembannya, dalam arti diperhitungkan dan dirasakan ada manfaatnya oleh
masyarakat. Keberhasilan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jayagiri Bandung yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Pendidikan Luar
Sekolah Pemuda dan Olahraga Depdiknas, salah satunya sangat bergantung dari unsur tenaga kependidikan, dalam hal ini Pamong Belajar. Menyadari pentingnya Pamong Belajar sebagai ujung tombak dalam pengembangan model, bimbingan
dan ujicoba program pendidikan luar sekolah yang di emban oleh Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB), maka baik pusat maupun daerah selalu berupaya mengembangkan kemampuan Pamong Belajar melalui berbagai kegiatan yang dapat mengarah pada peningkatan kemampuan, agar dapat
melaksanakan tugas dengan baik. Peningkatan kemampuan Pamong Belajar dengan mengikuti pelatihan, pendidikan, lokakarya, seminar dll merupakan upaya
strategis dalam menjawab tantangan yang dihadapinya.
Untuk mengungkap berbagai kegiatan peningkatan kemampuan Pamong
Belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jayagiri, penelitian ini mengajukan lima pertanyaan sebagi berikut: (1) Bagaimanakah Pimpinan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) meningkatkan kemampuan Pamong
Belajar, (2) Bagaimanakah peranan Pamong Belajar mengaplikasikan hasil peningkatan kemampuan/pelatihan dalam program-program pendidikan luar
sekolah di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB), (3) Bagaimanakah
persepsi Pamong Belajar dalam mengaplikasikan hasil pelatihan, (4) Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar, dan (5) Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam mengaplikasikan hasil peningkatan
kemampuan/pelatihan.
Sebagai bahan kajian dalam penelitian ini merujuk pada bahan-bahan pustaka, guna membahas teori-teori yang relevan, yakni konsep pendidikan luar sekolah, pengembangan sumber daya manusia, konsep pelatihan dan
undang-undang sistem pendidikan nasional.
Untuk mendapatkan data, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatifdengan pendekatan studi kasus. Subjek penelitian adalah Kepala BPKB,
Kepala Subbag TU, danPamong Belajar. Pengumpulan data dilakukan melalui (1)
vvawancara, (2) observasi, (3) studi dokumentasi. Data dianalisis dengan cara: (1) reduksi data, (2) penyajian data {display), dan (3) verifikasi. Paparan disajikan
dengan memadukan perspektifemic dan etic.
Dari temuan penelitian atas dasar rumusan masalah dan pertanyaan
penelitian, menunjukkan: (1) kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan Pamong Belajar dilakukan secara berkelanjutan, (2) dalam
peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar tidak bergantung dari Kepala
Balai Pengembangan Kegiatan Belajar, tetapi Pamong Belajar dituntut untuk
mempunyai inisiatif sendiri, (3) persepsi dan motivasi Pamong Belajar dalam
dalam berbagai upaya peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar sangat
berpengaruh, (4) model-model program pendidikan luar sekolah yang dihasilkan
belum seluruhnya dapat diadopsi dan diterapkan oleh Sanggar Kegiatan Belajar dan jajaran Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga, (5) dalam aplikasi hasil peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pengembangan program-program pendidikan luar sekolah, dan (6) peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar dan
aplikasinya dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal, dimana kedua
faktor tersebut saling mendukung dan menghambat, (7) lemahnya unsur supervisi dari pusat (Ditdiktentis), (8) Staf Tata Usaha turut menentukan keberhasilan peningkatan kemampuan Pamong Belajar.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diajukan beberapa rekomendasi antara
lain: (1) para pengambil kebijakan di tingkat pusat (Ditdiktentis) dan daerah (BPKB) hendaknya lebih memberikan kesempatan dan selalu mendorong kepada
Pamong Belajar untuk selalu aktif dalam berbagai kegiatan peningkatan kemampuannya sehingga kinerja mereka akan semakin meningkat, (2) Kepala Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) hendaknya selalu berorientasi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada Pamong Belajar untuk aktif dalam berbagai kegiatan
guna peningkatan kemampuan dan mengaplikasikannya dalam program-program
pendidikan luar sekolah, (3) Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis dan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) diharapkan selalu mengkaji dan menganalisis berbagai faktor sehubungan dengan model-model pembelajaran yang telah dihasilkan oleh Pamong Belajar, apakah dapat diadopsi dan diterapkan
oleh masyarakat, sehingga bukan hanya berorientasi pada kuantitas tetapi lebih
kepada kualitas, (4) diharapkan pada pihak Ditdiktentis agar materi supervisi perlu dilatihkan secara mendalam dan perlu kajian tersediri, sehingga Pamong Belajar
dapat mebedakan hakekat yang benar dari supervisi, (5) peningkatan kemampuan
staf perlu menjadi kajian mendalam untuk memperkaya khasanah ilmu, khususnya
pendidikan luar sekolah, dan (6) dalam mengaplikasikan hasil peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar perlu mendapat dukungan dari semua
komponen yang ada di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB), dengan
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ii
A nCTD A V ,».
n u v j i iv-tvi^. IV
KATA PENGANTAR vi
UCAPAN TERIMAKASIH vii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMP1RAN xiv
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 8
C. Pertanyaan Penelitian 8
D. Defini Operasional 9
E. Tujuan Penelitian 12
F. Manfaat Penelitian 13
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN 14
A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah 14
1. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Luar Sekolah 14
2. Kedudukan Pendidikan Luar Sekolah dalam UUSPN 22
3. Pengembangan Program Pendidikan Luar Sekolah 26
B. Peningkatan Sumber Daya Manusia melalui Pelatihan 31 C. Peningkatan Kemampuan Pamong Belajar 35 1. Pentingnya Peningkatan Kemampuan 35
2. Berbagai Kegiatan Pengembangan 38
3. Kemampuan Pamong Belajar 40
4. Konsep tentang Program 41
BAB 111 METODOLOGI PENELITIAN 43
B. Subjek Penelitian 44
C. Teknik Pengumpulan Data 44
D. Pengolahan dan Analisa Data 47
E. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 53
A. Desknpsi BPKB Jayagiri 53
1. Sejarah Berdirinya BPKB Jayagiri 53
2. Geografi 53
3. WilayahKerja 54
4. Struktur Organisasi 55
5. Tugas dan Fungsi 56
6. Ketenagaan BPKB Jayagiri 57
7. Sarana dan Prasarana 58
8. Program BPKB Jayagiri Tahun 1999/2000 59
9. Kegiatan Lintas Sektoral 60
10. Konsep tentang Program BPKB Jayagiri 61
B. Deskripsi Hasil Penelitian 64
C. Pembahasan Hasil Penelitian 105
D. Temuan Penelitian 132
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 144
A. Kesimpulan 144
B. Rekomendasi 147
DAFTAR KEPUSTAKAAN 149
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Keadaan Ketenagaan Administrasi BPKB Jayagiri 55
4.2 Keadaan Ketenagaan Fungsional BPKB Jayagiri 57
4.3 Tenaga Potensial BPKB Jayagiri 57
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Keterkaitan antara Kedua Sistem Pendidikan 25
2.2 Hubungan Fungsional antara Komponen-Komponen PLS 30
2.3 Model Proses Peningkatan Sumber Daya Manusia 34
4.1 Struktur Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) 55
4.2 Upaya PeningkatanKemampuan Pamong Belajar 73
4.3 Pelatihan Menggunakan Pola Datang 134
4.4 Pelatihan Menggunakan Pola Pergi 134
4.5 Pelatihan Menggunakan Pola Sel 135
4.6 Pelatihan Menggunakan Kelompok 136
4.7 Bimbingan Teknik Menggunakan Pola Kelompok 136
4.8 Bimbingan Teknik dengan Pola Individu 136
4.9 Seminar dan Loka Karya dengan Pola Terpadu 137
4.10 Pola Peningkatan Kemampuan Pamong Belajar dalam
Kaitannya dengan Penemuan Model 138
4.11 Pola Peningkatan Kemampuan Pamong Belajar atas Inisiatif
Pamong Belajar sendiri 140
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat ijin penelitian dari Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) Bandung
2. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian di Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar Jayagiri Bandung Jawa Barat
BAB I
PENDAHULUAN /fYJfc
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan suatu
bangsa, sehingga pendidikan dapat dipandang sebagai salah satu bentuk investasi. Bahwa investasi pendidikan sebagai kegiatan inti dalam pengembangan sumber daya manusia terbukti memiliki kontribusi yang positif terhadap tingkat
keuntungan ekonomi, sehingga disimpulkan bahwa keuntungan dalam investasi
pendidikan lebih tinggi dari pada investasi fisik. Dilihat dari fungsinya ada tiga
hal yang mendasar dari pendidikan yaitu: (1) mencerdaskan kehidupan bangsa, (2)
mempersiapkan tenaga kerja terampil dan ahli, dan (3) membina dan
mengembangkan penguasaan teknologi.
Dalam sistem pendidikan nasional Nomor 2 Tahun 1989, dimana
pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Untuk merealisasikan tujuan pendidikan nasional, Departemen Pendidikan Nasional telah menetapkan empat sasaran strategi yang menjadi orientasi
perencanaan, pengembangan dan pelaksanaan program pendidikan nasional yaitu
pendidikan, dan (4) peningkatan efisiensi pelaksanaan pendidikan nasional
(Soedijarto, 1995). Keempat strategi Depdiknas tersebut dijabarkan dan
dilaksanakan baik melalui jalur pendidikan persekolahan maupun melalui jalur
pendidikan luar sekolah. Pelaksanaan pendidikan melalui jalur pendidikan
persekolahan telah diatur mulai dari jenjang sekolah tingkat dasar sampai dengan
jenjang pendidikan tinggi. Sedang padajalur pendidikan luar sekolah telah diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991, yaitu (1) melayani warga
belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang
hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya, (2) membina
warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang
diperlukan untuk pengembangan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ke
jenjang tingkat dan atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan (3) memenuhi
kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan
sekolah.
Agar dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut dapat berjalan dan berhasil
dengan baik, maka tidak terlepas dari kemampuan dan keterampilan sumber daya
manusianya. Karena manusia sebagai unsur penting dalam mengelola pendidikan maka harus selalu ditingkatkan dan dikembangkan agar potensi yang terdapat
dalam dirinya dapat diaktualisasikan.
Pengembangan sumber daya manusia sangat penting dalam suatu
organisasi atau lembaga apapun. Pengembangan manusia dapat dilihat dua aspek,
yakni kualitas dan kuantitas. Kuantitas menunjuk pada jumlah, sedang kualitas
maupun kemampuan non fisik seperti kemampuan bekerja, berpikir dan
keterampilan-keterampilan lain (Notoatmojo, 1992:4). Lebih jauh dijelaskan
bahwa apabila ditinjau secara mikro, dalam arti lingkungan suatu unit kerja, maka
sumber daya manusia dimaksud adalah karyawan atau pegawai yang sangat penting peranannya dalam mencapai keberhasilan suatu lembaga atau organisasi.
Agar seluruh tugas dan fungsi Balai Pengembangan Kegiatan Belajar
(BPKB) dapat berjalan dengan baik, maka perlu dikembangkan sumber daya
manusia pada lembaga tersebut. Sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat
Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan Olahraga di lingkungan
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Adapun tugas BPKB
adalah melaksanakan pengembangkan, bimbingan dan ujicoba program
pendidikan luar sekolah, pemuda dan olahraga (Kepmendikbud Nomor
022/0/1997). Lebih jauh mengenai kedudukan BPKB:
1. Secara teknis edukatif bertanggung jawab kepada dan dibina oleh Direktur
Pendidikan Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora.
2. Secara administratif bertanggung jawab dan dibina oleh Kepala Kantor
Wilayah Depdiknas Propinsi setempat.
Untuk merealisasikan tugas-tugas tersebut, pada balai terdapat sejumlah
kelompok tenaga fungsional yang disebut Pamong Belajar. Pamong Belajar
memiliki tugas yang sangat berat, karena harus mampu melaksanakan
harus memiliki bekal tentang bagaimana melaksanakan penelitian, merencanakan
berbagai kegiatan, melaksanakannya dan mengevaluasi serta memikirkan
bagaimana tindak lanjut dari program-program yang telah dilaksanakan.
Disamping tugas pokok Pamong Belajar sebagaimana tersebut dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 127/Menpan/1989, Pamong Belajar BPKB juga memiliki tugas untuk membina Pamong Belajar yang ada di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) yang berada di tingkat Kodya/Kabupaten.
Melihat tugas-tugas berat yang harus dilakukan oleh Pamong Belajar
BPKB, maka agar program-program pendidikan luar sekolah, pemuda dan
olahraga dapat berjalan dan berhasil dengan baik, maka diperlukan tenaga-tenaga
pelaksana maupun tenaga penunjang yang handal, profesional dan berdedikasi
tinggi dalam melaksanakan tugasnya (Ditdiktentis, 1996:17). Sejalan dengan itu
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan luar sekolah perlu peningkatan
secara profesional dan prestasi kerja Pamong Belajar yang salah satunya melalui
menetapan angka kredit (SE Mendikbud Nomor 125/MPK/1991).
Berkaitan dengan pengembangan kemampuan Pamong Belajar sebagai
bagian dari tenaga kependidikan, telah ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 38 Tahun 1993, khususnya pada pasal 31 bahwa tenaga kependidikan
berkewajiban untuk berusaha mengembangkan kemampuan profesionalnya sesuai
dengan perkembangan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan bangsa. Dengan demikian BPKB harus memiliki sumber daya manusia yang terampil dan siap (Ditdiktentis, 1996:8). Lebih dipertegas lagi oleh
profesional dan prestasi kerja secara optimal (SEB Mendikbud dan BAKN,
1994:2).
Dalam rangka pengembangan model-model pendidikan luar sekolah pemuda, dan olahraga Pamong Belajar BPKB merujuk pada tugas pokok Pamong
Belajar, sehingga kemampuan yang harus dimiliki dapat dikelompokkan menjadi
beberapa bagian, yakni kemampuan untuk: (I) melakukan identifikasL, (2)
memotivasi, (3) membimbing, (4) menentukan kebutuhan belajar, (5) menyusun
rencana kegiatan, (6) membuat bahan belajar, (7) mengajar, (8) memantau
kegiatan belajar, (9) menilai, (10) melatih, (11) membimbing, (12) membuat karya
ilmiah, (13) mengembangkan kurikulum PLS.
Soedomo (1992) mengatakan bahwa seorang pengembang pendidikan luar
sekolah harus mampu untuk: (1) mengidentifikasi masalah dan kebutuhan melalui
penelitian, (2) merencanakan dan merumuskan tujuan, (3) mendeskripsikan dan
menentukan tujuan, (4) mengidentifikasi hambatan dan pendukung/analisis, (5)
memecahkan masalah, (6) memilih strategi, (7) membuat program, (8) melakukan
ujicoba, (9) melaksanakan program, (10) melakukan penilaian, dan (11)
melakukan feedback serta (12) menyebarluaskan hasil.
Agar tugas-tugas pengembangan dapat dilaksanakan dengan baik maka
peranan pimpinan dalam membina dan mengkoordinasikan berbagai kegiatan baik
yang menyangkut sumber daya manusia maupun sumber daya material. Sebagai ujung tombak dalam mengemban tugas-tugas Diklusepora, Pamong Belajar
Sebagai pembina teknis edukatif BPKB, Direktur Pendidikan Tenaga
Teknis melihat bahwa kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa
program-program pendidikan luar sekolah saat ini yang dilaksanakan oleh Pamong Belajar
kebanyakan masih belum sesuai atau belum mencapai hasil yang maksimal
dibandingkan dengan target atau sasaran yang ditentukan dalam buku pedoman operasional BPKB. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaksesuaian antara
pelaksanaan program atau tugas yang dilakukan Pamong Belajar BPKB dengan
perencanaan yang terdapat di dalam pedoman operasional BPKB, disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Faktor
internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri Pamong Belajar, seperti;
motivasi dalam bekerja, pendidikan dan pengalaman yang dimiliki, potensi dan
penguasaan keterampilan. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar
individu seperti; kepemimpinan Kepala BPKB, lingkungan bekerja,
sarana/prasarana, dan kondisi dalam masyarakat itu sendiri. Faktor-faktor diatas
menyebabkan perbedaan-perbedaan kinerja Pamong Belajar BPKB, faktor
tersebut perlu dikaji secara lebih mendalam sehingga akan ditemukan
sumber-sumber masalah yang benar-benar menjadi penyebabnya.
Selama ini tugas-tugas pengembangan kemampuan profesional Pamong
Belajar telah dilakukan oleh Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis Ditjen
Dikusepora Depdiknas melalui berbagai kegiatan pelatihan, kendatipun
BPKB juga berkewajiban ikut memimpin, mengkoordinasikan dan membina
Pamong Belajar agar dapat melaksanakan tugas dengan baik.
Menjadi Pamong Belajar profesional tidak mudah karena harus ditempuh
melalui berbagai kegiatan secara terus menerus. Pamong Belajar profesional dapat
dipandang dari tiga dimensi yaitu (1) Pamong Belajar sebagai ekspert/tenaga ahli
yang ciri-cirinya adalah menguasai materi, mampu menanamkan konsep,
memahami psikologi belajar dan sebagai pemberi inspirasi, (2) Pamong Belajar
harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap semua yang diajarkan, (3) Pamong
Belajar harus memiliki rasa kesejawatan.
Dalam penelitian ini ditentukan latar Balai Pengembangan Kegiatan
Belajar (BPKB) Jayagiri Lembang, melihat keberhasilan yang telah dicapai oleh
BPKB Jayagiri dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, barangkali tidak
terlepas dari peran Pimpinan dan Pamong Belajar. Untuk itu dalam penelitian ini
peneliti tertarik untuk mengungkap bagaimana mengapilikasikan hasil pelatihan
Pamong Belajar dalam pengembangan program-program pendidikan luar sekolah
di BPKB Jayagiri.
Penelitian terhadap kemampuan staf dalam hal ini Pamong Belajar BPKB
Jayagiri dianggap penting, karena dilihat dari filosofinya pengembangan staf
berorientasi pada masa depan untuk pertumbuhan individu yang sedang bekerja
B. Rumusan Masalah
Secara kuantitatif keberadaan Pamong Belajar terus bertambah sejalan
upaya peningkatan mutu melalui pelatihan, lokakarya, bimbingan teknis, seminar dan Iain-lain, baik yang bersifat regional yang dilaksanakan oleh BPKB maupun
yang bersifat nasional yang dilaksanakan oleh Direktorat Pendidikan Tenaga
Teknis. Harapannya yaitu terletak pada upaya menyukseskan pelaksanaan
pendidikan pada umumnya, khususnya pendidikan luar sekolah.
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini
difokuskan pada bagaimana upaya peningkatan kemampuan Pamong Belajar dan
mengaplikasikan hasil pelatihan Pamong Belajar dalam pengembangan program
pendidikan luar sekolah di BPKB Jayagiri Lembang. Dari fokus penelitian tersebut maka dapat dijabarkan ke dalam beberapa fokus yang lebih kecil dan di
rumuskan ke dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana upaya peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar yang
dilakukan oleh Pimpinan BPKB Jayagiri?
2. Bagaimana peranan Pamong Belajar mengaplikasikan hasil peningkatan
kemampuan/pelatihan dalam program-program pendidikan luar sekolah di
BPKB Jayagiri?
3. Bagaimana persepsi Pamong Belajar BPKB Jayigiri mengaplikasikan hasil
peningkatan
kemampuan/pelatihan
dalam
mengembangkan
program
4. Faktor-faktor apakah yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan
kegiatan peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar?
5. Faktor-faktor apakah yang mendukung dan menghambat mengaplikasikan
hasil peningkatan kemampuan/pelatihan ke dalam pengembangan program
pendidikan luar sekolah?
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari interpretasi yang berbeda pada setiap istilah yang
terdapat dalam judul penelitian ini, maka dapat dijelaskan batasan dari
istilah-istilah tersebut sebagai berikut:
1. Aplikasi adalah pelaksanaan atau penerapan dengan kesanggupan, kecakapan,
dan kekuatan dalam menerapkan hasil pelatihan. Terkait dalam penelitian ini
adalah kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas kepamongan
berdasarkan SK Menpan Nomor 25/KEP/MK.WASPAN/6/1999 Tentang
Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kredit. Sedangkan program
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berbagai kegiatan BPKB Jayagiri
baik yang sudah maupun yang akan dilaksanakan.
2. Peningkatan kemampuan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan
menuju sasaran yang hendak dicapai. Peningkatan kemampuan adalah upaya
untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan
sifat-sifat kepribadian. Sedang yang dimaksud dengan upaya peningkatan
kemampuan adalah berbagai contoh kegiatan tindakan atau usaha ke arah
peningkatan kemampuan para Pamong Belajar dalam melaksanakan tugas
3. Pamong Belajar sebagaimana dimaksudkan dalam SK Menpan Nomor
25/KEP/MK.WASPAN/6/1999 adalah Pegawai Negeri Sipil dalam
lingkungan Departemen Pendidikan Nasional yang diberi tugas, tanggung
jawab dan hak oleh pejabat yang berwenang untuk menyuluh, mendidik warga
belajar, dan mengembangkan program pendidikan luar sekolah, pemuda dan
olahraga. Dengan demikian jelas bahwa Pamong Belajar sebagai petugas
lapangan yang selain berhubungan langsung dengan sasaran layanan
pendidikan luar sekolah, juga sebagai penentu dalam mengimplementasikan
dan memadukan keseluruhan program pendidikan luar sekolah baik secara
horizontal maupun secara vertikal.
4. Peranan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Depdikbud tahun
1988. Yakni bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan, atau perbuatan
memahami perilaku yang diharapkan dan dikaitkan dengan kedudukan
seseorang. Dalam hal ini bagaimana peran Pamong Belajar sesuai dengan
tugas pokok dan mengaplikasikan hasil pelatihan dalam pengembangan
program pendidikan luar sekolah pada unit kerjanya.
5. Persepsi, menurut Kamus Besar bahasa Indonesia terbitan Depdikbud 1988.
Yakni tanggapan (penerimaan) langsung dari suatu serapan, atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancainderanya. Dalam hal ini
bagaimana persepsi Pamong Belajar dalam mengaplikasikan hasil pelatihan
dalam pengembangan program pendidikan luar sekolah di BPKB Jayagiri.
6. Pendidikan Luar Sekolah, adalah kegiatan belajar membelajar,
11
membantu peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi diri berupa
pengetahuan, sikap keterampilan, dan aspirasi yang bermanfaat bagi dirinya,
keluarga, masyarakat, lembaga, bangsa dan negara. (H.D. Sudjana, 1996).
Adapun ciri pendidikan luar sekolah yaitu memiliki bentuk dan isi program
yang bervariasi, diselenggarakan dalam waktu yang relatif singkat dan tidak
terus menerus, proses belajar mengajar berkaitan dengan kehidupan peserta
didik dan masyarakat. Selain hal di atas sebagaian besar program pendidikan
luar sekolah diikuti oleh remaja dan orang-orang dewasa secara terbatas pada kehidupan dan pekerjaan.
Untuk memperdalam pehaman tentang pengertian pendidikan luar sekolah,
berikut ini dikemukakan beberapa ciri-cirinya yaitu :
a. The diverse types o out-of school education are designed to accomplish many
purposes.
b. Responsibility for the runing of out-of school educational institution is
diffused, consisting of public control or combinations of these.
c. Documentation-on imrollments, teachers and leaders credentials, suceer of chose involved in learning, their conseqwent increreased economic
productivity or improved well-being and the costs to the learmersan the
sponsors is rare.
d. Investement in particular types of out-of school education many have more
pronounced effects on economic productivity and social change in the short
12
e. Investment in particular types of out-of school education many have more
pronounced effects on economic productivity and social change in the short
run than is the case with formal school.
Dari ciri-ciri pendidikan luar sekolah diatas terkandung makna yang
esensial dalam pelaksanaannya yaitu ditandai untuk mencapai bermacam-macam
tujuan, tanggung jawab penyelenggaraannya diawasi oleh masyarakat, pribadi
atau kombinasi keduanya. Selanjutnya pencatatan tentang pemasukan warga belajar, sumber belajar dan keberhasilan pimpinan, kesuksesan latihan, membawa akibat peningkatan produksi ekonomi, peningkatan kesejahteraan dan pendapatan
peserta, dan terakhir dengan pemantapan bentuk pendidikan luar sekolah
mempunyai dampak pada produksi ekonomi dan perubahan sosial dalam waktu
singkat dari pada pendidikan persekolahan.
E. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
a. Tujuan Umum:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya peningkatan
kemampuan Pamong Belajar dan aplikasi hasil pelatihan Pamong Belajar dalam
pengembangan program pendidikan luar sekolah di BPKB Jayagiri.
b. Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui bagaimana upaya peningkatan kemampuan Pamong
13
2. Untuk mengetahui bagaimana peranan Pamong Belajar mengaplikasikan
hasil pelatihan dalam program-program pendidikan luar sekolah di BPKB
Jayagiri.
3. Untuk mengetahui bagaimana persepsi Pamong Belajar BPKB Jayigiri
mengaplikasikan hasil pelatihan dalam mengembangkan program
pendidikan luar
sekolah-4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan kegiatan peningkatan kemampuan Pamong Belajar.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mendukung dan menghambat dalam mengaplikasikan hasil pelatihan ke
pengembangan program pendidikan luar sekolah.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna baik
teoritis dan bersifat praktis. Secara teoritis temuan yang diperoleh diharapkan
mampu memberikan nilai yang berarti untuk dijadikan masukan bagi
pengembangan program pendidikan luar sekolah baik dari mulai perencanaan dan
menyusun berbagai jenis dan bentuk kegiatan belajar membelajarkan pada Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jayagiri. Ini dimaksudkan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Manfaat lain bagi ilmu pengetahuan adalah untuk mengembangkan khasanah model-model pelatihan.
Sedangkan secara praktis hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan
peluang pada Pamong Belajar untuk mengaplikasikan hasil pelatihan dengan baik
BAB III
METODOLOGI PENELITIA/^Kjl*
(( $&
A. Metode Penelitian
Agar peneliti dapat mendeskripsikan secara jelas dan rinci serta
mendapatkan data yang mendalam dari fokus penelitian ini, maka penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen, penelitian
kualitatif memiliki beberapa ciri yaitu:
(1) Dilakukan pada latar yang alami, karena yang merupakan alat penting adalah
adanya sumber data yang langsung.
[image:25.595.76.477.269.595.2](2) Bersifat deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata atau
gambar dari pada angka.
(3) Lebih memperhatikan proses daripada hasil atau produk semata. (4) Dalam mengalisis data cenderung secara induktif
(5) Lebih mementingkan makna (esensial). Sedangkan menurut Nawawi (1994)
disebutkan bahwa penelitian kualitatif dilakukan dengan menghimpun data dalam keadaan sewajarnya, mempergunakan cara kerja yang sistematis, terarah dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga tidak kehilangan sifat
ilmiahnya.
Karena peneliti ingin mendeskripsikan secara jelas tentang upaya
peningkatan kemampuan/pelatihan pamong belajar dan mengaplikasikan hasil
peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar
dalam pengembangan
program pendidikan luar sekolah di BPKB Jayagiri Lembang. Maka dalam
44
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, untuk itu peneliti melakukan
berbagai kegiatan dilapangan mulai dari studi pendahuluan di lokasi penelitian
dan dilanjutkan dengan studi secara terfokus.
Peneliti juga mengajukan berbagai pertanyaan melalui wawancara yang
berkaitan dengan fokus-fokus dalam penelitian ini. Untuk melengkapi data
peneliti juga mencari data-data melalui studi dokumentasi dan seluruh rangkaian
kegiatan dilakukan sendiri oleh peneliti sebagai instrumen utama.
Dari berbagai data yang telah dikumpulkan bukan dimaksudkan untuk
menguji hipotesis, melainkan merupakan studi yang bersifat deskriptif dengan cara memaparkan secara jelas dan rinci data yang berkaitan dengan fokus dalam
penelitian ini.
B. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Pamong Belajar BPKB Jayagiri Bandung, untuk mendapatkan data secara lengkap dalam penelitian ini tidak terlepas pula melalui Kepala BPKB dan Kepala Sub Bagian
Tata Usaha.
C. Teknik Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui instrumen
penelitian yaitu diri peneliti sendiri, karena peneliti merupakan instrumen utama
dan merupakan segalanya dari keseluruhan penelitian. Untuk mendapatkan data
45
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan dengan tujuan untuk memperoleh
konstruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas, organisasi,
perasaan, motivasi pengakuan dan kerisauan (Arifin, 1996: 69-70).
Agar wawancara dapat dilaksanakan dengan baik maka hubungan peneliti
dengan subjek hendaknya merupakan suatu patnersip (Bogdan dan Taylor dalam
Furchan, 1992:182). Lebih jauh juga disebutkan bahwa peneliti hendaknya
bersedia untuk berpartisipasi dalam kehidupan subjek sehari-hari, ini akan
meningkatkan hubungan baik peneliti dengan subjek dan membuat peneliti lebih mengenal orang-orang dan tempat yang ada dalam kehidupan subjek.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh peneliti dalam melakukan wawancara, antara lain: (1) jangan memotong pembicaraan, artinya walaupun
peneliti tidak tertarik dengan apa yang disampaikan subjek tetapi hendaknya
peneliti tetap mendengarkan apa yang dikatakan oleh subjek, setelah ada
kesempatan baru mengalihkan pembicaraan itu secara halus, (2) berikan perhatian,
artinya walaupun peneliti membawa berbagai peralatan perekam, tetapi harus
tetap memperhatikan dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh subjek, (3)
jangan bersifat evaluatif, (4) bersikap bijaksana (Bogdan dan Taylor dalam
Furchan, 1992:188-191).
Ada dua jenis wawancara yang dapat digunakan dalam penelitian, yaitu
terstruktur dan tidak terstruktur. Berdasarkan jenisnya dalam wawancara tidak
terstruktur tidak digunakan instrumen yang standar. Sebelum peneliti melakukan
46
memuat hal-hal pokok sebagai pedoman dalam pelaksanaanya. Pada prinsipnya
pertanyaan tersebut disusun berdasarkan fokus dan rumusan masalah dalam penelitian ini, baru kemudian dilakukan wawancara.
Dalam penelitian ini peneliti juga melakukan wawancara dengan Pamong
Belajar, Kepala BPKB, Kepala Subbag Tatausaha dan petugas perpustakaan.
b. Observasi
Observasi dimaksudkan untuk memperoleh data yang lengkap dan rinci
melalui pengamatan yang seksama dengan melibatkan diri dan berpartisipasi
dalam fokus yang sedang diteliti, sehingga dapat memberikan informasi yang
berguna sesuai dengan fokus penelitian.
Alasan metodologis menggunakan metode observasi ini dikemukakan oleh
Moleong (1998) ialah: (1) pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari
segi motif, kepercayaan, perhatian dan perilaku lainnya, (2) pengamatan
memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagai yang dilihat oleh subjek
penelitian, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subjek, menangkap
kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan para subjek pada keadaaan
waktu itu, (3) pengamatan memungkinkan peneliti untuk merasakan apa yang
dirasakan dan dihayati oleh subjek, (4) pengamatan memungkinkan pembentukan
pengetahuan yang diketahui bersama baik dari pihaknya maupun dari pihak
subjek.
Dalam penelitian ini peneliti akan mencoba observasi partisipasi secara
47
Pamong Belajar yang terlibat didalam pengembangan program pendidikan luar
sekolah.
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dimaksudkan untuk melengkapi data dari wawancara
dan observasi, dilakukan untuk memperoleh data yang bersifat administrasi dan
tata kegiatan-kegiatan yang terdokumentasi. Dokumentasi bisa beruna surat-surat,
gambar, atau catatan lain yang berhubungan dengan fokus penelitian.
Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber
non insani, dimana sumber ini terdiri dari rekaman dan dokumen (Arifin,
1996:82). Dokumen telah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data,
karena dalam banyak hal dokumen dapat dimanfaatkan untuk menguji,
manafsirkan dan bahkan untuk meramalkan (Moleong, 1998).
Ada beberapa alasan dari penggunaan dokumentasi, menurut Linconl dan
Guba (1981) dengan studi dokumentasi antara lain: (1) dokumen dan record
merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong, (2) berguna sebagai bukti
untuk suatu kejadian, (3) memiliki sifat yang alamiah, sesuai dengan konteks,
lahir dan berada dalam konteks, (4) murah, (5) tidak sukar untuk ditemukan.
D. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan dan analisa data merupakan proses mencari dan mengatur
secara sistematik transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain
yang telah dihimpun untuk menambah pemahaman untuk dilaporkan (Bogdan dan
48
Dalam penelitian ini data yang berwujud kata-kata, kalimat, paragraf yang
dinyatakan dalam bentuk narasi yang bersifat desknpsi rnengenai situasi, kegiatan
atau peristiwa, pernyataan dan perilaku yang sudah dikumpulkan dalam cacatan
lapangan, transkrip wawancara. Akan dianalisis dengan teknik deskriptif Menurut
Nasution (1996), analisis deskriptif dilakukan dengan tiga cara yaitu: (1) reduksi
data, (2) penyajian data (display), dan (3) penarikan kesimpulan (verifikasi).
Reduksi data dilakukan dengan menelaah kembali seluruh catatan
lapangan yang diperoleh dari hasil wawancara, pengamatan dan studi
dokumentasi. Telaahan ini dilakukan untuk menemukan hal-hal yang pokok atau
penting yang berkenaan dengan fokus penelitian. Data yang diredukdi akan
memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan juga
mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila
diperlukan
Pada tahap penyajian data (display data) merupakan kelanjutan dari tahap
reduksi, dimana pada tahap ini hal-hal pokok selanjutnya dirangkum dalam
susunan yang lebih sistematis sehingga dapat dengan mudah melihat gambaran
penelitian secara menyeluruh atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian.
Penyajian data dapat disajikan dalam berbagai macam matriks, grafik, atau dalam
bentuk gambar
Kesimpulan atau verifikasi merupakan upaya untuk mencari makna dari
data yang dikumpulkan. Upaya ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasution
(1996) dilakukan dengan cara mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal
49
sangat tentatif dan kabur. Agar diperoleh kesimpulan yang mantap, kesimpulan
harus senantiasa divenfikasi selama penelitian berlangsung. Sedang penankan
kesimpulan daiam penelitian mi berdasarkan pada teks naratif dan beberapa
matrik yang telah dibuat.
E. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian
1. Tahap pralapangan, pada tahap ini peneliti melakukan studi
pendahuluan untuk mehhat kemungkman peneliti dapat melakukan penelitian.
Dan hasil studi pendahuluan ke BPKB Jayagin, dimana lembaga ini merupakan
lembaga pengembang model-model pembelajaran pendidikan luar sekolah.
Program-program yang dilaksanakan membutuhkan sumber daya manusia yang
tinggi. Personal yang melaksanakan program-program BPKB Jayagiri dilakukan
oleh kelompok tenaga fungsional dalam hal ini Pamong Belajar. Agar Pamong
Belajar lebih meningkat dalam menjalankan tugas pokoknya perlu ditingkatkan
kemampuannya melalui berbagai kegiatan peningkatan kemampuan Pamong
Belajar, seperti mengikuti pelatihan, pendidikan, seminar, lokarya dan sebagainya.
Oleh karena itu peneliti tertank untuk meneliti mengenai upaya peningkatan
kemampuan Pamong Belajar dan mengaplikasikan dalam pengembangan program
pendidikan luar sekolah di BPKB Jayagiri.
Berdasarkan maksud penelitian di atas maka dirancanglah proposal
penelitian yang memuat judul, latar belakang masalah, rumusan masalah,
pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi
penelitian, dan studi kepustakaan digunakan sebagai dasar dalam mengumpulan
50
setelah ,tu ditentukan pembimbing. Selanjutnya desain yang telah dikonsultasikan
dan disetujui oleh pembimbing dapat mengajukan surat ijin penelitian dan
permohonan melaksanakan penelitian ke Program Pascasarjana.
2. Tahap Pelaksanaan, pada tahap ini terlebih dulu dilakukan orientasi
lapangan antara lam (1) menemui Kepala BPKB Jayagin untuk menyampaikan
maksud dan tujuan penelitian berdasarkan surat dari PPS UPI Bandung. Kepala
BPKB dengan sepenuh hati bersedia menerima dan akan membantu pelaksanaan
penelitian, (2) mengadakan sosialisasi baik dengan Pamong Belajar maupun
tenaga administrasi. Hal ini dimaksudkan agar terjalin hubungan yang harmonis.
Dalam proses sosialisasi ini ada beberapa Pamong Belajar yang memang ingm
mengetahui secara detail tentang keberadaan peneliti di lokasi penelitian, akan
tetapi ada juga Pamong Belajar dan tenaga administrasi yang mengira bahwa
peneliti adalah pegawai baru. Memang peneliti sengaja merahasiakan status
sebaga, peneliti, sehingga benar-benar terjalin hubungan yang harmonis. Prinsip
utama dari peneliti adalah mgin mendapatkan data dan informasi
sebanyak-banyaknya berkenaan dengan fokus dalam penelitian mi. Kegiatan orientasi
dilakukan selama lima hari.
Selesai mengadakan orientasi, lalu peneliti mulai mengadakan wawancara,
wawancara pertama dilakukan dengan Kepala BPKB, namun masih bersifat
umum. Karena kesibukan Kepala BPKB, peneliti dipersilahkan menemui
Pimpinan Pamong Belajar. Kepala BPKB berjanji akan wawancara pada aktu lam.
Sesua, dengan petunjuk Kepala BPKB peneliti mencoba untuk menemui
51
mengajukan pertanyaan yang bersifat umum, kemudian semakin mengkhusus dan
akhirnya terfokus. Sebelum rnengakhiri wawancara, peneliti minta agar Pimpinan
Pamong Belajar dapat menunjukkan Pamong Belajar lain yang dianggap dapat
memberikan informasi berkenaan dengan hal-hal yang telah peneliti ajukan sebagi
informan ke tiga. Akhirnya wawancara dengan informan ke tigapun dilakukan.
Demikian seterusnya sampai data-data yang berkaitan dengan fokus dalam
penelitian ini dianggap cukup. Data hasil wawancara direkam dan dicatat untuk
selanjutnya dibuat dalam transkrip wawancara.
Untuk mendapatkan data yang lengkap dan terpercaya, selain wawancara,
peneliti juga melakukan observasi. Mula-mula peneliti hanya melihat-lihat berbagai kegiatan yang sedang dilakukan oleh Pamong Belajar dan objek-objek
yang ada dilokasi penelitian dengan tanpa mengajukan pertanyaan. Tahap
berikutnya peneliti mulai melibatkan diri secara terbatas dan mengajukan beberapa pertanyaan serta melibatkan diri dalam beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Pamong Belajar. Disamping kegiatan observasi, peneliti juga
melalukan studi dokumentasi untuk melengkapi data-data hasil wawancara dan
observasi.
3. Tahap Analisa Data, tahap ini dilakukan selama pengumpulan data
berlangsung, hal ini dimaksudkan untuk (1) mengkaji kembali apakah data-data
yang dihasilkan sesuai dengan fokus, (2) membuat rencana pengumpulan data
berikutnya, (3) mengembangkan pertanyaan-pertanyaan berikutnya, dan (4)
secepat mungkin membuat transkrip wawancara, lembar pengamatan serta
52
Proses analis data dilakukan dengan cara (1) melakukan reduksi data. Dalam
mereduksi data peneliti mencoba membuat ringkasan, membuat kode-kode
tertentu, menelusuri tema, membuat matrik dan membuat memo, (2) menyajikan
data. Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk kata-kata, kalimat-kalimat
dan paragraf-paragraf yang bersifat naratif. (3) penarikan kesimpulan. Penarikan
kesimpulan dilakukan setelah data dianalisis secara terus menerus, baik pada
waktu pengumpulan data, dalam proses dan setelah selesai di lapangan.
Sedangkan untuk menjamin keterpercayaan data dan kesimpulan yang dihasilkan,
dilakukan pengecekan keabsahan data dengan cara melakukan triangulasi sumber.
4. Tahap Penyusunan Laporan, penyusunan laporan dilakukan setelah data-data hasil penelitian selesai dianalis. Naskah laporan kemudian diberikan
kepada dosen pembimbing untuk diaudit dan direvisi. Berdasarkan
masukan-masukan dari dosen pembimbing kemudian direvisi kembali oleh peneliti. Kegiatan ini terus dilakukan dan dinyatakan siap untuk mengikuti dalam laporan
S J A D \ T
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, maka dapat ditank kesimpulan
yang mengacu pada mmusan masalah dan pertanyaan penelitian sebagaimana
tersebut dalam bab I pendahuluan, sebagai berikut:
1. Upaya yang dilakukan oleh Pimpinan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar
Jayagiri berkenaan dengan kegiatan peningkatan kemampuan Pamong Belajar
dilakukan secara berkelanjutan dan di mulai sejak Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar berdiri, baik yang dilakukan di tingkat pusat dalam hal ini
Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis maupun di tingkat regional dalam hal ini
Balai Pengembangan Kegiatan Belajar. Peningkatan kemampuan tersebut
dilakukan melalui pelatihan-pelatihan, studi lanjut (pendidikan S2 dan S3),
lakakarya, seminar, kerjasama dengan perguruan tinggi, studi banding,
bimbingan teknis, pembinaan angka kredit, dan pekan olahraga Sanggar
Kegiatan Belajar-Balai Pengembangan Belajar. Upaya tersebut dilakukan
dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Pamong
Belajar dalam melaksanakan tugas-tugas pengembangan dibidang pendidikan
luar sekolah. Kegiatan tersebut akan ditindak lanjuti untuk tahun-tahun
mendatang, karena dapat memberikan kontribusi positif dalam pelaksanaan
program pendidikan luar sekolah.
TIT
2. Dalam melaksanakan upaya peningkatan kemampuan Pamong Belajar, bukan
hanya tanggung jawab pimpinan, akan tetapi Pamong Belajar juga ikut
bertanggung jawab. Bebagai kegiatan peningkatan kemampuan yang telah
dilaksanakan oleh Pamong Belajar ada yang berdasarkan perintah pimpinan
dan adajuga atas inisiatifdiri Pamong Belajar.
3. Untuk meningkatkan kemampuannya, Pamong Belajar dapat mengusulkan
kembali kepada pimpinan tentang berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan
kemampuannya, juga menganalisis dan mengkaji model-model yang telah
disusun. Analisis juga dilakukan terhadap masalah-masalah yang sedang
dihadapi oleh masyarakat. Melalui kegiatan ini diharapkan model-model yang
akan disusun dapat sesuai dengan apa yang di butuhan oleh masyarakat.
4. Pamong Belajar mempunyai persepsi yang positif dan mendukung terhadap
berbagai kegiatan peningkatan kemampuannya, atas dasar pertimbangan
bahwa Pamong Belajar sebagai tenaga pengembang pendidikan luar sekolah,
tenaga pelatih, pelaksana bimbingan teknis terhadap Sanggar Kegiatan
Belajar, serta pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Dalam hal motivasi, Pamong Belajar mempunyai motivasi yang tinggi dalam
meningkatkan kemampuannya. Motivasi tersebut muncul sebagai akibat
adanya pengaruh dari luar maupun dari dalam dirinya.
6. Berbagai kegiatan peningkatan kemampuan Pamong Belajar dapat
memberikan kontribusi yang sangat bermanfaat, baik bagi Pamong Belajar
sendiri maupun bagi pelaksanaan program-program Balai Pengembangan
T4o~
7. Peningkatan kemampuan Pamong Belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik yang bersumber dari Pamong Belajar sendiri maupun yang berasal dan
luar. faktor tersebut dapat mendukung maupun menghambat.
Faktor-faktor yang mendukung meliputi: adanya tuntutan dari lembaga sebagai
lembaga pengembang pendidikan luar sekolah, adanya persepsi dan motivasi
yang positif dan tinggi, adanya kesempatan yang di berikan oleh pimpinan
Balai Pengembangan Kegiatan Belajar dan Direktorat pendidikan Tenaga
Teknis sehingga Pamong Belajar ada yang dapat melanjutkan pendidikan S2
dan S3, serta adanya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar. Sedangkan faktor penghambat meliputi.
waktu yang dimiliki terbatas karena jam kerja pukul 07.00 - 14.00, sering
terjadi jadwal yang kurang pas antara kegiatan peningkatan dan pelaksanaan
tugas.
8. Pelaksanaan program-program Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Jayagiri
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor yang bersumber dari dalam
maupun faktor dari luar, dimana kedua faktor tersebut dapat saling
mendukung dan dapat menjadi penghambat. Faktor yang menjadi pendukung
meliputi: adanya tenaga yang cukup dan kerjasama yang baik sesama Pamong
Belajar, adanya kerja sama dengan perguruan tinggi, adanya fasilitas yang
dimiliki oleh Balai Pengembangan Kegiatan Belajar, adanya idealisme yang
tinggi dari Pamong Belajar, adanya dukungan dan jajaran Diklusepora dan
adanya Rencana Kegiatan Tahunan (RKT) yang jelas. Sedang faktor-faktor
w
dapat diadopsi dan diterapkan baik oleh Sanggar Kegiatan Belajar maupun
jajaran Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga, motivasi belajar dari
kelompok sasaran (warga belajar) rendah, adanya sistem paket dan pagu,
lemahnya supervisi, belum semua Pamong Belajar memiliki kemampuan
dalam hal problem solving.
B. Rekomendasi
Agar Pamong Belajar dapat melaksanakan tugas pokok dengan baik, maka
perlu ditingkatkan kemampuannya. Kegiatan peningkatan membutulikan
keteriibatan berbagai pihak, tersedianya tenaga, waktu dan dana. Kendatipun
demikian, kegiatan itu hams selalu diupayakan.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang ada,
maka
rekomendasi/saran yang kiranya dapat diberikan sebagai berikut:
1. Seyogyanya kegiatan pengembangan pendidikan luar sekolah di Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar yang sudah dilaksanakan, dapat disebarkan
kepada masyarakat melalui bimbingan teknis yang dilakukan Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar terhadap Sanggar Kegiatan Belajar di
wilayah binaannya, dengan harapan natinya dapat diterapkan dan diadopsi
oleh masyarakat. Untuk itu para pengambil kebijakan di tingkat pusat dalam
hal ini Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis maupun di tingkat regional dalam
hal mi Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Jayagiri hendaknya lebih
memberikan kesempatan dan selalu mendorong kepada Pamong Belajar untuk
selalu aktif dalam berbagai kegiatan peningkatan kemampuan, apakah itu
n r r
dan S3), dan studi banding sehingga kinerja Pamong Belajar dapat lebih
meningkat.
2. Peningkatan kemampuan Pamong Belajar di tingkat Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar sangat ditentukan oleh pimpinan dan Pamong Belajar itu
sendiri. Oleh karena itu kepada pimpinan balai hendaknya selalu berorientasi
pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, dengan cara membenkan
peluang dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada Pamong Belajar untuk
aktif dalam berbagai kegiatan. Sedang untuk Pamong Belajar hendaknya terns
bemsaha mengembangkan segala potensi tanpa harus menunggu perintah
pimpinan.
3. Salah satu hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa belum seluruhnya
model-model yang dihasilkan dapat diadopsi dan diterapkan oleh Sanggar
Kegiatan Belajar dan pelaksana Diklusepora lainnya. Untuk itu hendaknya
pihak Balai Pengembangan Kegiatan Belajar dapat mengkaji dan menganalisis
faktor penyebabnya, apakah memang model yang disusun belum menyentuh
kebutuhan masyarakat, ataukah memang pihak Sanggar Kegiatan Belajar dan
jajaran Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga sendiri yang enggan
mengadopsi dan menerapkannya. Tentunya ini memerlukan penelitian
^D'O//,-DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Zein. 1997. Penyusunan Program Pendidikan Luar Sekolah. Makalah
disajikan dalam semiloka BPKB. Surabaya. 4 April.
Arief Furchan. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif Surabaya: Usaha
Nasional.
Bimo Walgito. 1981. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Fakultas Psikologi
UGM.Bogdan, C dan Biklen, SK. 1982. Qualitative Research for Education: An
Introduction to Theory and Methods. London: Allyn and Bacon, Inc.
Coombs, and Ahmed, Manzoor. 1984. Mengurangi Kemiskinan di Pedesaan
Melalui
Pendidikan Non Formal (terjemahan), Jakrta, Rajawali.
Diktentis Ditjen Diklusepora. 1994. Petunjuk Teknis Pelatihan Pamong Belajar
SKB, Jakarta: Depdikbud.
Ditdiktentis. 1996. Manajemen Balai Pengembangan Kegiatan Belajar. Jakarta:
Ditdiktentis Ditjen Diklusepora.Djudju Sudjana. 1992. Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah.
Bandung: Nusantara Press.
1996.
Pendidikan
Luar
Sekolah,
Wawasan
Sejarah
Perkembangan Falsafah dan Teori Pendukung Azas, Bandung: Nusantara
Press
Handoko, T.H. 1994 Manajemen
Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yokyakarta: BPFE.
Henry Simamora. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta:
ST1E YKPN.
Hoyle, R.J. 1985. Skill for Successful School Leader. Virginia: The American
Association of school Administrators Arlington.
Imron Arifin. 1996. Penelitian Kualitatif: dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan
Keagamaan.
Malang: Kalimasada Press.
H5TT
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi kedua. 1996. Jakarta: Balai Pustaka 3685.
Kinder Vatter, Suzanne. 1979. Non Formal Education As An Empowering
Process With Case Studies From Indonesia and Thailand. United Stated of
Amerika: Centre For International Education University of Massachusetts.Koont, H. 1990. Manajemen JHid 2. Terjemahan oleh Gunawan Hutauruk. 1990.
Jakarta: Erlangga.
Lexy J. Moleong. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosda Karya Offset.
Lovell, T. & John, W.K. 1993. Supervision For Better School. New Jersey:
Englewood Cliff.
Lunandi, A.G. 1989. Pendidikan Orang Dewasa (Sebuah Uraian Parktis untuk
Pembimbing, Penatar, Pelatih dan Penyuluh Lapangan. Jakarta: PT
Gramedia.
Made Pidarta. 1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.
Mendikbud 1996. Visi dan Strategi Pembangunan Pendidikan untuk tahun 2020
Tuntutan terhadap kualitas. (makalah disajikan dalam Konvensi Nasional
Pendidikan Indonesia III, Ujung Pandang, 4-7 Maret.
MohNazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Muhadjir. 1993. Metode Penelitian Kualitatif Edisi III. Yogyakarta:
Rekaserasian.
Nadler, Leonard. 1982. Designing Training Program. Philiphines:
Addison-Wesley Publishing Company.
Nasution, S. 1992. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif Bandung: Tarsito.
Nawawi, H & Martina,H. 1994. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Nurdin Rahman. 1989. Instruksional Material Perencanaan Pendidikan Luar
Sekolah. Jakarta: Depdikbud Dikti Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Nurtain, H. 1989. Supervisi Pengajaran: (Teori dan Praktek). Jakarta: Depdikbud.
Oliva, P.E. 1984. Supervision For Today School. New York &London: Longman
T T T
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 1991 tentang
Pendidikan Luar Sekolah Diperbanyak oleh Bagian Proyek Pengembangan
Ketenagaan Diklusepora.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 1993 tentang Tenaga Kependidikan.
Jakarta. Ditjen Diklusepora.
Rogers, Jenny. 1989. Adult Learning, third edition. Milton Keynes Philadelphia:
Open Universitas Press.
Sardjan Kadir. 1991. Pengembangan Program Pendidikan Luar Sekolah.
Makalah disajikan dalam semiloka BPKB. Surabaya. 4April.
Soekidjo Notoatmodjo. 1992. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Soedomo. 1992. PLS Kearah Pengembangan Sistem Belajar Masyarakat. Jakarta:
Depdikbud Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan.
Soetjipto dan Kosasi, R. 1994. Analisa Kebijakan Pendidikan: Suatu Pengantar.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sudarwan. 1997. 13 April. Tantangan Profesionalisme Pendidikan. Kedaulatan
Rakyat, hal 4.
Suharsimi Arikunto. 1988. Prosedur Penelitian Jakarta: Bina Aksara.
Suryadi, A., Dan Tilaar, H.A.R. 1993. Analisis Kebijakan Pendidikan.Suztu
Pengantar. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 125/MPK/1991
tentanz Petunjek Teknis Pelaksanaan Angka Kredit Bagi Jabatan Pamong
Belajar dalam Lingkungan Depdikbud. 1992. Jakarta : Diperbanyak oleh
Bagian Pengembangan Ketenagaan Diklusepora.
Surat Edaran Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan
Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 43/SE/1990 tentang Angka
Kredit Bagi Jabatan Pamong Belajar. 1994. Jakarta: Diperbanyak oleh
Bagian Proyek Pengembangan Ketenagaan Diklusepora.
Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 022/0/1997 tentang
Organisasi dan Tatakerja Balai Pengembangan Kegiatan Belajar.
Surat Keputusan Menteri Waspan Nomor 25/KEP/MK.Waspan/6/I999 tentang
r r r
Sutaryat Trisnamansyah. 1986. Pendidikan Masyarakat. Bandung: F1P 1K1P
Bandung.
Torrington, Derek dan Huat, Tan Chwee. 1994. Human Resource Managementfor
Southeas Asia. Singapore: Simon & Schuter (Asia) Pte Ltd.
Umar Nirman. 1995. Pengembangan Ilmu Administrasi (Tantangan, Strategi, dan
Proyek). IKIP Malang: Malang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika.
Wardiman Djojonegoro dan Ace Suryadi. 1995. Peningkatan Kualitas Sumber
Daya Manusia untuk Pembangunan. Jakarta: Pusat Informasi Bahtbang
Depdikbud.
Yin, R.K. 1996. Studi Kasus: Desain dan Metode. Terjemahan oleh M. Djazuh