• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI HASIL PELATIHAN PAMONG BELAJAR DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH: Studi kasus di BPKB Jayagiri Bandung Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "APLIKASI HASIL PELATIHAN PAMONG BELAJAR DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH: Studi kasus di BPKB Jayagiri Bandung Jawa Barat."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI HASIL PELATIHAN PAMONG BELAJAR DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

(Studi kasus di BPKB Jayagiri Bandung Jawa Barat)

TESIS

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Penyelesaian Studi Pada Program Pascasarjana Program Studi PLS

Konsentrasi Pelatihan

Oleh

M. LUTFI NIM. 989512

£•

CO

e^D/o/^

4i£i

o

o

'O ^

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Dengan ini menyatakan bahwa karya talis dengan judui "Aplikasi Hasii

Pelatihan Pamong Beiajar daiam Pengembangan Program Pendidikan Luar

Sekolah di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jayagiri Bandung"

beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Dan saya tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan ciri-ciri yang tidak sesuai dengan

etika yang berlaku dalam masyarakat ke ilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan

kepada saya, apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika ke

ilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2000 Yang Membuat Pernyataan,

(3)

Teiah Disetujui Oieh Pembimbing:

Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M.Ed. Pembimbing I

;y

Prof. Dr. H. Diudiu Sudiana. M.Ed.

(4)

ABSTRAK

Setiap orang tidak kecuali Pamong Belajar, sesungguhnya memiliki rasa bangga apabila organisasinya semakin baik dalam menjalankan tugas dan fungsi yang diembannya, dalam arti diperhitungkan dan dirasakan ada manfaatnya oleh

masyarakat. Keberhasilan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jayagiri Bandung yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Pendidikan Luar

Sekolah Pemuda dan Olahraga Depdiknas, salah satunya sangat bergantung dari unsur tenaga kependidikan, dalam hal ini Pamong Belajar. Menyadari pentingnya Pamong Belajar sebagai ujung tombak dalam pengembangan model, bimbingan

dan ujicoba program pendidikan luar sekolah yang di emban oleh Balai

Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB), maka baik pusat maupun daerah selalu berupaya mengembangkan kemampuan Pamong Belajar melalui berbagai kegiatan yang dapat mengarah pada peningkatan kemampuan, agar dapat

melaksanakan tugas dengan baik. Peningkatan kemampuan Pamong Belajar dengan mengikuti pelatihan, pendidikan, lokakarya, seminar dll merupakan upaya

strategis dalam menjawab tantangan yang dihadapinya.

Untuk mengungkap berbagai kegiatan peningkatan kemampuan Pamong

Belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jayagiri, penelitian ini mengajukan lima pertanyaan sebagi berikut: (1) Bagaimanakah Pimpinan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) meningkatkan kemampuan Pamong

Belajar, (2) Bagaimanakah peranan Pamong Belajar mengaplikasikan hasil peningkatan kemampuan/pelatihan dalam program-program pendidikan luar

sekolah di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB), (3) Bagaimanakah

persepsi Pamong Belajar dalam mengaplikasikan hasil pelatihan, (4) Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar, dan (5) Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam mengaplikasikan hasil peningkatan

kemampuan/pelatihan.

Sebagai bahan kajian dalam penelitian ini merujuk pada bahan-bahan pustaka, guna membahas teori-teori yang relevan, yakni konsep pendidikan luar sekolah, pengembangan sumber daya manusia, konsep pelatihan dan

undang-undang sistem pendidikan nasional.

Untuk mendapatkan data, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatifdengan pendekatan studi kasus. Subjek penelitian adalah Kepala BPKB,

Kepala Subbag TU, danPamong Belajar. Pengumpulan data dilakukan melalui (1)

vvawancara, (2) observasi, (3) studi dokumentasi. Data dianalisis dengan cara: (1) reduksi data, (2) penyajian data {display), dan (3) verifikasi. Paparan disajikan

dengan memadukan perspektifemic dan etic.

Dari temuan penelitian atas dasar rumusan masalah dan pertanyaan

penelitian, menunjukkan: (1) kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan Pamong Belajar dilakukan secara berkelanjutan, (2) dalam

peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar tidak bergantung dari Kepala

Balai Pengembangan Kegiatan Belajar, tetapi Pamong Belajar dituntut untuk

(5)

mempunyai inisiatif sendiri, (3) persepsi dan motivasi Pamong Belajar dalam

dalam berbagai upaya peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar sangat

berpengaruh, (4) model-model program pendidikan luar sekolah yang dihasilkan

belum seluruhnya dapat diadopsi dan diterapkan oleh Sanggar Kegiatan Belajar dan jajaran Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga, (5) dalam aplikasi hasil peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pengembangan program-program pendidikan luar sekolah, dan (6) peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar dan

aplikasinya dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal, dimana kedua

faktor tersebut saling mendukung dan menghambat, (7) lemahnya unsur supervisi dari pusat (Ditdiktentis), (8) Staf Tata Usaha turut menentukan keberhasilan peningkatan kemampuan Pamong Belajar.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diajukan beberapa rekomendasi antara

lain: (1) para pengambil kebijakan di tingkat pusat (Ditdiktentis) dan daerah (BPKB) hendaknya lebih memberikan kesempatan dan selalu mendorong kepada

Pamong Belajar untuk selalu aktif dalam berbagai kegiatan peningkatan kemampuannya sehingga kinerja mereka akan semakin meningkat, (2) Kepala Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) hendaknya selalu berorientasi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan memberikan kesempatan

yang seluas-luasnya kepada Pamong Belajar untuk aktif dalam berbagai kegiatan

guna peningkatan kemampuan dan mengaplikasikannya dalam program-program

pendidikan luar sekolah, (3) Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis dan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) diharapkan selalu mengkaji dan menganalisis berbagai faktor sehubungan dengan model-model pembelajaran yang telah dihasilkan oleh Pamong Belajar, apakah dapat diadopsi dan diterapkan

oleh masyarakat, sehingga bukan hanya berorientasi pada kuantitas tetapi lebih

kepada kualitas, (4) diharapkan pada pihak Ditdiktentis agar materi supervisi perlu dilatihkan secara mendalam dan perlu kajian tersediri, sehingga Pamong Belajar

dapat mebedakan hakekat yang benar dari supervisi, (5) peningkatan kemampuan

staf perlu menjadi kajian mendalam untuk memperkaya khasanah ilmu, khususnya

pendidikan luar sekolah, dan (6) dalam mengaplikasikan hasil peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar perlu mendapat dukungan dari semua

komponen yang ada di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB), dengan

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ii

A nCTD A V ,».

n u v j i iv-tvi^. IV

KATA PENGANTAR vi

UCAPAN TERIMAKASIH vii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMP1RAN xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 8

C. Pertanyaan Penelitian 8

D. Defini Operasional 9

E. Tujuan Penelitian 12

F. Manfaat Penelitian 13

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN 14

A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah 14

1. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Luar Sekolah 14

2. Kedudukan Pendidikan Luar Sekolah dalam UUSPN 22

3. Pengembangan Program Pendidikan Luar Sekolah 26

B. Peningkatan Sumber Daya Manusia melalui Pelatihan 31 C. Peningkatan Kemampuan Pamong Belajar 35 1. Pentingnya Peningkatan Kemampuan 35

2. Berbagai Kegiatan Pengembangan 38

3. Kemampuan Pamong Belajar 40

4. Konsep tentang Program 41

BAB 111 METODOLOGI PENELITIAN 43

(7)

B. Subjek Penelitian 44

C. Teknik Pengumpulan Data 44

D. Pengolahan dan Analisa Data 47

E. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 53

A. Desknpsi BPKB Jayagiri 53

1. Sejarah Berdirinya BPKB Jayagiri 53

2. Geografi 53

3. WilayahKerja 54

4. Struktur Organisasi 55

5. Tugas dan Fungsi 56

6. Ketenagaan BPKB Jayagiri 57

7. Sarana dan Prasarana 58

8. Program BPKB Jayagiri Tahun 1999/2000 59

9. Kegiatan Lintas Sektoral 60

10. Konsep tentang Program BPKB Jayagiri 61

B. Deskripsi Hasil Penelitian 64

C. Pembahasan Hasil Penelitian 105

D. Temuan Penelitian 132

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 144

A. Kesimpulan 144

B. Rekomendasi 147

DAFTAR KEPUSTAKAAN 149

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Keadaan Ketenagaan Administrasi BPKB Jayagiri 55

4.2 Keadaan Ketenagaan Fungsional BPKB Jayagiri 57

4.3 Tenaga Potensial BPKB Jayagiri 57

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Keterkaitan antara Kedua Sistem Pendidikan 25

2.2 Hubungan Fungsional antara Komponen-Komponen PLS 30

2.3 Model Proses Peningkatan Sumber Daya Manusia 34

4.1 Struktur Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) 55

4.2 Upaya PeningkatanKemampuan Pamong Belajar 73

4.3 Pelatihan Menggunakan Pola Datang 134

4.4 Pelatihan Menggunakan Pola Pergi 134

4.5 Pelatihan Menggunakan Pola Sel 135

4.6 Pelatihan Menggunakan Kelompok 136

4.7 Bimbingan Teknik Menggunakan Pola Kelompok 136

4.8 Bimbingan Teknik dengan Pola Individu 136

4.9 Seminar dan Loka Karya dengan Pola Terpadu 137

4.10 Pola Peningkatan Kemampuan Pamong Belajar dalam

Kaitannya dengan Penemuan Model 138

4.11 Pola Peningkatan Kemampuan Pamong Belajar atas Inisiatif

Pamong Belajar sendiri 140

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat ijin penelitian dari Program Pascasarjana Universitas Pendidikan

Indonesia (UPI) Bandung

2. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian di Balai Pengembangan

Kegiatan Belajar Jayagiri Bandung Jawa Barat

(11)

BAB I

PENDAHULUAN /fYJfc

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan suatu

bangsa, sehingga pendidikan dapat dipandang sebagai salah satu bentuk investasi. Bahwa investasi pendidikan sebagai kegiatan inti dalam pengembangan sumber daya manusia terbukti memiliki kontribusi yang positif terhadap tingkat

keuntungan ekonomi, sehingga disimpulkan bahwa keuntungan dalam investasi

pendidikan lebih tinggi dari pada investasi fisik. Dilihat dari fungsinya ada tiga

hal yang mendasar dari pendidikan yaitu: (1) mencerdaskan kehidupan bangsa, (2)

mempersiapkan tenaga kerja terampil dan ahli, dan (3) membina dan

mengembangkan penguasaan teknologi.

Dalam sistem pendidikan nasional Nomor 2 Tahun 1989, dimana

pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan

bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang

mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Untuk merealisasikan tujuan pendidikan nasional, Departemen Pendidikan Nasional telah menetapkan empat sasaran strategi yang menjadi orientasi

perencanaan, pengembangan dan pelaksanaan program pendidikan nasional yaitu

(12)

pendidikan, dan (4) peningkatan efisiensi pelaksanaan pendidikan nasional

(Soedijarto, 1995). Keempat strategi Depdiknas tersebut dijabarkan dan

dilaksanakan baik melalui jalur pendidikan persekolahan maupun melalui jalur

pendidikan luar sekolah. Pelaksanaan pendidikan melalui jalur pendidikan

persekolahan telah diatur mulai dari jenjang sekolah tingkat dasar sampai dengan

jenjang pendidikan tinggi. Sedang padajalur pendidikan luar sekolah telah diatur

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991, yaitu (1) melayani warga

belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang

hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya, (2) membina

warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang

diperlukan untuk pengembangan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ke

jenjang tingkat dan atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan (3) memenuhi

kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan

sekolah.

Agar dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut dapat berjalan dan berhasil

dengan baik, maka tidak terlepas dari kemampuan dan keterampilan sumber daya

manusianya. Karena manusia sebagai unsur penting dalam mengelola pendidikan maka harus selalu ditingkatkan dan dikembangkan agar potensi yang terdapat

dalam dirinya dapat diaktualisasikan.

Pengembangan sumber daya manusia sangat penting dalam suatu

organisasi atau lembaga apapun. Pengembangan manusia dapat dilihat dua aspek,

yakni kualitas dan kuantitas. Kuantitas menunjuk pada jumlah, sedang kualitas

(13)

maupun kemampuan non fisik seperti kemampuan bekerja, berpikir dan

keterampilan-keterampilan lain (Notoatmojo, 1992:4). Lebih jauh dijelaskan

bahwa apabila ditinjau secara mikro, dalam arti lingkungan suatu unit kerja, maka

sumber daya manusia dimaksud adalah karyawan atau pegawai yang sangat penting peranannya dalam mencapai keberhasilan suatu lembaga atau organisasi.

Agar seluruh tugas dan fungsi Balai Pengembangan Kegiatan Belajar

(BPKB) dapat berjalan dengan baik, maka perlu dikembangkan sumber daya

manusia pada lembaga tersebut. Sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat

Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan Olahraga di lingkungan

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Adapun tugas BPKB

adalah melaksanakan pengembangkan, bimbingan dan ujicoba program

pendidikan luar sekolah, pemuda dan olahraga (Kepmendikbud Nomor

022/0/1997). Lebih jauh mengenai kedudukan BPKB:

1. Secara teknis edukatif bertanggung jawab kepada dan dibina oleh Direktur

Pendidikan Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora.

2. Secara administratif bertanggung jawab dan dibina oleh Kepala Kantor

Wilayah Depdiknas Propinsi setempat.

Untuk merealisasikan tugas-tugas tersebut, pada balai terdapat sejumlah

kelompok tenaga fungsional yang disebut Pamong Belajar. Pamong Belajar

memiliki tugas yang sangat berat, karena harus mampu melaksanakan

(14)

harus memiliki bekal tentang bagaimana melaksanakan penelitian, merencanakan

berbagai kegiatan, melaksanakannya dan mengevaluasi serta memikirkan

bagaimana tindak lanjut dari program-program yang telah dilaksanakan.

Disamping tugas pokok Pamong Belajar sebagaimana tersebut dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 127/Menpan/1989, Pamong Belajar BPKB juga memiliki tugas untuk membina Pamong Belajar yang ada di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) yang berada di tingkat Kodya/Kabupaten.

Melihat tugas-tugas berat yang harus dilakukan oleh Pamong Belajar

BPKB, maka agar program-program pendidikan luar sekolah, pemuda dan

olahraga dapat berjalan dan berhasil dengan baik, maka diperlukan tenaga-tenaga

pelaksana maupun tenaga penunjang yang handal, profesional dan berdedikasi

tinggi dalam melaksanakan tugasnya (Ditdiktentis, 1996:17). Sejalan dengan itu

dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan luar sekolah perlu peningkatan

secara profesional dan prestasi kerja Pamong Belajar yang salah satunya melalui

menetapan angka kredit (SE Mendikbud Nomor 125/MPK/1991).

Berkaitan dengan pengembangan kemampuan Pamong Belajar sebagai

bagian dari tenaga kependidikan, telah ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 38 Tahun 1993, khususnya pada pasal 31 bahwa tenaga kependidikan

berkewajiban untuk berusaha mengembangkan kemampuan profesionalnya sesuai

dengan perkembangan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan bangsa. Dengan demikian BPKB harus memiliki sumber daya manusia yang terampil dan siap (Ditdiktentis, 1996:8). Lebih dipertegas lagi oleh

(15)

profesional dan prestasi kerja secara optimal (SEB Mendikbud dan BAKN,

1994:2).

Dalam rangka pengembangan model-model pendidikan luar sekolah pemuda, dan olahraga Pamong Belajar BPKB merujuk pada tugas pokok Pamong

Belajar, sehingga kemampuan yang harus dimiliki dapat dikelompokkan menjadi

beberapa bagian, yakni kemampuan untuk: (I) melakukan identifikasL, (2)

memotivasi, (3) membimbing, (4) menentukan kebutuhan belajar, (5) menyusun

rencana kegiatan, (6) membuat bahan belajar, (7) mengajar, (8) memantau

kegiatan belajar, (9) menilai, (10) melatih, (11) membimbing, (12) membuat karya

ilmiah, (13) mengembangkan kurikulum PLS.

Soedomo (1992) mengatakan bahwa seorang pengembang pendidikan luar

sekolah harus mampu untuk: (1) mengidentifikasi masalah dan kebutuhan melalui

penelitian, (2) merencanakan dan merumuskan tujuan, (3) mendeskripsikan dan

menentukan tujuan, (4) mengidentifikasi hambatan dan pendukung/analisis, (5)

memecahkan masalah, (6) memilih strategi, (7) membuat program, (8) melakukan

ujicoba, (9) melaksanakan program, (10) melakukan penilaian, dan (11)

melakukan feedback serta (12) menyebarluaskan hasil.

Agar tugas-tugas pengembangan dapat dilaksanakan dengan baik maka

peranan pimpinan dalam membina dan mengkoordinasikan berbagai kegiatan baik

yang menyangkut sumber daya manusia maupun sumber daya material. Sebagai ujung tombak dalam mengemban tugas-tugas Diklusepora, Pamong Belajar

(16)

Sebagai pembina teknis edukatif BPKB, Direktur Pendidikan Tenaga

Teknis melihat bahwa kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa

program-program pendidikan luar sekolah saat ini yang dilaksanakan oleh Pamong Belajar

kebanyakan masih belum sesuai atau belum mencapai hasil yang maksimal

dibandingkan dengan target atau sasaran yang ditentukan dalam buku pedoman operasional BPKB. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaksesuaian antara

pelaksanaan program atau tugas yang dilakukan Pamong Belajar BPKB dengan

perencanaan yang terdapat di dalam pedoman operasional BPKB, disebabkan oleh

beberapa faktor antara lain dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Faktor

internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri Pamong Belajar, seperti;

motivasi dalam bekerja, pendidikan dan pengalaman yang dimiliki, potensi dan

penguasaan keterampilan. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar

individu seperti; kepemimpinan Kepala BPKB, lingkungan bekerja,

sarana/prasarana, dan kondisi dalam masyarakat itu sendiri. Faktor-faktor diatas

menyebabkan perbedaan-perbedaan kinerja Pamong Belajar BPKB, faktor

tersebut perlu dikaji secara lebih mendalam sehingga akan ditemukan

sumber-sumber masalah yang benar-benar menjadi penyebabnya.

Selama ini tugas-tugas pengembangan kemampuan profesional Pamong

Belajar telah dilakukan oleh Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis Ditjen

Dikusepora Depdiknas melalui berbagai kegiatan pelatihan, kendatipun

(17)

BPKB juga berkewajiban ikut memimpin, mengkoordinasikan dan membina

Pamong Belajar agar dapat melaksanakan tugas dengan baik.

Menjadi Pamong Belajar profesional tidak mudah karena harus ditempuh

melalui berbagai kegiatan secara terus menerus. Pamong Belajar profesional dapat

dipandang dari tiga dimensi yaitu (1) Pamong Belajar sebagai ekspert/tenaga ahli

yang ciri-cirinya adalah menguasai materi, mampu menanamkan konsep,

memahami psikologi belajar dan sebagai pemberi inspirasi, (2) Pamong Belajar

harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap semua yang diajarkan, (3) Pamong

Belajar harus memiliki rasa kesejawatan.

Dalam penelitian ini ditentukan latar Balai Pengembangan Kegiatan

Belajar (BPKB) Jayagiri Lembang, melihat keberhasilan yang telah dicapai oleh

BPKB Jayagiri dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, barangkali tidak

terlepas dari peran Pimpinan dan Pamong Belajar. Untuk itu dalam penelitian ini

peneliti tertarik untuk mengungkap bagaimana mengapilikasikan hasil pelatihan

Pamong Belajar dalam pengembangan program-program pendidikan luar sekolah

di BPKB Jayagiri.

Penelitian terhadap kemampuan staf dalam hal ini Pamong Belajar BPKB

Jayagiri dianggap penting, karena dilihat dari filosofinya pengembangan staf

berorientasi pada masa depan untuk pertumbuhan individu yang sedang bekerja

(18)

B. Rumusan Masalah

Secara kuantitatif keberadaan Pamong Belajar terus bertambah sejalan

upaya peningkatan mutu melalui pelatihan, lokakarya, bimbingan teknis, seminar dan Iain-lain, baik yang bersifat regional yang dilaksanakan oleh BPKB maupun

yang bersifat nasional yang dilaksanakan oleh Direktorat Pendidikan Tenaga

Teknis. Harapannya yaitu terletak pada upaya menyukseskan pelaksanaan

pendidikan pada umumnya, khususnya pendidikan luar sekolah.

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini

difokuskan pada bagaimana upaya peningkatan kemampuan Pamong Belajar dan

mengaplikasikan hasil pelatihan Pamong Belajar dalam pengembangan program

pendidikan luar sekolah di BPKB Jayagiri Lembang. Dari fokus penelitian tersebut maka dapat dijabarkan ke dalam beberapa fokus yang lebih kecil dan di

rumuskan ke dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana upaya peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar yang

dilakukan oleh Pimpinan BPKB Jayagiri?

2. Bagaimana peranan Pamong Belajar mengaplikasikan hasil peningkatan

kemampuan/pelatihan dalam program-program pendidikan luar sekolah di

BPKB Jayagiri?

3. Bagaimana persepsi Pamong Belajar BPKB Jayigiri mengaplikasikan hasil

peningkatan

kemampuan/pelatihan

dalam

mengembangkan

program

(19)

4. Faktor-faktor apakah yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan

kegiatan peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar?

5. Faktor-faktor apakah yang mendukung dan menghambat mengaplikasikan

hasil peningkatan kemampuan/pelatihan ke dalam pengembangan program

pendidikan luar sekolah?

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari interpretasi yang berbeda pada setiap istilah yang

terdapat dalam judul penelitian ini, maka dapat dijelaskan batasan dari

istilah-istilah tersebut sebagai berikut:

1. Aplikasi adalah pelaksanaan atau penerapan dengan kesanggupan, kecakapan,

dan kekuatan dalam menerapkan hasil pelatihan. Terkait dalam penelitian ini

adalah kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas kepamongan

berdasarkan SK Menpan Nomor 25/KEP/MK.WASPAN/6/1999 Tentang

Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kredit. Sedangkan program

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berbagai kegiatan BPKB Jayagiri

baik yang sudah maupun yang akan dilaksanakan.

2. Peningkatan kemampuan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan

menuju sasaran yang hendak dicapai. Peningkatan kemampuan adalah upaya

untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan

sifat-sifat kepribadian. Sedang yang dimaksud dengan upaya peningkatan

kemampuan adalah berbagai contoh kegiatan tindakan atau usaha ke arah

peningkatan kemampuan para Pamong Belajar dalam melaksanakan tugas

(20)

3. Pamong Belajar sebagaimana dimaksudkan dalam SK Menpan Nomor

25/KEP/MK.WASPAN/6/1999 adalah Pegawai Negeri Sipil dalam

lingkungan Departemen Pendidikan Nasional yang diberi tugas, tanggung

jawab dan hak oleh pejabat yang berwenang untuk menyuluh, mendidik warga

belajar, dan mengembangkan program pendidikan luar sekolah, pemuda dan

olahraga. Dengan demikian jelas bahwa Pamong Belajar sebagai petugas

lapangan yang selain berhubungan langsung dengan sasaran layanan

pendidikan luar sekolah, juga sebagai penentu dalam mengimplementasikan

dan memadukan keseluruhan program pendidikan luar sekolah baik secara

horizontal maupun secara vertikal.

4. Peranan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Depdikbud tahun

1988. Yakni bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan, atau perbuatan

memahami perilaku yang diharapkan dan dikaitkan dengan kedudukan

seseorang. Dalam hal ini bagaimana peran Pamong Belajar sesuai dengan

tugas pokok dan mengaplikasikan hasil pelatihan dalam pengembangan

program pendidikan luar sekolah pada unit kerjanya.

5. Persepsi, menurut Kamus Besar bahasa Indonesia terbitan Depdikbud 1988.

Yakni tanggapan (penerimaan) langsung dari suatu serapan, atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancainderanya. Dalam hal ini

bagaimana persepsi Pamong Belajar dalam mengaplikasikan hasil pelatihan

dalam pengembangan program pendidikan luar sekolah di BPKB Jayagiri.

6. Pendidikan Luar Sekolah, adalah kegiatan belajar membelajar,

(21)

11

membantu peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi diri berupa

pengetahuan, sikap keterampilan, dan aspirasi yang bermanfaat bagi dirinya,

keluarga, masyarakat, lembaga, bangsa dan negara. (H.D. Sudjana, 1996).

Adapun ciri pendidikan luar sekolah yaitu memiliki bentuk dan isi program

yang bervariasi, diselenggarakan dalam waktu yang relatif singkat dan tidak

terus menerus, proses belajar mengajar berkaitan dengan kehidupan peserta

didik dan masyarakat. Selain hal di atas sebagaian besar program pendidikan

luar sekolah diikuti oleh remaja dan orang-orang dewasa secara terbatas pada kehidupan dan pekerjaan.

Untuk memperdalam pehaman tentang pengertian pendidikan luar sekolah,

berikut ini dikemukakan beberapa ciri-cirinya yaitu :

a. The diverse types o out-of school education are designed to accomplish many

purposes.

b. Responsibility for the runing of out-of school educational institution is

diffused, consisting of public control or combinations of these.

c. Documentation-on imrollments, teachers and leaders credentials, suceer of chose involved in learning, their conseqwent increreased economic

productivity or improved well-being and the costs to the learmersan the

sponsors is rare.

d. Investement in particular types of out-of school education many have more

pronounced effects on economic productivity and social change in the short

(22)

12

e. Investment in particular types of out-of school education many have more

pronounced effects on economic productivity and social change in the short

run than is the case with formal school.

Dari ciri-ciri pendidikan luar sekolah diatas terkandung makna yang

esensial dalam pelaksanaannya yaitu ditandai untuk mencapai bermacam-macam

tujuan, tanggung jawab penyelenggaraannya diawasi oleh masyarakat, pribadi

atau kombinasi keduanya. Selanjutnya pencatatan tentang pemasukan warga belajar, sumber belajar dan keberhasilan pimpinan, kesuksesan latihan, membawa akibat peningkatan produksi ekonomi, peningkatan kesejahteraan dan pendapatan

peserta, dan terakhir dengan pemantapan bentuk pendidikan luar sekolah

mempunyai dampak pada produksi ekonomi dan perubahan sosial dalam waktu

singkat dari pada pendidikan persekolahan.

E. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

a. Tujuan Umum:

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya peningkatan

kemampuan Pamong Belajar dan aplikasi hasil pelatihan Pamong Belajar dalam

pengembangan program pendidikan luar sekolah di BPKB Jayagiri.

b. Tujuan Khusus :

1. Untuk mengetahui bagaimana upaya peningkatan kemampuan Pamong

(23)

13

2. Untuk mengetahui bagaimana peranan Pamong Belajar mengaplikasikan

hasil pelatihan dalam program-program pendidikan luar sekolah di BPKB

Jayagiri.

3. Untuk mengetahui bagaimana persepsi Pamong Belajar BPKB Jayigiri

mengaplikasikan hasil pelatihan dalam mengembangkan program

pendidikan luar

sekolah-4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan kegiatan peningkatan kemampuan Pamong Belajar.

5. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mendukung dan menghambat dalam mengaplikasikan hasil pelatihan ke

pengembangan program pendidikan luar sekolah.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna baik

teoritis dan bersifat praktis. Secara teoritis temuan yang diperoleh diharapkan

mampu memberikan nilai yang berarti untuk dijadikan masukan bagi

pengembangan program pendidikan luar sekolah baik dari mulai perencanaan dan

menyusun berbagai jenis dan bentuk kegiatan belajar membelajarkan pada Balai

Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jayagiri. Ini dimaksudkan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Manfaat lain bagi ilmu pengetahuan adalah untuk mengembangkan khasanah model-model pelatihan.

Sedangkan secara praktis hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan

peluang pada Pamong Belajar untuk mengaplikasikan hasil pelatihan dengan baik

(24)
(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIA/^Kjl*

(( $&

A. Metode Penelitian

Agar peneliti dapat mendeskripsikan secara jelas dan rinci serta

mendapatkan data yang mendalam dari fokus penelitian ini, maka penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen, penelitian

kualitatif memiliki beberapa ciri yaitu:

(1) Dilakukan pada latar yang alami, karena yang merupakan alat penting adalah

adanya sumber data yang langsung.

[image:25.595.76.477.269.595.2]

(2) Bersifat deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata atau

gambar dari pada angka.

(3) Lebih memperhatikan proses daripada hasil atau produk semata. (4) Dalam mengalisis data cenderung secara induktif

(5) Lebih mementingkan makna (esensial). Sedangkan menurut Nawawi (1994)

disebutkan bahwa penelitian kualitatif dilakukan dengan menghimpun data dalam keadaan sewajarnya, mempergunakan cara kerja yang sistematis, terarah dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga tidak kehilangan sifat

ilmiahnya.

Karena peneliti ingin mendeskripsikan secara jelas tentang upaya

peningkatan kemampuan/pelatihan pamong belajar dan mengaplikasikan hasil

peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar

dalam pengembangan

program pendidikan luar sekolah di BPKB Jayagiri Lembang. Maka dalam

(26)

44

penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, untuk itu peneliti melakukan

berbagai kegiatan dilapangan mulai dari studi pendahuluan di lokasi penelitian

dan dilanjutkan dengan studi secara terfokus.

Peneliti juga mengajukan berbagai pertanyaan melalui wawancara yang

berkaitan dengan fokus-fokus dalam penelitian ini. Untuk melengkapi data

peneliti juga mencari data-data melalui studi dokumentasi dan seluruh rangkaian

kegiatan dilakukan sendiri oleh peneliti sebagai instrumen utama.

Dari berbagai data yang telah dikumpulkan bukan dimaksudkan untuk

menguji hipotesis, melainkan merupakan studi yang bersifat deskriptif dengan cara memaparkan secara jelas dan rinci data yang berkaitan dengan fokus dalam

penelitian ini.

B. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Pamong Belajar BPKB Jayagiri Bandung, untuk mendapatkan data secara lengkap dalam penelitian ini tidak terlepas pula melalui Kepala BPKB dan Kepala Sub Bagian

Tata Usaha.

C. Teknik Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui instrumen

penelitian yaitu diri peneliti sendiri, karena peneliti merupakan instrumen utama

dan merupakan segalanya dari keseluruhan penelitian. Untuk mendapatkan data

(27)

45

a. Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan dengan tujuan untuk memperoleh

konstruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas, organisasi,

perasaan, motivasi pengakuan dan kerisauan (Arifin, 1996: 69-70).

Agar wawancara dapat dilaksanakan dengan baik maka hubungan peneliti

dengan subjek hendaknya merupakan suatu patnersip (Bogdan dan Taylor dalam

Furchan, 1992:182). Lebih jauh juga disebutkan bahwa peneliti hendaknya

bersedia untuk berpartisipasi dalam kehidupan subjek sehari-hari, ini akan

meningkatkan hubungan baik peneliti dengan subjek dan membuat peneliti lebih mengenal orang-orang dan tempat yang ada dalam kehidupan subjek.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh peneliti dalam melakukan wawancara, antara lain: (1) jangan memotong pembicaraan, artinya walaupun

peneliti tidak tertarik dengan apa yang disampaikan subjek tetapi hendaknya

peneliti tetap mendengarkan apa yang dikatakan oleh subjek, setelah ada

kesempatan baru mengalihkan pembicaraan itu secara halus, (2) berikan perhatian,

artinya walaupun peneliti membawa berbagai peralatan perekam, tetapi harus

tetap memperhatikan dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh subjek, (3)

jangan bersifat evaluatif, (4) bersikap bijaksana (Bogdan dan Taylor dalam

Furchan, 1992:188-191).

Ada dua jenis wawancara yang dapat digunakan dalam penelitian, yaitu

terstruktur dan tidak terstruktur. Berdasarkan jenisnya dalam wawancara tidak

terstruktur tidak digunakan instrumen yang standar. Sebelum peneliti melakukan

(28)

46

memuat hal-hal pokok sebagai pedoman dalam pelaksanaanya. Pada prinsipnya

pertanyaan tersebut disusun berdasarkan fokus dan rumusan masalah dalam penelitian ini, baru kemudian dilakukan wawancara.

Dalam penelitian ini peneliti juga melakukan wawancara dengan Pamong

Belajar, Kepala BPKB, Kepala Subbag Tatausaha dan petugas perpustakaan.

b. Observasi

Observasi dimaksudkan untuk memperoleh data yang lengkap dan rinci

melalui pengamatan yang seksama dengan melibatkan diri dan berpartisipasi

dalam fokus yang sedang diteliti, sehingga dapat memberikan informasi yang

berguna sesuai dengan fokus penelitian.

Alasan metodologis menggunakan metode observasi ini dikemukakan oleh

Moleong (1998) ialah: (1) pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari

segi motif, kepercayaan, perhatian dan perilaku lainnya, (2) pengamatan

memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagai yang dilihat oleh subjek

penelitian, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subjek, menangkap

kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan para subjek pada keadaaan

waktu itu, (3) pengamatan memungkinkan peneliti untuk merasakan apa yang

dirasakan dan dihayati oleh subjek, (4) pengamatan memungkinkan pembentukan

pengetahuan yang diketahui bersama baik dari pihaknya maupun dari pihak

subjek.

Dalam penelitian ini peneliti akan mencoba observasi partisipasi secara

(29)

47

Pamong Belajar yang terlibat didalam pengembangan program pendidikan luar

sekolah.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dimaksudkan untuk melengkapi data dari wawancara

dan observasi, dilakukan untuk memperoleh data yang bersifat administrasi dan

tata kegiatan-kegiatan yang terdokumentasi. Dokumentasi bisa beruna surat-surat,

gambar, atau catatan lain yang berhubungan dengan fokus penelitian.

Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber

non insani, dimana sumber ini terdiri dari rekaman dan dokumen (Arifin,

1996:82). Dokumen telah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data,

karena dalam banyak hal dokumen dapat dimanfaatkan untuk menguji,

manafsirkan dan bahkan untuk meramalkan (Moleong, 1998).

Ada beberapa alasan dari penggunaan dokumentasi, menurut Linconl dan

Guba (1981) dengan studi dokumentasi antara lain: (1) dokumen dan record

merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong, (2) berguna sebagai bukti

untuk suatu kejadian, (3) memiliki sifat yang alamiah, sesuai dengan konteks,

lahir dan berada dalam konteks, (4) murah, (5) tidak sukar untuk ditemukan.

D. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan dan analisa data merupakan proses mencari dan mengatur

secara sistematik transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain

yang telah dihimpun untuk menambah pemahaman untuk dilaporkan (Bogdan dan

(30)

48

Dalam penelitian ini data yang berwujud kata-kata, kalimat, paragraf yang

dinyatakan dalam bentuk narasi yang bersifat desknpsi rnengenai situasi, kegiatan

atau peristiwa, pernyataan dan perilaku yang sudah dikumpulkan dalam cacatan

lapangan, transkrip wawancara. Akan dianalisis dengan teknik deskriptif Menurut

Nasution (1996), analisis deskriptif dilakukan dengan tiga cara yaitu: (1) reduksi

data, (2) penyajian data (display), dan (3) penarikan kesimpulan (verifikasi).

Reduksi data dilakukan dengan menelaah kembali seluruh catatan

lapangan yang diperoleh dari hasil wawancara, pengamatan dan studi

dokumentasi. Telaahan ini dilakukan untuk menemukan hal-hal yang pokok atau

penting yang berkenaan dengan fokus penelitian. Data yang diredukdi akan

memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan juga

mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila

diperlukan

Pada tahap penyajian data (display data) merupakan kelanjutan dari tahap

reduksi, dimana pada tahap ini hal-hal pokok selanjutnya dirangkum dalam

susunan yang lebih sistematis sehingga dapat dengan mudah melihat gambaran

penelitian secara menyeluruh atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian.

Penyajian data dapat disajikan dalam berbagai macam matriks, grafik, atau dalam

bentuk gambar

Kesimpulan atau verifikasi merupakan upaya untuk mencari makna dari

data yang dikumpulkan. Upaya ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasution

(1996) dilakukan dengan cara mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal

(31)

49

sangat tentatif dan kabur. Agar diperoleh kesimpulan yang mantap, kesimpulan

harus senantiasa divenfikasi selama penelitian berlangsung. Sedang penankan

kesimpulan daiam penelitian mi berdasarkan pada teks naratif dan beberapa

matrik yang telah dibuat.

E. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap pralapangan, pada tahap ini peneliti melakukan studi

pendahuluan untuk mehhat kemungkman peneliti dapat melakukan penelitian.

Dan hasil studi pendahuluan ke BPKB Jayagin, dimana lembaga ini merupakan

lembaga pengembang model-model pembelajaran pendidikan luar sekolah.

Program-program yang dilaksanakan membutuhkan sumber daya manusia yang

tinggi. Personal yang melaksanakan program-program BPKB Jayagiri dilakukan

oleh kelompok tenaga fungsional dalam hal ini Pamong Belajar. Agar Pamong

Belajar lebih meningkat dalam menjalankan tugas pokoknya perlu ditingkatkan

kemampuannya melalui berbagai kegiatan peningkatan kemampuan Pamong

Belajar, seperti mengikuti pelatihan, pendidikan, seminar, lokarya dan sebagainya.

Oleh karena itu peneliti tertank untuk meneliti mengenai upaya peningkatan

kemampuan Pamong Belajar dan mengaplikasikan dalam pengembangan program

pendidikan luar sekolah di BPKB Jayagiri.

Berdasarkan maksud penelitian di atas maka dirancanglah proposal

penelitian yang memuat judul, latar belakang masalah, rumusan masalah,

pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi

penelitian, dan studi kepustakaan digunakan sebagai dasar dalam mengumpulan

(32)

50

setelah ,tu ditentukan pembimbing. Selanjutnya desain yang telah dikonsultasikan

dan disetujui oleh pembimbing dapat mengajukan surat ijin penelitian dan

permohonan melaksanakan penelitian ke Program Pascasarjana.

2. Tahap Pelaksanaan, pada tahap ini terlebih dulu dilakukan orientasi

lapangan antara lam (1) menemui Kepala BPKB Jayagin untuk menyampaikan

maksud dan tujuan penelitian berdasarkan surat dari PPS UPI Bandung. Kepala

BPKB dengan sepenuh hati bersedia menerima dan akan membantu pelaksanaan

penelitian, (2) mengadakan sosialisasi baik dengan Pamong Belajar maupun

tenaga administrasi. Hal ini dimaksudkan agar terjalin hubungan yang harmonis.

Dalam proses sosialisasi ini ada beberapa Pamong Belajar yang memang ingm

mengetahui secara detail tentang keberadaan peneliti di lokasi penelitian, akan

tetapi ada juga Pamong Belajar dan tenaga administrasi yang mengira bahwa

peneliti adalah pegawai baru. Memang peneliti sengaja merahasiakan status

sebaga, peneliti, sehingga benar-benar terjalin hubungan yang harmonis. Prinsip

utama dari peneliti adalah mgin mendapatkan data dan informasi

sebanyak-banyaknya berkenaan dengan fokus dalam penelitian mi. Kegiatan orientasi

dilakukan selama lima hari.

Selesai mengadakan orientasi, lalu peneliti mulai mengadakan wawancara,

wawancara pertama dilakukan dengan Kepala BPKB, namun masih bersifat

umum. Karena kesibukan Kepala BPKB, peneliti dipersilahkan menemui

Pimpinan Pamong Belajar. Kepala BPKB berjanji akan wawancara pada aktu lam.

Sesua, dengan petunjuk Kepala BPKB peneliti mencoba untuk menemui

(33)

51

mengajukan pertanyaan yang bersifat umum, kemudian semakin mengkhusus dan

akhirnya terfokus. Sebelum rnengakhiri wawancara, peneliti minta agar Pimpinan

Pamong Belajar dapat menunjukkan Pamong Belajar lain yang dianggap dapat

memberikan informasi berkenaan dengan hal-hal yang telah peneliti ajukan sebagi

informan ke tiga. Akhirnya wawancara dengan informan ke tigapun dilakukan.

Demikian seterusnya sampai data-data yang berkaitan dengan fokus dalam

penelitian ini dianggap cukup. Data hasil wawancara direkam dan dicatat untuk

selanjutnya dibuat dalam transkrip wawancara.

Untuk mendapatkan data yang lengkap dan terpercaya, selain wawancara,

peneliti juga melakukan observasi. Mula-mula peneliti hanya melihat-lihat berbagai kegiatan yang sedang dilakukan oleh Pamong Belajar dan objek-objek

yang ada dilokasi penelitian dengan tanpa mengajukan pertanyaan. Tahap

berikutnya peneliti mulai melibatkan diri secara terbatas dan mengajukan beberapa pertanyaan serta melibatkan diri dalam beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Pamong Belajar. Disamping kegiatan observasi, peneliti juga

melalukan studi dokumentasi untuk melengkapi data-data hasil wawancara dan

observasi.

3. Tahap Analisa Data, tahap ini dilakukan selama pengumpulan data

berlangsung, hal ini dimaksudkan untuk (1) mengkaji kembali apakah data-data

yang dihasilkan sesuai dengan fokus, (2) membuat rencana pengumpulan data

berikutnya, (3) mengembangkan pertanyaan-pertanyaan berikutnya, dan (4)

secepat mungkin membuat transkrip wawancara, lembar pengamatan serta

(34)

52

Proses analis data dilakukan dengan cara (1) melakukan reduksi data. Dalam

mereduksi data peneliti mencoba membuat ringkasan, membuat kode-kode

tertentu, menelusuri tema, membuat matrik dan membuat memo, (2) menyajikan

data. Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk kata-kata, kalimat-kalimat

dan paragraf-paragraf yang bersifat naratif. (3) penarikan kesimpulan. Penarikan

kesimpulan dilakukan setelah data dianalisis secara terus menerus, baik pada

waktu pengumpulan data, dalam proses dan setelah selesai di lapangan.

Sedangkan untuk menjamin keterpercayaan data dan kesimpulan yang dihasilkan,

dilakukan pengecekan keabsahan data dengan cara melakukan triangulasi sumber.

4. Tahap Penyusunan Laporan, penyusunan laporan dilakukan setelah data-data hasil penelitian selesai dianalis. Naskah laporan kemudian diberikan

kepada dosen pembimbing untuk diaudit dan direvisi. Berdasarkan

masukan-masukan dari dosen pembimbing kemudian direvisi kembali oleh peneliti. Kegiatan ini terus dilakukan dan dinyatakan siap untuk mengikuti dalam laporan

(35)
(36)

S J A D \ T

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, maka dapat ditank kesimpulan

yang mengacu pada mmusan masalah dan pertanyaan penelitian sebagaimana

tersebut dalam bab I pendahuluan, sebagai berikut:

1. Upaya yang dilakukan oleh Pimpinan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar

Jayagiri berkenaan dengan kegiatan peningkatan kemampuan Pamong Belajar

dilakukan secara berkelanjutan dan di mulai sejak Balai Pengembangan

Kegiatan Belajar berdiri, baik yang dilakukan di tingkat pusat dalam hal ini

Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis maupun di tingkat regional dalam hal ini

Balai Pengembangan Kegiatan Belajar. Peningkatan kemampuan tersebut

dilakukan melalui pelatihan-pelatihan, studi lanjut (pendidikan S2 dan S3),

lakakarya, seminar, kerjasama dengan perguruan tinggi, studi banding,

bimbingan teknis, pembinaan angka kredit, dan pekan olahraga Sanggar

Kegiatan Belajar-Balai Pengembangan Belajar. Upaya tersebut dilakukan

dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Pamong

Belajar dalam melaksanakan tugas-tugas pengembangan dibidang pendidikan

luar sekolah. Kegiatan tersebut akan ditindak lanjuti untuk tahun-tahun

mendatang, karena dapat memberikan kontribusi positif dalam pelaksanaan

program pendidikan luar sekolah.

(37)

TIT

2. Dalam melaksanakan upaya peningkatan kemampuan Pamong Belajar, bukan

hanya tanggung jawab pimpinan, akan tetapi Pamong Belajar juga ikut

bertanggung jawab. Bebagai kegiatan peningkatan kemampuan yang telah

dilaksanakan oleh Pamong Belajar ada yang berdasarkan perintah pimpinan

dan adajuga atas inisiatifdiri Pamong Belajar.

3. Untuk meningkatkan kemampuannya, Pamong Belajar dapat mengusulkan

kembali kepada pimpinan tentang berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan

kemampuannya, juga menganalisis dan mengkaji model-model yang telah

disusun. Analisis juga dilakukan terhadap masalah-masalah yang sedang

dihadapi oleh masyarakat. Melalui kegiatan ini diharapkan model-model yang

akan disusun dapat sesuai dengan apa yang di butuhan oleh masyarakat.

4. Pamong Belajar mempunyai persepsi yang positif dan mendukung terhadap

berbagai kegiatan peningkatan kemampuannya, atas dasar pertimbangan

bahwa Pamong Belajar sebagai tenaga pengembang pendidikan luar sekolah,

tenaga pelatih, pelaksana bimbingan teknis terhadap Sanggar Kegiatan

Belajar, serta pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

5. Dalam hal motivasi, Pamong Belajar mempunyai motivasi yang tinggi dalam

meningkatkan kemampuannya. Motivasi tersebut muncul sebagai akibat

adanya pengaruh dari luar maupun dari dalam dirinya.

6. Berbagai kegiatan peningkatan kemampuan Pamong Belajar dapat

memberikan kontribusi yang sangat bermanfaat, baik bagi Pamong Belajar

sendiri maupun bagi pelaksanaan program-program Balai Pengembangan

(38)

T4o~

7. Peningkatan kemampuan Pamong Belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor,

baik yang bersumber dari Pamong Belajar sendiri maupun yang berasal dan

luar. faktor tersebut dapat mendukung maupun menghambat.

Faktor-faktor yang mendukung meliputi: adanya tuntutan dari lembaga sebagai

lembaga pengembang pendidikan luar sekolah, adanya persepsi dan motivasi

yang positif dan tinggi, adanya kesempatan yang di berikan oleh pimpinan

Balai Pengembangan Kegiatan Belajar dan Direktorat pendidikan Tenaga

Teknis sehingga Pamong Belajar ada yang dapat melanjutkan pendidikan S2

dan S3, serta adanya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Balai

Pengembangan Kegiatan Belajar. Sedangkan faktor penghambat meliputi.

waktu yang dimiliki terbatas karena jam kerja pukul 07.00 - 14.00, sering

terjadi jadwal yang kurang pas antara kegiatan peningkatan dan pelaksanaan

tugas.

8. Pelaksanaan program-program Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Jayagiri

dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor yang bersumber dari dalam

maupun faktor dari luar, dimana kedua faktor tersebut dapat saling

mendukung dan dapat menjadi penghambat. Faktor yang menjadi pendukung

meliputi: adanya tenaga yang cukup dan kerjasama yang baik sesama Pamong

Belajar, adanya kerja sama dengan perguruan tinggi, adanya fasilitas yang

dimiliki oleh Balai Pengembangan Kegiatan Belajar, adanya idealisme yang

tinggi dari Pamong Belajar, adanya dukungan dan jajaran Diklusepora dan

adanya Rencana Kegiatan Tahunan (RKT) yang jelas. Sedang faktor-faktor

(39)

w

dapat diadopsi dan diterapkan baik oleh Sanggar Kegiatan Belajar maupun

jajaran Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga, motivasi belajar dari

kelompok sasaran (warga belajar) rendah, adanya sistem paket dan pagu,

lemahnya supervisi, belum semua Pamong Belajar memiliki kemampuan

dalam hal problem solving.

B. Rekomendasi

Agar Pamong Belajar dapat melaksanakan tugas pokok dengan baik, maka

perlu ditingkatkan kemampuannya. Kegiatan peningkatan membutulikan

keteriibatan berbagai pihak, tersedianya tenaga, waktu dan dana. Kendatipun

demikian, kegiatan itu hams selalu diupayakan.

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang ada,

maka

rekomendasi/saran yang kiranya dapat diberikan sebagai berikut:

1. Seyogyanya kegiatan pengembangan pendidikan luar sekolah di Balai

Pengembangan Kegiatan Belajar yang sudah dilaksanakan, dapat disebarkan

kepada masyarakat melalui bimbingan teknis yang dilakukan Balai

Pengembangan Kegiatan Belajar terhadap Sanggar Kegiatan Belajar di

wilayah binaannya, dengan harapan natinya dapat diterapkan dan diadopsi

oleh masyarakat. Untuk itu para pengambil kebijakan di tingkat pusat dalam

hal ini Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis maupun di tingkat regional dalam

hal mi Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Jayagiri hendaknya lebih

memberikan kesempatan dan selalu mendorong kepada Pamong Belajar untuk

selalu aktif dalam berbagai kegiatan peningkatan kemampuan, apakah itu

(40)

n r r

dan S3), dan studi banding sehingga kinerja Pamong Belajar dapat lebih

meningkat.

2. Peningkatan kemampuan Pamong Belajar di tingkat Balai Pengembangan

Kegiatan Belajar sangat ditentukan oleh pimpinan dan Pamong Belajar itu

sendiri. Oleh karena itu kepada pimpinan balai hendaknya selalu berorientasi

pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, dengan cara membenkan

peluang dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada Pamong Belajar untuk

aktif dalam berbagai kegiatan. Sedang untuk Pamong Belajar hendaknya terns

bemsaha mengembangkan segala potensi tanpa harus menunggu perintah

pimpinan.

3. Salah satu hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa belum seluruhnya

model-model yang dihasilkan dapat diadopsi dan diterapkan oleh Sanggar

Kegiatan Belajar dan pelaksana Diklusepora lainnya. Untuk itu hendaknya

pihak Balai Pengembangan Kegiatan Belajar dapat mengkaji dan menganalisis

faktor penyebabnya, apakah memang model yang disusun belum menyentuh

kebutuhan masyarakat, ataukah memang pihak Sanggar Kegiatan Belajar dan

jajaran Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga sendiri yang enggan

mengadopsi dan menerapkannya. Tentunya ini memerlukan penelitian

(41)
(42)

^D'O//,-DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Zein. 1997. Penyusunan Program Pendidikan Luar Sekolah. Makalah

disajikan dalam semiloka BPKB. Surabaya. 4 April.

Arief Furchan. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif Surabaya: Usaha

Nasional.

Bimo Walgito. 1981. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Fakultas Psikologi

UGM.

Bogdan, C dan Biklen, SK. 1982. Qualitative Research for Education: An

Introduction to Theory and Methods. London: Allyn and Bacon, Inc.

Coombs, and Ahmed, Manzoor. 1984. Mengurangi Kemiskinan di Pedesaan

Melalui

Pendidikan Non Formal (terjemahan), Jakrta, Rajawali.

Diktentis Ditjen Diklusepora. 1994. Petunjuk Teknis Pelatihan Pamong Belajar

SKB, Jakarta: Depdikbud.

Ditdiktentis. 1996. Manajemen Balai Pengembangan Kegiatan Belajar. Jakarta:

Ditdiktentis Ditjen Diklusepora.

Djudju Sudjana. 1992. Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah.

Bandung: Nusantara Press.

1996.

Pendidikan

Luar

Sekolah,

Wawasan

Sejarah

Perkembangan Falsafah dan Teori Pendukung Azas, Bandung: Nusantara

Press

Handoko, T.H. 1994 Manajemen

Personalia dan Sumber Daya Manusia.

Yokyakarta: BPFE.

Henry Simamora. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta:

ST1E YKPN.

Hoyle, R.J. 1985. Skill for Successful School Leader. Virginia: The American

Association of school Administrators Arlington.

Imron Arifin. 1996. Penelitian Kualitatif: dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan

Keagamaan.

Malang: Kalimasada Press.

(43)

H5TT

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi kedua. 1996. Jakarta: Balai Pustaka 3685.

Kinder Vatter, Suzanne. 1979. Non Formal Education As An Empowering

Process With Case Studies From Indonesia and Thailand. United Stated of

Amerika: Centre For International Education University of Massachusetts.

Koont, H. 1990. Manajemen JHid 2. Terjemahan oleh Gunawan Hutauruk. 1990.

Jakarta: Erlangga.

Lexy J. Moleong. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosda Karya Offset.

Lovell, T. & John, W.K. 1993. Supervision For Better School. New Jersey:

Englewood Cliff.

Lunandi, A.G. 1989. Pendidikan Orang Dewasa (Sebuah Uraian Parktis untuk

Pembimbing, Penatar, Pelatih dan Penyuluh Lapangan. Jakarta: PT

Gramedia.

Made Pidarta. 1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.

Mendikbud 1996. Visi dan Strategi Pembangunan Pendidikan untuk tahun 2020

Tuntutan terhadap kualitas. (makalah disajikan dalam Konvensi Nasional

Pendidikan Indonesia III, Ujung Pandang, 4-7 Maret.

MohNazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Muhadjir. 1993. Metode Penelitian Kualitatif Edisi III. Yogyakarta:

Rekaserasian.

Nadler, Leonard. 1982. Designing Training Program. Philiphines:

Addison-Wesley Publishing Company.

Nasution, S. 1992. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif Bandung: Tarsito.

Nawawi, H & Martina,H. 1994. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Nurdin Rahman. 1989. Instruksional Material Perencanaan Pendidikan Luar

Sekolah. Jakarta: Depdikbud Dikti Proyek Pengembangan Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Nurtain, H. 1989. Supervisi Pengajaran: (Teori dan Praktek). Jakarta: Depdikbud.

Oliva, P.E. 1984. Supervision For Today School. New York &London: Longman

(44)

T T T

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 1991 tentang

Pendidikan Luar Sekolah Diperbanyak oleh Bagian Proyek Pengembangan

Ketenagaan Diklusepora.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 1993 tentang Tenaga Kependidikan.

Jakarta. Ditjen Diklusepora.

Rogers, Jenny. 1989. Adult Learning, third edition. Milton Keynes Philadelphia:

Open Universitas Press.

Sardjan Kadir. 1991. Pengembangan Program Pendidikan Luar Sekolah.

Makalah disajikan dalam semiloka BPKB. Surabaya. 4April.

Soekidjo Notoatmodjo. 1992. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Soedomo. 1992. PLS Kearah Pengembangan Sistem Belajar Masyarakat. Jakarta:

Depdikbud Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan.

Soetjipto dan Kosasi, R. 1994. Analisa Kebijakan Pendidikan: Suatu Pengantar.

Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sudarwan. 1997. 13 April. Tantangan Profesionalisme Pendidikan. Kedaulatan

Rakyat, hal 4.

Suharsimi Arikunto. 1988. Prosedur Penelitian Jakarta: Bina Aksara.

Suryadi, A., Dan Tilaar, H.A.R. 1993. Analisis Kebijakan Pendidikan.Suztu

Pengantar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 125/MPK/1991

tentanz Petunjek Teknis Pelaksanaan Angka Kredit Bagi Jabatan Pamong

Belajar dalam Lingkungan Depdikbud. 1992. Jakarta : Diperbanyak oleh

Bagian Pengembangan Ketenagaan Diklusepora.

Surat Edaran Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan

Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 43/SE/1990 tentang Angka

Kredit Bagi Jabatan Pamong Belajar. 1994. Jakarta: Diperbanyak oleh

Bagian Proyek Pengembangan Ketenagaan Diklusepora.

Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 022/0/1997 tentang

Organisasi dan Tatakerja Balai Pengembangan Kegiatan Belajar.

Surat Keputusan Menteri Waspan Nomor 25/KEP/MK.Waspan/6/I999 tentang

(45)

r r r

Sutaryat Trisnamansyah. 1986. Pendidikan Masyarakat. Bandung: F1P 1K1P

Bandung.

Torrington, Derek dan Huat, Tan Chwee. 1994. Human Resource Managementfor

Southeas Asia. Singapore: Simon & Schuter (Asia) Pte Ltd.

Umar Nirman. 1995. Pengembangan Ilmu Administrasi (Tantangan, Strategi, dan

Proyek). IKIP Malang: Malang.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika.

Wardiman Djojonegoro dan Ace Suryadi. 1995. Peningkatan Kualitas Sumber

Daya Manusia untuk Pembangunan. Jakarta: Pusat Informasi Bahtbang

Depdikbud.

Yin, R.K. 1996. Studi Kasus: Desain dan Metode. Terjemahan oleh M. Djazuh

Gambar

gambar dari pada angka.

Referensi

Dokumen terkait

orang lain dengan melwan hak, memaksa orang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, supaya orang itu memberikan barang, yang sama sekali atau sebahagiannya termasuk kepunyaan

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN. TAHUN

Kepribadian merupakan salah satu variabel psikologis yang penting dalam karier individu. Adanya kecocokan individu dengan lingkungannya dapat diketahui dengan pilihan

Konsumen hanya tinggal memilih produk yang ingin dibeli kemudian setelah mendapat konfirmasi dari pihak Hikari, konsumen diharapkan segera melakukan pembayaran dengan cara transfer.

yaitu, “Bagaimana strategi yang dapat diterapkan Pamella Swalayan dalam menghadapi persaingan bisnis ritel berdasarkan perspektif value chain. dengan menggunakan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa : penambahan sari belimbing wuluh tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas sirup yang dihasilkan,

Kegiatan Fasilitasi Perkembanagan Keragaman Budaya 115.410.000 Labuaan Bajo, Swakelola oleh Daerah (Mengikuti Jambore Pariwisata Tk. Provinsi NTT) Manggarai Barat instansi

Pelaksanaan P€rbayaran tunjanSan protesi guru/pengawas be.pedoman k€pada Kepulutan Menleri Agama Republik lndoneria Nomor 73 rahun 2011 lentanS Pedoman Pelaksanaan