• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian bayi ( Infrant Mortality Rate) merupakan salah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian bayi ( Infrant Mortality Rate) merupakan salah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Angka kematian bayi ( Infrant Mortality Rate) merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat. Masalah kesehatan bayi merupakan penyebab utama terjadinya kematian bayi di Indonesia.

World Health Organization (WHO) Pada tahun 2012 melaporkan bahwa setiap hari lebih dari 7200 bayi lahir mati, sebagian besar diantaranya 98% terjadi di negara negara berpendapatan rendah hingga sedang. Tetapi WHO mencatat negara kaya tidak luput dari kasus ini, dengan catatan satu bayi mati dari 320 kelahiran. Data dari WHO mengatakan dua pertiga kasus atau 1,8 juta/tahun bayi lahir mati ditemukan pada 10 negara, jumlah tertinggi ditemukan dikawasan Sub Sahara afrika dan Asia Tenggara. Antara 25 % dan 40 % kasus angka lahir mati disebabkan karena kelainan kongenital, infeksi, malnutrisi, hidrops non imun dan isoimunisasi anti-D.

Kematian bayi baru lahir di Indonesia terutama disebabkan oleh prematuritas 32%, asfiksia 30%, infeksi 22%, kelainan kongenital 7%, lain-lain 9%. Meskipun kelain-lainan kongenital hanya ikut menyumbang 7% penyebab angka kematian bayi baru lahir di Indonesia, namun apabila tidak ditangani secara cepat dan tepat maka kelainan kongenital akan menjadi cacat

(2)

seumur hidup yang dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian bayi di Indonesia. (Depkes, 2010).

Pada tahun 2011 Angka Kematian bayi (AKB) di Jawa Tengah sebesar 10,34/1000 KH. AKB tahun 2011 mengalami penurunanan bila dibandingkan tahun sebelumnya, dimana AKB tahun 2010 yaitu 10,62/1000 KH. Dibandingkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 yaitu menurunkan angka kematian anak, tahun 2015 sebesar 17/1.000 kelahiran hidup maka AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sudah cukup baik karena telah melampaui target. Sedangkan target AKB yang harus dicapai tahun 2015 di Jawa Tengah sendiri yaitu 8,5/1000 KH. Pencapaian target di Jawa tengah belum terpenuhi sehingga perlu dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya. Upaya yang paling efektif adalah dengan melakukan usaha pemeliharaan dan pengawasan antenatal sedini mungkin, persalinan yang aman, serta perawatan yang baik. ( Dinkes Jateng, 2013).

AKB di Kabupaten Semarang pada tahun 2011 yaitu 13,40/1000 KH. AKB di Kabupaten Semarang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya dimana pada tahun 2010 AKB di kabupaten Semarang yitu 10,46/1000 KH. Berbagai faktor yang menyebabkan peningkatan AKB di Kabupaten Semarang yaitu diantaranya kurangnya pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. Hal ini disebabkan kematian bayi sangat dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan, khususnya bayi baru lahir dengan kelainan kongenital. Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan kelainan

(3)

kongenital harus ditangani secara cepat dan tepat dengan pelayanan kesehatan yang baik dan fasilitas kesehatan yang memadai. Namun, apabila pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan kurang merata akan berdampak pada kegagalan dalam penanganan bayi baru lahir dengan kelainan kongenital yang dapat menyebabkan cacat seumur hidup bahkan kematian (Dinkes Kabupaten Semarang, 2011)

Tahun 2011 berdasarkan hasil laporan kegiatan sarana pelayanan kesehatan, jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota Semarang sebanyak 314 dari 25.852 KH, sehingga didapatkan AKB sebesar 12 per 1.000 KH. Sedangkan untuk kematian Anak Balita di Kota Semarang Tahun 2011 sebanyak 70 anak dari 25.852 KH, sehingga diperoleh Angka Kematian Balita (AKABA) Kota Semarang sebesar 2,7 per 1.000 KH. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 terjadi penurunan yakni 3,5 per 1.000 KH. Berbagai faktor yang menyebabkan penurunan AKB di Kota Semarang yaitu telah dilakukan peningkatan sistem dan mutu pelayanan kegawatdaruratan ibu dan bayi pada fasilitas kesehatan, jejaring rujukan dari pelayanan dasar sampai rumah sakit, serta telah meningkatkan kolaborasi perbaikan pelayanan kegawatdaruratan ibu dan bayi secara efektif dan efisien (Dinkes Semarang, 2011)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Roemani pada tahun 2012 angka kejadian bayi lahir dengan kelainan kongenital berjumlah 8 kasus. Di antaranya yaitu atresia ani 3 kasus, omfalokel 1 kasus, hirschprung 2 kasus, hidrosefalus 1 kasus dan atresia duodenum 1 kasus. Sedangkan data

(4)

pada tahun 2013 pada bulan Januari sampai bulan April terdapat1 kasus bayi kelainan kongenital, yaitu hirspchrung. Penyebab kelainan kongenital di kota Semarang yaitu karena faktor keturunan, karena sering ditemukan seorang ibu yang memiliki anak cacat bawaan sebelumnya ibu tersebut telah ada anggota keluarga atau saudara atau anak sebelumnya telah memiliki cacat bawaan.

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi sejak konsepsi dan selama dalam kandungan. Beberapa penyebab dari kelainan kongenital diantaranya berasal dari faktor genetik, faktor kromosom, infeksi dan obat. Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis kelainan saja atau dapat pula berupa beberapa kelainan kongenital secara bersamaan sebagai kelainan kongenital multipel. Kadang-kadang suatu kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi baru ditemukan beberapa waktu setelah kelahiran bayi. Dikatakan bahwa bila ditemukan dua atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan ditemukannya kelainan kongenital besar di tempat lain sebesar 15% sedangkan bila ditemukan tiga atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan ditemukan kelainan kongenital besar sebesar 90%. Kelainan kongenital dapat menyebabkan terjadinya abotus/keguguran, cacat seumur hidup, lahir mati atau kematian segera setelah lahir (perinatal)

(Effendi, 2011).

Menurut Greenberg (2007) Sekitar 20% dari kasus dengan keluhan di abdomen di Indonesia merupakan kasus ileus. 80% dari kasus tersebut merupakan ileus yang berada di usus halus. Sedangkan obstruksi kolorektal

(5)

hanya 16% dari kasus abdomen yang ada. Beberapa kasus obstruksi usus sembuh dengan sendirinya dan 50-70 % kasus memerlukan pembedahan dan mortalitas keseluruhan mencapai 2%.

Ileus obstruksi merupakan keadaan dimana lumen usus tersumbat yang biasa terjadi di usus halus terutama ileum. Pada bayi dan bayi baru lahir, penyumbatan usus biasanya disebabkan oleh cacat lahir, massa yang keras dari isi usus (mekonium) atau ususnya berputar (Nugroho, 2011).

Peran bidan pada masalah bayi dengan kelainan kongenital disini adalah memberikan informasi yang jelas dan sesuai dengan yang ditemukan, dimana dijelaskan mengenai jenis, etiologi dan penanganan kepada keluarganya, sehingga keluarga dapat menerima dan siap dengan asuhan yang akan diberikan. Seorang bidan juga berperan dalam memberikan dukungan emosional pada kelurga yang memiliki bayi baru lahir dengan kelainan kongenital. Seorang bidan harus mampu memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan kongenital sesuai kewenangan bidan dengan tujuan meminimalisir angka kematian dan kesakitan pada bayi baru lahir dengan kongenital sehingga tugas mutlak seorang bidan dapat terpenuhi dengan baik.

(6)

B. Rumusan masalah

Berdasakan latar belakang diatas maka penulis ingin menyusun sebuah Karya Tulis ilmiah dengan rumusan masalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir dengan Ileus Obstruksi di RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG“

C. Tujuan penulis 1. Tujuan umum

Penulis dapat mempelajari lebih jauh dan melaksanakan asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Ileus Obstruksi menggunakan pendekatan manajemen kebidanan Hellen Varney.

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada bayi baru lahir dengan ileus obstruksi.

b. Mahasiswa mampu membuat interpretasi data meliputi pengkajian, diagnosis masalah, potensial diagnosis, identifikasi tindakan segera, rencana, implementasi, evaluasi dari pengkajian data pada bayi baru lahir dengan ileus obstruksi.

c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa potensial pada bayi baru lahir dengan Ileus Obstruksi.

d. Menerapkan kebutuhan tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain serta memberikan rujukan pada bayi baru lahir dengan Ileus Obstruksi.

(7)

e. Mahasiswa mampu menetapkan antisipasi yang harus dilakukan pada bayi baru lahir dengan Ileus Obstruksi.

f. Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai dengan masalah dan kebutuhan yang dibutuhkan oleh bayi baru lahir dengan Ileus Obstruksi.

g. Mahasiswa mampu melakukan rencana tindakan yang sesuai dengan masalah dan kebutuhan yang dibutuhkan oleh bayi baru lahir dengan Ileus Obstruksi.

h. Mampu mengidentifikasi dan menganalisa kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan.

i. Mampu memberikan alternatif pemecahan terhadap kesenjangan antara praktek dengan teori.

D. Ruang Lingkup 1. Sasaran

Sasaran penelitian Karya Tulis ini Bayi Baru Lahir umur 0 – 7 Hari dengan Ileus Obstruksi.

2. Tempat

Lokasi penelitian Karya Tulis Ini yaitu di RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG, ruang BBRT

3. Waktu

(8)

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Menambah wacana dan kapustakaan dalam penelitian lebih lanjut tentang tentang Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir dengan Ileus Obstruksi.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Tenaga kesehatan

Memberikan masukan dan informasi tentang bayi baru lahir dengan ileus obstruksi dan penatalaksanaannya untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

b. Bagi Institusi pendidikan

Memberikan masukan untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang bayi baru lahir dengan ileus obstruksi dan sebagai sumber referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya.

c. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dalam penanganan bayi baru lahir dengan ileus obstruksi dan penatalaksanaannya dilahan.

d. Bagi Masyarakat

Menambah informasi dan pengetahuan tentang jenis kelainan kongenital pada bayi baru lahir dan perawatan sehari-hari bayi baru lahir dengan ileus obstruksi.

(9)

F. Metode Pengumpulan Data

Menurut Saminem (2009: 34) metode pengumpulan data terdiri dari : 1. Anamnesa

Yaitu tekhnik pengumpulan data dengan cara menggali riwayat kesehatan ibu, ayah dan keluarga secara langsung, untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan masalah kesehatan bayi dan keluarga. Anamnesa dilakukan dengan wawancara secara langsung kepada orang tua dan keluarga bayi dengan kelainan kongenital.

2. Observasi Partisipasi Aktif

Tehnik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung dengan ikut berperan secara aktif dalam pengelolaan klien. Observasi dilakukan pada saat pengkajian sampai evaluasi.

3. Studi Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari data kesehatan dari status klien.

4. Studi Kepustakaan

Yaitu cara mendapatkan informasi dan teori yang relevan menggunakan buku- buku literatur yang ada kaitannya dengan permasalahan klien sehingga didapat data yang teoritis.

Referensi

Dokumen terkait

Dari Adh-Dhahak rahimahullah , dia berkata: “Barangsiapa beramal shalih dengan tanpa taqwa –yaitu dari orang musyrik- Allah memberi balasan di dunia atas amal tersebut. Seperti

Metoda : Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan rancangan the post test only control group design pada hewan coba mencit Balb/c yang terdiri dari 20 ekor mencit jantan,

∗ "alam penyimpulan generalisasi kita bertolak dari sejumlah peristia pada penyimpulan analogi kita bertolak dari satu atau sejumlah peristia menuju kepada satu peristia

Untuk merepresentasikan melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan digunakan bentuk kurva bahukiri untuk himpunan fuzzy Kurang, bentuk kurva segitiga

Konsep pusat perbelanjaan meliputi jenis toko di dalam pusat perbelanjaan, jumlah toko yang mengisi pusat perbelanjaan dan variasi harga untuk produk, mengingat mayoritas

Berdasarkan Gambar 1, tampak bahwa dalam LVQ terdapat dua vektor bobot yang menghubungkan setiap neuron masukan dengan neuron keluaran sehingga dapat dikatakan

Adapun kebahagiaan merupakan imbalan dari keberhasilan seseorang menemukan makna hidup, dengan kata lain disaat manusia berada pada kondisi paling bawah

Area panen kacang tanah dewasa ini relatif masih didominasi oleh varietas lokal, sedangkan varietas unggul yang populer di kalangan petani pun masih didominasi oleh varietas