• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat tinggi akan menimbulkan berbagai masalah dan hambatan bagi upaya-upaya pembangunan yang dilakukan, karena pertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut akan menyebabkan cepatnya laju pertambahan jumlah angkatan kerja. Sisi lain pertumbuhan penduduk, kualitas sumberdaya manusia yang rendah, dan sempitnya kesempatan kerja merupakan akar permasalahan kemiskinan. Masalah kependudukan mempunyai kaitan erat dengan masalah kemiskinan yang dihadapi di Indonesia pada saat ini.

Kabupaten Wonogiri merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang mempunyai angkatan kerja yang cukup banyak. Jumlah angkatan kerja pada tahun 2013 berjumlah 515.051 jiwa yang terbagi atas angkatan kerja yang bekerja sebanyak 496.232 jiwa dan angkatan kerja yang merupakan pengangguran terbuka sebanyak 18.819 jiwa. Penduduk usia kerja yang bukan merupakan angkatan kerja ada 200.945 jiwa. Penduduk Kabupaten Wonogiri yang berjumlah 1.212.951 jiwa, Penduduk usia kerja Kabupaten Wonogiri berjumlah 715.996 jiwa, atau sekitar tiga perempat dari jumlah penduduk Wonogiri (Wonogiri dalam angka 2013).

Keungulan-keungulan sektor industri diantaranya meningkatkan

produktivitas tenaga kerja manusia, Pembangunan sektor industri ditujukan untuk memperluas lapangan kerja, menyerap pengangguran yang sebagian besar berada disektor pertanian akan meningkatkan pendapatan di daerah pedesaan, memberikan konstribusi bagi penyerapan tenaga kerja dan mampu menciptakan nilai tambah pada berbagai komoditas yang dihasilkan. Berdasarkan data dari Disbudparpora Kabupaten Wonogiri dapat diketahui komoditas unggulan Kabupaten Wonogiri tahun 2011. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 mengenai komoditi industri pengolahan Kabupaten Wonogiri.

(2)

Tabel 1.1 Komoditi Industri Pengolahan Kabupaten Wonogiri Tahun 2011

No Usaha Industri Produksi Lokasi

1. Anyaman/Kerajianan Bambu

4.164.050 buah Se-kabupaten Wonogiri 2. Kerajinan Akar Wangi 1.200 pcs Kec.Bulukerto

3. Patung Kayu Antik 48.000 buah Kec.Purwantoro

4. Tatah Sungging 18.672 buah Kec. Manyaran, Pracimantoro, Ngadirojo

5. Batik Tulis 13.500 potong Kec. Tirtomoyo, Kec. Wonogiri

6. Genting 85.362.000 buah Kec. Tirtomoyo, Girimarto, Giriwoyo, Purwantoro, Slogohimo, Kismantoro 7. Batu Bata 47.145.000 buah Kec. Purwantoro, Giriwoyo,

Tirtomoyo, jatiroto, selogiri

8. Terompet 153.840.000 buah Kec. Bulukerto

9. Tempe 7.069.725 kg Se.Kab. Wonogiri

10. Gerabah 465.000 buah Kec. Purwantoro

11. Batu Sipat 43.975 m3 Kec. Baturetno, Purwantoro,

Ngadirojo

12. Jamu Gendong 959.451.955 liter Se.Kab.Wonogiri

13. Tepung Mocaf 108 ton Kec. Girimarto

14. Tepung Tapioca 4.788 ton Kec.Selogiri, Nguntoronadi

Sumber : Wonogiri dalam Angka 2011, Disbudparpora Tahun 2011

Berdasarkan data komoditi industri pengolahan Kabupaten Wonogiri Tahun 2011, Wonogiri mempunyai berbagai komoditas unggulan salah satunya adalah industri rumah tangga. Kabupaten Wonogiri mempunyai potensi dalam bidang industri batu bata salah satunya yaitu berada di Kecamatan Purwantoro.

Jumlah penduduk di Kecamatan Purwantoro tahun 2013 tercatat 48.717 jiwa sedangkan pada tahun 2014 mengalami peningkatan menjadi 55.095. Dengan meningkatnya jumlah penduduk, telah membawa akibat jumlah angkatan kerja yang makin besar. Makin besar pula jumlah orang yang mencari pekerjaan atau menganggur. Agar dapat dicapai keadaan yang seimbang maka seharusnya mereka semua dapat tertampung dalam suatu pekerjaan yang cocok dan sesuai dengan keinginan serta keterampilan mereka.

Perekonomian harus selalu menyediakan lapangan-lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja baru, terlebih semakin sempitnya lahan pertanian telah

(3)

membawa akibat pada berkurangnya jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor pertanian, hal ini yang memaksa mereka untuk beralih pekerjaan di luar

sektor pertanian. Masyarakat Kecamatan Purwantoro mulai mencoba

mengembangkan industri rumah tangga batu bata dan menjadi alternatif pekerjaan pokok. Industri rumah tangga batu bata dapat memberikan konstribusi mengatasi masalah tenaga kerja yang semakin meningkat di Kecamatan Purwantoro Penduduk yang tidak bisa terserap dalam sektor pertanian maka diharapkan

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dari 15 desa di Kecamatan Purwantoro terdapat 2 desa sebagai sentra industri batu bata yaitu Desa Sukomangu dan Desa Talesan. Desa Sukomangu terdiri atas empat dukuh yakni Dukuh Galuran, Dukuh Sukomangu, Dukuh Nglogung dan Dukuh Sumber. Jumlah warga mencapai 712 Kartu Keluarga (KK), dari jumlah itu ada 333 kk yang mengembangkan usaha pembuatan batu bata, hampir semua kk di Desa Sukomangu memproduksi batu bata. Desa Talesan terdapat 4 dukuh yaitu Dukuh Kengkeng, Dukuh Jajar, Dukuh Nadi Kidul, dan Dukuh Talesan. Dari 860 kk di Desa Talesan terdapat 153 kk yang mengembangkan usaha pembuatan batu bata

Industri rumah tangga batu bata mulai dikembangkan oleh masyarakat dan menjadi pekerjaan pokok maupun sampingan sebagian besar masyarakat di Kecamatan Purwantoro. Proses produksi sebagian besar dikerjakan oleh keluarga sendiri, jika produksi banyak atau ada keluarga yang tidak bisa bekerja maka memerlukan tenaga kerja tambahan sebagai pengolahan bahan mentah (Jenangan) dan mencetak batu bata. Pembagian kerja pada industri batu bata, terbagi dalam sub-sub bagian, ada sebagai pemilik usaha pembuatan batu bata, para pekerja yang berada di industri batu bata, pemasok bahan baku, jasa pemasaran dan jasa transportasi.

Bahan baku berupa tanah liat diperoleh dari pekarangan, tegalan dan sawah. Jika tidak memiliki tanah sendiri, untuk mendapatkan bahan baku berupa tanah cukup mudah, banyak masyarakat yang menjual tanahnya sebagai bahan baku pembuatan batu bata. Dalam pembuatan batu bata untuk memperoleh tanah yang homogen dengan partikel-partikel yang lebih halus dan merata dulu masih mengunakan alat yang tradisional yaitu berupa ayakan tanah sekarang

(4)

menggunakan alat yang lebih modern berupa mesin pengilingan yang dibuat sendiri oleh pengrajin.

Banyaknya pembangunan yang memerlukan batu bata sebagai bahan baku utama untuk mendirikan rumah maupun gedung-gedung. Dengan banyaknya permintaan terhadap batu bata maka masyakat menjadikan batu bata sebagai mata pencaharian pokok maupun sampingan yang menjanjikan. Untuk beberapa tahun terakhir harga batu bata tidak stabil pada tahun akhir tahun 2014 harga per1000 batu bata dihargai Rp.350.000,00 pada awal tahun 2015 harga per1000 batu bata menjadi Rp.330.000,00 dengan menurunnya harga batu bata maka usaha batu bata ditakutkan akan menurun produksi.

Meningkatnya permintaan batu bata, dengan sendirinya meningkatkan serapan tenaga kerja atau mengurangi angka pengangguran khususnya di desa tersebut. Data berkaitan dengan sebaran tenaga kerja mengalami peningkatan dari awalnya industri batu bata yang dikerjakan oleh beberapa keluarga, sekarang sudah menyebar hampir diseluruh Desa Sukomangu dan Desa Talesan Kecamatan Purwantoro. Masyarakat mengembangkan industri rumah tangga batu bata untuk menambah pendapatan mereka serta memberi nilai tambah dalam perekonomian masyarakat. Sektor industri rumah tangga batu bata di daerah ini semakin lama semakin berkembang dan masyarakat semakin banyak yang membuka industri batu bata guna menopang kegiatan ekonomi di Kecamatan Purwantoro.

Industri rumah tangga batu bata merupakan salah satu contoh industri rumah tangga yang berkembang dipedesaan dan diharapkan memberikan peranan dalam menciptakan lapangan kerja terutama yang berada di pedesaan, yang diharapkan dapat menyerap tenaga kerja terutama di daerah tersebut, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, Salah satu alasan utama yang melandasi pentingnya berbagai usaha pengembangan industri rumah tangga batu bata adalah potensi dalam memberi andil bagi penyelesaian masalah kesempatan kerja.

Berdasarkan latar belakang tersebut timbul pemikiran untuk melakukan peneliti dengan judul “Daya Serap Tenaga Kerja dan Persebaran Industri

(5)

Rumah Tangga Batu Bata (untuk memperkaya materi pembelajaran geografi)“ (Studi Kasus Industri rumah tangga batu bata di Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri Tahun 2015)

B. Perumusan Masalah

Desa Sukomangu dan Desa Talesan, Kecamatan Purwantoro telah menjadi sentra industri rumah tangga batu bata sejak delapan puluh tahun yang lalu. Industri batu bata di Kecamatan Purwantoro umumnya beroperasi dalam skala industri rumah tangga. Indusrti rumah tangga batu bata mempunyai peran penting diantaranya penyerapan tenaga kerja di daerah tersebut dan mampu menopang perekonomian masyarakat, hal ini bisa terlihat dari tahun ke tahun jumlah industri batu bata semakin bertambah karena aktivitas industri melibatkan banyak peran serta masyarakat sebagai mitra maupun tenaga kerja. Berdasarkan uraian tersebut maka muncul berbagai pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana keadaan industri rumah tangga batu bata di Kecamatan

Purwantoro Kabupaten Wonogiri?

2. Bagaimana karakteristik pengrajin industri rumah tangga batu bata di Kecamatan Purwantoro?

3. Bagaimana peran industri rumah tangga batu bata terhadap penyerapan tenaga kerja di Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri?

4. Bagaimana peranan industri rumah tangga batu bata terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri?

5. Bagaimana daya serap tenaga kerja dan persebaran industri rumah tangga batu bata untuk memperkaya materi pembelajaran geografi?

C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah.

1. Mengetahui keadaan industri rumah tangga batu bata di Kecamatan

Purwantoro Kabupaten Wonogiri

2. Mengetahui karakteristik pengrajin industri rumah tangga batu bata di Kecamatan Purwantoro

(6)

3. Mengetahui peran industri rumah tangga batu bata terhadap penyerapan tenaga kerja di Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri

4. Mengetahui peranan industri rumah tangga batu bata terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri

5. Untuk memperkaya materi Pembelajaran Geografi

D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah.

1. Manfaat teoritis

a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk meneliti masalah-masalah lain yang berkaitan dengan kegiatan industri rumah tangga batu bata serta dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu kewirausahaan dan manajemen industri

b. Sebagai referensi bagi penulis lainnya, khususnya yang berkaitan dengan persoalan yang sama

c. Sebagai bahan pembanding untuk penelitian serupa di masa datang, tentu

saja dengan analisis yang lebih baik 2. Manfaat praktis

a. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan bagi kepentingan pemecahan masalah di daerah penelitian khususnya, dan seluruh wilayah yang mengalami masalah yang sama pada umumnya, misalnya untuk penentuan harga pasaran batu bata agar harga stabil

b. Dapat memberikan masukan kepada instansi yang terkait dalam melihat prospek industri rumah tangga batu bata dalam pembangunan sehingga perlu adanya kebijakan untuk mendukung adanya industri rumah tangga c. Bagi Sekolah

Hail penelitian dapat digunakan dalam materi pembelajaran geografi di sekolah yaitu dalam pembelajaran Geografi SMA Kelas XI/IPS. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar pada tabel 1.2 di bawah ini:

(7)

Tabel 1.2 Standar Kompetensi dan Dasar Kompetensi Untuk Pembelajaran Geografi SMA Kelas XI/IPS Semester 1

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Memahami dan menerapkam

pegetahun factual, konseptual,

procedural dalam ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan

wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuiai dengan bakat dan minat unuk memecahkan masalah.

Menganalisis bentuk-bentuk

kearifan lokal

dalam

pemanfaataan sumber daya alam bidang pertambangan dan industri -Memahami kegiatan pertambangan yang berkelanjutan -Memahami industri yang berkelanjutan kearifan lokal dalam pemanfaataan sumber daya alam bidang pertambangan dan industri,

Sumber: RPP Geografi Kelas XI Tahun 2015

E. Batasan Operasional

1. Keadaan industri rumah tangga batu bata yang diteliti dalam penelitian ini adalah lokasi industri batu bata luas dan status kepemilikan lahan, jarak antara lokasi industri dengan rumah pengrajin, jenis lahan untuk industri batu bata (Tarigan, 2012:96).

Faktor-faktor pendukung industri batu bata, kendala yang menghambat usaha industri batu bata beserta solusinya (Murbyarto, 2000:115). 2. Karakteristik industri rumah tangga batu bata yang diteliti dalam

penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, status pendidikan, status usaha, lama usaha (Tambunan, 2012:7)

3. Daya serap tenaga kerja industri batu bata yang diteliti dalam penelitian ini adalah adalah seluruh tenaga kerja industri batu bata dihitung dari usia produktif Kecamatan Purwantoro (Mulyadi 2003:41)

4. peranan industri rumah tangga batu bata terhadap pendapatan

masyarakat yang diteliti dalam penelitian ini adalah Pendapatan pengrajin merupakan jumlah yang dihasilkan pengrajin dikurangi biaya selama periode tertentu dan pendapatan tenaga kerja yang di dapat sesuai bagian kerja (Sukirno, 2012:383)

Gambar

Tabel  1.2  Standar  Kompetensi  dan  Dasar  Kompetensi  Untuk  Pembelajaran Geografi SMA Kelas XI/IPS Semester 1

Referensi

Dokumen terkait

Terlihat dalam tabel 4.4 bahwa remaja dengan konformitas tinggi memiliki perilaku seksual pranikah yang kurang baik 18 responden (15,1%) sedangkan remaja dengan

Pembiayaan untuk modal usaha dengan modal sebagian dana bank, sedangkan bertanggung jawab melaksanakan kegiatan usaha, untuk keuntungan bagi hasil atas usaha yang dilaksanakan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini adalah keterampilan mengajar guru menurut persepsi siswa dan motivasi belajar berhubungan dengan hasil

Bab ini terdiri atas penjelasan dan pembahasan secara rinci terkait dengan penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 25 Wajib Pajak Badan, kepatuhan wajib pajak, pemeriksaan

Toolpath Strategy dari Favourites ini terdapat lima Toolpath strategy sebagai default yaitu, Constant Z Finishing, Offset Area Clear Model, Optimized Constant Z

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, para sopir, krenek, kondektur, dan pedagang di sekitar terminal sama sekali tidak memperhatikan kesehatan mereka dilihat dari

Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Menteri tersebut di atas, Limbah Non B3 yang dapat diimpor hanya berupa Sisa, Skrap atau Reja yang digunakan untuk bahan baku