BIOGRAFI KYAI HAJI CHUMAIDI MI’ROJ
1942-2014
SKRIPSI
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT
GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA HUMANIORA
OLEH:
SOLEH RUBIYANTO
NIM:21613026
JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM
FAKULTAS USULUDIN ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Setiap detik adalah kesempatan, maka laukaknlah dengan maksimal.
(Soleh Rubiyanto)
PERSEMBAHAN
Untuk kedua orang tuaku,
v
DAFTAR LAMPIRAN
1. Dokumentasi Wawancara
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT tuhan semesta alam
yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua.
sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis yang berbentuk skripsi
ini dengan lancar. sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
Nabiyullah Nabi SAW beserta keluarganya, sahabat – sahabatnya dan
tabi‟in – tabi‟in. sungguh suatu pekerjaan yang tidak mudah bagi penulis dalam mencari, mengumpulkan, menyeleksi menganalisis dan menulis data
– data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. namun berkat usaha
dan do‟a akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan
Skripsi ini penulis susun dalam memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar sarjana humaniora. adapun judul skripsi ini
adalah “BIOGRAFI KYAI HAJI CHUMAIDI MI‟ROJ 1942 – 2014”.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini dapat terselsaikan berkat
bantuan dari berbagai pihak. oleh karena itu, perkenankanlah penulis
menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga
besertajajaranya.
2. Bapak Dr.Benny Ridwan,M.Hum., selaku Dekan Fakultas
Ushuludin, Adab dan Humaniora beserta jajarannya.
3. Bapak Haryo Aji Nugroho,S.Sos,M.A.,Selaku Ketua Jurusan
Sejarah peradaban islam serta pembimbing penulis. yang tidak
pernah berhenti dalam memotivasi saya.
4. Segenap dosen fakultas ushuludin, Adab, dan Humaniora Jurusan
Sejarah Peradaban Islam yang telah berkenan memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini
dapat selesai.
5. Kedua orang tua saya Ibu Ndumi dan Bapak Sagiman serta
segenap keluarga di rumah yang selalu memberikan dorongan,
motivasi dan do‟a yang tak pernah henti demi lancarnya studi
vii
6. Sahabat – sahabat seperjuangan yang senantiasa memberikan
motivasi, dorongan dan semangat kepada penulis selama masa
perkuliahan di IAIN Salatiga hingga akhir studi. Serta seseorang
yang selalu menyebut nama saya dalam doanya.
7. Keluarga besar Mapala MITAPASA yang selalu memberikan
kehidupan saya di Salatiga dan selamanya.
8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu dalam penulisan ini.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga orang – orang yang
telah memberikan bantuan selama ini, mendapatkan balasan dari Allah
SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan dan kelebihan
Oleh karena itu, penyulis mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikan penulis skripsiini. Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat
dan dapat dijadikan pengetahuan.
Salatiga,03 September 2018
Yang menyatakan,
viii ABSTRAK
Soleh Rubiyanto, B i o g r a f i K y a i H a j i C h u m a i d i
M i ‟ r o j 1 9 4- 2 0 1 4 . Skripsi. Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuluddin Adab, dan Humaniora. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
2018. Pembimbing: Haryo Aji Nugroho,S.Sos, M.A.
KH. Chumaidi Mi‟roj adalah seorang kyai yang memiliki peran besar terhadap masyarakat dusun gading desa candisari. Kepeduliannya
terhadap dunia pendidikan membawanya terlibat dalam pendirian sekolah
yang ada di Desa Candisari. Dan memiliki murid sangat banyak. Sehingga
wajar jika ia dijulukki sebagai maha guru. KH. Chumaidi Mi‟roj di
tengah-tengah masyarakat menjadi sosok yang dituakan. Baik karena
kekharismaan beliau, maupun keilmuam beliu yang mumpuni. Lebih jauh
KH. Chumaidi Mi‟roj adalah sosok yang sangat berperan aktif dalam
masyarakat. Bukan saja dalam bidang keagamaan saja tetapi lebih dari itu
beliau juga aktif dalam organisasi kemasyarakatan.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan biografi,
yaitu pendekatan yang berusaha memahami dan mendalami kepribadian
tokoh berdasarkan latar belakang lingkungan sosial kultural tempat tokoh
tersebut lahir dan tumbuh dewasa. Untuk mempermudah penelitian,
penulis menggunakan teori peranan sosial yang dikemukakan oleh Erving
Goffman. Penelitian ini mengungkap sejarah perjalanan hidup KH.
Chumaidi Mi‟roj sejak lahir hingga wafat sehingga dalam penulisanya,
penulis menggunakan metode historis. Dalam metode historis ini ada
empat tahapan yang meliputi pengumpulan data, kritik sumber, penafsiran,
dan penulisan sejarah.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap
penulisan biografi tokoh yang memiliki peran besar terhadap daerahnya.
Penelitian ini juga bisa menambah koleksi pustaka bagi pondok pesantren
Kyai Gading, tempat tokoh tersebut tinggal, kalangan masyarakat dan
ix
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
D. Tinjaun Pustaka ... 7
E. Metode Penelitian ... 9
F. Kerangka Konseptual ... 12
G. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI GEOGRAFIS DAN SOSIAL EKONOMI DUSUN GADING………..16
A. Sejarah Lisan Tentang Dusun Gading ... 16
B. Kondisi geografis Dusun Gading ... 20
C. Kondisi Sosial Dusun Gading ... 21
1. Pendidikan. ... 22
2. Keagamaan ... 24
D. Kondisi Ekonomi DusunGading ... 26
BAB III BIOGRAFI KH. CHUMAIDI MI’ROJ...……….28
x
1. Orang tua KH. Chumaidi Mi’roj dan asal usul keluarga ... 28
2. Rumah tangga KH. Chumaidi Mi’roj ... 30
B. Pendidikan KH. Chumaidi Mi’roj ... 31
C. KH. Chumaidi Mi’roj Wafat ... 37
D. Kepribadian KH. Chumaidi Mi’roj ... 41
BAB IV PERAN KH. CHUMAIDI MI’ROJ DALAM MASYARAKAT CANDISARI………...48
A. KH. Chumaidi Mi’roj Menjadi Mursyid Tarekat... 48
B. Mendirikan Pondok Pesantren ... 57
C. Menjalin Jaringan Di luar Candisari... 65
D. KH. Chumaidi Mi’roj Dan NU ... 69
BAB V PENUTUP………. 71
A. kesimpulan ... 71
B. Saran-Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA
1 BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kyai1 adalah gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang yang
ahli agama islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dan mengajar
kitab-kitab klasik kepada santri-santrinya. Seorang kyai berikut institusi sosial
budayanya (pondok2 atau pesantrennya) sedikit banyak mempengaruhi pola
perkembangan kondisi sosial pada pasca kemerdekaan. Meskipun demikian
pesantren jauh sebelumnya sudah terlibat dalam pengembangan kebudayaan
Islam tradisional. Oleh karna itu sangatlah tidak mudah untuk menutup mata dari
perjalanan historis islam pribumi tanpa mengaitkanya dengan institusi pesantren
Indonesia.3
Seorang kyai tidak saja sebagai sosok yang di agungkan di kalangan para
santri4. tetapi posisi kyai juga sangat berpengaruh pada pengembangan tradisi
masyarakat sebagai identitas kulturalnya. Dalam prosesnya, pengembangan ini
1
Zamakhsyari Dhofier, tradisi pesantren (jakarta:LP3ES, 1985), hlm. 55. 2
Istilah pondok berasal dari pengertian asrama-asrama para santri atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu. Ibib. Hal 18
3
Ibid. Hal 13 4
2
bersamaan dengan dimulainya gerakan dakwah kecil-kecilan, hingga
pengajian-pengajian kitab yang melibatkan khalayak umum serta institusi pesantren yang
dibuatnya untuk pengembangan keilmuan,5 dalam artian seluruh lapisan
masyarakat ikut dalam proses ini. Dalam konteks masyarakat Islam tradisional,
KH. Chumaidi Mi‟roj atau sering di panggil Mbah6
Chumaidi sangat
berpengaruh dalam pengembangan tersebut, baik yang terkait dengan pesantren
maupun masyarakat pada umumnya.
KH. Chumaidi Mi‟roj sebagai seorang kyai atau ulama senantiasa
ditantang oleh kebutuhan masyarakat yang mengalami pergeseran-pergeseran
sistem nilai, disamping pergeseran kebutuhan zaman. Kemampuan dalam syiar
dan dakwah harus memenuhi kebutuhan masyarakat pendukungnya yang menjadi
batu ujian bagi kelangsungan eksistensinya7, sehingga transformasi kultural yang
ditempuhnya senantiasa memperhatikan perubahan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat. Bagi masyarakat Mranggen pada umumnya dan dusun candisari pada
khususnya, dimana pesantren banyak berdiri dalam lingkunagan tersebut.
5
Suismanto, Menelusuri Jejak Pesantren. Yogyakarta. Alif Press. 2004. Hal. 53 6
Sebutan mbah seperti kyai adalah panggilan kehormatan, yang dapat diartikan sebagai
“kake atau nenek”, panggilan ini sering digunakan apabila sang kyai telah uzur usianya. Denys
Lombard, nusa jawa silang budaya, kajian sejarah terpadu, bagian II: jaringan asia (Jakarta: PT Gramedia, 1996), hlm. 146.
7
. Purwo santoso, “kiprah pesantren dalam transformasi, pesantren, edisi 5 tahun 1988
3
Eksistensi KH. Chumaidi Mi‟roj, menjadi Kyai sekligus pengasuh pondok
pesantren telah menjadi mahnet tersendiri bagi masyarakat dusun gading.
Pondok Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para
siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal
dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Santri
tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk beribadah,
ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya
dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri
sesuai dengan peraturan yang berlaku8. Pondok Pesantren merupakan dua istilah
yang menunjukkan satu pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah
tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal
sederhana terbuat dari bambu. Di samping itu, kata pondok mungkin berasal dari
Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk Sunda dan
Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren, sedang di Aceh
dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau menuasa, sedangkan di
Minangkabau disebut surau9. Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga
pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal, di mana
seorang kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan
8
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, LP3S, Jakarta, 1983, hlm.18.
9
4
kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Ulama Abad pertengahan, dan
para santrinya biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut10
KH. Chumaidi mi‟roj adalah seseorang yang berpendirian tegak tidak
mudah goyah. selain peduli terhadap bidang pendidikan, mbah chumaidi juga
sangat tekun dalam bidang keagamaan.11 Ia juga menjadi pengisi pengajian
dibeberapa tempat di wilayah mranggen. Mbah chumaidi juga menjadi penerus
sekaligus Mursyid12 di Tarekat Naksyabandiyah kholidiyah selepas ayahnya
meninggal. Tarekat Naksyabandiyah Kholidiah yang ia pimpin adalah tarekat
yang didirikan oleh KH. Abu Mi‟roj yang tak lain ayahnya sendiri. Tarekat ini
dibawa dari pondok pesantren giri kusuma13 tempat dimana KH. Abu Mi‟roj
dulu menimba ilmu.
Berdasarkan dari uraian-uraian di atas peneliti tertarik meneliti proses
perjalanan hidup KH. Chumaidi mi‟roj. KH. Chumaidi mi‟roj sosok yang sangat
10
Sudjono Prasodjo, Profil Pesantren, (Jakarta: LP3S, 1982), hlm. 6. 11
Wawancara dengan dhoiriyah di candisari, mranggen demak pada hari sabtu 29 juli 2018 pukul 08:12 wib
12
Mursyid adalah sebutan untuk seorangguru pembimbing daam dunia tarekat, yang telah memperoleh izin dan ijazah dari guru mursyid diatasnya yang terus bersambug sampai kepada guru mursyid shohibuth tarekat yang musalsal dari rasullallah SAW untuk mentalqin dzikir/wirid tarekat kepada orang-orang yang datang meminta bimbingan (murid). http://wikipedia.org/wiki/mursyid diakses pada 11 september 2018. Jam 20:11 Wib.
13
Pondok Pesantren Girikusumo, Banyumeneng Mranggen Demak Jawa Tengah didirikan oleh Syeikh Muhammad Hadi bin Thohir bin Shodiq bin Ghozali bin Abu Wasidan bin Abdul Karim bin Abdurrasyid bin Syaifudin Tsani (Ky Ageng Pandanaran II) bin Syaifudin Awwal (Ky Ageng Pandanaran I) pada tahun 1288 H bertepatan dengan tahun 1868 M. Pondok pesantern yang kini telah berusia kurang lebih 137 tahun itu merupakan perwujudan gagasan Syeikh Muhammad Hadi.
5
tegas, disiplin serta peduli terhadap pendidikan agama ia wafat pada 27 agustus
2014.
B. Batasan dan rumusan Masalah
Judul yang akan diajukan adalah Biografi Kyai Haji Chumaidi Mi‟roj
1942–2014. fokus kajian dalam penelitian ini adalah biografi. Dalam kajian
biografi ini dijelaskan secara lengkap kehidupan seorang tokoh mulai dari sejak
kecil sampai tua dan meninggalnya. Tidak hanya itu, semua jasa, karya dan
semua hal yang dilakukan oleh tokoh tersebut juga dijelaskan. Penelitian ini
menjelaskan tentang KH. Chumaidi mi‟roj sejak masa kecil, meninggal dan juga
segala perjuanganya dalam bidang sosial, pendidikan dan juga keagamaan serta
sebagai pengasuh pondok pesantren Kyai Gading. Penelitian ini dibatasi dari
tahun 1942 M sampai 2014. Pengambilan batasan ini didasarkan pada tahun
kelahiran KH. Chumaidi Mi‟roj yaitu tahun 1942. Pengambilan 2014 M sebagai
batasan ahir penelitian ini dikarenakan tahun wafatnya KH. Chumaidi mi‟roj.
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah dan terencana serta
mengacu pada uraian di atas maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut,
yaitu:
1. Bagaimana latar belakang kehidupan dan kepribadian K.H. Chumaidi
6
2. Bagaimana Peran K.H. Chumaidi Mi‟roj di masyarakat Candisari
Mranggen Demak?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sejarah hidup dan perjuangan K.H. Chumaidi Mi‟roj dalam
berbagai bidang sangat menarik untuk dikaji, mengingat bahwa K.H. Chumaidi
Mi‟roj merupakan kyai yang memiliki peran penting dalam bidang sosial,
pendidikan dan agama. dalam penelitian ini ada beberapa tujuan yang ingin
dicapai oleh penulis, yang mendiskripsikan biografi KH.. Chumaidi Mi‟roj
adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui latar belakang kehidupan KH. Chumaidi Mi‟roj
2. Untuk mengetahui peran serta perjuangan KH. Chumaidi Mi‟roj dalam
kemasyarakatan desa Candisari Mranggen Demak
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Menambah pengetahuan dan infomasi dalam bidang sejarah, khususnya
sejarah biografi serta memberikan informasi bagi pihak-pihak yang
melakukan penelitian serupa
2. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat, khususnya masyarakat
7
3. Dengan mengetahui latar belakang kehidupan dari seluk beluk
kehidupan K.H. Chumaidi Mi‟roj dan semangat menuntut ilmu, sikap
dan ahklak, serta perjuangannya diharapkan dapat menjadi suri
tauladani yang patut dijadikan panutan.
D. Tinjaun Pustaka
Kepustakaan merupakan bahan-bahan yang dapat dijadikan acuan dan
berhubungan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas pada sebuah
penulisan skripsi maupun karya tulis. Pada tema diatas, pembicaraan mengenai
seluk beluk KH. Chumaidi Mi‟roj hanya sebatas dalam masyarakat saja. Akan
tetapi karya tulis yang meneliti tentang KH. Chumaidi Mi‟roj sejauh ini belum
ditemukan.
Kehadiran seorang tokoh selalu menarik untuk dibahas biografinya
atau untuk dikaji, sebab yang menjadi kajian itu sendiri adalah manusia sebagai
permasalahannya. Dengan demikain biografi dapat mendekatkan dari pada
gerak sejarah yang sebenarnya dan membuat kita lebih mengerti tentang
pergumulanya seseorang dengan zamannya yang dituntut oleh pandangan
hidupnya maupun harapan masyarakat. sampai dimanapun tujuan ini berhasil
8
Sebuah kajian sejarah tidak akan pernah membuahkan satu hasil final,
maka disinilah letak kekuatan atau kelemahannya. analisis sejarah dari fakta
yang sama dapatmemberikan tafsiran yang berbeda. perbedaaan penilaian
terhadap peristiwa masa ampau banyak ditemukan oleh pebedaan prinsip moral
yang dianut para sejarwan. 14
Para penulis sejarah biografi kebanyakan memilih atau menitik beratkan
kajiannya pada tokoh-tokoh terkenal baik dari barat maupun dari timur.
disinilah kiranya perluh adanaya penelitian sejarah tokoh local, dalam hal ini
KH. Chumaidi mi‟roj dan perannya dalam kemasyarakatan cukup menarik
untuk ditelitik. hal ini paling tidak karna ia seorang tokoh yang berperan
penting dalam segi keagamaan, pendidikan maupun sosial dalam masyarakat
Candisari sekaligus menjadi mursyidthariqoh dan pendiri pondok pesantren
kyai gading di candisari mranggen demak.
Sejauh ini penulis belum menemukan tulisan-tulisan yang secara rinci
yang membahas tentang K.H. Chumaidi mi‟roj. tulisan-tulisan yang ada
selama ini hanya penggalan-penggalan dalam beberapa literature, di antaranya:
catatan keluarga KH. Chumaidi Mi‟roj, serta catatan-catatan tentang K.H.
14
Syafii Maarif, islam dan politik Di Indonesia pada masa demokrasi terpimpin
9
Chumaidi mi‟roj selama menjadi kepala sekolah dan juga menjadi mursyid
tarekat nashabandiyah kholidyah.
E. Metode Penelitian
Penulisan sejarah adalah suatu rekonstruksi masalalu yang terikat pada
prosedur ilmiah.15 Sejarah sebagai ilmu mempunyai metode dalam
menghimpun data sampai menjadikan dalam bentuk cerita ilmiah, karena
bentuk studi dan bentuk penelitian ini bersifat sejarah, maka metode yang
digunakan adalah metode sejarah yaitu proses pengumpulan data kemudian
menafsirkan suatu gejala peristiwa atau gagasan yang timbul di masa lampau.16
Penulisan ini berusaha mengungkap kehidupan tokoh meliputi latar
belakah tokoh dan perannya dalam kemasyarakatan. Maka dari itu penulisan
ini merupakan penulisan sejarah lokal.17 Metode sejarah ini meliputi empat
tahapan:
1. Heuristik yaitu teknik pengumpulan sumber baik lisan maupun tulisan.
Sumber sejarah dapat berupa bukti yang ditinggalkan manusia yang
menunjukkan segala aktifitasnya di masa lampau baik berupa
15
kuntowijoyo pengantar ilmu sejarah, (yogyakarata:Kurnia Alam Semesta, 2013), hlm. 18.
16 luisgotschalk, mengerti sejarah, terj,
Nugroho Notosusanto (Jakarta: penerbit Universitas Indonesia (UI Press), 1985) hlm. 32.
17
10
peninggalan maupun catatan-catatan. Sumber sejarah disebut juga data
sejarah. Sumber sejarah menurut bahanya dapat dibagi menjadi dua yaitu
tertulis dan tidak tertulis, atau dokumen dan artefak.18 Penulisan ini
ditekankan pada sumber lisan dan sumber tertulis. Sumber lisan diperoleh
dari serangkaian wawancara (interview) yakni mendapatkan informasi
dengan cara wawancara langsung kepada responden atau informan.19
Wawancara dilakukan dengan menggunakan dua cara yakni wawancara
bebas dan terstruktur. Wawancara bebas adalah wawancara yang
dilaksanakan tanpa aturan atau kerangka-kerangka tertentu yang telah
disiapkan sebelumnya. Wawancara dilaksanakan dengan cara spontan
dengan tanpa disadari oleh informan atau seperti pembicaraan biasa.20
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan data
data dan informasi yang dibutuhkan untuk menyusun penelitian ini yakni:
Lokasi atau tempat penelitian berada di desa Candisari, Mranggen Demak.
peneliti menjadikan lokasi tersebut dikarenakan tempat tersebut merupakan
tempat lahirnya KH. Chumaidi mi‟roj. Alasan lain peneliti mengadakan
18
kuntowijoyo, pengantarilmu sejarah (Yogyakarta: yayasan bentang budaya, 2001) 19
masri singarimbun dan Sofyan efendim (edt),metode penelitian survai(jakarta: LP3ES,1989) hlm. 192
20
11
penelitian di daerah tersebut adalah dikarenakan sumber-sumber yang
berkaitan dengan penelitian berada di daerah tersebut.
2. Verifikasi
Verifikasi adalah kritik terhadap sumber. Upaya untuk mendapatkan
otentisitas dan kredebilitas sumber dengan cara kritik. Kritik yang dimaksud
adalah kerja intelektual dan rasional yang mengikuti metodologi sejarah
guna mendapatkan objektivitas suatu kejadian.21
Guna mendapatkan fakta-fakta sejarah dalam tahap kedua ini dibagi
menjadi:
a. Kritik Ekstern
Kritik ekstern adalah usaha mendapatkan otentisitas sumber dengan
melakukan penelitian fisik terhadap sumber-sumber.22
b. Kritik intern
Kritik intern adalah kritik yang mengacu pada kredebilitas sumber,
artinya apakah isi dokumen ini terpercaya, tidak dimanipulasi,
mengandung bias atau dikecohkan. Kritik intern ditunjukan untuk
memahami isi teks.23
3. Interpretasi
21
Suhartono, w. Pranoto. Teori dan metodologi sejarah (Yogyakarta: graha ilmu, 2010) hlm.35
22
Ibd. Hlm 36 23
12
Suatu peristiwa agar menjadi cerita sejarah yang baik maka perluh
diinterpretasikan berbagai fakta yang saling terpisah antara satu dengan
yang lainnya, sehingga menjadi satu kesatuan bermakna. Interpretasi atau
tafsir sebenarnya sangat individual, artinya siapa saja dapat menafsirkan.
Terjadi perbedaan dalam pengintepretasian hal itu dipengaruhi oleh
perbedaan latar belakang, pengaruh, mptivasi, pola pikir, dan lain-lain yang
mempengaruhi interpretasinya.
4. Historiografi
Setelah melakukan proses analisis dan sintensi, proses kerja mencapai
tahap ahir yaitu historiografi atau penulisan sejarah. Proses penulisan
dilakukan agar fakta-fakta yang sebelumnya terlepas satu sama lain dapat
disatukan, sehingga menjadi satu perpaduan yang logis dan sistematis dalam
bentuk narasi kromnologis. Menulis sejarah merupakan suatu kegiatan
intelektuan dan ini suatu cara utama untuk memahami sejarah.
Penulisan sejarah (historiografi) menjadi sarana mengkomunikasikan
hasil-hasil penelitian yang diungkap, diuji (verifikasi), dan diinterpretasi.
Setelah menyelesaikan secara tuntas setiap tahap penelitiannya, langkah
selanjutnya adalah menyampaikan atau mengkomunikasikan hasil-hasil
13 F. Kerangka Konseptual
Dalam mengetahui kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian
sejarah ini, penulis mengunakan pendekatan biografi, yaitu pendekatan yang
berusaha memahami dan mendalami kepribadian KH. Chumaidi Mi‟roj
berdasarkan latar belakang lingkungan sosial kultural di mana tokoh tersebut
dibesarkan, bagaimana proses yang dialami, watak-watak yang ada
disekitarnya.24
Selain menggunakan pendekatan biografi penulis juga menggunakan teori
sosial sebagai ilmu bantu. menurut penulis teori sosial yang palng relevan
digunakandalam penelitian ini yaitu teori peranan sosial yang dikemukakan
Erving Goffman. Menurut teori ini, peranan sosial adalah salah satu konsep
sosiologi yang paling sentral yang didefinisikan dalam penegertian pola-pola
atau norma-norma perilaku yang diharapkan dari orang yang menduduki posisi
tertentu dalam struktur sosial.25 Banyak yang dapat diperoleh para sejarawan
dengan konsep peranan secara lebih luas, lebih tepat dan lebih sistematis. Hal
itu akan mendorng mereka untuk lebih bersungguh-sungguh dalam mengkaji
24
Tufik abdulah dkk, manusia dalam kemelut sejarah (Jakarta: LP3ES), hlm. 4. 25
14
bentuk-bentuk perilaku yang telah umum mereka bicarakan dalam arti
individual atau moral ketimbang sosial.26
Peranan yang dilakukan seseorang dapat dikatakan berhasil apa bila
memenuhi unsur-unsur yang meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan
posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat sebagai organisasi, dan dapat
dikatakan sebagai individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.27 teori
tersebut dapa digunakan penulis dalam mengungkapkan peranan yang
dilakukan oleh KH. Chumaidi mi‟roj sebagai tokoh agama yang memimpin
thariqat dalam mempertahankan tradisi dan peranan dalam bidang-bidang
lainya.
Berdasarkan pendekatan biografi dan teori peranan sosial tersebut, penulis
berusaha menjelaskan secara rinci perjalanan hidup KH. Chumaidi mi‟roj dan
perannya dalam masyarakat sekitar dan candisari khususnya sehingga
tujuan-tujuan yag ingin dicapai dalam penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
26
ibd, hlm 69 27
15 G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai keseluruhan isi penelitian
ini, maka perluh dikemukakan secara garis besar pembahasan melalui
sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I: Berisi pendahuluan yang memberikan gambaran mengenai latar
belakang masalah penelitian, selanjutnya diberikan batasan dan rumusan
masalah agar penelitian yang dikaji lebih fokus dan penjelasannya lebih
mendetail, kemudian dirumuskan tujuan dari penelitian, selanjutnya
sumber-sumber penelitian ditinjau dalam tinjauan pustaka dan dijabarkan dengan
beberapa konsep dalam kerangka konseptual, lalu metode penelitian dan terahir
sistematika penulisan.
Bab kedua membahas gambaran masyarakat Candisari.dalam bab ini
dibahas tentang kondisi desa candisari. kondisi keagamaan. kondisi
pendidikan, kondisi ekonomi, kondisi budaya dan kondisi social masyarakat.
pembahasan dalam bab ini bertujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi
masyarakat candisari secara umum yang mempengaruhi kehidupan KH.
16
Bab Tiga membahas tentang latar belakang atau riwayat hidup dan
pendidikan, . pada bab ini dibahas latar belakang keluarga dan masa kecil KH.
Chumaidi Mi‟roj, perjalanan pendidikannya sampai wafat serta kepribadian
yang terbenyuk pada dirinya baik itu pengaruh dari keluarga dan lingkungan
sekitar maupun pengaruh tempat dia pelajar. Berdasarkan bab dua dan bab tiga
ini dapat dipahami beberapa latar belakang yang mempengaruhi pemikirandan
aktifitas KH. Chumaidi Mi‟roj.
Bab empat membahas peran KH. Chumaidi mi‟roj dalam bidang
kemasyarakatan. pembahasan dalam bab ini memuat tentang tulisan-tulisan
hasil karya dan perannya dalam masyarakat mulai dari menjadi kepala sekolah
madrasah ibtida‟iyah, menjadi mursyid thariqat, memimpin pondok pesantren,
mengisi pengajian-pengajian, dan juga peran aktifnya dalam organisasi
Nahdhatul Ulama mranggen demak.
Bab lima merupakan penutup yang meliputi dua sub bab, bab pertama
berisi kesimpulan apa yang telah dibahas dalam bab yang sebelumnya.
kesimpulan tersebut berisi jawaban atas rumusan-rumusan masalah dalam
17 BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI GEOGRAFIS DAN SOSIAL EKONOMI DUSUN GADING
A.Sejarah Lisan Tentang Dusun Gading
Gading merupakan salah satu nama dusun28 kecil yang berada di Desa29
Candisari kecamatan Mranggen. Meskipun hanya sebuah dusun, namun
memiliki arti penting bagi masyarakat Desa Candisari. Dusun gading
memberikan banyak pengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan Desa
Candisari. Karna di Dusun Gading inilah lahir seorang figure tokoh agama yang
sangat disiplin, tegas dan peduli terhadap masyarakat yang membawa
perubahan bagi Desa Candisari
Menurut cerita, zaman dahulu kala ada seorang anak Punggawa Kerajaan
Majapahit untuk berkelana dan pengembara mematangkan ilmu hikayat
hidupnya. Berasal dari Kerajaan Majapahit30 untuk mendalami ilmu hikmah dan
28
Dusun atau dukuh merupakan bagian wilayah desa dan ditetapkan dengan menggunakan peraturan desa, lihat Pasal 3 ayat (1) dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005
29 Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. lihat Pengertian Desa menurut UU RI No 6 Tahun 2014 tentang Desa.
30
18
mengasah ilmu dan kadigdayaan, dia adalah Ki Murtonggolo seorang pendekar
persilatan yang memiliki ilmu linuwih. Sampailah di sebuah tempat yang
bernama Kadempel. Ki Murtonggolo memiliki kebiasaan melakukan menditasi
dibawah pohon kelapa Gading, Beliau mendirikan sebuah Gubug dibawah
pohon kepala Gading untuk mengasah kemampuan ilmunya. Karena sifatnya
yang santun dan ramah serta pandainya bersosialisasi maka banyaklah teman
dan murid untuk belajar ilmu persilatan pada Beliau. Maka Beliau mendirikan
sebuah perguruan Persilatan diberi nama “Gading sari”31 .
Ilmu yang sudah Kawentar dan terkenal kemana-mana mendorong
begal32 untuk menjajal ilmu Ki Murtonggolo. Pada suatu hari ada sebanyak 17
begal dan begundal yang ingin mengobrak-abrik Padepokan Gading Sari, namun
baru sampai suatu tlatah 17 begal yang ingin menyerang Padepokan Gading
Sari itu merasa di intai seseorang. Salah satu begal merasa melihat seseorang
yang lari dan ketika dicari dan di dekati selalu terlihat sepi dan ilang. Setiap
dilihat ada orang berkelebat lari jika dicari selalu terlihat sepi dan hilang. Maka
oleh para begal itu merasa aneh. Setiap melihat sekilas orang jika dicari Sepi
terus Ilang maka oleh Begal tersebut dinamakan “ Ini Kampung Pilang”.
Orang yang mengintai itu adalah murid dari perguruan Padepokan Gading
Sari di Kadempel yang dipimpin oleh Ki Murtonggolo. Dengan ilmunya yang
bisa menghilang itu sampailah pada Gubug Ki Murtonggolo. Kemudian murid
dari Ki murtonggolo Melaporkan bahwa ada 17 Begal yang akan
31 Wawancara dengan bapak Choiron putra pertama KH. Chumaidi Mi‟roj.
Tanggal 24 agustus 2018 jam 14:05
32
19
abrik padepokan Gading Sari. Ki Murtonggolo tidak ingin Begal itu
menginjakkan kakinya Ketanah Pedepokan Gading Sari di Kadempel. Maka Ki
Murtonggolo lari menuju Begal di tlatah Pilang. Dalam Larinya KI
Murtonggolo berteriak “ Awas ono beboyo, awas ana beboyo, Minggiro Karang
ono beboyo. Ayo Karang ono beboyo ayo Doh Minggiro” yang artinya awas ada
buaya, awas ada buaya, minggirlah. Maka sepanjang larinya Ki Murtonggolo
dari Padepokan Gading Sari di Kampung Kadempel, disebut dusun Karangboyo.
sSampailah Ki Murtonggolo pada para pembegal pimpinan begal mengutarakan
maksud kedatangannya bersama 17 orang begal lainnya. Bahwa mereka ingin
menantang Guru dari Padepokan Gading Sari, Fitrah dari Perguruan Padepokan
Gading Sari dengan satu syarat, jika Ki Murtonggolo kalah maka dia harus
pindah atau menjadi anak buah para begundal. Maka Ki Murtonggolo mau tak
mau menanggapi tantangan para begundal, maka di digerakkan tangan ke atas
dan diputar untuk menyatu pada dadanya dan dihentakkan pada 17 orang
tersebut, Ilmu Tunggul sekti, dihentakkan dan meledaklah 17 orang tersebut dan
berpencar kesegala penjuru.
Setelah Ki Murtonggolo Meninggal, Ia dimakamkan dibekas Padepokan
nya kemudian orang lebih mengenal dengan nama Mbah gading. Maka
Perkampungan Kadempel lebih di kenal dengan nama Dusuh Gading.
Dusun gading yang tergabung dalam kelurahan Candisari ini dulunya
20
Sili. Pada jaman Penjajahan Hindia Belanda desa gading digabungkan menjadi
satu dengan desa karangboyo yang saat itu dengan lurah33 mbah Merto Suwito.
Karena Situasi dan kondisi yang tidak menentu warga di kedua Desa itu
banyak yang mengungsi keluar desa dikarenakan kedua Desa tersebut menjadi
ajang Peperangan Agresi Hindia Belanda dan banyaknya perampokan yang
menjarah harta benda, Atas Prakarsa Penjajah Hindia Belanda tahun 1924 maka
terjadilah Blengketan ( digabung ) dari dua Desa itu menjadi satu Desa, oleh
Mbah Sudarmin bin Koso beserta Punggawa Desa memberi nama dua Desa
Blengketan menjadi Desa “Candisari”.
Desa “Candisari” berasal dari 2 suku kata yaitu Candi artinya
“Suatu Bangunan”dan SARI artinya “Sugreng” ( Ramai atau Asri ), dengan
harapan Desa Candisari menjadi sebuah desa yang dapat membangun menjadi
desa yang Sugreng( Ramai atau Asri )
Selama perjalanannya desa candi sari dipimpin oleh beberapa orang
secara bergantian yaitu:
1. Sudarmin bin Koso tahun ( 1924-1946 )
33
Lurah merupakan kepala pemerintahan daerah tingkat kelurahan.Lurah berbeda dengan Kepala Desa.Kepala Desa merupakan unsurpenyelenggara pemerintah desa dan dipilih dari penduduk yang berasal dan tinggal di desa tersebut, lihat Pasal 203 ayat (1) UU Nomer 32 Tahun 2004
21
2. Dasno Tahun 1946-1952
3. Suprat tahun 1952-1989,
4. Eko Suyatno tahun 1989-1999,
5. Sungatman tahun 1999-2009
6. Supiyan tahun 2009-2015, yang selanjutnya dijabat oleh
7. Supiyanto sebagai Pj.Kepala Desa tahun 2015-2016,
8. Suratman tahun 2017 – Sekarang
B.Kondisi Geografis Dusun Gading
Dusun gading memiliki sekitar 50 % dari luas wilayah kelurahan
Candisari, wilyah kelurahan candisari memiliki luas sekitar kurang lebih 358 ha.
dan secara geografis berada di 110.5521 Koordinat Bujur dan -7.004824
Koordinat Lintang. Wilayah dari dusun gading digunakan untuk usaha serta
penggerak ekonomi yang terdapat pasar dan sebagai pusat pendidikan. Serta
daerah gading yang penduduknya lebih banyak bermata pencarian sebagai petani
sering mengandalkan hasil pertanian, mereka pada iklim. Iklim diyakini oleh
para petani karena mempengaruhi jenis tanaman yang akan ditanam, dan untuk
mengetahui waktu yang cocok untuk menanam.
Secara umum dilihat dari keadaan geografisnya, wilayah Dusun gading
merupakan wilayah yang subur dengan sistem irigasi yang cukup baik. Keadaan
demikian cocok sekali untuk usaha pertanian baik padi maupun palawija,
namun sebelum tahun 1946, keadaan irigasi masih belum tertata rapi dan
sangat bertolak belakang dari keadaan yang sebenarnya bisa
22
yang diterapkan oleh masyarakat Dusun gading masih sangat sederhana dan
belum ada pengelolaan yang rapi. Hal itu dipengaruhi karena masih terbatasnya
pengetahuan mereka mengenai irigasi.
C. Kondisi Sosial Dusun Gading
Membicarakan mengenai kondisi sosial suatu daerah tentunya tidak
akan terlepas dari keadaan masyarakatnya. Hal ini karena masyarakat selalu
mempengaruhi keadaan sosial suatu daerah. Masyarakat menurut Mac Iver dan
Page merupakan suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan
kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan
tingkah laku dan kebebasan-kebebasan manusia serta keseluruhan yang selalu
berubah ini dinamakan masyarakat.34 Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa
Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial yang bersifat dinamis.Menurut
Ralp Linton dalam bukunya yang berjudul The Study of Man, masyarakat
merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama
cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri
mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan
dengan jelas.35 Kedua penjelasan mengenai masyarakat dapat disimpulkan
bahwa masayarakat merupakan suatu sekelompok manusia yang hidup dan
bekerja bersama dalam waktu yang cukup lama dan berada di wilayah tertentu,
bersifat dinamis, dan membentuk jalinan hubungan sosial.
34
Lihat Mac Iver & Page, “ Society: An Introductory Analysis”, dalam Dadang Suparlan,
Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bhumi Aksara, 2011, hlm. 27-28.
35
23
Seiring berjalannya waktu masyrakat dusun gading telah mengalami
banyak perubahan dalam segi pendidikan, keagaman serta dalam segi ekonomi
dan budaya.
1. Pendidikan.
Pendidikan merupakan hal yang penting dan menjadi penentu agar suatu
bangsa dapat melangkah lebih maju dan dapat bersaing dengan
negara-negara lainnya. Setiap warga negara-negara berhak mendapatkan pendidikan yang
layak bagi seluruh lapisan masyarakat.36 Hal ini dikarenakan pendidikan
bertujuan untuk mencerdaskan masyarakat dan dapat dijadikan sebagai alat
ukur maju mundurnya suatu negara.
Pada tahun 1948, pemerintah Indonesia sudah membagi empat tingkatan
yani pendidikan rendah, pendidikan menengah pertama, pendidikan
menengah atas dan pendidikan tinggi.37 Pendidikan yang ada di Dusun Gading
paling tinggi jenjang sekolah yang ada hanyalah setingkat Sekolah Rakyat.
Terdapat dua Sekolah Rakyat yang berada di sekitar wilayah Dusun gading.
Keadaan pendidikan di dusun gading juga masih sangat rendah karena
sebagian besar warga di Dusun gading hidup dalam kemiskinan. Warga Dusun
Gading pada waktu itu masih belum mempunyai ketrampilan yang tinggi dan
masih banyak yang buta huruf.38 Hal ini dikarenakan minimnya dorongan
orangtua yang tidak bisa membiayai anaknya untuk sekolah.
Kebanyakan orangtua di pedesaan pada waktu itu lebih memilih anaknya
tidak bersekolah. Para orangtua berpikir bahwa anak-anak mereka lebih baik
36
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka, 2008, hlm. 289
37Ibid
., hlm. 285. 38
24
membantu pekerjaan orangtua, seperti yang laki-laki mengerjakan sawah,
merumput, dan yang perempuan membantu pekerjaan di dapur, daripada
sekolah. Mereka tetap bisa hidup walaupun tidak sekolah, tetapi mereka tidak
bisa hidup kalo tidak bekerja.
Baru pada tahun 1968 dusun gading memiliki sekolah sendiri yaitu
Madrasah ibtida‟iyah jaurotul ulum (MI) yang didirikan oleh KH. Abu Mi‟roj.
Berdirinya MI ini mampu-mengerakkan para orang tua untuk menyekolahkan
anak-anaknya, disamping biaya sekolah yang murah, MI lebih mengedepankan
kepedulian terhadap masyarakat dusun gading untuk bersekolah menuntut ilmu.
Pada tahun 1979 KH. Abu mi‟roj juga mendirikan madrasah tsanawiyah.
Sebagai jenjang lanjutan sekolah MI. Berdirinya dua sekolah ini benar-benar
mampu mengubah pola pikir masyarakat Dusun Gading, yang semula enggan
menyekolahkan anaknya menjadi sangat seng untuk menyekolahkan anaknya.
Berdirinya MI dan MTS ini menjadi titik awal dusun gading menjadi
pusat pendidikan dikelurahan Candisari. Hal ini bisa dilihat dari berdirinya
sekolah-sekolah di Dusun Gading, diantaranya, taman kanak-kanak (TK)
kalsumiah, Smp dan MA al-Ma‟ruh serta Smp dan SMK Ma‟arif Kyai Gading.
Yang memiliiki siswa dan siswi tidak hanya dari dusun gading melainkan
2. Keagamaan
Menurut Daradjat (2005) agama adalah proses hubungan manusia yang
dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya, bahwa sesuatu lebih tinggi dari
pada manusia. Sedangkan Glock dan Stark mendefinisikan agama sebagai
sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan system perilaku yang
25
sebagai yang paling maknawi (ultimate Mean Hipotetiking).39
Agama disebut Hadikusuma dalam Bustanuddin Agus sebagai ajaran
yang diturunkan oleh Tuhan untuk petunjuk bagi umat dalam menjalani
kehidupannya.31 Ada juga yang menyebut agama sebagai suatu ciri kehidupan
sosial manusia yang universal dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai
cara-cara berpikir dan pola-pola perilaku yang memenuhi untuk disebut
“agama” yang terdiri dari tipe-tipe simbol, citra, kepercayaan dan nilai-nilai
spesifik dengan mana makhluk manusia menginterpretasikan eksistensi mereka
yang di dalamnya juga mengandung komponen ritual.40
Meneurut cerita, Sebelum tahun 1916 Dusun Gading yang kala itu desa
gading memiliki penduduk yang mayorutas beragama Hindu. Hal ini juga
dikuatkan ditemukannya batu Yang mirip dengan pecahan candi. Yang terdapat
dipinggiran desa gading kala itu. Akan tetapi setelah tahun 1916 masyarakat
dusun gading berangsur-ansur memeluk islam. Hal ini dikarenakan penyebaran
agama islam yang dibawa oleh KH. Chumaidi Mi‟roj. Yaitu bapak dari KH.
Chumaidi Mi‟roj.
PadaPada tahun 1942, perkembangan agama di dusun gading sudah
cukup berkembang hal ini dibuktikan adanya tarekat Kholidiyah
Naqsabandiyah yang dibawa oleh KH. Abu Mi‟roj dari Giri kusumo. Ajaran
-ajaran islam yang santun yang di praktekkan oleh KH. Abu Mi‟roj dalam
berdakwah mampu menarik orang-orang yang dulunya sesat, menjadi orang
yang kembali menuju jalan Allah. hingga kini tarekat kholidiyah
39
26
naksabandiyah telah memiliki pengikut yang tidak hanya dari dusun gading
melainkan dari desa sekitar.
D. Kondisi Ekonomi Dusun Gading
Kegiatan perekonomian masyarakat Dusun gading pada tahun 1942
didukung oleh kegiatan pertanian sehingga mata pencarian pokok warga di
Dusun Gading ialah petani. Kehidupan pertanian ini sangat dipengaruhi oleh
keadaan alam di Dusun gading. Banyak petani di Dusun Gading yang
mengandalkan pada iklim. selain petani ada pula pengrajin batu bata yang
terdapat di dusun Gading, Hal ini dikarenakan tekstur tanah yang mendukung.
Selain itu ada pula peternak ayam, dan kambing.
Di Dusun Gading juga terdapat orang yang bermata pencaharian
sebagai buruh. Hal ini karena sebagian wilayah di Dusun Gading terdiri dari
lahan pertanian sehingga ada orang yang bekerja sebagai buruh tani. Buruh
dibedakan menjadi tiga yakni buruh tetap atau buruh tahunan, buruh harian,
dan buruh borongan41
Penduduk yang bekerja sebagai petani biasanya menanam padi maupun
palawija. Petani padi biasanya dalam satu tahun bisa panen dua kali. Begitu
juga dengan petani palawija yang biasanya menanam ubi kayu dan jagung.
Pengairan sawah yang hanya mengandalkan hujan yang jatuh
sepanjang tahun dan sistim irigasi yang memanfaatkan aliran sungai kenteng
menjadikan pasokan air terbatas. Selain itu lahan pertanian yang mereka miliki
tidak luas, sehingga hasil panen hanya sedikit. Hal tersebut yang menyebabkan
41
27
kebutuhan para warga di Dusun gading masih belum cukup terpenuhi
dikarenakan hasil panen hanya dikonsumsi untuk kebutuhan keluarga sendiri.
Jika keadaan ekonomi keluarga sudah parah, hasil panen dapat
dijadikan sebagai komoditas perdagangan dengan sistem ijon yaitu menjual
28 BAB III
BIOGRAFI KH. CHUMAIDI MI’ROJ
A. Latar Belakang Keluarga
1. Orang tua KH. Chumaidi Mi’roj dan asal usul keluarga
Gading, tempat kelahiran KH.Chumaidi Mi‟roj adalah sebuah
dusun kecil yang terletak di desa Candisari Mranggen, yang berbatasan
dengan ibu kota propinsi Jawa Tengah yaitu semarang. Dan masih
termasuk dalam wilayah Kabupaten Demak. Di kecamatan Mranggen
nama Dusun Gading tidak begitu dikenal, akan tetapi di Dusun Gading
inilah terlahir seorang kyai yang sangat peduli terhadap masyarakat akan
pentingnya pendidikan dan juga keagamaan beliaulah KH. Chumaidi
Mi‟roj putra bungsu dari KH. Abu Mi‟roj.
KH. Abu Mi‟roj adalah murid dari Mbah Hadi pengasuh pondok
pesantren Giri Kusumo. Karna di anggap murid paling baik di antara
ratusan murid laianya dan juga paling pintar serta taat, maka Mbah Hadi
memilih Mbah Abu Mi‟roj sebagai calon menantunya untuk dinikahkan
dengan puteri mbah Hadi yang bernama Umi Kalsum. Mbah abu adalah
menantu yang sangat baik bagi mbah hadi sehingga mbah hadi mengirim
mbah abu mi‟roj ke Dusun Gading yang dulunya tanah kosong dan rimbun
tanpa penghuni (angker). Dikirimkan mbah Abu mi‟roj ke Gading bukan
tanpa alasan, memiliki ilmu yang mumpuni tentang agama dan ilmu dalam
29
Mbah Abu mi‟roj ditugaskan untuk menyebarkan Agama Islam di tanah
gading yang dulunya juga terdapat banyak orang-orang jahat. Perjalanan
Mbah Abu Mi‟roj dalam membersihkan tanah Gading tidak berjalan begitu
lancar, banyak gangguan dari makluk-makluk halus penghuni tanah
gading. Ahirnya setiap malam Jum‟at Mbah Abu Mi‟roj melakukan
istikharoh dengan menggunakan tanah lempung42. Setiap tanah lempung
yang dibulatkan berisi satu jin, lalu di taruh di tempat rinjing43 yang
kemudian dibuang ditempat lain. Mbah abu mi‟roj kemudian medirikan
masjid ditanah gading sebagai tempat penyebaran agama islam. Lalu
mendirikn rumah sederhana sebagai tempat tinggalnya.
KH. Chumaidi mi‟roj dilahirkan pada tanggal 31 Desember 1942
di Dusub Gading Desa Candisari Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak
Jawa Tengah dari pasangan KH. Abu Mi‟roj dengan Hj. Umi Kalsum.
Pasangan ini dikaruniai delapan orang anak, lima putra dan tiga putri. Hj.
Badriyyah sebagai puteri sulung dan menikah dengan H. Ahmad Qomari.
Hj.Romah sebagai puteri ke dua menikah dengan KH. Masyuri. H. Abdul
Fattah sebagai putra ketiga menikah dengan Hj. Kursiyah. Putera ke empat
yaitu H. Kholil yang menikah dengan Hj. Istirohah. Putera kelima yaitu H.
Masyadi yang menikah dengan Khoiriyatun. H. Rifai sebagai putera
keenam menikah dengan Hj. Masturiah. Hj. Chumairoh sebagai puteri
42 Wawancara dengan bapak Choiron putra pertama KH. Chumaidi Mi‟roj. Tanggal 24
agustus 2018 jam 14:05 43
30
ketuju menikah dengan KH. Bahri dan yang terahir adalah KH. Chumaidi
Mi‟roj yang menikah dengan Hj. Dhoiriyah.44
2. Rumah tangga KH. Chumaidi Mi‟roj
KH. Chumaidi mi‟roj menikah denga Hj. Dhoiriyah pada tahun
1968 M. Pernikahan KH. Chumaidi mi‟roj dan Hj. Dhoiriyah karna
dijodohkan kedua orang tuanya yang juga sama-sama seorang Guru dan
kyai. Ketika itu Hj. Dhoiriyah masih mondok di pondok Lasem. Sehingga
Hj. Dhoiriyah belum tahu sama sekali siapa KH. Chumaidi Mi‟roj. Hj
Dhoiriyah adalah anak yang sangat taat kepada orang tuanya sehingga
meskipun belum tahu Hj. Dhoiriyah tetap menerima tawaran ayahnya
untuk di jodohkan dengan KH. Chumaidi Mi‟roj.
Pernikahan KH. Chumaidi mi‟roj dan Hj. Dhoiriyah di karuniai
tuju orang anak, empat putera dan tiga puteri. Anak yang pertama adalah
Ahmad Choiron menikah dengan Dewi Ariatun. Anak kedua Ahmad
Choiri(alm) menikah dengan Evi Muflihati. Anak ketiga Abdul Kholiq
menikah dengan Muslikhah. Anak ke empat yaitu Khabibullah. Anak
kelima adalah Kholisotus Sa‟adah yang menikah dengan Yusuf wahab.
Anak yang keenam khoridatul khosiah menikah dengan Moh Rohman.
Sementara anak yang terahir Kholifatul Ummah yang menikah dengan
Fahsin M. Fa‟al yang tak lain adalah dosen Sejarah Peradaban Islam di
Institut Agama Islam Negeri Salatiga.45
44. Drs. Mas‟ud Kholil dkk. Silsilah keluarga besar KH. Abdul Ghofur
.(keluarga besar abdul ghofur 1431H/ 2010 M) hlm. 09.
45
31
B. Pendidikan KH. Chumaidi Mi’roj
Kedalaman ilmu agama dari orang tua KH.Chumaidi Mi‟roj itulah
merupakan sebuah dasar pendidikan agama yang membentuk
KH.Chumaidi Mi‟roj seperti sekrang ini. KH.Chumaidi Mi‟roj dilahirkan
dalam lingkungan yang sangat religius, olehnya tidak heran jika KH.
Chumaidi Mi‟roj terkenal sangat keras dalam mendidik anak-anaknya
maupun mendidik murid-muridnya disekolah maupun santri-satrinya
ketika dipondok dalam hal agama. Tentu saja hal itu bertujuan agar
murid-murid dan santrinya taat terhadap agama, seimbang dalam menjalankan
hidup serta berguna dalam masyarakatnta masing-masing.
KH. Chumaidi Mi‟roj mengawali pendidikanya di sekolah rakyat46
pada tahun 1949 dan lulus pada ahun 1955. Setelah lulus dari sekolah
rakyat kemudian KH. Chumaidi Mi‟roj melanjutkan sekolahnya di
Madrasah Futuiyyah47 atau biasa disebut MTS Futuiyyah pada tahun 1955.
46
Di zaman penjajahan Belanda, jenjang yang setara dengan SD adalah Hollandsch-Inlandsche School (HIS) dan Europeesche Lagere School (ELS) yang masing-masing didirikan sejak 1914 dan 1817. Bila kini waktu mengenyam pendidikan di SD hanya sampai enam tahun, di HIS dan ELS, murid harus menempuhnya selama tujuh tahun. Kemudian di masa penjajahan Jepang, disebut Sekolah Rakyat (SR). Barulah pasca-kemerdekaan, sebutan sekolah dasar (SD) diresmikan pada 13 Maret 1946.
47
32
MTS Futuhiyyah juga memiliki pondok pesantren, sehingga KH.
Chumaidi Mi‟roj juga mondok di pesantren ini. Di pondok pesantren ini
KH. Chumaidi Mi‟roj bertemu dengan banyak muridd dari berbagai
kalangan dan juga dari berbagai daerah di Indonesia. Tidaklah heran
karana pondok pesantren Futuhiyyah sangatlah terkenal di Mranggen
dengan alumni-alumninya dan juga kontribusi pondok terhadap
masyarakat Mranggen kusunya. KH. Chumaidi Mi‟roj menyelesaikan
pendidikan Mtsnya selama 3 tahun dan lulus pada tahun 1958.
KH. Chumaidi Mi‟roj terlihat sangat menonjol dalam sisi ke
ilmuanya dari pada teman-temannya yang lain. Kecerdasan KH. Chumaidi
berkembang sangat pesat sehingga KH. Chumaidi Mi‟roj menjadi murid
yang sangat disayang oleh guru-gurunya karna kecerdasanya dan juga
ketekunannya. Karna ketekunannya inilah KH. Chumaidi Mi‟roj sudah
bisa membaca kitab-kitab kuning. Setelah menyelesaikan sekolah
Madrasah tsanasiyah KH. Chumaidi Mi‟roj melanjutkan pendidikanya di
33
sekolah Pendidikan Guru Agama atau PGA.48 Hal yang melatar belakangi
KH. Chumaidi Mi‟roj adalah kurangnya guru di Indonesia paska
kemerdekaa. Sehingga KH. Chumaidi Mi‟roj mengambil pedidikan guru
agama dengan tujuan agar menjadi seorang guru agama sesui dengan
proyeksi departemen agama dan di angkat menjadi PNS atau pegawai
negeri sipil49.
KH. Chumaidi Mi‟roj menyelesaikan pendidikan PGA dalam
waktu lima tahun sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan pemerintah
dan lulus pada tahun 1962. Setelah lulus dari PGA KH. Chumaidi Mi‟roj
meneruskan pendidikanya di pondok pesantren saranng untuk menimba
ilmu agama lebih banyak lagi, selama di pondok pesantren sarang KH.
Chumaidi Mi‟roj belajar sangan rajin tentang agama, sama seperti yang ia
lakukan ketika masih dipondok pesantren Futuhiyyah. Setelah merasa
cukup dengan ilmu agama yang ian pelajari selama dipondok pesantren
sarang, KH. Chumaidi Mi‟roj lalu pulang kerumah dan mulai membantu
48
PGA atau pendidikan gru agama adalah sekolah yang didirikan karna kurangnya guru di Indonesia pasca kemerdekaan. Awal Sejarah Pendidikan Guru (Pasca Kemerdekaan).
Kekurangan guru awal kemerdekaan (setelah pengakuan kedaulatan 1949) ditutup dengan tenaga PTM (Pengerahan Tenaga Mahasiswa), di samping merekrut mahasiswa sebagai guru di
Indonesia, mereka juga mengajar di Malaysia. Tahun 1954 Mohamad Yamin selaku menteri P&K saat itu menciptakan lembaga pendidikan guru pada tingkat Pendidikan Tinggi (di samping SGB/ SGA/ SGO untuk tingkat SD, SMP). Lembaga ini disebut Perguruan Tinggi Pendidikan Guru. http://www.smkn1bjs.sch.id/pengajaran/item/3-sejarah-singkat-pendidikan-guru.html. Diakses pada 2 september 2018.
49
https://id.wikipedia.org/wiki/Pegawai_negeri di akses pada 1 september 2018
34
ayahnya mengajar anak-anak kampung dusun gading setiap habis mahrib.
Ilmu-ilmu yang di ajarkan KH. Chumaidi Mi‟roj adalah ilmu-ilmu dasar
dalam berwudhu,melakukan gerakan-gerakan sholat serta dalam membaca
Al-Quran atau dalam hal ini Tajwid50.
Pada tahun 1966 KH. Chumaidi Mi‟roj mengikuti ujian UGA51
yang diadakan oleh kementrian agama. Karenan kecerdasanya KH.
Chumaidi Mi‟roj lulus dalam ujian ini lalu KH. Chumaidi Mi‟roj di
angkat menjadi pegawai negeri sipil, dan menjadi guru di sekolah
madrasaha ibtida‟iyah jauharotul ulum yang ada di Mranggen. Setelah
menjadi guru agama KH. Chumaidi Mi‟roj masih ingin melanjutkan
pendidikanya yang lebih tinggi, kemudian ia masuk di Universitas
Nahdlatul Ulama, yang saat itu masih bercabang di Futuhiyyah
mranggen.akan tetapi KH. Chumaidi Mi‟roj dalam perjalannannya
mengenyam pendidikan di UNU hanya sampai pada semester enam saja.
Hal ini disebabkan KH. Chumaidi Mi‟roj harus lebih fokus dalam
Mengemban tugas mengajar di Madrsah Ibtida‟iyah52
Jauharotul Ulum
dusun Gading, yang saat itu KH. Chumaidi Mi‟roj menjabat sebagai
kepala sekolah Madrsah Ibtida‟iyah atau sekarang yang biasa disebut
50
https://belajar-tobat.blogspot.com/2014/12/pengertian-tajwid-dan-macam-macam-tajwid.html diakses pada 3 september 2018
Tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-Quran
51
. UGA atau Ujian Guru Agama adalah satu ujian masuk menjadi guru yang diadakan kementrian agama guna menambah kekurangan guru paska kemerdekaan 1945
52 Madrasah ibtida‟iyah adalah jejang sekolah dasar yang
setara dengan sekolah dasar (SD) hanay saja perbedaan terletak pada mata pelajaran agama yang jauh lebih banyak terdapat di
35
dengan MI. Selain menjadi kepala sekolah KH. Chumaidi Mi‟roj juga
mengabdikan dirinya dipondok pesantren yang diasuh oleh bapakya yang
terletak tidak jauh dari lokasi sekolah ia mengajar.
Sepeninggal ayahnya, disela-sela ia menjadi guru madrasah
ibtida‟iyah, KH. Chumaidi Mi‟roj juga menjadi pemimpin penerus pondok
pesantren tareqat yang dibangun oleh ayahnya. KH. Chumaidi Mi‟roj juga
menjadi imam masjid dan imam dalam ibadaah tareqat. Berkat santri-santri
yang banyak dari berbagai daerah, menjadikan KH. Chumaidi Mi‟roj
semakain terkenal diluar kecamatan mranggen. Hingga ahirnya KH.
Chumaidi Mi‟roj juga menerima tawaran untuk mengisi
pengajian-pengajian diluar desa candisari, maupun diluar kecamatan mranggen.
Dalam satu kesempatan ketika KH. Chumaidi Mi‟roj mengisi
pengajian di dusun Karangboyo53 kecamatan marnggena. KH. Chumaidi
Mi‟roj lebih sering membawakan materi-materi tengtang ketauhitan54.
Yaitu tentang keyakinan dalam bertuhan, hal ini didasari karena
masyarakat setempat yang saat itu banyak yang baru memeluk agama
islam. Sehingga dengan materi-meteri ketauhidtan yang ia bawakan
diharapkan mampu menambah semangat dalam keyakinan, beribadah serta
menjalankan kewajiban agamannya. Masyarakatpun sangat antusias dalam
https://id.wikipedia.org/wiki/Tauhid diakses pada 2 september 2018
36
mengikuti pengajian, hal ini terlihat dalam setiap pengajian masyarakat
yang datang begitu banyak.55
C. KH. Chumaidi Mi’roj Wafat
Pada tanggal 19 agustus 2014. KH. Chumaidi Mi‟roj meninggal
dunia dikarenakan sakit. Sebelum meninggal KH. Chumaidi Mi‟roj sempat
dirawat beberapa kali di rumah sakit Karyadi Semarang, karna sakit yang
cukup parah dan usia yang sudah tua, membuat KH. Chumaidi Mi‟roj
tidak tertolong lagi. Semasa sakit KH. Chumaidi Mi‟roj masih gagah
dalam mengajar di sekolah, dan di pondok. Meskipun saat itu ia dalam
berjalan menggunakan bantuan kursi roda, tapi hal itu tidak menyurutkan
semangat KH. Chumaidi Mi‟roj dalam mengajarkan ilmu-ilmunya
terhadap murid-muridnya, dan ketika waktu shalat tiba KH. Chumaidi
Mi‟roj masih menjadi imam shalat.
Dalam prosesi pemakaman Diiringi hiruk piruk tangis dari
keluarga, masyarakat dan juga murid-muridnya . KH. Chumaidi
Mi‟rojd di makamkan di belakang masjid Candisari, diamana di belakang
masjid itu juga terdapat makam ayahnya. Dimakamkanya KH. Chumaidi
Mi‟roj di samping ayahnya adalah permintaan KH. Chumaidi Mi‟roj
semasa masih hidup. Beliau berpesan agar nantinya ketika ia meninggal
untuk dimakamkan di sebalah ayahnya, yaitu KH. Abu mi‟roj.
KH. Chumaidi Mi‟roj merupakan sosok yang sentral dalam
masyarakat desa Candisari dan Dusun Gading kususnya, laksana jatung
55
37
bagi kehidupan manusia. Begitu sangat penting kedudukan KH. Chumaidi
Mi‟roj dalam masyarakat sehingga ketiadaannya sangat sulit untuk
diterima masyarakat Candisari. Kehilngan sosok yang tegas dan penuh
kepedulian seperti KH. Chumaidi Mi‟roj Tentu hal ini menimbulkan
kesedihan di antara santri-santri, murid-murid sekolahnya juga masyarakat
Candisari khusunya. Masyarakat Candisari kehilangan sosok yang begitu
di cintai dan dihormati. KH. Chumaidi Mi‟roj sosok yang mengajarkan
tentang agama, juga tentang kehidupan bermasyarakat. KH. Chumaidi
Mi‟roj adalah orang yang telah mengubah perilaku masyarakat Desa
Candisari yang dulunya keras dan tidak bisa didik hingga ahirnya menjadi
santun dan berahlak dalam bermasyarakat.
Sepeninggal KH. Chumaidi Mi‟roj tidak lantas membuat
masyarakat Desa Candisari lupa akan jasa-jasa KH. Chumaidi Mi‟roj
terhadap masyarakat Desa Candisari. Untuk menghormati dan juga
mengenang KH. Chumaidi Mi‟roj, pada setiap tahunnya diadakan tradisi
Haul56 KH. Chumaidi Mi‟roj oleh masyarakat candisari. Haul KH.
Chumaidi Mi‟roj dikemas dengan runtutan acara seperti kirab budaya,
pembacaan al-Quran, Tahlil kenduren serta biasanya ditutup dengan
pengajian akbar yang dihari berbagai masyarakat sekitar desa candisari.
Tradisi haul di Indonesia umumnya berkembang kuat di kalangan
nahdhiyin atau masyarakat yang tergabung dalam wadah organisasi NU
56
38
(Nahdhotul ulama). Tradisi haul adalah tradisi yang dilaksanakan setiap
tahun sekali. Begitu juga tradisi haul KH. Chumaidi Mi‟roj.
Tradisi khaul KH. Chumaidi Mi‟roj berakar pada sosok almarhum
KH. Abu Mi‟roj yang tak lain adalah ayahnya sen diri. Haul dilaksanakan
di makam KH. Abu Mi‟roj dan juga KH. Chumaidi Mi‟roj yang terletak
dibelakang masjid jami‟ Al-Mi‟roj, kemudian acara dibuka dengan kirab
budaya pusaka dimana kirab pusaka ini di ikuti oleh masyarakat desa
candisari. Para pejabat sekolah, serta diikuti oleh siswa-siswi sekolah
mulai dari Sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah ahir yang
terletak tidak jauh dari rumah KH. Chumaidi Mi‟roj. Setelah kirab budaya,
acara dilanjutkan dengan pembacaan Al-quran secara bil ghoib (dengan
hafalan) yang dilakukan oleh hafidz dan juga santri yang telah di tunjuk
pihak pesantren yang dilakasanakan dihalaman masjid jami‟ Al-Mi‟roj
desa Candisari.
Dalam pembacaan al-Qur‟an ini biasanya dalam satu hari 30 juz
selesai. Dalam masa pembacaan al-quran ini masyarakat desa candisari
juga banyak yang mengikuti meskipun tidak diwajibkan. Adakalanya
mereka hanya mengikuti sebentar saja dengan cara menyimak pembaca
al-Qur‟annya atau cukup sekedar dating dan cukup membaca tahlil saja di
makam KH. Chumaidi Mi‟roj. Setelah itu langsung pulang. Jadi pembaca
al-Qur‟an dimakan ini bagi masyarakat Desa Candisari atau orang lain
yang bukan satri tetapi pesantren kyai gading sifatnya hanya menghormati.
Beda dengan santri yang setiap hari dan terjadwal atau giliran untuk
39
Kemudian setelah pembacaan al-Qur‟an bil ghoib selama satu hari
selesai pada malam sebelum acara puncak dilanjutkan dengan acara
kenduri atau semacam selametan yang bertempat dihalaman rumah
keluarga KH. Chumaidi Mi‟roj. Acara ini dihadiri oleh masyarakat Desa
Caandisari dan sekitarnya. Dalam acara kenduri tersebuat biasanya diisi
dengan pembacaan tahlil dan doa-doa yang pahalanya diberikan kepada
ahli kubur, kepada warga Desa Candisari yang sudah mennggal dan
khususnya kepada almarhum KH. Chumaidi Mi‟roj.
Setelah acara selesai para tamu kemudiam diberi berkat yaitu
bingkisan yang didalamnya berisi nasi dan beberapa lauk. Pemberian
berkat ini sudah menjadi tradisi bagi masyarakat desa candisari. Bahwa
setiap masyarakat atau warga Desa Candisari yang memiliki hajat atau
sebuah acara ketia acara selesai pasti akan memberikan berkat keda para
tamu ayau undangan yang dating ke acara tersebut. Bahkan pada kasus
tertentu ketika tamu undangan tidak datang ke acara shohibul hajat57 atau
yang mempunyai acara itu tetap mengirimkan binkisan tersebut
kerumahnya. Hal ini menunjukan bahwa pada dasarnya masyarakat Desa
Candisari mempunyai tradisi yang cukup membentuk solidaritas sosial
40
haul bertepat di pondok pesantren Kyai Gading. Dalam acara haul ini
biasanya ditutup dengan pengajian akbar. Dalam acara pengajian ini
dihadiri oleh para tamu undangan, biasanya yang menhadiri adalah para
tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat, para pejabat pemerintahan, para
alumni pesantren, dan khususnya masyarakat Desa Candisari dan
masyarakat desa sekitar.
D. Kepribadian KH. Chumaidi Mi’roj
Bagi KH. Chumaidi Mi‟roj mejadi figure masyarakat adalah
suatu tantangan sendiri, dimana agar selalu berbuat kebaikan agar menjadi
contoh yang baik bagi masyarakat Desa Candisari dan desa sekitarnya.
KH. Chumaidi Mi‟roj adalah figur yang disiplin, tegas terhadap keluarga,
dan sangat peduli terhadap lingkungan masyarakat Desa Candisari.
Di dalam keluarga KH. Chumaidi Mi‟roj adalah sosok ayah yang
sangat tegas, disiplin dan juga keras. Terutma dalam pendidikan agama, ia
selali menomer satukan dibandingkan dengan yang lain. Sejak kecil
anak-anak KH. Chumaidi Mi‟roj selalu mendidik anak-anak-anaknya dengan tegas,
disiplin dan tanggung jawab. Sehingga ada kata-kata yang tidak pernah
terlupakan oleh anak-anaknya. Yaitu, KH. Chumaidi Mi‟roj tidak ingin
anak-anaknya menjadi orang kayak, tetapi KH. Chumaidi Mi‟roj hanyak
ingin anak-anaknya menjadi orang baik, dan berguna bagi masyarakat58.
58 Wawancara dengan bapak Choiron putra pertama KH. Chumaidi Mi‟roj. Ta
41
Saking kerasnya KH. Chumaidi Mi‟roj dalam mendidik anak
-anaknya, kadang ada anak-anaknya yang protes dan tidak terima dengan
cara mendidik KH. Chumaidi Mi‟roj akan tetap setelah dijelaskan kenapa
KH. Chumaidi Mi‟roj mendidik begitu keras terhadap anak-anaknya tidak
lain adalah KH. Chumaidi Mi‟roj hanya ingin anak-anaknya menjadi baik
kelak ketika tumbuh dewasa dan hidup didalam masyarakat. Sikap KH.
Chumaidi Mi‟roj yang ditunjukandalam mendidik anak-anaknyapun
terbukti. Sekarang hampir semua anak-anak KH. Chumaidi Mi‟roj menjadi
guru seperti anak pertamanya yaitu Ahmad Choiron, Abdul Choliq,
Khoridatul Khosi‟ah Kholifatul Ummah Dan yang lainnya menjadi
pegawai swata dan memiliki usaha sendiri.
Selain menjadi orang tua yang tegas disiplin dan juga keras. KH.
Chumaidi Mi‟roj juga memiliki jiwa sosial terhadap masyarakat yang
sangat tinggi apa lagi dalam hal pendidikan. Tentunya jiwa seperti inilah
yang wajib kita tiru dan kita jadikan contoh dalam bernasyarakat. KH.
Chumaidi Mi‟roj adalah sosok yang sangat peduli terhadap lingkungan
Desa Candisari dan memiliki cita-cita agar Desa Candisari dusun Gading
menjadi pusat pendidikan di kecamatan Mranggen.
Dusun Gading adalah dusun yang dimana terdapat sekolah
pendidikan anak usia dini (PAUD). Dan Madrasah ibtida‟iyah (MI).
Pernah suatu peristiwa pada tahun 1983. Ketika pemerintah mencari lokasi
untuk pembangunan sekolah Madrasah tsanawiyah negeri. Pemerintah