• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III BIOGRAFI KH. CHUMAIDI MI’ROJ

A. Latar Belakang Keluarga

Kyai1 adalah gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang yang ahli agama islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dan mengajar kitab-kitab klasik kepada santri-santrinya. Seorang kyai berikut institusi sosial budayanya (pondok2 atau pesantrennya) sedikit banyak mempengaruhi pola perkembangan kondisi sosial pada pasca kemerdekaan. Meskipun demikian pesantren jauh sebelumnya sudah terlibat dalam pengembangan kebudayaan Islam tradisional. Oleh karna itu sangatlah tidak mudah untuk menutup mata dari perjalanan historis islam pribumi tanpa mengaitkanya dengan institusi pesantren Indonesia.3

Seorang kyai tidak saja sebagai sosok yang di agungkan di kalangan para santri4. tetapi posisi kyai juga sangat berpengaruh pada pengembangan tradisi masyarakat sebagai identitas kulturalnya. Dalam prosesnya, pengembangan ini

1

Zamakhsyari Dhofier, tradisi pesantren (jakarta:LP3ES, 1985), hlm. 55. 2

Istilah pondok berasal dari pengertian asrama-asrama para santri atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu. Ibib. Hal 18

3

Ibid. Hal 13 4

Santri merupakan sebutan seorang yang sedang menempuh jenjang pendidikan dalam pesantren. Sisitem pendidikan islam. Bandung. PT Al- Ma‟ruf. 1988. Hal. 48

2

bersamaan dengan dimulainya gerakan dakwah kecil-kecilan, hingga pengajian-pengajian kitab yang melibatkan khalayak umum serta institusi pesantren yang dibuatnya untuk pengembangan keilmuan,5 dalam artian seluruh lapisan masyarakat ikut dalam proses ini. Dalam konteks masyarakat Islam tradisional,

KH. Chumaidi Mi‟roj atau sering di panggil Mbah6

Chumaidi sangat berpengaruh dalam pengembangan tersebut, baik yang terkait dengan pesantren maupun masyarakat pada umumnya.

KH. Chumaidi Mi‟roj sebagai seorang kyai atau ulama senantiasa

ditantang oleh kebutuhan masyarakat yang mengalami pergeseran-pergeseran sistem nilai, disamping pergeseran kebutuhan zaman. Kemampuan dalam syiar dan dakwah harus memenuhi kebutuhan masyarakat pendukungnya yang menjadi batu ujian bagi kelangsungan eksistensinya7, sehingga transformasi kultural yang ditempuhnya senantiasa memperhatikan perubahan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat. Bagi masyarakat Mranggen pada umumnya dan dusun candisari pada khususnya, dimana pesantren banyak berdiri dalam lingkunagan tersebut.

5

Suismanto, Menelusuri Jejak Pesantren. Yogyakarta. Alif Press. 2004. Hal. 53 6

Sebutan mbah seperti kyai adalah panggilan kehormatan, yang dapat diartikan sebagai

“kake atau nenek”, panggilan ini sering digunakan apabila sang kyai telah uzur usianya. Denys

Lombard, nusa jawa silang budaya, kajian sejarah terpadu, bagian II: jaringan asia (Jakarta: PT Gramedia, 1996), hlm. 146.

7

. Purwo santoso, “kiprah pesantren dalam transformasi, pesantren, edisi 5 tahun 1988 (Jakarta: perhimpunan pengembangan pesantren dan masyarakat), hlm. 82

3

Eksistensi KH. Chumaidi Mi‟roj, menjadi Kyai sekligus pengasuh pondok

pesantren telah menjadi mahnet tersendiri bagi masyarakat dusun gading.

Pondok Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Santri tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku8. Pondok Pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu. Di samping itu, kata pondok mungkin berasal dari Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk Sunda dan Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren, sedang di Aceh dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau menuasa, sedangkan di Minangkabau disebut surau9. Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal, di mana seorang kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan

8

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, LP3S, Jakarta, 1983, hlm.18.

9

Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997), hal. 5

4

kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Ulama Abad pertengahan, dan para santrinya biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut10

KH. Chumaidi mi‟roj adalah seseorang yang berpendirian tegak tidak mudah goyah. selain peduli terhadap bidang pendidikan, mbah chumaidi juga sangat tekun dalam bidang keagamaan.11 Ia juga menjadi pengisi pengajian dibeberapa tempat di wilayah mranggen. Mbah chumaidi juga menjadi penerus sekaligus Mursyid12 di Tarekat Naksyabandiyah kholidiyah selepas ayahnya meninggal. Tarekat Naksyabandiyah Kholidiah yang ia pimpin adalah tarekat

yang didirikan oleh KH. Abu Mi‟roj yang tak lain ayahnya sendiri. Tarekat ini

dibawa dari pondok pesantren giri kusuma13 tempat dimana KH. Abu Mi‟roj

dulu menimba ilmu.

Berdasarkan dari uraian-uraian di atas peneliti tertarik meneliti proses

perjalanan hidup KH. Chumaidi mi‟roj. KH. Chumaidi mi‟roj sosok yang sangat

10

Sudjono Prasodjo, Profil Pesantren, (Jakarta: LP3S, 1982), hlm. 6. 11

Wawancara dengan dhoiriyah di candisari, mranggen demak pada hari sabtu 29 juli 2018 pukul 08:12 wib

12

Mursyid adalah sebutan untuk seorangguru pembimbing daam dunia tarekat, yang telah memperoleh izin dan ijazah dari guru mursyid diatasnya yang terus bersambug sampai kepada guru mursyid shohibuth tarekat yang musalsal dari rasullallah SAW untuk mentalqin dzikir/wirid tarekat kepada orang-orang yang datang meminta bimbingan (murid). http://wikipedia.org/wiki/mursyid diakses pada 11 september 2018. Jam 20:11 Wib.

13

Pondok Pesantren Girikusumo, Banyumeneng Mranggen Demak Jawa Tengah didirikan oleh Syeikh Muhammad Hadi bin Thohir bin Shodiq bin Ghozali bin Abu Wasidan bin Abdul Karim bin Abdurrasyid bin Syaifudin Tsani (Ky Ageng Pandanaran II) bin Syaifudin Awwal (Ky Ageng Pandanaran I) pada tahun 1288 H bertepatan dengan tahun 1868 M. Pondok pesantern yang kini telah berusia kurang lebih 137 tahun itu merupakan perwujudan gagasan Syeikh Muhammad Hadi.

5

tegas, disiplin serta peduli terhadap pendidikan agama ia wafat pada 27 agustus 2014.

B. Batasan dan rumusan Masalah

Judul yang akan diajukan adalah Biografi Kyai Haji Chumaidi Mi‟roj

1942–2014. fokus kajian dalam penelitian ini adalah biografi. Dalam kajian biografi ini dijelaskan secara lengkap kehidupan seorang tokoh mulai dari sejak kecil sampai tua dan meninggalnya. Tidak hanya itu, semua jasa, karya dan semua hal yang dilakukan oleh tokoh tersebut juga dijelaskan. Penelitian ini menjelaskan tentang KH. Chumaidi mi‟roj sejak masa kecil, meninggal dan juga

segala perjuanganya dalam bidang sosial, pendidikan dan juga keagamaan serta sebagai pengasuh pondok pesantren Kyai Gading. Penelitian ini dibatasi dari tahun 1942 M sampai 2014. Pengambilan batasan ini didasarkan pada tahun

kelahiran KH. Chumaidi Mi‟roj yaitu tahun 1942. Pengambilan 2014 M sebagai batasan ahir penelitian ini dikarenakan tahun wafatnya KH. Chumaidi mi‟roj.

Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah dan terencana serta mengacu pada uraian di atas maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut, yaitu:

1. Bagaimana latar belakang kehidupan dan kepribadian K.H. Chumaidi

6

2. Bagaimana Peran K.H. Chumaidi Mi‟roj di masyarakat Candisari

Mranggen Demak?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sejarah hidup dan perjuangan K.H. Chumaidi Mi‟roj dalam

berbagai bidang sangat menarik untuk dikaji, mengingat bahwa K.H. Chumaidi

Mi‟roj merupakan kyai yang memiliki peran penting dalam bidang sosial, pendidikan dan agama. dalam penelitian ini ada beberapa tujuan yang ingin

dicapai oleh penulis, yang mendiskripsikan biografi KH.. Chumaidi Mi‟roj

adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui latar belakang kehidupan KH. Chumaidi Mi‟roj

2. Untuk mengetahui peran serta perjuangan KH. Chumaidi Mi‟roj dalam

kemasyarakatan desa Candisari Mranggen Demak Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Menambah pengetahuan dan infomasi dalam bidang sejarah, khususnya sejarah biografi serta memberikan informasi bagi pihak-pihak yang melakukan penelitian serupa

2. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat, khususnya masyarakat

7

3. Dengan mengetahui latar belakang kehidupan dari seluk beluk

kehidupan K.H. Chumaidi Mi‟roj dan semangat menuntut ilmu, sikap dan ahklak, serta perjuangannya diharapkan dapat menjadi suri tauladani yang patut dijadikan panutan.

D. Tinjaun Pustaka

Kepustakaan merupakan bahan-bahan yang dapat dijadikan acuan dan berhubungan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas pada sebuah penulisan skripsi maupun karya tulis. Pada tema diatas, pembicaraan mengenai seluk beluk KH. Chumaidi Mi‟roj hanya sebatas dalam masyarakat saja. Akan tetapi karya tulis yang meneliti tentang KH. Chumaidi Mi‟roj sejauh ini belum

ditemukan.

Kehadiran seorang tokoh selalu menarik untuk dibahas biografinya atau untuk dikaji, sebab yang menjadi kajian itu sendiri adalah manusia sebagai permasalahannya. Dengan demikain biografi dapat mendekatkan dari pada gerak sejarah yang sebenarnya dan membuat kita lebih mengerti tentang pergumulanya seseorang dengan zamannya yang dituntut oleh pandangan hidupnya maupun harapan masyarakat. sampai dimanapun tujuan ini berhasil diraih, penilaian terahir diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat.

8

Sebuah kajian sejarah tidak akan pernah membuahkan satu hasil final, maka disinilah letak kekuatan atau kelemahannya. analisis sejarah dari fakta yang sama dapatmemberikan tafsiran yang berbeda. perbedaaan penilaian terhadap peristiwa masa ampau banyak ditemukan oleh pebedaan prinsip moral yang dianut para sejarwan. 14

Para penulis sejarah biografi kebanyakan memilih atau menitik beratkan kajiannya pada tokoh-tokoh terkenal baik dari barat maupun dari timur. disinilah kiranya perluh adanaya penelitian sejarah tokoh local, dalam hal ini

KH. Chumaidi mi‟roj dan perannya dalam kemasyarakatan cukup menarik

untuk ditelitik. hal ini paling tidak karna ia seorang tokoh yang berperan penting dalam segi keagamaan, pendidikan maupun sosial dalam masyarakat Candisari sekaligus menjadi mursyidthariqoh dan pendiri pondok pesantren kyai gading di candisari mranggen demak.

Sejauh ini penulis belum menemukan tulisan-tulisan yang secara rinci

yang membahas tentang K.H. Chumaidi mi‟roj. tulisan-tulisan yang ada selama ini hanya penggalan-penggalan dalam beberapa literature, di antaranya:

catatan keluarga KH. Chumaidi Mi‟roj, serta catatan-catatan tentang K.H.

14 Syafii Maarif, islam dan politik Di Indonesia pada masa demokrasi terpimpin (1959-1965) (Yohyakarta: IAIN Suka Press, 1998, ) hlm. 6-7.

9

Chumaidi mi‟roj selama menjadi kepala sekolah dan juga menjadi mursyid tarekat nashabandiyah kholidyah.

E. Metode Penelitian

Penulisan sejarah adalah suatu rekonstruksi masalalu yang terikat pada prosedur ilmiah.15 Sejarah sebagai ilmu mempunyai metode dalam menghimpun data sampai menjadikan dalam bentuk cerita ilmiah, karena bentuk studi dan bentuk penelitian ini bersifat sejarah, maka metode yang digunakan adalah metode sejarah yaitu proses pengumpulan data kemudian menafsirkan suatu gejala peristiwa atau gagasan yang timbul di masa lampau.16

Penulisan ini berusaha mengungkap kehidupan tokoh meliputi latar belakah tokoh dan perannya dalam kemasyarakatan. Maka dari itu penulisan ini merupakan penulisan sejarah lokal.17 Metode sejarah ini meliputi empat tahapan:

1. Heuristik yaitu teknik pengumpulan sumber baik lisan maupun tulisan. Sumber sejarah dapat berupa bukti yang ditinggalkan manusia yang menunjukkan segala aktifitasnya di masa lampau baik berupa

15

kuntowijoyo pengantar ilmu sejarah, (yogyakarata:Kurnia Alam Semesta, 2013), hlm. 18.

16 luisgotschalk, mengerti sejarah, terj, Nugroho Notosusanto (Jakarta: penerbit Universitas Indonesia (UI Press), 1985) hlm. 32.

17

10

peninggalan maupun catatan-catatan. Sumber sejarah disebut juga data sejarah. Sumber sejarah menurut bahanya dapat dibagi menjadi dua yaitu tertulis dan tidak tertulis, atau dokumen dan artefak.18 Penulisan ini ditekankan pada sumber lisan dan sumber tertulis. Sumber lisan diperoleh dari serangkaian wawancara (interview) yakni mendapatkan informasi dengan cara wawancara langsung kepada responden atau informan.19 Wawancara dilakukan dengan menggunakan dua cara yakni wawancara bebas dan terstruktur. Wawancara bebas adalah wawancara yang dilaksanakan tanpa aturan atau kerangka-kerangka tertentu yang telah disiapkan sebelumnya. Wawancara dilaksanakan dengan cara spontan dengan tanpa disadari oleh informan atau seperti pembicaraan biasa.20

Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan data data dan informasi yang dibutuhkan untuk menyusun penelitian ini yakni: Lokasi atau tempat penelitian berada di desa Candisari, Mranggen Demak. peneliti menjadikan lokasi tersebut dikarenakan tempat tersebut merupakan tempat lahirnya KH. Chumaidi mi‟roj. Alasan lain peneliti mengadakan

18

kuntowijoyo, pengantarilmu sejarah (Yogyakarta: yayasan bentang budaya, 2001) 19

masri singarimbun dan Sofyan efendim (edt),metode penelitian survai(jakarta: LP3ES,1989) hlm. 192

20

Dudung Abdurahman, Metode penelitian (Yogyakarta: kurnia kalam semesta, 2003), hlm. 62

11

penelitian di daerah tersebut adalah dikarenakan sumber-sumber yang berkaitan dengan penelitian berada di daerah tersebut.

2. Verifikasi

Verifikasi adalah kritik terhadap sumber. Upaya untuk mendapatkan otentisitas dan kredebilitas sumber dengan cara kritik. Kritik yang dimaksud adalah kerja intelektual dan rasional yang mengikuti metodologi sejarah guna mendapatkan objektivitas suatu kejadian.21

Guna mendapatkan fakta-fakta sejarah dalam tahap kedua ini dibagi menjadi:

a. Kritik Ekstern

Kritik ekstern adalah usaha mendapatkan otentisitas sumber dengan melakukan penelitian fisik terhadap sumber-sumber.22

b. Kritik intern

Kritik intern adalah kritik yang mengacu pada kredebilitas sumber, artinya apakah isi dokumen ini terpercaya, tidak dimanipulasi, mengandung bias atau dikecohkan. Kritik intern ditunjukan untuk memahami isi teks.23

3. Interpretasi

21

Suhartono, w. Pranoto. Teori dan metodologi sejarah (Yogyakarta: graha ilmu, 2010) hlm.35

22

Ibd. Hlm 36 23

12

Suatu peristiwa agar menjadi cerita sejarah yang baik maka perluh diinterpretasikan berbagai fakta yang saling terpisah antara satu dengan yang lainnya, sehingga menjadi satu kesatuan bermakna. Interpretasi atau tafsir sebenarnya sangat individual, artinya siapa saja dapat menafsirkan. Terjadi perbedaan dalam pengintepretasian hal itu dipengaruhi oleh perbedaan latar belakang, pengaruh, mptivasi, pola pikir, dan lain-lain yang mempengaruhi interpretasinya.

4. Historiografi

Setelah melakukan proses analisis dan sintensi, proses kerja mencapai tahap ahir yaitu historiografi atau penulisan sejarah. Proses penulisan dilakukan agar fakta-fakta yang sebelumnya terlepas satu sama lain dapat disatukan, sehingga menjadi satu perpaduan yang logis dan sistematis dalam bentuk narasi kromnologis. Menulis sejarah merupakan suatu kegiatan intelektuan dan ini suatu cara utama untuk memahami sejarah.

Penulisan sejarah (historiografi) menjadi sarana mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian yang diungkap, diuji (verifikasi), dan diinterpretasi. Setelah menyelesaikan secara tuntas setiap tahap penelitiannya, langkah selanjutnya adalah menyampaikan atau mengkomunikasikan hasil-hasil penelitianya.

13 F. Kerangka Konseptual

Dalam mengetahui kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian sejarah ini, penulis mengunakan pendekatan biografi, yaitu pendekatan yang berusaha memahami dan mendalami kepribadian KH. Chumaidi Mi‟roj

berdasarkan latar belakang lingkungan sosial kultural di mana tokoh tersebut dibesarkan, bagaimana proses yang dialami, watak-watak yang ada disekitarnya.24

Selain menggunakan pendekatan biografi penulis juga menggunakan teori sosial sebagai ilmu bantu. menurut penulis teori sosial yang palng relevan digunakandalam penelitian ini yaitu teori peranan sosial yang dikemukakan Erving Goffman. Menurut teori ini, peranan sosial adalah salah satu konsep sosiologi yang paling sentral yang didefinisikan dalam penegertian pola-pola atau norma-norma perilaku yang diharapkan dari orang yang menduduki posisi tertentu dalam struktur sosial.25 Banyak yang dapat diperoleh para sejarawan dengan konsep peranan secara lebih luas, lebih tepat dan lebih sistematis. Hal itu akan mendorng mereka untuk lebih bersungguh-sungguh dalam mengkaji

24

Tufik abdulah dkk, manusia dalam kemelut sejarah (Jakarta: LP3ES), hlm. 4. 25

Peter burke, sejarah dan teori sosial, teej. Mestika Zed dan zulfami (Jakarta: yayasan obor Indonesia. 2001) hlm. 69

14

bentuk-bentuk perilaku yang telah umum mereka bicarakan dalam arti individual atau moral ketimbang sosial.26

Peranan yang dilakukan seseorang dapat dikatakan berhasil apa bila memenuhi unsur-unsur yang meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat sebagai organisasi, dan dapat dikatakan sebagai individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.27 teori tersebut dapa digunakan penulis dalam mengungkapkan peranan yang

dilakukan oleh KH. Chumaidi mi‟roj sebagai tokoh agama yang memimpin

thariqat dalam mempertahankan tradisi dan peranan dalam bidang-bidang lainya.

Berdasarkan pendekatan biografi dan teori peranan sosial tersebut, penulis

berusaha menjelaskan secara rinci perjalanan hidup KH. Chumaidi mi‟roj dan

perannya dalam masyarakat sekitar dan candisari khususnya sehingga tujuan-tujuan yag ingin dicapai dalam penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

26

ibd, hlm 69 27

Sarjono Soekanto, sosiologi suatu pengantar (Jakarta:raja grafindo persada 2010),hlm 213.

15 G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai keseluruhan isi penelitian ini, maka perluh dikemukakan secara garis besar pembahasan melalui sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I: Berisi pendahuluan yang memberikan gambaran mengenai latar belakang masalah penelitian, selanjutnya diberikan batasan dan rumusan masalah agar penelitian yang dikaji lebih fokus dan penjelasannya lebih mendetail, kemudian dirumuskan tujuan dari penelitian, selanjutnya sumber-sumber penelitian ditinjau dalam tinjauan pustaka dan dijabarkan dengan beberapa konsep dalam kerangka konseptual, lalu metode penelitian dan terahir sistematika penulisan.

Bab kedua membahas gambaran masyarakat Candisari.dalam bab ini dibahas tentang kondisi desa candisari. kondisi keagamaan. kondisi pendidikan, kondisi ekonomi, kondisi budaya dan kondisi social masyarakat. pembahasan dalam bab ini bertujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi masyarakat candisari secara umum yang mempengaruhi kehidupan KH.

16

Bab Tiga membahas tentang latar belakang atau riwayat hidup dan pendidikan, . pada bab ini dibahas latar belakang keluarga dan masa kecil KH.

Chumaidi Mi‟roj, perjalanan pendidikannya sampai wafat serta kepribadian

yang terbenyuk pada dirinya baik itu pengaruh dari keluarga dan lingkungan sekitar maupun pengaruh tempat dia pelajar. Berdasarkan bab dua dan bab tiga ini dapat dipahami beberapa latar belakang yang mempengaruhi pemikirandan aktifitas KH. Chumaidi Mi‟roj.

Bab empat membahas peran KH. Chumaidi mi‟roj dalam bidang

kemasyarakatan. pembahasan dalam bab ini memuat tentang tulisan-tulisan hasil karya dan perannya dalam masyarakat mulai dari menjadi kepala sekolah

madrasah ibtida‟iyah, menjadi mursyid thariqat, memimpin pondok pesantren,

mengisi pengajian-pengajian, dan juga peran aktifnya dalam organisasi Nahdhatul Ulama mranggen demak.

Bab lima merupakan penutup yang meliputi dua sub bab, bab pertama berisi kesimpulan apa yang telah dibahas dalam bab yang sebelumnya. kesimpulan tersebut berisi jawaban atas rumusan-rumusan masalah dalam peneltian. dan yang kedua berisi saran-saran sebagai bagian akhir dari skripsi.

17 BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI GEOGRAFIS DAN SOSIAL EKONOMI DUSUN GADING

A.Sejarah Lisan Tentang Dusun Gading

Gading merupakan salah satu nama dusun28 kecil yang berada di Desa29 Candisari kecamatan Mranggen. Meskipun hanya sebuah dusun, namun memiliki arti penting bagi masyarakat Desa Candisari. Dusun gading memberikan banyak pengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan Desa Candisari. Karna di Dusun Gading inilah lahir seorang figure tokoh agama yang sangat disiplin, tegas dan peduli terhadap masyarakat yang membawa perubahan bagi Desa Candisari

Menurut cerita, zaman dahulu kala ada seorang anak Punggawa Kerajaan Majapahit untuk berkelana dan pengembara mematangkan ilmu hikayat hidupnya. Berasal dari Kerajaan Majapahit30 untuk mendalami ilmu hikmah dan

28

Dusun atau dukuh merupakan bagian wilayah desa dan ditetapkan dengan menggunakan peraturan desa, lihat Pasal 3 ayat (1) dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005

29 Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. lihat Pengertian Desa menurut UU RI No 6 Tahun 2014 tentang Desa.

30

. Majapahit adalah Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai kerajaan terbesar dalam sejarah Indonesia. Ricklefs (1991), halaman 19,

18

mengasah ilmu dan kadigdayaan, dia adalah Ki Murtonggolo seorang pendekar persilatan yang memiliki ilmu linuwih. Sampailah di sebuah tempat yang bernama Kadempel. Ki Murtonggolo memiliki kebiasaan melakukan menditasi dibawah pohon kelapa Gading, Beliau mendirikan sebuah Gubug dibawah pohon kepala Gading untuk mengasah kemampuan ilmunya. Karena sifatnya yang santun dan ramah serta pandainya bersosialisasi maka banyaklah teman dan murid untuk belajar ilmu persilatan pada Beliau. Maka Beliau mendirikan

sebuah perguruan Persilatan diberi nama “Gading sari”31 .

Ilmu yang sudah Kawentar dan terkenal kemana-mana mendorong begal32 untuk menjajal ilmu Ki Murtonggolo. Pada suatu hari ada sebanyak 17 begal dan begundal yang ingin mengobrak-abrik Padepokan Gading Sari, namun baru sampai suatu tlatah 17 begal yang ingin menyerang Padepokan Gading Sari itu merasa di intai seseorang. Salah satu begal merasa melihat seseorang yang lari dan ketika dicari dan di dekati selalu terlihat sepi dan ilang. Setiap dilihat ada orang berkelebat lari jika dicari selalu terlihat sepi dan hilang. Maka oleh para begal itu merasa aneh. Setiap melihat sekilas orang jika dicari Sepi

terus Ilang maka oleh Begal tersebut dinamakan “ Ini Kampung Pilang”.

Orang yang mengintai itu adalah murid dari perguruan Padepokan Gading Sari di Kadempel yang dipimpin oleh Ki Murtonggolo. Dengan ilmunya yang bisa menghilang itu sampailah pada Gubug Ki Murtonggolo. Kemudian murid dari Ki murtonggolo Melaporkan bahwa ada 17 Begal yang akan

31 Wawancara dengan bapak Choiron putra pertama KH. Chumaidi Mi‟roj. Tanggal 24

Dokumen terkait