TAHUN 2013-2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
MUHAMAD HAJIR
NIM 21313132
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH S1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muhamad Hajir
NIM : 213 13 132
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam Program studi : Perbankan Syariah (S1)
Judul :PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL, INFLASI, COST
TOINCOME, NILAI TUKAR DAN REGULASI OJK
TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH TAHUN 2013-2016
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini dipublikasikan pada e-repository IAIN Salatiga
Salatiga, 28 Maret 2018 Penulis
Motto
Apa gunanya ilmu kalau tidak memperluas jiwa seseorang sehingga berlaku seperti samudera yang menampung sampah-sampah?
Apa gunanya kepandaian kalau tidak memperbesar kepribadian manusia sehingga ia makin sanggup memahami orang lain?
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Allah SWT yang telah menciptakanku, memberikan karunia
nikmat yang tak terhingga, melindungi, membimbing
dalam kehidupanku, serta Nabi Muhammad SAW yang telah
memberikanku pengetahuan akan ajaran Tuhanku.
Kedua orang tua (Bapak Alm. Mandur Arifiyanto dan ibu Munjayanah)
yang telah membimbing, mendidik, mencurahkan segala usaha
dan doanya dengan ikhlas serta kasih sayang tanpa mengenal
lelah dan bosan demi masa depan penulis.
Adik-adikAmar Faiz dan keluarga Bani Mariyat
(Argamita) yang selalu mendukung dan membantu dalam hal apapun
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Untuk rekan-rekan seperjuangan S1 Perbankan Syariah angkatan 2013,
terkhusus kepada barisan lintas generasi (Mas Mesi, Mas Rifky, Mas Andy, Mas Afif, Mas Faiq, Mas Mustofa, Mas Otong, Mas Agung)
yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, baik berupa
saran maupun masukan yang sangat membangun.
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, atas limpahan rahmat yang tak ternilai serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul: ”PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL, INFLASI, COST TO INCOME, NILAI TUKAR DAN REGULASI OJK TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH TAHUN 2013-2016”
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi program Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari tanpa adanya doa, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak akan dapat terwujud. Oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Islam IAIN Salatiga.
4. Ibu Dr. Hikmah Endraswati, M.Si selaku pembimbing, yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan dorongan, bimbingan dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal berbagai teori, ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat bermanfaat bagi penulis.
6. Kedua orang tercinta yang telah membimbing dan memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kasih sayang, doa, nasehat, kesabaran dan semangat yang luar biasa.
7. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Program Studi Perbankan Syariah S1.
8. Dan semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk semangat yang selalu kalian berikan, dan semoga kita semua sukses.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran penulisan skripsi ini. Dan Akhirnya tiada untaian kata yang pantas dan berharga kecuali ucapan Alhamdulillahirobbil „alamin atas rahmat dan karunia serta ridho Allah SWT.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
ABSTRAK
Hajir, Muhamad. 2018.Pengaruh Tingkat Bagi Hasil, Inflasi, Cost To Income,
Nilai Tukar dan Regulasi OJK terhadapPembiayaan Mudharabah. Skripsi,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi S1-Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Dr. Hikmah Endraswati, S.E, M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL, INFLASI, COST TOINCOME, NILAI TUKAR DAN REGULASI OJK TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH TAHUN 2013-2016. Variabel yang digunakan adalah tingkat bagi hasil, Inflasi, Cost to income, nilai tukar dan regulasi OJK. Metode pengumpulan data melalui laporan keuangan dari BUS 2013-2016 dan data BI. Sampel yang diambil sebanyak 10 bank dengan teknik
purposive sampling. Hasil penelitian ini tingkat bagi hasil berpengaruh positif
signifikan terhadap pembiayaan mudharabah, sedangkan inflasi, cost to income nilai tukar dan regulasi OJK tidak berpengaruh terhadap pembiayaan mudharabah.
Kata kunci :Tingkat bagi hasil. Inflasi, Nilai tukar, Cost to income, Regulasi OJK.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka ... 9
B. Kerangka Teori ... 18
1. Teori pembiayaan... 18
2. Pembiayaan ... 20
3. Tingkat Bagi Hasil ... 23
4. Inflasi ... 25
5. Cost to Income ... 28
6. Nilai Tukar ... 29
7. Kebijakan Pemerintah ... 31
8. Kebijakan Moneter dan Fiskal ... 32
C. Hipotesis ... 35
D. Kerangka Pemikiran... 40
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian ... 41
B. Data dan Sumber Data ... 41
C. Metode Pengambilan Data ... 41
D. Populasi dan sampel ... 42
E. Definisi Oprasional ... 43
1. Variabel Independen ... 43
2. Variabel Dummy ... 45
3. Variabel Dependen... 46
F. Metode Analisis ... 46
2. Uji Stasioneritas ... 46
3. Uji Asumsi Klasik ... 47
4. Uji Statistik ... 49
5. Analisis Regresi ... 50
G. Alat Analisis Data ... 51
BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi Objek Penelitian ... 52
B. Analisis Data ... 53
1. Uji Statistik Deskriptif ... 53
2. Uji Stasioneritas ... 55
3. Uji Asumsi Klasik ... 58
4. Analisis Hasil Uji Regresi ... 65
C. Pembahasan Pengujian Hipotesis ... 69
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 72
B. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel
1.1Pembiayaan Pada Bank Syariah ... 2
2.1Penelitian Sebelumnya ... 12
2.3Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil ... 25
4.1 Bank Umum Syariah ... 52
4.2 Uji Statistik Deskriptif ... 53
4.3Uji Stasioneritas Variabel Tingkat Bagi Hasil ... 55
4.4 Uji Stasioneritas Variabel Inflasi ... 55
4.5 Uji Stasioneritas Variabel Cost to Income ... 56
4.6 Uji Stasioneritas Variabel Nilai Tukar ... 57
4.7 Uji Stasioneritas Variabel Mudharabah ... 57
4.8 Hasil Uji Normalitas ... 59
4.9 Hasil Uji Multikolonieritas ... 60
4.10 Hasil Uji Penyembuhan Multikolonieritas... 61
4.11 Hasil Uji Autokorelasi ... 62
4.12 Hasil Uji Heteroskedastisitas Rank Spearman ... 64
4.13 Hasil Regresi Model ... 65
4.14 Hasil Uji R² ... 67
DAFTAR GAMBAR
Gambar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan merupakan lembaga keuangan yang sangat dibutuhkan oleh perekonomian suatu negara. Bank dalam kegiatannya adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Dengan penyaluran pembiayaan modal kerja, investasi ataupun konsumsi kepada berbagai sektor perkonomian yang membutuhkan, pertumbuhan diberbagai sektor tersebut akan bermanfaat bagi perkonomian nasional.
Menurut Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Tabel 1.1
Pembiayaan Pada Bank Syariah
Rincian Pembiayaan
Perbandingan Komposisi Pembiayaan BUS dan UUS dalam Rupiah
Sumber: Statistik Perbankan Syariah OJK 2010-2017
Dalam laporan OJK diatas dapat dilihat bahwa meskipun pembiayaan mudharabah mengalami kenaikan dari tahun ketahun, namun sistem pembiayaan mudharabah masih terlalu jauh selisihnya dengan pembiayaan murabahah dengan prinsip jual beli.
Salah satu dari ukuran profitabilitias bank adalah dengan menghitung cost to income ratio semakin rendah biaya yang dikeluarkan bank maka semakin menguntungkan bank (Dendawijaya: 2005). Rasio ini menunjukkan biaya perusahaan dengan pendapatannya. Rasio ini memberikan pandangan yang jelas tentang seberapa efisien perusahaan dijalankan.
Konsep bagi hasil dapat berjalan jika dana nasabah yang masuk kedalam bank dapat berjalan dengan lancar sesuai kesepakatan awal. Pembayaran bagi hasil dapat berjalan lancar dan dapat mengalami kemacetan, hal itu dipengaruhi juga karena faktor dari luar perusahaan.
Pembiayaan salah satu sumber pendapatan perusahaan namun dalam penghimpunan dan penyaluran dana juga dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari luar seperti inflasi dan juga nilai tukar.
Penurunan DPK akan mengurangi kemampuan bank syariah dalam mengelola likuiditasnya untuk meningkatkan pendapatan. Dampak inflasi lebih lanjut jika pembiayaanya berdasarkan akad bagi hasil dimana jika pihak debitor mengalami kerugian usaha maka kerugian ini juga ditanggung oleh bank syariah (risk sharing).
Melemahnya nilai rupiah terhadap USD dapat menyebabkan capital
outflow atau pelarian modal masyarakat keluar negeri. Perubahan nilai tukar
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis akan melakukan penelitian karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang dilakukan dengan studi kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia dengan judul penelitian yaitu “PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL, INFLASI, COST TOINCOME, NILAI TUKAR DAN REGULASI OJK TERHADAP PEMBIAYAAN
MUDHARABAH TAHUN 2013-2016”.
operasional sehingga memudahkan bank dalam dalam menyalurkan pembiayaan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh tingkat bagi hasil terhadap pembiayaan Mudharabah?
2. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap pembiayaan Mudharabah? 3. Bagaimana pengaruh nilai tukar terhadap pembiayaan Mudharabah? 4. Bagaimana pengaruh cost to income terhadap pembiayaan Mudharabah? 5. Bagaimana pengaruh regulasi otoritas jasa keuangan terhadap
pembiayaan Mudharabah? C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat bagi hasil terhadap pembiayaan mudharabah.
2. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap pembiayaan modal kerja mudharabah.
3. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar terhadap pembiayaan modal kerja mudharabah.
4. Untuk mengetahui cost to income terhadap pembiayaan mudharabah. 5. Untuk mengetahui pengaruh regulasi otoritas jasa keuangan terhadap
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dibuat ini penulis berharap dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik kegunaan teoritis maupun praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan menambah wawasan mengenai perbankan syariah di Indonesia.
2. Bagi Perbankan
Penelitian ini diharapkan agar perbankan lebih mempertimbangkan dalam penyaluran pembiayaan lebih memepertimbangkan variable terseut 3. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang dimiliki mengenai perbankan syariah Indonesia.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini bertujuan untuk menggambarkan alur pemikiran penulis dari awal hingga kesimpulan akhir. Adapun rencana sistematika pembahasan dari awal hingga akhir kesimpulan adalah sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Tujuan dan kegunaan penelitian yang merupakan hal yang diharapkan dapat dicapai mengacu pada latar belakang masalah, perumusan masalah dan hipotesis yang diajukan. Pada bagian terakhir dari bab ini yaitu sistem penulisan, diuraikan mengenai ringkasan materi yang akan dibahas pada setiap bab yang ada dalam skripsi.
BAB II: LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan tinjauan teori, yang berisi jabaran teori-teori dan menjadi dasar dalam perumusan hipotesis serta membantu dalam analisis hasil penelitian. Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Hipotesis adalah pernyataan yang disimpulkan dari tinjauan pustaka, serta merupakan jawaban sementara atas masalah penelitian. BAB III: METODE PENELITIAN
BAB IV: ANALISIS DATA
Dalam bagian ini menjelaskan tentang diskripsi objek penelitian yang berisi penjelasan singkat objek yang digunakan dalam penelitian. Analisis data dan pembahasan hasil penelitian merupakan bentuk yang sederhana yang mudah dibaca dan yang mudah diinterpretasikan meliputi diskripsi objek penelitian, analisis penelitian, serta analisis data dan pembahasan. Hasil penelitian mengungkapkan interpretasi untuk memaknai implikasi penelitian.
BAB V: KESIMPULAN
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Dalam penelitian Darma & Rita (2011) yang berjudul “Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Pengguliran Dana Bank Syariah Menggunakan Variabel Dependen Tingkat Pengguliran Dana dan Variabel Independen Nilai Tukar (Kurs), Inflasi, Dana Pihak Ketiga, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Pendapatan Pank”. Dapat ditarik kesimpulan bahwa secara simultan variabel kurs, inflasi, DPK, SWBI dan pendapatan bank berpengaruh terhadap tingkat pengguliran dana bank syariah. Kedua secara parsial kurs (negatif signifikan), inflasi (positif tidak signifikan) dana pihak ketiga (positif tidak signifikan) dan pendaptan bank (negatif tidak signifikan) terhadap tingkat pengguliran dana bank syariah.
Penelitian yang dilakukan oleh Nisa (2016) dengan judul “Analisis Dampak Kebijakan Penyaluran Kredit Kepada Umkm Terhadap Pertumbuhan Pembiayaan UMKM Oleh Perbankan” dapat diambil kesimpulan bahwa penetapan kebijakan kewajiban penyaluran kredit kepada UMKM bagi bank-bank umum di Indonesia tidak memberikan dampak positif bagi peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit kepada UMKM.
metode TSLS menjelaskan bahwa tingkat bagi hasil memiliki pengaruh signifikan terhadap penyaluran pembiayaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Veratama (2013) dengan judul “Pengaruh Kurs, Inflasi, DPK, SWBI, dan Pendapatan Bank Terhadap Tingkat Pengguliran Dana Bank Syariah” dapat diambil kesimpulan bahwa berdasarkan hasil uji parsial kurs (signifikan), inflasi (tidak signifikan), dana pihak ketiga (signifikan), SWBI (tidak signifikan), pendapatan bank (tidak signifikan) terhadap pengguliran dana bank syariah.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ditria, Vivia dan Widjaja (2008) tentang “Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah dan Jumlah Ekspor Terhadap Tingkat Kredit Perbankan” dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh paling besar terhadap jumlah kredit investasi, diikuti oleh kredit konsumsi, dan terakhir kredit modal kerja.
Wahab (2014) dalam penelitianya yang berjudul “Analisis Pengaruh FDR, NPF, Tingkat Bagi Hasil, Kualitas Jasa Dan Atribut Produk Islam Terhadap Tingkat Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Umum Syari‟ah Di Semarang”. Diketahui bahwa variabel FDR, NPF, tingkat bagi hasil, kualitas jasa layanan dan atribut produk islam berpengaruh signifikan terhadap variabel pembiayaan mudharabah. Variabel tingkat bagi hasil tidak berpengaruh positif terhadap pembiayaan mudharabah.
Tahun 2000/2008” menjelaskan bahwa kebijakan pemerintah berupa kebijakan akselerasi berpengaruh positif terhadap penyaluran dana perbankan syariah hal ini terbukti dengan meningkatnya penggguliran dana bank syariah.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2017) dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Bagi Hasil, Dan
Financing To Deposit Ratio (Fdr) Terhadap Pembiayaan Mudharabah Studi
pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2014-2016” dapat diambil kesimpulan bahwa, variabel tingkat bagi hasil berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan mudharabah pada BUS di Indonesia
Penelitian yang dilakukan oleh Fatimah (2013) yang berjudul “Pengaruh Kurs, Inflasi, DPK, SWBI, dan Pendapatan Bank Terhadap Tingkat Pengguliran Dana Bank Syariah”, dapat diketahui berdasarkan hasil uji kurs (signifikan), inflasi (signifikan), DPK (signifikan), SWBI (signifikan), pendapatan bank (signifikan) semua variabel tersebut berpengaruh positif terhadap tingkat pengguliran dana bank syariah.
Gianni (2013) pada penelitianya yang berjudul “Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia dengan Variabel Independen NPF, FDR, CAR, ROA dan
Ekuivalent Rate terhadap Pembiayaan Mudharabah” mendapatkan
TABEL 2.1 Penelitian Sebelumnya NO Judul Penelitian Peneliti Variabel
penelitian
Kesimpulan
Bnnk 2. Berdasarkan
5. Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai
6. Analisis Pengaruh FDR, NPF,
Wahab 1. Pembiayaan
Mudharabah Pada
Di Indonesia
negatif terhadap
B. Kerangka Teoritik
1. Teori Pembiayaan
Dalam dunia perbankan menggunakan istilah perkreditan dan pembiayaan. Perkreditan digunakan dalam perbankan konvensional sedangkan pembiayaan digunakan dalam perbankan syariah.
Dalam membentuk kebijaksanaan pembiayaan yang baik akan memerlukan kerja sama yang erat dari semua pihak manajemen sesuai dengan porsinya masing-masing dalam mengelola informasi ekstern/intern untuk menjadikan suatu kebijaksanaan (Muljono, 2001).
Menurut Muljono (2001) dalam menetapkan kebijaksanaan perkreditan tersebut harus diperlihatkan tiga asas pokok yaitu:
a. Asas likuiditas, yaitu suatu asas yang mengharuskan untuk tetap dapat menjaga tingkat likuiditasnya, karena suatu bank yang tidak likuid akibatnya akan sangat parah yaitu hilangnya kepercayaan dari para nasabahnya atau dari masyarakat luas. Suatu bank dikatakan likuid apabila memenuhi beberapa kriteria antara lain:
1) Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang akan digunakan untuk memenuhi likuiditasnya.
2) Bank tersebut memiliki asset lainnya yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarannya. 3) Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash
Pengelolaan likuiditas akan meliputi kegiatan dalam perencanaan dan penyediaan kebutuhan likuiditas untuk memenuhi ketentuan penguasa moneter yang berlaku serta dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerjanya sendiri.
b. Asas solvabilitas, usaha pokok perbankan yaitu menerima simpanan dana dari masyarakat dan disalurkan dalam bentuk kredit. Dalam kebijaksanaan perkreditan maka bank harus pandai-pandai mengatur penanaman dana ini baik pada bidang perkreditan, surat-surat berharga pada suatu tingkat risiko kegagalan yang sekecil mungkin. Kiranya hal ini akan meruapakan sumber utama bagi bank untuk menutup segala utang bank kepada para girant/deposant apabila sewaktu-waktu yang berangkutan akan menarik dananya dari bank tersebut. Jadi masalah inilah yang mendorong top manajemen suatu bank untuk dapat mengarahkan kebijaksanaan dalam pemberian kredit secara tepat. Sehingga pembiayaan yang diberikan tersebut harus dapat dikuasai oleh para debitur tepat waktunya sesuai dengan yang telah dijanjikan.
berkembang, pendapatan bunga dari bidang pendapatan perkreditan merupakan sumber pendapatan yang terbesar di perbankan.
Selanjutnya di samping top manajemen suatu bank harus memperhatikan 3 asas di atas, Muljono (2001) juga menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan perkreditan yaitu: 1) Keadaan perekonomian (inflasi, kurs, suku bunga, jumlah uang
beredar, expor dan perkembangan politik. 2) Peraturan-peraturan penguasa moneter yang ada.
3) Kemampuan bank yang bersangkutan dalam mengumpulkan dana dengan biaya yang relatif murah.
4) Volume permintaan kredit dari masyarakat bisnis. 5) Tingkat (besarnya) laba yang diharapkan.
6) Kemampuan manajemen bank itu sendiri.
7) Para saingan dari bank-bank/lembaga keuangan lainnya yang memasarkan jasa perkreditan.
2. Pembiayaan
Fungsi dan kegiatan bank syariah adalah menghimpun dana dan menyalurkan dana dalam terminologi bank syariah disebut dengan istilah pembiayaan, sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-Undang No.21 tahun 2008 pasal 19 ayat 1. Menurut undang-undang nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan (pasal 1) disebutkan bahwa, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Pembiayaan menurut Muhammad (2002) secara luas berarti
financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syariah kepada nasabah.
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah).
a. Mudharabah
Mudharabah merupakan perjanjian atas suatu jenis kerja sama usaha dimana pihak pertama menyediakan dana dari pihak kedua bertanggung jawab atas pengelolaan dana, dalam hal ini pihak yang menyediakan dana adalah investor atau shahibul maal dan sedang pihak yang mengelola dana yaitu mudharib.
Mudharabah adalah suatu bentuk kerjasama antara pemilik modal dan pihak yang mempunyai keahlian untuk mengelola modal tersebut dalam usaha tertentu sehingga menghasilkan keuntungan. Jika usaha tersebut mendapat keuntungan, keuntungan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan. Namun, apabila terjadi kerugian dalam usaha, kerugian ditanggung oleh pemilik modal, dan pengelola modal tidak berhak atas upah dari usahanya (Afandi, 2009:101).
dengan pemilik modal sesuai dengan nisbah yang telah disepakati bersama.
Akad mudharabah merupakan suatu transaksi pendanaan atau investasi yang berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam akad mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola dana. Oleh karena kepercayaan merupakan unsur terpenting maka mudharabah juga disebut trust financing, pemilik dana yang merupakan investor disebut beneficial ownership atau sleeping
partner, dan penegelola dana tersebut managing trust atau
labour partner (Syahdeini 1999).
3. Tingkat Bagi Hasil
Bagi hasil adalah bentuk return dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu tidak pasti dan tidak tetap. Besar kecilnya perolehan besar kembali ini bergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi.
Sistem ini melibatkan antara penyedia dana atau (shahibuk maal)
dengan pengelola dana mudharib. Pihak yang bersangkutan dalam hal ini bisa antara bank dengan penyimpan dana maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Karakteristik dari prinsip operasional bank syariah adalah menggunakan sistem bagi hasil berbeda esensial dengan sistem bunga (Yuliadi, 2001:128).
1. Faktor langsung
a) Investment rate adalah presentase aktual dana yang
diinvestaikan dari total dana.
b) Jumlah dana yang beredar yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber yang tersedia untuk diinvestasikan.
c) Nisbah
2. Faktor tidak langsung
a) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah dimana bank dan nasabah melakukan share dalam pendaptan dan biaya. Pendapatan uang dibagihasilkan merupakan pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya.
b) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting). Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.
Tabel 2.3
Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil
Bunga Bagi hasil
Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung.
Penentuan besarnya rasio/ nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad berpedoman pada kemungkinan untung rugi.
Besarnya presentase berdasrkan pada jumlah (modal) yang dipinjamkan.
Besarnya rasio bagi hasil
berdasarkan pada jumlah
keuntungan yang diperoleh.
Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa permbangan apakah proyek yang dijalankan oleh nasabah untng atau rugi.
Bagi hasil bergantung pada keuntungan proyek yang dijlankan bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.
Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”.
Jumlah pembagian laba
meningkat sesuai peningkatan pendapatan.
Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua
Menurut Dournbus dan Fischer dalam Nandadipa (2010), dampak inflasi antara lain menimbulkan gangguan fungsi uang, melemahkan semangat menabung, meningkatkan kecenderungan belanja, pengerukan tabungan dan penumpukan uang, permainan harga di atas standar kemampuan, penumpukan kekayaan dan investasi non produktif, serta distribusi barang tidak stabil dan terkonsentrasi.
Menurut Sukirno (2004:27) inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum berlaku berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lain, sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan harga suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya.
Menurut Karim (2013: 135), inflasi adalah kenaikan tingkat harga secara umum dari barang dan jasa selama suatu periode tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu komoditas.
Dua hal penting dalam pengertian inflasi, yakni menyangkut kenaikan harga yang terjadi secara terus menerus (a persistent upward
movement) dan kenaikan harga terjadi pada seluruh kelompok barang
dan jasa (the general price movement).
a. Inflasi Merayap
Fenomena inflasi merayap ditandai dengan laju inflasi yang rendah, yaitu kurang dari 10% per tahun.
b. Inflasi Menengah
Inflasi menengah ditandai dengan meningkatnya harga cukup besar dan kondisi tersebut berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi, artinya harga pada bulan atau minggu berikutnya selalu lebih tinggi dari waktu sebelumnya dan seterusnya.
c. Inflasi Tinggi
Inflasi tinggi adalah inflasi yang sangat mengkhawatirkan, karena harga-harga barang meningkat sampai dengan lima atau enam kali, sehingga nilai uang turun secara tajam.
Menurut Boediono (2001: 156), sebab awal dari inflasi ini dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat. Inflasi semacam ini disebut demand inflasion.
2. Inflasi yang timbul karena kenikan ongkos produksi. Ini disebut
cost inflation.
Menurut ekonom muslim, inflasi berakibat buruk terhadap perekonomian karena empat hal berikut ini (Karim, 2013: 67):
2. Melemahkan semangat masyarakat untuk menabung (turunnya
marginal propensity to save).
3. Meningkatkan kecenderungan berbelanja, terutama untuk barang-barang nonprimer dan mewah (naiknya marginal
propensity to consume).
4. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang tidak produktif, seperti penumpukan kekayaan berupa tanah, bangunan, logam mulia, dan uang asing; serta mengorbankan investasi produktif, seperti pertanian, industri, perdagangan, dan transportasi.
5. Cost To Income
Cost to income digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi (Dendawijaya: 2009).
Rasio Cost to income dihitung dengan membagi biaya operasional dengan pendapatan operasional yang dihasilkan rasio ini memberikan pandangan yang jelas tentang seberapa efisien bank djalankan semakin rendah rasionya maka akan semakin menguntngkan bank (Rivai: 2007). Rasio ini juga menyoroti masalah potensial jika rasio ini meningkat dari periode satu ke periode berikutnya maka maka biaya akan meningkat lebih tinggi dibandingkan daripada tingkat pendapatan.
bank dalam rangka menjelaskan aktivitas usaha utamanya seperti biaya bunga, biaya pemasaran, biaya tenaga kerja dan biaya operasi lainnya 6. Nilai Tukar
Kurs adalah perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang. Kurs adalah catatan (quotation) harga pasar dari mata uang asing (foreign
currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency) atau
resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik terhadap mata uang asing (Karim, 2013: 157).
Menurut Triyono (2008: 156) terdapat lima jenis sistem kurs utama yang berlaku, yaitu: sistem kurs mengambang (floating exchang rate), kurs tertambat (pegged exchange rate), kurs tertambat merangkak
(crawling pegs), sekeranjang mata uang (basket of currencies), kurs
tetap (fixed exchange rate). a. Sistem kurs mengambang
Kurs ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa adanya campur tangan pemerintah dalam upaya stabilisasi melalui kebijakan moneter apabila terdapat campur tangan pemerintah maka sistem ini termasuk mengambang terkendali (managed floating
exchange rate).
b. Sistem kurs tertambat
uang negara tersebut bergerak mengikuti mata uang dari negara yang menjadi tambatannya.
c. Sistem kurs tertambat merangkak
Di mana negara melakukan sedikit perubahan terhadap mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak ke arah suatu nilai tertentu dalam rentang waktu tertentu. Keuntungan utama dari sistem ini adalah negara dapat mengukur penyelesaian kursnya dalam periode yang lebih lama jika dibanding dengan sistem kurs terambat.
d. Sistem sekeranjang mata uang
Keuntungannya adalah sistem ini menawarkan stabilisasi mata uang suatu negara karena pergerakan mata uangnya disebar dalam sekeranjang mata uang. Mata uang yang dimasukan dalam keranjang biasanya ditentukan oleh besarnya peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu.
e. Sistem kurs tetap
Dornbusch dan Fisher dalam Wibowo dan Suhendra (2010) mengatakan bahwa pergerakan nilai tukar mempengaruhi daya saing internasional dan posisi neraca perdagangan dan konsekuensinya akan berdampak pada real output dan 31ariab tersebut yang pada gilirannya akan mempengaruhi cashflow saat ini dan masa yang akan datang dari perusahaan tersebut.
7. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan moneter dan fiskal berdampak pada struktur dan kondisi ekonomi yang berlainan, keduanya dapat digunakan secara simultan untuk mencapai dua sasaran stabilitas yang berlainan, misalnya pencapaian keseimbangan internal (stabilitas harga) dan keseimbangan eksternal (neraca pembayaran).
Dalam kondisi tersebut, kebijakan moneter dan fiskal dapat dikelola atau dikoordinasikan sedemikian rupa agar stimulus yang dihasilkan oleh kedua kebijakan tersebut dapat diarahkan untuk mempengaruhi perekonomian, dalam artian tidak saling meniadakan atau bahkan menimbulkan pengaruh yang berlebihan, sehingga dapat mendukung pencapaian stabilitas harga dan pencapaian neraca pembayaran yang sehat secara bersama-sama (Goeltom, 2012).
masyarakat khususnya kaum pengusaha, menjadikan kredit menjadi kebutuhan bagi sebagian kalangan, dan memiliki permintaannya sendiri, meskipun tentunya pada jangka panjang akan menjadi beban yang harus ditanggung para penerima kredit untuk membayar angsuran (Nangarumba, 2016).
8. Kebijakan Moneter dan Fiskal
Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa
moneter (biasanya bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang
beredar dan kredit yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan
ekonomi masyarakat (Nopirin, 1992).
Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan ekonomi makro yang otoritas utamanya berada di tangan pemerintah. Regulasi yang diterbitkan oleh OJK nomor 31/POJK/0.5/2014 tentang penyelenggaraan usaha pembiayaan syariah dalam bab II tentang kegiatan pembiayaan syariah dan bab III perjanjian pembiayaan syariah.
a) Pasal 2
Penyelenggaraan kegiatan Pembiayaan Syariah wajib memenuhi prinsip keadilan(„adl), keseimbangan (tawazun), kemaslahatan (maslahah), dan universalisme (alamiyah) serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zhulm, risywah, dan objek haram.
b) Pasal 3
1) Pembiayaan jual beli
2) Pembiayaan investasi dan/atau pembiayaan investasi; dan/atau pembiayaan investasi; dan/atau
3) Pembiayaan c) Pasal 4
Kegiatan pembiayaan investasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 menggunakan akad
1) Mudharabah
2) Musyarakah
3) Mudharabah musyarakah
4) Musyarakah mutanaqishoh
d) Pasal 5
1) Kegiatan pembiayaan syariah dapat dilakukan dengan menggunakan akad tunggal atau gabungan akad dari akad sebagaimana dimaksud dalam pasal sebelumnya.
2) Gabungan akad sebagaimana dimaksud pada ayat yang dilakukan dengan menggunakan beberapa akad sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 4.
e) Pasal 6
1) Perusahaan syariah wajib terlebih dahulu melaporkan setiap pengunaan akad tunggal dan atau gabungan akad sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 bayat 1
f) Pasal 7
Perusahaan pembiayaan syariah dan perusahaan pembiayaan yang mempunyai UUS wajib secara jelas mencantumkan kegiatan pembiayaan syariah sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 dalam anggaran dasarnya.
g) Pasal 8
Perjanjian pembiayaan syariah antara perusahaan syariah dengan konsumen wajib dibuat secara tertulis. Perjanjian pembiayaan syariah wajib memenuhi ketentuan penyusunan perjanjian sebagaimana diatur dalam POJK mengenai perlindungan konsumen.
h) Pasal 11
Perajanjian pembiayaan syariah dalam pembiayaan wajib memenuhi :
1) Judul pembiayaan yang menggambarkan akad 2) Nomor dan tanggal
3) Identitas para pihak
4) Objek perjanjian pembiayaan syariah (modal,barang, jasa) 5) Tujuan pembiayaan
6) Nilai objek perjanjian
10) Rinician biaya biaya terkait dengan pembiayaan syariah antara lain memuat:
a. Biaya survey
b. Biaya asuransi / penjaminan c. Biaya notari
C. Hipotesis
Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu proporsi atau anggapan yang mungkin benar, dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan/pemecahan persoalan ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut (Supranto, 2001).
1. Tingkat bagi hasil terhadap pembiayaan mudharabah
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2017) dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Suku
Bunga, Tingkat Bagi Hasil, Dan Financing To Deposit Ratio (Fdr)
Terhadap Pembiayaan Mudharabah Studi Pada Bank Umum Syariah di
Indonesia Periode 2014-2016” menghasilkan variabel tingkat bagi hasil
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan mudharabah pada BUS di Indonesia.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gianni (2013) dengan judul
“Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah Pada Bank
Umum Syariah di Indonesia dengan Variabel Independent NPF, FDR,
CAR, ROA dan Ekuivalent Rate Terhadap Variabel Dependent
parsial variabel ROA, CAR dan tingkat bagi hasil berpengaruh positif terhadap pembiayaan mudharabah.
Berdasarkan uraian tersebut penulis mengambil kesimpulan sementara sebagai berikut:
H1`: Variabel tingkat bagi hasil berpengaruh positif terhadap pembiayaan mudharabah
2. Inflasi terhadap pembiayaan mudharabah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Darma & Rita (2011) yang berjudul “Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Pengguliran Dana Bank Syariah dengan Variabel Dependent Tingkat
Pengguliran Dana dan Variabel Independent Nilai tukar (kurs), Inflasi,
Dana Pihak Ketiga, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia dan Pendapatan
Bank” menghasilkan kesimpulan secara simultan variabel kurs, inflasi, DPK, SWBI dan pendapatan bank berpengaruh terhadap terhadap tingkat pengguliran dana bank syariah.
Kedua secara parsial kurs (variabel signifikan), inflasi (positif tidak signifikan) dana pihak ketiga (positif tidak signifikan) dan pendaptan bank (variabel tidak signifikan) terhadap tingkat pengguliran dana bank syariah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Veratama (2013) yang berjudul “Pengaruh Kurs, Inflasi, DPK, SWBI, dan Pendapatan Bank Terhadap Tingkat Pengguliran Dana Bank SyariahDi Semarang
Variabel FDR, NPF, Tingkat Bagi Hasil, Kualitas Jasa Layanan dan
hasil uji simultan kurs, inflasi, DPK, SWBI dan pendapatan bank secara bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat pengguliran dana. Berdasarkan hasil uji parsial kurs (signifikan), inflasi (tidak signifikan), dana pihak ketiga (signifikan), SWBI (tidak signifikan), pendapatan bank (tidak signifikan).
Inflasi menurut Karim (2013: 135) adalah kenaikan tingkat harga secara umum dari barang dan jasa selama suatu periode tertentu. Kenaikan harga atau inflasi akan mengurangi minat masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank. Dikarenakan muncul ekspektasi nilai tabungan semakin lama semakin menurun. Hal ini akan menurunkan tingkat pembiayaan perbankan, karena besar kecilnya pembiayaan tergantung pada dana yang masuk dari masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas penulis mengambil kesimpulan sementara sebagai berikut
H2: Inflasi berpengaruh variabel terhadap pembiayaan mudharabah
3. Cost to income terhadap pembiayaan mudharabah
Penelitian yang dilakukan oleh Choirudin dan Praptoyo (2017) dengan judul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bagi
Hasil Mudharabah pada Bank Umum Syariah” menghasilksan
kesimpulan bahwa biaya operasional atau cost to income tidak berpengaruh terhadap pembiayaan mudharabah.
Riyadi (2006) yang menyatakan bahwa semakin besar cost to
syariah, begitu juga sebaliknya ketika cost to income semakin kecil maka kinerja keuangan suatu perbankan syariah semakin meningkat atau membaik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andryanilina dan Sunaryo (2012) yang menyatakan bahwa cost to
income tidak berpengaruh terhadap pembiayaan mudharabah.
H3: Cost to income berpengaruh variabel terhadap pembiayaan mudharabah.
4. Nilai Tukar terhadap Pembiayaan Mudharabah
Karim (2015) mengatakan Natural exchange rate fluctuation
diakibatkan oleh perubahan yang terjadi pada penawaran. Jika penawaran mengalami kontraksi maka akan mengakibatkan kenaikan harga secara keseluruhan yang akan mengakibatkan melemahnya nilai tukar. Depresiasi rupiah terhadap mata uang hard currencies akan meningkatkan biaya produksi akibat kenaikan harga bahan mentah dan barang modal yang berasal dari impor. Akibatnya perusahaan akan cenderung menarik dana likuid dengan return rendah untuk mengatasi masalah permodalannya.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Darma dan Rita (2011) yang berjudul “Faktor-faktor yang Berpengarauh Terhadap Tingkat Pengguliran Dana Bank Syariah Dengan Variabel Dependent Tingkat
Pengguliran Dana dan Variabel Independent Nilai Tukar (Kurs), Inflasi,
Bank” menghasilkan kesimpulan bahwa kurs berpengaruh 39variabel signifikan terhadap pengguliran dana bank syariah.
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis mengambil kesimpulan sementara yaitu:
H4: Kurs berpengaruh variabel signifikan terhadap pembiayaan mudharabah.
5. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan terhadap pembiayaan mudharabah Dalam penelitian yang dilakukan Khotimah (2009) dengan judul
“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Dana
Perbankan Syariah di Indonesia Sebelum dan Sesudah Kebijakan
Akselerasi Perbankan Syariah tahun 2000/2008” oleh Khusnul
Khotimah menghasilkan bahwa kebijakan akselerasi berpengaruh terhadap peningkatan pengguliran dana pada bank syariah.
Dalam penelitian yang dilakukan Nangarumba (2016) dengan judul
“Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter, Kebijakan Fiskal, dan
Penyaluran Kredit Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa
Timur Tahun 2006-2016” menghasilkan bahwa kebijakan fiskal untuk
dapat merespon, kebijakan Moneter dari pusat memerlukan variabel antara yang menjadi penghubung antara kedua kebijakan tersebut, hasil analisis menunjukkan bahwa penyaluran kredit dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sebagai variabel antara.
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran menunjukkan antara pengaruh variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini memiliki satu variabel dependen yaitu pembiayaan mudharabah. Dan empat variabel independen yaitu tingkat bagi hasil (X1) inflasi (X2) cost to income (X3) nilai tukar (X4) dan regulasi otoritas jasa keuangan sebagai variabel dummy (X5).
Berdasarkan telaah pustaka dan perumusan hipotesis di atas, maka kerangka pemikiran yang melandasi penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
-- - -
-
+ Tingkat bagi hasil
Inflasi
Cost to Income
Nilai tukar
Regulasi OJK
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan data panel. Penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono 2003:14). Sedangkan data panel adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan dari waktu ke waktu (Supranto, 2000) data dari penelitian ini adalah data dari laporan keuangan BUS.
B. Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan publikasi BUS dari tahun 2013-2016 dan juga data BI dari tahun 2013 sampai dengan 2016. Sumber data ini diperoleh dari website www.bi.go.id dan www.OJK.go.id. Dalam website tersebut terdapat data yang dibutuhkan oleh penulis.
C. Metode Pengambilan data
D. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2014) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannnya. Sedangkan sampel merupakan suatu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Populasi dalam penelitian ini adalah 10 Bank Umum Syariah (BUS) yang beroperasi secara nasional dan terdaftar di Bank Indonesia serta Otoritas Jasa Keuangan dalam periode 2013-2016
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Purposive sampling adalah metode penentuan dalam
pengambilan sampel dengan kriteria tertentu. Adapun kriteria-kriteria tersebut sebagai berikut:
1. Lembaga keuangan perbankan syariah yaitu Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan dalam periode 2013– 2016.
E. Definisi Operasional 1. Variabel Independen
Menurut Martono (2011) variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain atau menghasilkan akibat pada variabel lain, yang pada umumnya berada dalam urutan waktu yang terjadi lebih dulu. Keberadaan variabel ini dalam penelitian kuantitatif merupakan variabel yang menjelaskan terjadinya fokus atau topik penelitian
a. Tingkat bagi hasil
Bagi hasil adalah bentuk return dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu tidak pasti dan tidak tetap. Besar kecilnya perolehan kembali pada hasil usaha yang benar-benar terjadi.
Berdasarkan fatwa (DSN) No 15/DSN-MUI/IX/2000
penghitungan bagi hasil dengan Profit Sharing yaitu.
b. Inflasi
Data inflasi yang digunakan adalah perkembangan inflasi pertahun dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2016.
c. Cost to income
Rivai (2007) rasio Cost to income dihitung dengan membagi biaya operasional dengan pendapatan operasional yang dihasilkan rasio ini memberikan pandangan yang jelas tentang seberapa efisien bank dijalankan semakin rendah rasionya maka akan semakin menguntungkan bank. Rasio ini dihitung dengan:
x100%
Standar terbaik cost to income menurut Bank Indonesia adalah 92%. Skor nilai cost to income ditentukan sebagi berikut:
a. Lebih dari 125%, skor nilai = 0 b. Antara 92% - 125%, skor nilai = 80 c. Antara 85% - 92%, skor nilai = 100 d. Kurang dari 85%, skor nilai = 90 d. Nilai Tukar
e
=
e = Nilai tukar P = Tingkat harga
P´= Permintaan dan penawaran uang di masing masing negara
2. Variabel Dummy
Dummy variabel adalah variabel yang digunakan untuk membuat kategori data yang bersifat kualitatif (Nachrowi dan Usman, 2002:171) Menurut Supranto (2004) variabel dummy disebut juga variabel indikator, biner, kategorik kualitatif boneka atau dikotomi. Pada penelitian ini yang menjadi variabel dummy yaitu regulasi OJK tahun 2014.
3. Variabel Dependen
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Ghozali, 2013: 6). Dalam penelitian ini yang merupakan variabel dependen yaitu variabel mudaharabah.
Dalam prinsip mudharabah terdapat suatu akad yang dimana bank menjadi pemodal dan nasabah sebagai mudharib. Keuntungan yang didapatkan oleh mudharib akan dibagi dengan pemilik modal sesuai dengan nisbah yang telah disepakati bersama.
F. Metode Analisis
Analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan regresi berganda, yaitu analisis yang digunakan untuk menganalisa data yang bersifat multivariate, artinya variabel yang mempengaruhi naik turunnya variabel dependen lebih dari satu variabel independen (Bawono, 2006).
1. Uji Statistik Deskriptif
Penelitian ini menggunakan model analisis statistik deskriptif. Analisis deskriptif akan memberikan gambaran (deksripsi) tentang suatu data, meliputi rata-rata (mean), nilai maksimum, nilai minimum, standar deviasi, dari masing-masing data.
2. Uji Stasioneritas
Menurut Winarno (2015:78) uji stasioner digunakan untuk menguji data
kompenen trend, dengan keragaman konstan dan tidak terjadi fluktuasi periodik. Uji yang digunakan adalah uji Unit Root Test.
Pengambilan keputusan dalam uji ini menurut Winarno (2015:75) apabila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka, data stasioner. Dan sebaliknya, apabila nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka data tidak stasioner. .
3. Uji Asumsi Klasik
Untuk menguji hipotesis penelitian ini menggunakan regresi linier berganda. Sebagai prasyarat regresi linier berganda maka dilakukan uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa data penelitian bersifat valid, tidak bias, konsisten dan penaksiran koefisien regresinya bersifat efisien (Ghozali, 2011). Pengujian asumsi klasik meliputi:
a. Uji Normalitas
merupakan pengujian normalitas dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Apabila nilai signifikansi di atas 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat adanya perbedaan yang signifikan atau hasilnya normal, dan jika nilai signifikansi di bawah 0,05 maka terdapat adanya perbedaan yang signifikan atau hasil tidak normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Uji ini merupakan uji model. Model Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen (Ghozali, 2011). Multikolinearitas dapat dilihat dengan cara menganalisis nilai VIF
(Varinace Inflation Factor). Suatu model regresi menunjukkan
adanya multikolinearitas jika: (1) Tingkat korelasi > 95% (2) Nilai Tolerance < 0,10 (3) Nilai VIF > 10.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen (Ghozali, 2011).
c. Uji Autokorelasi
periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2011). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Deteksi autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin Watson, uji Langrage Multiplier dan
Run Test. Dalam penelitian ini menggunakan uji statistik
non-parametrik runs test. d. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang tidak terjadi heterokedastisitas, dimana titik-titik dalam gambar scatterplot menyebar dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. Akan tetapi, jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol (0) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2011).
4. Uji Statistik
a. Uji Ttest (uji secara individu)
mengasumsikan bahwa variabel independen lain dianggap konstan dengan menggunakan derajat kepercayaan 5% (Ghozali, 2013:97).
Keputusan signifikansi menurut Ghozali (2013:99) adalah:
1) Apabila probabilitas signifikansi > 0,05, maka tidak signifikan.
2) Apabila probabilitas signifikansi < 0,05, maka signifikan. b. Uji R2 (koefisien determinasi)
Menurut Ghozali (2013:95) koefisien determinasi menunjukkan seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 hingga 1. Nilai koefisien determinasi (R2) yang rendah bermakna kemapuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat terbatas, namun ketika nilai koefisien determinasi mendekati 1 bermakna variabel bebas memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.
5. Analisis Regresi
Y = C + β1 TBH + β2 inflasi+ β3 CTI + β4 kurs + β5 ROJK + ε
Y = Pembiayaan mudharabah
β0 = Constanta
β1, 2, 3, 4, 5 = Koefisien vvariabel X1, 2, 3, 4, 5 TBH = tingkat bagi hasil
Inflasi = ukuran inflasi
CTI = cost to income
Kurs = nilai tukar
ROJK = Regulasi Otoritas Jasa Keuangan
ε = Prediction error
G. Alat Analisis Data.
BAB IV ANALISIS DATA
A. Deskripsi Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah 10 Bank Umum Syariah (BUS) yang beroperasi secara nasional, terdaftar di Bank Indonesia & Otoritas Jasa Keuangan serta melaporkan laporan keuangan maupun laporan dalam periode 2013 – 2016. Berikut adalah nama-nama Bank Umum Syariah dalam objek penelitian ini:
Tabel 4.1 Bank Umum Syariah
Bank Umum Syariah 1 PT Bank Muamalat Indonesia
2 PT Bank Syariah Mandiri 3 PT Bank Mega Syariah 4 PT Bank BRI Syariah 5 PT Bank Syariah Bukopin 6 PT Bank BNI Syariah
7 PT Bank Jabar Banten Syariah 8 PT BCA Syariah
9 PT Bank Victoria Syariah 10 PT Bank Panin Syariah
B. Analisis Data
1. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran umum mengenai objek penelitian yang dijadikan sampel dalam penelitian yang dilakukan. Dengan memberikan penjelasan tentang statistic deskriptif, diharapkan dapat memberikan gambaran awal tentang masalah yang diteliti dalam penelitian
Tabel 4.2 Uji Statistik Deskriptif
Sumber : Data sekunder yang diolah 2018
Berdasarkan tabel diatas variabel tingkat bagi hasil pada Bank Umum Syariah Indonesia tahun 2013-2016 memiliki rata-rata sebesar 56111.6250 dengan nilai standart devisiasi sebesar 76064.32902. Tingkat bagi hasil terendah pada Bank Umum Syariah Indonesia tahun
2014-2016 adalah sebesar 10.00, sedangkan tingkat bagi hasil tertinggi
adalah sebesar 305725.00.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviati on
Tbh 40 10.00 305725.00 56111.6250 76064.
32902
Inflasi 40 .03 .05 .0407 .00903
Kurs 40 10563.00 13389.00 12286.2500 1175.6 7468
Mudharabah 40 101.00 12714860.00 1493028.5250 320076 8.9570
0
Cti 40 .74 1.43 .9556 .12921
POJK 40 .00 1.00 .5000 .50637
Variabel inflasi Indonesia tahun 2013-2016 memiliki rata-rata
sebesar 0.0407 dengan nilai standart devisiasi 0.00903. Inflasi terendah
di Indonesia tahun 2014-2016 adalah sebesar 0.03 sedangakan inflasi
tertinggi yaitu 0.05.
Variabel kurs Indonesia dari tahun 2013-2016 memiliki rata-rata
1493028.5250 dengan standar devisiasi 1175.67468. Nilai tukar
terendah dari tahun 2013-2016 sebesar 10563.00 sedangkan nilai tukar
tertinggi dari tahun 2013-2016 sebesar 13389.00.
Variabel Cost to income rata-rata dari 10 Bank Umum Syariah yaitu
sebesar 0.9556 sedangkan cost to income terendah 0.74 dan tertinggi
yaitu 1.43. Nilai rata-rata cost to income adalah 95,56%, menurut BI
nilai ini berada antara 92%-125%, skor nilai nya yaitu 80.
2. Uji Stasioneritas
a. Variabel Tingkat Bagi Hasil
Tabel 4.3
Uji Stasioneritas Variabel Tingkat Bagi Hasil
Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* -1800.69 0.0000 10 30
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
ADF - Fisher Chi-square 39.7710 0.0053 10 30
PP - Fisher Chi-square 53.2913 0.0001 10 30
** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi -square distribution. All other tests assume asymptotic normality.
Sumber: Data sekunder yang diolah 2018
Dari Output diatas pada tabel Levin, Lin & Chu pada first
different menunjukkan bahwa dapat menolak null Hypotesist nilai
probabilitasnya menunjukkan < 0.05 yang artinya variabel tingkat bagi hasil lolos melewati uji stasioneritas dan layak untuk mengikuti uji selanjutnya.
b. Variabel Inflasi
Tabel 4.4
Uji Stasioneritas Variabel Inflasi
S
Sumber: Data sekunder yang diolah 2018
Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* -25.7744 0.0000 3 6
Breitung t-stat 3 3
Pada output diatas menunjukan bahwa variabel inflasi menolak
null hypotesist pada 1st level data tersebut dinyatakan stasioner
karena nilai probabilitasnya dibawah 0.05 data tersebut layak untuk digunakan pada uji selanjutnya.
c. Variabel Cost to Income
Tabel 4.5
Uji Stasioneritas Variabel Cost to Income
Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* -30.2679 0.0000 10 30
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
ADF - Fisher Chi-square 75.8452 0.0000 10 30
PP - Fisher Chi-square 86.4734 0.0000 10 30
** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi -square distribution. All other tests assume asymptotic normality.
Sumber: Data sekunder yang diolah 2018
Dari Output diatas pada tabel Levin, Lin & Chu pada first
different menunjukkan bahwa dapat menolak null Hypotesistnilai
probabilitasnya menunjukkan < 0.05 yang artinya variabel Cost to
Income lolos melewati uji stasioneritas dan layak untuk mengikuti
d. Variabel Nilai Tukar
Tabel 4.6
Uji Stasioneritas Nilai Tukar
Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* -7.09514 0.0000 10 30
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
ADF - Fisher Chi-square 17.5254 0.6186 10 30
PP - Fisher Chi-square 36.5722 0.0132 10 30
** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi -square distribution. All other tests assume asymptotic normality. Sumber: Data sekunder yang diolah 2018
Dari Output diatas pada tabel Levin, Lin & Chu pada first
different menunjukkan bahwa dapat menolak null Hypotesist nilai
probabilitasnya menunjukkan <0.05 yang artinya variabel nilai tukarlolos melewati uji stasioneritas dan layak untuk mngikuti uji selanjutnya.
e. Variabel Mudharabah
Tabel 4.7
Uji Stasioneritas Variabel Mudharabah
Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* -15.1492 0.0000 10 30
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
ADF - Fisher Chi-square 40.5644 0.0042 10 30
PP - Fisher Chi-square 49.9355 0.0002 10 30
Dari Output diatas pada tabel Levin, Lin & Chu pada first
different menunjukkan bahwa dapat menolak nilai probabilitasnya
menunjukkan < 0.05 null Hypotesist yang artinya variabel Mudharabah lolos melewati uji stasioneritas dan layak untuk mengikuti uji selanjutnya
3. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu akan dilakukan pengujian terjadinya penyimpangan terhadap asumsi klasik. Dalam asumsi klasik terdapat beberapa pengujian yang harus dilakukan, yakni Uji Normalitas, Uji Autokorelasi, Uji Multikolenieritas, Uji Heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 40
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 2795917.42400 000
Most Extreme Differences Absolute .368
Positive .368
Negative -.181
Test Statistic .368
Asymp. Sig. (2-tailed) .114 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2018
Berdasarkan tabel 4.8 hasil uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) di atas dapat diketahui bahwa nilai Asymp.Sig (2-tailed) yaitu sebesar 0.114. Nilai tersebut lebih besar dar0.05 hal ini dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
b. Uji Multikolenieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Uji ini merupakan uji model. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Multikolinieritas dapat dilihat dengan cara menganalisis nilai VIF (Varinace Inflation
Factor). Suatu model regresi menunjukkan adanya Multikolinearitas
(1) Tingkat korelasi > 95% (2) Nilai Tolerance < 0,10 (3) Nilai VIF> 10.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen (Ghozali, 2011).
Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinieritas
a. Dependent Vvariabel: mudharabah
Berdasarkan tabel 4.9 hasil uji multikolinieritas di atas, dapat diketahui bahwa terdapat variabel independen yang memiliki nilai
Tolerance Value < dari 0.10 dan VIF > 10. Maka dapat disimpulkan
bahwa terjadi multikolinieritas dalam model regresi pada penelitian.
Tabel 4.10
a. Dependent Vvariabel: mudharabah
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2018
c. Autokorelasi
Run Test sebagai bagian dari statistic non-parametrik untuk
menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan untu melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis). Apabila nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual tidak random atau terjadi autokorelasi antar residual (Ghozali, 2013).
Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual Test Valuea -507848.67610
Cases < Test Value 20
Cases >= Test Value 20
Total Cases 40
Number of Runs 17
Z -1.121
Asymp. Sig. (2-tailed) .262 a. Median
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2018
Tabel 4.11 adalah tabel hasil uji autokorelasi dengan statistic
non-parametrik Runs-Test. Diketahui bahwa nilai Asymp.Sig
(2-tailed) yaitu sebesar 0.262. Nilai tersebut lebih besar dari 0.05, hal
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji Rank Spearman. Jika nilai signifikansi atau Sig.(2-tailed) lebih besar dari 0.05 maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat masalah heterskedastisitas dan apabila nilai Sig.(2tailed) lebih kecil dari 0.05 maka terdapat masalah heteroskedastisitas.
Tabel 4.12
Hasil Uji Heteroskedastisitas Rank Spearman
s
Sumber: data sekunder yang diolah, 2018 Correlations
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).