• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penilaian Kemampuan Berbicara Siswa 1. Hasil Penilaian Kemampuan Berbicara Siswa Kelas Eksperimen Sebelum dan Sesudah Tindakan - Hermin Nugraheni, BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penilaian Kemampuan Berbicara Siswa 1. Hasil Penilaian Kemampuan Berbicara Siswa Kelas Eksperimen Sebelum dan Sesudah Tindakan - Hermin Nugraheni, BAB IV"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penilaian Kemampuan Berbicara Siswa

1. Hasil Penilaian Kemampuan Berbicara Siswa Kelas Eksperimen Sebelum dan Sesudah Tindakan

Data hasil pretes terhadap kemampuan berbicara siswa pada peserta didik Kelas IV SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan diperoleh dari penilaian tiap–tiap individu yang dilakukan di kelas eksperimen, dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1

Data deskriptif hasil pretes– postes kemampuan berbicara siswa kelas eksperimen SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan

Minimum Maximum Mean Std. Deviation Pretes Kemampuan

Berbicara kelas Eksperimen

53.33 80.00 70,00 6,66579

Postes tes Kemampuan Berbicara Kelas Eksperimen

73,33 100,00 92,3320 8,99042

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai pretes kemampuan berbicara pada siswa kelas eksperimen SDN Negeri 1 Karangklesem adalah rata rata 70,00

(2)

(KKM), siswa yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 17 siswa atau 85% dan jumlah siswa yang nilainya sama atau lebih dari KKM 3siswa atau 15%. Nilai terendah sebesar 53,33 dan nilai tertinggi sebesar 80,00

Data pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai postes kemampuan berbicara siswa pada siswa kelas eksperimen SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan adalah rata-rata 92,332 dengan kategori memuaskan. Sedangkan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), siswa yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 2 siswa atau 10 % dan jumlah siswa yang nilainya sama atau lebih dari KKM 18 siswa atau 90 %. Nilai terendah sebesar 73,33 dan nilai tertinggi sebesar 100.

Hal tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa pada kelas eksperimen ada peningkatan yang signifikan terhadap nilai skor kemampuan berbicara siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yang diperoleh siswa dari hasil pretes ke postes. Penggambaran kenaikan berdasarkan rata-rata dapat dilihat dalam grafik adalah sebagai berikut:

Gambar 4.3

Grafik hasil pretes dan postes kemampuan berbicara siswa Kelas Eksperimen SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan

70,00

53,33

80,00 92,33

73,33

100,00

20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00

Mean Minimum Maximum

Prates

(3)

Berdasarkan data di atas bahwa nilai rata–rata pretes kelas eksperimen yaitu 70,00 dan rata-rata postes kelas eksperimen mengalami kenaikan menjadi sebesar 92,33 sedangkan nilai minimum pretes kelas eksperimen yaitu 53,33 dan nilai minimum postes mengalami kenaikan menjadi 73,33 sedangkan untuk nilai maksimum pretes sebesar 80,00 dan pada postes mengalami kenaikan menjadi 100,00. Hal ini mengindikasikan bahwa ada kenaikan nilai yang signifikan dari rata-rata kelas, nilai minimum dan nilai maksimum kemampuan berbicara yang diperoleh siswa kelas eksperimen pada hasil pretes dan postes di SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan.

2. Hasil Penilaian Kemampuan Berbicara SiswaKelas Kontrol Sebelum dan Sesudah Tindakan

Adapun hasil pretes dan postes kemampuan berbicara di kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2.

Data Deskriptif Hasil Pretes–Postes Kemapuan Berbicara Siswa pada Kelas Kontrol SD Negeri 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan

Minimum Maximum Mean Std. Deviation Pretes Kemampuan

Berbicara Siswa Kelas Kontrol

46,67 80,00 65,6670 9,49611

Postes Kemampuan Berbicara Siswa Kelas Kontrol

(4)

Data pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata pretes kemampuan berbicara pada siswa kelas kontrol SD Negeri 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan adalah 65,66 dengan katagori kurang memuaskan. Sedangkan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Maksimum (KKM) banyaknya siswa yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 17 siswa atau 85% dan jumlah siswa yang nilainya sama atau lebih dari KKM 3 siswa atau 15 %, dengan nilai minimum 46,67 dan nilai maksimum 80,00

Data pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai postes kemampuan berbicara pada siswa kelas kontrol SD Negeri 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan adalah rata-rata 77,0005 dengan kategori cukup memuaskan. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian banyaknya siswa yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 10 siswa atau 50 % dan jumlah siswa yang nilainya sama atau lebih dari KKM 10 siswa atau 50 %, dengan skor minimum sebesar 66,67 dan nilai maksimum sebesar 93,33.

(5)

Gambar 4.2

Grafik Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Berbicara Siswa Kelas Kontrol SD Negeri 2 Karangklesem

Berdasarkan data di atas bahwa skor nilai rata-rata pretes kelas kontrol yaitu 65,66 dan rata-rata postes kelas kontrol mengalami kenaikan yaitu menjadi sebesar 77,00 sedangkan nilai minimum pretes kelas kontrol yaitu 46,66 dan nilai minimum postes mengalami kenaikan menjadi 66,67. Sedangkan untuk nilai maksimum pretes sebesar 80,00 dan pada postes mengalami kenaikan menjadi 93,33. Hal ini mengindikasikan bahwa ada kenaikan skor nilai dari rata-rata kelas, nilai minimum dan nilai maksimum yang diperoleh siswa kelas kontrol pada hasil pretes dan postes di SD Negeri 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan walaupun tidak signifikan.

B. Deskripsi Hasil Pretes dan Postes Keaktifan Belajar Siswa

1. Hasil Pretes dan Potes Keaktifan Belajar Siswa Kelas Eksperimen

(6)

tanggal 10 Oktober 2016. Adapun hasil pengamatan keaktifan belajar siswa yang dilakukan di kelas eksperimen dideskripsikan pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3

Data Deskriptif Hasil Pretes–Postes Keaktifan Belajar pada Kelas Eksperimen SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan

Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Pretes Keaktifan Belajar

Siswa Kelas Eksperimen 68,52 88,89 80,9270 4,37828 Postes Keaktifan Belajar

Siswa Kelas Eksperimen 92,58 100.00 97,4060 2,78146

Dari data hasil pretes, nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 88,89 dan nilai terendah 68,52 Data pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai pretes keaktifan belajar pada siswa Kelas IV SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan adalah rata-rata 80,9270 dengan kategori memuaskan. Hal tersebut ditandai banyaknya siswa yang mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Siswa yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 17 siswa atau 85 % dan jumlah siswa yang nilainya sama atau lebih dari KKM 3 siswa atau 15 %. Nilai terendah sebesar 68,52 dan nilai tertinggi sebesar 88,89.

(7)

Siswa yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 0 siswa atau 0 % dan jumlah siswa yang nilainya sama atau lebih dari KKM 20 siswa atau 100 %. Nilai terendah sebesar 92,59 dan nilai tertinggi sebesar 100,00.

Hal tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa pada kelas eksperimen ada peningkatan nilai skor keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yang diperoleh siswa dari hasil pretes ke postes. Penggambaran kenaikan berdasarkan rata-rata dapat dilihat dalam grafik 4.4 sebagai berikut :

Gambar 4.4.

Grafik Hasil Pretes dan Postes Keaktifan Belajar Siswa Kelas Eksperimen SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan

Berdasarkan data di atas bahwa nilai rata-rata pretes kelas eksperimen yaitu 80,92 dan rata-rata postes kelas eksperimen mengalami kenaikan yaitu menjadi sebesar 97,40 sedangkan nilai minimum pretes kelas eksperimen yaitu 68,52 dan nilai minimum postes mengalami kenaikan menjadi 92,59 sedangkan untuk nilai maksimum pretes sebesar 88,89 dan pada postes mengalami kenaikan sebesar 100,00. Hal ini mengindikasikan bahwa ada kenaikan nilai yang signifikan dari rata-rata

80,92

68,50

88,89 97,40

92,58 100,00

20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00

Mean Minimum Maximum

Prates

(8)

kelas eksperimen, nilai minimum dan nilai maksimum yang diperoleh siswa kelas eksperimen pada hasil pretes dan postes di SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan.

2. Hasil Pretes dan Postes Keaktifan Belajar Kelas Kontrol

Pretes dan postes keaktifan belajar siswa juga dilakukan di kelas kontrol dengan hasil tertuang pada tabel 4.4:

Tabel 4.4

Data deskriptif hasil Pretes–Postes Keaktifan Belajar SiswaPada Kelas Kontrol SD Negeri 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan

Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Pretes Keaktifan Belajar

Siswa Kelas Kontrol 66,67 94,44 77,8720 8,98120 Postes Keaktifan Belajar

Siswa Kelas Kontrol 66,67 100.00 88,5175 8,22778

Dari data hasil pretes, nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 94,44 dan nilai terendah 66,67 Data pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai pretes keaktifan belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan adalah rata-rata 77,87 dengan katagori cukup memuaskan. Hal tersebut ditandai banyaknya siswa yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 9 siswa atau 45 % dan jumlah siswa yang nilainya sama atau lebih dari KKM 11 siswa atau 55 %.

(9)

adalah rata-rata 88,51 dengan kategori cukup memuaskan. Hal tersebut ditandai banyaknya siswa yang mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Siswa yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 2 siswa atau 10 % dan jumlah siswa yang nilainya sama atau lebih dari KKM 18 siswa atau 90%. Nilai terendah sebesar 66,67dan nilai tertinggi sebesar 100,00

Hal tersebut di atas menjelaskan bahwa pada kelas kontrol ada peningkatan nilai skor keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yang diperoleh siswa dari hasil pretes ke postes. Penggambaran kenaikan berdasarkan rata-rata dapat dilihat dalam grafik 4.6berikut :

Gambar 4.6.

Grafik Hasil Pretes dan Postes Keaktifan Berbicara Siswa Kelas Kontrol SD Negeri 2 KarangklesemUPK Purwokerto Selatan

Berdasarkan data di atas bahwa nilai rata-rata pretes kelas kontrol yaitu 77,87 dan rata-rata postes kelas kontrol mengalami kenaikan yaitu menjadi sebesar 88,51, sedangkan nilai minimum pretes kelas kontrol yaitu

77,87

66,67

94,44 88,51

66,67

100,00

20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00

Mean Minimum Maximum

Prates

(10)

66,67 dan nilai minimum postes tidak mengalami kenaikanyaitu 66,67, sedangkan untuk nilai maksimum pretes sebesar 94,44 dan pada postes mengalami kenaikan menjadi sebesar 100,00. Hal ini mengindikasikan bahwa ada kenaikan nilai yang signifikan dari rata-rata kelas, nilai minimum dan nilai maksimum yang diperoleh siswa kelas kontrol pada hasil pretes dan postes di SD Negeri 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan.

C. Perbandingan Rata-Rata Hasil Tes Kemampuan Berbicara Siswa

1. Perbandingan Rata-Rata Hasil Tes Kemampuan Berbicara Siswa Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol.

Setelah dilakukan tes kemampuan berbicara di kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen, maka dilakukan perbandingan rata-rata hasil tes yang digambarkan pada diagram 4.7 berikut:

Gambar 4.7.

Diagram Perbandingan Skor Rata-Rata Pretest dan Postes Kemampuan Berbicara Kelompok Eskperimen dan Kelompok Kontrolpada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 dan 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan

65,66 70,00

77,00

92,33

10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00

Kontrol Eksperimen

Pretes

(11)

Berdasarkan data di atas bahwa nilai rata-rata pretes kelas kontrol yaitu 65,66 dan rata-rata postes kelas kontrol mengalami kenaikan menjadi. 77,00 sedangkan rata-rata nilai pretes kelas eksperimen yaitu 70,00 dan rata-rata nilai postes kelas eksperimen yaitu 92,33. Hal ini mengindikasikan bahwa ada kenaikan nilai yang signifikan dari rata-rata kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol.

2. Perbandingan Rata-Rata Skor Hasil Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol

Perbandingan rata-rata nilai siswa juga dilakukan terhadap hasil pengamatan keaktifan belajarsiswa, dengan hasil yang tertuang pada gambar 4.8:

Gambar 4.8.

Diagram Perbandingan Nilai Rata-Rata Pretes dan Postes Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Pada Siswa

Kelas IV SD Negeri 1 dan 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan

Berdasarkan data di atas bahwa nilai rata-rata pretes keaktifan belajar siswa kelas kontrol yaitu 77,87 naik menjadi 88,51 pada postes, sedangkan pada kelompok eksperimen keaktifan belajar siswa untuk

77,87 80,92

88,51

97,4

0 20 40 60 80 100 120

Kontrol Eksperimen

Prates

(12)

pretes sebesar 80,92 naik menjadi 97,40 pada postes. Hal ini mengindikasikan bahwa ada kenaikan nilai secarasignifikan dilihat dari rata-rata nilai keaktifan belajar siswa kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol pada siswa kelas IV SD Negeri 1 dan 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan.

D. Hasil Analisis Uji t

a. Hasil Analisis Uji t untuk Kemampuan Berbicara

1) Uji Paired Kemampuan Berbicara Pretes dan Postes Kelas Kontrol Uji paired t test bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata antara hasil pretes dan postes baik yang tidak menggunakan metode pembelajaran simulasi maupun kelompok yang menggunakan metode pembelajaran simulasi dalam meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa Kelas IV SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan. Hasil uji t untuk kemampuan berbicara dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8

(13)

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan program SPSS nilai

paired test kemampuan berbicara kelompok kontrol diperoleh t hitung 15,163 lebih besar dari t tabel 2,048 dengan nilai sig sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata terhadap kelas kontrol yang tidak menggunakan metode simulasi dalam hal kemampuan berbicara pada siswa Kelas IV SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan. Hasil uji t untuk kemampuan membaca dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.9

Uji t Paired Samples Test Pretes dan Postes Kemampuan Berbicara Kelompok Eksperimen

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan program SPSS nilai

(14)

2) Uji Independen t test antara Postes Kemampuan Berbicara Kelas Eksperimen dengan Postes Kemampuan Berbicara Kelas Kontrol.

Setelah dilakukan uji independen t test antara postes kemampuan berbicara kelas eksperimen dengan postes kemampuan berbicara kelas kontrol, dijelaskan pada tabel 4.10 berikut:

Tabel 4.10.

Uji Independent Samples t Test Kemampuan Berbicara Postest Kontrol dan Postes Eksperimen

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Dari tabel 4.10 di atas dapat dijelaskan, bahwa hasil perolehan t hitung yaitu 5,626 sedangkan nilai t tabel pada taraf signifikan 95%

(0,05) menunjukkan angka sebesar 2,048. Berarti dari hasil tesebut t hitung > t tabel. Jadi dapat diartikan bahwa model pembelajaran

simulasi berpengaruh terhadap kemampuan berbicara pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto.

b. Hasil Analisis Uji t untuk Keaktifan Belajar Siswa

(15)

Untuk mengetahui hasil keaktifan belajar siswa maka dilakukan dengan menghitung nilai pengamatan, yang selanjutnya dilakukan uji t untuk mengetahui perbedaan keaktifan belajar siswa sebelum dan setelah eksperimen dilakukan. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut untuk kelompok eksperimen.

Tabel 4.5

Uji Paired Samples t test Pretes dan Postes Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan program SPSS nilai

(16)

Tabel 4.6.

Uji Paired Samples t Test Pretes dan Postes Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Kontrol

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan program SPSS nilai

paired t test keaktifan belajar siswa kelas kontrol diperoleh t hitung 5,29 lebih besar dari t tabel 2,048 dengan nilai sig sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan antara pretes dan postes keaktifan belajar siswa dengan menggunakan metode Simulasi pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan.

2) Uji Independent t Test Antara Postes Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen dengan Postes Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Kontrol.

(17)

selanjutnya dilakukan uji independen t tes, dengan hasil pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7.

Uji Independent Samples t Test Keaktifan Belajar Siswa Postes Kelompok Eksperimen dengan Postes Kelompok Kontrol

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df menunjukkan angka sebesar 2,048 Dengan sig sebesar 0,000 hal ini berarti dari hasil tesebut t hitung > t tabel. Jadi dapat diartikan bahwa model pembelajaran simulasi berpengaruh terhadap peningkatan keaktifan belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan.

E. Pengujian Hipotesis

1. Pengujian Hipotesis Pertama

(18)

Selatan. Untuk menguji hipotesis tersebut, alat analisis yang digunakan adalah uji t independen

Dari hasil analisis statistik ternyata nilai t test menunjukkan angka

sebesar 4,577 sedangkan nilai t tabel pada taraf signifikansi 95% (0,05) menunjukkan angka sebesar 2,048 Jadi nilai t hitung lebih besar

daripada t tabel (t hitung > t tabel). Berdasarkan hasil tersebut maka penerapan metode pembelajaran simulasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas IV SD Negeri 1,2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan: "Metode pembelajaran Simulasi dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas IV SD Negeri 1dan 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan" dinyatakan hanya berpengaruh terhadap kemampuan berbicara.

2. Pengujian Hipotesis Kedua

Pengujian hipotesis kedua bertujuan untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran simulasi dalam meningkatkan keaktifan belajar pada siswa Kelas IV SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan. Untuk menguji hipotesis tersebut, alat analisis yang digunakan adalah uji t independen.

(19)

kelas IV SD Negeri 1,2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan: "Metode pembelajaran simulasi dapat meningkatkan keaktifan belajar pada siswa kelas IV SD Negeri 1dan 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan " terdapat pengaruh yang signifikan.

F. Pembahasan

a. Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Kemampuan Berbicara

Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa secara statistik tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pembelajaran dengan metode simulasi terhadap terutama kemampuan berbicara siswa dalam kegiatan kegiatan bertelepon. Ada beberapa kondisi yang melatarbelakangi hasil ini diantaranya bahwa kegiatan berbicara tidak hanya dipengaruhi oleh keaktifan belajar tapi juga jenis materi berbicara.

Pada umumnya siswa lebih tertarik untuk berbicara yang bersifat santai, tidak formal dan tidak membosankan. Kegiatan berbicara bisa jadi kurang menarik bagi siswa. Meskipun siswa sudah belajar dengan metode simulasi melalui tahapan belajar yang lebih sistematis, namun jenis materi berbicara tetap mempengaruhi keaktifan belajar siswa untuk memberikan respon atas bacaan tersebut. Jenis bacaan yang menarik menjadi salah satu faktor eksternal yang dapat menumbuhkan kemampuan berbicara dan keaktifan belajar siswa (Uno, 2007).

(20)

berpengaruh. Hal ini berarti bahwa, dapat dimungkinkan cara guru dalam mengenalkan tahapan belajar dengan Simulasi kurang menyenangkan sehingga tidak mampu mendorong siswa untuk aktif belajar berbicara.

Keaktifan belajar dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Keaktifan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Mc Donald dalam Pupuh (2010: 19) memberi definisi motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

(21)

tugas berbicara di depan kelas. Siswa tampak lebih antusias dalam melakukan tahapan kegiatan berbicara, karena sebelumnya memang siswa melakukan kegiatan berbicara dengan cara yang kurang menarik yaitu langsung diberi teks bacaan dan langsung menjawab pertanyaan namun dengan penerapan metode simulasi, setidaknya siswa melalui tahapan kegiatan berbicara yang lebih menarik dan memudahkan.

Menumbuhkan keaktifan berbicara memerlukan waktu yang tidak singkat dan memerlukan proses yang berkelanjutan, sehingga dibutuhkan waktu yang cukup intensif agar keaktifan belajar siswa tumbuh. Jadi dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode simulasi membuat pembelajaran berbicara menjadi lebih menarik dan mampu mengaktifkan siswa. Meskipun dari sisi keaktifan belajar siswa tidak terpengaruh signifikan tetapi secara aktifitas belajar terjadi peningkatan. b. Pengaruh Metode Simulasi terhadap Kemampuan Berbicara Melalui

Kegiatan Bertelepon

(22)

Adapun pembelajaran dengan metode simulasi diawali dari menuntun siswa agar aktif, kritis, dan kreatif dalam memahami dan mengapresiasi materi berbicara, serta mengingatnya lebih lama. Langkah pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi meliputi :

1) Pembentukan kelompok yang di dasarkan pada perbedaan tingkat kemampuan berbicara.

2) Guru membagikan materi yang akan disimulasikan kepada tiap-tiap kelompok.

3) Guru memberi penjelasan pelaksanaan pembelajaran berbicara materi Bertelepon, yang meliputi:

a) Baca materi berbicara (bertelepon); b) Pahami isi pokok materi berbicara;

c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menenyakan hal-hal yang belum diketahui tentang materi berbicara;

Gambar

grafik adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2.
Gambar 4.2 Grafik Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Berbicara Siswa Kelas Kontrol
Gambar 4.4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk laporan pengelolaan Program Jaminan Sosial oleh BPJS sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul: Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita tentang Diare terhadap Tindakan Pemberian Cairan

1) Keputusan mengenai peristiwanya, apakah terdakwa telah melakukan perbuatan yang dituduhkan kepadanya. 2) Keputusan mengenai hukumnya, apakah perbuatan

mengenai Kewangan Islam yang hendaklah menjadi pihak berkuasa bagi penentuan hukum Syarak bagi maksud perniagaan kewangan Islam; (2) menentukan hukum syarak mengenai apa-apa

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menyatakan bahwa dari enam elemen dari analisis risiko pemakaian alat pelindung diri masker dan sumbat telinga pada pekerja tekstil di

3.5 Menjelaskan bentuk aljabar dan melakukan operasi pada bentuk aljabar ( penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian ).. 4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

Namun Imam al Nawawi memandang tidak boleh istibdal benda waqaf berupa masjid karena waqaf yang sudah rusak tidak boleh dijual dan tidak kembali ke orang