• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertemuan 10 : Transformasi Citra - Repository UNIKOM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pertemuan 10 : Transformasi Citra - Repository UNIKOM"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Pertemuan 10 :

TRANSFORMASI CITRA

KK-Komputasi dan Kecerdasan Buatan

Sistem Komputer

Universitas Komputer Indonesia-UNIKOM

Andriyan B. Suksmono

John Adler

TK 37404 Pengolahan Citra

Departemen Sistem Komputer Transformasi Citra

(2)

Pendahuluan

TK 37404 Pengolahan Citra

Departemen Sistem Komputer Transformasi Citra

2

(3)

1. Transformasi Ruang

Yaitu merupakan proses perubahan citra dari

suatu

ruang atau domain ke domain yang lainnya.

Contoh : dari ruang spasial ke ruang

frekuensi

[Kuliah Matriks & Transformasi linier tentang

basis & ruang. Contoh : ruang vektor]

(4)

2. Transformasi Fourier

Tahun 1822, Joseph Fourier, ahli matematika

dari Prancis menemukan bahwa setiap fungsi

periodik (sinyal) dapat dibentuk dari

penjumlahan gelombang-gelombang sinus/

cosinus (disebut Fourier Series).

Contoh : sinyal kotak merupakan

penjumlahan fungsi-fungsi sinus

(5)

2. Transformasi Fourier (2)

function sinyalkotak(n)

t = 0:pi/200:8*pi;

kot = sin(t);

for i = 3 : 2 : n

kot = kot + (sin(i*t))/i;

end

plot(kot)

(6)

2. Transformasi Fourier (3)

Fungsi sinyal yang tidak periodik dapat ditulis

ulang sebagai integral dari sinus dan cosinus

yang dikalikan dengan fungsi pembobot.

disebut

Fourier Transform.

• Fourier series atau Fourier Transform dapat

dibentuk ulang secara lengkap melalui proses

inverse tanpa kehilangan informasi. Sehingga kita

dapat bekerja pada “domain Fourier” dan kemudian

kembali ke domain fungsi asli tanpa ada informasi

yang hilang

(7)

3. Transformasi Fourier 1D

Rumus Fourier Transform kontinyu 1D :

dimana j = √-1

Invers Fourier Transform kontinyu 1D :

Rumus Fourier Transform diskrit 1D :

Invers Fourier Transform diskrit 1D :

(8)

3. Transformasi Fourier 1D (2)

dengan formula euler : &

dan substitusikan ke persamaan DFT-1D :

Domain nilai u terhadap F(u) : domain frekuensi

karena u merupakan frekuensi dari

komponen transformasi. Tiap nilai M yang

memberikan nilai F(u) : komponen frekuensi

(9)

3. Transformasi Fourier 1D (3)

Magnitude atau spektrum dari FT :

Sudut fasa :

Power spektrum :

Karena fungsi Fourier

mengandung bilangan

imajiner, maka fungsi

tidak dapat digambarkan

dalam bentuk diagram

tapi menggunakan

nilai besaran/spektrum.

(10)

3. Transformasi Fourier 1D (4)

Contoh Transformasi fungsi spasial 1D ke fungsi Fourier

jika diketahui f(x) untuk x=0,1,2,3 : f(0)=2; f(1)=3; f(2)=4;

f(3)=4. Banyaknya data fungsi spasial N=4 ?

, maka fungsi Fourier untuk :

a. u=0 :

b. u=1

5/12/19

TK 37404 Pengolahan Citra

(11)

3. Transformasi Fourier 1D (5)

Dengan cara yang sama untuk :

U=2, didapatkan F(2)=-0,25

U=3,

F(3)=-0,5-0,25j

Jadi Fourier spektrumnya :

|F(0)|=3,25

|F(0)|=0,25

(12)

Transformasi Ortogonal & Uniter 2-D

Transformasi citra: mengacu ke sekumpulan matriks uniter untuk

merepresentasikan citra.

Citra dinyatakan sebagai kombinasi dari citra basis. Untuk citra u(m, n)

berdimensi NN, ekspansi dinyatakan sbg:

 

1 1

,

0 0

,

N N

,

k l

,

0

,

1

m n

v k l

 

u m n a

m n

k l N

 

 

 

1 1

,

0 0

,

N N

,

*

k l

,

0

,

1

k l

u m n

 

v k l a

m n

m n N

 

 

dimana {ak,l (m, n)} adalah himpunan lengkap dari fungsi basis

ortonormal, disebut juga sbg transformasi citra, yg memenuhi syarat-syarat: ortonormal dan lengkap

Transformasi Citra 12

(13)

Sifat Ortonormal & Lengkap

Ortonormal :

• Lengkap :

1 1 , ', ' 0 0

,

*

,

',

'

N N

k l k l

m n

a

m n a

m n

k k l l

   

 

1 1 , , 0 0

,

*

', '

',

'

N N

k l k l

k l

a

m n a

m n

m m n n

 

 

 

 Elemen v(k, l) disebut sebagai koefisien transformasi dan V  {v(k, l)}

adalah citra (hasil) transform. Sifat ortonormal menjamin bahwa penggalan dari ekspansi berbentuk

 

1 1 , , 0 0

,

,

*

,

,

Q P

P Q k l

k l

u

m n

 

v k l a

m n

P N Q N

 

 

Meminimalkan jumlah kesalahan kuadrat

1 1 2

2

,

0 0

,

,

N N

e P Q

m n

u m n

u

m n

 

 

 

 Sifat lengkap menjamin kesalahan kuadrat berinlai nol saat P=Q=N.

Transformasi Citra 13

(14)

Transformasi Uniter Terpisahkan

Proses komputasi untuk menentukan v(k,l) dari bentuk diatas

memiliki kompleksitas O(N4). Perhitungan dpt dipercepat menjadi

O(N3) dng memilih transformasi yg terpisahkan (separable)

   

  

,

,

,

,

k l k l

a

m n

a m a n

a k m b l n

dimana {ak(m), k = 0, 1, …, N-1}, {bl(n), l=0, 1, …, N-1} adalah basis ortonormal satu-dimensi yang lengkap.

 Pemberlakuan syarat ortonormal dan lengkap mengharuskan sifat

uniter dari matriks transformasi A {a(k, m)} dan B  {b(l, n)}, jadi AA*T = ATA* = I. Seringkali dipilih B = A sehingga pasangan

transformasi akan berbentuk

 

 

  

1 1 0 0 , , , , N N T m n

v k l   a k m u m n a l n

 

 

V AUA

    

1 1

* *

0 0

, N N * , , * , T

k l

u m n   a k m v k l a l n

 

 

U A VA

Transformasi Citra 14

(15)

Untuk citra empat-persegi-panjang berdimensi MN:

V = AMUAN dan U = A*M V A*T

N

• Untuk matriks uniter terpisahkan, transformasi citra dpt dituliskan sebagai:

VT = AUAT = A [AU]T

yang berarti bahwa proses transformasi dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mentransformasikan kolom dari U dan diteruskan dengan men-transformasikan setiap baris dari hasilnya.

Transformasi Uniter Terpisahkan

Transformasi Citra 15

(16)

Contoh Perhitungan Transformasi

Transformasi Citra 16

(17)

Citra Basis

• Misalkan ak* melambangkan kolom ke-k dari A*T. Definisikan

matriks: A*k,l = a*k a*T

l

dan perkalian skalar dua matriks F dan G berdimensi NN

1 1 0 0

,

N N

,

*

,

m n

f m n g

m n

 

 

 

F G

 Maka transformasi citra dpt dituliskan:

 

1 1 * , 0 0

,

N N k l k l

v k l A

 

 

 

U

 

*

,

,

,

k l

v k l

U A

yang menyatakan citra U sebagai kombinasi linier dari N2 matriks

A*k, l , k, l = 0, 1, … , N-1 yang disebut sebagai citra basis.

 Koefisien v(k, l) dari transformasi tak lain adalah perkalian skalar

citra asal dengan basis ke (k, l), atau proyeksi citra ke basis (k, l).

Transformasi Citra 17

(18)

Berbagai Citra Basis

Cosinus

Sinus

Transformasi Citra 18

(19)

Berbagai Citra Basis

Hadamard

Haar

Transformasi Citra 19

(20)

Berbagai Citra Basis

Slant

KLT

Transformasi Citra 20

(21)

Sifat-sifat Transformasi Uniter

Sifat-1: Konservasi Energi dan Rotasi. Dalam transformasi uniter:

v = Au ||v||2 = ||u||2

Jadi, transformasi uniter menjaga energi sinyal (atau panjang vektor u dalam ruang vektor dimensi-N). Ini juga berarti bahwa transformasi uniter hanyalah rotasi dari vektor u dalam ruang vektor dimensi-N. [Ingat teorema Parseval !]

• Untuk vektor 2-D berlaku hal yang sama, dapat dibuktikan bahwa

 

1 1 2 1 1 2 0 0 0 0

,

,

N N N N

m n k l

u m n

v k l

   

   

 

 

Transformasi Citra 21

(22)

Sifat-2: Peng-kompak-an Energi. Kebanyakan transformasi uniter bertendensi mengumpulkan energi citra ke sejumlah kecil komponen dari koefisien transformasi. Karena sifat konservatifnya, koefisien transformasi lain mengandung sedikit energi.

Sifat-3: Dekorelasi. Jika citra masukan berkorelasi tinggi, citra transform cenderung tak-berkorelasi. Ini berarti, elemen diluar diagonal dari Rv bernilai kecil dibanding yang ada di diagonal. • Sifat-sifat lain:

determinan dan nilai eigen dari matriks uniter memiliki magnitude satu

entropy dari vektor acak terjaga thd transformasi dng matriks uniter -> kandungan informasi terjaga

Sifat-sifat Transformasi Uniter

Transformasi Citra 22

(23)

DFT 2-D

DFT 2-D dari citra {u(m, n) } berukuran NN adalah transformasi terpisahkan yang didefinisikan sbg:

 

1 1

0 0

,

N N

,

Nkm Nl n

, 0

,

1

m n

v k l

 

u m n W W

k l N

 

 

 

1 1

0 0

,

N N

,

Nkm Nl n

, 0

,

1

m n

v k l

 

u m n W W

k l N

 

 

2

exp

N

j

W

N

 Dengan inverse-nya:

 Dalam notasi matriks: V = FUF dan U = F*VF*

Transformasi Citra 23

(24)

Sifat-sifat DFT 2-D

[F menyatakan matriks TFD 2-D uniter berukuran N2N2]

Simetrik Uniter: F T = F dan F –1 = F *

Perpanjangan berkala (periodic extensions):

v(k + N, l + N) = v(k, l) k, l

u(m + N, n+N) = u(m, n) m, n

Cuplikan Spektrum Fourier.

Jika u m n

,

u m n

, , 0

dan m n N, di tempat lain, maka1 u m n

,

0

2

2

,

,

,

k

l

U

DFT u m n

v k lx

N

N

dimana menyatakan transform Fourier

dari

1, 2

U   u m n

,

Transformasi Cepat

. Karena DFT 2-D terpisahkan, maka

transformasi ini ekivalen dengan 2N kali operasi DFT 1-D

uniter, masing-masing dng kompleksitas O(N log

2

N) via

FFT. Jadi kompleksitas DFT 2-D adalah O(N

2

log

2

N)

Transformasi Citra 24

(25)

Sifat-sifat DFT 2-D

Simetri Konjugasi. DFT 2-D dan DFT 2-D uniter dari citra (bernilai) riil memiliki simetri konjugasi, yakni,

atauv(k, l) = v*(N-k, N-l), 0  k, l  N-1 • Citra Basis. Citra basis diberikan oleh definisi

, * , , 0 , 1

2 2 2 2 2

N N N N N

v klv k lk l  

     

Teorema Konvolusi Sirkuler 2-D. DFT 2-D dari hasil konvolusi sirkuler dua buah array adalah perkalian dari DFT 2-D keduanya:

DFT{h(m, n) u(m, n)} = DFT{h(m, n)}.DFT{ u(m, n)} • Sifat lain: Matriks doubly block circulant di-diagonalisasi oleh

operasi DFT 2-D dan operasi doubly block Toeplitz dapat dinyatakan dalam operasi DFT 2-D via T. konvolusi dan sifat doubly block

circulant.

 

ln

* ,

1

, 0

,

1 , 0

,

1

km T

k l k l

W

N

m n N

k l

N

N

 

   

A

Transformasi Citra 25
(26)

Contoh DFT

Citra asli, log magnitude dari koef. DFT,

dan citra fasa

50 100 150 200 250 50

100 150 200 250

50 100 150 200 250 50

100 150 200 250

50 100 150 200 250 50

100 150 200 250

Transformasi Citra 26

(27)

Contoh DFT

Transformasi Citra 27

(28)

Contoh DFT

Atas: citra resolusi, bawah: citra biner

Transformasi Citra 28

(29)

Transformasi Kosinus Diskrit (DCT)

Matriks transformasi DCT, C = {c(k, n)}, berukuran NN didefinisikan

Sifat-sifat DCT:

1) DCT bersifat riil dan ortogonal:

C = C*  C-1 = CT

2) DCT bukan bagian riil dari DFT 3) DCT merupakan transformasi cepat 4) DCT bersifat memampatkan energi.

5) Vektor basis dari DCT (vektor baris dari C) adalah vektor eigen dari

matriks simetrik tridiagonal Qr

6) DCT sangat mendekati transfomasi KL (Karhunen-Loeve) untuk

deretan Markov stasioner orde-1.

1

, 0, 0 1

,

2 1

2

cos , 1 1, 0 1

2

k n N N

c k n

n k

k N n N N N                  

1

0

1

0

1

1

r

 

0

Q

0

Transformasi Citra 29
(30)

Contoh hasil tranformasi DCT

citra asli, koefisien DCT, log magnitude

koef. DCT

50 100 150 200 250 50

100

150

200

250

50 100 150 200 250 50

100 150 200 250

50 100 150 200 250 50

100 150 200 250

Transformasi Citra 30

(31)

Transformasi Sinus Diskrit (DST)

Matriks DST berdimensi NN, = {(k, n)}, didefinisikan sbg

,

2 sin

1



1

, 0 , 1

1 1

k n

k n k n N

N N

      

 

Sifat-sifat DST:

1) DST bersifat riil, simetrik dan ortogonal:

* =  = T = -1

2) DST bukan bagian riil dari DFT uniter 3) DST adalah transformasi cepat

4) Vektor basis dari DFT adalah vektor eigen dari matriks Toeplitz tridiagonal Q

5) DST juga dekat dengan KL untuk deretan Markove orde-1 stasioner

6) DST menghasilkan algoritma KL cepat untuk deretan Markov yang

nilai batasnya diberikan.

Transformasi Citra 31

(32)

Contoh transformasi DST

50 100 150 200 250 50

100 150 200 250

50 100 150 200 250 50

100

150

200

250

50 100 150 200 250 50

100 150 200 250

citra asli, koefisien DST log magnitude

koef. DST

Transformasi Citra 32

(33)

Transformasi Hadamard

Elemen matriks Hadamard bernilai biner (1). Matriks transformasi hadamard Hn adalah matriks NN dimana N2n dimana nI+. • Hn dibentuk dari matriks inti H1 dengan perkalian Kronecker

• Sifat-sifat transformasi Hadamard:

Transformasi Hadamard bersifat riil, simetrik dan ortogonal:

H* = H = HT = H-1

T. Hadamard adalah transformasi cepat {O (N log2N )}

T. Hadamard memiliki sifat peng-kompakan energi yang cukup baik 1

1 1

1

1

1

2

H

1 1 1 1

1 1

1

2

n n n n n n     

H

H

H

H

H

H

H

Transformasi Citra 33

(34)

Contoh Transformasi Hadamard

Transformasi Citra 34

(35)

Transformasi Haar

• Fungsi Haar hk(x) terdefinisi pada interval kontinyu x [-1,1] dan untuk k = 0, 1, …, N-1 dimana N=2n. Bilangan bulat k dapat dipecah

menjadi: k = 2p + q -1. dimana 0pn-1; q=0,1 untuk p=0 dan 1

q 2p untuk p0. Misal, untuk N = 4 (atau n=2) kita peroleh

k 0 1 2 3

p 0 0 1 1

q 0 1 1 2

Dng menyatakan k dalam (p,q) fungsi Haar bisa ditulis sbg:

 

 

 

0 0,0

1

, 0,1

h x h x x N   

 

 

 

2 2 ,

1

1 2

2

,

2

2

1

1 2

2 ,

2

2

0

,daerah lain untuk x

0,1

p

p p

p

k p q p p

q

q

x

q

q

h x

h

x

x

N

 

 

Transformasi Citra 35
(36)

Transformasi Haar

Transformasi Haar diperoleh dengan membuat x bernilai diskrit pada m/ N , m=0. 1, …, N-1. Untuk kasus N=2 dan N=4 adalah sbb:

2 1 1 1 1 1 2       Hr 8

1 1 1 1

2 1 1 1

1

2 2 0 0

4

0 0 2 2

               Hr

 Sifat-sifat transformasi Haar:

1) Riil dan ortogonal: Hr = Hr* dan Hr -1 = HrT

2) Transformasi yang sangat cepat. Vektor berdimensi N1 dapat

di-transformasi dalam O(N) operasi.

3) Sifat peng-kompakan energinya buruk

Transformasi Citra 36

(37)

Transformasi Slant

Transformasi Slant NN didefinisikan oleh formula rekursi

   

   

1

/ 2 2 / 2 2

1

/ 2 2 / 2 2

1 0 1 0

1

1 0 1 0

2

n n n n n

N N

n

n n n n n

N N

a b a b

b a b a

                      0 0 S 0

0 I 0 I

S

0 0

S 0

0 I 0 I

1 1 1 1 1 1 2       S

dimana N=2n dan I

M mat. Id. MM

 Parameter an dan bn didefinisikan

oleh rekursi:

bn = (1 + 4a2

n-1)-1/2 a1 =1

an = 2bnan-1

 Contoh untuk matriks transformasi

Slant 44 dapat dilihat disamping

2

1 1 1 1

3 1 1 3

1 5 5 5 5

1 1 1 1

2

1 3 3 1

5 5 5 5

                     S Transformasi Citra 37

(38)

Transformasi Slant

Sifat-sifat:

1. Riil dan ortogonal:

S

=

S

* dan

S

-1

=

S

T

2. Merupakan transformasi cepat: O(N log

2

N)

3. Memiliki sifat peng-kompakan energi sangat baik

Transformasi Citra 38

(39)

Transformasi KL

Karhunen dan Loeve memakai transformasi ini sbg ekspansi deret dari proses acak kontinyu. Hotelling meneliti metoda komponen utama yg merupakan versi diskrit dari pekerjaan KL. Maka transformasi KL juga disebut sbg transformasi Hotelling.

Untuk vektor acak u berukuran N1, vektor basis dari transformasi KL merupakan vektor eigen yang dinormalisasi dari matriks autokorelasi R:

Rk = k k, 0 k  N-1

• Transformasi KL dari u : v = *Tu

• Dan inverse-nya:

 

1 0

N

k k

v k

u Φv

Transformasi Citra 39

(40)

Minggu Depan...

Pertemuan ke-11 :

QUIZ-II, pertemuan ke :

9.Review matriks

10.Transformasi Citra

Transformasi Citra 40

(41)

TERIMA KASIH

Transformasi Citra 41

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: (1) penyelenggaraan pemberdayaan keluarga melalui KUBE Srikandi yang meliputi: (a) tahap perencanaan

Penulisan artikel ini menggunakan pendekatan studi kasus di Perpustakaan Universitas Airlangga, sehubungan dengan program pengadaan sumber informasi (buku) dalam rangka mencapai

Metodologi ini akan menguraikan serta menjelaskan secara rinci penyelesaian perencanaan struktur secara lebih terperinci. Adapun langkah-langkah dalam penyelesaian

Perilaku kepariwisataan merupakan cara pandang dan pendekatan untuk memahami fenomena pariwisata yang dilihat dari aspek produk, perilaku wisatawan, kualitas Sumber

Simpulan bisa diambil penulis berdasarkan dari konsep pengambilan keputusan dari Lovell adalah keputusan Jepang yang melakukan investasi dalam proyek PLTU Batang tidak bisa

Dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa mahasiswa dan mahasiswi yang kuliah di Unpad kampus Jatinangor meskipun bahasa pertamanya bukan bahasa Sunda mulai menggunakan

Sitorus (2004b) menyatakan bahwa penurunan produktivitas usahatani lahan kering dataran tinggi tersebut karena adanya kendala pada lahan kering dataran tinggi dalam

Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis pada hari Kamis, 25 April 2013 jam 11.00 WIB, yaitu melakukan pengkajian nyeri pada pasien, respon subyektif pasien