• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Motivasi - STUDI DESKRIPTIF PERUBAHAN MOTIVASI ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAK DI MI MUHAMMADIYAH BANDINGAN - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Motivasi - STUDI DESKRIPTIF PERUBAHAN MOTIVASI ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAK DI MI MUHAMMADIYAH BANDINGAN - repository perpustakaan"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan kehendak yang menyebabkan

seseorang melakukan sesuatu perubahan untuk mencapisuatu tujuan.

Pendapat (Uno. 2007: 20) motivasi merupakan dorongan internal dan

eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya hasrat dan

minat.

Motivasi manusia akan diikuti dengan situasi emosional diri manusia,

hal ini terjadi apabila infor masi yang diterima bersifat negatif maka situasi

emosional manusia tersebut akan negatif pula terhadap suatu hal, begitupula

sebaliknya apabila informasi yang diterima itu positif maka emosional

manusia juga negatif dan lebih cenderung terkontrol ataupun terkendali.

B. Jenis-Jenis Motivasi Orang Tua 1. Jenis-Jenis Motivasi

Woodwoorth dan marques (Suryadi Suryabrata, 2006: 71) mengtakan

bahwa motif dibedakan menjadi tiga yaitu:

a) Kebutuhan-kebutuhan organik. Kebutuhan yang meliputi makan,

minum, seksual, kebutuhan beristirahat, dan lain-lain.

b) Motif-motif darurat, yang mencakup dorongan untuk

menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dorongan untuk

(2)

9

c) Motif-motif objektif, yang mencakup kebutuhan melakukan

eksplorasi, melakukan manipulasi, menaruh minat, dan lain-lain.

Dilihat dari sumber yang menimbulkanya , Harmianti sofyan dab

Hamzah B. Uno (2012: 6) mengatakan bahwa jenis motif dapat dibedakan

menjadi dua yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif intrinsik

yaitu motif motif yang timbul dari dalam dri seseorang itu sendiri,

sehingga tidak perlu adanya rangsangan dari luara. Sedangkan motif

ekstrinsik yaitu mitif yang timbul dari rangsangan dari luar individu.

Terori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa motifasi merupakn

dorongan yang timbul karena adanya rangsangan dari dalam diri seseorang

(intrinsik) maupun dorongan dari luar (ekstrinsik) untuk mengadakan

perubahan tingkah laku tertentu yang lebih baik dari sebelumnya.

2. Orang Tua

a. Pengertian Orang Tua

Imam (2009: 111), berpendapat bahwa orang tua adalah guru

utama dan utama bagi seseorang. Orang tua adalah orang yang pertana

mengumandangkan adzan dan iqomat pada telinga anak pada awal

kelahirannya. Orang tua yaitu orang yang pertama mengajarkan anak

bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Melalui hubungan keluarga

khususnya orang tua, anak belajar menyesuaikan diri terhadap

(3)

10

Kamus Besar Bahasa Indonesia (kbbi.web.id/orang-tua.html)

menyebutkan bahwa pengertian orang tua adalah ayah dan ibu. Orang

tua adalah ayah dan ibu dari seorang anak. Orang tua merupakan

orang dewasa yang membawa anak menuju kedewasaan. Tugas orang

tua yaitu melengkapi dan membimbing anak menuju kedewasan

dengan memberikanbimbingan dan pengarahan yang tepat agar dapat

membantu anak dalam menjalani kehidupan masyarakat.

Pendapat di atas dapat dipahami bahwa orang tua yaitu orang

tua kandung atau orang dewasa yang berkewajiban membimbing,

menuntun, dan mengarahkan anak menjadi seorang anaknya menjadi

seorang yang berguna bagi kehidupnya kelak. Peran orang tua sangat

penting bagi tumbuh kembang anak, terutama dalam hal pendidikan.

b. Peran dan fungsi keluarga

Khalid (2009: 117) menjelaskan beberapa hal yang harus orang

tua lakukan dalam mempersiapkan anak-anak sebelum masuk sekolah

yaitu sebagai berikut.

1) Persiapan usia

Kematangan usia anak merupaka salah satu syarat yang harus

dipenuhi dalam mendaftar sekolah. Usia standar anak ketika

memasuki sekolah dasar adalah enam tahun. Memasukan anak ke

sekolah sebelum waktunya dapat mempersulit anak mendapat

(4)

11

2) Mempersiapkan anak masuk sekolah

Orang tua harus memperhatikan anak ketika baru pertama kali

masuk ke sekolah dasar seperti menemani anak atau mengantar

anak ke sekolah ketika pertama kali masuk sekolah untuk bertemu

dan berkenalan dengan teman-teman barunya.

3) Selektif dalam memilih sekolah

Sekolah Islam terpadu merupaka salah satu alternatif pilihan orang

tua dalam menyekolahkan anaknya, dengan catatan sekolah

tersebut memiliki track record yang baik. Sekolah merupakan tempat penyempurna nilai-nilai dan pengetahuan yang diajarkan di

rumah.

4) Masuk sekolah

Orang tua senang bisa membantu anak ketika baru pertama kali

masuk sekolah agar anak bisa beradaptasi dengan lingkungan baru.

Selain itu orang tua harus berkomunikasi dengan guru agar

perkembangan anak selalu terpantau dan terkontrol dengan baik.

Terkait pendapat diatas dapat dipahami bahwa peran orang tua

sangatlah penting dalam memantau usia anak yang sudah dapat

mendaftar sekolah atau belum. Selain itu orang tau juga harus memberi

perhatian yang lebih pada anak ketika mulai masuk atau baru pertama

kali kesekolah. Memilih sekolah yang baik juga merupakan peran

orang tua agar anak mendapatkan ilmu pelajaran dan ilmu agama

(5)

12

C. Sosiologi Pendidikan

1. Pengertian Sosiologi Pendidikan

Ravik Karsidi (2005: 2) menyatakan bahwa dilihat dari objek

penyelidikannya sosiologi pendidikan adalah bagian dari ilmu sosial

terutama sosiologi dan ilmu pendidikan yang secara umum juga

merupakan bagi dari kelompok ilmu sosial. Tinjauan atau pandangan dari

ilmu-ilmu sosial termasuk dalam hal pendidikan, sosiologi akan mencari

hukum-hukum alam yang bersifat umum. Hukum ini berlaku kapan saja di

mana saja, ilmu yang terkait pada nilaidan kebudayaan di

lingkungannya.Sosiologi merupakanilmu yang mempelajari gejala-gejala

masyarakat untuk merumuskan hukum-hukum yang terdapat didalamnya.

Sosiologi mempelajari bagaimana manusia berhubungan satu dengan yang

lain dalam kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau

sosial di suatu wilayah serta jaitannya satu dengan yang lain.

Masyarakat memiliki hubungan pergaulanyang sangat erat yang

ditandai adanya sifat kekerabatan dan keramatamahandalam sistem

kehidupan, hal ini terlihat dari sistem dan pola pikir orang tua, pengaruh

ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi suatu pola pikir

dalam menentukan keputusan. Sosiologi memiliki peran yang sangat

penting dalam pendidikan karena sosiologi mengatur hubungan manusia

dengan manusia atau individu dengan masyarakat, dengan demikian

perkembangan tersebut mempengaruhi pola pikir orang tua dalam

(6)

13

2. Peranan Sosiologi terhadap Pendidikan

Lembaga pendidikan memiliki peranan sosial meningkatkan

kehidupan dalam bermasyarakat. Sekolah berperan penting bagi

berlangsungnya pendidikan Emile Durkheim (1990: 167) berpendapat

bahwa lingkungan sekolah merupakan asosiasi yang lebih luas dari pada

lingkungan keluarga atau teman-teman. Lingkungan sekolah tidak berasal

dari hubungan darah, bukan dari pilihan bebas, tetapi dari

pertemuan-pertemuan kebetulan di antara para siswa yang dikumpulkan berdasarkan

umur dan berbagai kondisi sosial yang hamper sama.

Ravik Karsidi (2005: 5) menyatakan bahwa sosiologi pendidikan

memuat analisis-analisis ilmiah tentang proses interaksi sosial yang

terkait dengan aktivitas pendidikan baik dari lingkup keluarga, kehidupan

sosio-kultur masyarakat maupun pada taraf konstelasi ditingkat nasional.

3. Siklus Belajar Individu di Masyarakat

Pendidikan merupakan proses transisi atau perubahan pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek perilaku yang

sepenuhnya dilakuakan oleh masyarakat. Ravik Karsidi (2005: 19)

menyatakan bahwa:

bagi masyarakat sendiri hakikat pendidikan sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat itu dapat melanjutkaneksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya yang diharapkan akan dimiliki oleh setiap

anggotanya. Setiap masyarakat berupaya meneruskan

(7)

14

Pendidikan sudah dimulai semenjak seorang individu pertama kali

berinteraksi dengan lingkungan eksternal di luar dirinya, yakni keluarga.

Seorang bayi yang baru lahir tentunya hidup dalam keadaan yang tidak

berdaya sama sekali. Menyadari hal demikian sang ibu berupaya

memberikan segala bentuk curahan kasih sayang dan buaian cinta kasih

melalui air susunya, perawatan yang lembut serta gendongan yang begitu

mesra kepada si bayi. Begitulah proses tersebut berlangsung selama si

bayi masih tetap memerlukan pertolongan intensif dari manusia lain.

Sampai pada umur lima tahun bayi itu tumbuh dan berkembang dengan

sehat di dalam mahligai cinta kasih perpaduan sepasang manusia yang

menjadi orang tuanya.

Pendidikan juga memiliki fungsi, peran dan kiprah lain yang

berkorelasi dengan kekuatan-kekuatan kolektif yang sudah mapan, tidak

hanya puas dalam kondisi demikian pendidikan juga memberikan andil

menterjemahkan nilai-nilai baru yang tumbuh akibat proses pergulatan

sejarah dalam wujud emansipasi integrasi dengan sistem dan struktur

sosialnya. Sehingga dengan begitu masyarakat tidak pernah kering dari

dinamika perubahan dan evolusi sosialnya.

4. Perubahan Sosial dan Pendidikan

Masyarakat saat ini tidak pernah lepas dari gejala perubahan.

Namun karena gejala tersebut memiliki intensitas yang begitu kuat maka

banyak pihak yang mengkhawatirkan ketangguhan nilai-nilai masyarakat

yang telah mapan menjadi goyah lalu perlahan-lahan akan mengalami

(8)

15

Perubahan dalam masyarakat telah ada sejak jaman dulu. Namun

perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan cepat. Hal ini

membingungkan manusia yang menghadapinya. Perubahan-perubahan

mana sering berjalan secara konstan dan terikat dengan waktu dan

tempat, akan tetapi karena sifatnya berantai, maka perubahan terlihat

berlangsung terus, meskipun diselingi keadaan di mana masyarakat yang

mengalami perubahan. Telah menjadi hukum alam bahwa masyarakat

memilikiperbedaan dalam adopsi setiap perubahan ataupun inovasi baru.

Ada masyarakat yang sangat cepat mengadopsi suatu perubahan, ada

yang lambat bahkan ada yang sangat skeptik, di samping yang terjadi

pada kebanyakan anggota masyarakat umumnya, hal ini terjadi karena

anggota masyarakat memiliki perbedaan kesiapan untuk menerima

perubahan itu, sebagai akibat dari adanya variasi pengetahuan, cara

berpikir, sikap, variasi personalitas, pengalaman, selain kesesuaiannya

antara nilai yang ia miliki dengan nilai baru yang ditawarkan. Selain

karakteristik yang dimiliki oleh seseorang atau suatu masyarakat, faktor

referensi atau panutan juga berperanan penting dalam adopsi perubahan

itu. Unsur-unsur yang dapat dijadikan referensi oleh seseorang atau

masyarakat terhadap proses adopsi perubahan itu di antaranya adalah, (1)

orangtua (2) pemuka masyarakat baik formal maupun non-formal, (3)

teman dekat, (4) figur idola, dan (5) orang yang paling berpengaruh

terhadap diri seseorang.

Peran pendidikan orang tua dan pendidikan sekolah dituntut

semakin besar, apabila kita ingin generasi bangsa kita tidak mengalami

(9)

16

pemudaran rasa kebangsaan kita, dengan lebih besar memberikan

kesempatan kepada merekauntuk mengaktualisasikan diri mereka

masing-masing.

D. Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) 1. Pengertian Madrasah

Kata “madrasah” adalah isim makan dari kata”

darasa-yadrusu-darasa wa durusan wa dirasatan” yang berarti terhapus,

hilang bekasnya, menghapus, menjadikan usang, melatih, mempelajari.

Muhaimin (2003: 179-180), madrasah merupakan tempat untuk

mencerdaskan para peserta didik, menghilangkan ketidak tahuan atau

memberantas kebodohan mereka, serta melatih ketrampilan mereka

sesuai bakat, minat dan kemampuan. Pengetahuan dan ketrampilan

seseorang akan cepat usang selaras dengan percepatan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta perkembangan zaman, sehingga

madrasah pada dasarnya merupakan saran untuk mengembangkan

kepekaan intelektual dan informasi, serta pembaharuan pengetahuan,

sikap, dan dan ketrampilan secara berkelanjutan, agar tetap up to date

dan tidak ketinggalan zaman.

Madrasah adalah sekolah umum yang berciri khas islami,

yaitudiantaranya jenjang Ibtida’iyah-Tsanawiyyah‘Aliyah (Ahmad

Tafsir, 2012: 184). Jenjang Ibtida’iyah-Tsanawiyyah-Aliyah ini

setingkat dengan jenjang SD-SMP-SMA, hanya saja seluruh

(10)

17

madrasah adalah model sekolah umum yang terbaik. Beliau

mengemukakan bahwa sistem yang ada di suatu madrasah selaras

dengan tugasutama pendidikan yaitu membantu manusia menjadi

manusia seutuhnya. Tiga tugas pokok pendidikan untuk menghasilkan

manusia yang seutuhnya. Pertama, membantu murid agar memiliki

kemampuan mengendalikan diri atau yang disebut dengan akhlak.

Kedua, membantu murid agar menjadi manusia yang mencintai tanah airnya atau yang disebut dengan civic. Ketiga, membantu manusia

agar memiliki pengetahuan. Ketiga tugas pokok pendidikan ini

dilaksanakan oleh lembaga madrasah, yang ketiga-tiganya tidak dapat

kita temuidi sekolah umum manapun.

Lembaga madrasah tersebut memiliki jam belajar lebih panjang

dari pada sekolah umum biasa, mengingat banyaknya muatan

kurikulum agama yang ada. Disinilah hakikat nilai plus dan nilai jual

Sekolah Berbasis Agama dibandingkan dengan sekolah umum

lainnya.

Mukodi (2011: 151-153) menjelaskan bahwa terdapat beberapa

langkah yang harus dilakukan agar sekolah agama (madrasah) lebih

berkualitas. Pertama, madrasah terlebih dahulu harus memiliki kepala madrasah yang handal. Hadirnya figur kepala madrasah yang kredibel

baik secara teknis maupun operasional akan sangat menentukan

(11)

18

Ketiga, madrasah harus adaptif dan selektif dengan tuntutan

modernitas. Adaptif dan selektif disiniyaitu selalu mengikuti

perkembangan zaman, tentu saja diikuti dengan kemampuan

memfilter segala perkembangan yang terjadi, disesuaikan dengan

sumber pendidikan islam dan budaya bangsa Indonesia.

Langkah yang harus dilakukan agar sekolah agama (madrasah)

lebih berkualitas berikutnya adalah: Keempat, madrasah

harusberwawasan terbuka, inklusif dan global, agar pendidikan Islam

tidak terjebak pada sikap menutup diri atau sikap ekslusif yang dapat

berakibat ketinggalan zaman, atau membuka diri dengan resiko

kehilangan jati diri atau kepribadian, maka pendidikan Islam harus

kembali pada sumber tertinggi yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Kelima, madrasah harus senantiasa melakukan perubahan di dalam

organisasi, karena setiap individu dalam sebuah organisasi haruslah

bersifat dinamis, termasuk visi dan misi madrasah yang harus

diperbaharui seiring dengan tuntutan zaman. Keenam, madrasah harus senantiasa memperluas relasi dan networking serta mempunyai

stackholder yang kuat. Sekolahan harus memperhatikan apa yang

diinginkan dan diperlukan pelanggan atau pengguna jasa pendidikan,

sehingga semakin banyak relasi dan networking sebuah

lembagapendidikan akan senantiasa bisa survive.

Agus Maimun (2010: 4) mengemukakan bahwa sebuah

(12)

19

pendidikan berciri khas agama Islam, yaitu: (a) suasana kehidupan

madrasah yang agamis, (b) adanya sarana ibadah, (c) penggunaan

metode dan pendekatan yang agamis, (d) kualifikasi guru yang harus

beragama Islam dan berakhlak mulia, (e)menjadi wahana pembinaan

rohani dan praktik hidup islami, (f) memperkokoh sistem

kelembagaan madrasah agar dapat sejajar bahkan lebih dengan

sekolah umum, dan (g) merespon tantangan masa depan dengan

memanfaatkan kemajuan IPTEK.

Pengertian di atas dapat dipahami bahwa madrasah yaitu suatu

lembaga pendidikan yang seluruh sistemnya berlandaskan nilai-nilai

islami. Madrasah merupakan tempat murid-murid menerima ilmu

pengetahuan agama secara teratur dan sistematis guna

mengembangkan kepekaan intelektual dan informasi, serta

pembaharuan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

2. Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah

Secara umum telah terkenal di seluruh negara Islam bahwa

ajaran Al- Qur’an dan Hadits Nabi merupakan dua materi pelajaran

pokok, namun di negeri-negeri Islam tidak sama dalam

memprogramkan kedua materi pokok tersebut kedalam kurikulum,

karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing negara,

yang ada umumnya berbeda-beda madzhab dan pandangan dari pada

negara tersebut. Tentang penyebutan nama kurikulum tingkat dasar

(ibtidai) didasarkan atas dimulainya pendidikan terhadap anak-anak

(13)

20

murahaqah (usia dimana anak telah mampu berpikir). Kurikulum ini

mencakup pendidikan bagi tingkat kanak-kanak dan murahaqah.

Kaum muslimin di belahan timur negeri Arabia, seperti

penduduk Baghdad dan sekitarnya yang memeluk agama Islam, aliran

pahamnya dalam pendidikan anak sama dengan paham penduduk

Andalusia yaitu disamping mengajarkan hafalan Al-Qur’an juga

mata-mata pelajaran yang lain. Ada dua aspek yang berbeda antara mereka

yaitu:

a. Kaum muslimin di belahan timur mempunyai perhatian yang lebih

besar dan kuat pada perhatian penduduk Andalusia.

b.Kaum muslimin di wilayah itu juga memasukkan bahan-bahan

pelajaran khat secara terperinci ke dalam kurikulum dan

membangun lembaga-lembaga pendidikan, dan mengangkat

guru-gurunya secara terpisah (dalam suatu organisasi yang berdiri

sendiri).

Muhaimin (2012: 81) mengutip indikator-indikator

keberhasilan mata pelajaran PAI kurikulum tahun 1999 pada jenjang

Pendidikan Dasar yaitu sebagai berikut.

a. Siswa mampu membaca, menulis dan memahami ayat-ayat pilihan,

dengan indikator-indikator: (a) siswa mampu membaca ayat-ayat

pilihan; (b) siswa mampu menulis ayat-ayat pilihan; (c) siswa

mampu memahami terjemahan ayat-ayat pilihan.

b. Siswa mengetahui, memahami, dan meyakini unsur-unsur

(14)

21

memahami, dan meyakini Allah dan sifat-sifat-Nya; (b)siswa

mengetahui, memahami, dan meyakini malaikatmalaikat dan

rasul-rasul beserta tugas-tugasnya; (c) siswa mengetahui, memahami,

dan meyakini kitab-kitab Allah, hari akhir, dan qadla-qadar.

c. Siswa mengetahui sejarah Nabi Muhammad SAW dan

perkembangan agama Islam, dengan indikator-indikator sebagai

berikut: (a) siswa mengetahui sejarah Nabi Muhammad SAW

periode Mekah; (b) siswa mengetahui sejarah Nabi Muhammad

SAW periode Madinah; (c) siswa mengetahui perkembangan

agama Islam sejak Nabi SAW, zaman Khulafaur Rasyidin, dan

Islam di Indonesia.

d. Siswa memahami fiqih ibadah, muamalah, dan jinayah dengan

indikator-indikator:(a) siswa mengakui dan memahami muamalah

ketentuan-ketentuan shalat, puasa, zakat, dan haji; (b) siswa

mengetahui dan memahami muamalah, munakahat, dan jinayah.

e. Siswa berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia, dengan

indikator-indikator: (a) siswa melaksanakan tuntunan akhlak terhadap dirinya

sendiri; (b) siswa melaksanakan tuntunan akhlak terhadap sesama;

(c) siswa melaksanakan tuntunan akhlak terhadap lingkungan; (d)

siswa melaksanakan tuntunan akhlak terhadap makhluk lain.

Tantangan pendidikan agama islam menurut Muhaimin (2012:

92) mengatakan bahwatantangan tersebut dibagi dalam dua macam,

yaitu tantangan internal dan tantangan eksternal. Tantangan internal

(15)

22

sempitnya pemahaman terhadap esensi ajaran agama Islam,

perancangan dan penyusunan materi yang kurang tepat, metodologi

dan evaluasinya, pelaksanaaan dan penyelenggaraan pendidikan

agama Islam itu sendiri yang sebagian masih bersikap eksklusif dan

belum mampu berinteraksi dan bersinkronisasi dengan yang lainnya.

Sedangkan tanangan eksternal berupa berbagai kemajuan IPTEK yang

berdampak pada munculnya scientific.

Penjelasan diatas tentang kurikulum Madrasah Ibtidaiyah

dapat dipahami bahwa kurikulum Ibtidaiyah mengacu pada

indikator-indikator mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di tingkat Sekolah

Dasar. Indikator-indikator tersebut yaitu 1) siswa dapat membaca,

menulis dan menghayati ayat-ayat pilihan, 2) siswa mengetahui,

memahami, dan meyakini unsur-unsur keimanan, 3) siswa mengetahui

sejarah Nabi Muhammad SAW dan perkembangan agama Islam, 4)

siswa memahami fiqih ibadah, muamalah, dan jinayah, dan 5) siswa

berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia.

E. Perbedaan SD Negeri dan MI Muhammadiyah 1.Pendidikan Sekolah Dasar

a. Konsep Sekolah Dasar

Pendidikan dapat berlangsung di sekolah sebagai institusi

pendidikan formal, yang diselenggarakan melalui proses belajar

mengajar. Suparlan Suhartono (2008: 46) menyatakan bahwa “menurut

(16)

23

kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan secara teratur dan terarah

di lembaga pendidikan sekolah”. Suharjo (2006: 1) menyatakan bahwa

“sekolah dasar pada dasarnya merupakan lembaga pendidikan yang

menyelenggarakan program pendidikanenam tahun bagi anak-anak usia

6-12 tahun.” Pendapat tersebut juga diungkapkan Fuad Ihsan (2008: 26)

bahwa “sekolah dasar sebagai satu kesatuan dilaksanakan dalam masa

program belajar selama 6 tahun.” Mencermati kedua pernyataan Suharjo

dan Fuad Ihsan dapat dijelaskan bahwa sekolah dasar merupakan jenjang

pendidikan yang berlangsung selama enam tahun.

Pernyataan tentang sekolah dasar lainnya yang dikemukakan oleh

Harmon & Jones (2005: 1) bahwa:

“Elementary schools usually serve children between the ages of five andeleven years, or kindergarten through sixth grade. Some elementaryschools comprise kindergarten through fourth grade and are called primary schools. These schools are usually followed by a middle school, which includes fifth through eighth grades. Elementary schools can also range from kindergarten to eighth grade”.

Pernyataan oleh Harmon & Jones agak berbeda dengan yang

dikemukakan oleh Suharjo yaitu terletak pada usia. Jika Suharjo

menyatakan sekolah dasar lebih ditujukan pada anak yang berusia 6-12

tahun, maka Harmon dan Jones menyatakan sekolah dasar biasanya

terdiri atas anak-anak antara usia 5-11 tahun, atau TK sampai kelas enam.

Kemungkinan perbedaan ini terletak pada fisik antara anak yang ada di

(17)

24

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Jenjang pendidikan dasar dan

menengahadalah jenis pendidikan formal untuk peserta didik usia 7

sampai 18 tahun dan merupakan persyaratan dasar bagi pendidikan yang

lebih tinggi”. Jika usia anak pada saat masuk sekolah dasar, merujuk

pada definisi pendidikan dasar dalam Undang-Undang tersebut, berarti

pengertian sekolah dasar dapatdikatakan sebagai institusi pendidikan

yang menyelenggarakan proses pendidikan dasar selama masa enam

tahun yang ditujukan bagi anak usia 7-12 tahun. Batasan usia 7-12 tahun

inilah yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian.

3. Tujuan Sekolah Dasar

Proses pendidikan menjadi bagian yang tidak terpisahkan atau

bagian integral dari pengembangan sumber daya manusia (SDM) sebagai

subjek sekaligus objek pembangunan. Dengan demikian, pendidikan

harus mampu melahirkan SDM yang berkualitas dan tidak menjadi beban

pembangunan dan masyarakat, yaitu SDM yang menjadi sumber

kekuatan atau sumber pengerak (driving forces) bagi seluruh proses pembangunan dan kehidupan masyarakat.

Sekolah memainkan peran yang sangat penting sebagai dasar

pembentukan sumber daya manusia yang bermutu. Melalui sekolah, anak

belajar untuk mengetahui dan membangun keahlian serta membangun

karakteristik mereka sebagai bekal menuju kedewasaan. “The school

(18)

25

experiences from which children develop the skill, knowledge, interest, and attitudes that characterize them as individuals and that shape their

abilities to perform adult roles” (Berns, 2004: 212-213).

Bagi anak, ketika masuk ke sekolah dasar menandai suatu

perubahan dimana peran-peran dan kewajiban baru akan dialami. “For

most children, entering the first grade signal a change a from being a “homechild” to being a “schoolchild” a situation in which new roles

and obligations are experiences Santrock (2004: 355). Melalui sekolah

dasar, pertama kalinya anak belajar untuk berinteraksi dan menjalin

hubungan yang lebih luas dengan orang lain yang baru dikenalinya.

Suharjo (2006: 8) mengemukakan tujuan pendidikan sekolah

dasar sebagai berikut:

1) Menuntun pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, bakat dan minat siswa.

2) Meberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar yangbermanfaat bagi siswa.

3) Membentuk warga negara yang baik

4) Melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan di SLTP 5) Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar bekerja

di masyarakat.

6) Terampil untuk hidup di masyarakat dan dapat

mengembangkan diri sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup.

Tujuan pendidikan sekolah dasar lainnya dikemukakan oleh Eka

Ihsanudin (2010) yaitu: (1) memberikan bekal kemampuan membaca,

menulis, dan berhitung, (2) memberikan pengetahuan dan keterampilan

dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat

(19)

26

pendidikan di SLTP. Jika dicermati, tujuan pendidikan SD yang di

kemukakan oleh Suharjo dan Eka Ihsanidin memiliki kesamaan yaitu

bahwa sekolah dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan

kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar bagi

anak yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat. Selain itu,

pendidikan sekolah dasar bertujuan mempersiapkan peserta didik untuk

mengikuti pendidikan tingkat menengah.

c. Karakteristik Anak Sekolah Dasar

1) Perkembangan Fisik dan Kognitif

Masa sekolah dasar berlangsung antara usia 6 – 12 tahun.

Masa ini sering disebut juga masa sekolah, yaitu masa matang untuk

belajar atau sekolah. Pada masa ini anak-anak lebih mudah diarahkan,

diberi tugas yang harus diselesaikan, dan cenderung mudah untuk

belajar berbagai kebiasaan seperti makan, tidur, bangun, dan belajar

pada waktu dan tempatnya dibandingkan dengan masa pra sekolah.

Karateristik anak pada pertumbuhan fisik dan psikologis, anak

mengalami pertumbuhan jasmaniah maupun kejiwaannya.

Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak berlangsung secara teratur

dan terus menerus kearah kemajuan. “Anak SD merupakan anak

dengan katagori banyak mengalami perubahan yang sangat drastis

baik mental maupun fisik” (Sugiyanto, 2010: 1). Pada fase ini

(20)

27

lebih berat, lebih kuat, dan juga lebih banyak belajar berbagai

keterampilan.

Pada masa ini juga perkembangan kemampuan berpikir anak

bergerak secara sekuensial dari berpikir konkrit ke berpikir abstrak.

Hal ini sejalan dengan apa yang di kemukakan oleh Jean Piaget

(Crain, 2004: 121-131) bahwa anak usia sekolah dasar berada pada

tahapan operasi konkrit. Pada tahap operasi konkrit ini anak sudah

mengetahui simbol-simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi

hal-hal yang abstrak.

Tahap perkembangan fisik dan kognitif anak mulai berkurang

egosentrisnya dan lebih sosiosentris (mulai membentuk peer group). Akhirnya pada tahap operasi formal anak telah mempunyai pemikiran

yang abstrak pada bentuk-bentuk yang lebih kompleks.

2) Hubungan Orang Tua dan Anak SD

Santrock (2004: 349) menyatakan bahwa “as children move

into the middle and late chilhood years, parents spend considerably less time with them”. Pada usia akhir, waktu anak-anak bersama

keluarganya cenderung berkurang, hal ini dikarenakan anak lebih

banyak di sekolah dan atau bermain dengan teman-teman sebayanya

yang banyak menyita waktu. Anak tidak lagi puas bermain sendirian

di rumah, karena anak mempunyai keinginan kuat untuk diterima

(21)

28

Peranan orang tua dalam penanaman norma sosial, kontrol,

dan disiplin, memiliki peranan penting bagi anak. Kontrol yang

diberikan orang tua terhadap anak lebih berkaitan dengan memonitor

perkembangan anak, mengarahkan dan memberi dukungan (support), pemanfaatan waktu secara efektif ketika mereka langsung

berhubungan dengan anak-anaknya. Selain itu, orang tua juga harus

berusaha menanamkan kepada anak kemampuan untuk mengontrol

perilaku mereka sendiri, untuk menghindari resiko cedera, untuk

memahami perilaku yang diharapkan, dan merasakan perhatian

ataupun dukungan dari orang tuanya. Berbagai hal tersebut merupakan

bentuk tanggung jawab orang tua terhadap anaknya.

Fuad Ihsan (2008: 63-64) menyatakan bahwa tanggung jawab

pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua

terhadap anak antara lain: (a) memelihara dan membesarkannya, (b)

melindungi dan menjamin kesehatannya, (c) mendidik dengan berbagi

ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi hidupnya, (d)

membahagiakan anak dunia dan akhirat dengan memberikannya

pendidikan anak. Penyataan ini, dapat dijelaskan bahwa orang tua

memiliki tanggung jawab yang besar dalam mendidik anak.

Pendidikan yang diberikan oleh orang tua adalah bentuk perhatian

orang tua terhadap anaknya untuk memasuki masa depan yang lebih

(22)

29

2. Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah

Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah merupakan sekolah yang

berasal dari lembaga keagamaan swasta yang bekerja sama dengan

pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan yang layak bagi

masyarakat Indonesia. Sekolah Madrasah ibtidaiyah Muhammadiyah

setara dengan pendidikan Sekolah Dasar.

Kurikulum pendidikan agama didalam madrasah Ibtidaiyah

Muhammadiyah lebih banyak karena sekolah ini merupakan sekolah

berbasis agama. Mempelajari menganenai agama secara lebih dalam dan

luas.

a. Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah

Secara umum telah terkenal di seluruh negara Islam bahwa

ajaran Al- Qur’an dan Hadits Nabi merupakan dua materi pelajaran

pokok, namun di negeri-negeri Islam tidak sama dalam

memprogramkan kedua materi pokok tersebut kedalam kurikulum,

karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing negara,

yang ada umumnya berbeda-beda madzhab dan pandangan dari pada

negara tersebut. Tentang penyebutan nama kurikulum tingkat dasar

(ibtidai) didasarkan atas dimulainya pendidikan terhadap anak-anak

yang sedang bertumbuh, lalu berproses ke arah tingkat usia

murahaqah (usia dimana anak telah mampu berpikir). Kurikulum ini

mencakup pendidikan bagi tingkat kanak-kanak dan murahaqah.

Kaum muslimin di belahan timur negeri Arabia, seperti

(23)

30

pahamnya dalam pendidikan anak sama dengan paham penduduk

Andalusia yaitu disamping mengajarkan hafalan Al-Qur’an juga mata

-mata pelajaran yang lain. Ada dua aspek yang berbeda antara mereka

yaitu:

a. Kaum muslimin di belahan timur mempunyai perhatian yang lebih

besar dan kuat pada perhatian penduduk Andalusia.

b.Kaum muslimin di wilayah itu juga memasukkan bahan bahan

pelajaran khat secara terperinci ke dalam kurikulum dan

membangun lembaga-lembaga pendidikan, dan mengangkat

guru-gurunya secara terpisah (dalam suatu organisasi yang berdiri

sendiri).

Muhaimin (2012: 81) mengutip indikator-indikator

keberhasilan mata pelajaran PAI kurikulum tahun 1999 pada jenjang

Pendidikan Dasar yaitu sebagai berikut.

a. Siswa mampu membaca, menulis dan memahami ayat-ayat pilihan, dengan indikator-indikator: (a) siswa mampu membaca ayat-ayat pilihan; (b) siswa mampu menulis ayat-ayat pilihan; (c) siswa mampu memahami terjemahan ayat-ayat pilihan.

b.Siswa mengetahui, memahami, dan meyakini unsur-unsur keimanan, dengan indikator-indikator: (a) siswa mengetahui, memahami, dan meyakini Allah dan sifat-sifat-Nya; (b)siswa mengetahui, memahami, dan meyakini malaikatmalaikat dan rasul-rasul beserta tugas-tugasnya; (c) siswa mengetahui, memahami, dan meyakini kitab-kitab Allah, hari akhir, dan

qadla-qadar.

c. Siswa mengetahui sejarah Nabi Muhammad SAW dan

(24)

31

d.Siswa memahami fiqih ibadah, muamalah, dan jinayah dengan indikator-indikator:(a) siswa mengakui dan memahami muamalah ketentuan-ketentuan shalat, puasa, zakat, dan haji; (b) siswa mengetahui dan memahami muamalah, munakahat, dan jinayah. e. Siswa berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia, dengan indikator-indikator: (a) siswa melaksanakan tuntunan akhlak terhadap dirinya sendiri; (b) siswa melaksanakan tuntunan akhlak terhadap sesama; (c) siswa melaksanakan tuntunan akhlak terhadap lingkungan; (d) siswa melaksanakan tuntunan akhlak terhadap makhluk lain.

Muhaimin (2012: 92) mengatakan bahawa tantangan

pendidikan agama Islam dibagi dalam dua macam, yaitu tantangan

internal dan tantangan eksternal. Tantangan internal yaitu antara lain

kurang tepatnya orientasi pendidikan agama Islam, sempitnya

pemahaman terhadap esensi ajaran agama Islam, perancangan dan

penyusunan materi yang kurang tepat, metodologi dan evaluasinya,

pelaksanaaan dan penyelenggaraan pendidikan agama Islam itu

sendiri yang sebagian masih bersikap eksklusif dan belum mampu

berinteraksi dan bersinkronisasi dengan yang lainnya. Sedangkan

tanangan eksternal berupa berbagai kemajuan IPTEK yang berdampak

pada munculnya scientific.

Penjelasan diatas mengenai Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah

dapat dipahami bahwa kurikulum tersebut mengacu pada

indikator-indikator mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di tingkat Sekolah

Dasar. Indikator-indikator tersebut yaitu 1) siswa dapat membaca,

menulis dan menghayati ayat-ayat pilihan, 2) siswa mengetahui,

(25)

32

sejarah Nabi Muhammad SAW dan perkembangan agama Islam, 4)

siswa memahami fiqih ibadah, muamalah, dan jinayah, dan 5) siswa

berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia.

Tabel 2. 1 Perbedaan SD dan MIM

ASPEK SD MIM

▪ Kurangnya guru agama ▪ Kualitas SDM yang memadai, baik itu

pendidik, ahli agama Islam, ahli dalam organisasi dan tenaga penunjang

pendidikan lainnya

▪ Dedikasi guru yang tinggi

Ekstrakurikuler

▪ Pramuka

▪ Seni

▪ Olahraga

▪ TPQ setiap hari setelah jam pelajaran selesai

Marching Band

▪ Paduan Suara

▪ Hisbul Wathan setiap hari

Jum’at

▪ Kamar mandi siswa yang kurang terawat

▪ Ruang kelas yang nyaman

▪ Alat penunjang

pembelajaran yang lengkap

▪ Halaman sekolah yang luas

▪ Kantin sehat bebas dari 5P (pewarna, pemanis, pengawet, penyedap, dan perasa)

▪ UKS

▪ Kamar mandi yang bersih

▪ Perpustakaan

(26)

33

b. Kegiatan Ekstrakurikuler

Ekstrakurikuler adalah merupakan kegiatan di luar jam

pelajaran biasa yang bertujuan untuk memperluas pengetahuan,

menyalurkan bakat danminat siswa. Menurut Depdikbud (1994: 6)

bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan olahraga yang di

lakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan untuk lebih

memperluas wawasan atau kemampuan peningkatan dan penerapan

nilai pengetahuan dan kemampuan olahraga.

Halim (2013: 5) bahwa tujuan ekstrakurikuler yaitu untuk

mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian,

kerjasama, dan kemandirian siswa.

Yudha M. Saputra (1998: 7), kegiatan kokurikuler dan

ekstrakurikuler merupakan pengembangan dari kegiatan intrakurikuler

atau “merupakan aktivitas tambahan, pelengkap bagi pelajaran

yangwajib”. Kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler dapat

memberikan peluang pada anak untuk melakukan berbagai macam

kegiatan di hadapan orang lain untuk mempertunjukkan pada orang

tua dan temanteman apa yang mereka sedang pelajari.

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu system

pendidikan nasional, sesuai dengan pasal 3 Undang-Undang Nomor

20 tahun 2003 menyebutkan bahwa:

(27)

34

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Mikarsa, dkk. (2007: 3.5) bahwa minat merupakan dorongan

dari dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan

atau perhatian secara selektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu

objek atau kegiatan, yang menguntungkan, menyenangkan, dan

lama-kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya.

Depdikbud (1994: 6) bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah

kegiatan olahraga yang di lakukan di luar jam pelajaran tatap muka,

dilaksanakan untuk lebih memperluas wawasan atau kemampuan

peningkatan dan penerapan nilai pengetahuan dan kemampuan

olahraga. Ekstrakurikuler merupakan kegiatan di luar jam pelajaran

biasa yang bertujuan untuk memperluas pengetahuan, menyalurkan

bakat dan minat siswa.

Yudha M. Saputra (1998: 7), kegiatan kokurikuler dan

ekstrakurikuler merupakan pengembangan dari kegiatan intrakurikuler

atau “merupakan aktivitas tambahan, pelengkap bagi pelajaran yang

wajib”. Kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler dapat memberikan

peluang pada anak untuk melakukan berbagai macam kegiatan di

hadapan orang lain untuk mempertunjukkan pada orang tua dan

temanteman apa yang mereka sedang pelajari.

Berdasarkan pengertian tentang ekstrakurikuler di atas dapat

disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan sebuah upaya

(28)

35

yang dilakukan di dalam lingkungan sekolah maupun di luar

lingkungan sekolah guna melengkapi pembinaan manusia seutuhnya

dalam hal pembentukan kepribadian para siswa.

E. Macam-Macam Sekolah

Hasbullah (2013: 52-54) mengatakan bahwa lembaga pendidikan

memiliki banyak ragam, hal ini dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu di

tinjau dari segi mengusahakan, ditinjau dari sudut tingkatan, dan ditinjau dari

segi sifat.

1. Ditinjau dari segi yang mengusahakan

a. Sekolah negeri yaitu sekolah yang diusahakan oleh pemerintah, baik

dari segi fasilitas, keuangan maupun pengadaan tenaga pengajar.

b. Sekolah swasta yaitu sekolah yang diusung oleh selain pemerintah,

yaitu badan swasta. Diliahat dari status sekolah swasta terdiri dari:

disamakan, diakui, terdaftar, dan tercatat.

2. Ditinjau dari sudut tingkatan

Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003, mencantumkan bahwa

jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan

menengah dan pendidikan tinggi yang meliputi:

a. Pendidikan Dasar terdiri dari: Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan

SMP/MTs

b. Pendidikan menengah terdiri dari: SMA/MA dan SMK/MAK

c. Pendidikan Atas terdiri dari: Akademi, Institusi, Sekolah Tinggi dan

(29)

36

3. Ditinjau dari sifatnya

a. Sekolah Umum yaitu sekolah yang belum mempersiapkan anak dalam

spesialisasi pada bidang pekerjaan tertentu. Sekolah ini penekanannya

adalah sebagai persiapan mengikuti pendidikan yang lebih

tinggitingkatannya.

b. Sekolah kejuruan yaitu sekolah yang mempersiapkan anak untuk

menguasi keahlian-keahlian tertentu.

Ditinjau dari segi yang mengusahakan sekolah terbagi menjadi dua

jenis yakni (Hasbullah, 2005):

1. Sekolah negeri

Sekolah negeri adalah sekolah yang diusahakan pemerintah, baik deri

segi pengadaan fasilitas, keuangan maupun pengadaan tenaga

pengajar. Penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah ini ditetapkan

di dalam Pasal 31 UUD 1945, yang pengaturan penyelenggaraannya

diatur menurut UUNomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Instansi penyelenggara pada umumnya adalah Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan untuk sekolah-sekolah umum dan

Departemen Agama untuk sekolah yang berciri khas Agama Islam.

2. Sekolah swasta

Sekolah swasta yaitu sekolah yang diusahakan oleh pihak selain

pemerintah, yaitu pihak swasta. Hal ini sebagaimana dinyatakan

dalam UU Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 47 ayat (1), yaitu “Masyarakat

sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang seluas-luasnya untuk

(30)

37

swasta berdasarkan statusnya terdiri dari disamakan, diakui, terdaftar

dan tercatat

1. Fungsi dan peran sekolah

Peran sekolah sangat penting bagi setiap warga negara, karena

sekolah merupakan salah satu tempat warga negara mendapatkan ilmu

pendidikan dengan baik. Hasbullah (2013: 49) menjelaskan bawa peran

sekolah dengan melalui kurikulum antarain sebagi berikut. (1) anak didik

belajar bergaul sesama anak didik, antara anak didik dengan guru, dan

anak didik dengan orang bukan guru(karyawan); (2) anak didik belajar

menaati peraturan-peraturan sekolah; (3) mempersiapkan anak didik untuk

menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi agama, bangsa, dan

negara. Bisa dikatakan bahwa sebagian besar pembentukan kecerdasan,

sikap dan minat sebagian dari pembentukan kepribadian dilaksanakan oleh

sekolah. Kenyataan inilah yang membuat betapa pentingnya peran

sekolah.

Suwarno (Hasbullah 2013: 50) menjelaskan fungsi sekolah adalah

sebagai berikut.

1) Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan

pengetahuan

2) Fungsi sekolah adalah menyampaikan pengetahuan dan melaksanakan pendidikan kecerdasan.

3) Spesialisasi

4) Sekolah mempunyai fungsi sebagai lembaga sosial yang sepesialisasinya dalam bidang pendidikan dan pengajaran. 5) Efisiensi

(31)

38

pendidikan yang dilakukan di sekolah dilakukan dengan program tertentu dan efisien; (c) di sekolah dapat dididik sejumlah besar sekaligus.

7) Sosialisasi

8) Sekolah berfungsi untuk membantu perkembangan individu menjadi makhluk sosial, mahluk yang beradaptasi dengan baik di masyarakat.

9) Konservasi dan transmisi kultural.

10)Sekolah berfungsi memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan budaya tersebut pada generasi muda yaitu anak didik.

11)Transisi dari rumah ke masyarakat

12)Dengan memasuki dunia sekolah anak akan mendapat kesempatan berinteraksi dengan lingkungan yang baru. Sehingga anak akan siap ketika nantinya hidup bermasyarakat.

2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih sekolah

Orang tua tentunya menginginkan anaknya bersekolah disekolah

yang baik dan anak dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara

optimal. Aischa Revaldi (2010: 69-79) menemukan beberapa hal yang

perlu diperhatikan dalam memilih sekolah untuk anak, yaitu sebagai

berikut.

a. Lokasi sekolah dan lingkungan

Lokasi yang dimaksud yaitu jarak dari rumah menuju sekolah,

lingkungan sekitar, dan sarana transpotasinya. Faktor lokasi dan

lingkuan ini sangat penting diperhatikan oleh orang tua.perlu

dipikirkan pula sekolah yang berlokasi di perkotan dengan suasana

keramaian dan sekolah di daerah pinggiran atau pedesaan yang dekat

dengan alam, semua memiliki kelebihan dan kelemahan

(32)

39

b. Sarana fisik

Sarana fisik meliputi gedung sekolah, ruang kelas, perpustakaan,

mushola, laboratorium, teman, sarana olahraga dan kesenian, taman

bermain, kantin, perlengkapan kelas, sampai dengan alat peraga

edukasi yang dimiliki. Seiring dengan perkembangan teknologi dan

ilmu pengetahuan, sekolah juga harus memiliki fasilitas jaringan

internet dan websitesendiri untuk memudahkan para orang tua melihat profil dan kelebihan yang dimiliki sekolah dengan cepat.

c. Visi dan Misi sekolah

Sekolah yang baik tentunya memiliki visi dan misi yang jelas, terukur,

dan realistis. Sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu

menggali, mengembangkan, dan mengoptimalkan seluruh potensi

peserta didinya.

d. Porsi pendidikan agama

Peran pendidikan agama sangat penting terutama dalam membentuk

karakter dan perilaku siswa. Pendidikan moral tertinggi terdapat pada

agama yang diyakini oleh seseorang di sekolah melalui pendidikan

agama yang cukup, diharapkan siswa-siswa akan muncul kecerdasan

dan pemahaman mengenai tugas, peran dan tanggung jawab sebagai

hamba Allah, siswa, anak, dan anggota masyarakat.

e. Profil pendidik

Guru atau pendidik di sekolah merupakan ujung tombak dalam proses

pembelajaran, dari mana mereka berasal dan seberapa besar minat

mereka pada dunia pendidikan untuk menciptakan generasi penerus

(33)

40

f. Kurikulum pembelajaran

Kurikulum merupakan jantungnya pendidikan, karena didalamnya

berisi perencanaan pembelajaran yang menyangkut semua kegiatan

yang akan dilakukan dan dialami siswa dalam perkembangan, baik

formal maupun informal guna mengetahui tujuan dari pendidikan.

Sangat mungkin sekali setiap sekolah akan melakukan persaingan

dalam menampilkan profil dan keunggulan yang dimiliki setiap

sekolah dalam hal materi pembelajaran dan kegiatan sekolah. Oleh

karena itu orang tua harus jeli dalam memilih sekolah terutama

kurikulum yang diterapkan oleh sekolah tersebut.

g. Alternatif aktivitas

Kurikulum yang digunakan setiap sekolah mengacu pada kurikulum

nasional, walupun demikian setiap sekolah menawarkan aktivitas

didalam sekolah yang berbeda. Sekolah swasta juga menawarkan

aktivitas dan tujuan khas yang berbeda dengan sekolah negeri, baik

aktivitas intrakulikuler maupun aktivitas ekstrakulikuler.

h. Ketertiban dan kebersihan sekolah

Kondisi sekolah yang disiplin, tertib, tenang, dan lingkungan yang

bersih tentunya akan mendukung suasan dalam proses pembelajaran.

Lingkuan seperti ini diharapkan dapat membuat siswa merasa nyaman

dan senang dalam mengikuti proses pembelajaran.

i. Keterampilan skolastik

Banyak sekolah dalam memilih siswa yang akan masuk harus

(34)

41

banyak juga sekolah yang lebih toleran ketika menerima anak menjadi

murid dan hanya memperhatikan usia minimum anak yaitu usia 6

tahun.

j. Lihat prestasi dan alumninya

Alumni bukan sekedar bagian dari sekolah saja, melainkan aset aset

yang berkesinambungan hinga anak menjadi manusia yang

dibanggakan dunia. Secara tidak langsung alumni mempengaruhi

presfektif masyarakat terhadap sekolah.

F. Kerangka pikir

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Motivasi

MI

1. Memahami

Al-Qur’an dengan

baik dan benar 2. Memiliki

(35)

42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Sugiyono

(2010: 14) berpendapat bahwa metode penelitian kualitatif sering disebut

metode penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi

yang alamiah (natural setting), disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian

bidang antropologi budaya, disebut metode kualitatif karena data yang

terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Pendapat lain juga

dikemukakan oleh Moleong (2013: 6) bahwa penelitian kualitatif adalah

penelitian yang dilakukan untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian ini merupakan penelitian jenis deskriptif kualitatif karena

mendeskripsikan tentang perubahan motivasi orang tua menyekolahkan anak

(36)

43

B. Setting Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2017. Penelitian ini

tidak terbatas oleh waktu, namun dibatasi oleh jenuhnya data yang

diperlukan peneliti.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bandingan di Kecamatan

Kejobong Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2016/2017.

3. Partisipasi Penelitian

Penelitian kualitatif menggunakan sumber atau informan untuk

memberikan data. Sugiyono (2013: 308) mengatakan bahwa sumber

primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data. Penelitian

mengenai kecenderungan perubahan pola pikir orang tua subjek dalam

penelitian kualitatif ini yaitu informan primer dan informan sekunder

dengan karakteristik yang memenuhi. Berikut karakteristik yang sesuai

dengan tujuan penelitian, amatara lain:

a. Informan primer yaitu orang tua siswa MI Muhammadiyah

Bandingan Kecamatan Kejobong.

b. Informan sekunder yaitu guru dan kepala sekolah MI

(37)

44

Wawancara dalam penelitian ini dilaksanakan terhadap 29

informan. Informan yang diwawancarai dengan nama inisial yaitu HN,

M, TR, BS, N, R, MD, SH, dan TM. informan penelitian dalam

penelitian ini menggunakan koding sebagai berikut.

Tabel 3.1 Koding Informan Penelitian

No Inisial Jabatan Koding

1. HN Kepala Sekolah HN/KS1

2. M Guru Kelas IW/GR2

3. TR Orang tua siswa Kelas I TR/OT1

4. BS Orang tua siswa Kelas II BS/OT2

5. N Orang tua siswa Kelas III N/OT3

6. R Orang tua siswa Kelas IV R/OT4

7. MD Orang tua siswa Kelas V MD/0T5

8. SH Orang tua siswa Kelas VI SH/OT6

9. TM Orang tua siswa Kelas III TM/OT7

Wawancara dengan narasumber IW, S, dan HN dilaksanakan pada

tanggal 01 Agustus 2017. HN, M, TR, BS, N, R,MD, SH, dan TM.

dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2017.

C. Metode Pengumpulan Data

Lofland and Loflanf (Moleong, 2013: 157) mengatakan bahwa sumber

utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Teknik pengumpulan data pada

penelitian kualitatif dilakukan dengan observasi, wawancara, dan penelaahan

(38)

45

1. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan

(Bungin Burhan, 2011:118). Observasi juga dapat diartikan pengamatan

dan pencatatan dengan sistematik terhadap gejala yang tampak pada

objek penelitian. Observasi langsung dilakukan terhadap objek di

tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa sehingga observer berada

bersama objek yang diselidikinya.

2. Wawancara

Moleong (2012:186) mengemukakan bahwa wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua

pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dari

sumber atau informan tentang kecenderungan perubahan pola pikir

orang tua menyekolahkan anak dari SD Negeri ke MI Muhammadiyah.

3. Dokumen

Dokumen dalam penelitian ini berupa foto-foto mengenai sarana dan

prasarana di sekolah, foto pelaksanaan wawancara dengan Kepala

Sekolah, guru, dan orang tua siswa, serta foto prestasi yang yang telah

diperoleh sekolah tersebut. Dokumen-dokumen ini digunakan untuk

(39)

46

D. Pengujian Keabsahan Data

Penelitian ini diuji menggunakan triangulasi data. Moleong (2013:

324) berpendapat bahwa untuk menentukan keabsahan suatu data diperlukan

teknik pemeriksanaan yang didasarkan atas derajat kepercayaan, keteralihan,

ketergantungan, dan kepastian sehingga dalam penelitian ini menggunakan

teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi dalam

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sumber yaitu dengan

membandingkan data dari sumber dengan teknik wawancara ditempat dan

waktu yang berbeda dari pengumpulan data sebelumnya, yaitu dengan cara

membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

1. Triangulasi Sumber Data

Penelitian kecenderungan perubahan pola pikir orang tua

menyekolahkan anak dari SD Negeri ke MI Muhammadiyah, peneliti

memperoleh data dari berbagai sumber. Informan penelitian dalam

penelitian ini yaitu guru, Kepala Sekolah, orang tua siswa, dan siswa.

Gambar 3.1 Triangulasi Sumber Data

WAWANCARA MENDALAM

A

B

C

(40)

47

2. Triangulasi Teknik

Peneliti memperoleh data dari informan dengan menggunakan

berbagai cara, diantaranya observasi, wawancara, dan dokumen.

Gambar 3.2 Triangulasi Teknik

Triangulasi (Moleong, 2013: 332) adalah cara terbaik untuk

menghilangkan perbedaan-perbedaan kontruksi kenyataan yag ada dalam

konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian

dan hubungan dari berbagai pandanagn. Untuk itu maka peneliti dapat

melakukannya dengan cara:

1. Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan

2. Mengeceknya dengan berbagai sumber data

3. Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data

dapat dilakukan

E. Analisis Data

Analisis data menurut Creswell (2013: 274) merupakan proses

berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap data,

mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat

sepanjang penelitian, menurutnya analisis data kualitatif bisa saja melibatkan

SUMBER YANG SAMA

Observasi

Wawancara

(41)

48

proses pengumpulan data, interpretasi, dan pelaporan hasil secara serentak

dan bersama-sama. Sejalan dengan hal tersebut, tujuan dalam analisis data

kualitatif menurut Bungin Burhan (2011: 161) adalah menganalisis makna

yang ada dari informasi, data, dan proses tersebut.

Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis data model interaktif.

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan suatu proses atau kegiatan

mengumpulkan data melalui kegiatan wawancara, observasi maupun

dokumentasi untuk mendapatkan data yang lengkap.

2. Reduksi data

Reduksi data yaitu seleksi data, pemfokusan dan penyederhanaan data,

dari semua data yang sudah didapat. Setelah itu data yang tidak

diperlukan kemudian disisihkan dan data-data yang penting untuk

penelitian dikumpulkan menjadi satu, dan diklarifikasikan menjadi

lebih spesifik.

3. Penyajian data

Penyajian data yaitu data yang diperoleh tersebut bisa disajikan dalam

bentuk matrik maupu tabel-tabel yang bisa mewakili karakter yang

diperlukan.

4. Menarik kesimpulan atau verifikasi

Verifikasi dapat dikumpulkan dengan pengumpulan data baru dalam

(42)

49

penyajian data yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat

dalam penelitian.

Miles and Huberman (Sugiyono, 2013: 338) menyatakan

bahwa analisis data kualitatif dilakukan dengan data reduction, data

display, and conclusion drawing/verification (pengumpulan data,

reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan atau verifikasi).

Gambar 3.2 Model Analisis Data Interaktif Miles and Huberman Sugiyono (2013: 338)

Data Display

Data Reduction

Conclusion drawing/verific Data

Gambar

Tabel 2. 1 Perbedaan SD dan MIM
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 3.1 Koding Informan Penelitian
Gambar 3.1 Triangulasi Sumber Data
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, pengaruh dari munculnya globalisasi dijadikan peluang oleh pemerintah China untuk dapat membaur dengan komunitas internasional terutama dari segi

Gudang bahan bakar segar menggunakan satu buah pintll masuk yang dilengkapi dengan 2 (dua) buah kunci yang berlainan, yang dipegang oleh Kepala Sub Bidang yang berlainan, sehingga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan metode demonstrasi menggunakan media kertas berwarna dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan

Rumusan delik dan ancaman pidana dari Tindak Pidana Pencucian Uang oleh undang-undang tersebut dimuat dalam Pasal 3 ayat (1), yaitu : (1) Setiap orang yang : Menempatkan

Tujuan pembelajaran batik berdasarkan kompetensi dasar, (1) Siswa mampu mendeskripsikan konsep batik, (2) Membuat desain pola batik berdasarkan corak ragam hias

Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung, dan kedalamannya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari

The purposes of this study were to determine: (1) the effect of the physical aspects to the customer satisfaction in Luwes Loji Wetan Surakarta; (2) the effect of reliability to

Sistem pengawasan menggunakan kamera yang secara otomatis dapat mendeteksi objek benda yang bergerak merupakan alternatif untuk meningkatkan efisien dan efektifitas dimana akan