• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA BY. NY. M DI RUANG PERISTI RUMAH SAKIT Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN - Elib Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA BY. NY. M DI RUANG PERISTI RUMAH SAKIT Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN - Elib Repository"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA BY. NY. M DI RUANG PERISTI RUMAH SAKIT

Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan

Pendidikan Ahli Madya Keperawatan

Disusun Oleh:

Repti Roqima Dianningsi

A01301805

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

(2)
(3)
(4)

iv

Program Studi D III Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong KTI, Juli 2016

Repti Roqima Dianningsi¹, Eka Riyanti2, M. Kep, Sp, Kep, Mat

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA BY. NY. M DIRUANG PERISTI RSUD

Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Latar belakang: Nutrisi merupakan kebutuhan tubuh manusia dengan adanya zat gizi yang mengandung bahan makanan berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.

Tujuan umum: untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan dengan masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien dengan neonatus infeksi.

Dalam pembahasan masalah keperawatan yang muncul khususnya pada klien By. Ny. M yaitu ketidakefektifan pola makan bayi, hipotermia, resiko infeksi.

Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah ketidakefektifan pola makan bayi yaitu melatih reflek hisap. Pemberian nutrisi yang diberikan kepada klien menggunakan OGT. Intervensi untuk mengatasi masalah hipotermia mengukur suhu, mengatur suhu incubator dan menyelimuti klien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh. Intervensi yang dilakukan untuk masalah keperawatan resiko infeksi yaitu mengganti popok dan membersihkan tali pusat.

Evaluasi yang dilakukan selama tiga hari yaitu diagnose ketidakefektifan pola makan bayi dapat teratasi dengan reflek hisap (+), hipotermia dapat teratasi suhu 36,5°C, resiko infeksi dapat teratasi dengan popok diganti yang bersih, tali pusat bersih.

(5)

v

Nursing Studies Program D III

Collage of Health Sciences Muhammadiyah Gombong KTI, July 2016

Repti Roqima Dianningsi¹, Eka Riyanti2, M. Kep, Sp, Kep, Mat

ABSTRACT

MEETING THE NEEDS OF NURSING NUTRITIONAL IN BY. NY.M IN THE ROOM PERISTI RSUD

Dr.SOEDIRMAN KEBUMEN

Background: Nutrition is a requirement of the human body with the nutrient-containing foods such as carbohydrates, proteins, fats, vitamins, minerals, and water.

A common goal: to provide an overview of nursing care with the fulfillment of nutritional problems in patients with neonatal infection

In the discussion of nursing problems that arise, especially on the client By. Ny. M is the ineffectiveness of diet infants, hypothermia, the risk of infection.

Nursing action to address the problem of ineffectiveness diet suction the baby is trained reflexes. Nutrition provided to clients using OGT. Interventions to address the problem of hypothermia measure temperature, set temperature and blanketed incubator clients to prevent the loss of body heat. Interventions for nursing problems the risk of infection is changing diapers and cleaning the umbilical cord.

Evaluations conducted over three days, the diagnosis of the ineffectiveness of infant feeding patterns can be resolved with suction reflex (+), hypothermia can be resolved temperature of 36,5° C, the risk of infection can be resolved with a clean diaper changed, the umbilical cord clean.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada By. Ny. M di Ruang Peristi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedirman Kebumen”.

Adapun penulis membuat laporan ini adalah untuk memaparkan hasil Ujian Komprehensif dalam rangka ujian tahap akhir jenjang pendidikan Diploma III Keperawatan di SekolahTinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

Terwujudnya karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada yang terhormat dan yang tersayang:

1. M. Madkhan Anis, S. Kep. Ns Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

2. Sawiji, S. Kep. Ns., M. Sc selaku Ketua DIII Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong

3. Eka Riyanti, S. Kep. Ns selaku dosen penguji ujian komprehensif dan dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah

4. Sri Abdi Lestari, S. Kep selaku tim penguji ujian komprehensif 5. Segenap dosen dan karyawan STIKes Muhammadiyah Gombong

6. Segenap perawat dan staf RSUD dr. Soedirman Kebumen Ruang Peristi

7. Kedua Orang tuaku tersayang Bapak, Ibu, adikku tersayang, dan keluarga yang selalu memberikan doa, motivasi, dukungan moral dan material untuk segera menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

(7)

vii

9. Teman- teman seperjuangan di kelas 3C Diploma III Keperawatan dan sahabatku yang senantiasa selalu membantu dan mendukung dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang selalu mendoakan, memberi semangat serta dukungan untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bentuk maupun isi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan partisipasi dari pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan dikemudian hari. Akhir kata penulis berharap agar apa yang telah tertulis dalam laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarokatuh.

Gombong , 19 Juli 2016

(8)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penulis ... 4

C. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KONSEP DASAR A. Definisi Nutrisi ... 6

B. Tindakan Inovasi ... 11

BAB III PEMBAHASAN A. Pengkajian ... 23

B. Analisa Data ... 25

C. Intervensi, Implementasi, Evaluasi ... 26

BAB IV PEMBAHASAN A. Asuhan Keperawatan ... 42

(9)

ix

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 52 B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

LAMPIRAN

Tabel 2.1 Asuhan Keperawatan Dengan

Diagnosa Ketidakefektifan Pola Makan Bayi

Tabel 2.2 Ukuran selang nasogatrik

Pada anak

Tabel 3.1 Indikator Awal Intervensi Keperawatan Diagnosa Ketidakefektifan Pola Makan Bayi

Table 3.2 Indikator Tujuan Intervensi Keperawatan Diagnosa Ketidakefektifan Pola Makan Bayi

Tabel 3.3 Indikator Awal Intervensi Keperawatan Diagnosa Hipotermia

Tabel 3.4 Indikator Tujuan Intervensi Keperawatan Diagnosa Hipotermia

Tabel 3.5 Indikator Awal Intervensi Keperawatan Diagnosa Resiko Infeksi

(10)

1

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Neonatus merupakan bayi baru lahir yang berusia 0-28 hari. Bayi dengan usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi karena sistem imun yang belum matang sehingga berbagai masalah kesehatan bisa muncul salah satunya adalah infeksi. Neonatus dengan komplikasi adalah neonatus dengan penyakit dan atau kelaianan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan congenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah

pada pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda

(MTBM).(Kemenkes, 2015).

Dari banyaknya kejadian yang ada pada neonatus yang salah satunya merupakan infeksi neonatus.Tanda dan gejala neonatus mengalami infeksi merupakan biasanya bayi malas minum, diare, reflek menghisap dan menelan lemah, muntah. Dari tanda gejala tersebut maka bayi akan mengalami penurunan asupan nutrisi. Kebutuhan dasar manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun psikologis yang bertujuan untuk mempertahankan kebutuhan kesehatan (suryono, 2010).

(11)

2

Penanganan infeksi yang kurang tepat biasa berakibat buruk terhadap kondisi bayi. Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan resiko yang dapat muncul pada kelompok ini diantaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan untuk oleh tenaga kesehatan difasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir. Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu asfiksia, BBLR, dan infeksi (Riskesdas, 2007).

Menurut WHO (World Health Organication) melaporkan bahwa 36% dari kematian neonatus disebabkan oleh infeksi, diantaranya : sepsis, pneumonia, tetanus, dan diare. Sedangkan 23% disebabkan oleh asfiksia, 7% disebabkan oleh kelaianan bawaan, 27% disebabkan oleh bayi kurang bulan atau BBLR, serta 7% disebabkan oleh sebab lain infeksi neonatorum sebagai salah satu bentuk penyakit infeksi pada bayi baru lahir masih merupakan masalah utama yang belum dapat terpecahkan sampai saat ini, WHO juga melaporkan care fatality rate pada kasus Sepsis Neonatorum masih tinggi, yaitu sebesar 40% (WHO, 2011).

Angka kejadian infeksi neonatus di Negara maju sekitar 0,5 per 1000 kelahiran hidup sedangkan dinegara sedang berkembang 16,2-29,17 per 100 kelahiran hidup. Angka kejadian di Indonesia secara pasti tidak ada. Moninja dkk, melaporkan insiden dibeberapa rumah sakit rujukan sekitar 8,76% - 30,29%. Angka kematian neonatus akibat infeksi sekitar 8% - 80% terutama terjadi pada minggu pertama pasca lahir.

(12)

3

proses persalinan yang berkaitan dengan peningkatan resiko infeksi pada neonatus baru lahir. Komplikasi ini meliputi persalinan kurang bulan, ketuban pecah dini yang berkepanjangan, intersin uterin dengan eksteraksi forceps tinggi, dan demam pada ibu (Depkes, 2010).

Kejadian kematian tertinggi pada bayi dan balita terjadi pada masa neonatus, Hasil Riskesdas (2007) menunjukan bahwa 78,5% dari kematian neonatus terjadi pada umur 0-6 hari. Dengan melihat adanya resiko kematian yang tinggi dan berbagai serangan komplikasi pada minggu pertama kelahiran maka setiap bayi baru lahir harus mendapatkan pemeriksaan sesuai standar lebih sering, minimal dua kali dalam minggu pertama.Langkah ini dilakukan untuk menemukan secara dini jika terdapat penyakit atau tanda bahaya pada neonatus sehingga pertolongan dapat segera diberikan untuk mencegah penyakit bertambah berat yang dapat menyebabkan kematian.Kunjungan neonatus merupakan salah satu intervensi untuk menurunkan kematian bayi baru lahir.

Di Kabupaten kebumen pada tahun 2015 kematian bayi masih cukup tinggi dari 100 kelahiran bayi hidup terdapat 10-12 bayi meninggal, padahal target di tahun 2015 hanya sebesar 5 per 100 kelahiran bayi hidup. Urutan penyebab angka kematian bayi (AKB) terutama neonatal umur 0-6 hari disebabkan oleh gangguan pernafasan (35,9%), prematuritas (32,4%), sepsis (12%), hipotermi (6,3%), icterus (5,6%), posmatur ( 2,8%), dan kelainan kongenital (1,4%) (Riskesda, 2007).

(13)

4

dan mengeluarkan produk sampah. Pada neonatus, pemenuhan kebutuhan kalori dapat diperoleh dari ASI.Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi ideal untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan, perkembangan bayi secara optimal.ASI mengandung lemak, karbohidrat, protein, nutrient mikro dan anti bodi dalam jumlah yang tepat untuk pencernaan, perkembangan otak dan pertumbuhan bayi.

Dengan latar belakang diatas disimpulkan pada By. Ny. M diruang Peristi RSUD Dr. Soedirman Kebumen pada tanggal 9 Juni 2016 didapatkan data Obyektif : reflek menghisap belum kuat, pasien terpasang OGT, Berat Badan Lahir 2500gram. BB saat pengkajian 2530gram, pasien tampak rewel.Dari data yang sudah didapatkan maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah Asuhan keperawatan pada By.Ny. M di ruangPeristi RSUD Dr. Soedirman Kebumen dengan masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien dengan Neonatus Infeksi. 2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi pada By. Ny. M di RSUD Dr. Soedirman Kebumen

b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan klien dengan masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi pada By. Ny. M di RSUD Dr. Soedirman Kebumen

c. Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien dengan masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi pada By. Ny. M di RSUD Dr. Soedirman Kebumen

(14)

5

e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada klien dengan masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi pada By. Ny. M di RSUD Dr. Soedirman Kebumen

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat keilmuan a. Bagi mahasiswa

Mahasiswa mempunyai wawasan baru tentang pasien dengan masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan neonatus infeksi dan sebagai pembelajaran bagi mahasiswa dan pemenuhan kebutuhan belajar.

b. Bagi penulis

Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan bahan pustaka bagi sekolah tinggi ilmu kesehatan muhammadiyah gombong khususnya pada program studi D III keperawatan.

2. Manfaat aplikasi a. Bagi rumah sakit

Hasil karya tulis ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi karya tulis bagi pihak rumah sakit tentang asuhan keperawatan, khususnya pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi. b. Bagi klien dan keluarga

(15)

55

DAFTAR PUSTAKA

At Tock, 2007. Karya Tulis Ilmiah Haris Sofyana FK UI. Perbedaan Dampak Pemberian Nutrisi ASI Eksklusif dan Non Eksklusif Terhadap Perubahan Ukuran Antropometri Dan Status Imunitas Pada Neonatus Dirumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Al Ihsan Provinsi Jawa Barat.

Anita Apriliawati, 2010. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol.6, No.2, Juli 2012.

Asosiasi Dietisien Indonesia Cabang Bandung, 2005. Panduan Pemberian Nutrisi Enteral, Jakarta:Jaya Pratama.

Bowling TE, Cliff B & Wright JW, 2008. The effects of bolus and continuous nasogastric feeding on gastro-oesophageal reflux and gastric emptying in healthy volunteers: a randomised three-way crossover pilot study. Journal Clinical Nutrition 2008 Aug; 27 (4): 60813.doi:10.1016/j.clnu.2008.04.003. Epub 2008 May 29.

Christine, 2001.Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol.6, No.2, Juli 2012.

Depkes, 2010.Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

Depkes RI., 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

De Laune & Ladner P.K, 2002.Fundamental of nursing: standar and practice. Second edition. Delmar, a devision of Thomson Learning,inc. Anita Apriliwati. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol.6, No.2, Juli 2012.

Gazzaneo, M.C., Suryawan, A., Orellana.,R.A., et.all, 2011. Intermittent Bolus Feeding Has a Greater Stimulatory Effect on Protein Synthesis in Skeletal Muscle ThanContinuous Feeding in NeonatalPigs. The Journal of

Nutrition:October 19, 2011, doi: 10.3945/jn.111.147520

Haryanto, 2010.Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi 2. Penerbit CV. Agung Seto, Jakarta

Haris Sofyana, 2011. Karya Tulis Ilmiah FK UI.Perbedaan Dampak Pemberian Nutrisi ASI Eksklusif dan Non Eksklusif Terhadap Perubahan Ukuran Antropometri Dan Status Imunitas Pada Neonatus Dirumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Al Ihsan Provinsi Jawa Barat.

Hermand t & k, 2015.Diagnosa Keperawatan Definisi dan klasifikasi. Jakarta: EGC

(16)

56

Kemenkes RI, 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Kusmiyati, 2012.Karya Tulis FKIP Unram. Nutrisi Diawal Perkembangan, Vol. 7 No.1 Maret.

Lydia Nafratilofa, 2013. Karya Tulis Ilmiah FK UI. Pemberian Nutrisi enternal untuk menghindari Gejala gastro-Eosophageal Refluk pada Pasien Gastrektomi.

Metheny & meert 2004 dan Weinberg & skewes 2006.Verifikasi Penempatan Selang Nasograstrik Pada Pasien Anak dan Bayi.Anita Apriliawati Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol.6, No.2, Juli 2012.

Purwitasari & Maryanti, 2009.Buku Ajar Gizi. Yogyakarta: Nuha Offset

Riskesdas, 2007.Profil Kesehatan Indonesia. Riset Kesehatan Dasar.

Suryono dan Widianti 2010.Kebutuhan dasar manusia. Yogyakarta: Penerbit nuha medika.

Supariasa, 2008.Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sanyoto dan Eveline, 2008.Air Susu Ibu dan Hak Bayi. Jakarta. EGC

Sylviati M, 2008. Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi. In: sholeh Kosim, dkk. Buku Ajar Neonatologi: Badan Penerbit IDAI, 11-30.

Sidi, P, dkk, 2010.Bahan bacaan manajemen laktasi, menuju persalinan aman dan bayi baru lahir sehat. Jakarta: Perinasia Indonesia.

Utami, R, 2008. Mengenal ASI eksklusive. Jakarta: Trubus Agriwijaya.

Wong, 2008.Buku ajar Keperawatan pediatric, volume 1. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC

Waryana, 2010.Buku Ajar Gizi. Yogyakarta: Pustaka rihama

Wiryana 2007.Nutrisi Pada Penderita Sakit Kritis. Jurnal Penyakit Dalam, Volume 8 Nomor 2 Mei 2007.

(17)

LAPORAN PENDAHULUAN PADA BAYI Ny. M DENGAN NEONATUS INFEKSI Diruang PERISTI

RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Dibuat untuk memenuhi tugas ujian akhir program

DI SUSUN OLEH : Repti Roqima Dianningsi

(A01301805)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

(18)

LAPORAN PENDAHULUAN A. Definisi

Infeksi Neonatus atau Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir.Infeksi adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Doenges, Marylyn E. 2000, hal 871).

Infeksi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons sistemik terhadap infeksi pada bayi baru lahir (Behrman, 2000).

Infeksi Neonatus adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama sejak dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau terlokasi hanya pada satu orga saja (seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan dapat disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau jamur (candida) meskipun jarang ditemui. (John Mersch, MD, FAAP, 2009).

B. Etiologi

Penyebab infeksi neonatus adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur.

Resiko terjadinya infeksi meningkat pada:

Ketuban pecah sebelum waktunya

Perdarahan atau infeksi pada ibu.

Infeksi pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri:

Bakteri escherichia koli

Streptococus group B

Stophylococus aureus

(19)

Listeria monocytogenes

Klepsiella

Entererobacter sp

Pseudemonas aeruginosa

Proteus sp

Organisme anaerobic

Streptococcus grup B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses kelahiran. Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling tidak terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita hamil, yang dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan. Bayi prematur yang menjalani perawatan intensif rentan terhadap sepsis karena sistem imun mereka yang belum berkembang dan mereka biasanya menjalani prosedur-prosedur invasif seperti infus jangka panjang, pemasangan sejumlah kateter, dan bernafas melalui selang yang dihubungkan dengan ventilator. Organisme yang normalnya hidup di permukaan kulit dapat masuk ke dalam tubuh kemudian ke dalam aliran darah melalui alat-alat seperti yang telah disebut di atas.

Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami bakteriemia tersamar, yang bila tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat megarah ke sepsis. Bakteriemia tersamar artinya bahwa bakteria telah memasuki aliran darah, tapi tidak ada sumber infeksi yang jelas. Tanda paling umum terjadinya bakteriemia tersamar adalah demam. Hampir satu per tiga dari semua bayi pada rentang usia ini mengalami demam tanpa adanya alasan yang jelas – dan penelitian menunjukkan bahwa 4% dari mereka akhirnya akan mengalami infeksi bakterial di dalam darah. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) menyebabkan sekitar 85% dari semua kasus bakteriemia tersamar pada bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun.

(20)

Infeksi dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complement cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga

kelompok, yaitu : 1. Faktor Maternal

a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi

kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.

b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun

c. Kurangnya perawatan prenatal. d. Ketuban pecah dini (KPD) e. Prosedur selama persalinan.

2. Faktor Neonatatal

(21)

b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.

c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali lebih

besar dari pada bayi perempuan.

3. Faktor Lingkungan

a. Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.

b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.

c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme

yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.

(22)

D. Klasifikasi

1. Infeksi berat (major infection) a. Sifilis kongenital

Biasanya terjadi pada masa antenatal, yang disebabkan oleh Treponema pallidum.

b. Sepsis neonatorum

Dapat terjadi pada antenatal dan postnatal. c. Meningitis

Biasanya didahului sepsis, penyebab utamanya adalah E.colli, pneumokokus, stafilokokus, dan sebagainya.

d. Pneumonia kongenital

Terjadi pada masa intranatal karena adanya aspirasi likuor amnion yang septik. e. Pneumonia aspirasi

Terjadi pada masa postnatal, merupakan penyebab kematian utama pada bayi BBLR (berat badan lahir rendah), terjadi aspirasi pada saat pemberian makanan karena refleks menelan dan batuk yang belum sempurna.

f. Pneumonia karena airborn infection

Infeksi terjadi karena berhubungan dengan orang dewasa yang menderita infeksi saluran pernapasan.

g. Pneumonia stafilokokus

Biasanya terjai pada neonatus yang lahir di rumah sakit. h. Diare epidemik

Infeksi yang menyebabkan kematian yang tinggi,disebabkan oleh E.colli yang bersifat patogen.

· Gastroenteritis E.colli · Salmonelosis

i. Pielonefritis

(23)

j. Ostitis akut

Disebabakan oleh metastasis sarang infeksi stafilokokus. k. Tetanusneonatorum

Disebabkan oleh clostridium yang bersifat anaerob dan mengeluarkan eksotopin yang neurotropik.

2. Infeksi ringan

a. Pemfigus neonatorum

Gelombang jernih yang berisih nanah yang kemudian kemerahan pada kulit disebabkan oleh stafilokokus.

b. Oftalmia neonatorum

Infeksi genokokus pada konjungtiva waktu melewati jalan lahir. c. Infeksi pusat

Disebabkan oleh stafilokokus aureus, sehingga menimbulkan nanah, edema, dan kemerahan pada ujung pusat.

d. Moniliasis

Kandida albikans merupakan jamur yang sering ditemukan pada bayi yang dapat menyebabkan stomatitis, diare, dermatitis, dan lain-lain.

D. Manisfestasi Klinik

1. Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi,

sklerema

2. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali

3. Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, retraksi, napas cuping hidung,

merintih, sianosis

4. Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab,

hipotensi, takikardi, bradikardia.

5. Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,

(24)
(25)

E. Pemeriksaan Diagnostik

Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium pada bayi-bayi sepsis sebagai berikut:

1. Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air

kemih, jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.

2. Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis

secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur urin.

− Leukositosis ( >34.000×109/L) − Leukopenia ( < 4.000x 109/L) − Netrofil muda 10%

− Perbandingan netrofil immature(stab) dibanding total (stb+segmen) atau I/T ratio >0,2

− Trombositopenia ( < 100.000 x 109/L) − CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal

F. Penatalaksanaan Medis

1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur < 7 hari, untuk neonatus umur > 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu pemberian ? sampai 1 jam pelan-pelan).

(26)

3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.

4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.

5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus). Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21 hari.

6. Pengobatan suportif meliputi:

Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma, trombosit, terapi kejang, transfusi tukar.

G. Diagnosa

Diagnosis keperawatan yang mungkin ditemukan pada infeksi neonatus :

1. Tidak efektifnya pola napas yang berhubungan dengan meningkatnya sekret di

saluran napas.

2. Perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan proses infeksi.

3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan malas minum, diare, dan muntah.

4. Kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan diare dan malas menyusui.

(27)

H. Intervensi

1. Diagnosis 1: tidak efektifnya pola napas yang berhubungan dengan meningkatnya sekret di saluran napas.

Data objektif: bayi t ampak sesak napas, gelisah, frekuensi pernapasan meningkat, dan sekret berlebihan.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan ketidakefektifan pernapasan dapat diatasi.

Kriteria hasil: bayi tidak sesak lagi, bayi tenang, frekuensi pernapasan menurun, sekret di saluran napas tidak ada lagi.

Intervensi:

a. Tempatkan bayi pada posisi yang nyaman, kepala ditinggikan (misalnya digendong).

Rasional: posisi yang baik dapat membantu melonggarkan jalan napas. b. Berikan O2 dan bersihkan jalan napas dari sekret.

Rasional: O2 mengatasi kebutuhan tubuh akan oksigen dan membersihkan jalan napas akan mengurangi sumbatan di saluran napas.

c. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antibiotik. Rasional: antibiotik dapat mengatasi infeksi.

2. Diagnosis 2: gangguan pemenuhan nutrisi yang berhubungan dengan malas minum, diare, dan muntah.

Data objektif: bayi malas minum atau menyusui, muntah, diare, berat badan menurun, dan gelisah.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, gangguan pemenuhan nutrisi dapat diatasi.

(28)

Intervensi:

a. Anjurkan pada ibu untuk tetap memberikan ASI.

Rasional: ASI mengandung IgA dalam jumlah tinggi yang dapat memberikan imunitas.

b. Auskultasi bising usus.

Rasional: penurunan aliran darah dapat menurunkan peristaltik usus.

c. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat-obatan seperti antibiotik dan pemberian cairan.

Rasional: antibiotik dapat mengatasi infeksi yang akan memperberat infeksi.

3. Diagnosis 3: kurangnya volume cairan tubuh yang berhubungan dengan diare, muntah, dan malas minum.

Data objektif:

a. Turgor buruk dan kulit kering. b. Membran mukosa kering. c. Hipertermi.

d. Masa menyusui. e. Diare.

f. Muntah.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, volume cairan kembali normal. Kriteria hasil: suhu normal,membran mukosa dan kulit tidak lagi kering.

Intervensi:

a. Anjurkan pada ibu tetap memberikan ASI.

Rasional: ASI mengandung IgA dalam jumlah tinggi dapat memberikan imunitas.

b. Awasi masukan dan pengeluaran, catat dan ukur frekuensi diare, dan kehilangan cairan.

Rasional: perubahan pada kualitas susu sangat mempengaruhi kebutuhan cairan dan peningkatan risiko dehidrasi.

(29)

Rasional: terapi cairan dapat membantu mengurangi gangguan cairan tubuh. 4. Diagnosis 4 : perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, suhu tubuh bayi kembali normal.

Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda hipertermi

Intervensi :

a. Pantau suhu pasien (derajat dan pola ) ; perhatikan bunyi menggigil / diaforesis. Rasional : suhu 38,9 derajat sampai 41 derajat menunjukan proses penyakit

infeksius akut. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis.

b. Pantau suhu lungkunagn, batasi atau tambahkan linen tempat tidur, sesuai indikasi.

Rasional : suhu ruangan atau jumlah selimut harus di ubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.

c. Berikan kompres mandi hangat ; hindari penggunaan alkohol Rasional : dapat membantu mengurangi demam

d. Kolaborasi :

1. Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (tylenol).

Rasional : digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme, dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.

2. Berikan antibiotik

Rasional : antimikroba mengobati infeksi yang menjadi penyebab penyakit. 5. Diagnosis 5 : Gangguan rasa nyaman dan aman yang berhubungan dengan infeksi.

(30)

a. Menjelaskan proses terjadinya infeksi kepada keluarga klien. Rasional : agar tidak adda kekhawatiran saat terjadi sesuatu b. Beri lingkungan tenang dan nyaman

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 . Jakarta : EGC

Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta.: FKUI

Behrman., Kliegman. & Arvin. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak( edisi: 15, vol. 2). Jakarta : EGC

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta :Salemba Medika

(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)

Gambar

Tabel 2.1

Referensi

Dokumen terkait

‘Prinsip Konteks Keberlanjutan’ kami terapkan dengan memperluas pengungkapan dengan memperhatikan luasan dampak bisnis Perseroan hingga ke cakupan nasional dan isu

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufiq, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Tabel 3.8 Daftar Barang Seni di Ruang Display Pasar Seni Tradisional di Jepara. Tabel 3.9 Daftar Kebutuhan Luas Ruang Pasar Seni Tradisional

Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukan bahwa upaya yang dilakukan guru PAI dalam membina akhlak siswa di SMPN 1 Plosoklaten sudah baik dan dapat mendorong siswa

Yaitu program yang digunakan untuk menerjemahkan instruksi-instruksi yang ditulis dalam bahasa pemrograman ke dalam bahasa mesin agar dapat dimengerti komputer.. Perangkat

Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengidentifikasi perencanaan strategis dinas kesehatan kabupaten purbalingga dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

Url http://cikgurazak.blogspot.com/2010/05/modul-tb-6-jenis-ayat.html Sinopsis Empat jenis ayat terdapat dalam Bahasa Melayu yang ditentukan oleh. intonasi atau lagu bahasa serta

Dalam praktik yang sering digunakan adalah metode yang pertama atau laba /rugi kantor agen tidak dipisahkan dengan laba atau rugi Kantor Pusat.. Penjelasan dari ke dua metode