PROFIL KESEHATAN
KABUPATEN PEKALONGAN
TAHUN 2015
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN PEKALONGAN
TAHUN 2016
PROFIL KESEHATAN
KABUPATEN PEKALONGAN
2015
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN PEKALONGAN
2015
KATA PENGANTAR
Profil Kesehatan Kabupaten Pekalongan merupakan sarana penyaji data dan informasi kesehatan serta yang berkaitan, yang menggambarkan status atau kondisi kesehatan masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhi, di wilayah Kabupaten Pekalongan dalam satu kurun waktu satu tahun dengan berbagai bentuk : tercetak dan digital (softcopy dan hardcopy). Profil Kesehatan sebagai “potret” saat ini dinilai dapat dipakai sebagai alat evaluasi disamping fungsinya sebagai pemantau kondisi Kesehatan Kabupaten Pekalongan.
Sebagai bentuk penyajian, data diupayakan lengkap, baik jenis dan cakupannya. Jenis data adalah data “facility based” dan “community based”. Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 ini, menggambarkan secara umum tentang kondisi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan dan faktor-faktor terkait lainnya.
Data dan Informasi dalam “Profil Kesehatan Kabupaten Pekalongan 2015” merupakan salah satu wujud akuntabilitas dari kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan yang mencerminkan Pembangunan Kesehatan secara menyeluruh. Data yang tersaji dalam laporan tahun ini adalah data dan informasi dari tahun 2015.
Dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2016, banyak pihak telah membantu terutama dalam pengumpulan data dari UPTD Puskesmas dan UPTD Dinas Kesehatan, Bidang-bidang di Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan, RSUD Kraton, RSUD Kajen dan RSI Pekajangan, Unit Kesehatan lainnya serta Lintas Sektor terkait. Oleh karena
itu kami haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan Profil Kesehatan ini.
Selanjutnya diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi dari semua pihak khususnya dalam upaya mendapatkan data/informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan. Semoga Profil Kesehatan Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak demi terwujudnya masyarakat Kabupaten Pekalongan yang Mandiri dibidang Kesehatan Menuju Kabupaten Pekalongan Sehat.
Pekalongan, Mei 2016 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan
Dr. SUTANTO SETIABUDI, M.Kes
Pembina Utama Muda NIP. 19590614 198511 1 002
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. ... Latar Belakang ... 1
2. ... Maksud Dan Tujuan Penyusunan Buku Profil Kesehatan... 2
3. Sistematika Penyusunan Buku Profil Kesehatan ... 2
BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN PEKALONGAN 1. ... Keadaan Geografis ... 3
2. ... Keadaan Penduduk. ... 4
3. ... Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk ... 4
4. ... Rasio Jenis Kelamin ... 5
5. ... Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 6
6. ... Keadaan Ekonomi ... 7
7. ... Angka Beban Tanggungan ( Dependecy Ratio ) ... 7
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN 1. ... Angka Kematian ... 9
2. ... Angka Kematian Bayi(AKB) ... 9
3. ... Angka Kematian Ibu (AKI) ... 11
4. ... Angka Kematian Balita (AKABA) ... 12
5. ... Angka Kesakitan ... 12
6. ... TB Paru ... 12
7. ... Persentase Balita dengan Pnemonia Ditangani ... 14
8. ... HIV/ AIDS ... 15
9. ... Angka Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 15
10. . Malaria ... 16
11. . Diare ... 17
12. . Kusta ... 17
13. . Filariasis ... 18
14. . Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) 19 a. ... Campak ... 19
b. ... Hepatitis B ... 20
c. ... Tetanus Neotarum ... 20
d. ... Difteri ... 21
15. . Angka Status Gizi masyarakat ... 21
1. Persentase Kunjungan Neonatus ... 21
2. Persentase Kunjungan Bayi ... 23
3. Persentase BBLR Ditangani ... 23
4. Status Gizi Balita ... 23
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN A. ... PELAYANAN KESEHATAN DASAR ... 25
1. Pelayanan Kesehatan Ibu ... 25
i. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil ... 25
ii. Persalinan yang Ditolong oleh Tenaga Kesehatan ... 26
iii. Pelayanan Ibu Nifas ... 26
iv. Ibu Hamil mendapat Tablet Fe ... 27
v. Ibu nifas mendapat Vitamin A ... 27
2. Pelayanan Kesehatan Anak ... 28
i. Bayi Mendapat Vitamin A ... 28
ii. Anak Balita Mendapat Vitamin A ... 28
iii. Bayi Yang Diberikan ASI Eklusif ... 29
3. Pelayanan Keluarga Berencana ... 30
i. Peserta Keluarga Berencana Baru ... 30
ii. Peserta KB Aktif ... 31
4. Pelayanan Imunisasi ... 32
i. Presentase Desa yang Mencapai “Universal Child Immunizationˮ (UCI) ... 32
ii. Cakupan Imunisasi Bayi ... 33
WUS mendapat iminisasi TT ... 34
5. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah dan Usia Sekolah 35 6. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut ... 35
7. Upaya Penyuluhan Kesehatan ... 35
B. ... PERILAKU HIDUP MASYARAKAT ... 36
2. DesaSiaga ... 37
3. DesaDenganGaramBeryodium yang Baik ... 38
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. .... SARANA KESEHATAN ... 39
1. Data DasarPuskesmas ... 39
2. Indikator Pelayanan Rumah Sakit ... 40
i.Pemakaian Tempat Tidur / Bed Occupanty Rate (BOR) 40 ii.Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien / ALOS... 41
3. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan / Pengelola ... 41
4. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) ... 42
B. .... TENAGA KESEHATAN ... 43
1. Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 penduduk ... 43
a. Rasio Tenaga Dokter Umum ... 43
b. Rasio Tenaga Dokter Gigi ... 43
c. Rasio Tenaga Bidan ... 44
d. Rasio Tenaga Perawat ... 44
e. Rasio Tenaga Kefarmasian ... 44
f. Rasio Tenaga Gizi ... 44
g. Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat ... 44
C. ... PEMBIAYAAN KESEHATAN ... 45
BAB VI KESIMPULAN Derajat Kesehatan ... 47
Mortalitas/ Angka Kematian ... 47
Morbiditas/ Angka Kesakitan ... 47
Status Gizi ... 48
Upaya Kesehatan ... 49
Pelayanan Kesehatan Dasar ... 49
Perilaku Hidup Masyarakat ... 50
Sumber Daya Kesehatan ... 50
Tenaga Kesehatan ... 50
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Tabel 14Luas wilayah,jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk,jumlah rumah tangga, dan kepadatan penduduk menurut kecamatan
Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur
Penduduk berumur 10 tahun ke atas yang melek huruf dan ijazah tertinggi yang diperoleh menurut jenis kelamin
Jumlah kelahiran menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas
Bayi dan balita menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas
Jumlah kematian ibu menurut kelompok umur,kecamatan, dan puskesmas
Kasus baru TB BTA+, seluruh kasus TB pada anak , dan care notifiction rate (CNR) per 100.00 penduduk menurut jenis kelamin dan puskesmas
Jumlah kasus dan angka penemuan kasus tb paru bta+ menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas
Angka kesembuhan dan pengobatan lengkap tb paru bta+ serta keberhasilan pengobatan menurut jenis kelamin,kecamatan dan puskesmas
Penemuan kasus pnemumonia balita menurut jenis kecamatan dan puskesmas
Jumlah kasus hiv , aids dan shipilis menurut jenis kelamin Persentase donor darah diskrining terhadap HIV menurut jenis kelamin
Kasus diare yang ditangani menurut jenis kelamin,kecamatan dan puskesmas
Kasus baru kusta menurut jenis kelamin kecamatan dan puskesmas
Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17 Tabel 18 Tabel 19 Tabel 20 Tabel 21 Tabel 22 Tabel 23 Tabel 24 Tabel 25 Tabel 26 Tabel 27 Tabel 28 Tabel 29
Kasus baru kusta 0-14 tahun dan cacat tingkat 2 menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas
Jumlah kasus dan angka prevelansi penyakit kusta menurut tipe/jenis, jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas
Presentase penderita kusta selesai berobat(release from treatment/rft) menurut jenis kelamin,kecamatan dan puskesmas Jumlah kasus AFP(non polio) menurut kecamatan dan puskesmas
Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi(PD3I) menurut jenis kelamin,kecamatan,dan puskesmas
Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) menurut jenis kelamin,kecamatan, dan puskesmas
Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) menurut jenis kelamin,kecamatan,dan puskesmas
Kesakitan dan kematian akibat malaria menurut jenis kelamin,kecamatan, dan puskesmas
Penderita filariasis ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas
Pengukuran tekanan penduduk > 18 tahun menurut jenis kelamin,kecamatan, dan puskesmas
Pemerisksaan obesitas menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas
Cakupan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode iva dan kanker payudara dengan pemeriksaan klinis (CBE) Jumlah penderita dan kematian pada klb menurut jenis kejadian luar biasa (KLB)
Kejadian luar biasa (KLB) di desa kelurahan yang ditangani < 24 jam
Tabel 30 Tabel 31 Tabel 32 Tabel 33 Tabel 34 Tabel 35 Tabel 36 Tabel 37 Tabel 38 Tabel 39 Tabel 40 Tabel 41 Tabel 42 Tabel 43
kesehatan, dan pelayanan kesehatan ibu nifas menurut kecamatan dan puskesmas
Presentase cakupan inumnisasi TT pada ibu hamil menurut kecamatan dan puskesmas
Persentase cakupan imunisasi TT usia subur menurut kecamatan dan puskesmas
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet FE 1 dan FE 3 menurut kecamatan dan puskesmas
Jumlah dan persentase penanganan komplikasi kebidanan dan komplikasi neonatal menurut jenis kelamin,kecamatan, dan puskesmas
Proposi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi, kecamatan, dan puskesmas
Proporsi peserta KB baru menurut jenis kontrasepsi, kecamatan dan puskesmas
Jumlah peserta KB baru dan KB aktif menurut kecamatan dan puskesmas
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas
Cakupan kunjungan neonatal menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas
Jumlah bayi yang diberi ASI eklusif menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas
Cakupan pelayanan kesehatan bayi menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas
Cakupan desa/kelurahan Universal Chid Imunization (UCI) menurut kecamatan dan puskesmas
Cakupan imunisasi hepatitis B < 7 hari dan BCG pada bayi menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas
Cakupan imunisasi DPT+HB/Hib,Polio,Campak,dan imunisasi dasar lengkap pada bayi menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas
Tabel 44 Tabel 45 Tabel 46 Tabel 47 Tabel 48 Tabel 49 Tabel 50 Tabel 51 Tabel 52 Tabel 53 Tabel 54 Tabel 55 Tabel 56 Tabel 57 Tabel 58 Tabel 59
Cakupan pemberian vitamin A pada bayi dan anak balita menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas
Jumlah anak 0-23 bulan ditimbang menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas
Cakupan pelayanan anak balita menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas
Jumlah balita ditimbang menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas
Cakuopan kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas
Cakupan pelayanan kesehatan (Penjaringan) siswa SD & setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas
Pealayanan kesehatan gigi dan mulut menurut kecamatan dan puskesmas
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD dan setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas
Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas
Cakupan jaminan ksesehatan penduduk menurut jenis jaminan dan jenis kelamin
Jumlah kunjungan rawat jalan,rawat inap,dan kunjungan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan
Angka kematian pasien di rumah sakit Indikator kinerja pelayanan dirumah sakit
Persentase rumah tangga berprilaku hidup bersih dan sehat (BER-PHBS) menurut kecamatan dan puskesmas Persentase rumah sehat menurut kecamatan dan puskesmas
Tabel 60 Tabel 61 Tabel 62 Tabel 63 Tabel 64 Tabel 65 Tabel 66 Tabel 67 Tabel 68 Tabel 69 Tabel 70 Tabel 71 Tabel 72 Tabel 73 Tabel 74 Tabel 75 Tabel 76 Tabel 77 Tabel 78 Tabe 79 Tabel 80 Tabel 81
berkualitas (layak) menurut kecamatan dan puskesmas Persentase kualitas air minum dipenyelenggara air minum yang memenuhi syarat kesehatan
Penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak ( jamban sehat ) menurut jenis jamban,kecamatan, dan puskesmas
Desa yang melaksanakan sanitasi total berbasis masyarakat
Persentase tempat-tempat umum memenuhi syarat kesehatan menurut kecamatan dan puskesmas
Tempat pengelolaan makanan (TPM) menurut status higiene sanitasi
Tempat pengelolaan makanan dibina dan diuji petik Presentase ketersediaan obat dan vaksin
Jumlah sarana kesehatan menurut kepemilikan
Persentase sarana kesehatan (rumah sakit) dengan kemampuan pelayanan gawat darurat (gadar) level 1 Jumlah posyandu menurut strata, kecamatan, dan puskesmas
Jumlah UKBM menurut kecamatan Jumlah desa siaga menurut kecamatan Jumlah tenaga medis di fasilitas kesehatan
Jumlah tenaga keperawatan di fasilitas kesehatan Jumlah tenaga kefarmasian di fasilitas kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan di fasilitas kesehatan
Jumlah tenaga gizi di fasilitas kesehatan
Jumlah tenaga keterapian fisik di fasilitas kesehatan Jumlah tenaga keteknisian medis di fasilitas kesehatan Jumlah tenaga kesehatan lain di fasilitas kesehatan
Jumlah tenaga penunjang/pendukung kesehatan di faskes Anggaran kesehatan kabupaten/kota
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar 3.1
Rasio Jenis Kelamin Berdasarkan Kelompok Umur Kab.
Pekalongan Tahun 2015 ... 6
10 Gambar 3.2 Angka Kematian Ibu Kabupaten Pekalongan Tahun 2015. 11 Gambar 3.3 Angka Penemuan TB Paru Kabupaten Pekalongan Tahun
2015. 13
Gambar 3.4 Cakupan Penangan Kasus Pnemonia Balita Kabupaten
Pekalongan tahun 2015... 14
Gambar 3.5 Jumlah Kasus DBD kabupaten Pekalongan Tahun 2015 16
Gambar 3.6 Jumlah Kasus Campak Kab. Pekalongan 2015... 20
Gambar 3.7 Kunjungan Neonatus Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 23 Gambar 3.8 Status Gizi Balita Kabupaten Pekalongan Tahun 2015... 24 Gambar 4.1
Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5
Cakupan K4 Kabupaten PekalonganTahun 2015... Proporsi Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Baru Kabupaten Pekalongan Tahun 2015
Cakupan Peserta KB \aktif Kabupaten Pekalongan Tahun 2015
Persentase Desa UCI Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 Cakupan Imunisasi Bayi Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 26 31 32 32 34
1
BAB I
PENDAHULUAN
Profil Kesehatan Kabupaten Pekalongan merupakan gambaran situasi dan keadaan kesehatan masyarakat di kabupaten Pekalongan dan diterbitkan setiap tahun. Maksud dan tujuan diterbitkannya buku profil ini adalah untuk menampilkan berbagai data dan informasi kesehatan serta data pendukung lainnya yang didiskripsikan dengan analisis dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.
Profil Kesehatan Kabupaten Pekalongan disusun secara sistematis dengan mengikuti pedoman penyusunan profil kesehatan yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Informasi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Sistematika penyajian Profil Kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2015 adalah sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Bab ini berisi tentang maksud dan tujuan penyusunan profil dan sistematika penyajiannya.
Bab II : Gambaran Umum
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum kabupaten Pekalongan, yang mencakup tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya. Pada bab ini juga mengulas faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan seperti kependudukan, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan lingkungan.
2 Bab III : Situasi Derajat Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang visi dan misi dalam
melaksanakan pembangunan kesehatan, pelayanan
kesehatan dasar & rujukan, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kesehatan ibu dan anak, pembinaan kesehatan lingkungan, serta perilaku hidup bersih dan sehat.
Bab IV : Situasi Sumber Daya Kesehatan
Menguraikan tentang tenaga kesehatan, sarana kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya
Bab V : Situasi Sumber Daya Manusia
Bab ini menguraikan tentang tenaga kesehatan,
sarana kesehatan, serta pembiayaan kesehatan.
3
BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN PEKALONGAN
A. KEADAAN GEOGRAFIS
Kabupaten Pekalongan sebagai salah satu daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah, terletak di sepanjang pantai utara Laut Jawa, memanjang ke selatan
berbatasan dengan wilayah
Ex-Karesidenan Banyumas. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Batang dan Kota Pekalongan serta sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten
Pemalang. Letaknya antara 6o - 7o23' Lintang Selatan dan antara 109o
- 109o78' Bujur Timur.
Jarak dari Ibukota Kabupaten Pekalongan ke beberapa ibukota lainnya : - Kab. Batang : 35 Km - Kab. Pemalang : 51 Km - Kab. Tegal : 94 Km - Kab. Brebes : 92 Km - Kota Pekalongan : 28 Km - Kota Tegal : 79 Km
Kabupaten Pekalongan memiliki ketinggian 4 dpl sampai dengan 1.294 meter di atas permukaan air laut (DPAL), sedangkan keadaan iklimnya tidak terlalu berbeda dengan rata-rata keadaan iklim di Jawa Tengah. Rata-rata curah hujannya adalah 2.415 mm per tahun.
4
Luas wilayah Kabupaten Pekalongan adalah + 835,1 Km2. Terdiri dari
19 Kecamatan dan 272 desa/kelurahan. Dari 272 desa/ kelurahan yang ada, 6 desa merupakan desa pantai dan 272 desa bukan desa pantai. Menurut topografi desa, terdapat 60 desa/ kelurahan (20%) yang berada di dataran tinggi dan selebihnya 225 desa/kelurahan (80%) berada di dataran rendah.
Adapun pembagian bentang alamnya adalah sebagai berikut :
- Bagian Selatan, merupakan daerah dataran tinggi yang
berbukit-bukit dengan kemiringan lebih dari 40 persen, meliputi : Kecamatan Petungkriono, Lebakbarang, Kandangserang, Paninggaran, Talun dan Doro, sebagian wilayah Kecamatan Kajen dan Kesesi.
- Bagian Utara dan Tengah, merupakan daerah yang relatif rendah
dengan nilai faktor kemiringan berada antara 0 persen sampai dengan 20 persen, meliputi : wilayah Kecamatan Kajen, Kesesi, Bojong, Wonopringgo, Karanganyar, Wiradesa, Doro, Buaran, Kedungwuni dan Karangdadap, sebagian wilayah Kecamatan Tirto, Sragi dan Siwalan.
B. KEADAAN PENDUDUK.
1. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
Jumlah Penduduk Kabupaten Pekalongan pada tahun 2015 (Dinas Kependudukkan dan Catatan Sipil Kabupaten Pekalongan tahun 2015) sebesar 925.649 jiwa. Dengan luas wilayah sekitar
835,1km2 , maka rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten
Pekalongan adalah sebesar 1.108 jiwa/ km2. Kecamatan dengan
jumlah penduduk terpadat adalah Kecamatan Kedungwuni
dengan luas wilayah 18,00km2dan jumlah penduduknya sebanyak
5
jiwa/km2, sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk
terendah adalah Kecamatan Petungkriyono dengan kepadatan
penduduk yang hanya sebesar 171,00jiwa/ km2.
Jumlah rumah tangga Kabupaten Pekalongan pada tahun 2015 adalah sebesar 202.373 rumah tangga. Dengan jumlah penduduk sebesar 925.649 jiwa, maka rata-rata anggota rumah tangganya sebesar 69.802 jiwa untuk setiap rumah tangga. Jumlah penduduk terbanyak di kecamatan Kedungwuni 93.772 jiwa (9,37%) dan paling sedikit kecamatan Petungkriyono 12.579 jiwa (1,25%)
2. Rasio Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan per 100 penduduk perempuan. Berdasar data dari Dinas Kependudukkan dan Catatan Sipil Kabupaten Pekalongan, didapatkan jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Pekalongan 468.396 jiwa (46,83%) dan jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Pekalongan 457.253 jiwa (45,74%). Sehingga didapat rasio jenis kelamin sebesar 92,52 % per 100 penduduk perempuan, berarti 100 penduduk perempuan ada sekitar 104 atau 105 penduduk laki-laki. Rasio ini menjelaskan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk perempuan meskipun perbedaannya tidak terlalu banyak. Data mengenai rasio jenis kelamin ini dapat dilihat pada lampiran tabel 2
6
Gambar 2.1
Rasio Jenis Kelamin Berdasarkan Kelompok Umur Kab. Pekalongan Tahun 2015
3. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Komposisi penduduk Kabupaten Pekalongan menurut kelompok umur dan jenis kelamin menunjukkan bahwa penduduk laki-laki maupun perempuan mempunyai proporsi terbesar pada kelompok umur 20 – 24 (9,51%) dan 30 – 34 (8,73%).
Perbandingan komposisi proporsi penduduk menurut usia produktif dari tahun 2011 sampai tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1
Persentase Kelompok Usia Produktif Kabupaten PekalonganTahun 2011 – 2015 Kelompok Umur ( Tahun ) 2011 2012 2013 2015 0 – 14 24,26 % 22,37% 20,63% 23,47% 15 – 64 67,64% 71,75% 73,35% 70,83% 65 + 8,09 % 5,88% 6,02% 5,70%
Sumber : BPS dan Dukcapil Kab. Pekalongan
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa proporsi penduduk dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, kelompok usia produktif (15 – 64) mengalami penurunan, sedangkan usia belum
7
produktif (0 – 14) mengalami peningkatan. Hal ini berarti bahwa angka beban tanggungan menjadi bertambah.
C. KEADAAN EKONOMI
1. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB )
Salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro, biasanya dilihat dari pertumbuhan angka produk domestik Regional Bruto, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.
Produk Domestik Regional Bruto didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Tahun 2015, PDRB kabupaten pekalongan sebesar Rp. 8,62 Trilyun, meningkat dibandingkan tahun 2011 yang sebesar Rp. 8,06 trilyun
2. Angka Beban Tanggungan ( Dependecy Ratio )
Angka Beban Tanggungan atau Dependency Ratio adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk produktif secara ekonomis (umur 15 – 64 tahun). Angka beban tanggungan dapat digunakan sebagai indikator ekonomi dari suatu daerah, apakah tergolong daerah maju atau bukan.Semakin rendah angka beban tanggungan, maka semakin maju daerah tersebut.
Berdasarkan jumlah penduduk menurut golongan umur,
8
kabupaten Pekalongan pada tahun 2015 sebesar 40. Angka tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun 2013 (38,31), berarti pada tahun 2015 setiap 100 penduduk usia produktif (usia 15-64) harus menanggung beban hidup sekitar 40 penduduk usia belum produktif (0-14) dan usia tidak produktif (65 tahun ke atas).
9
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Keberhasilan Pembangunan Kesehatan dapatdilihat dari
berbagaiindikatoryang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai evaluasi keberhasilan pelaksanaan program.
Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasaldari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya.
Pada prinsipnya pembangunan kesehatan telah menunjukkan suatu keberhasilan dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, walaupunmasih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Untuk mengidentifikasi masalah dan hambatan tersebut perlu dilakukan
analisissituasi dan kecenderungandi masamendatang.
A. ANGKA KEMATIAN
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu.Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya.Angka kematian pada umumnya dihitung dengan melakukan pendataan dan penelitian.
1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayi
10
merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian. AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah.
Angka kematian bayi di Kabupaten Pekalongan tahun 2015 sebesar 8,07 per 1000 kelahiran hidup (126 kasus), bila dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 7,25 per 1000 kelahiran hidup maka Angka Kematian Bayi kabupaten Pekalongan mengalami kenaikan. Sedangkan apabila dibandingkan dengan target Milenium Development Goals (MDGs) ke -4 tahun 2015 yang sebesar 17 per 1000 kelahiran hidup maka AKB di Kabupaten Pekalongan tahun 2015 masih tergolong baik, karena telah melampaui target.
Gambar 3.1
Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten Pekalongan Tahun 2015
2. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat.AKI menggambarkan jumlah wanita
11
yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penangannya (tidak termasuk kasus kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan.Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembanguna sektor kesehatan
Pada tahun 2015 angka kematian ibu yang tercatat di Kabupaten Pekalongan berdasarkan laporan dari bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten Pekalongan sebesar 141,04 per 100.000 kelahiran hidup (22 kasus). Dibandingkan tahun 2014 maka Angka Kematian Ibu Kabupaten Pekalongan mengalami penurunan dimana AKI tahun 2014 sebesar 243.75.
Gambar 3.2
Angka Kematian Ibu (AKI) Kabupaten Pekalongan Tahun 2015
12 3. Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan balita, tingkat pelayanan KIA/Posyandu, tingkat keberhasilan program KIA/Posyandu dan kondisi sanitasi lingkungan.
AKABA Kabupaten Pekalongan tahun 2015 sebesar 4 / 1.000 kelahiran hidup. Dibanding dengan tahun sebelumnya ,maka AKABA tahun ini cukup baik, karena mengalami sedikit penurunan. Dimana pada tahun 2013 AKABA kabupaten Pekalongan sebesar 11,9/ 1.000 kelahiran hidup.
B. ANGKA KESAKITAN
Angka Kesakitan atau morbiditas dapat berupa angka insiden maupun maupun prevalensi dari suatu penyakit. Angka Kesakitan menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kuru waktu waktu tertentu. Angka Kesakitan juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.
1. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.Penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberculosis. Bersama dengan malaria dan HIV/AIDS, tuberculosis menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDG’s.
Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberculosis dapat diukur dengan insiden (didefinisikan sebagai kasus baru dan kasus kambuh tuberculosis yang muncul dalam periode waktu tertentu,
13
biasanya dinyatakan dalam satu tahun), prevalensi ( didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberculosis pada suatu titik waktu tertentu) dan mortalitas/ kematian (didefinisikan sebagai jumlah kematian akibat tuberculosis dalam jangka waktu tertentu).
i. Kasus Baru dan Prevalensi BTA Positif
Jumlah kasus baru BTA+ yang ditemukan pada tahun 2015 sebanyak 825 kasus.Jumlah tersebut sedikit lebih rendah bila dibandingkan kasus baru BTA+ yang ditemukan pada tahun 2013 yang sebesar 963 kasus.
Menurut jenis kelamin, kasus BTA+ pada laki-laki lebih banyak dibanding kasus BTA+ pada perempuan.Sebesar 56% kasus BTA+ yang ditemukan berjenis kelamin laki-laki dan 44% kasus berjenis kelamin perempuan.
ii. Angka Penemuan Kasus
Salah satu indicator yang digunakan dalam pengendalian TB
adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah
pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut.Berikut ini adalah angka penemuan kasus tahun 2015.
Gambar 3.3
Angka Penemuan TB Paru Kabupaten Pekalongan Tahun 2015
14 2. Persentase Balita dengan Pnemonia Ditangani
Pneumonia Balita adalah penyakit infeksi yang menyerang paru-paru yang ditandai dengan batuk disertai nafas cepat dan atau sesak pada anak usia Balita (0-5 tahun).
Pneumonia merupakan pembunuh utama anak dibawah usia lima tahun (Balita) di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, Malaria dan Campak. Namun, belum banyak perhatian terhadap penyakit ini. Di dunia, dari 9 juta kematian Balita lebih dari 2 juta Balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia atau sama dengan 4 Balita meninggal setiap menitnya. Dari lima kematian Balita, satu diantaranya disebabkan pneumonia.
Gambar 3.4
Cakupan Penangan Kasus Pnemonia Balita Kabupaten Pekalongan Tahun 2015
Cakupan penemuan penderita pneumonia balita adalah penemuan dan tatalaksana penderita pneumonia balita yang mendapatkan antibiotik sesuai standar atau pneumonia berat dirujuk ke rumah sakit di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Jumlah Balita di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2015 sebanyak 94.386 balita dengan perkiraan kasus sebanyak 3.407 kasus, sedangkan kasus yang ditemukan atau ditangani sebanyak 4.695
15
kasus (136,9 %). Angka ini melebihi dari target Standar Pelayanan Minimal yang sebesar 100%.
3. HIV/ AIDS
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit yang ditimbulkan sebagai dampak berkembangbiaknya virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) didalam tubuh manusia, yang mana virus ini menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya sistem kekebalan tubuh. Kasus HIV/ AIDS di Kabupaten Pekalongan seperti halnya di daerah lain merupakan kasus yang menyerupai fenomena gunung es, artinya kasus yang terdeteksi hanya sebagian kecil dari kasus yang sebenarnya di masyarakat. Sebab peningkatan kasus HIV/AIDS yang terdeteksi terjadi karena ada tes wajib yang dilakukan petugas.Ada juga karena keinginan sendiri namun
sangat jarang. Jumlah kasus baru yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang dilaporkan pada selama kurun waktu tahun 2015 di kabupaten Pekalongan adalah 24 kasus
sedangkan jumlah kasus baru Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS) sebanyak 2 kasus.
4. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegepty atau Aedes albopictus.Aedes aegepty adalah vector yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini.Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut.Sesudah masa inkubasi virus didalam nyamuk selama 8 – 10 hari, nyamuk yang terinfeksi
16
dapat menularkan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya.
Gambar 3.5
Jumlah Kasus DBD Kab. Pekalongan Tahun 2015
Pada tahun 2015 jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 199 kasus dengan jumlah kematian 5 orang.Jika dibandingkan dengan tahun 2014 kasus DBD di kabupaten Pekalongan mengalami penurunan, dimana pada tahun tersebut kasus DBD sebanyak 225.
Kabupaten Pekalongan dalam upaya pencegahan dan pemberantasan DBD dititikberatkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk (3M+).Pemantauan Angka Bebas Jentik (ABJ) serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya dirumah tangga.Kegiatan lain yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan melalui program Pemberantasan Penyakit Menular adalah kegiatan Fogging fokus selama tahun 2015.
5. Malaria
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs). Malaria disebabkan oleh parasite Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah
17
merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina, dan dapat menyerang semua orang baik laki-laki ataupun perempuan pada semua semua golongan umur dari bayi, anak-anak maupun orang dewasa.
Penderita malaria di kabupaten Pekalongan pada tahun 2015 sejumlah 1 orang. Pada kasus tersebut hamper semuanya merupakan kasus impor atau bawaan. Yang artinya 4 orang penderita penyakit malaria tersebut terjangkit pada saat mereka tidak berada di kabupaten Pekalongan.Dari semua kasus terbut tidak ada korban yang meninggal.
6. Diare
Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar.Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam.
Berdasarkan laporan bidang PMK, kasus diare yang ditangani di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2015 yang tercatat sebanyak 101,7 kasus yang ditangani (32,7%) dari perkiraan jumlah kasus 19.056 kasus. Dilaporkan tidak ada kasus kematian yang disebabkan oleh penyakit diare ditahun 2015.
7. Kusta
Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae.Penatalaksanaan kasus yang buruk
dapt menyebabkan kusta menjadi progrsif, sehingga
menyebabkan kerusakan permanen permanen pada kulit, syaraf, anggota gerak dan mata.
Pada tahun 2000, dunia termasuk Indonesia telah berhasil mencapai status eliminasi.Eliminasi didefinisikan sebagai
18
pencapaian jumlah penderita terdaftar kurang dari 1 kasus per 10.000 penduduk.Dengan demikian, sejak tahun tersebut kusta bukan lagi menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat.
Penemuan penderita kusta di kabupaten Pekalongan tahun 2015 sebanyak 119 penderita baru dengan Case Detection Rate (CDR) 10,96 % per 100.000 penduduk. Sedangkan untuk kasus baru kusta pada usia (0-14) sejumlah 10% atau 18 kasus. Adanya penderita anak menunjukkan masih banyak sumber penularan yang belum ditemukan, sehingga upaya secara aktif penemuan penderita kusta sangat dibutuhkan seperti pemeriksaan kontak dan survey cepat.
Keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru dapat diukur dari tinggi rendahnya proporsi cacat tingkat 2, sedangkan untuk mengetahui tingkat penularan di masyarakat digunakan indikator proporsi anak (0-14 tahun) diantara penderita baru.Proporsi cacat tingkat 2 pada tahun 2015 sebesar 7 %.
Cakupan program kusta diukur berdasarkan angka penderita kusta tipe Pauci Baciller (PB) dan Multy Baciller (MB) selesai diobati.Cakupan program kusta tipe MB tahun 2015 berdasarkan jumlah penderita baru yang selesai diobati (RFT MB) sampai dengan tahun 2015 sebesar 93%. Sedangkan untuk (RFT PB) sebesar 97,3%.
8. Filariasis
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria, yang terdiri dari Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Penyakit ini menginfeksi jaringan limfe (getah bening). Filariasis menular melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filarial dalam tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan
19
menetap di jaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di lengan dan organ genital.
Di Kabupaten Pekalongan, sepanjang tahun 2015 ditemukan 5 kasus filariasis, berbeda dengan tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2013 tidak ditemukan 3 kasus baru filariasis. Total kasus yang tercatat sampai dengan tahun 2015 adalah 175 kasus.
9. Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. Pada profil kesehatan ini akan dibahas penyakit campak dan hepatitis B.
i. Campak
Penyakit campak disebabkan oleh virus campak, golongan Paramyxovirus.Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh droplet (ludah) orang yang telah terinfeksi. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak pra sekolah dan usia SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka dia akan mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tersebut seumur hidupnya.
Perkembangan jumlah kasus penyakit campak di Kabupaten Pekalongan mengalami fluktuasi, data tahun 2010 kasus campak 90 kasus dan untuk tahun 2011 naik menjadi 184 kasus dan untuk tahun 2012 ini kembali turun menjadi 106 kasus, dan terakhir pada tahun 2013 jumlah kasusnya turun cukup banyak menjadi hanya 38 kasus dan pada tahun 2015 turun lagi menjadi 18 kasus. (Data Bidang PKM/ Imunisasi).
20 Gambar 3.6
Jumlah Kasus Campak Kabupaten Pekalongan Tahun 2015
ii. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya didunia, penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Pada tahun 2015 tidak ada kasus Hepatitis B, dibandingkan tahun lalu yang jumlah kasusnya adalah 0 kasus maka tahun 2015 ini mengalami penurunan.
iii. Tetanus
Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka.Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril.Kasus TN banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah.Pada tahun 2015 dilaporkan ada 2 kasus Tetanus Neonatarum.
21 iv. Difteri
Penyakit Difteri disebabkan oleh infeksi bakteri
Corynebacterium diphtheriae yang menyerang sistem pernafasan bagian atas.Penyakit ini memiliki gejala sakit leher, demam ringan, sakit tekak.Difteri juga kerap ditandai dengan tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernafasan.Difteri termasuk penyakit menular yang kasusnya relatif rendah.Rendahnya kasus difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi.Di Kabupaten Pekalongan selama kurun waktu 2015 tidak ditemukan kasus difteri.
C. STATUS GIZI
Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan secara umum, karena disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan individual.Bahkan status gizi janin yang masih berada dalam kandungan dan bayi yang sedang menyusui sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil atau ibu menyusui.
Status gizi balita dapat diukur melalui beberapa indikator, antara lain cakupan kunjungan Neonatus, Bayi dan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status Gizi Balita.
1. Persentase Kunjungan Neonatus
Kunjungan Neonatus (KN) adalah kunjungan yang dilakukan oleh petugas kesehatan ke rumah ibu bersalin, untuk memantau dan memberikan pelayanan kesehatan umtuk ibu dan bayinya. Pada Permenkes 741/ Th. 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM/ BK), KN dibagi menjadi 3, yaitu : KN 1
22
adalah kunjungan pada 0-2 hari, KN 2 adalah kunjungan 2-7 hari dan KN 3 adalah kunjungan setelah 7-28 hari. Cakupan kunjungan neonatus di kabupaten Pekalongan pada tahun 2015 sebesar 100,6% meningkat dibanding tahun lalu sebesar 94,3%.
Untuk lebih meningkatkan Kunjungan Neonatus di kabupaten/ kota, pemerintah telah mengupayakana alokasi dana diantaranya melalui dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) disamping pendanaan lainnya. Selain itu perlu dilakukan analisis apakah jumlah tenaga kesehatan yang ada telah mencukupi kebutuhan pelayanan kesehatan tersebut serta tenaga kesehatan yang bertugas apakah telah melakukan pelayanan kesehatan secara optimal.
Adapun cakupan kunjungan neonatal di kabupaten Pekalongan dari tahun 2011-2015 dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.7
Kunjungan Neonatus Kabupaten Pekalongan Tahun 2015
Secara keseluruhan cakupan kunjungan neonates di Kabupaten Pekalongan sudah memenuhi target yaitu lebih dari 90%.Hal ini disebabkan karena adanya upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui penambahan penempatan bidan di desa.Selain itu juga adanya upaya peningkatan pelayanan kesehatan dan penyuluhan perawatan neonates di
23
rumah dengan menggunakan buku KIA serta meningkatkan pengetahuan ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik untuk bayinya.
2. Persentase Kunjungan Bayi
Kunjungan bayi adalah bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 4 kali, diluar kunjungan neonatus. Setiap bayi berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan memantau
pertumbuhan dan perkembangannya secara teratur setiap bulan di sarana kesehatan. Cakupan kunjungan bayi kabupaten Pekalongan tahun 2015 sebesar 100,0 %.
3. Persentase BBLR Ditangani
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram . Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil mengalami anemia, kurang asupan gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi dan belum sempurnanya pembentukan organ-organ tubuhnya yang biasa akan menjadi penyebab utama kematian.
Jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR) di kabupaten
Pekalongan pada tahun 2015 sebanyak 618 atau 3,9 % dari
jumlah bayi baru lahir timbang yang berjumlah 15,690 bayi.
4. Status Gizi Balita
Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah dengan pengukuran antopometri yang menggunakan indeks Berat Badan
24
menurut Umur (BB/U), Berat Badan per Tinggi Badan (BB/TB), dan Tinggi Badan per Umur (TB/U).
Jumlah balita yang ditimbang di Kabupaten Pekalongan tahun 2015 adalah 54,543 balita. Dari jumlah tersebut yang termasuk kategori gizi lebih berjumlah 80 balita (80,2%), kemudian yang termasuk gizi baik berjumlah 530 balita (1,0%), kemudian yang termasuk kategori gizi kurang adalah 46 (100%), dan yang termasuk kategori gizi buruk berjumlah 25 (100%).
Gambar 3.8
Status Gizi Balita Kabupaten Pekalongan Tahun 2015
Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauan tumbuh kembang Balita di Posyandu, dilanjutkan dengan penentuan status gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya.Penemuan kasus gizi buruk harus segera ditindak lanjuti dengan rencana tindak yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal.
Balita Gizi Buruk tahun 2015 berjumlah 46 menurun apabila dibandingkan tahun 2012 (62).Tetapi persentase Balita Gizi Buruk mendapatkan perawatan tahun 2015 sebesar 100%.
25
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
A. Pelayanan Kesehatan Dasar 1.Pelayanan Kesehatan Ibu
i. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil
Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan kesehatan antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan nifas. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan.
Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang mencakup minimal: (1) Timbang badan dan ukur tinggi badan, (2) Ukur tekanan darah, (3) Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian tetanus Toxoid, (4) Tinggi fundus uteri, (5) pemberian tablet besi 90 selama kehamilan, (6) Temu wicara (Pemberian komunikasi interpersonal dan konseling), (7) Test laboratorium sederhana (Hb, protein urin), dan atau berdasarkan indikasi (HbsAG, Sifilis, HIV, Malaria, TBC).
Cakupan pelayanan lengkap ibu hamil (K4) di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2015 (94,9%) mengalami penurunan bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2013 (98,8%).
26 Gambar 4.1
Cakupan K4 Kabupaten Pekalongan Tahun 2015
ii. Persalinan yang Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di kabupaten Pekalongan tahun 2015 sebesar 98,5 %, mengalami penurunann dibandingkan tahun 2013 (102,8%). Angka ini sudah melebihi dari target SPM 2015 yang sebesar 105,3 %. Dengan melebihinya angka cakupan pertolongan persalinan dari target SPM menunjukkan adanya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan, adanya perencanaan persalinan yang baik dari ibu, suami maupun dukungan keluarga.
iii.Pelayanan Ibu Nifas
Pelayanan Nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa krisis baik ibu maupun bayinya.
27
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Masa neonatus merupakan masa krisis dari kehidupan bayi, dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematiaan bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir.
Cakupan pelayanan pada ibu nifas tahun 2015 yaitu 97,1%, cakupan ini sudah jelas melebihi target SPM 2015 (96,98%).
iv.Ibu Hamil Mendapat Vitamin E
Program penanggulangan anemia yang dilakukan adalah memberikan tablet tambah darah yaitu preparat Fe yang bertujuan untuk menurunkan angka anemia pada balita, ibu hamil, ibu nifas, remaja putri dan WUS (Wanita Usia Subur). Penanggulangan anemi pada ibu hamil dilaksanakan dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilannya. Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2015 sebesar 15.757 ibu hamil (95,60%).
v. Ibu Nifas Mendapat Vitamin A
Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan bayi baik di rumah dan atau rumah bersalin dengan pertolongan dukun bayi dan atau tenaga kesehatan.Suplementasi vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu program penanggulangan kekurangan vitamin A.
Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A adalah cakupan ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) pada periode sebelum 40 hari setelah melahirkan. Cakupan
28
ibu nifas mendapat kapsul vitamin A Kabupaten Pekalongan tahun 2015 sebesar 99,5108%, meningkat dibandingkan tahun 2013 (96,53%).
2.Pelayanan Kesehatan Anak i. Bayi Mendapat Vitamin A
Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar diseluruh dunia terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan. KVA dalam tubuh dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit yang merupakan “Nutrition Related Diseases” yang dapat mengenai berbagai macam anatomi dan fungsi dari organ tubuh seperti menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-sel kulit. Salah satu dampak kurang Vitamin A adalah kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan – 4 tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan di negara berkembang.
Berdasarkan data yang yang diperoleh dari Seksi Kesga Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan, cakupan pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi pada bayi tahun 2015 sebesar 99,94%.
ii. Anak Balita Mendapat Vitamin A
Salah satu program penanggulangan KVA (Kekurangan Vitamin A) yang telah dijalankan adalah dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi 2 kali pertahun pada Balita dan ibu nifas untuk mempertahankan bebas buta karena KVA dan mencegah berkembangnya kembali masalah Xerofthalmia dengan segala
29
manifestasinya (gangguan penglihatan, buta senja dan bahkan kebutaan sampai kematian). Disamping itu pemantapan program distribusi kapsul Vitamin A dosis tinggi juga dapat mendorong tumbuh kembang anak serta meningkatkan daya tahan anak terhadap penyakit infeksi, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi dan anak.
Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul Vitamin A adalah anak umur 12–59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi. Kapsul Vitamin A dosis tinggi terdiri dari kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis 200.000 SI yang diberikan pada anak umur 12-59 bulan dan diberikan pada bulan Pebruari dan Agustus setiap tahunnya.
Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada Balita Kabupaten Pekalongan tahun 2015 sebesar 100,53%, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014 (99,14%).
iii.Bayi yang diberi ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal.
ASI adalah hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan kepada bayi, dalam keadaan miskin mungkin merupakan hadiah satusatunya, dalam keadaan sakit mungkin merupakan hadiah yangmenyelamatkan jiwanya (UNICEF). Oleh sebab itu pemberian ASI perludiberikan secara eksklusif sampai umur 6 (enam) bulan dan tetapmempertahankan pemberian ASI
30
dilanjutkan bersama makanan pendampingsampai usia 2 (dua) tahun.
Kebijakan Nasional untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 (enam) bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No. 450/Menkes/SK/IV/2004.ASI eksklusif adalah Air Susu Ibu yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman, kecuali obat dan vitamin. Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2015 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 30,3 %, meningkat dibandingkan tahun 2013 (32,23%).
3.Pelayanan Keluarga Berencana
i. Peserta Keluarga Berencana Baru
Peserta Keluarga Berencana (KB) baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/ alat dan atau PUS yang menggunakan kembali salah satu cara/alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa kehamilannya.
Jumlah PUS di Kabupaten Pekalongan tahun 2015 sebanyak 232.225 Jumlah peserta KB baru pada tahun 2013 sebanyak 1.922 atau 1,1 % dari jumlah PUS yang ada. Peserta KB baru tersebut menggunakan kontrasepsi sebagai berikut :
MKJP : IUD (3,4%),MOP/MOW (3,2%)danImplan (7,5 %)
NON MKJP : Suntik (65,9%), Pil (14,2%), dan Kondom
31 Gambar 4.2
Proporsi Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Baru Kabupaten Pekalongan Tahun 2015
Sebagian besar peserta KB baru mempergunakan kontrasepsi non MKJP, dimana peserta KB baru tersebut membutuhkan pembinaan secara rutin dan berkelanjutan untuk menjaga kelangsungan pemakaian kontrasepsi.
ii. Peserta KB AKtif
Peserta KB aktif adalah akseptor yang pada saat ini memakai kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.Cakupan peserta KB aktif adalah perbandingan antara jumlah peserta KB aktif dengan PUS di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.Cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi diantara PUS. Cakupan peserta KB aktif di Kabupaten Pekalongan tahun 2015 sebesar 69,6%, dibandingkan tahun lalu angka cakupan KB aktif ini mengalami penurunan, dimana tahun 2013 cakupan KB aktif Kabupaten Pekalongan sebesar 83,9%.
32 Gambar 4.3
Cakupan Peserta KB Aktif Kabupaten Pekalongan Tahun 2015
4.Pelayanan Imunisasi
i. Persentase Desa yang Mencapai “Universal Child Immunization” (UCI)
Strategi operasional pencapaian cakupan tinggi dan merata berupa pencapaian Universal Child Immunization (UCI) yang berdasarkan indikator cakupan DPT-HB 3, Polio 4 dan Campak dengan cakupan minimal 80% dari jumlah sasaran bayi di desa. Pencapaian UCI desa tahun 2015 mencapai 100%, capaian UCI dibandingkan dengan tahun 2013 sama 100%.
Gambar 4.4
33 ii. Cakupan Imunisasi Bayi
Upaya untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian bayi serta balita dilaksanakan program imunisasi baik program rutin maupun program tambahan/ suplemen untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3i) seperti TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Hepatitis B dan Campak. Bayi seharusnya mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT-HB 3 kali, Polio 4 kali, HB Uniject 1 kali dan Campak 1 kali. Sebagai indikator kelengkapan status imunisasi dasar lengkap bagi bayi dapat dilihat dari hasil cakupan imunisasi campak, karena imunisasi campak merupakan imunisasi yang terakhir yang diberikan pada bayi umur 9 (sembilan) bulan dengan harapan imunisasi sebelumnya sudah diberikan dengan lengkap (BCG, DPT-HB, Polio, dan HB). Cakupan Imunisasi dasar lengkap bayi di Kabupaten Pekalongan mencapai 100%, sudah melampaui target minimal nasional (100%). Jumlah sasaran bayi pada tahun 2015 sebanyak 110,54, sedangkan cakupan masing-masing jenis imunisasi adalah sebagai berikut ;Hb>7 hari (98,9%), BCG (107,94%), DPT+HB 3 (103%), Polio 3 (104,9%), dan Campak (102,53%).
34 Gambar 4.5
Cakupan Imunisasi Bayi Kabupaten Pekalongan Tahun 2015
iii. WUS mendapat Imunisasi TT
Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan program eliminasi tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu hamil. Menurut WHO, tetanus maternal dan neonatal dikatakan tereliminasi apabila hanya terdapat kurang dari satu kasus tetanus neonatal per 1.000 kelahiran hidup di setiap kabupaten. Strategi yang dilakukan untuk mengeliminasi tetanus neonatorum dan maternal adalah 1) pertolongan persalinan yang aman dan bersih; 2) cakupan imunisasi rutin TT yang tinggi dan merata; dan 3) penyelenggaraan surveilans Tetanus Neonatorum.
Jumlah WUS tahun 2015 di Kabupaten Pekalongan sebanyak 232,225, yang mendapat TT-1 sebesar 2,2%, TT-2 sebesar 0,7 %, TT-3 sebesar 0,2 %, TT-4 sebesar 0,2 % dan TT-5 sebesar 9,7% dan TT2+ sebanyak 94,1%.
35 5.Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah dan Usia Sekolah
Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah dan Usia Sekolah antara alain adalah Penjaringan Kesehatan Siswa Sekolah Dasar (SD) dan setingkat yang mana definisinya adalah pemeriksaan kesehatan terhadap murid baru kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, pemeriksaan ketajaman mata, ketajaman pendengaran, kesehatan gigi, kelainan mental emosional dan kebugaran jasmani. Pelaksanaan penjaringan kesehatan dikoordinir oleh puskesmas bersama dengan guru sekolah dan kader kesehatan/ konselor kesehatan.Setiap puskesmas mempunyai tugas melakukan penjaringan kesehatan siswa SD/ MI di wilayah kerjanya dan dilakukan satu kali pada setiap awal tahun ajaran baru sekolah. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat di Kabupaten Pekalongan tahun 2015 sebesar 100%, sama dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 100%.
6.Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh dibidang kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Tempat pelayanan kesehatan tersebut bisa dilaksanakan di Puskesmas-puskesmas ataupun Rumah Sakit serta Panti-panti dan institusi lainya.
Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut Kabupaten Pekalongan tahun 2015 adalah 9,09%.
7.Upaya Penyuluhan Kesehatan
Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk
36
dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai social budaya setempat dan didukung oleh kebijakan public yang berwawasan kesehatan. Kegiatan promosi kesehatan yang diselenggarakan di pusat dan daerah mencakup diantaranya penyebarluasan informasi termasuk penyuluhan kesehatan.
Upaya penyuluhan adalah semua usaha secara sadar dan berencana yang dilakukan untuk memperbaiki perilaku manusia sesuai prinsip-prinsip pendidikkan dalam bidang kesehatan. Penyuluhan kelompok adalah penyuluhan yang dilakukan pada kelompok sasaran tertentu, misalnya kelompok siswa sekolah, kelompok ibu-ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga dan lain sebagainya. Penyuluhan massa adalah adalah penyuluhan yang dilakukan dengan sasaran massa seperti pameran, pemutaran film, melalui media massa, cetak dan elektronik.
Kegiatan penyuluhan kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2013 berjumlah 34.408 kegiatan, terbagi menjadi penyuluhan kelompok sebanyak 34.351 kegiatan dan penyuluhan massa sebanyak 57 kegiatan. Upaya promosi kesehatan dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan meningatnya kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
B. Perilaku Hidup Masyarakat
1.Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di rumah tangga merupakan upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS dalam memelihara dan
37
meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah Rumah tangga yang seluruh anggotanya berperilaku hidup bersih dan sehat, yang meliputi 10 indikator, yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI eksklusif, balita ditimbang setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah sekali seminggu, makan sayur dan buah setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah. Apabila dalam Rumah Tangga tersebut tidak ada ibu yang melahirkan, tidak ada bayi dan tidak ada balita, maka pengertian Rumah Tangga ber-PHBS adalah rumah tangga yang memenuhi 7 indikator.
Berdasarkan data hasil pengkajian PHBS Tatanan Rumah Tangga yang dilaporkan, tahun 2015 dapat diketahui dari 202,373 rumah tangga yang ada di Kabupaten Pekalongan, yang diperiksa baru 69,802 rumah tangga 34,5%, dan dari data yang dipantau tersebut yang masuk kategori ber-PHBS sejumlah 2,449.3% rumah tangga.
2.Desa Siaga
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri.
38
Sedangkan pengertian Desa Siaga Aktif adalah desa yang mempunyai Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan, surveilance berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Pada tahun 2015 seluruh desa dan kelurahan di Kabupaten Pekalongan yang berjumlah 285 masuk kategori Desa Siaga. Sama seperti pada tahun sebelumnya.
3.Desa dengan Garam Beryodium yang Baik
Persentase desa/kelurahan dengan garam beryodium yang baik, menggambarkan identitas mutu garam beryodium yang dikonsumsi penduduk di suatu desa/ kelurahan, dimana pada tahun 2015 ini mencapai 100 %, sama dengan pencapaian tahun sebelumnya.
C. Pelayanan Kesehatan Dalam Situasi Bencana
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu Desa/Kelurahan dalam jangka waktu tertentu.
Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular dan keracunan masih merupakan salah satu masalah kesehatan, karena disamping menimbulkan korban kesakitan dan kematian juga berdampak pada situasi sosial ekonomi masyarakat secara umum (keresahan masyarakat, produktivitas menurun).Kondisi tersebut menuntut
39
adanya upaya/ tindakan secara cepat dan tepat (kurang dari 24 jam) untuk menanggulangi setiap KLB serta melaporkan kepada tingkat administrasi kesehatan diatasnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari bidang Pengendalian Masalah Kesehatan kabupaten Pekalongan pada tahun 2015 terjadi KLB sebanyak 1 kejadian dan yang tertangani adalah 100%.
40
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
A. SARANA KESEHATAN
1. Data Dasar Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), yang pengelolaannya ada di bawah Dinas Kesehatan kabupaten/ kota adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat. Puskesmas sendiri merupakan unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pengembangan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depatemen Kesehatan RI, 2004).
Puskesmas terdiri dari Puskesmas Perawatan, Puskesmas Non Perawatan, Puskesmas Pembantu, dan Puskesmas Keliling.Jumlah Puskesmas di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2015 sebanyak 26 Puskesmas dan 7 (tujuh) diantaranya adalah Puskesmas Perawatan. Tahun 2015 rasio jumlah puskesmas per 30.000 penduduk sebesar 0,84.
Rasio jumlah puskesmas terhadap 30.000 penduduk yang hanya 0,84 maka jumlah puskesmas masih mengalami kekurangan, hal ini diupayakan dengan dapat terpenuhi puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Disamping itu untuk dapat memenuhi rasio puskesmas yang ideal Kabupaten Pekalongan melalui Dinas Kesehatan.
2. Indikator Pelayanan Rumah Sakit
Dalam menentukan peningkatan sarana rumah sakit, indikator yang digunakan antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas
41
perawatan, diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidur serta rasio terhadap jumlah penduduk.
i. Pemakaian Tempat Tidur/ Bed Occupancy Rate (BOR)
BOR merupakan prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Pada tahun 2015 jumlah rumah sakit di kabupaten Pekalongan sebanyak 3 Rumah Sakit. Tingkat pemanfaatan occupancy rate-nya sebesar 130,74 %. Dianggap masih cukup ideal, meskipun ada Rumah Sakit yang tingkat pemanfaatannya masih kurang.
ii. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien/ Average Length of Stay (ALOS)
Rata-rata lama rawat seorang pasien yang secara umum/ Average Length of Stay (ALOS) yang ideal adalah antara 6 – 9 hari. Rata-rata lama rawat seorang pasien di RS se kabupaten Pekalongan sebesar 8,18.
3. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut kepemilikan/ Pengelola
Sarana pelayanan kesehatan terdiri dari RSU, RSJ, RSB, RS khusus lainnya, Puskesmas Perawatan, Puskesmas Non Perawatan, Pustu, Puskesling, RB, BP/Klinik, Apotek, Toko Obat, Gudang Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kecil Obat Tradisional, Praktek Dokter Bersama, dan Praktek Dokter Perorangan.
Jumlah sarana pelayanan kesehatan di kabupaten Pekalongan pada tahun 2015 sebanyak 450 unit, yang terbagi dalam 6 kepemilikan yaitu