• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelaksanaan pembelajaran di sekolah sangat diharapkan dapat mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi dari segala segi. Pembelajaran berasal dari kata instruction yang dapat didefinisikan sebagai salah satu usaha dalam mempermudah siswa memahami segala materi baik dalam penggunaan media, metode ataupun model, dimana hal tersebut dapat merangsang terjadinya perubahan peranan guru yang semula sebagai sumber belajar bagi siswa menjadi fasilitator dalam pembelajaran.

Menurut Northern Ireland Curriculum (Warsono dan Hariyanto, 2012:14) guru sebagai fasilitator memiliki beberapa peran yang dapat dilakukan,antara lain adalah sebagai berikut: guru harus mampu mengeksplorasi semua kemampuan yang dimiliki siswa tanpa menunjukkan kemampuan diri sendiri. Guru seharusnya mampu mengemukakan pendapat yang bertentangan dengan pendapat siswa agar dapat menghidupkan suasana diskusi, pemberi tahu pandangan resmi (official view). Guru memberi tahu pendapat resmi dari sebuah sumber mengenai permasalah yang terkait, pemain peran (in-role) guru harus memainkan peranan yang relevan dengan tema diskusi.

Guru sebagai fasilitator juga harus memikirkan strategi yang bervariasi serta tepat guna sehingga dapat menghidupkan suasana kelas yang menyebabkan siswa menjadi termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Selain daripada itu seorang guru juga harus menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Variasi metode dapat mengakibatkan siswa menjadi lebih manarik siswa dalam pembelajaran dan dengan pemakaian metode yang selalu sama maka siswa akan menjadi bosan. Seorang guru juga harus mempersiapkan perencanaan yang efektif sebelumbertatap muka dengan siswa agar selama proses pembelajaran interaksi dengan siswa akan berjalan lancar. Pada pembelajaran penyajian bahan pelajaran juga diberikan masalah yang merangsang cara berpikir siswa. Serta materinya

(2)

2 juga dihubungkan dengan kehidupan sehari hari yang telah dialami siswa atau berdasarkan pengalaman siswa.

Pembelajaran efektif menuntun siswa untuk lebih aktif, kritis, inovatif selama proses pembelajaran berlangsung. Menurut Charles C. Bonwell dan J.A. Eison (Warsono dan Hariyanto, 2012:14) mengemukaan pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student centered) bukan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered). Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa diuntut untuk dapat meningkatkan pemahaman konsep dan mengkomunikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Siswa harus mendapat dorongan dan motivasi dari guru agar siswa dapat menafsirkan infomasi yang didapat, sampai informasi tersebut dapat disampaikan dengan tepat. Berdasarkan observasi pembelajaran matematika di MTsN Pandaan pada tanggal 31 Mei 2014 dan 10 Juni 2014, guru mengawali dengan salam dan dilanjutkan dengan memberikan motivasi kepada siswanya dikarenakan minggu depannya akan ada ujian kenaikan kelas. Guru hanya memberikan review materi kepada siswanya dengan pemberian tugas dan latihan serta tanya jawab kepada siswa mengenai materi yang sudah dipelajari. Sebelum memberikan latihan soal guru mencoba pemahaman siswa dengan beberapa soal, yang kemudian meminta salah satu siswa mengerjakan jika salah satu siswa sudah dapat mengerjakan, maka guru melenjutkan pemberian latihan soal dari buku paket. Selama pengerjaan latihan itu sebagian siswa mulai bertanya mengenai soal yang dirasa sulit, siswa lebih menyukai bertanya saat mengerjakan latihan dikarenakan yang aktif hanya beberapa saja.

Hasil dari observasi diketahui sekitar 55% siswa sudah aktif mendengarkan, memperhatikan dan menulis dari penjelasan guru serta ada sebagian yang bertanya kepada guru mengenai materi yang belum dimengerti. Sedang sebagian siswa lainya asyik dengan kegiatan mereka sendiri seperti bergurau dengan teman sebangkunya, melamun dengan pikiran mereka sendiri, saling lempar surat kertas, dan tak jarang menggoda teman yang sedang fokus dalam memahami materi matematika

(3)

3 Hasil wawancara dengan guru matematika dapat diketahui bahwa guru menggunakan berbagai metode antara lain ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan, tetapi untuk kelas IX guru menggunakan metode penemuan juga. Sedangkan untuk tingkat pemahaman konsep siswa tergolong sedang dengan adanya beberapa siswa yang dapat mengerjakan latihan soal yang diberikan, tetapi juga ada siswa yang kurang bisa mengerjakan tugasnya dikarenakan kurang begitu memehami materi. Sedangkan untuk kemampuan komunikasi siswa juga tergolong sedang dilihat dari beberapa pertanyaan siswa kepada guru dan juga dari pengembilan definisi dengan menggunakan bahasa siswa sendiri.

Pembelajaran yang sudah dilakukan oleh guru yang didapatkan dari hasil observasi dan wawancara guru sudah menerapkan 4 metode pembelajaran yaitu ceramah, diskusi, tanya jawab, dan pemberian tugas. Sebagian siswa sudah 55% aktif mendengarkan dan memahami serta mencatat penjelasan guru sesekali siswa juga mencoba bertanya kepada guru, serta ada yang mulai berani mencoba menjawab beberapa pertanyaan dari guru baik secara lisan maupun tulisan. Tetapi sebaliknya juga ada siswa yang kurang aktif terhadap penjelasan guru di depan kelas, siswa malah sibuk dengan keasyikan mereka sendiri ada yang sibuk bergurau dengan teman sebangkunya serta sibuk saling lempar surat kepada teman yang lain bahkan ada yang mencoba mengganggu teman yang sedang mencoba memerhatikan penjelasan guru.

Pembelajaran matematika yang telah dilaksanakan guru memang sudah bagus hal ini mulai terlihat bahwa guru mulai mengikutsertakan siswa sebagai subjek bukan lagi objek. Hal ini dapat dilihat dari berbagai penggunaan metode yang menjadikan siswa menjadi lebih aktif, kreatif dan berpikiran logis serta dapat dengan mudah memecahkan masalah. Penggunaan metode tanya jawab dan diskusi serta penugasan menjadikan pembelajaran menjadi didominasi dengan siswa (Student Centered). Tetapi untuk memberikan penjelasan masih saja menggantungkan kepada penjelasan seorang guru. Untuk menjadikan siswa menjadi lebih aktif dalam pemahaman konsep serta kemampuan komunikasi siswa secara maksimal dengan melibatkan siswa dalam setiap langkah pembelajaran menggunakan model Jigsaw dan strategi Group Resume. Siswa diminta untuk

(4)

4 menenukan dan memahami konsep sendiri dengan cara diskusi dan membuat resume.

Model jigsaw ini dikembangkan dan diujicobakan oleh Ellit Aronson dan rekannya di Universitas Texas. Jigsaw sendiri dalam bahsa inggris yang berarti gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya puzzle yaitu menyusun potongan bagan atau gambar. Sehingga pembelajaran model Jigsaw memnganut cara kerja gergaji yang membuat siswa bekerja sama satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama-sama. Model pembelajaran jigsaw lebih menitik beratkan kepada kerja sama kelompok kecil yang beranggotakan empat sampai enam orang perkelompok. Seperti yang diungkapkan oleh Lie (Rusman, 2012:218) bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw merupakan model kooperatif dengan cara belajar siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen terdiri dari empat sampai enam anggota dan saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Sedangkan menurut Lei 1994 (Rusman, 2012:218) model jigsaw menuruapan pembelajaran kooperatif yang bersifat fleksibel.

Pemilihan model jigsaw ini dikarenakan siswa selama proses pembelajaran hanya bergantung pada penjelasan gurunya sendiri yang mengakibatkan siswa kurang mandiri dan untuk pemahaman konsep mereka menjadi kurang begitu baik atau tergolong sedang. Pada model jigsaw ini mereka diharuskan untuk menemukan sendiri konsep materi yang akan mereka diskusikan sehingga siswa mau tidak mau menjadi belajar pada sehari sebelum pelajaran. Selain dari itu siswa menjadi lebih meningkatnya keterampilan berkomunikasi, setiap anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompok mereka dan ketuntasan belajar materi mereka dan dapat menjelasakan kepada anggota kelompoknya yang lain.

Hasil penelitian Ilma, AN (2010) menyatakan bahwa kemampunan kognitif dan ketrampilan kooperatif siswa lebih baik menggunakan model jigsaw dibandingkan model cooperative script. Demikian pula dengan hasil penelitian Mayasari, SS (2012) yang menyatakan bahwa adanya peningkatan hasil pemahaman belajar pada pelajaran matematika materi sifat-sifat bangun datar menggunakan pendekatan kooperatif model jigsaw pada siswa. Setelah siswa

(5)

5 menjadi paham pada konsep materi dengan model jigsaw siswa dituntut untuk dapat menjelasakan hasil diskusinya kepada teman sekelasnya, untuk mempermudah mereka dalam penjelasan ini mereka dengan cara bantuan group resume mereka dapat berkomunikasi dengan baik lewat penjelasan yang sudah dibuatkan resume secara berkelompok dengan penggunaan bahasa mereka sendiri. Saat kelompok ahli berdiskusi mereka mengunakan strategi group resume. Strategi group resume adalah suatu kegiatan dimana siswa membuat resume secara berkelompok setelah membaca atau berdiskusi dan cara menarik siswa untuk membantu siswa lebih saling menganal satu sama lain dan mempermudah mengkomunikasikanya dengan anggota yang lain. Biasanya para siswa membuat resume dengan mengunakan bahasa mereka sendiri agar dapat diketahui tingkat pemahaman siswa.

Pemilihan strategi Group Resume pada penelitian ini adalah karena siswa dituntut untuk dapat mengambil kesimpulan sendiri secara berkelompok dengan menggunakan bahasa mereka sendiri yang nantinya mereka akan saling berkomunikasi secara lisan dan tertulis melalui hasil resume mereka. Group resume sendiri selain menjadikan siswa mandiri juga dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa melalui penarikan resume yang mereka buat, sehingga mereka menjadai bisa mengerjakan atau memecahkan permasalah matematika jika mereka mengetehui konsepnya. Hasil penelitian Suryani, R (2012) menyatakan bahwa Metode group resume dapat meningkatkan pemahaman rata-rata prosentase pemahaman konsep. Sedangkan hasil penelitian dari Astriyani, A (2013) yang menyatakan bahwa group resume efektif dengan siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan rendah.

Pembelajaran dengan menggunakan model jigsaw dan Strategi group resume dapat menjadaikan siswa lebih memahami konsep dari materi pembelajaran matematika itu sendiri dengan cara membuat resume secara berkelompok. Penggunaan model jigsaw sendiri menjadikan siswa berkomunikasi secara lisan dengan cara mempresentasikan hasil diskusi yang telah dilakukan sebelumnya, sedangkan grup resume adalah salah satu strategi yang menjadikan siswa berkomunikasi secara tertulis dalam membuat resume. Model jigsaw

(6)

6 dengan strategi group resume ini sendiri menjadikan siswa lebih aktif dalam berkomunikasi dengan teman yang lainya dalam konteks pembelajaran matematika, serta menjadikan siswa lebih ingat dan paham mengenai konsep materi pada pelajaran matematika itu sendiri.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka perlu dilakukan penelitian mengenai “Penerapan Model Jigsaw Dengan Strategi Group Resume Pada Pembelajaran Matematika MTsN Pandaan”

1.2.Identifikasi dan Rumusan Masalah

Permasalahan yang didapatkan dari observasi maka dapat diidenfikasikan masalah yang berada pada MTsN Pandaaan yang menyebabkan kurangnya pemahaman konsep dan komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika sebagai berikut:

a. Guru menggunakan 4 metode yaitu metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan penugasan.

b. Keikutsertaan siswa belum optimal karena masih pembelajaran terpusat pada guru (teacher centered)

c. Siswa belum memiliki rasa kepercayaan diri untuk berkomunikasi dalam materi pembelajaran matematika

d. Siswa belumterlalu aktif dalam pembalajaran dikarenakan sibuk dengan aktifitasnya sendiri (bergurau dengan temannya)

e. Tingkat pemahaman konsep tergolong sedang karena dapat dilihat dari pemecahan masalah.

f. Siswa kurang mandiri dalam penarikan suatu definisi pada suatu materi. Guru sudah melaksanakan berbagai model dan metode pembelajaran antara lain ceramah, diskusi, namun masih ada sebagian siswa yang belum optimal dalam mengikuti kegiatan pembelajaran karena sibuk dengan aktivitasnya sendiri seperti bergurau dengan temannya yang menyebabkan kurangnya pemahaman konsep dan komunikasi matematika. Setelah siswa paham akan konsep matematika maka diharapakan siswa dapat berkomunikasi dalam konteks

(7)

7 matematika, antara lain dapat merubah ide gagasan permasalahan kedalam notasi matematika, menyelesaian permasalahan dengan cara yang sistematis.

Kurangnya pemahaman konsep siswa dan komunikasi matematika siswamaka peneliti memilih menggunakan model jigsaw dan stategi group resume. Untuk mengetahui keberhasilan model dan stategi yang dipilih maka peneliti menerapkannya dalam pembelajaran matetatika pada sekolah MTsN Pandaaan. Maka dari penjelasan diatas didapatkan rumusan masalah antara lain sebagai berikut:

a. Bagaimana penerapan model Jigsaw dengan strategi Group Resume pada pembelajaran matematika?

b. Bagaimana tingkat pemahaman konsep siswa pada pembelajaran menggunakan model Jigsaw dengan strategi Group Resume?

c. Bagaimana tingkat komunikasi siswa pada pembelajaran menggunakan model Jigsaw dengan strategi Group Resume ?

1.3. Batasan Masalah

Dari uraian pada rumusan masalah di atas untuk menghindari kesalahpahaman maksud dalam mengadakan penelitian ini maka penulis memfokuskan masalah sebagai berikut:

a. Pemahaman konsep siswa yang dinilai dari tes pemecahan soal yang dibatasi materi yang telah ditentukan, oleh siswa kelas VII E MTsN Pandaan.

b. Komunikasi siswa yang dilihat dari komunikasi tertulis dinilai dari hasil tes pemecahan soal yang telah ditentukan, oleh siswa kelas VII E MTsN Pandaan.

c. Pemilihan materi pada penelitian ini adalah perbandingan serta, materi garis dan sudut.

1.4. Tujuan Penelitian

Pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan :

(8)

8 a. Penerapan model Jigsaw dengan strategi Group Resume pada pembelajaran

matematika

b. Tingkat pemahaman konsep siswa pada pembelajaran menggunakan model Jigsaw dengan strategi Group Resume

c. Tingkat komunikasi siswa dengan pada pembelajaran mengunakan model Jigsaw dengan strategi Group Resume.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapakn mampu memberikan kontribusi terhadap pembelajaran matematika khususnya dengan menggunakan penerapan Model Jigsaw dengan Strategi Group Resume. Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan guru untuk menentukan model pembelajaran dan strategi yang dapat meningkatkan pemahaman konsep dan komunikasi siswa.Diharapkan siswa akan lebih mudah untuk memahami pelajaran matematika dan dapat dijadikan sebagai wahana baru dalam proses meningkatkan prestasi belajar siswa. Menjadi salah satu pertimbangan untuk sekolah dalam menentukan model pembelajaran yang dapat membantu siswa menjadi lebih mengerti konsep dan komunikasi siswa, serta sebagai sarana bagi guru untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran.

1.6. Definisi Operasional

Beberapa istilah penting dalam penelitian ini perlu adanya penegasan yang bertujuan menghindari interpretasi. Beberapa istilah itu sebagai berikut :

a. Pembelajaran dalam penelitian ini adalah rangkaian kegiatan yang tersusun secara sistematis meliputi perlengkapan, fasilitas yang saling mempengarugi keterampilan dalam upaya memenuhi tujuan belajar.

b. Model Jigsaw dalam penelitian ini model pembelajaran yang dilakukan bersama secara berkelompok kecil dan bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran kelompok dikarenakan adanya kelompok asal dan kelompok ahli.

(9)

9 c. Strategi Group Resume (diskusi kelompok) dalam penelitian ini merupakan salah satu strategi yang menjadikan siswa menjadi mandiri dan paham akan konsep matematika, dikarenakan mereka membuat resume menggunakan bahasa mereka sendiri yang nantinya akan menjadi mudah dimengerti oleh siswa sendiri. Pada saat mereka kembali kepada kelompok awal mereka membuat resume secara berkelompok yang nantinya akan menjadi penilaian dalam komunikasi tertulis.

d. Pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah siswa dapat : (1) menyatakan ulang konsep, (2) mengklarifikasi objek menurut sifatnya, (3) menyajikan konsep ke dalam bentuk represetasi matematika, (4) menggunakan, memanfaatkan prosedur atau operasi tertentu dalam pemecahan masalah. Untuk mengetahui siswa paham akan konsep dilihat dari hasil tes tertulis siswa pada akhir pembelajaran.

e. Komunikasi matematika siswa dalam penelitian ini siswa dapat : (1) menerjemahkan ide gagasan matematika secara tertulis, (2) menggunkan dan menjelaskan ide matematika secara tertulis beserta hubungannya, (3) menggunakan notasi matematika untuk menyajikan ide, menggambar hubungan, dan pembuatan model, (4) menghasilkan dan menyajikan ide. Dalam penilaian komunikasi matematika dilihat dari hasil tes pada post test.

1.7. Kerangka Konseptual

Tujuan pembelajaran matematika SMP adalah siswa mampu berpikir logis, kreatif dalam pemecahan masalah serta siswa dapat mengaplikasikan konsep matematika kedalam kehidupan sehari-hari.Setelah mengetahui tujuan pembelajaran maka dibuatlah rencana pembelajaran yang mana terdiri dari materi, model serta sumber pembelajaran.Model yang dipilih dalam pembelajaran penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Model jigsaw memiliki karakteristik siswa dapat bekerjasama dalam bentuk tim dan saling menghormati pendapat orang lain.

Selain itu juga peneliti menggabungkan dengan strategi active learning tipe group resume. Yang mana siswa dituntut untuk dapat membuat resume secara

(10)

10 berkelompok dengan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh siswa. Dari gabungan model jigsaw dan strategi group resume siswa diharapkan lebih memahami konsep matematika dalam penyelesaian permasalahan. Dan juga siswa dapat berkomunikasi matematika baik tertulis maupun lisan.Komunikasi tetulis yaitu siswa dapat mengubah peryantaan menjadi symbol atau kalimat matematika. Sedangkan komunikasi lisan siswa dapat menjelasakan konsep matematika kepada temannya dengan cara yang lebih mudah untuk dipahami.

Gambar 1.1 kerangka konseptual Evaluasi Tujuan Pembelajaran Matematika SMP Rencana Pembelajaran 1. Strategi 2. Materi 3. Model 4. sumber Pembelajaran Kooperatif Strategi Model Pembelajaran

Jigsaw Group Resume

Pemahaman

Konsep Komunikasi

Siswa

Hasil Belajar Siswa Pelaksanaan

Gambar

Gambar 1.1 kerangka konseptual Evaluasi Tujuan Pembelajaran Matematika SMP Rencana Pembelajaran 1

Referensi

Dokumen terkait

Melalui kegiatan observasi di kelas, mahasiswa praktikan dapat. a) Mengetahui situasi pembelajaran yang sedang berlangsung. b) Mengetahui kesiapan dan kemampuan siswa dalam

Dua hal yang dipelajari penulis dengan pendekatan kemosistematika dalam peng- amatan adalah: (1) ketetapan karakter pada kelompok besar tetumbuhan yang memiliki arti dalam

Penelitian ini berjudul Pola Komunikasi Masyarakat Kampung Bali, yang penelitiannya meliputi wawancara pada Masyarakat Suku Bali di Desa Cipta Dharma atau

Pemodelan penyelesaian permasalahan penjadwalan ujian Program Studi S1 Sistem Mayor-Minor IPB menggunakan ASP efektif dan efisien untuk data per fakultas dengan mata

Pendekatan dapat diartikan sebagai metode ilmiah yang memberikan tekanan utama pada penjelasan konsep dasar yang kemudian dipergunakan sebagai sarana

Audit, Bonus Audit, Pengalaman Audit, Kualitas Audit. Persaingan dalam bisnis jasa akuntan publik yang semakin ketat, keinginan menghimpun klien sebanyak mungkin dan harapan agar

Perbandingan distribusi severitas antara yang menggunakan KDE dengan yang menggunakan suatu model distribusi tertentu dilakukan untuk melihat secara visual, manakah dari

61 Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat dilihat bahwa dilema yang Jepang alami pada saat pengambilan keputusan untuk berkomitmen pada Protokol Kyoto adalah karena