• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu bahasa tidak terlepas dari morfologi, sintaksis, dan semantik. Dalam Bahasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Ilmu bahasa tidak terlepas dari morfologi, sintaksis, dan semantik. Dalam Bahasa"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ilmu bahasa tidak terlepas dari morfologi, sintaksis, dan semantik. Dalam Bahasa Arab juga tidak terlepas dari ilmu Shorof, Nahwu, dan Balagah. Ilmu-ilmu tersebut sangat menunjang sekali dalam kelancaran berbahasa dan memahami Bahasa Arab. Dalam proses belajar mengajar, untuk menyampaikan materi-materi tersebut dibutuhkan metode efektif. Ilmu Nahwu atau sintaksis dalam bahasa Indonesia adalah suatu ilmu yang mempelajari gramatika Bahasa Arab atau mengkaji cara pembentukan kalimat dari berbagai kata. (Hamdani, 2004: 79)

Sering kita temukan pembelajaran kurang efektip karena banyak tenaga pengajar yang hanya memenuhi tugasnya saja sebagai pengajar, yaitu hanya menyampaikan materi saja tanpa tahu keadaan siswanya. Tuntutan materi yang harus dipelajari tidak seimbang dengan kemampuan siswa. Siswa memahami materi tersebut sedikit demi sedikit supaya dapat dipahami dan tetap melekat pada ingatan.

Supaya pembelajaran tersebut efektif dan dapat dipahami oleh siswa diperlukan beberapa prinsip pembelajaran di antaranya dengan menggunakan prinsip pengulangan. Teori yang dapat dijadikan sebagai petunjuk pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar, antara lain bisa dicermati dalil-dalil belajar yang dikemukakan oleh Edward L Thorndike (1874-1949).

Kesimpulan penelitiannya telah memunculkan tiga dalil belajar, yaitu:

“Law of effect, law of exercise, dan law of readiness”. Law of effect (sebab-akibat) menyatakan bahwa sebuah hasil yang menyenangkan yang diperoleh dari suatu respon akan memperkuat hubungan antara stimulus dan respon atau perilaku yang dimunculkan, sementara itu hasil yang tidak menyenangkan akan memperlemah

(2)

2

hubungan tersebut. Law of exercise (latihan dan pembiasaan) menyatakan bahwa latihan akan menyempurnakan respon. Pengulangan dalam pengalaman akan meningkatkan kemungkinan munculnya respon yang benar. Law of readiness (kesiapan) menyatakan bahwa kondisi-kondisi yang dianggap mendukung dan tidak mendukung pemunculan respon”. (Tim Pengembang MKDK, tt: 77)

Ilmu nahwu adalah mata pelajaran yang memerlukan pemahaman karena berisi kaidah-kaidah untuk membentuk kalimat Bahasa Arab. Untuk mempermudah siswa dalam memahami kaidah-kaidah Nahwu tersebut diperlukan “tadribaat” atau latihan-latihan dalam membuat kalimat sesuai kaidah yang dipelajari. Dengan seringnya latihan dapat membantu siswa memahami kaidah Nahwu tersebut, karena seringnya menemukan kalimat yang mempunyai pola kalimat atau kaidah Nahwu yang sama.

Adanya teori pengulangan yang direalisasikan dalam bentuk tadribaat akan membantu siswa memahami pelajaran dengan mudah, karena teori pengulangan ini dimunculkan dengan dalil belajar law of exercise dengan latihan tersebut akan menyempurnakan respon. Dalam pembelajaran nahwu, setelah siswa menerima pelajaran yaitu siswa menerima stimulus kemudian dilengkapi dengan tadribaat maka respon siswa akan sempurna.

Dalam pembelajaran Nahwu, biasanya guru menyampaikan materi dan menjelaskannya dalam bentuk contoh. Setelah itu diharapkan siswa dapat membuat contoh yang sama dan dapat menjelaskan kembali. Dalam hal ini pembelajaran Nahwu dapat tersampaikan dengan mampunya siswa membuat contoh yang sesuai dengan kaidah Nahwu. Siswa dapat memahami kaidah nahwu hanya ketika proses belajar mengajar saja karena tidak diperkuat dengan tadribaat/latihan-latihan yang dapat mengasah kemampuan siswa dalam memahami kaidah Nahwu yang telah dipelajari.

(3)

3

Teori yang dianggap memiliki kaitan erat dengan prinsip pengulangan adalah yang dikemukakan oleh Psikologi Daya. Menurut teori daya bahwa manusia memiliki sejumlah daya seperti mengamati, menanggapi, mengingat, merasakan, mengkhayal, berpikir, dan lain sebagainya. Oleh karena itu menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya. Dengan pengulangan dimaksudkan agar setiap daya yang dimiliki manusia dapat terarah sehingga menjadi lebih peka dan berkembang. (Tim Pengembang MKDK, tt: 78)

Penulis penasaran sekali untuk meneliti hal ini karena masih ada guru yang mengajarkan mata pelajaran Nahwu tanpa disertai tadribaat. Hal ini disebabkan masih melekatnya metode tradisional yang digunakan oleh beberapa sekolah. Mereka beranggapan bahwa dengan memahamkan siswa melalui penjelasan dari guru saja itu sudah cukup. Untuk mengukur kemampuan siswa dapat dilihat dari tes yang dilakukan setelah satu pembahasan itu selesai tanpa memperhatikan tes yang dilakukan tiap pertemuan.

Apabila hal ini tidak diteliti maka anggapan kita tentang pelajaran Nahwu yang sukar itu akan terbukti kesukarannya karena tidak ada metode yang tepat untuk memudahkannya. Sehingga makin banyak siswa yang kurang suka dengan mata pelajaran Nahwu karena siswa sukar untuk memahaminya.

Ilmu Nahwu merupakan ilmu penunjang untuk siswa agar dapat membaca teks berbahasa Arab. Dalam memahami ilmu tersebut, penulis mencoba meneliti pengaruh tadribaat terhadap kemampuan siswa dalam memahami materi-materi Nahwu. Yang diteliti penulis masuk pada masalah pendidikan dan berada dalam wilayah Bahasa Arab.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas peneliti terdorong untuk menyusun rancangan skripsi dengan judul “Upaya Peningkatan Kemampuan Siswa Memahami Kaidah Nahwu Melalui Tadribaat”. Studi Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Al-Falaah, Soreang, Bandung.

(4)

4 B. IDENTIFIKASI MASALAH

Identifikasi adalah tanda kenal diri, penentu atau penetapan identitas seseorang, benda dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1994:365) Sedangkan masalah adalah setiap kesulitan yang menggerakkan manusia untuk memecahkannya. (Surakhmad,1982:34)

Masalah atau permasalahan ada kalau ada kesenjangan antara das sollen dan das sein; ada perbedaan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan, dan sejenis dengan itu.

Berdasarkan judul yang penulis sebutkan, maka dapat diidentifikasi masalahnya adalah kesulitan memahami kaidah Nahwu, yang masuk ke dalam wilayah pendidikan Bahasa Arab.

a. Batasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah pada tujuan, maka penulis akan membatasi ruang lingkup penelitian ini sehingga tidak terlalu luas dan sesuai dengan kemampuan penulis. Penelitian ini penulis batasi pada pembelajaran Nahwu, materi “Mubtada` Khobar” dengan menyertakan tadribaat supaya lebih dipahami. Penelitian ini juga dibatasi pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Al-Falaah, Soreang, Bandung.

b. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan tadribaat dalam memahami kaidah Nahwu? 2. Apa kelebihan dan kekurangan dari tadribaat?

3. Bagaimana respon siswa terhadap tadribaat? C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN a. Tujuan Penelitian

(5)

5

2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tadribaat.

3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap tadribaat dalam memahami kaidah Nahwu. b. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian secara khusus yang penulis harapkan adalah:

a. Bagi penulis yaitu mengetahui hubungan tadribaat dalam meningkatkan kemampuan siswa memahami kaidah Nahwu, sehingga dapat mengambil langkah positif untuk ikut bertanggung jawab.

b. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami kaidah Nahwu.

c. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa memahami kaidah Nahwu dengan mudah.

D. KERANGKA PEMIKIRAN

Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah yang ada pada judul penelitian ini, penulis merasa perlu untuk menjelaskan istilah judul tersebut, sehingga diharapkan adanya persepsi yang sama terhadap masalah penelitian antara penulis dengan pembaca.

Adapun istilah yang penulis gunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tadribaat adalah latihan-latihan, yang merupakan tes. Definisi yang dikutip dari Webster’s Collegiate, tes adalah serentetan pertanyaan, latihan, atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. (Arikunto, 2006: 32)

Tadribaat yang dimaksud adalah latihan soal tertulis yang berisi latihan-latihan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.

Kaidah adalah rumusan asas yang menjadi hukum; aturan yang sudah pasti; dalil (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 489)

(6)

6

Ilmu Nahwu adalah ilmu dasar yang bersifat strategis. Dikatakan strategis oleh karena dengan menguasai ilmu, baik teori maupun praktek, maka kita dengan sendirinya akan mampu membaca dengan benar dan memahami dengan tepat kitab-kitab/buku-buku berbahasa Arab, terutama Al-Qur`an dan kitab hadits. (Fahmi: 2003)

Ilmu Nahwu adalah suatu ilmu yang mencakup dasar-dasar atau kaidah-kaidah, untuk mengetahui keadaan kalimat-kalimat (kata:Bahasa Indonesia) Bahasa Arab dari segi mu’rob dan mabni (berubah atau tetap). Dengan Nahwu akan mengetahui keharusan harakat di akhir kalimat/kata itu rofa’,nashab, jar atau jazm, atau kelazimannya dalam satu keadaan, setelah melihat kedudukannya dalam jumlah kalimat (kalimat:Bahasa Indonesia). (Golayen, 2000: 9)

Kaidah Nahwu yang dimaksud adalah pokok-pokok dalam membentuk kalimat Bahasa Arab.

E. ASUMSI

Sehubungan dengan hal tersebut, maka yang menjadi asumsi dalam penelitian ini adalah:

1. Tadribaat berpengaruh pada kemampuan siswa

2. Kemampuan siswa dalam memahami kaidah Nahwu berbeda-beda F. OBJEK DAN METODE PENELITIAN

a. Tempat/Objek Penelitian

Populasi menurut Sudjana adalah semua nilai yang mungkin hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas. (Suherman, 2008:19) Yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MA Al-Falaah, Soreang, bandung, yang jumlahnya 15 orang siswa.

MA Al-Falaah adalah sekolah yang masih menerapkan metode tradisional dalam pembelajaran nahwu, yaitu guru hanya membacakan materi yang dipelajari kemudian diterangkan dan dijelaskan berikut contoh.

(7)

7

Sudjana mengatakan bahwa sampel adalah sebagian yang diambil populasi. (Suherman, 2008:19). Dalam penelitian ini penulis tidak mengambil sampel sebagian, karena populasi yang diambil berjumlah 15 orang siswa.

b. Metode Penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian tindakan kelas, dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara, yaitu mengadakan hubungan langsung dengan pihak-pihak yang dianggap memberikan informasi sesuai kebutuhan.

2. Observasi, yaitu melihat kenyataan yang terjadi di lapangan mengenai masalah-masalah yang diteliti.

3. Studi kepustakaan, yaitu mempelajari buku sumber sebagai penguat teori terhadap masalah yang dibahas.

4. Angket, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.

5. Tes, yaitu beberapa pertanyaan yang digunakan untuk menilai hasil belajar siswa. Penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. (Wardani, 2004: 1.5)

Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran serta aktivitas siswa di kelas, sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan pada hasil belajar siswa. c. Langkah-langkah Penelitian

a). Tahap Perencanaan

(a) Menetapkan jumlah siklus penelitian, minimal 3 siklus penelitian.

(8)

8

(c) Menyusun silabus dan rencana pembelajaran.

(d) Menetapkan cara observasi, dengan menggunakan observasi partisipatif yaitu peneliti melakukan observasi sambil ikut serta dalam kegiatan yang sedang berjalan.

(e) Menetapkan jenis data dan cara pengumpulan data. (f) Menetapkan alat bantu observasi.

(g) Menetapkan cara pelaksanaan refleksi, akan dilakukan setiap selesai pemberian tindakan dan pelaksanaan observasi untuk setiap siklusnya.

b). Tahap Pelaksanaan

(a) Peneliti memberikan pretes pada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum mendapat tindakan.

(b) Penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus, tiap siklus terdiri dari: Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pelaksanaan pembelajaran berikut observasi

Pelaksanaan evaluasi Pelaksanaan refleksi 1. Siklus Pertama Pembuatan RPP

Pembelajaran Nahwu yang disertai tadribaat Evaluasi dari hasil pembelajaran

Refleksi 2. Siklus Kedua Pembuatan RPP

(9)

9

Pembelajaran Nahwu yang disertai tadribaat kemudian peneliti akan memfokuskan pembelajaran yang dianggap kurang berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pada siklus pertama

Evaluasi Refleksi 3. Siklus Ketiga Pembuatan RPP

Pembelajaran Nahwu disertai tadribaat. Mengadakan observasi dan melaksanakan hasil evaluasi dan refleksi pada siklus kedua

Evaluasi Refleksi

(c) Peneliti mengadakan postes sebagai evaluasi dari tindakan yang dilakukan dalam 3 siklus.

c). Tahap Pengamatan

Pengamatan dilakukan dalam setiap tindakan dengan mengumpulkan data-data. Data yang dihasilkan dalam tiap siklus maupun data yang diambil dari hasil wawancara dengan pihak terkait.

d). Tahap Refleksi

Data-data yang diperoleh berdasarkan observasi dan hasil evaluasi, kemudian diolah dan dianalisis untuk dijadikan pijakan untuk menyusun tindakan selanjutnya demi perbaikan dan penyempurnaan pembelajaran khususnya ilmu Nahwu.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifkan antara rasa syukur dengan kecenderungan prososial pada

• Kegiatan Teknologi Modifikasi Cuaca ditangani oleh Satgas Siaga Darurat Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan Prov. OKI, Ogan Ilir, Muara Enim, Banyuasin, Musi

Berdasarkan deskripsi data proses pengembangan perangkat pembelajaran pada tahap perancangan, diperoleh informasi yang dibutuhkan terkait perancangan perangkat pembelajaran

Pemilik atau pengelola UMKM pada sentral usaha pengolahan ikan di Kampung Patin Desa Koto Mesjid, Kampar, Riau harus meningkatkan kinerja pemasaran, perolehan

Mereka miskin karena suatu hal yang disebabkan terjadi musibah, sedangkan fisik dan mentalnya masih berpotensi untuk bekerja dan berusaha, tetapi tidak memiliki modal, maka

Untuk mengatasi masalah genangan di atas, maka diperlukan analisa curah hujan yang cukup dalam mewujudkan sistem dan kapasitas penampang dari sebuah drainase sebagai solusi

PENGARUH SOCIAL SKILL TRAINING TERHADAP KEMAMPUAN EMPATI ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. 72