i
KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG
SERTIFIKASI GURU
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi PendidikanAkuntansi
Oleh:
Mariana Immakulata Supriyani 001334067
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Moto
Hidup hanya satu kali pergunakan waktu
dan peluang emas dalam hidupmu
jangan pernah sia-siakan.
v
Kupersembahkan untuk Tuhan Yesus dan Bunda Maria,
kedua Orang Tuaku, suami, kedua malaikat kecilku, kakak n adikku
( special tuk mba Vero n Mba Rina ),serta semua ponakan yang ku
vii
ABSTRAK
KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG
SERTIFIKASI GURU
Mariana Immakulata Supriyani Universitas Sanata Dharma
2008
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menilai relevansi penerapan sertifikasi guru sebagai program pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru dan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia ditinjau dari segi upah/gaji, kompetensi professional, penilaian portofolio, dan hakekat pendidikan.
ABSTRACT
THE POLICY OF GOVERNMENT ABOUT TEACHER’S
PROFESSIONAL CERTIFICATE
Mariana Immakulata Supriyani Sanata Dharma University
Yogyakarta 2008
The objective of this paper is to evaluate the relevance of teacher’s professional certificate as the government program to increase the quality of teachers and the quality of education in Indonesia perceived from the salary, professional competence, the evaluation of portfolio, and the nature of education.
ix
Kata Pengantar
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan bimbingan-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “ Kebijakan Pemerintah Tentang Sertifikasi Guru “ tanpa ada halangan apapun. Penyusunan tugas akhir ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana (S1) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Saanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi sekaligus selaku dosen pembimbing yang sudah banyak membantu dan menolong, serta sabar dalam memberikan bimbingan dan saran dalam penyelesaian tugas akhir ini, terima kasih atas kepedulian dan kebijaksanaan yang telah diberikan.
4. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku dosen tamu yang telah memberikan kritik dan saran bagi penulis.
5. Ibu Indah Nugraheni, S.Pd., SIP., M.Pd., selaku dosen tamu yang telah memberikan kritik dan saran bagi penulis.
6. Bapak Agustinus Heri, S.Pd., selaku dosen pembimbing PPL Plus yang telah membantu hingga penulis dapat meneruskan menyelesaikan tugas akhir ini dengan lancar.
7. Kedua Orang Tua tercinta ( Bapak Ignatius Sukimin dan Mama Lucia Kajem ) yang telah berkorban banyak baik itu spiritual maupun materi hingga aku menjadi sarjana.
8. Kakak serta adik terutama Mba Vero dan Mba Rina thanks banget atas bantuannya dan kasihnya selama ini.
9. Suami tercinta ( Daniel.S ) yang selalu setia mendampingi dan membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini, cepat sembuh ya, Tuhan Yesus selalu besertamu.
10. Malaikat kecilku ( Michael Bintang n Regina Caeli ) yang selalu menghibur dan menghilangkan rasa suntukku.
11. Ibu Rusmini, S.Pd., selaku Kepala sekolah SD N Rejowinangun Utara 4 Magelang terimakasih atas kepedulian, saran serta nasehat yang sangat memotivasi aku untuk menjadi sarjana.
12. Bapak dan Ibu Robert Kadar yang telah memberikan dukungan serta doanya.
14. Teman – teman seperjuanganku Endang, Wiwi, dan Hendy. Met atas kesuksesan kalian n thanks atas persahabatannya.
15. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian tugas akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Penulis
Mariana Immakulata Supriyani
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Maria Immakulata Supriyani
Nomor Mahasiswa : 001334067
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG SERTIFIKASI GURU
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 1 Desember 2008
Yang menyatakan,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan ... 4
D. Manfaat ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6
A. Profesi kependidikan... 6
1. Konsep Profesionalisasi guru... 7
xii
3. Kompetensi Profesional guru... 12
B. Pendidikan Nasional ... 15
1. Penilaian Portofolio... 16
2. Pendidikan Profesional ... 17
C. Hakekat Pendidikan ... 18
D. Kebijakan Pemerintah ... 20
BAB III PEMBAHASAN ... 23
1. Sertifikasi Ditinjau dari segi Upah... 23
2. Sertifikasi Ditinjau dari segi Kompetensi ... 24
3. Sertifikasi Ditinjau dari segi Portofolio ... 27
4. Sertifikasi Ditinjau dari segi Hakekat Pendidikan ... 30
BAB IV KESIMPULAN ... 31
A. Kesimpulan ... 31
B. Saran ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 34
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Tunjangan Tenaga Kependidikan Bulan Oktober 2002...8
Tabel 2.2 Rata-rata jumlah Guru Layak Mengajar Tiap Pulau
Di Indonesia tahun pelajaran 2002/2003-2005/2006 ... 24
Tabel 2.3 Persentase Jumlah Guru Layak Mengajar Tiap Pulau
Di Indonesia terhadap jumlah Guru Layak Mengajar
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perkembangan Persentase Guru Layak Mengajar
Terhadap Guru Layak Mengajar seluruhnya tiap Provinsi………36
Lampiran 2. Contoh Subtansi Sertifikat Pendidik………...37
Lampiran 3. Laporan Selesai Bimbingan Skripsi/ Tugas Akhir………..38
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagian besar masyarakat terutama para guru mengalami banyak
kendala atau kesulitan untuk dapat mengikuti program pemerintah tentang
sertifikasi untuk guru dalam jabatan (Kompas 17 september 2007). Para
guru yang telah terdaftar sebagai peserta sertifikasi ternyata pesimistis dan
putus harapan dapat lolos seleksi dengan portofolio sebagai pemenuhan
persyaratan kepada guru sebagai tenaga profesional.
Pemberlakuan sertifikasi guru menjadi topik pembicaraan para praktisi
pendidikan. Penilaian portofolio yang telah ditetapkan oleh pemerintah
(MENDIKNAS) jelas dirasakan tidak relevan untuk diterapkan.
Berdasarkan PP No 18 Tahun 2007, proses sertifikasi bagi para
guru dalam jabatan dilakukan dengan penilaian terhadap portofolio dengan
memberikan skor berdasarkan standar kompetensi. Fakta menunjukkan
berbagai kemungkinan terjadi “ permainan dalam sertifikasi dilakukan
antara guru peserta sertifikasi dengan tim asesor atau atasannya, atau
dengan pihak – pihak lain yang kemungkinan terkait kepentingan guru
peserta sertifikasi. Kristi Poerwandari ( Kompas, 16 Mei 2007 )
menyatakan bahwa masyarakat khususnya para guru ‘sedang dilanda
fatalisme’. Akibat sikap mental fatalistik tersebut para guru emoh kerja
2
Mereka lebih suka ambil jalan pintas melalui berbagai permainan”.
Sebagai pembuktian, para guru berusaha agar anak – anaknya bisa lulus
Ujian Nasional (UN) 100% dengan menyerahkan tugas pengajaran pada
lembaga “Bimbel” dan mencurangi pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Ada
indikasi bahwa terjadi pemalsuan portofolio pada tahap kedua untuk
wilayah rayon 11 yang meliputi lima daerah di Yogyakarta dan 9 daerah di
Jawa Tengah. Pemalsuan portofolio serupa juga sempat terjadi pada tahap
1 yang telah meluluskan 1.247 guru (kompas, 15 Oktober 2007). Berkait
dengan hal ini para guru atau peserta uji sertifikasi guru yang terbukti
memalsukan portofolio akan gugur demi hukum karena tidak memenuhi
persyaratan. Dari sekitar 2,7 juta guru di Indonesia hanya 900.000 guru
yang sudah mengenyam pendidikan S-1 (Kompas, 15 oktober 2007).
Tinggi atau rendahnya kualitas lulusan berhubungan dengan
kualitas guru. Dalam PP No.19 Th.2005 pasal 28 (1) dinyatakan bahwa
pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi, sebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Meskipun dalam peraturan
pemerintah telah dinyatakan demikian, fakta menunjukkan bahwa masih
banyak guru yang hanya lulusan D2 / D3 bahkan hanya berpendidikan
SMA, terutama di daerah – daerah terpencil. Mereka para guru tidak
mampu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 dikarenakan banyak
faktor, salah satunya faktor ekonomi dan faktor usia, kebanyakan para
mengabdi selama lebih dari 30 tahun semenjak PP No. 19 Th 2005
dikeluarkan mereka tidak dianggap profesional. Hal ini mengindikasikan
pemerintah kurang adil dalam memberlakukan sertifikasi guru khususnya
bagi para guru yang telah lama mengabdi, hendaknya sistem sertifikasi
guru dilaksanakan dengan mengedepankan semangat keadilan dan
bijaksana.
Makalah ini dimaksudkan untuk menimbang kembali kelayakan
sertifikasi guru sebagai penentu upaya serius meningkatkan kualitas dan
pelayanan pendidikan di Indonesia. Perspektif yang di gunakan dalam
makalah ini adalah upah, kompetensi guru, penilaian portofolio, hakekat
pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah sertifikasi guru masih relevan sebagai program pemerintah
untuk meningkatkan kualitas guru dan peningkatan mutu pendidikan di
Indonesia ditinjau dari segi upah/gaji?
2. Apakah sertifikasi guru masih relevan sebagai program pemerintah
untuk meningkatkan kualitas guru dan peningkatan mutu pendidikan di
Indonesia ditinjau dari segi kompetensi profesional?
3. Apakah sertifikasi guru masih relevan sebagai program pemerintah
untuk meningkatkan kualitas guru dan peningkatan mutu pendidikan di
4
4. Apakah sertifikasi guru masih relevan sebagai program pemerintah
untuk meningkatkan kualitas guru dan peningkatan mutu pendidikan di
Indonesia ditinjau dari segi Hakekat Pendidikan?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Penulisan tugas akhir ini dimaksudkan untuk memaparkan relevansi
sertifikat guru untuk meningkatkan kualitas guru dan peningkatan mutu
pendidikan dari segi upah/gaji.
2. Penulisan tugas akhir ini dimaksudkan untuk memaparkan relevansi
sertifikat guru untuk meningkatkan kualitas guru dan peningkatan mutu
pendidikan dari segi kompetensi guru.
3. Penulisan tugas akhir ini dimaksudkan untuk memaparkan relevansi
sertifikat guru untuk meningkatkan kualitas guru dan peningkatan mutu
pendidikan dari segi penilaian portofolio.
4. Penulisan tugas akhir ini dimaksudkan untuk memaparkan relevansi
sertifikat guru untuk meningkatkan kualitas guru dan peningkatan mutu
pendidikan dari segi hakekat pendidikan.
D. Manfaat Penulisan Makalah
1. Manfaat penulisan tugas akhir ini dimaksudkan agar tidak ada lagi
penyimpangan – penyimpangan ataupun pelanggaran yang terjadi untuk
2. Manfaat penulisan tugas akhir ini dimaksudkan agar tidak ada lagi
penyimpangan – penyimpangan ataupun pelanggaran yang terjadi untuk
meningkatkan kualitas guru dan mutu pendidikan dari segi kompetensi
guru.
3. Manfaat penulisan tugas akhir ini dimaksudkan agar tidak ada lagi
penyimpangan – penyimpangan ataupun pelanggaran yang terjadi untuk
meningkatkan kualitas guru dan mutu pendidikan dari segi penilaian
portofolio.
4. Manfaat penulisan tugas akhir ini dimaksudkan agar tidak ada lagi
penyimpangan – penyimpangan ataupun pelanggaran yang terjadi untuk
meningkatkan kualitas guru dan mutu pendidikan dari segi hakekat
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Profesi Kependidikan
Menurunnya kualitas guru, rendahnya kesejahteraan yang di terima guru,
dan diskriminasi status guru (Kompas, 20 November 2004) membuat kita
bertanya – tanya, apakah pekerjaan yang disandang guru itu suatu profesi?.
Para ahli dan pakar pendidikan sudah lama menggolongkan pekerjaan guru
suatu profesi, demikian juga banyak defenisi tentang pekerjaan guru sebagai
profesi. Profesi sebagai spesialisasi dari jabatan intelektual yang diperoleh
melalui studi dan training, bertujuan menciptakan ketrampilan dan pekerjaan
itu diminati, disenangi, oleh orang lain, dan dia dapat melakukan pekerjaan itu
dengan mendapati imbalan berupa bayaran, upah, dan gaji (Payment, Diana w.
Kommers dalam Sagala, 2000:195-196).
Guru mengemban tugas sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Tahun 2003 dalam pasal 39 ayat (1)
dan ayat (2). Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi,
pengelolaan, pengemban pendidikan dan satuan pendidikan. Pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
Pengertian profesi guru di atas dilihat dari usaha keras dan keahlian yang
dimilikinya, mereka wajar mendapatkan kompensasi yang adil berupa gaji dan
tunjangan yang besar dan fasilitas yang memadai dibanding pegawai
struktural, manakala dilihat dari berat ringan pekerjaan. Tugas guru sebagai
pembimbing, pelatih, dan pengajar yang merupakan pekerjaan berat, mereka
memeraskan otak, mental dan fisik untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Demikian juga mereka diberi kesempatan menduduki jabatan apapun di
negara ini sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Dalam arti kata profesi guru
sama kedudukannya dengan profesi lainnya.
1. Konsep Profesionalisasi Guru
Profesional dilihat dari kriteria yang dikemukakan para ahli
mempermudahkan kita memahami dan mengetahui kaidah – kaidah
profesi, secara konsep profesional memiliki aturan – aturan dan teori, teori
untuk dilaksanakan dalam praktik dan unjuk kerja, teori dan praktik
merupakan perpaduan yang tidak dapat dipisahkan
Suatu profesi bukanlah sesuatu yang permanen, ia akan mengalami
perubahan dan mengikuti perkembangan kebutuhan manusia, oleh sebab
itu penelitian terhadap suatu tugas profesi dianjurkan, di dalam keguruan
dikenal dengan penelitian action research. Penggunaan metode ilmiah ini
menurut Sutisna (1989:361) memperkuat unsur rasionalitas yang
8
praktik, dan pengalaman, sedangkan non-profesional hanya berdasarkan
praktik dan pengalaman
Secara konseptual, unjuk kerja guru menurut Depdikbud dan Johnson
(1980) (Sanusi, 1991: 36) mencakup tiga aspek, yaitu ; (a) kemampuan
profesional, (b) kemampuan sosial, dan (c) kemampuan personal (pribadi).
Kemudian ketiga aspek ini dijabarkan menjadi :
a. Kemampuan profesional mencakup :
1.) Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan
yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari
bahan yang diajarkannya itu.
2.) Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan
kependidikan dan keguruan.
3.) Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan
pembelajaran siswa membawa tugasnya sebagai guru.
b. Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri
kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawa
tugasnya sebagai guru.
c. Kemampuan personal (pribadi) mencakup :
1) Penampilan sikap yang positif terhadap tugasnya sebagai guru, dan
terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya
2) Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang
3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan
teladan bagi para siswanya.
2. Upah
Profesional pada umumnya seseorang yang mendapat upah atau gaji
dari apa yang dikerjakan, baik pekerjaan yang dilakukan secara sempurna
atau tidak penggunaan istilah “profesional” menunjukan suatu pekerjaan
pelayanan jasa kepada masyarakat, layanan jasa ini diberikan kepada
seseorang yang membutuhkan, seperti dokter, pengacara, guru dan lain
sebagainya. Pembahasan ini akan terfokus pada upah “guru sebagai tenaga
profesional”. Guru akan mendapat imbalan berupa gaji berdasarkan
pangkat, golongan, pengalaman kerja, dan pendidikan. Umpamanya
seorang dosen perguruan tinggi akan mendapat gaji dan tunjangan
fungsional yang berbeda, seperti; dosen berpangkat guru besar akan
berbeda imbalan yang diterimanya dibanding dengan dosen yang
berpangkat lektor, dan lain sebagainya.
Guru sebagai pendidik adalah tenaga profesional sebagaimana dalam
UU sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, bab XI, Pasal 29 (2)
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
pendidik pada perguruan tinggi. Guru akan mendapat tunjangan jabatan
10
Tabel 2.1
TUNJANGAN TENAGA KEPENDIDIKAN TERHITUNG MULAI BULAN OKTOBER 2002
GOLONGAN/BESAR
NO JABATAN TUNJANGAN KETERANGAN
Penerimaan tunjangan yang menjadi patokan dari jasa yang diberikan oleh
seorang guru di luar gaji pegawai negeri sipil. Guru sebagai tenaga
profesional bukan saja melakukan tugas pembelajaran dalam ruang
lingkup makro, yaitu melaksanakan amanah bangsa Indonesia
menjalankan pendidikan sebagaimana Undang – Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, bab II, pasal 3;
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
berbangsa.
Pengangkatan tenaga kependidikan di lembaga pendidikan, secara
garis besar dapat di golongkan pada dua macam, yaitu guru negeri dan
guru swasta. Guru negeri tidak hanya bertugas di sekolah negeri, akan
tetapi sebagian diperbantukan ke sekolah swasta, di Indonesia saat ini
masih banyak membutuhkan tenaga guru. Pengangkatan tenaga
kependidikan yang selalu mendapatkan perhatian pemerintah namun
pemerintah memiliki anggaran yang terbatas, oleh sebab itu pemerintah
mencari jalan keluar untuk mengangkat guru bantu dengan beban
pembiayaannya pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Pengangkatan guru bantu diatur dengan keputusan Menteri Pendidikan
Nasional RI Nomor 034/U/2003, tanggal 26 maret 2003. Dalam pasal 1,
ayat 1 guru bantu adalah guru bukan Pegawai Negeri, kemudian pasal 2
menyatakan guru bantu berkedudukan sebagai pegawai Departemen
12
Guru bantu berakhir masa kerjanya sesuai dengan surat perjanjian
kerja, dan dapat diperpanjang selama 3 (tiga) tahun, sampai umur 60
tahun, hal ini diatur dalam pasal 15. Honorarium guru bantu diatur dalam
lampiran 1 keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 034/U/2003
pasal 2, ayat 2 sebesar Rp. 460.000,- ( empat ratus enampuluh ribu rupiah )
perbulan, sebelum dipotong pajak penghasilan (PPh).
3. Kompetensi Profesional Guru
Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) merupakan suatu ketetapan
politik bahwa pendidik adalah pekerja profesional, yang berhak
mendapatkan hak-hak sekaligus berkewajiban profesional. Dalam UUGD
ditentukan bahwa seorang pendidik: wajib memiliki kualifikasi akademik
dan kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran; kualifikasi akademik
diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana (S1) atau program
Diploma Empat (D-IV) yang sesuai dengan tugasnya sebagai guru untuk
guru dan Strata 2 (S-2) untuk dosen; kompetensi profesi pendidik meliputi
kompetensi pendagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional,
dan kompetensi sosial ( PP RI Nomor 19 Tahun 2005 Bab VI Pasal 28
ayat (3) ).
Pertama, kompetensi pendagogik. Adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta
dan pengembangan peserta didik untuk mengatualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya. Kedua, kompetensi kepribadian. Adalah
kepribadian pendidik yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Ketiga,
kompetensi sosial. Adalah kemampuan pendidik berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat. Keempat,
kompetensi profesional. Adalah kemampuan pendidik dalam penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya
membimbing peserta didik memperoleh kompetensi yang ditetapkan.
Masalah kompetensi profesional guru merupakan salah satu dari
kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan
apapun. Dalam makalah ini hanya akan membahas satu jenis kompetensi
profesional dengan tidak mengesampingkan pentingnya kompetensi
lainnya.
Guru adalah jabatan profesional yang memerlukan berbagai keahlian
khusus. Sebagai suatu profesi, maka harus memenuhi kriteria profesional,
(hasil lokakarya pembinaan kurikulum Pendidikan Guru UPI Bandung
sbb:
a. Fisik
1) Sehat jasmani dan rohani
2) Tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan
14
b. Mental/Kepribadian
1) Berkripadian/berjiwa Pancasila
2) Mampu menghayati GBHN
3) Mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih sayang
kepada anak didik.
4) Berbudi pekerti yang luhur
5) Berjiwa kreatif, dan dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada
secara maksimal
6) Mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa
7) Mampu mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab yang
besar akan tugasnya.
8) Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi
9) Bersifat terbuka, peka, dan inovatif
10)Menunjukkan rasa cinta kepada profesinya
11)Ketaatan akan disiplin
12)Memiliki sense of humor
c. Keilmiahan / pengetahuan
1) Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi
2) Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu
menerapkannya dalam tugasnya sebagai pendidik.
3) Memahami, menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan yang
akan di ajarkan
5) Senang membaca buku-buku ilmiah
6) Mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama yang
berhubungan dengan bidang studi.
7) Memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar
d. Keterampilan
1.)Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar
2.)Mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan
struktural, interdisipliner, fungsional, behavior, dan teknologi.
3.)Mampu menyusun garis program pengajaran (GBPP)
4.)Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik mengajar
yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan
5.)Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan
6.)Memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan
luar sekolah
Kompetensi profesional guru, selain berdasarkan pada bakat guru
unsur pengalaman dan pendidikan memegang peranan yang sangat
penting. Pendidikan guru, sebagai suatu usaha yang berencana dan
sistematis melalui berbagai program yang dikembangkan oleh LPTK
dalam rangka usaha peningkatan kompetensi guru.
B. Pendidikan Nasional
Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di
16
Pancasila dan UUD Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan
zaman.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat serta
mencerdaskan kehidupan bangsa agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
1. Penilaian Portofolio
Portofolio berasal dari bahasa Inggris “ Portofolio “ yang artinya
dokumen atau surat-surat. Dapat juga diartikan sebagai kumpulan
kertas-kertas berharga dari suatu pekerjaan tertentu. Tujuan mengunakan
penilaian portofolio menurut Suderajat ( 2004,128) adalah :
a. Dapat menghargai perkembangan hasil belajar ( prestasi ),
b. Memberi perhatian pada prestasi kerja yang baik,
c. Dapat mendokumentasikan hasil proses kerja yang berlangsung,
d. Dapat mereflesikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan
eksperimen,
e. Dapat membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri
f. Lebih objektif dan terbuka karena dapat ikut menilai hasil kinerja
Penilaian portofolio dalam hal ini merupakan pengakuan atas
pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap dokumen
yang menunjukkan rekaman jejak profesional guru.
Dokumen portofolio mendeskripsikan :
a. Kualifikasi akademik
b. Pendidikan dan pelatihan
c. Pengalaman mengajar
d. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
e. Penilaian dari atasan dan pengawas
f. Prestasi akademik
g. Karya pengembangan profesi
h. Keikutsertaan dalam forum ilmiah
i. Pengalaman organisasi dibidang kependidikan dan sosial
j. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
2. Pendidikan Profesional ( Pendidikan Tinggi )
Pendidikan profesional yakni pendidikan yang diarahkan terutama
kepada kesiapan penerapan keahlian tertentu. Pendidikan profesional, yang
juga dikenal sebagai pendidikan keahlian, di selenggarakan pada jenjang
18
Tujuan dari pendidikan tinggi adalah :
a. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan, dan atau menciptakan ilmu pengetahuan.
b. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan.
C. Hakekat Pendidikan
Pendidikan dapat dilihat pengertian secara khusus dan pengertian secara
luas. Dalam arti khusus, Langeveld ( Uyoh Sadulloh, 2003;54 )
mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh
orang dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Selanjutnya Abu Ahmadi dan
Nur Uhbiyati (2001;69-71) mengutip beberapa defenisi pendidikan dari para
ahli sebagai berikut:
1 Menurut S. Brojonegoro, mendidik berarti memberi tuntutan kepada
manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan,
sampai tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan jasmani.
2 Menurut Hoogeveld, mendidik adalah membantu anak supaya anak itu
kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri.
Jadi pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang
dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Pendidikan dalam arti khusus ini
menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga.
Sementara pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk
Menurut Henderson (Uyoh Sadulloh, 2003;55-56), pendidikan
merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik,
berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir. Warisan sosial
merupakan alat bagi manusia untuk pengembangan manusia terbaik dan
inteligen, untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Sementara menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
Bangsa dan Negara (pasal 1 Undang-Undang Sisdiknas No.20 Tahun
2003).
Dari pengertian – pengertian di atas ada beberapa prinsip dasar tentang
pendidikan yang akan dilaksanakan (Uyoh Sadulloh, 2003;56):
1. Pendidikan berlangsung seumur hidup. Usaha pendidikan sudah
dimulai sejak manusia lahir dari kandungan ibunya, sampai tutup usia,
sepanjang ia mampu untuk menerima pengaruh dan dapat
mengembangkan dirinya. Suatu konsekuensi dari konsep pendidikan
sepanjang hayat adalah, bahwa pendidikan tidak identik dengan
persekolahan. Pendidikan akan berlangsung dalam lingkungan
20
2. Tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
semua manusia: tanggungjawab orang tua, tanggungjawab masyarakat,
dan tanggungjawab pemerintah. Pemerintah tidak boleh memonopoli
segalanya. Bersama keluarga dan masyarakat, pemerintah berusaha
semaksimal mungkin agar pendidikan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
3. Manusia pendidikan merupakan suatu keharusan, karena dengan
pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang
berkembang, yang disebut manusia seluruhnya.
D. Kebijakan Pemerintah
Dalam peraturan Menteri No 18 Tahun 2007, guru wajib memiliki
akademik (S1), kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan
sebuah sertifikat guru. Sertifikat guru adalah bukti formal sebagai pengakuan
yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional. Sertifikat guru didapat
melalui proses yang disebut sertifikasi guru.
Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi
persyaratan. Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang
dimiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan
ditetapkan oleh pemerintah. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga
pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Kedudukan guru sebagai tenaga
profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai
agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Kedudukan guru tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem
pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang:
Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip sebagai berikut (http://www.depdiknas.go.id):
Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; memiliki komitmen
untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak
mulia; memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas; memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan
bidang tugas; memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan
secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; memiliki jaminan
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; memiliki
organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri
22
berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban
(http://www.depdiknas.go.id):
Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; meningkatkan
dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni; bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga,
dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; menjunjung
tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta
nilai-nilai agama dan etika; memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan
BAB III
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan kelayakan sertifikasi guru sebagai program
pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme guru dan, mengangkat harkat
dan martabat guru ditinjau dari segi upah, kompetensi guru, penilaian portofolio,
dan hakekat pendidikan.
A. Sertifikasi Guru Ditinjau dari Segi Upah
Profesional berhubungan dengan upah atau gaji dari apa yang dikerjakan,
baik pekerjaan - pekerjaan yang dilakukan secara sempurna atau tidak. Upah
dalam kriteria Glenn Langford (Kompas, 15 september 2007) menempati
urutan pertama, karena upah merupakan sesuatu yang paling utama, dengan
upah seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan kebutuhan primer.
Upah yang seimbang akan mampu memberi motivasi seseorang untuk bekerja
maksimal, disamping itu manakala upah terabaikan dalam suatu organisasi
terjadi gejolak dan kelesuan kerja.
Pelaksanaan ujian sertifikasi guru tidak relevan diterapkan di Indonesia
karena tidak sesuai dengan mentalitas para guru pada umumnya. Dalam
penyelenggaraan sertifikasi diharapkan para guru memperoleh penghasilan di
atas kebutuhan hidup diatas minimum dan jaminan kesejahteraan sosial
(UUGD pasal 14 (1)). Tetapi bagi para guru yang melakukan sertifikasi dan
24
sertifikasi yang telah dijanjikan pemerintah hal belum terealisasi contohnya, di
daerah NTB dan NTT para guru yang telah lulus sertifikasi sudah satu tahun
lebih belum mendapatkan tunjangan profesionalnya (Suara Merdeka, 25
September 2007). Seharusnya sejak awal pelaksanaan sertifikasi dilakukan
dan hasilnya diketahui pemerintah melakukan keadilan dalam bentuk
kemerataan dalam memberikan hak dan kewajiban yang telah dijanjikan. Di
sisi lain masih banyak guru-guru yang telah mengabdi lebih dari 30 tahun
tidak bisa mengikuti ujian sertifikasi guru dikarenakan gaji yang tidak cukup
untuk melanjutkan ke tingkat sarjana (Kompas, 17 September 2007).
Ujian sertifikasi juga menumbuhkan sikap mental atau penurunan moral
karena banyak terjadi manipulasi untuk lolos sertifikasi dan ingin mendapat
upah di atas minimum ( 2 kali gaji / upah ), sehingga ujian sertifikasi tidak
dapat dipakai sebagai bentuk kesejahteraan saja tetapi sebagai sarana untuk
mencapai suatu tujuan, yakni keberadaan guru yang berkualitas.
B. Sertifikasi Guru Ditinjau dari Segi Kompetensi Guru
Dalam UUGD Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 menyatakan kompetensi
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. Indonesia pada tahun 2005 telah memiliki UUGD, yang
merupakan kebijakan untuk intervensi langsung meningkatkan kualitas
kompetensi guru lewat kebijakan keharusan guru memiliki kualifikasi S-1 atau
mendapat tunjangan profesi sebesar 1 bulan gaji pokok guru. Kebijakan ini
pada intinya adalah meningkatkan kualitas kompetensi dengan menghasilkan
lulusan – lulusan yang baik (SD sampai SMU/SMK) seiring dengan
peningkatan kesejahteraan guru.
Patut mulai dipertanyakan apakah sertifikasi akan secara otomatis
meningkatkan kualitas kompetensi guru, dan kemudian akan meningkatkan
mutu pendidikan?. Adakah jaminan bahwa dengan memiliki sertifikasi, guru
akan lebih bermutu? karena bukti – bukti hasil sertifikasi dalam kaitan dengan
peningkatan mutu guru bervariasi dengan hasil survey terhadap kualitas
pendidikan pada 117 negara. Negara Indonesia menempati urutan ke 112 di
atas negara Vietnam (Martinis Yamin dalam Profesionalisasi Guru
,2007:75-76). Di Amerika Serikat kebijakan sertifikasi bagi guru belum berhasil
meningkatkan kualitas kompetensi guru, hal ini antara lain dikarenakan
kuatnya resistensi dari kalangan guru sehingga pelaksanaan sertifikasi berjalan
lambat. Sebagai contoh dalam kurun waktu 10 tahun, mulai tahun 1997 –
2006, AS hanya mentargetkan 100.000 guru untuk di sertifikasi. Bandingkan
dengan Indonesia dalam kurun waktu yang sama mentargetkan 2,7 juta guru.
Sertifikasi merupakan sarana atau instrumen untuk meningkatkan kualitas
kompetensi guru. Sertifikasi bukan tujuan, melainkan sarana untuk mencapai
suatu tujuan, yakni keberadaan guru yang berkualitas. Kegagalan dalam
mencapai tujuan ini, terutama dikarenakan menjadikan sertifikasi sebagai
26
Bagi bangsa dan pemerintah Indonesia harus senantiasa mewaspadai
kecenderungan ini, bahwa jangan sampai sertifikasi menjadi tujuan. Oleh
karenanya semenjak awal harus ditekankan khususnya dikalangan pendidik,
guru dan dosen, bahwa tujuan utama adalah kualitas, sedangkan kualifikasi
dan sertifikasi merupakan sarana untuk mencapai kulitas tersebut.
Tabel 2.2
Rata-rata Jumlah Guru Layak Mengajar Tiap Pulau di Indonesia Tahun pelajaran 2002/2003-2005/2006
No Pulau Tahun Pelajaran
2002/2003 2003/2004 2004/2005 2005/2006
1 Jawa 21.801,17 29.938,33 27.615 29.250,67
2 Sumatera 6.274,89 6.519,11 7.956,22 8.889,56
3 Kalimantan 2.903,25 3.158 3.855,5 4.175,25
4 Sulawesi 4.020,4 4.251,8 4.716,4 5.568
5 Indonesia Timur 3.172 3.407,33 3.850,83 4.163,17
Jumlah Rata-rata 38.171,71 41.274,57 47.993,95 52.046,65
Sumber: Data Statistik Depdiknas,diolah (lampiran 1)
Dari tabel di atas dapat diketahui rata-rata jumlah guru layak mengajar di
Pulau Jawa pada tahun pelajaran 2005/2006 sebanyak 29.250,67 guru, Pulau
Sumatera 8.889,56 guru, Pulau Kalimantan 4.175,25 guru, Pulau Sulawesi
5.568 guru, dan rata-rata jumlah guru layak mengajar paling rendah di Pulau
Indonesia Timur 4.163,17 guru. Dari tahun ke tahun jumlah guru layak
mengajar bertambah disetiap pulau. Namun jumlah guru layak mengajar di
Pulau Jawa lebih banyak di bandingkan dengan di luar pulau Jawa. Hal ini
juga memperlihatkan jumlah guru yang mengajar di pulau Jawa lebih banyak.
Pemerintah seharusnya memperhatikan jumlah guru yang ada di luar pulau
Tabel 2.3
Persentase Jumlah Guru Layak Mengajar Tiap Pulau di Indonesia Tahun pelajaran 2002/2003-2005/2006
No Pulau Tahun Pelajaran
2002/2003 2003/2004 2004/2005 2005/2006
Sumber: Data Statistik Depdiknas,diolah (lampiran 1)
Persentase jumlah guru layak mengajar untuk tiap pulau di Indonesia
terhadap jumlah guru layak mengajar keseluruhan dari data tahun pelajaran
2002/2003-2005/2006 menunjukkan persentase jumlah guru layak mengajar
terbanyak di pulau Jawa. Pada tahun pelajaran 2002/2003 persentase jumlah
guru layak mengajar di pulau Jawa 54,95%, dan pada tahun pelajaran
2005/2006 persentase jumlah guru layak mengajar di pulau Jawa 54,00%. Di
ikuti oleh pulau Sumatera 24,61%, pulau Sulawesi 8,57%, pulau Indonesia
Timur 7,69%, dan pulau Kalimantan 5,13%.
Dari tabel di atas disimpulkan jumlah guru layak mengajar dipulau Jawa
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah guru layak mengajar di luar pulau
Jawa. Dengan melihat tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sertifikasi tidak
relevan diterapkan sebagai program pemerintah untuk meningkatkan kualitas
guru dan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia ditinjau dari segi
kompetensi profesional.
C. Sertifikasi Guru Ditinjau dari Segi Penilaian Portofolio
Ada dua macam pelaksanaan uji sertifikasi, sebagai bagian dari pendidikan
28
guru dalam jabatan akan dilaksanakan dalam bentuk penilaian portofolio.
Penilaian portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru
dalam bentuk kumpulan dokumen yang mendeskripsikan :
1. Kualifikasi akademik
2. Pendidikan dan pelatihan
3. Pengalaman mengajar
4. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
5. Penilaian dari atasan dan pengawas
6. Prestasi akademik
7. Karya pengembangan profesi
8. Keikutsertaan dalam forum ilmiah
9. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial
10.Penghargaan yang relevan dibidang pendidikan
Masing – masing komponen dibuktikan dengan dokumen atau bukti fisik,
ijazah, sertifikat, piagam, surat keputusan, atau karya cipta. Guru yang
memenuhi penilaian portofolio dinyatakan lulus dan mendapatkan sertifikat
pendidik. Sedangkan guru yang tidak lulus penilaian portofolio dapat :
1. Melakukan kegiatan – kegiatan untuk melengkapi portofolio agar
mencapai nilai lulus, atau
2. Mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru yang di akhiri dengan
evaluasi / penilaian sesuai persyaratan yang ditentukan oleh perguruan
Sepintas proses sertifikasi yang dilakukan terhadap guru dalam jabatan
tampak dipermudah. Para guru tidak perlu repot mengeluarkan biaya, tenaga
dan pikiran untuk mengikuti perkuliahan guna menyelesikan 36 sks atau
sekitar 4 semester di lembaga pendidikan, tenaga kependidikan ( LPTK ).
Mereka cukup mengumpulkan bukti – bukti fisik, kemudian dinilai oleh tim
asesor.
Namun kenyataannya, berdasarkan pengalaman para guru di beberapa
daerah yang telah terdaftar sebagai peserta sertifikasi ternyata mengalami
banyak kendala atau kesulitan. Mereka pesimistis dan putus harapan dapat
lolos seleksi dengan portofolio, sebagaimana dikatakan oleh Y. Suparso. A,
berbagi kemungkinan “Permainan“ dalam sertifikasi ( Kompas, 17 Juli 2007).
Akibat adanya kendala – kendala itulah kemungkinan adanya berbagai
“permainan “ antara guru peserta sertifikasi dengan tim asesor atau atasannya,
atau dengan pihak – pihak lain yang kemungkinan terkait kepentingan guru
peserta sertifikasi. Yang mendorong kemungkinan besar terjadinya hal itu
adalah kenyataan kondisi masyarakat kita, termasuk para guru di dalamnya.
Hal ini mengindikasikan pemerintah, tim asesor, pengawas sekolah, kepala
sekolah, hingga para guru di harapkan memegang teguh komitmen bahwa
sertifikasi bukan sekedar “revolusi” pendapatan guru, melainkan upaya serius
30
D. Sertifikasi Guru Ditinjau dari Segi Hakekat Pendidikan
Pendidikan berlangsung seumur hidup. Usaha pendidikan sudah dimulai
sejak manusia lahir dari kandungan ibunya, sampai tutup usia, sepanjang ia
mampu untuk menerima pengaruh dan dapat mengembangkan dirinya. Suatu
konsekuensi dari konsep pendidikan sepanjang hayat adalah, bahwa
pendidikan tidak identik dengan persekolahan. Pendidikan akan berlangsung
dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Manusia pendidikan merupakan suatu keharusan, karena dengan
pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang
berkembang, yang disebut manusia seluruhnya.
Pelaksanaan sertifikasi guru tidak relevan diterapkan karena tidak sesuai
dengan tujuan yaitu kualitas. Dalam penyelenggaraan sertifikasi diharapkan
para guru yang telah lulus uji sertifikasi benar – benar menunjukkan
kompetensinya atau keahlian yang dimiliki sehingga dapat lebih baik
mengajar dan mendidik karena dari seorang guru dapat diperoleh ilmu
pengetahuan yang berharga dan penting bagi kehidupan peserta didik serta
dapat mencapai tujuan pendidikan yang baik pula.
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Sertifikasi guru ditinjau dari segi upah tidak relevan sebagai program
pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru dan peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia karena tidak sesuai dengan mentalitas guru yang
hanya menilai kemampuan lulus dari sertifikasi saja tidak dapat melihat
pengalaman dan pengabdian yang telah diberikan kepada pemerintah.
Sertifikasi digunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab
yang hanya mementingkan pendapatan daripada tujuan sertifikasi sendiri.
2. Sertifikasi guru ditinjau dari segi kompetensi profesional tidak relevan
sebagai program pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru dan
peningkatan mutu pendidikan di Indonesia karena tidak sesuai dengan
kemampuan masing-masing guru untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang S-1 sebagai syarat utama untuk memiliki sertifikasi. Pelaksanaan
sertifikasi ini hanya menilai satu sisi saja, misalnya yang di prioritaskan
otonomi daerah yang besar contohnya Pulau Jawa terutama Jakarta.
Seharusnya kebijakan pemerintah dalam mensertifikasi kompetensi guru
32
3. Sertifikasi guru ditinjau dari segi penilaian portofolio tidak relevan sebagai
program pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru dan peningkatan
mutu pendidikan di Indonesia karena seharusnya pemerintah memberikan
persyaratan yang dapat dilakukan oleh para guru terutama bagi para guru
yang sudah lama pengabdiannya dan bagi para guru layak mengajar di
daerah – daerah terpencil dan pelosok karena mereka yang seharusnya
menjadi perhatian serius bagi pemerintah. Pelaksanaan portofolio dalam
sertifikasi ini banyak terjadi kecurangan-kecurangan pada masyarakat
terutama para guru di dalamnya, sertifikasi ini membuat moral para peserta
sertifikasi menjadi bobrok akibat keinginan penghasilan saja tanpa melihat
tujuan dan manfaat dari sertifikasi itu sendiri.
4. Sertifikasi guru ditinjau dari segi hakekat pendidikan tidak relevan sebagai
program pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru dan peningkatan
mutu pendidikan di Indonesia karena sikap mentalitas dan fatalisme yang
melanda para guru saat ini. Sehingga kurang bijak bila dinilai dengan
sertifikasi, bagaimana dengan para guru yang tidak lulus atau bahkan tidak
dapat mengikuti sertifikasi dikarenakan dari segi umur, ekonomi, dan lain
sebagainya. Apakah mereka tidak layak untuk dikatakan profesional dan
tidak bermutu padahal pengabdian mereka jauh lebih layak karena dapat
mengantarkan peserta didik menjadi orang yang dewasa dan berilmu.
Pemerintah perlu memperhatikan juga kondisi para guru di luar pulau jawa
karena guru layak mengajar di luar pulau Jawa lebih sedikit dibanding
B. Saran
Setelah membahas dan menyimpulkan masalah maka penulis hanya bisa
memberikan saran sebatas mengenai kebijakan mengenai sertifikasi guru saja.
Banyak gejala penyimpangan dan tuntutan akan kebijakan sertifikasi ini oleh
karenanya, begitu ada ada gejala penyimpangan, pemerintah harus segera
mengambil tindakan tegas. Seperti mencabut hak melaksanakan sertifikasi
pada lembaga yang ditunjuk, atau menetapkan seseorang tidak boleh menjadi
penguji sertifikasi, dan lain sebagainya.
Pemerintah harus konsekuen bahwa sertifikasi merupakan standard
nasional yang harus dipatuhi. Toleransi bisa diberikan dalam pengertian waktu
transisi. Misalnya, untuk Jawa Tengah transisi 5 tahun, tetapi untuk daerah
terpencil transisi 10 tahun. Tetapi standar tidak mengenal toleransi. Karena
akan muncul berbagai tuntutan dari berbagai daerah yang secara geografis
memiliki tingkat pendidikan yang relatif tertinggal. Tuntutan demi tuntutan
akan mempengaruhi penentuan yang mendasar pada kemampuan suatu
perguruan tinggi, maka pemerintah harus tegas dan konsisten demi kelancaran
34
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Uhbiyati, Nur. (2001). Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Anonim. (2007). “Indikasi Pemalsuan Portofolio Masih Terjadi”. Kompas (15
Oktober 2007).
Anonim. (2004). “Menurunnya Kulitas Guru”. Kompas (20 November 2004) Anonim. (2007). “Profesi Guru”. Kompas (20 Nopember 2004).
Anonim. (2007). Sertifikasi untuk Guru dalam Jabatan”. Kompas (17 September 2007).
Anonim. (2007). “Sertifikasi guru dan peningkatan mutu guru”. Kompas (14 Mei 2007).
Arikunto, Suharsimi. (1990). Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Jakarta: Rajawali Pers.
Diana w.Kommers. (2000). Payment. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hamalik, Oemar. (2003). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. http://www.puskur.or.id
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 034/U/2003 Tentang pengangkatan Guru Bantu Tahun 2003.
Peraturan Pemerintah RI No.18 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi Pendidik. Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 Tentang UUGD .
Soedijarto. (1993). Menuju Pendidikan Nasional Yang Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka.
Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Pasal 39(1) Tentang Tugas Guru.
Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
PERKEMBANGAN PERSENTASE GURU LAYAK MENGAJAR TERHADAP GURU*) SELURUHNYA TIAP PROPINSI TREND OF PERCENTAGE OF QUALIFIED TEACHERS TO TEACHERS*) BY PROVINCE
SEKOLAH MENENGAH (SM) / SENIOR SECONDARY SCHOOL (SSS) TAHUN / YEAR : 2002-2003 - 2005/2006
No. Provinsi
province Jml./Total % Jml./Total % Jml./Total % Jml./Total %
1 DKI Jakarta 20.017 61.61 20.132 61.61 22.901 66.24 23.359 68.81
2 Jawa Barat 27.331 63.63 32.463 63.63 37.682 65.85 38.57 67.73
3 Banten 5.147 63.63 6.462 63.63 7.684 62.8 8.475 67.57
4 Jawa Tengah 32.626 67.32 34.987 67.32 40.521 73.85 43.764 76.61
5 DI Yogyakarta 7.386 62.95 7.982 62.95 8.811 71.58 9.516 75.9
6 Jawa Timur 38.3 68.28 41.604 68.28 48.091 76.17 51.82 79.25
7 Nanggroe Aceh Darussalam 5.261 60.15 5.425 60.15 6.793 74.05 8.231 80.19
8 Sumatera Utara 15.902 49.95 16.209 49.95 21.701 61.65 24.453 65.32
9 Sumatera Barat 9.106 68.6 9.311 68.6 10.562 74.58 12.448 77.64
10 Riau 5.236 61.27 5.791 61.27 5.167 62.61 5.901 71.1
11 Kepulauan Riau
12 Jambi 3.143 62.71 3.159 62.71 4.039 74.14 4.355 78.17
13 Sumatera Selatan 6.665 58.22 6.762 58.22 9.061 65.22 9.965 65.38
14 Bangka Belitung 1.318 54.85 1.271 54.85 1.535 60.41 1.367 55.8
15 Bengkulu 2.426 71.82 2.717 71.82 2.772 72.97 2.966 77.73
16 Lampung 7.417 60.58 8.027 60.58 9.976 64.34 10.32 68.35
17 Kalimantan Barat 3.074 48.94 3.292 48.94 3.759 52.48 4.229 54.96
18 Kalimantan Tengah 1.712 53.96 1.754 53.96 2.376 65.01 2.744 66.15
19 Kalimantan Selatan 3.183 64.17 3.465 64.17 4.136 75.68 4.257 77.39
20 Kalimantan Timur 3.644 58.32 4.121 58.32 5.151 66.39 5.471 72.22
21 Sulawesi Utara 3.538 73.19 3.709 73.19 3.994 76.25 4.464 74.28
22 Gorontalo 923 76.03 995 76.03 1.067 67.49 1.389 83.93
23 Sulawesi Tengah 1.623 44.66 1.84 44.66 2.631 63.77 3.671 77.25
24 Sulawesi Selatan 11.483 70.04 11.761 70.04 12.316 75.88 14.165 80.58
25 Sulawesi Barat … … … …
26 Sulawesi Tenggara 2.535 67.56 2.954 67.56 3.574 81.84 4.151…
54.37 84.82
27 Maluku 1.724 53.36 1.881 53.36 2.06 74.23 2.202 55.33
28 Maluku utara 931 54.19 966 54.19 1.342 78.73 1.833 74.69
29 Bali 6.454 71.59 6.828 71.59 7.419 75.61 7.942 80.47
30 Nusa Tenggara Barat 3.792 68.76 4.265 68.76 5.239 61.68 5.424 72
31 Nusa Tenggara Timur 3.421 54.01 3.531 54.01 4.457 72.94 4.568 59.85
32 Papua 2.71 58.14 2.973 58.14 2.588 … 3.01 72.13
33 Irian Jaya Barat … … … …
Indonesia 238.028 63.02 256.637 63.02 299.405 69047 325.03 72.44
Catatan / Note :
… : Data tidak tersedia/ data not available
Sumber: Data Statistik Depdiknas
2005/2006
36
Lampiran 2
CONTOH SUBTANSI SERTIFIKASI PENDIDIK
Nomor:………
SERTIFIKAT PENDIDIK
Rektor Universitas ………, memberikan Sertifikat Pendidik Kepada:
Nama :
Nomor Induk Peserta :
Tempat/Tanggal Lahir :
Telah mengikuti Sertifikasi Pendidik dan dinyatakan LULUS serta yang
bersangkutan dinyatakan sebagai guru professional dalam bidang studi/ Guru
Kelas…….dijenjang………(TK/SD/MI/SDLB/SMP/MTs/SLB/SMA/MA/SMK
/MAK)
Rektor………
……… Nama & NIP
Pedoman Sertifikasi Guru dalam Jabatan Logo