• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBAR PENGESAHAN JURNAL"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

(2)

2 MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN 06 PATILANGGIO KABUPATEN POHUWATO

suriati14@gmail.com

Haris Mahmud, Muchtar Ahmad, dan Suriati Kaunang 1

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran ips melalui model pembelajaan make a match di Kelas IV SDN 06 Patilanggio Kabupaten Pohuwato. Metode yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas. penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri dari 4 tahap yaitu, Tahap Persiapan, Tahap Pelaksanaan tindakan, Tahap Pemantauan dan evaluasi, Tahap Analisis dan refleksi

Hasil penelitian menunjukkan dari tiga aspek penilaian yaitu: Perkembangan teknologi produksi komunikasi, Ciri alat-alat transportasi, Pengalaman dalam menggunakan alat komunikasi dan transportasi, telah memenuhi target indikator yang ditetapkan, yaitu minimal rata-rata 75 % siswa yang hadir menguasai tiap aspek penilaian tersebut. Pada kegiatan siklus 1 berada pada kisaran nilai rata-rata 57.9 atau berada pada kategori tidak tuntassedangkan pada kegiatan siklus II berada pada kisaran nilai rata-rata 79.9 atau berada pada kategori tuntas.

Dengan demikian secara keseluruhan aspek penilaian yang telah dilakukan dari observasi awal, pelaksanaan pembelajaran siklus 1, dan siklus 2, melalui penerapan model pembelajaran make a match, dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas IV SDN 06 Patilanggio secara maksimal terhadap materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi. Sehingga hipotesis yang berbunyi: ” Jika menggunakan Model Pembelajaran Make a Match dalam pelajaran IPS maka aktivitas belajar siswa Kelas IV SDN 06 Patilanggio meningkat” dapat diterima, karena terbukti melalui penelitian tindakan kelas ini aktivitas belajar siswa Kelas IV SDN 06 Patilanggio terhadap materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi dapat ditingkatkan melalui penggunaan model pembelajaran make a match.

Kata Kunci: Aktivitas Belajar Siswa, Model Make a Match

1 Drs. H. Haris Mahmud, S.Pd, M.Si selaku dosen pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo; Mucthar Ahmad, S.Pd, M.Si; dan Suriati Kaunang selaku Mahasiswa Program PPKHB S1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan.

(3)

3 Guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial hendaknya memperhatikan implementasi skenario pembelajaran yang memenuhi unsur keterlibatan siswa, aktivitas belajar yang variatif, dan pelibatan sumber belajar secara menyeluruh. Mengingat siswa memiliki peran yang cukup besar terhadap keberhasilan proses belajar mengajar, untuk itu mereka dituntut untuk berperan aktif pada proses belajar mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Pembelajaran IPS di SD khususnya di Kelas IV SDN 06 Patilanggio, telah terbentuk anggapan yang terbesar dikalangan akademisi sekolah dasar bahwa pelajaran IPS identik dengan pembelajaran membaca, mendongeng dan menghafal, baik itu menghafal tahun, menghafal tempat dan menghafal yang lain-lainnya. Biasanya guru menggunakan metode ceramah dari awal sampai akhir pembelajaran pada pengajaran IPS, sehingga siswa sering merasa jenuh dan tidak aktif pada pelajaran IPS, karena kegiatan siswa disini hanya mendengarkan penjelasan dari guru.

Tentunya setiap pembelajaran khususnya mata pelajaran IPS harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat dan aktivitas siswa. Setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada siswa untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metode, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran.

Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas

(4)

4 dasar pemahaman sendiri. Karena siswa jarang menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep yang dipelajari.

Berdasarkan hasil pengamatan awal dengan menggunakan lembar pengamatan kegiatan siswa terkait dengan aktivitas belajar yang dicapai siswa Kelas IV SDN 06 Patilanggio dalam pelajaran IPS pada materi “Mengenal Teknologi di Lingkungan Sekitar”, diperoleh nilai rata-rata 61.67 atau berada pada kategori kurang, yang dapat dilihat pada masing-masing aspek yang diamati yaitu: (1) Mengenal perkembangan teknologi produksi komunikasi diperoleh nilai rata-rata 61.39; (2) Mengenal alat-alat transportasi diperoleh nilai rata-rata 62.67; (3) Megidentifikasi pengalaman dalam menggunakan alat komunikasi dan transportasi diperoleh nilai rata-rata 60.94.

Dari nilai rata-rata kegiatan pengamatan awal siswa Kelas IV SDN 06 Patilanggio aktivitas belajar siswa masih rendah hal ini didukung oleh ketuntasan belajar siswa, diperoleh hasil 6 orang siswa atau 31.6% memperoleh kriteria tuntas, sedangkan 13 orang lainnya atau 68.4% yang menunjukkan kurang aktifnya dalam kegiatan pembelajarn sehingga ketuntasan belajar rendah.

Rendahnya pencapaian nilai akhir siswa ini, menjadi indikasi bahwa pembelajaran yang dilakukan selama ini belum efektif. Nilai akhir dari evaluasi belajar belum mencakup penampilan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran, hingga sulit untuk mengukur aktivitas belajar siswa. Berdasarkan pertimbangan di atas, dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa, khususnya dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, penulis mencoba menggunakan model pembelajaran make a match. Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan metode pembelajaran make a match. Model make a match atau mencari

(5)

5 pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan model pembelajaran make a match ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, sebagai upaya pemecahannya akan dibahas lebih lanjut melalui penelitian tindakan kelas yang berjudul: “Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Make a Match di Kelas IV SDN 06 Patilanggio Kabupaten Pohuwato”.

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Aktivitas Belajar Siswa masih rendah

2. Kurangnya minat siswa untuk mengikuti pelajaran IPS sehingga terdapat kejenuhan di dalam kelas.

3. Aktivitas belajar siswa yang masih rendah didukung oleh nilai ketuntasan belajar siswa, diperoleh dari 19 orang siswa hanya 4 orang siswa atau 21% memperoleh kriteria tuntas, sedangkan 15 orang atau 79% siswa tidak tuntas.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dalam penelitian ini akan dikemukan rumusan masalah yaitu : “Apakah aktivitas belajar siswa Kelas IV SDN 06 Patilanggio dalam pelajaran IPS dapat ditingkatkan melalui Model Pembelajaran

Make a Match”?

Adapun yang menjadi tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Model Pembelajaan Make a Match di Kelas IV SDN 06 Patilanggio Kabupaten Pohuwato. Adanya perubahan paradigma pendidikan saat ini menuntut dilakukannya perubahan proses pembelajaran di dalam kelas. Peran guru saat ini diarahkan untuk menjadi fasilitator yang dapat membantu siswa dalam belajar, bukan sekedar menyampaikan materi saja. Guru harus mampu melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajara secara

(6)

6 optimal. Menurut Rusman (2011: 323) pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran, sehingga siswa mampu mengaktualisasikan kemampuannya di dalam dan di luar kelas.

Hal senada juga disampaikan oleh Hamalik (2011: 171), yang mengatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan kepada siswa untuk dapat belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dalam aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran, mereka belajar sambil bekerja. Dengan bekerja tersebut, siswa mendapatkan pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya.

Menurut Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas.

Menurut Sriyono (2005:31) aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

Menurut Gie (dalam Wawan, 2010: 1), aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan oleh seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahirannyang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan. Sedangkan menurut Sardiman (dalam Wawan, 2010: 2), aktivitas dalam proses belajar mengajar adalah rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.

Proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pengajar diharapkan mengembangkan kapasitas belajar, kompetensi dasar dan kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik secara penuh. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada

(7)

7 peserta didik, sehingga peserta didik ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dapat mengembangkan cara-cara belajar mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses pembelajaran itu sendiri, maka di sini pengalaman peserta didik lebih diutamakan dalam memutuskan titik tolak kegiatan.

Menurut ahli psikologi bahwa setiap manusia memiliki berbagai kebutuhan, meliputi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial. Kebutuhan menimbulkan dortongan untuk berbuat. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan, termasuk perbuatan belajar dan bekerja, dimaksudkan untuk memuaskan kebutuhan tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu pula.(Yamin, 2007:76) Setiap saat kebutuhan dapat berubah dan bertambah, sehingga variasinya semakin banyak dan semakin luas. Dengan sendirinya perbuatan yang dilakukan semakin banyak dan beraneka ragam pula. Demikian juga bahwa peserta didik adalah suatu organisme yang hidup, di dalam dirinya beraneka ragam kemungkinan potensi yang hidup dan berkembang. Di dalam diri seseorang terdapat prinsif aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Prinsif aktif inilah yang mengendalikan perilaku peserta didik. Pendidikan perlu mengarahkan perilaku dan perbuatan menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan. Potensi yang hidup itu perlu mandapat kesempatan yang luas untuk berkembang, tanpa pengarahan dikhawatirkan terjadinya penyimpangan, maka berakibat terganggunya bahkan rusaknya perkembangan peserta didik. Dengan kata lain, para peserta didik tidak menjadi manusia sebagaimana dicita-citakan masyarakat.

Hasil penemuan para ahli, terdapat kecenderungan perilaku peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang lesu, pasif, dan perilaku yang sukar dikontrol. Perilaku semacam ini diakibatkan suatu proses pembelajaran yang tidak banyak melibatkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, karena waktu tersita dengan penyajian materi yang serius, tidak mempergunakan media pembelajaran dalam penyampaian materi, peserta didik tidak termotivasi dan tidak terdapat suatu interaksi dalam pembelajaran serta hasil belajar yang tidak terukur dari guru.(Yamin, 2007:77)

(8)

8 Oleh karena itu untuk menjaga aktivitas peserta didik dalam pembelajaran, haruslah dipikirkan pula bagaimana aktivitas belajar itu tidak hanya berlaku di sekolah. Kasus ini sangat penting untuk dipikirkan, karena fenomena akhir-akhir ini dengan merambahnya berbagai media yang dapat mencerabut aktivitas belajar peserta didik seperti adanya televisi, video game, play station dan sebagainya akan secara langsung maupun tidak akan membuat peserta didik jauh dari aktivitas belajar yang dirasanya menjemukan dan tidak menantang imajinasinya. Hal ini dapat dilakuakn dengan menggunakan salah satu model pembelajaran yang mengunggah dan mengaktifikan daya nalar peserta didik dalam pembelajaran.

Model pembelajaran make a match adalah sistem pembelajaran yang mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja sama, kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu (Wahab, 2007 : 59).

Model make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan

Suyatno (2009 : 72) mengungkapkan bahwa model make a match adalah model pembelajaran dimana guru menyiapkan kartu yang berisi soal atau permasalahan dan menyiapkan kartu jawaban kemudian siswa mencari pasangan kartunya. Model pembelajaran make a match merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27). Model make and match melatih siswa untuk memiliki sikap sosial yang baik dan

(9)

9 melatih kemampuan siswa dalam bekerja sama disamping melatih kecepatan berfikir siswa.

Model pembelajaran make and match adalah salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada permainan. Menurut Suyatno (2009 : 102) Prinsip-prinsip model make and match antara lain : a) Anak belajar melalui berbuat, b) Anak belajar

melalui panca indera, c) Anak belajar melalui bahas, dan d) Anak belajar melalui

bergerak.

Tujuan dari pembelajaran dengan model make and match adalah untuk melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok (Fachrudin, 2009 : 168). Siswa dilatih berpikir cepat dan menghafal cepat sambil menganalisis dan berinteraksi sosial.

Menurut Benny (2009 : 1001), sebelum guru menggunakanan model make and match guru harus mempertimbangkan : (1) indicator yang ingin dicapai (2)kondisi kelas yang meliputi jumlah siswa dan efektifitas ruangan (3) alokasi waktu yang akan digunakan dan waktu persiapan. Pertimbangan diatas sangat diperlukan karena model make and match tidak efektif apabila digunakan pada kelas yang jumlah siswanya diatas 40 dengan kondisi ruang kelas yang sempit. Sebab dalam pelaksanaan pembelajaran, make and match, kelas akan menjadi gaduh dan ramai. Hal ini wajar asalkan guru dapat mengendalikannya.

Model pembelajaran make and match dapat dipergunakan pada alokasi. Dalam mengembangkan dan melaksanakan model Make and Match, menurut Suyatno (2009 : 42) guru seharusnya mengembangkan hubungan baik dengan siswa dengan cara :

a) Perlakukan siswa sebagai manusia yang sederajat

b) Ketahuilah apa yang disukai siswa, cara pikir mereka dan perasaan mereka

c) Bayangkan apa yang akan mereka katakan mengenai diri sendiri dan guru

d) Ketahuilah hambatan-hambatan siswa

(10)

10

f) Bersenang-senanglah bersama mereka

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Model pembelajaran make and match merupakan model yang menciptakan hubungan baik antara guru dan siswa. Guru mengajak siswa bersenang-senang dalam permainan. Kesenangan tersebut juga dapat mengenai materi dan siswa dapat belajar secara langsung maupun tidak langsung. Metode Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelas IV SDN 06 Patilanggio. Penelitian ini akan dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai bulan April sampai dengan bulan Juni 2014.

Subjek penelitian adalah siswa Kelas IV SDN 06 Patilanggio, yang berjumlah 19 orang yang terdiri dari: 10 orang siswa laki-laki dan 9 orang siswa perempuan. Para siswa berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda dan mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda pula.

Adapun prosedur penelitian terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pemantauan dan evaluasi serta tahap analisis dan refleksi. Data dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan beberapa instrumen pengumpul data

yang terdiri dari observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Analisis data

dilaksanakan secara kualitatif dan kuantitatif pada setiap akhir siklus pembelajaran.Data yang dianalisis meliputi observasi kegiatan guru dan aktivitas siswa serta data hasil belajar siswa.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, mulai dari kegiatan observasi awal, pelaksanaan pembelajaran siklus I maupun siklus II, pelaksanaan kegiatan meningkatkan aktivitas belajar siswa tentang materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi melalui model pembelajaran make a match telah memberikan perubahan yang berarti bagi peningkatan aktivitas belajar tentunya berimbas pada peningkatan aktivitas belajarnya pada materi tersebut. Aktivitas belajar siswa Kelas IV SDN 06 Patilanggio Kabupaten Pohuwato dalam Ketepatan benda Perkembangan teknologi

(11)

11 produksi komunikasi, Ciri alat-alat transportasi dan memberi contoh materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi tersebut semakin baik, sehingga model pembelajaran make a match ini dinilai sangat relevan dan berhasil digunakan dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa tentang materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi.

Peningkatan aktivitas belajar siswa Kelas IV SDN 06 Patilanggio Kabupaten Pohuwato tentang materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi ini diukur dengan melihat perolehan nilai dari hasil evaluasi yang dicapai siswa pada setiap pertemuan proses pembelajaran dari kegiatan observasi awal, pelaksanaan pembelajaran siklus 1 maupun siklus 2 melalui lembar pengamatan yang dibuat.

Dari hasil pelaksanaan Pada siklus I ini aktivitas belajar yang dicapai 19 orang siswa Kelas IV SDN 06 Patilanggio yang tidak tuntas dalam Ketepatan benda Perkembangan teknologi produksi komunikasi, Ciri alat-alat transportasi, serta Pengalaman dalam menggunakan alat komunikasi dan transportasi berdasarkan aspek yang dinilai yaitu berada pada kisaran nilai rata-rata 57.9 atau berada pada kategori tidak tuntas, dengan rincian masing-masing aspek yang diamati yaitu: (1) Perkembangan teknologi produksi komunikasi berada pada kategori cukup tuntas dengan nilai 62.25; (2) Ciri alat-alat transportasi pada kategori cukup tuntas dengan nilai 68.65; (3) Pengalaman dalam menggunakan alat komunikasi dan transportasi berada pada kategori cukup tuntas dengan nilai 68.19. Adanya peningkatan perolehan nilai rata-rata dari hasil pengamatan kegiatan siswa yang dicapai pada siklus 1 tersebut, yaitu berkisar pada rentang nilai 57.9 atau berada pada kategori tidak tuntas, jika dibandingkan dengan hasil perolehan nilai rata-rata yang dicapai siswa pada kegiatan observasi awal yaitu berada pada kisaran rentang nilai 31.6 atau sama-sama berada pada kategori tidak tuntas namun demikian sudah mengalami peningkatan.

(12)

12 Pada siklus 2 ini aktivitas belajar yang dicapai 19 orang siswa Kelas IV SDN 06 Patilanggio yang telah tuntas dalam Ketepatan benda Perkembangan teknologi produksi komunikasi, Ciri alat-alat transportasi, serta Pengalaman dalam menggunakan alat komunikasi dan transportasi berdasarkan aspek yang dinilai yaitu berada pada kisaran nilai rata-rata 79.9 atau berada pada kategori tuntas, dengan rincian masing-masing aspek yang diamati yaitu: (1) Perkembangan teknologi produksi komunikasi berada pada kategori cukup tuntas dengan nilai 76.73; (2) Ciri alat-alat transportasi pada kategori cukup tuntas dengan nilai 76.86;(3) Pengalaman dalam menggunakan alat komunikasi dan transportasi berada pada kategori cukup tuntas dengan nilai 75.58.

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pada siklus II ini dari tiga aspek penilaian yaitu: Perkembangan teknologi produksi komunikasi, Ciri alat-alat transportasi, Pengalaman dalam menggunakan alat komunikasi dan transportasi, telah memenuhi target indikator yang ditetapkan, yaitu minimal rata-rata 75 % siswa yang hadir menguasai tiap aspek penilaian tersebut.

Dengan demikian secara keseluruhan aspek penilaian yang telah dilakukan dari observasi awal, pelaksanaan pembelajaran siklus 1, dan siklus 2, melalui penerapan model pembelajaran make a match, dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas IV SDN 06 Patilanggio secara maksimal terhadap materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi. Sehingga hipotesis yang berbunyi: ” Jika menggunakan Model Pembelajaran Make a Match dalam pelajaran IPS maka aktivitas belajar siswa Kelas IV SDN 06 Patilanggio meningkat” dapat diterima, karena terbukti melalui penelitian tindakan kelas ini aktivitas belajar siswa Kelas IV SDN 06 Patilanggio terhadap materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi dapat ditingkatkan melalui penggunaan model pembelajaran make a match.

(13)

13 Simpulan dan Saran

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka peneliti menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Hasil penelitian menunjukkan dari tiga aspek penilaian yaitu: Perkembangan teknologi produksi komunikasi, Ciri alat-alat transportasi, Pengalaman dalam menggunakan alat komunikasi dan transportasi, telah memenuhi target indikator yang ditetapkan, yaitu minimal rata-rata 75 % siswa yang hadir menguasai tiap aspek penilaian tersebut. Pada kegiatan siklus 1 berada pada kisaran nilai rata-rata 57.9 atau berada pada kategori tidak tuntassedangkan pada kegiatan siklus II berada pada kisaran nilai rata-rata 79.9 atau berada pada kategori tuntas

Dengan demikian secara keseluruhan aspek penilaian yang telah dilakukan dari observasi awal, pelaksanaan pembelajaran siklus 1, dan siklus 2, melalui penerapan model pembelajaran make a match, dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas IV SDN 06 Patilanggio secara maksimal terhadap materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi. Sehingga hipotesis yang berbunyi: ” Jika menggunakan Model Pembelajaran Make a Match dalam pelajaran IPS maka aktivitas belajar siswa Kelas IV SDN 06 Patilanggio meningkat” dapat diterima, karena terbukti melalui penelitian tindakan kelas ini aktivitas belajar siswa Kelas IV SDN 06 Patilanggio terhadap materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi dapat ditingkatkan melalui penggunaan model pembelajaran make a match.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Bagi guru IPS di Sekolah Dasar hendaknya dapat menerapkan model make a match, pada materi-materi berikutnya karena telah terbukti model ini dapat meningkatkan aktivitas siswa serat hendaknya guru perlu memperhatikan

(14)

14 tujuan, kemampuan dan karakteristik siswa, materi yang diajarkan, media dan sumber belajar yang tersedia.

2. Bagi siswa, agar aktif dalam proses pembelajaran, sehingga dapat memahami konsep-konsep IPS dan keterkaitannya dengan kehidupan, memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan dan gagasan tentang alam sekitarnya.

3. Bagi pihak sekolah khususnya di tingkat Sekolah Dasar, diharapkan untuk melakukan inovasi terutama dalam menyesuaikan konsep pembelajaran dengan praktiknya, agar lebih efektif dalam mencapai target yang diharapkan.

4. Bagi peneliti lanjut, diharapkan untuk dapat melanjutkan penelitian ini ke siklus untuk temuan yang lebih signifikan.

Daftar Pustaka

Benny. A. 2009. Model Desain Pembelajaran. Jakarta. Dian Rakyat.

Fachruddin. Imam., 2009. Desain Penelitian Model Pembelajaran Make a Match. Malang.

Hamalik. Oemar. 2011. Metode belajar dan kesulitan-kesulitan belajar. Tarlito: Bandung

Isjhoni. 2012. Pemebelajaran Kooperatif. Yokyakarta : Pustaka Pelajar Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning.Jakarta: Gramedia

Marthinis Yamin, 2007. Kiat Membelajarkan Siswa, Cet. I; Jakarta: gaung Persada Press

Mulyono, Anton M. 2000, Kamus Besar Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Siregar, Eveline & Nara, Hartini, 2010. Teori belajar dan pemebelajaran. Bogor : Ghalia Indonesia.

(15)

15 Slavin, Robert.E 2010. Cooperative fLearning. Bandung : Nusa Media

Sriyono. 2005. Teknik belajar mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta

Sukri Harun. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hubungan Sumber Daya Alam Dengan Lingkungan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Macth Di Kelas IV SDN 1 Lion Kecamatan Posigadan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka

Wahab, Abdul Aziz. 2007. Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. IPS. Bandung: Alfabeta.

Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan , Sikap dan. Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika

Sriayu 2009. Keunggulan dan Kelebihan Model Make a Match. (Online)

http://pelawiselatan.blogspot.com/2009/04 Diakses tanggal 16 April 2014

Tarmizi. 2010. Model Pembelajaran Make and Match, (Online) htpp://tarmizi.wordpress.com Diakses tanggal 16 April 2014

Referensi

Dokumen terkait

LK-05 Tahap-tahap Perkembangan Gerak LK-06 Pengembangan Pola Gerak Dasar LK-07 Aktivitas Gerak

design n (Rosarina, 2016) Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Wujud Benda 27 siswa kelas IV SDN Gudangkopi I

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data tentang Dampak Pembelajaran Jarak Jauh Akibat Pandemi-19 Terhadap Perkembangan Kognitif Peserta Didik Kelas IA SDN 13/IV

11 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Kelas IV SDN Conggeang II Dalam Menulis Pantun Siklus II .... 12 Data Tes Hasil Belajar Siswa Siklus

Peningkatan aktivitas siswa kelas IV SDN 006 Raja Bejamu Kecamatan Sinaboi pada setiap pertemuan dari siklus pertama sampai siklus kedua dengan menerapkan

Sedangkan siswa yang tuntas sebelum tindakan 6 siswa (22%), pada siklus I terdapat 10 siswa (37%) dan pada siklus II siswa yang tuntas 19 siswa ( 79%) Dengan data tersebut

iv LEMBAR PENGESAHAN SIDANG Panitia siding ujian skripsi program studi S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Yarsi Hari/tanggal : Rabu, 19 Januari 2022 Nama

Hasil Tes Siklus I No Hasil Evaluasi Jumlah Peserta Didik Siklus I 1 Rata-rata nilai siswa 31 69,20 2 Tuntas 19 61,3% 3 Tidak Tuntas 12 38,7% Dari perolehan