• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan negara tidak lagi mampu menutupi defisit keuangannya. pada awal berlakunya memuat hal-hal sebagai berikut :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan negara tidak lagi mampu menutupi defisit keuangannya. pada awal berlakunya memuat hal-hal sebagai berikut :"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Model akuntansi yang diterapkan di Indonesia tidak lepas dari pengaruh model akuntansi Belanda. Hal ini karena Indonesia merupakan salah satu koloni Belanda. Sehingga dengan dipengaruhinya model akuntansi, maka secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi pada sistem pengelolaan keuangan negara. Walaupun demikian Indonesia merupakan salah satu negara Asia yang menganut sistem keuangan negara Code Law, maksudnya bahwa pengelolaan keuangan negara

diatur berdasar regulasi atau aturan-aturan yang ditetapkan oleh negara. Sedangkan kebanyak di negara-negara Eropa khususnya Inggris kebanyakan menggunakan sistem keuangan negara menganut sistem Command Law, artinya kekuatan keuangan

negara dipengaruhi oleh kekuatan pasar. Alhasil bagi negara yang memiliki pasar keuangan yang lemah maka akan kesulitan dalam mengelola keuangan negaranya. Misalnya Yunani, pada awal tahun 2012 hampir mengalami kebangkrutan dikarenakan negara tidak lagi mampu menutupi defisit keuangannya.

Sejarah keuangan negara Indonesia pertama kali dibuat oleh Pemerintah Hindia Belanda yang bernama Indische Comptabiliteitswet (ICW) atau UU

Perbendaharaan yang ditetapkan pada tahun 1864 (Deddi Nordiawan, 2009 : 9). ICW pada awal berlakunya memuat hal-hal sebagai berikut :

1. Anggaran rutin dan anggaran modal ditetapkan setahun sekali.                  

(2)

2. Sisa anggaran yang masih ada sesudah tahun anggaran berakhir harus ditetapkan dengan UU

3. Gubernur Jenderal adalah penguasa pengurusan umum keuangan negara

4. Pengawasan terhadap pengurusan keuangan negara dilakukan oleh Algemeene Rekenkamer yang diangkat oleh raja. Lembaga ini selanjutnya menjadi cikal bakal

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

5. Sumbangan-sumbangan Hindia Belanda untuk Belanda tetap diteruskan.

6. Tata cara pertanggungjawaban pengurusan keuangan negara yang ditujukan kepada Algemeene Rekenkamer

7. Peraturan tentang tuntutan ganti rugi yang ditujukan kepada pengawai negeri dan bendaharawan yang merugikan negara.

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, ICW mengalami perubahan diantaranya :

1. Berdasarkan UU Darurat Nomor 3 Tahun 1954 yang disahkan dengan UU Nomor 12 Tahun 1954, system Stelsel hal (Virement Stelsel) diubah menjadi Stelsel Kas.

2. Dengan UU Nomor 9 Tahun 1968 ditetapkan perubahan tahun anggaran yang semula dari I Januari sampai 31 Desember menjadi 1 April sampai 31 Maret. Kemudian pada masa Pemerintahan Presidem Abdurrahman Wahid, tahun anggaran dirubah kembali ke 1 Januari sampai 31 Desember hingga sekarang.

Sejarah panjang keuangan negara tidak lepas dari keinginan pemerintah dalam melaksanakan prinsip Good Governance. Namun demikian dalam penerapan prinsip Good Governance tidak terlepas dari aparatur negara sebagai pengelola negara.

Menurut Reydonnyzar Moenek sebagai Kepala Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri, tercatat pada periode tahun 2004 hingga 2012 sebanyak 173 Kepala Daerah di                  

(3)

Indonesia terkait dalam persoalan hukum diantaranya : pertama terjerat hukum masalah korupsi, yangmana 70% kasusnya telah diputuskan oleh pengadilan, kedua masalah akibat ketidakpahaman soal pengelolaan anggaran, ketiga masalah tekanan politik, keempat masalah lemahnya kapasitas SDM daerah dan kelima karena politik balas budi (Tribune, Senin, 16 April 2012 : 2)

Selanjutnya apa yang disampaikan diatas, menurut hasil pemeriksaan Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia Semester II Tahun 2010 :

Tabel 1.1

Temuan Pemeriksaan BPK Semester II Tahun 2010

No Kelompok Pemeriksaan Keuangan Pemeriksaan Kinerja Pemeriksaan Dgn Tjn Tertentu Total

Temuan Jumlah Nilai Jumlah Nilai Jumlah Nilai Nilai Jumlah Nilai Nilai Kasus (Miliar Rp) Kasus (Miliar Rp) Kasus (Miliar Rp) USD) (Juta Kasus (Miliar Rp) USD) (Juta

1 Kerugian 740 566.48 62 84.8 1211 368.82 7.54 2013 1020.1 7.54 2 Potensi Kerugian 128 461.79 12 0.5 386 1233.43 53.15 526 1695.72 53.15 3 Kekurangan Penerimaan 412 249.54 14 9.09 795 895.99 95.73 1221 1154.62 95.73 Sub Total 1280 1277.81 88 94.39 2392 2498.25 156.43 3760 3870.44 156.43 4 Administrasi 896 0 3 0 896 0 0 1795 0 0 5 Ketidakhematan 84 159.46 6 1.63 226 491.22 0 316 652.32 0 6 Ketidakefisienan 2 5.04 0 0 1 37.62 0 3 42.66 0 7 Ketidakefektifan 149 247.06 39 3.4 302 1645.81 0 481 1896.28 0 Total 2411 1689.39 127 99.42 3817 4672.91 156.43 6355 6461.7 156.43 Sumber : Laporan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK RI Semester II Tahun 2010

Menurut BPK, jumlah objek pemeriksaan dalam Semester II Tahun 2010 sebanyak 734 objek, meliputi pemeriksaan keuangan sebanyak 159 objek yaitu LKPD, LK BUMN, dan LK Badan Lainnya dengan cakupan pemeriksaan meliputi neraca dan laporan realisasi anggaran (LRA). Pemeriksaan kinerja sebanyak 147 objek pemeriksaan dengan cakupan tidak secara spesifik menunjuk nilai tertentu dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT) meliputi 428 objek pemeriksaan dengan cakupan pemeriksaan senilai Rp 539,48 triliun.

                 

(4)

Jumlah temuan dari 734 objek pemeriksaan tersebut adalah sebanyak 6.355 kasus senilai Rp 6,46 triliun dan USD 156.43 juta. Di antara temuan tersebut, terdapat temuan yang direkomendasikan BPK dengan tindak lanjut yang memiliki implikasi nilai rupiah, yaitu temuan ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan. Sedangkan selebihnya adalah temuan-temuan administrasi, ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan yang direkomendasikan BPK dengan tindak lanjut antara lain berupa perbaikan SPI atau tindakan administrative

Tabel 1.2

Perkembangan Opini LKPD Tahun 2007 – 2009

LKPD OPINI JUMLAH

WTP % WDP % TW % TMP %

2007 4 1% 283 60% 59 13% 123 26% 469 2008 13 3% 323 67% 31 6% 118 24% 485 2009 15 3% 330 66% 48 10% 106 21% 499 Sumber : Badan Pemeriksaan Keuangan RI

Dari Tabel 2 tersebut dapat diketahui bahwa opini LKPD Tahun 2009 menunjukkan adanya kenaikan jumlah pemerintah daerah yang memperoleh opini WTP dan WDP dibandingkan Tahun 2008 dan 2007. Sedangkan jumlah yang memperoleh opini TW menunjukkan adanya kenaikan dibandingkan Tahun 2008 dan penurunan dibandingkan Tahun 2007, dan opini TMP menunjukkan penurunan dibandingkan Tahun 2008 dan 2007. Hal ini secara umum menggambarkan perbaikan kualitas laporan keuangan yang disajikan oleh pemerintah daerah walapun perbaikan tersebut belum signifikan. Opini TMP dan TW diberikan oleh BPK sebagian besar disebabkan kelemahan yang tercermin dari belum memadainya pengedalian fisik atas asset, kelemahan manajemen kas, pencatatan transaksi yang belum akurat dan tepat waktu serta masalah disiplin anggaran.

                 

(5)

Selain itu, opini atas LKPD juga dipengaruhi oleh ketidakpatuhan entitas terhadap ketentuan perundang-undangan dalam kerangka pelaksanaan APBN dan pelaporan keuangan. Ketidakpatuhan atas ketentuan perundang-undangan ini yang dapat menpengaruhi opini LKPD adalah ketidakpatuhan yang mempunyai dampak materil terhadap penyajian kewajaran laporan keuangan. Misalnya hasil pemeriksaan BPK terhadap LKPD Tahun 2009, BPK menemukan 1.460 kasus kelemahan SPI dan 2.320 kasus ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan senilai Rp1,43 triliun. Dari termuan tersebut mengakibatkan potensi kerugian dan kekurangan penerimaan daerah (Laporan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun 2010 – BPK RI).

Tetapi apapun hasil yang pemeriksaan yang sampaikan oleh BPK-RI tidak menyurutkan Kementrian Dalam Negeri untuk memotivasi pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan daerah melalui Otonomi Daerah. Otonomi daerah merupakan salah satu upaya dalam pengelolaan pembangunan negara dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Melalui otonomi daerah diharapkan pengelolaan keuangan dalam mewujudkan pembangunan daerah akan lebih merata dan tepat sasaran. Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Gamawan Fauzi mengungkapkan bahwa kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sampai sejauh ini telah berjalan dengan baik, dan mendorong penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih dinamis, serta mengembangkan partisipasi rakyat. “Otonomi daerah telah memberikan solusi untuk mendorong kemajuan pembangunan daerah, daerah diberikan kesempatan yang luas untuk mengembangkan kreativitas dan inovasinya,” ujar Mendagri dalam amanat tertulisnya yang dibacakan Wakil Gubernur Jawa Tengah                  

(6)

Dra. Hj. Rustriningsih, M.Si pada upacara peringatan Hari Otonomi Daerah Ke-15, di Halaman Kantor Gubernur Jawa Tengah, (Central Java, Senin 25/4/2011).

Kutipan tersebut di atas merupakan, salah satu ungkapan yang menyatakan keberhasilan penerapan Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Undang-undang tersebut mengamanatkan tentang pengaturan Pemerintahan Daerah, kabupaten/ kota merupakan bagian dari provinsi serta mempunyai hubungan wewenang dalam pengelolaan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya. Oleh karenanya, dalam rangka mewujudkan pengelolaan anggaran daerah yang terbuka dan bertanggungjawab, maka harus dilaksanakan secara efesien, ekonomis dan efektif serta mencerminkan keterkaitan antara kebijakan, dilandasi prinsip sinergitas antara tingkat pemerintah berdasarkan kewenangannya.

Selain itu mengacu pada undang No. 17 Tahun 2003, maka Undang-undang No. 32 tahun 2004 beserta Undang-Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Undang-undang tersebut berusaha pada upaya peningkatan efisiensi, efektifitas, akuntabilitas, dan transparansi pengelolaan keuangan publik baik dari sisi pendapatan maupun belanja. Inti perubahan yang akan dilakukan antara lain mempertajam esensi pengelolaan keuangan daerah dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah yang menyangkut penjabaran terhadap hak dan kewajiban daerah dalam mengelola keuangan publik, meliputi mekanisme penyusunan, pelaksanaan dan penatausahaan, pengendalian dan pengawasan, serta pertanggungjawaban keuangan daerah.

Sebagai bagian dari undang-undang tersebut di atas maka pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan                  

(7)

daerah. Permendagri No.59 tahun 2007 sebagai pengganti Permendagri No.13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah.

Semua undang-undang tersebut diatas diterbitkan dalam rangka mendukung

terwujudnya Good Governance, pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah,

Kota/Kabupaten dan setiap SKPD harus dilakukan secara profesional, terbuka, dan bertanggungjawab sesuai dengan perudang-undangan yang berlaku. Pengelolaan keuangan daerah meliputi seluruh kegiatan perencanaan, penguasaan, penggunaan, pengawasan dan pertanggung jawaban. Keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

Kebijakan-kebijakan pemerintah pusat terutama kebijakan dalam keuangan negara haruslah melibatkan pemerintah daerah. Sebab, kinerja dan pengelolaan keuangan daerah saat ini menduduki posisi penting dalam strategi pemberdayaan pemerintah daerah terlebih lagi dalam mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah dan mewujudkan desentralisasi yang luas, nyata dan bertanggungjawab. Tuntutan terhadap pengelolaan keuangan rakyat (public money) secara baik merupakan issue

utama yang harus dilakukan pemerintah daerah dalam mewujudkan tujuan pemerintahan yang bersih (clean goverment), dimana pengelolaan keuangan daerah

yang baik adalah kemampuan mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis, efisien, transparan dan akuntabel.

Pada peraktiknya semua regulasi aturan-aturan tersebut dirasakan sangat menyulitkan dalam hal pelaksanaannya karena di samping butuh waktu untuk mempelajari sekaligus memahami, kendala berikutnya adalah adanya aturan-aturan pelaksanaan yang belum dikeluarkan, baik itu turunan dari undang-undang maupun

                 

(8)

peraturan-peraturan pemerintah itu sendiri sampai sekarang belum diwujudkan, tapi pemerintah tentunya tidak boleh hanya menunggu dengan tidak melaksanakan aturan yang ada. Kalau hal ini dilakukan sudah pasti apabila ada pemeriksaaan, maka akan menjadi temuan tentunya. Perubahan-perubahan aturan yang demikian cepat akan banyak menimbulkan masalah-masalah dalam hal pengelolaan keuangan daerah terutama pada pertanggungjawaban akhir kegiatan.

Hal ini dapat dimaklumi karena aparatur pemerintah daerah baru memahami dan melaksanakan aturan yang diberlakukan tahun anggaran 2003 (Kepmendagri No. 29 Tahun 2002) kemudian pada tahun anggaran 2004 harus berubah total mengikuti aturan Permendagri No. 59 tahun 2007.

Pembuatan regulasi yang baik adalah hal penting dalam menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), sehingga dengan terciptanya tata

kelola pemerintahan yang baik diharapkan mampu memberikan pelayanan public yang maksimal. Salah satu bentuk dalam perwujudan Good Governance terhadap

pengelolaan keuangan daerah dan pelaksanaan peraturan-peraturan yang tersebut di atas, maka melalui Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah, pemerintah berusaha mewujudkan system pengelolaan keuangan daerah secara terpadu, transparan, akuntabel, efektif, efisien dan ekonomis.

Sistem informasi Keuangan Daerah (SIKD ) merupakan seperangkat aplikasi terpadu yang sangat penting dalam hal pengelolaan keuangan daerah, sebagaimana telah diatur dalam Undang undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang undang Nomor 1 tentang Perbendaharaan Negara. Laporan keuangan seperti neraca, laporan realisasi anggaran, laporan arus kas, dan catatan atas laporan                  

(9)

keuangan harus disajikan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Dalam melaksanakan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, pemerintah daerah memerlukan system yang dapat menghasilkan laporan keuangan secara komprehensif. Sistem tersebut harus mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang disempurnakan dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007.

SIPKD (Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah) merupakan seperangkat program berbasis pada jaringan computer yang mampu menghubungkan dan menangani konsolidasi data antara SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dengan SKPKD (Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah), sehingga data di Pemerintah Daerah dapat terintegrasi dengan baik. SIPKD dipergunakan sebagai alat bantu untuk meningkatkan efektifitas pengelolaan keuangan daerah yang didasarkan pada asas efisiensi, ekonomis, efektif, transparan, akuntabel dan auditabel. Selain itu SIPKD merupakan salah satu manifestasi aksi nyata Departemen Dalam Negeri terhadap pemerintah daerah dalam bidang pengelolaan keuangan daerah.

Melalui Surat Edaran No. SE.900/122/BAKD diamanatkan 6 (enam) regional sebagai basis pengembangan dan koordinasi Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah, yaitu:

a. Wilayah I, yang meliputi Nagroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau dengan kantor regional di Provinsi Sumatera Barat;                  

(10)

b. Wilayah II, yang meliputi Sumatera Selatan, Jambi, Bangka Belitung, Bengkulu dan Lampung dengan kantor regional di Provinsi Sumatera Selatan;

c. Wilayah III, yang meliputi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten dengan kantor regional di Provinsi Jawa Barat;

d. Wilayah IV, yang meliputi Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur dengan kantor regional di Provinsi Jawa Timur;

e. Wilayah V, yang meliputi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur dengan kantor regional di Provinsi Kalimantan Selatan;

f. Wilayah VI, yang meliputi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat dengan kantor regional di Provinsi Sulawesi Selatan.

Dari uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dirumuskan kedalam sebuah judul yaitu : “PENGARUH SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN REALISASI ANGGARAN PADA DINAS ENERGI SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA BARAT”.

1.2Perumusan Masalah Penelitian

Melanjutkan penjelasan dalam latar belakang, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh SIPKD terhadap Kualitas Laporan Realisasi Anggaran secara simultan di Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat.                  

(11)

2. Bagaimana pengaruh SIPKD terhadap kualitas laporan realisasi anggaran secara parsial di Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat.

1.3Pembatasan Masalah Penelitian

Agar penelitian ini tidak melebar kebahasan yang lain, maka penulis melakukan pembatasan penelitian hanya pada seberapa besar pengaruh program Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) terhadap kualitas laporan realisasi anggaran pada Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh SIPKD terhadap Kualitas Laporan Realisasi Anggaran secara simultan pada Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat.

2. Bagaimana pengaruh penerapan SIPKD terhadap kualitas laporan realisasi anggaran secara parsial pada Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu : 1. Bagi Peneliti

Sebagai sumber referensi yang dapat digunakan dalam melaksanakan tugas pekerjaan di instansi tekait, juga diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pelaksanaan proses penelitian mulai dari pencarian masalah sampai dengan selesai sebagai implementasi ilmu-ilmu ataupun teori-teori yang                  

(12)

didapatkan selama perkuliahan berlangsung. Dan tentunya banyak hal baru yang ditemukan oleh peneliti dalam proses pelaksanaan penelitian sehingga menambah pengetahuan dan dapat secara langsung menerapkan ilmu dari berbagai teori yang telah dipelajari.

2. Bagi Bidang Keilmuan/Akademik

Penelitian yang dilaksanakan dapat berguna untuk ilmu pemerintahan sesuai bidang ilmu yang dipelajari. Di mana dengan penelitian ini, diharapkan akan memberikan sumbangan ilmu serta dapat dijadikan referensi tambahan bahan tinjauan awal untuk melakukan penelitian serupa di masa yang akan datang, yaitu dengan mengetahui gejala gejala baik hambatan, tantangan, dan gangguan dalam proses pelaksanaan penelitian.

3. Bagi OPD Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat

Penelitian yang dilakukan dengan cara pencarian data langsung ke sumber data yang bersangkutan, dapat memberikan kegunaan bagi instansi yaitu Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral itu sendiri. Penelitian yang dilakukan ini diharapkan para aparatur Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat khususnya aparatur Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral dapat mengaplikasikan teori-teori yang sesuai dengan proses pelaksanaan yaitu dalam penerapan SIPKD serta dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Penelitian dapat memberikan masukan-masukan yang diharapkan akan memberikan solusi dari berbagai masalah yang dihadapi.

                 

Referensi

Dokumen terkait

Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (Create value) bagi pemilik modal sehingga menandakan bahwa kinerja keuangannya sehat. b) EVA

Bahasa dan Sastra Indonesia Juara II Lomba Baca Puisi Putri Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) Oktober 2016 Nasional 34. Bahasa dan Sastra

Dengan penelitian ini, diharapkan adanya manfaat bagi peneliti untuk menerapkan metode yang sesuai dalam mengembangkan aplikasi serupa dan dengan digunakannya

Penelitian ini membuat sistem pengenalan individu berbasis suara ucapan, yang diolah menggunakan metode estimasi trispektrum pada tahap prapengolahan data dan K-Harmonic

Abstrak— Pada Tugas Akhir ini telah dibuat sistem konversi dokumen identitas individu menjadi suatu tabel, yaitu sebuah sistem yang mampu mengkonversi citra dokumen

Object apapun dalam Window Page bisa dipindah, baik tulisan maupun gambar Caranya klik mouse kiri di atas object Object yang sedang di klik akan muncul kotak-kotak ( )

Penelitian ini juga menunjukkan hasil bahwa tekanan hampir tidak dirasakan oleh siswa, dimana hal tersebut dapat dilihat dari seringnya siswa mengisi waktu luang

Perubahan warna pada tabung gas menunjukkan suatu jarak tertentu yang dapat diukur melalui program komputer dengan mengaplikasikan metode segmentasi warna