• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Gambar I-1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Sumber :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Gambar I-1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Sumber :"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki banyak cabang olahraga yang dapat menjadi kebanggaan, seperti sepakbola, bulutangkis, atletik, renang, tinju, dan sebagainya. Namun ironisnya, untuk mendukung kesemuanya itu masih terganjal beberapa masalah yang justru menjadi point amat penting untuk memajukan cabang-cabang olahraga tersebut. Faktanya, para atlet cabang-cabang olahraga tersebut pun banyak mengeluhkan beberapa masalah, salah satunya adalah kurangnya kebutuhan ruang tinggal untuk para atlet sebelum menjalani pertandingan untuk lebih fokus menyiapkan konsentrasi, mental, tenaga, pikiran, strategi, dan sebagainya.

Khususnya di Jakarta sebagai jantung ibukota, Kawasan Gelora Bung Karno Senayan merupakan kawasan yang cukup baik dan lengkap dengan lingkungannya yang menunjang sebagai fasilitator untuk tempat pemusatan latihan dari para atlet, namun ketersediaan kebutuhan akan ruang tinggal untuk para atlet di Senayan seperti yang telah disebutkan masihlah kurang untuk memenuhi kriteria yang selayaknya, khususnya yang sedang melakukan pemusatan latihan untuk pertandingan . Kondisi ruang tinggal untuk atlet yang ada dapat dikatakan cukup memprihatinkan. Kebutuhan para atlet untuk tempat tersebut dirasakan sudah kurang cocok lagi dengan kebutuhan para atlet di jaman sekarang. Melihat keadaan tersebut, keberadaan wisma atlet dapat menjadi salah satu solusi untuk menjawab kebutuhan para atlet tersebut.

Gambar I-1

Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta

(2)

Selain itu, kegiatan harian atlet khususnya di Senayan, Jakarta membutuhkan mobilitas yang berbeda dengan kegiatan harian atlet pada umumnya, yang membedakan adalah lingkungan dan kegiatan pemusatan latihannya yang difokuskan pada Kawasan Gelora Bung Karno Senayan. Apabila mobilitas kegiatan harian para atlet di Senayan, Jakarta didukung dengan ruang-ruang pencapaian kegiatan yang baik maka dapat berdampak positif bagi para atlet, khususnya dalam pembentukan perilaku para atlet. Selain itu, mobilitas kegiatan harian para atlet di Senayan, Jakarta khususnya terkait dengan kegiatan pemusatan latihan perlu didukung juga oleh suatu rancangan ruang yang dapat mengintegrasikan hubungan antara kegiatan dengan baik dan kegiatan dengan lingkungan/kawasan berada.

Hal ini diperkuat oleh Rapoport (1979) yang menyatakan bahwa dalam membentuk perilaku seseorang di dalam arsitektur diperlukan aksi dan reaksi yang tepat. Aksi dan reaksi tersebut erat kaitannya dengan gerak. Gerak dalam arsitektur terbentuk dari sub-sub kegiatan yang saling berhubungan (dapat dilakukan oleh satu orang atau lebih). Pencapaian kegiatan bukanlah melulu dari cepat atau tidaknya bergerak tetapi dari mudah atau tidaknya seseorang bergerak sehingga diperlukan rancangan ruang yang dapat secara mudah mengakomodasikan pencapaian kegiatan tersebut.

Dari hasil wawancara terhadap tiga orang atlet di Hotel Atlet Century, Senayan, mereka masing-masing merindukan adanya komunikasi yang jelas antara bangunan dengan tempat mereka latihan yakni di Kawasan Gelora Bung Karno Senayan. Meskipun harus berpindah dari kawasan satu dengan lainnya, mereka menginginkan adanya kemudahan akses/sirkulasi menuju tempat mereka latihan. Oleh sebab itu, sangatlah diperlukan suatu rancangan ruang yang dapat mengintegrasikan hubungan antar kegiatan baik dalam bangunan maupun dengan lingkungan/kawasan berbeda.

Hal senada juga dinyatakan oleh sebuah sumber olahraga SNC for AF (2009), bahwa para atlet selain membutuhkan ruang tinggal, juga membutuhkan aksi aktif yang berbeda dengan orang lainnya. Aksi aktif yang dimaksudkan adalah kecenderungan perilaku agresif, cepat, dan kuat dari para atlet yang aktif. Aksi aktif ini membuat mereka membutuhkan ruang-ruang yang dapat mengakomodasikan mobilitas dari kegiatan mereka sehari-hari.

(3)

Bertolak pikir dari keadaan tersebut, mobilitas kegiatan harian atlet di Senayan menjadi ide dan sumbangan dasar pemikiran rancangan wisma atlet bagi perkembangan kawasan dan para atlet sendiri untuk terjawab di masa datang. Dengan adanya kebutuhan ruang tinggal seperti wisma atlet di Senayan, Jakarta ini diharapkan para atlet dapat lebih fokus untuk menyiapkan konsentrasi, mental, tenaga, pikiran, strategi, dan sebagainya sebelum bertanding.

I.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan sasaran arsitektural dari proyek :

ƒ Memenuhi kebutuhan arsitektural berupa ruang untuk para atlet.

ƒ Menghasilkan rancangan ruang pada desain wisma atlet, baik itu ruang dengan ruang di dalam bangunan ataupun bangunan dengan lingkungan (dalam dan luar) berdasarkan mobilitas kegiatan harian atlet di Senayan.

ƒ Memenuhi kebutuhan para atlet akan fasilitas-fasilitas pada wisma atlet yang dapat memenuhi kebutuhan para atlet dalam melakukan mobilitas kegiatan harian mereka di Senayan.

ƒ Menghasilkan sebuah kawasan yang mempertimbangkan aspek urban development.

Tujuan arsitektural dari proyek :

ƒ Menghasilkan desain wisma atlet yang merupakan kebutuhan berdasarkan mobilitas kegiatan harian atlet di Senayan, Jakarta.

Foto I-1

Kondisi Ruang Tinggal untuk Atlet di Senayan

(4)

I.3 Lingkup Pembahasan Gambaran Proyek

ƒ

ƒ KaKassuuss PPrrooyyeekk

Kondisi wisma atlet di Senayan (Kawasan Gelora Bung Karno) saat ini dapat dikatakan cukup memprihatinkan. Kondisi bangunan yang tidak terawat serta luas setiap unit ruangannya dirasakan sudah kurang cocok lagi dengan kebutuhan para atlet di jaman sekarang. Beberapa kamar di wisma yang besarnya 3 x 3 meter itu dilengkapi dengan kipas angin dan beberapa lainnya dilengkapi dengan AC. Pada beberapa kamar kondisi pengudaraan alaminya terasa kurang lancar/sehat. Fasilitas yang ada di wisma pun masih kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan para atlet dalam melakukan kegiatan keseharian mereka. Sehingga ide untuk mendesain ulang kawasan tersebut adalah salah satu ide yang dapat dijadikan salah satu sumbangan pemikiran bagi perkembangan kawasan tersebut di masa yang akan datang.

ƒ

ƒ PPememiilliikk PPrrooyeyekk

Pengelola Kawasan Gelora Senayan. ƒ

ƒ BeBessaarraann PPrrooyyeekk

Ukuran luas bangunan proyek yang harus direncanakan sesuai dengan ketentuan peraturan adalah ± 27.230 m2 (berdasarkan luas lahan bruto ± 10.892 m2).

ƒ

ƒ LeLettaakk PPrrooyyeekk

Letak lokasi proyek secara administratif berada dalam wilayah DKI Jakarta, Kecamatan Tanah Abang, Kelurahan Gelora, Kawasan Senayan, Jakarta Pusat. Lokasi proyek itu sendiri terletak di arah

selatan dari Kawasan Gelora Bung Karno tepatnya di Jalan Pintu Satu Senayan. Peta I-1

Peta DKI Jakarta

Sumber : http://www.wikipedia.org/ U

(5)

ƒ ƒ LaLahhaann TTaappaakk             Letak Proyek Kondisi Eksisting U Peta I-2 Letak Lokasi Proyek

Sumber : www.tatakota-jakartaku.net/

Peta I-3

Lahan Tapak Terhadap Kawasan Gelora Senayan

Sumber : www.gelorasenayan.com

26 m

GSB 10 m

GSB 8 m 18 m

(6)

a. Luas Lahan : ± 10.892 m2

b. Bentuk Lahan : Persegi panjang, sisi bagian barat relatif tidak beraturan

c. Regulasi Lahan : KDB 20%, KLB 2,5, Ketinggian max.24 lantai d. Batas Area Lahan :

∗ Utara : Jalan Pintu Satu Senayan & Kawasan Gelora Bung Karno Senayan

∗ Timur : Hotel Atlet Century, Gedung Pendidikan, & FX Lifestyle X’nter

∗ Barat : Gedung Koni Pusat & Jalan Asia Afrika ∗ Selatan : Wisma Serba Guna

e. Tata Ruang Lahan : Dengan tipe masa bangunan tunggal dan sebagian besar tata ruang untuk taman umum f. Peruntukan Lahan : Kut (Karya Umum Taman), 80% lahan

diperuntukkan untuk taman umum

g. Kontur Lahan : Topografi lahan secara garis besar relatif datar h. Kondisi Eksisting Lahan : Merupakan lahan terbangun (Wisma Fajar)

dengan kondisi siap redesign Foto I-2

Lahan Tapak Terhadap Kawasan Gelora Senayan

(7)

Lahan tapak memiliki karakteristik fisik memanjang dari arah samping kanan sebagai batas timur terus ke arah barat dengan sisi bagian barat relatif tidak beraturan. Lokasi lahan tapak sangat strategis karena tepat berada di Kawasan Gelora Bung Karno Senayan tepatnya di Jalan Pintu Satu Senayan. Demikian pula visibilitas lahan tapak secara keseluruhan memiliki keunggulan dengan letaknya yang strategis dan mudah dijangkau.

Kondisi fisik lahan tapak sebagian besar arealnya memiliki tendensi secara keseluruhan rata. Dengan keadaan topografi demikian, lahan ini memiliki potensi untuk didesain dengan perancangan lansekap untuk menyempurnakan kondisi muka tanah tanpa proses cut & fill yang berlebih.

ƒ

ƒ ToToppiikk

Perilaku harian atlet (daily behaviour of athletes). ƒ

ƒ TeTemmaa

Mobilitas kegiatan harian atlet di Senayan terhadap desain wisma atlet.

Utara Timur Barat Selatan

Foto I-3

Batas Area Lahan Tapak

(8)

I.4 Metodologi

Karya tulis ini disusun dengan berdasarkan kepada dua pendekatan metode, antara lain :

¾ PePennddekekatataann pepenneelliittiiaann, untuk mendapatkan masalah arsitektural dan mendapatkan data-data sebagai landasan untuk analisis sehingga didapatkan konsep untuk suatu rancangan.

¾ PePennddekekatataann dedessaaiinn, dilakukan dengan metode desain dari G. Broadbent dalam “Design In Architecture” yaitu teori pendekatan arsitektur yang menyatakan bahwa perancangan arsitektur dapat disarikan menjadi suatu proses penggabungan dari 3 sistem, yakni human system, environmental system, dan building system. 1. Pendekatan Penelitian ƒ ƒ DeDessaaiinn ddaann PPenenddeekkaattaann ∗ ∗ JeJenniiss PPeenneelliittiiaann

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bersifat verifikatif (penerapan teori-teori). Penekanannya dengan menggunakan survei dan teori-teori berdasarkan mobilitas kegiatan harian para atlet khususnya di Senayan. Penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta – fakta yang tampak atau bagaimana adanya.

∗ PaParraaddiiggmmaa PPeneneelliittiiaann

Gambar I-2 Paradigma Penelitian

(9)

ƒ

ƒ PPememiilliihhaann SSuubbyyeekk ∗

∗ PoPoppuullaassii

Penelitian akan dilakukan pada ruang tinggal atlet yang memiliki karakteristik yang sama dengan wisma atlet pada umumnya, yakni atlet-atlet yang menginap di Wisma Atlet Ragunan (± 80 orang) dan Hotel Atlet Century (± 40 orang). Karakter populasi dipilih selain karena memiliki karakteristik yang sama dengan wisma atlet pada umumnya juga memenuhi beberapa kriteria, yakni mereka adalah atlet professional dan pelatnas, serta mereka terdiri dari berbagai cabang olahraga. Daerah inilah yang akan dijadikan populasi penelitian.

∗ SaSammpplliinngg ddaann TTeekkninikk SSaammpplliinngg

Dari sekian banyak populasi seperti yang telah disebutkan diatas, besarnya ukuran sample dihitung menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

Jumlah Sample = N / (1+N.e.e) N = Jumlah populasi

e = Sampling eror ratio

Sehingga untuk penelitian ini dimana diasumsikan sampling eror adalah 15%, maka didapat ukuran sample-nya adalah :

Jumlah Sample = (80+40) / (1+120.0,15.0,15) = 32,333 dibulatkan 30 orang.

Adapun dari banyak cara sampling yang ada, penulis memilih menggunakan metode proporsional Data yang terkumpul adalah hasil undian secara acak dengan sampling yang dependent (sampling dengan ciri dan sifat yang tidak sama namun dipilah secara proporsional). Sampel proporsional adalah sampel yang diambil dari suatu populasi dan setiap anggota populasi dengan dipilih secara proporsional karena mempunyai ciri, sifat, dan kesempatan yang tidak sama (Singarimbun dan Efendi, 1987 : 162).

(10)

∗ TeTemmppaatt PPeenneelliittiiaann

Penelitian rencana dilakukan di Wisma Atlet Ragunan dan Hotel Atlet Century (untuk sampel atlet di Senayan).

Adapun alasan pemilihan rencana tempat-tempat penelitian ini adalah dikarenakan memiliki kriteria yang sama yakni sebagai ruang tinggal atlet (karakterisitik sama dengan kelas wisma atlet pada umumnya) sehingga memudahkan untuk memperbandingkan antara satu dengan yang lainnya dan untuk pengumpulan data berdasarkan sampling yang berhubungan dengan mobilitas kegiatan harian para atlet pada umumnya dan di Senayan pada khususnya.

∗ WaWakkttuu PPeennggumumppuullaann DDaattaa

Penelitian lapangan ini bersifat temporer (cross sectional), pengumpulan data dilakukan pada hari Jumat, 25 Februari 2011, pada pukul 08.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB dan hari Minggu, 27 Maret 2001, pada pukul 08.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Adapun alasan dari pemilihan waktu tersebut karena hari Jumat merupakan hari beraktivitas normal dan hari Minggu adalah hari libur dengan aktivitas yang berbeda.

ƒ

ƒ JeJennisis DDaattaa

Jenis data yang diambil adalah data kualitatif, di mana merupakan tanggapan-tanggapan dan persepsi dari para atlet dan data kuantitatif, di mana menggunakan skala nominal, ratio, dan interval.

ƒ

ƒ PPenengugumpmpuullaann DDaattaa

Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan sistem observasi (survei/pengamatan langsung ke lapangan) dan sistem wawancara kepada masyarakat sekitar lokasi dan para atlet yang menjadi penghuni unit masing-masing wisma atlet tersebut. Wawancara berupa pertanyaan – pertanyaan yang dirancang untuk mengambil informasi yang berhubungan dengan mobilitas kegiatan harian para atlet pada umumnya dan di Senayan pada khususnya serta faktor-faktor pendukung lainnya. Alat yang digunakan adalah perekam suara. Selain itu, pengumpulan data juga dilengkapi dengan data-data lingkungan sekitar lahan tapak dan studi pustaka/literatur untuk menguatkan data-data yang telah dikumpulkan sebelumnya dengan sistem observasi dan sistem wawancara.

(11)

ƒ

ƒ AnAnaalliissiiss A

Annaalliissiiss mmoobbiilliittaass kkegegiaiattaann hhaarriiaann aattlleett kkhhuussuussnnyya a ddii SSeennaayyaann

Analisis mobilitas kegiatan harian atlet khususnya di Senayan dilakukan secara deskriptif. Data yang telah terkumpul, baik data primer maupun data sekunder disajikan dalam bentuk tabel/diagram secara ringkas untuk mempermudah analisis dan kemudian digabungkan secara verifikatif dengan studi literatur/kepustakaan lainnya yang berhubungan. Hasil analisis dijadikan acuan untuk menjawab permasalahan arsitektur yang ada.

ƒ

ƒ InIntteerrpprreettaassii

Kegiatan interpretasi ini meliputi interpretasi tentang mobilitas kegiatan harian para atlet pada umumnya dan di Senayan pada khususnya. Kegiatan interpretasi ini dilakukan dengan teknik langsung (attended service) Peneliti terjun langsung ke lapangan dengan mengamati tingkah laku dan kegiatan harian para atlet. Selain itu, peneliti pun menempatkan diri sebagai audiens dan berinteraksi dengan para atlet.

2. Pendekatan Desain

Problem statement didasari ke dalam system approach yang dikembangkan oleh G. Broadbent dalam “Design In Architecture” yaitu teori pendekatan arsitektur yang menyatakan bahwa perancangan arsitektur dapat disarikan menjadi suatu proses penggabungan dari 3 sistem yaitu :

a. Human System, yang merupakan pertimbangan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas dari manusia sebagai pelaku kegiatan. Pertimbangan segi humanis tersebut berdasarkan topik dan tema meliputi : atlet sebagai pelaku utama, mobilitas kegiatan atlet sehari-hari (pola kegiatan), program ruang, dan rancangan ruang.

b. Environmental System, yang merupakan pertimbangan terhadap hal-hal yang menyangkut kondisi lingkungan kawasan sampai pada tapak yang direncanakan. Pertimbangan dalam segi lingkungan berdasarkan topik dan tema meliputi : sirkulasi/aksesibilitas (sirkulasi kendaraan meliputi mobil, motor, dan bus serta sirkulasi pejalan kaki meliputi atlet, pengelola, pengunjung, baik pengujung umum ataupun khusus seperti

(12)

pers/wartawan/reporter), kebisingan, polusi, mobilitas lingkungan (view, matahari, keadaan lingkungan sekitar, dan sebagainya), hubungan dari dalam ke lingkungan/kawasan Gelora Bung Karno Senayan, dan pertimbangan lingkungan sosial budaya (bangunan diharapkan dapat beradapatasi secara sosial dan budaya pada lingkungan sekitar tapak).

c. Building System, yang merupakan pertimbangan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan sistem bangunan. Pertimbangan segi bangunan meliputi, rancangan ruang, penggunaan material, metode pembangunan struktur, utilitas, dan konstruksi bangunan.

Hasil dari system approach tersebut digunakan sebagai alat pemandu dalam membuat skematik desain, yaitu tahap awal dari fase problem solving.

I.5 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penyusunan karya tulis tugas akhir ini dibedakan menjadi 5 bagian besar, yaitu :

¾ BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang proyek, juga dibahas mengenai maksud dan tujuan arsitektural dari proyek. Bagian ini juga memuat lingkup pembahasan yang difokuskan pada pelaksanaan suatu pekerjaan dan meliputi gambaran proyek, metodologi yang digunakan dalam penelitian, dan metode desain. Selain itu, bagian ini pun memuat sistematika pembahasan dan kerangka berpikir dari metodologi yang digunakan.

¾ BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI

Dalam bab ini dibahas mengenai tinjauan umum dari proyek, tinjauan khusus topik dan tema, kelengkapan data lainnya, dan relevansi pustaka pendukung (landasan teori, studi literatur, dan studi banding).

(13)

¾ BAB III PERMASALAHAN

Dalam bab ini dibahas mengenai identifikasi permasalahan arsitektural yang digali dan dikaji dari hasil tinjauan referensi dan landasan teori. Bagian ini pun memuat rumusan permasalahan arsitektural yang merupakan hasil dari identifikasi permasalahan arsitektural tersebut.

¾ BAB IV ANALISIS

Dalam bab ini dibahas mengenai ketajaman dan relevansi pendekatan perancangan arsitektural sesuai dengan topik. Selain itu, pada bagian ini juga memuat tentang bagaimana penerapan ketajaman dan ketepatan teori arsitektural yang dipadukan dengan pendekatan khusus (topik) di dalam pendekatan perencanaan, yang meliputi : analisis kondisi dan potensi lingkungan (pengolahan lokasi, tapak, orientasi, mobilitas, karakter, sirkulasi, dan sebagainya), analisis kegiatan dan sistem ruang (mobilitas kegiatan, hubungan kegiatan, kebutuhan ruang, hubungan ruang, program ruang, bentuk ruang, dan sebagainya), dan analisis sistem bangunan (bentuk bangunan, struktur, dan utilitas bangunan).

¾ BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Dalam bab ini dibahas mengenai dasar perencanaan dan perancangan, konsep perencanaan dan perancangan (lokasi, tapak, ruang, estetika bangunan, struktur, dan utilitas bangunan), penekanan khusus dari konsep perencanaan dan perancangan, dan tuntutan rancangan.

(14)

Gambar I-3 Kerangka Berpikir I.6 Kerangka Berpikir

LATAR BELAKANG AKTUALITA

a. Wisma atlet Senayan yang bernama Wisma Fajar sudah tidak digunakan lagi sebagai wisma atlet

b. Atlet merupakan individu yang memiliki kecepatan mobilitas/pergerakan. URGENSI

Perlunya perencanaan wisma atlet yang mengakomodasikan mobilitas kegiatan harian atlet khususnya di Senayan

ORIGINALITAS

Integrasi ruang pada wisma atlet di Senayan berdasarkan mobilitas kegiatan harian atlet khususnya di Senayan

MAKSUD dan TUJUAN

Menghasilkan desain wisma atlet yang merupakan kebutuhan berdasarkan mobilitas kegiatan harian atlet di Senayan, Jakarta

PERMASALAHAN TINJAUAN UMUM Wisma Atlet Wisma Atlet TINJAUAN KHUSUS Perilaku atlet Mobilitas kegiatan Latihan Lingkungan Ruang LANDASAN TEORI ANALISIS Analisa permasalahan berdasarkan aspek manusia,

bangunan, dan lingkungan

KONSEP PERANCANGAN Hasil dan kesimpulan dari

SKEMATIK DESAIN PERANCANGAN K  PENELITIAN

JUDUL TUGAS AKHIR

RANCANGAN WISMA ATLET SENAYAN-JAKARTA BERDASARKAN MOBILITAS KEGIATAN HARIAN ATLET DI SENAYAN

Gambar

Gambar I-2  Paradigma Penelitian
Gambar I-3  Kerangka Berpikir I.6  Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang pemenuhannya setelah kebutuhan primer terpenuhi, namun tetap harus dipenuhi, agar kehidupan manusia berjalan dengan baik. Contoh: pariwisata

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk

algoritma kompresi LZW akan membentuk dictionary selama proses kompresinya belangsung kemudian setelah selesai maka dictionary tersebut tidak ikut disimpan dalam file yang

Tujuan dari BCCT adalah untuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (kecerdasan jamak) melalui bermain terarah, menciptakan setting pembelajaran yang merangsang

Informasi yang diberikan dimaksudkan hanya sebagai panduan untuk penanganan, penggunaan, pengolahan, penyimpanan, transportasi, pembuangan dan pelepasan dan tidak dianggap

Dari gagasan-gagasan tersebut, dapat disimpulkan wacana yang terkandung yang dimana wacana tersebut merupakan konstruksi dari citra yang diinginkan mengenai etnis

Dari hasil perhitungan back testing pada tabel tersebut tampak bahwa nilai LR lebih kecil dari critical value sehingga dapat disimpulkan bahwa model perhitungan OpVaR

menganalisis, memproses dan mengorganisasikan data tersebut.. Peserta didik menyusun perkiraan dari hasil analisis yang dilakukan. Sampaikan poin-poin pembelajaran utama yang