• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI LATAR BELAKANG ETNIS DI SMA NEGERI 81 JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI LATAR BELAKANG ETNIS DI SMA NEGERI 81 JAKARTA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI LATAR

BELAKANG ETNIS DI SMA NEGERI 81 JAKARTA

Arief Adityosunu

Fakultas Psikologi Universitas Bina Nusantara

Abstract

Prestasi menjadi hal yang sangat penting bagi remaja, dan remaja mulai menyadari bahwa saat inilah mereka dituntut untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya. Mereka mulai melihat kesuksesan atau kegagalan masa kini untuk meramalkan keberhasilan di kehidupan mereka nanti sebagai orang dewasa. Etnis atau suku adalah kategori sosial yang digunakan masyarakat untuk membedakan suatu kelompok tertentu yang mempunyai ciri-ciri berbeda dengan kelompok lain. Setiap aspek budaya menjadi titik awal pembentukan kelompok etnis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan motivasi berpretasi antara siswa dari latar belakang etnis Jawa, Batak, Minang, dan Tionghoa di SMA Negeri 81 Jakarta. Jumlah total subyek yang diambil untuk penelitian ini, yang terdiri dari 25 orang siswa beretnis Jawa, 22 orang siswa beretnis Batak, 25 orang siswa beretnis Minang, dan 18 orang siswa beretnis Tionghoa. Skala motivasi berprestasi, terdiri dari 32 item yang dinyatakan valid sebanyak 23 item dan 9 yang dinyatakan gugur dengan corrected item-total correlation 0,316 – 0,424 nilai reliabilitas atau Alpha Cronbach’s 0,825. Maka dilakukan analisis data dengan rumus One Way Anova program SPSS versi 15.0 for windows. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, diperoleh nilai F = 0,308 dan p = 0,819 (p < 0,05). Kesimpulan yang diperoleh dari data tersebut adalah tidak ada perbedaan motivasi berprestasi antara siswa dari latar belakang etnis Jawa, Batak, Minang, dan Tionghoa. Dimana mean skor pada siswa beretnis Jawa sebesar 84,56, pada siswa beretnis Batak sebesar 86,86, pada siswa beretnis Minang sebesar 85,84, dan pada siswa beretnis Tionghoa 87,5. Dari mean skor tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi pada siswa beretnis Tionghoa lebih tinggi dari pada motivasi berprestasi siswa beretnis Jawa, Batak, dan Minang.

Kata kunci : Motivasi Berprestasi, Etnis (Jawa, Batak, Minang, dan Tionghoa)

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Remaja adalah masa yang penting dalam hal prestasi (Henderson & Dweck, 1990) tekanan sosial dan akademis mendorong remaja kepada beragam peran yang mesti mereka bawakan, peran yang seringkali menuntut tanggung jawab yang lebih besar. Prestasi menjadi hal yang sangat penting bagi remaja, dan remaja mulai menyadari bahwa saat inilah mereka dituntut untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya. Mereka mulai melihat kesuksesan atau kegagalan masa kini untuk meramalkan keberhasilan di kehidupan mereka nanti sebagai orang dewasa. Dengan meningkatnya tekanan tersebut pada remaja, terjadi konflik antara beberapa area kehidupan mereka. Minat sosial mereka seringkali menyita waktu untuk kegiatan akademis, atau ambisi pada bidang tertentu menghadapi pencapaian prestasi di bidang lain, seperti misalnya ketika prestasi akademik justru menimbulkan penolakan sosial (Ishiyama & Chasbassol, dalam Santrock, 2003, 473).

Dengan memiliki motivasi berprestasi maka akan muncul kesadaran bahwa dorongan untuk selalu mencapai kesuksesan (perilaku produktif dan selalu memperhatikan kualitas) dapat menjadi sikap dan perilaku permanen pada diri individu. Motivasi berprestasi juga sebagai daya pendorong yang terdapat dalam diri seseorang sehingga orang tersebut berusaha untuk melakukan sesuatu tindakan

atau kegiatan dengan baik dan berhasil dengan predikat unggul (excellent) dan dorongan tersebut dapat berasal dari dalam dirinya atau berasal dari luar dirinya, seperti keluarga, teman dekat, institusi pendidikan, organisasi, dan budaya sekitar.

Inilah tantangan sebagai tenaga pendidik sekarang untuk memotivasi anak agar mempunyai motivasi berprestasi dan tidak membeda-bedakan peserta didiknya agar setiap anak mampu ke tujuan yang diinginkannya. Memotivasi seseorang bukan sekadar mendorong atau bahkan memerintahkan seseorang melakukan sesuatu, melainkan sebuah seni yang melibatkan berbagai kemampuan dalam mengenali dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain. Paling tidak kita harus tahu bahwa seseorang melakukan sesuatu karena didorong oleh motivasinya. McClelland (Muller, 2005, 87), umpanya dalam banyak studi empiris mencoba membuktikan hubungan erat antara keinginan berprestasi individual, perubahan sosial yang berakar dalam sikap itu, dan pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Faktor yang paling menentukan, menurut dia adalah sikap ingin berprestasi, pertama-tama bukan karena membawa serta gengsi sosial, melainkan karena menciptakan

kepuasan batin. Mengingat kekurangan masyarakat-masyarakat tradisional dalam hal ini maka mereka perlu dijangkiti virus motivasi berprestasi. McClelland (Jamaris,

2013, 175) juga mengemukakan bahwa motivasi berprestasi merupakan motivasi yang membuat individu berusaha mencapai prestasi dari kegiatan yang dilakukannya dan berusaha

(3)

mengatasi segala hambatan yang menghalangi usahanya untuk mencapai prestasi tersebut.

Anak atau remaja yang tinggal disuatu daerah tertentu akan mempunyai karakteristik yang berbeda dengan remaja di daerah lain. Budaya merupakan suatu kesatuan yang unik dan bukan jumlah dari bagian-bagian. Suatu kemampuan kreasi manusia yang immaterial, berbentuk kemampuan psikologis seperti ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, dan sebagainya. Budaya dapat berbentuk fisik seperti hasil seni, dapat juga berbentuk kelompok-kelompok masyarakat, atau lainnya, sebagai realitas objektif yang diperoleh dari lingkungan dan tidak terjadi dalam kehidupan manusia terasing, melainkan dalam kehidupan suatu masyarakat. Sesuatu yang menarik dan diinginkannya pada suatu waktu dengan melatarbelakangi budaya sosial di masyarakat dalam memotivasi untuk mencapai prestasi.

Perbedaan dalam meyakini nilai-nilai, cara berpikir, cara hidup dan cara bertindak pada dasarnya merupakan warisan para leluhur yang secara terus-menerus menjiwai seluruh kepribadian seseorang dan masyarakatnya, dan tetap mewarnai kehidupan masyarakat tersebut serta anggota-anggotanya sampai pada taraf yang lebih tinggi. Dengan demikian dapat dilihat dari tiap individu itu mempunyai perbedaan tersendiri untuk memotivasi dalam berprestasi. Motivasi terhadap kekuasaan juga menjadi daya dorong untuk mencari pengaruh atau kekuasaan secara efektif dan memberikan manfaat juga meningkatkan status dan gengsi sosial.

Berdasarkan yang sudah diteliti oleh penulis dengan adanya perbedaan motivasi

berprestasi yang terlihat dari latar belakang etnis pada sekolah ini. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian “Perbedaan motivasi berprestasi ditinjau dari latar belakang etnis di SMA Negeri 81 Jakarta”

Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah : “Apakah ada perbedaan motivasi berprestasi ditinjau dari latar belakang etnis di SMA Negeri 81 Jakarta?”

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan motivasi berprestasi ditinjau dari latar belakang etnis di SMA Negeri 81 Jakarta.

TINJAUAN PUSTAKA Motivasi Berprestasi

Setiap tingkah laku individu pada dasarnya dipengaruhi faktor-faktor pendorong yang didasari oleh keinginan untuk mencapai suatu tujuan. Handoko (Ninawati, 2002:77) mengemukakan bahwa faktor pendorong ini disebut motif, yaitu suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu atau melakukan tindakan tertentu. Sedangkan motivasi dinyatakan sebagai suatu tenaga atau faktor yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah lakunya.

Robbins (2008:244) menyatakan motivasi sebagai suatu usaha yang

(4)

sungguh-sungguh untuk mencapai sesuatu atau sejumlah sasaran, usaha tersebut terkoordinasi oleh kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. McClelland (Irwanto, 2002, 206) menyatakan tiga kebutuhan utama yang mendorong perilaku manusia, yaitu berprestasi, motivasi berafiliasi, dan motivasi berkuasa.

McClelland, Atkinson, Clark dan Lowell (Woolfolk, 2004:384) menyatakan bahwa orang-orang yang berusaha keras untuk berhasil dalam bidangnya, pencapaian prestasi bukan untuk suatu pujian atau hadiah namun benar-benar karena keinginan berprestasi. Motivasi berprestasi diartikan sebagai keinginan untuk lebih dari yang lain atau dorongan untuk berusaha mencapai keunggulan dan kesuksesan. Murray (Purwanto, 1997:20) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai hasrat atau tendensi untuk mengerjakan suatu tugas yang sulit dengan cepat dan sebaik mungkin.

Heckhausen (Monks dkk, 1998:191) berpendapat bahwa tinggi rendahnya motivasi berprestasi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain; faktor situasional, norma kelompok, tujuan yang ditetapkan, harapan-harapan yang diinginkan, resiko yang ditimbulkan sebagai akibat dari prestasi yang diperoleh, cita-cita yang mendasari, sikap kehidupan dan lingkungan, harga diri yang tinggi, adanya rasa takut akan sukses atau adanya kecenderungan menghindari sukses, pengalaman-pengalaman yang dimiliki, serta kemampuan yang terkandung di dalam diri individu atau potensi dasar yang dimiliki.

Ada 4 hal yang membedakan tingkat motivasi berprestasi tinggi dari seseorang dan orang lain menurut McClelland (Reni Akbar, 2001:87) :

a. Tanggung jawab : seorang siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan bertanggung jawab atas tugas atau pekerjaan yang diberikan kepadanya. Siswa akan tugas yang diberikan.

b. Mempertimbangkan resiko : siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan memilih dalam mengerjakan tugas. Siswa akan mengerjakan tugas yang menantang namun masih dapat ia kerjakan yang memungkinkannya untuk menyelesaikan dengan baik. c. Memperhatikan umpan balik : siswa dengan motivasi berprestasi tinggi akan menyukai pemberian umpan balik atas apa yang telah ia kerjakan.

d. Kreatif – inovatif : siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung bertindak kreatif. Siswa akan mencari cara agar ia dapat menyelesaikan tugasnya dengan efektif dan efisien

Etnis

Koentjaraningrat (1990:264) memberikan pengertian etnis adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan, sedangkan kesadaran dan identitas tadi sering

(5)

kali (tetapi tidak selalu) dikuatkan oleh kesatuan bangsa. Kesatuan bangsa mengandung arti bahwa mereka memiliki keseragaman budaya dan kebudayaan tertentu.

Menurut Tan (dalam Basti, 2002:42) pengertian etnis atau suku adalah kategori sosial yang digunakan masyarakat untuk membedakan suatu kelompok tertentu yang mempunyai ciri-ciri berbeda dengan kelompok lain. Identifikasi sebuah kelompok etnis menurut Weber (dalam Basti, 2002:43) diawali oleh perasaan sadar akan kesamaan budaya. Weber yakin setiap aspek budaya menjadi titik awal pembentukan kelompok etnis. Bahasa dan kepercayaan religius merupakan aspek yang penting dalam identifikasi etnis. Demikian pula gaya hidup, misalnya sandang, pangan, dan papan.

Etnis Jawa

Daerah kebudayan ditanah Jawa meliputi seluruh bagian tengah dan timur dari pulau Jawa.Sebelum terjadi perubahan status seperti sekarang ini, ada daerah-daerah yang secara kolektif sering disebut daerah kejawen. Daerah-daerah itu adalah Banyumas, Kedu, Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Malang, dan Kediri.Daerah diluar itu dinamakan Pesisir dan Ujung Timur.

Yogyakarta dan Surakarta merupakan pusat kebudayaan Jawa.Sama halnya dengan daerah-daerah kejawen lainnya, di dalam wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta sebelah selatan terdapat kelompok-kelompok masyarakat Jawa yang masih mengikuti atau mendukung kebudayaan Jawa ini. Pada umumnya

mereka membentuk kesatuan-kesatuan hidup setempat yang menetap di desa-desa (Koentjaraningrat (ed), 2002:329). Nilai-nilai budaya Jawa Yogyakarta dan juga di wilayah kebudayaan Jawa lainnya dalam bentuk ungkapan-ungkapan atau falsafah-falsafah. Ungkapan dan falsafah Jawa Yogyakarta tersebut lahir dari lingkungan keraton, untuk kemudian menjadi konsep dasar perilaku masyarakat di lingkungan tersebut (Kusrestuwardhani dkk, 2003:38)

Etnis Batak

Suku bangsa Batak mendiami wilayah Sumatera Utara. Suku bangsa Batak terdiri atas beberapa bagian kecil, seperti Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola, dan Batak Mandailing. Karakteristik budaya Batak, diantaranya mengenal adanya marga.

Suku bangsa Batak, lebih khusus terdiri atas sub bagian suku bangsa :

1. Toba

Mendiami daerah induk yang meliputi daerah danau Toba, pulau Samosir, Dataran Tinggi Toba, Asahan, Silindung, daerah antara Barus dan Sibolga, dan daerah pegunungan Pahae dan Habinsaran

2. Karo

Mendiami suatu daerah induk yang meliputi dataran tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, dan sebagian dari Dairi. 3. Simalungun

Mendiami daerah induk Simalungun.

(6)

4. Pakpak

Mendiami daerah induk Dairi. 5. Angkola

Mendiami daerah induk Angkola dan Sipirok, sebagian dari Sibolga dan Batang Toru, dan bagian utara dari Padang Lawas.

6. Mandailing

Mendiami daerah induk Mandailing, Ulu, Pakatan dan bagian selatan dari Padang Lawas (Koentjaraningrat (ed), 2002:94-95)

Etnis Minang

Suku bangsa Minangkabau menempati wilayah Provinsi Sumatera Barat, suku bangsa Minangkabau sering dinamakan pula suku bangsa Padang. Dalam pandangan orang Minangkabau, daerah asal dibagi ke dalam bagian-bagian khusus yaitu darat dan pesisir. Daerah darat dianggap sebagai daerah asal dan daerah utama dari pemangku adat Minangkabau. Secara tradisional, daerah darat dibagi ke dalam tiga luhak (kabupaten), yaitu Tanah Datar, Agam, dan Limo Puluah Koto (Koentjaraningrat (ed), 2002:248).

Etnis Tionghoa

Orang Tionghoa yang ada di Indonesia terdiri dari beberapa suku bangsa yang berasal dari dua provinsi yaitu Fukien dan Kwangtung. Setiap imigran ke Indonesia membawa kebudayaan suku bangsanya sendiri-sendiri bersama dengan perbedaan bahasanya. Ada empat bahasa Cina di Indonesia, yaitu bahasa Hokkien, Teo-Chiu, Hakka, dan Kanton. Para imigran Tionghoa yang terbesar ke Indonesia mulai abad ke-16

sampai kira-kira pertengahan abad ke-19 berasal dari suku bangsa Hokkien yang berasal dari provinsi Fukien bagian selatan. Daerah itu merupakan daerah yang sangat penting dalam pertumbuhan perdagangan orang Cina ke seberang lautan.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan dari uraian dan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latar belakang etnis (Jawa, Batak, Minang, dan Tionghoa) pada remaja saat ini sangat mempengaruhi mereka dalam berprestasi, terutama dapat terlihat dari cara mereka hidup berdasarkan filosofi-folosofi hidupnya. Penelitian ini ingin mengungkapkan perbedaan motivasi berprestasi pada remaja yang berbeda-beda dari etnis mereka masing-masing yang meliputi aspek tanggung jawab, mempertimbangkan resiko, memperhatikan umpan balik, dan kreatif.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah : “Adanya perbedaan motivasi berpretasi antara siswa dari latar belakang etnis di SMA Negeri 81 Jakarta.”

METODE PENELITIAN

Definisi Operasional

1. Etnis

Adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan, sedangkan kesadaran dan identitas tadi sering kali (tetapi tidak selalu) dikuatkan oleh kesatuan bangsa. Kesatuan bangsa mengandung arti bahwa

(7)

mereka memiliki keseragaman budaya dan kebudayaan tertentu.

2. Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi merupakan motivasi yang membuat individu berusaha mencapai prestasi dari kegiatan yang dilakukannya dan berusaha mengatasi segala hambatan yang menghalangi usahanya untuk mencapai prestasi tersebut. Individu yang memiliki n-ach berusaha mengetahui feed back dari pekerjaan yang dilakukannya yang dijadikan masukan dalam usahanya mencapai prestasi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkannya. Individu yang memiliki n-ach yang tinggi berusaha untuk menjadi lebih baik atau lebih berprestasi.

Populasi dan Metode Pengambilan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari individu yang diperoleh untuk diselidiki berdasarkan ciri-ciri yang diduga. Menurut Sugiyono (2003:55), yang dimaksud populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi pada penelitian ini adalah remaja 16 sampai 18 tahun, duduk dikelas XI dan bersekolah di SMAN 81 Jakarta yang berjumlah 90 orang.

2. Metode Pengambilan Sampel

Menurut Sugiyono (2002:56) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Metode ini digunakan untuk membedakan kelompok etnis. Sample diambil dengan cara mendata

satu persatu siswa yang beretnis asli Jawa, Batak, Minang, dan Tionghoa. Beretnis asli disini artinya adalah mereka yang dilahirkan dari orang tua yang beretnis sama. Jumlah total subyek yang diambil untuk penelitian ini adalah sebesar 90 orang siswa, yang terdiri dari 25 orang siswa beretnis Jawa, 22 orang siswa beretnis Batak, 25 orang siswa beretnis Minang, dan 18 orang siswa beretnis Tionghoa. Maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode sampling jenuh atau sensus.

Metode Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang dilakukan

pada penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Metode skala adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui.

Metode yang digunakan yaitu skala motivasi berprestasi yang disusun berdasarkan teori McClelland. Dalam skala ini penulis menyusun pernyataan ke dalam lima tabel yaitu : tanggung jawab, mempertimbangkan resiko, memperhatikan umpan balik, kreatif-inovatif, dengan keinginan untuk menjadi yang terbaik yang kemudian diberikan langsung kepada sejumlah siswa SMAN 81 Jakarta yang telah ditetapkan sebelumnya untuk menjadi subyek pada uji coba.

Bentuk skala yang digunakan adalah Skala Likert. Penilaiannya yaitu dengan menggunakan lima alternative jawaban, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), N (Netral), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Pemberian nilai yang digunakan

(8)

antara kelompok favorable (pernyataan yang mendukung) dengan unfavorable (pernyataan yang tidak mendukung).

Metode Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah teknik korelasi product moment dari Pearson dengan menggunakan program SPSS 15.0 for windows.

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, diperoleh nilai F = 0,308 dan p = 0,819 (p < 0,05). Nilai p yang diperoleh lebih besar dari taraf signifikan pada alpha < 0,05 maka dari analisis data tersebut menyatakan bahwa “tidak ada perbedaan motivasi berprestasi ditinjau dari latar belakang etnis (Jawa, Batak, Minang, dan Tionghoa) di SMA Negeri 81 Jakarta” berarti Ho diterima dan Ha ditolak.

Pembahasan

Dari hasil analisis data penelitian diperoleh nilai F = 0,308 dan p = 0,819 dengan p < 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho yang mengatakan bahwa tidak ada perbedaan motivasi berprestasi antara siswa etnis Jawa, Batak, Minang dan Tionghoa di SMA Negeri 81 Jakarta diterima.

Crow & Crow (1989:24) mengemukakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah sikap terhadap lingkungan. Artinya bahwa sikap terhadap lingkungan merupakan petunjuk tentang pandangan dan penilaian individu terhadap lingkungan. Sikap positif

terhadap lingkungan akan meningkatkan motivasi berprestasi, dan sebaliknya sikap yang negatif terhadap lingkungan akan menurunkan motivasi berprestasi seseorang tersebut.

Dan dikarenakan akulturasi budaya yang sangat berpengaruh terhadap budaya dan nilai-nilai adat istiadat itu sendiri. Sehingga budaya atau etnis dari setiap daerah bila berada di daerah yang mempunyai karakter budaya yang begitu dominan, maka nilai asli dari budaya itu sendiri sedikit demi sedikit akan memudar.

Pada kenyataannya remaja yang beretnis Jawa mempunyai filosofi saling tolong menolong antarwarga di dalam masyarakat, juga sikap tenggang rasa dalam memahami perasaan orang lain. Dalam kebudayaan Batak juga dikenal akrab dengan istilah marga, suku Batak juga memperhitungkan hubungan keturunan secara patrilineal (garis keturunan dari ayah). Masyarakat dan para remaja di suku Minang dikenal lebih senang melakukan hal yang nyata, berkelana, dan merantau untuk mengubah nasib dirinya juga keluarganya. Sedangkan etnis Tionghoa di Indonesia sudah banyak berakulturasi budaya dengan budaya asli pribumi. Orang Tionghoa peranakan dalam banyak unsur kehidupannya telah menyerupai orang Jawa, yang telah lupa akan bahasa aslinya dan yang bahkan dalam ciri-ciri fisiknya sering juga sudah menyerupai orang Indonesia asli.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang

(9)

bahwa tidak ada perbedaan motivasi berprestasi antara siswa etnis Jawa, Batak, Minang dan Tionghoa di SMA Negeri 81 Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol, 2004. Psikologi Kepribadian. Malang : UUM Press

Amir, M.S., 2001. Adat Minangkabau : Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang. Jakarta. PT. Mutiara Sumber Widia Azwar, Saifudin. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Basti. 2002. Perilaku Prososial Ditinjau dari

Peran Gender Pada Etnis Jawa dan Cina, tesis (tidak diterbitkan). Program Pascasarjana UGM

Budiningsih, Dr. C, Asri. 2004. Pembelajaran Moral. Jakarta. PT. Rineka Cipta

Coppel, Charles A. 1994, Tionghoa Indonesia Dalam Krisis (Terjemahan), Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Crow, L.D., Crow, A. 1989. Psikologi

Pendidikan. Penerjemah : Z. Kasijan. Bina Ilmu Surabaya

Hadi, Sutrisno. 2000. Statistic Jilid 1. Yogyakarta : Andi Offset

Hawadi, R.H. 2001. Psikologi Perkembangan Anak : Mengenal Sifat, Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Irwanto, Elia, H, Hadisoepadmo A, Priyani, R,

Wismanto, Y.B, Fernandes, C. 2002. Psikologi Umum. PT. Prenhalindo, Jakarta

Jamaris, M.Sc. Ed, Prof. Dr. Martini. 2012. Orientasi Baru Dalam Psikologi

Pendidikan. Bogor. PT. Ghalia Indonesia

Kerlinger, F, N. 2002. Azas-azas Penelitian Behavioral. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. PT. Djambatan Salemba Koentjaraningrat. 2002. Manusia dan

Kebudayaan di Indonesia. Jakarta. PT. Djambatan Salemba Kusrestuwardhani, dkk. 2003. Budaya Jawa

dan Masyarakat Modern. Jakarta : BPPT Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R,

1998. Psikologi Perkembangan : Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Gajah Mada University Press

Muller, Johannes. 2005. Perkembangan Masyarakat Lintas-Ilmu. Jakarta. PT. Gramedia

Mussen, P.H., Conger, J.J., Kagan, J., Huston, A.C, 1992. Perkembangan dan Kepribadian Anak. Jakarta. Penerjemah : FX. Budiyanto, Arcan Ninawati, 2002. Hubungan Motivasi

Berprestasi Dengan Prestasi Kerja Karyawan. Phronesis, Universitas Tarumanegara, Vol. V No.8 (75-90), Jakarta

Purwanto, M.N. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Robbins, Stephen P., Judge, Timothy A. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat

(10)

Rohani, Drs. Ahamad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta. PT. Rineka Cipta Santrock, John, W, 2003. Adolesence Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga Sprinthall, N.A., Sprinthall, R.C. 1990.

Education Psychology : A Developmental Approach. Fifth Edition. McGrow Hill International Edition

Sugiyono, 2003. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Syafriman. 2000. Perbedaan Orientasi dan Perilaku Prososial Antara Suku Melayu Dengan Orang Suku Tionghoa, tesis (tidak diterbitkan). Program Pascasarjana UGM

Tinambunan, Djapiter., Rayendra L. Toruan. 2010. Orang Batak Kasar? Membangun Citra dan Karakter. Jakarta. PT. Elex Media Komputindo

Winkel, W.S., 1993. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : PT. Gramedia

Woolfolk, A., 2004. Educational Psychology Edition 9. Boston : Allyn & Bacon

Referensi

Dokumen terkait

Topik bahasan : Mengenal konsep teknik membungkus macam-macam kue nusantara dari berbagai daerah Tujuan Pembelajaran Umum (Kompetensi) : Para mahasiswa dapat memahami.

Dapat diketahui bahwa kompensasi merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi karyawan dalam bekerja, hal ini dapat dilihat dalam kepuasan kerja karyawan

Jika sektor pertanian sudah tangguh, efisien, dan modern maka secara otomatis akan memberikan dukungan bagi pengembangan seluruh sektor industri lainnya, yakni dengan cara

Koordinat kerja mesin CNC tersebut dirubah menjadi G-code yang siap digunakan untuk menjalankan mesin CNC, sehingga menghasilkan benda hasil pahatan yang diharapkan

BMT UGT Sidogiri KCP Kanigoro ini menyediakan promosi penjualannya menggunakan personal selling, direct selling dan hubungan masyarakat karena dalam hubungan tersebut terjadi

Nilai fitur tersebut kemudian dinormalisasi ke interval [0.1, 0.9], lalu dijadikan sebagai input pada proses jaringan syaraf tiruan backpropagation untuk mengetahui

Dapat diketahui bahwa tingkat entrepreneurial motivation tertinggi dari para entrepreneur pelaku usaha mikro dan kecil sektor makanan dan minuman di Surabaya dan Sidoarjo

Oleh karena itu, masyarakat Jetis memiliki strategi usaha yaitu memiliki perilaku yang baik dan menjalin relasi dengan pemerintah setempat.. Masyarakat Jetis memiliki