• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang diinginkan serta hasilnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang diinginkan serta hasilnya"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang penelitian

Pelayanan keperawatan adalah suatu upaya yang dilakukan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada masyarakat sesuai dengan kaidah profesi perawat. Pelayanan keperawatan profesional dilakukan diberbagai tatanan pelayanan kesehatan termasuk di dalam masyarakat dan di rumah sakit (Kusnanto, 2004). Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dapat menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan (Kamaruzzaman, 2009).

Manusia pada masa bekerja tidak semua berjalan dengan lancar, dengan muncul setres dalam bekerja. Setres merupakan suatu kondisi dinamik (selalu berubah) pada individu yang diharapkan pada suatu peluang, kendala dengan tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang diinginkan serta hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan tidak penting (Robbins, 2008).

Menurut penelitian Huber (1996, dalam Kamaruzzaman, 2009) mengatakan bahwa sebanyak 90% pelayanan yang dilakukan di rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan yang diberikan akan berdampak pada pasien sebagai penerima jasa layanan keperawatan. Dampak yang terjadi jika pelayanan keperawatan yang diberikan tidak baik yaitu pasien akan merasa enggan untuk kembali berobat ke rumah sakit tersebut (Kamaruzzaman, 2009).

(2)

Dalam menjalankan tugasnya seorang perawat tidak dapat terlepas dari stres, karena masalah stres tidak dapat dilepaskan dari dunia kerja. Dengan semakin bertambahnya tuntutan dalam pekerjaan maka semakin besar kemungkinan seorang perawat mengalami stres kerja, setiap jenis pekerjaan tidak terlepas dari tekanan-tekanan baik dari dalam maupun dari luar yang dapat menimbulkan stres bagi para pekerjanya. Dalam proses bekerja hasil atau akibatnya perawat dapat mengalami stres, yang dapat berkembang menjadikan perawat sakit fisik dan mental, sehingga tidak dapat bekerja secara optimal. Menurut hasil survei dari PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) tahun 2006, sekitar 50,9% perawat yang bekerja di empat provinsi di Indonesia mengalami stres kerja, sering pusing, lelah, tidak bisa beristirahat karena beban kerja terlalu tinggi dan menyita waktu (Ratnasari,2009).

Kondisi stres kerja dan kelelahan emosional pada akhirnya akan membawa dampak terhadap kinerja atau performance yang ditunjukkan oleh pekerja, Kinerja atau performance didefiniskan sebagai kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan (As’ad, 2004). Stres tidak dialami orang dengan cara yang sama. Dalam bentuk tertentu, dalam rentang berat ringan yang berbeda dan dalam jangka waktu panjang-pendek yang tidak sama pula. Dalam mengatasi stres dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti pendekatan farmakologis, perilaku, kognitif, meditasi, hypnosis, dan terapi musik (Hardjana, 2008).

(3)

Metode musik merupakan salah satu cara untuk membantu mengatasi stres. Secara keseluruhan musik dapat berpengaruh secara fisik maupun psikologis. Secara psikologis, musik dapat membuat seseorang menjadi rileks, mengurangi stres, menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih dan membantu serta melepaskan rasa sakit. Musik adalah kesatuan dari kumpulan suara melodi, ritme dan harmoni yang dapat membangkitkan emosi. Terapi adalah serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau menolong orang lain. Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan musik untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi fisik, kognitif dan sosial bagi individu dalam berbagai usia (Djohan, 2006).

Menurut artikel jurnal Kemperetal. (2005) yang berjudul “ Music as Therapy”. Mengatakan bahwa musik secara luas digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan, mengurangi stres, dan mengalihkan perhatian pasien dari gejala yang tidak menyenangkan. Musik bisa menjadi media untuk membantu kaum muda mengurangi emosi negatif. Dalam meninjau satu literatur penelitian menemukan kurangnya studi ilmiah tentang psychophysiological efek dari berbagai jenis musik pada orang muda. Musik merupakan aspek penting dari budaya kaum muda dan yang paling muda orang mendengaran musik untuk berbagai alasan (Trzcinski 1994). Orang-orang muda melaporkan bahwa musik dapat membantu mereka rileks dan akan sering memiliki koleksi 'lagu' favorit yang mereka akan mendengarkan

(4)

ketika mereka merasa 'stres' (Knobloch dan Zillman 2002) dan Labbe 'et al. (2004).

The Effectiveness of Different Types of Music (2007) mendengarkan beberapa jenis genre musik menimbulkan keadaan emosional dan kognitif yang positif, dan mengurangi sistem saraf simpatik gairah dibandingkan dengan duduk didiam atau mendengarkan musik heavy metal. Oleh karena itu, mendengarkan musik dipilih sendiri mungkin berguna sebagai strategi manajemen stres. menurut artikel jurnal Kemper et al. (2005) yang berjudul “ Music as Therapy”. Mengatakan bahwa musik secara luas digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan, mengurangi stres, dan mengalihkan perhatian pasien dari gejala yang tidak menyenangkan.

Pengaruh musik sangat besar bagi pikiran dan tubuh. Contohnya, ketika kita mendengarkan suatu alunan musik (meskipun tanpa lagu), seketika kita dapat merasakan efek dari musik tersebut. Ada musik yang membuat gembira, sedih, terharu, terasa sunyi, semangat, mengingatkan masa lalu dan lain-lain. Peran musik dalam terapi musik tentunya bukan seperti obat yang dapat dengan segera menghilangkan rasa sakit. Namun secara perlahan – lahan dan bertahap efektivitas musik sebagai terapi akan terjadi jika dilakukan dengan benar dan tepat (Djohan, 2006).

Studi pendahuluan yang di lakukan peneliti pada tanggal 02 Januari 2014 di ruang instalasi bedah sentral RSUD Kebumen terdapat 30 perawat. Berdasarkan observasi yang dilakukan terhadap 5 perawat diketahui bahwa 4 diantaranya mengeluhkan dengan pertambahan pasien dengan tindakan yang

(5)

beragam terkadang membuat perawat merasa stress. Bila menghadapi stress, mereka menggunakan berbagai cara guna mencoba meredakan itu diantaranya mendengarkan musik. Musik bisa menjadi media untuk membantu mengurangi emosi negatif. Berdarkan fenomena tersebut, penulis berminat melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Terapi Musik Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Instalasi Bedah Sentral (IBS) di RSUD Kebumen”.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah yaitu sebagai berikut : Apakah ada pengaruh terapi musik terhadap stres kerja pada perawat Instalasi Bedah Sentral (IBS) di RSUD Kebumen ?”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh terapi musik terhadap stres kerja pada perawat Instalasi Bedah Sentral (IBS) di RSUD Kebumen

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat stres kerja pada perawat instalasi bedah sentral (IBS) RSUD Kebumen yang diberikan terapi musik.

b. Mengetahui tingkat stres kerja pada perawat instalasi bedah sentral (IBS) RSUD Kebumen yang tidak diberikan terapi musik.

(6)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kesehatan kerja terutama tentang pengaruh terapi musik terhadap stres kerja pada perawat Instalasi Bedah Sentral (IBS) di RSUD Kebumen.

2. Manfaat Praktis

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai peneliti, manfaat penelitian yang diharapkan :

a. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan kreativitas dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan yang telah diterima selama kuliah.

b. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi pimpinan dan bahan pertimbangan di dalam mengatasi permasalahan yang timbul terutama dalam hal mengatasi setres kerja yang timbul pada tenaga perawat.

c. Bagi Perguruan Tinggi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi, menambah informasi dan studi literatur mahasiswa tentang mengatasi stres kerja pada perawat.

(7)

E. Keaslian Penelitian

Penelitian- penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti antara lain :

1. Kurnianingsih (2013) yang berjudul efektifitas terapi musik klasik terhadap penurunan stres kerja perawat IGD DR. R. Goetheng Tarnoenadibrata Purbaligga tahun 2013 Penelitian ini menggunakan pre experimental design dengan metode one group pretest - post test. Teknik sampling menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel 23 orang. Analisis data menggunakan uji paired simple t test. Hasil : Terdapat perbedaan antara stres kerja perawat sebelum dan setelah dilakukan terapi musik klasik, dengan nilai rata-rata sebelum dilakukan terapi musik klasik sebesar 2,52 dan SD = 0,511 dan nilai rata-rata setelah dilakukan terapi musik klasik sebesar 2,17 dan SD = 0,388. Dengan nilai p = 0,002 pada signifikan α = 0,05. Kesimpulan : Terapi musik klasik efektif dalam menurnkan stres kerja pada perawat di ruang IGD RSUD Dr. R. Goetheng Taroenadibrata Purbalingga dengan effect size= 2,01

2. Primadita (2011) yang berjudul Efektifitas Intervensi Terapi Musik Klasik Terhadap Stress Dalam Menyusun Skripsi Pada Mahasiswa Psik Undip SEMARANG Metode; Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling dengan jumlah responden 31 orang. Jenis penelitian yang digunakan adalah pre eksperimen yang termasuk ke dalam pre test dan post test one group design. Analisa data statistik yang digunakan adalah Wilcoxon Match Pairs Test. Pengumpulan data

(8)

dilakukan pada saat sebelum dan sesudah diberikan terapi musik klasik dengan menggunakan Instrumen DASS 42 yang dikembangkan oleh Lovibond dan Lovibond (1995) yang dijadikan alat ukur item stresnya. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat perbedaan tingkat stres responden sebelum dan sesudah diberikan terapi musik klasik. Hasil; hasil Uji Wilcoxon untuk tingkat stres sebelum dan sesudah terapi musik klasik kedua didapat hasil nilai signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari α = 0,05.Perbedaan yang dapat dilihat adalah terjadinya penurunan jumlah responden sebelum dilakukan terapi musik klasik pada tingkat stres mahasiswa adalah 8 orang mahasiswa (26%) mengalami stres berat, 8 orang mahasiswa (26%) mengalami stres ringan, dan 15 orang mahasiswa (48%) mengalami stres sedang. Sedangkan setelah dilakukan terapi musik klasik mengalami penurunan tingkat stres, sebanyak 2 orang mahasiswa (7%) mengalami stres ringan, 11 orang mahasiswa (35%) menjadi normal, 8 orang mahasiswa (26%) mengalami stres ringan dan 10 orang mahasiswa (32%) mengalami stres sedang. Simpulan; Berdasarkan penelitian ini terapi musik klasik efektif menurunkan stres dan diharapkan dapat memberi masukan kepada perawat dan institusi pendidikan, dan penelitian yang lain sehingga dapat mengatasi stres pada mahasiswa.

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka 1. Stres Kerja

Menurut Siagian (2009), stres merupakan kondisiketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran dankondisi fisik seseorang. Stres yang tidak diatasi dengan baik biasanyaakan berakibat pada ketidak mampuan seseorang berinteraksi secarapositif dengan lingkungannya, baik dalam arti lingkungan pekerjaanmaupun diluarnya. Artinya karyawan yang bersangkutan akanmenghadapi berbagai gejala negatif yang pada gilirannya berpengaruhpada prestasi kerja.

Menurut Grandjean, mendefinisikan stres sebagai reaksiorganisme terhadap situasi yang mengancam (Winarsunu T, 2008)

Menurut Anoraga (2009), secara sederhana stres merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun mental, terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan terancam (fight or flaight). Jadi sebenarnya stres adalah sesuatu yang alamiah.

Menurut Rivai & Basri (2005), stres sebagai istilah payungyang merangkumi tekanan, beban, anxieti, kemurungan, danhilangnya daya. Stres adalah suatu kondisi ketegangan yangmenciptakan adanya ketidak

(10)

seimbangan fisik dan psikis, yangmempengaruhi emosi, proses pikir, dan kondisi seorang karyawan.

Menurut Selye.H, stres merupakan respon tubuh yang bersifattidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya (Hidayat, 2004).

Menurut NSC (National Safety Council, 2004), stres sebagaiketidak mampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental,fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut

2. Faktor-Faktor Penyebab Stres Kerja.

Menurut National Safety Council (2004) penyebab stres kerja dikelompokkan ke dalam kategori:

a. Penyebab Organisasi: kurangnya otonomi dan kreativitas,harapan, tenggat waktu, dan kuota yang tidak logis, relokasi pekerjaan, kurangnya pelatihan, karier yang melelahkan, hubungan dengan penyelia yang buruk, selalu mengikuti perkembangan teknologi (downsizing) bertambahnya tanggung jawab tanpa pertambahannya gaji, pekerjaan dikorbankan.

b. Penyebab Individual: pertentangan antara karier dan tanggung jawab keluarga, ketidak pastian ekonomi, kurangnya penghargaan dan pengakuan kerja, kejenuhan, ketidakpuasan kerja, kebosanan, perawatan anak yang tidak adekuat, konflik dengan rekan kerja.

c. Penyebab Lingkungan: buruknya kondisi lingkungan kerja (pencahayaan, kebisingan, ventilasi, suhu,dan lain-lain), diskriminasi

(11)

ras, pelecehan sexual, kekerasan ditempat kerja, kemacetan saat berangkat dan pulang kerja, kemacetan saat berangkat dan pulang kerja.

Menurut Davis & Newstorm dalam Iman ( 2007) penyebab stres kerja antara lain:

a. Adanya tugas yang terlalu banyak. Stres timbul mana kala tugas terlalu banyak tapi tidak sebanding dengan kemampuan pegawai untuk melaksanakannya.

b. Terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan. Stres timbul akibat pegawai diberikan tugas oleh atasannya dengan pemberian waktu yang limit, sehingga pegawai menjadi stres akibat merasa dikejar-kejar waktu.

c. Kurang mendapat tanggung jawab yang memadai. Hal ini berkaitan dengan hak dan kewajiban pegawai. Pegawai mendapatkan tugas dan pekerjaan tanpa diberikan wewenang yang sewajarnya, sehingga merisaukan hati pegawai, karena satu sisi dia harus mengerjakannya tapi di pihak lain tidak ada wewenang yang diberikan untuk pekerjaannya untuk mengambil keputusan serta harus selalu berkonsultasi dengan atasan. Dengan kata lain tidak ada pendelegasian wewenang.

d. Ambiguitas peran. Adalah peran yang kabur, yaitu tidak terdapatnya standar kerja, tidak adanya diskripsi kerja, prosedur kerja dan lainnya.

(12)

Pegawai dibiarkan bekerja hanya sesuai perintah atasan saja, tanpa mengetahui tugas dan tanggung jawabnya sebagai pegawai.

e. Frustasi. Frustasi timbul karena tidak ada harapan karir, terhambatnya kenaikan pangkat/golongan karena kebijakan instansi yang tidak memungkinkan, juga ketidak cukupan gaji dibanding kebutuhan hidupnya.

f. Perbedaan nilai. Adalah pegawai bekerja dalam kondisi yang bertentangan dari sudut nilai-nilai yang diyakininya dengan nilainailai yang diterapkan instansinya dimana dia bekerja. Perbedaan nilai ini menjadikan konflik batin hingga dapat menimbulkan stres kerja.

g. Perubahan tipe pekerjaan, khususnya jika hal tersebut tidak umum. Stress kerja bisa timbul dalam mutasi pegawai, manakala pegawai dimutasikan kedalam bidang tugas yang sama sekali baru dan berbeda dari kemampuan, keahlian, dan kebiasaan selama ini.

h. Konflik peran. Konflik peran yang timbul dalam instansi yang memiliki standar ganda, dengan perbedaan persepsi antara atasan dan bawahan yang menyolok. Apabila hal ini terjadi pada instansi yang diburu dengan “dead line”, harus menyampaikan laporan dan analisa maupun masukan bagi kebijakan secepatnya, maka hal ini dapat menimbulkan streas kerja, karena pegawai tidak tahu harus berperan seperti apa, apakah harus berinisiatif ataukah hanya menunggu perintah. Hanya menunggu perintah saja kadang salah, karena ternyata atasan mengharapkan inisiatif pegawai, tapi pegawai takut berinisiatif

(13)

karena kemungkinan hal tersebut bukan yang diharapkan oleh atasannya.

Menurut Siagian (2009), pada dasarnya berbagai sumber stres dapat digolongkan pada yang berasal dari dalam pekerjaan dan dari luar pekerjaan seseorang. Sumber stress yang berasal dari pekerjaan antara lain: beban kerja yang terlalu berat, desakan waktu, penyeliaan yang kurang baik, iklim kerja yang menimnulkan rasa tak aman kurangnya informasi dari umpan balik tentang prestasi kerja seseorang, ketidak seimbangan antara wewenang dan tanggung jawab, ketidak jelasan peran karyawan dalam keseluruhan kegiatan organiasasi, frustasi yang ditimbulkan oleh intervensi pihak lain yang terlalu sering sehingga seseorang merasa terganggu konsentrasinya. Sumber stres di luar lingkungan pekerjaan antara lain: masalah keuangan, perilaku negativ anak-anak, kehidupan keluarga, yang tidak atau kurang harmonis, pindah tempat tinggal, ada anggota keluarga yang meninggal, kecelakaan, penyakit gawat dan sebagainya.

Menurut Anoraga (2009) bentuk stress pada dasarnya disebabkan karena kekurang mengertian manusia akan keterbatasanketerbatasannya sendiri. Ketidak mampuan untuk melawan keterbatasan inilah yang akan menimbulkan frustasi, konflik, gelisah, dan rasa bersalah yang merupakan tipe-tipe dasar stress. Faktor di lingkungan kerja yang dapat menyebabkan ketegangan antara lain:

(14)

a. Masalah administrasi

b. Tekanan yang tidak wajar untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan dan situasi kerja.

c. Struktur birokrasi yang tidak tepat. d. Sistem manajemen yang tidak sesuai. e. Perebutan kedudukan.

f. Persaingan yang semakin ketat untuk memperoleh kemajuan g. Anggaran yang terbatas.

h. Perencanaan yang kurang baik, jaminan pekerjaan yang tidak pasti. i. Beban kerja yang semakin bertambah.

j. Segala sesuatu yang ada kaitannya dengan pekerjaan.

Menurut Handoyo (2008) penyebab-penyebab stress antara lain: beban kerja yang terlalu berlebihan, tekanan waktu, kualitas supervise yang jelek, iklim politis yang tidak aman, umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai, wewenang yang tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggung jawab, kemenduaan peranan (role ambiguity), frustasi, konflik antar pribadi dan antar kelompok, perbedaan antara nilai-nilai perusahan dan karyawan, berbagai bentuk perubahan.

Di lain pihak stress kerja juga dapat disebabkan masalah-masalahyang terjadi di luar perusahaan. Penyebab stress “of the job” antara lain: kekhawatiran financial, masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak, masalah-masalah fisik, perkawinan/ perceraian, perubahan yang terjadi ditempat tinggal, kematian dan sebagainya.

(15)

Menurut Hasibuan (2009), faktor-faktor penyebab stress kerja karyawan antara lain: beban kerja yang sulit dan berlebihan, tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan wajar, waktu dan peralatan kerja yang kurang memadai, konflik antara pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah, masalah-masalah keluarga seperti anak, istri, mertua dan lain-lain.

Winarsunu (2008), mengelompokkan reaksi stress menjadi tiga kelompok yaitu yang berupa: reaksi psikologis, fisik, dan perilaku. Reaksi psikologis berhubungan dengan respon-emosional seperti kecemasan marah, ketidak puasan kerja, jengkel, gelisah, sulit tidur, tidak semangat, bangun pagi tidak segar, dan merasa frustasi. Reaksi fisik meliputi simptom-simptom seperti sakit kepala, sakit perut, jantung, dan pusing. Reaksi perilaku adalah respon terhadap stress kerja yang berupa kecelakaan, pindah kerja, dan lainnya.

Menurut Handoko (2008), berdasarkan reaksi terhadap situasi stres dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe A dan tipe B. Orang dengan tipe A adalah mereka yang agresif dan kompetitif, menetapkan standar-standar tinggi dan meletakkan diri mereka di bawah tekanan waktu yang menetap (konstan). Mereka bahkan masih giat dalam kegiatan olah raga yang bersifat rekreasi dan kegiatankegiatan social kemasyarakatan. Mereka sering tidak menyadari tekanan yang dirasakan. Mereka lebih cenderung mengalami gangguan fisik akibat stres seperti, serangan jantung ,liver dan lainlain. Sedangkan orang dengan tipe B adalah lebih rileks dan tidak suka

(16)

menghadapi masalah atau easy going. Mereka menerima situasi yang ada dan bekerja di dalamnya, serta tidak senang bersaing. Mereka rileks dalam kaitannya dengan tekanan waktu, sehingga meraka lebih kecil kemungkinannya untuk menghadapi masalah yang berhubungan dengan stres.

Menurut Anoraga (2009), selama stres berlangsung, tanggapan tersebut menimbulkan reaksi kimiawi dalam tubuh manusia yang mengakibatkan perubahan-perubahan, antara lain meningkatnya: tekanan darah tinggi, tingkat metabolisme, produksi kolesterol dan adrenalin. Reaksi kimiawi tersebut pada dasarnya merupakan senjata yang diperlukan manusia untuk menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap gangguan-gangguan tersebut.

Menurut Anoraga (2009), ada 3(tiga) kategori umum akibat stres kerja antara lain:

a. Gejala badan: sakit kepala( cekot-cekot,pusing separoh, vertigo), nafsu makan menurun, mual muntah, keringta dingingangguan pola tidur. b. Gejala emosional: pelupa mudah marah, cemas, was-was,,kawatir,

mimpi buruk, mudah menangis, pandangan putus asa, dan lain sebagainya.

c. Gejala sosial: makin banyak merokok, menarik diri dari pergaulan sosial, mudah bertengkar, dan lain sebagainya

Handoko (2008), stres yang terlalu berlebihan dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Stres dapat sangat membantu atau fungsional,

(17)

tetapi dapat juga salah (dysfunctional) atau merusak prestasi kerja. Secara sederhana hal ini berarti bahwa stres mempunyai potensi untuk mendorong atau mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung seberapa besar tingkat stres.bila tidak ada stres, tantangantantangan kerja juga tidak ada, dan prestasi kerja cenderung rendah. Meningkatnya stres, prestasi kerja cenderung naik, karena stress membantu karyawan untuk mengerahkan segala sumber daya dalam memenuhi barbagai persyaratan atau kebutuhan pekerjaan.

Hasibuan (2009), prestasi kerja karyawan yang mengalami stres pada umumnya akan menurun karena mengalami ketegangan pikiran dan berperilaku yang aneh, pemarah, dan suka menyendiri. Sehingga stres harus diatasi sedini mungkin.

Siagian (2009), stres yang tidak teratasi pasti berpengaruh terhadap prestasi kerja.ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu, bahwa kemampuan mengatasi sendiri stres yang dihadapi tidak sama pada semua orang. Orang yang memiliki daya tahan yang tinggi menghadapi stres, oleh karenanya mampu mngatasi sendiri stres tersebut. Sebaliknya tidak sedikit orang yang daya tahan dan kemampuannya menghadapi stres rendah. Stres yang tidak teratasi dapat berakibat pada apa yang dikenal dengan burnout , suatu kondisi mental dan emosional serta kelelahan fisik karena stres yang berlanjut dan tidak teratasi.

(18)

Dalam menghadapi faktor-faktor penyebab stres diperlukan beberapa metode untuk menghadapi stress. Metode untuk mengatasi stres seperti : pendekatan farmakologis, perilaku, kognitif, meditasi, hypnosis, dan musik (Hardjana, 1994). Metode musik merupakan salah satu cara untuk membantu mengatasi stres. Secara keseluruhan musik dapat berpengaruh secara fisik maupun psikologis. Secara psikologis, musik dapat membuat seseorang menjadi lebih rileks, mengurangi stres, menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih, dan membantu serta melepaskan rasa sakit (Djohan, 2006).

3. Metode untuk mengatasi stres

Menurut Hardjana (2008), metode untuk mengatasi stres diantaranya:

a. Pendekatan farmakologis (pharmalogical)

Pendekatan ini dilakukan dokter yang juga ahli psikiatri. Pendekatan ini memanfaatkan obat – obat penenang dan umumnya bersifat sementara. Cara kerjanya rumit, tidak mudah dijelaskan bagi orang awam dibidang kedokteran dan psikiatri. Pendekatan ini berfokus untuk mempengaruhi sistem saraf (nervous sistem), bisa berada di pusat (central), bisa juga disekelilingnya (peripheral). Jadi pendekatan farmakologi boleh disebut sebagai cara pengelolaan stres awal sebelum pada waktunya orang dibantu untuk mengelola stres

(19)

yang dialami dengan sungguh – sungguh, dalam arti masalah sendiri dikelola.

b. Pendekatan perilaku (bahavioral)

Pendekatan ini yang terarah pada perilaku, bentuknya antara lain relaksasi, desentasisasi sintetesis, umpan balik, meniru orang lain. c. Pendekatan kognitif

Metode ini dilakukan untuk membantu orang dalam mengatasi stresnya karena kekurangan atau kesalahan pengertian. Intinya metode kognitif merupakan pemahaman untuk mengatasi stres diciptakan untuk mengatur kembali pola berfikirnya. Mengatur kembali pola berfikir pada dasarnya merupakan proses menggantikan pikiran atau keyakinan yang mengurangi penilaian orang yang menderita stres terhadap ancaman atau kerugian yang dapat diakibatkan oleh hal, peristiwa, orang yang dihadapinya.

d. Meditasi dan hipnosis

Stres dapat mempengaruhi gejolak mental. Metode meditasi dan hipnosis merupakn salah satu cara yang efektif. Meditasi merupakan cara untuk memusatkan diri dan perhatian pada suatu objek, pemikiran atau bayangan. Tujuannya dalam mengelola stres adalah menambah kemampuan orang yang terkena stres berhadapan dengan hal, peristiwa, orang, keadaan yang mengakibatkan stres dengan menciptakan tanggapan rileks, tenang, sebagai alternatif tanggapan terhadap stres tersebut. Hipnosis merupakan perubahan kesadaran yang

(20)

dihasilkan lewat sugesti tertentu dan dalam keadaan berubah itu orang dapat dibantu mengubah pemahaman, ingatan, dan perilaku. Tanpa ada orang yang ahli dan dan orangnya sendiri tidak dapat dihipnosis, metode hipnosis tidak dapat dilaksanakan.

4. Terapi Musik

Metode ini salah satu cara untuk membantu mengatasi stres. Jika kadar stres pada seseorang terlalu tinggi maka sistem kekebalan tubuhnya akan berkurang oleh sebab itu seseorang perlu mewaspadai dirinya dari kondisi stres yang berlebihan. Manfaat musi salah satunya yaitu untuk mengendalikan diri.

5. Teori musik

a. Pengertian musik

Mendengarkan musik yang dipilih sendiri dapat mengurangi tingkat stres, kecemasan, emosi negatif, dan menggairahkan sistem saraf simpatik serta memberikan efek relaksasi (Labbe et al, 2007). Selain itu penelitian ini juga mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kemper et al. (2005) yang menyatakan bahwa musik secara luas dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan, mengurangi stres, dan mengalihkan perhatian pasien dari gejala yang tidak menyenangkan.Musik adalah bunyi atau nada yang menyenangkan untuk didengar. Musik dapat keras, ribut, dan lembut yang membuat orang senang mendengarnya. Orang cenderung untuk mengatakan indah terhadap musik yang disukainya.

(21)

Musik ialah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda bergantung kepada sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang (Farida, 2010).

Melalui musik juga seseorang dapat berusaha untuk menemukan harmoni internal (inner harmony). Jadi, musik adalah alat yang bermanfaat bagi seseorang untuk menemukan harmoni di dalam dirinya. Hal ini dirasakan perlu, karena dengan adanya harmoni di dalam diri seseorang, ia akan lebih mudah mengatasi stres, ketegangan, rasa sakit, dan berbagai gangguan atau gejolak emosi negatif yang dialaminya. Selain itu musik melalui suaranya dapat mengubah frekuensi yang tidak harmonis tersebut kembali ke vibrasi yang normal, sehat, dan dengan demikian memulihkan kembali keadaan yang normal (Merrit, 2003).

b. Pengertian Terapi Musik

Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan musik di mana tujuannya adalah untuk meningkatkan atau memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif, dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan usia (Suhartini, 2008).

Terapi musik adalah materi yang mampu mempengaruhi kondisi seseorang baik fisik maupun mental. Musik memberikan rangsangan pertumbuhan fungsi-fungsi otak seperti fungsi ingatan, belajar, mendengar, berbicara, serta analisi intelek dan fungsi kesadaran (Satiadarma, 2004).

(22)

c. Manfaat terapi Musik

Adapun manfaat musik menurut Meritt (2003) adalah untuk menurunkan stres dan mendukung proses penyembuhan, menemukan sapek-aspek kepribadian pada seseorang yang tidak diketahui sebelumnya, pribadi yang berani mengambil resiko, yang gembira, dan bebas, memberi pandangan lain dalam melihat kehidupan dan mengembangkannya, sehingga mampu mengatasi konflik batin dan mengatasi berbagai rintangan hidup, memperkaya hidup dan memperluas dunia dengan keindahannya, meningkatkan pembelajaran dan daya ingat, merangsang kreatifitas dan imajinasi, serta membuat santai, menyegarkan, dan menenangkan.

Selain itu, menurut Admin (2010) penggunaan terapi musik bisa diterapkan secara luas pada semua orang dalam berbagai kondisi. Terapi musik bisa dilakukan untuk mengurangi rasa khawatir pasien yang menjalani berbagai operasi atau serangkaian proses berat di rumah sakit. Sebab, musik akan membantu mengurangi timbulnya rasa sakit dan memperbaiki mood pasien.

d. Cara Kerja Terapi Musik

Musik bersifat terapeutik artinya dapat menyembuhkan. Salah satu alasannya karena musik menghasilkan rangsangan ritmis yang kemudian ditangkap melalui organ pendengaran dan diolah di dalam sistem saraf tubuh dan kelenjar pada otak yang selanjutnya mereorganisasi interpretasi bunyi ke dalam ritme internal

(23)

pendengarnya. Ritme internal ini mempengaruhi metabolisme tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung dengan lebih baik. Dengan metabolisme yang lebih baik, tubuh akan mampu membangun sistem kekebalan yang lebih baik, dan dengan sistem kekebalan yang lebih baik tubuh menjadi lebih tangguh terhadap kemungkinan serangan penyakit (Satiadarma, 2002). Sebagian besar perubahan fisiologis tersebut terjadi akibat aktivitas dua sistem neuroendokrin yang dikendalikan oleh hipotalamus yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal (Prabowo & Regina, 2007).

Hipotalamus juga dinamakan pusat stres otak karena fungsi gandanya dalam keadaan darurat. Fungsi pertamanya adalah mengaktifkan cabang simpatis dan sistem saraf otonom. Hipotalamus menghantarkan impuls saraf ke nukleus-nukleus di batang otak yang mengendalikan fungsi sistem saraf otonom. Cabang simpatis dari sistem saraf otonom bereaksi langsung pada otot polos dan organ internal untuk menghasilkan beberapa perubahan tubuh seperti peningkatan denyut jantung dan peningkatan tekanan darah. Sistem simpatis juga menstimulasi medula adrenal untuk melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin ke dalam pembuluh darah, sehingga berdampak meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, dan norepinefrin secara tidak langsung melalui aksinya pada kelenjar hipofisis melepaskan gula dari hati.

(24)

Ardenal Corticotropin Hormon (ACTH) menstimulasi lapisan luar kelenjar adrenal (korteks adrenal) yang menyebabkan pelepasan hormon (salah satu yang utama adalah kortisol) yang meregulasi kadar glukosa dan mineral tertentu (Atkinson cit Primadita, 2011)

Pemberian intervensi terapi musik membuat seseorang menjadi rileks, menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih, melepaskan rasa sakit dan menurunkan tingkat stres, sehingga dapat menyebabkan penurunan kecemasan (Musbikin, 2009). Hal tersebut terjadi karena adanya penurunan Ardenal Corticotropin Hormon (ACTH) yang merupakan hormon stres (Djohan, 2005).

e. Tata Cara Pemberian Terapi Musik

Belum ada rekomendasi mengenai durasi yang optimal dalam pemberian terapi musik. Seringkali durasi yang diberikan dalam pemberian terapi musik adalah selama 20-35 menit, tetapi untuk masalah kesehatan yang lebih spesifik terapi musik diberikan dengan durasi 30 sampai 45 menit. Ketika mendengarkan terapi musik klien berbaring dengan posisi yang nyaman, sedangkan tempo harus sedikit lebih lambat, 50 - 70 ketukan/menit, menggunakan irama yang tenang (Schou, 2007).

6. Terapi Musik Untuk Penurunan Tingkat Stres

Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan musik untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi fisik, kognitif dan

(25)

sosial bagi individu dalam berbagai usia (Djohan, 2006). Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stres memberi dampak total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stres dapat mengancam keseimbangan fisiologis (Rasmun, 2004).

Musik dianggap dapat berpengaruh dalam penurunan tingkat stres pada dasarnya harmonisasi nada dan irama musik mempengaruhi kesan harmoni di dalam diri kita. Jika harmoni musik setara dengan irama internal tubuh kita, maka musik akan memberikan kesan yang menyenangkan, sebaliknya jika harmoni musik tidak setara dengan irama internal tubuh kita, maka musik akan memberikan kesan yang kurang menyenangkan. Karena musik dihasilkan oleh adanya getaran udara, bukan hanya organ pendengaran atau telinga saja yang mampu menangkap stimulus musik, tetapi saraf pada kulit juga turut merasakannya. Demikian pula organ vestibul (pada sekitar belakang telinga) yang merupakan alat keseimbangan manusia memperoleh dampak yang berarti dari adanya musik (Satiadarma, 2004).

Dari hasil Penelitian Regina dan Prabowo tahun 2007 mengenai treatment meta musik untuk menurunkan stres dengan metoda mendengarkan musik pada mahasiswa yang berusia 19 - 24 tahun, hasilnya menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadapa stres sebelum dan sesudah perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut

(26)

dapat disimpulkan bahwa meta musik dapat digunakan dalam menurunkan stres pada mahasiswa. Selain itu terdapat penelitian dari Irma Rahmawati, Hartiah Haroen, Neti Juniarti mengungkapkan penurunan tingkat stres yang terjadi pada remaja khususnya remaja yang tinggal di Panti asuhan Yayasan Bening Nurani Kabupaten Sumedang, disebabkan karena pemberian terapi musik tersebut dapat menurunkan hormon adrenokortikotropik (ACTH) yang merupakan hormon stres.

Musik merupakan getaran udara harmonis yang ditangkap oleh organ pendengaran dan melalui saraf di dalam tubuh kita dan disampaikan ke susunan saraf pusat sehingga menimbulkan kesan tertentu di dalam diri kita. Akibatnya jika kita mendengarkan musik kita cenderung menghentakkan kaki pada lantai atau mengetukkan tangan pada meja, atau membayangkan iramanya di dalam diri kita sendiri (Satiadarma, 2004). Dengan demikian perasaan tegang, gundah, marah sebagai pemicu stres menjadi berkurang karena efek dari music yang bersifat menenangkan.

(27)

B. Kerangka Teori

Penyebab Stres Kerja 1. Penyebab Organisasi 2. Penyebab Individual 3. Penyebab Lingkungan. Stress Kerja Tingkat Stress Kerja 1.Ringan 2.Sedang 3.Berat

Metode Untuk Mengatasi Stres Kerja 1.Pendekatan Farmakologis

2.Pendekatan Perilaku 3.Pendekatan Kognitif 4.Meditasi dan Hipnosis 5.Terapi Musik

(28)

C. Kerangka Konsep Gambar 2.2 Kerangka Konsep : tidak diteliti : diteliti D. Hipotesa Penelitian

Hipotesa dari penelitian ini adalah ada pengaruh terapi musik terhadap stres kerja pada perawat Instalasi Bedah Sentral (IBS) di RSUD Kebumen

Variabel Bebas Terapi Musik

Variabel Terikat Stres Kerja Pada Perawat

Variabel Pengganggu

Faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja

1. Penyebab Organisasi 2. Penyebab Individual 3. Penyebab Lingkungan.

Metode Untuk Mengatasi Stres Kerja

1.Pendekatan Farmakologis 2.Pendekatan Perilaku 3.Pendekatan Kognitif 4.Meditasi dan Hipnosis

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment) yang merupakan suatu penelitian dengan menggunakan dua kelompok subjek, pengukuran dilakukan sebelum dan setelah perlakuan dengan menggunakan kelompok control. Menggunakan pendekatan non randomized pretest and posttest with control group design. Pada rancangan penelitian ini, subjek dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang semuanya akan dilakukan pengukuran sebelum dan setelah dilakukan prosedur (Dahlan, 2008).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perawat Instalasi Bedah Sentral (IBS) di RSUD Kebumen pada bulan Mei 2014.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah sekelompok subjek dengan karakteristik tertentu (Notoatmodjo, 2010). Adapun populasi target yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga perawat Instalasi Bedah Sentral (IBS) di RSUD Kebumen sejumlah 30 orang.

(30)

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Menurut Al Ummah (2009) ukuran sampel minimal dalam penelitian adalah 30 sampel. Penelitian ini mengambil 30 tenaga perawat Instalasi Bedah Sentral (IBS) yang diambil secara total sampling. Tenaga perawat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan (diberikan terapi musik) dan kelompok kontrol (tidak diberikan terapi musik) dengan perbandingan 1:1 sehingga kelompok perlakukan sejumlah 15 perawat dan kelompok kontrol sejumlah 15 perawat. Kelompok perlakuan merupakan perawat dengan daftar sift nomer ganjil dan kelompok kontrol merupakan perawat dengan daftar sift nomer genap.

Kriteria sampel yang ada dalam penelitian ini adalah kriteria inklusi dan eksklusi.

a. Kriteria Inklusi

Merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini yang menjadi kriteria inklusi adalah :

1) Perawat di di Ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD Kebumen. 2) Bersedia menjadi responden

3) Perawat tidak menggunakan obat-obatan penenang 4) Tidak sedang menjalani meditasi hipnosis.

(31)

b. Kriteria Eksklusi

Merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili

sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Nursalam, 2008). Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah : perawat

mengalami sakit fisik/mental.

D. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau dianggap menentukan variabel terikat (Saryono, 2008). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah terapi musik.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi (Saryono, 2008). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah stres kerja pada perawat. Ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD Kebumen.

E. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Terapi musik Musik yang diperdengarkan pada perawat setelah menjalani pekerjaannya menggunakan Menggunakan handphone dan

headset sesuai dengan musik yang disukai selama 10-20 menit Menggunakan handphone dan headset yang berisi beberapa jenis musik. Dikelompokan menjadi 2 kelompok yaitu : 0. Kelompok kontrol 1. Kelompok perlakuan Nominal

(32)

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala 2 Stres

kerja pada perawat.

Suatu reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan dan

ketegangan emosi pada perawat yang diukur menggunakan Depression Anxiety Stres Scale 21 (DASS 21) 10 menit setelah menyelesaikan pekerjaan Menggunakan kuesioner sebanyak 21 soal dengan pengukuran linkert, skor untuk tiap jawaban 0-3 berdasarkan Depression Anxiety Stres Scale 21 (DASS 21). Diperoleh nilai minimal 0 dan nilai maksimal 63 Nilai kemudian dikategorikan: 1.0-7 (normal) 2.8-9 (ringan) 3.10-12 (sedang) 4.13-16 (berat) 5.>16 (Sangat berat) Ordinal

F. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden (Sugiyono, 2011). Data primer pada penelitian ini adalah data stress kerja perawat.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain dan data sudah ada (Sugiyono, 2011). Data sekunder pada penelitian ini didapat dengan studi dokumen jumlah perawat di Ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD Kebumen.

2. Langkah - langkah Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara membagikan kuesioner yang langsung diisi kepada responden. Peneliti dengan dibantu oleh asisten peneliti yang sebelumnya telah diberikan penjelasan tentang

(33)

cara pengisian kuesioner. Langkah-langkah pengumpulan data yang digunakan yaitu:

a. Setelah mendapat izin dari pihak RSUD Kebumen, peneliti kemudian bekerja sama dengan perawat ruangan dalam pengumpulan data. b. Peneliti menginformasikan, menunjukkan serta mensosialisasikan

kriteria sampel penelitian.

c. Bila responden bersedia dan menandatangani Informed Consent yang telah disediakan oleh peneliti. Jaminan kerahasiaan menjadi salah satu informasi yang disampaikan kepada responden. Bila responden tidak bersedia, maka responden punya hak untuk menolak ataupun mengundurkan diri karena suatu hal tanpa sanksi apapun.

d. Pengisian lembar observasi penelitian ini dilakukan secara manual yang terdiri dari :

1) No. Responden 2) Insial Nama perawat

e. Pengukuran pre test stres kerja pada perawat pada kedua kelompok f. Prosedur Terapi musik

1) Memposisikan perawat untuk duduk rileks.

2) Memberikan handphone dan headset yang berisi beberapa jenis musik.

3) Menganjurkan perawat memilih musik yang disukai.

4) Menganjurkan perawat untuk mendengarkan musik yang disukainya selama 10-20 menit.

(34)

g. Pengukuran stress kerja dilakukan setelah dilakukan perlakuan terapi musik pada kedua kelompok.

G. Teknik Analisa Data

Menurut Notoatmodjo (2010), analisa data merupakan kegiatan untuk menganalisis data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan teknik-teknik tertentu. Data kualitatif dianalisis dengan teknik-teknik analisis kualitatif, sedangkan data kuantitatif dianalisis menggunakan analisis kuantitatif. Khusus untuk analisis kuantitatif, dapat dilakukan secara manual atau menggunakan program komputer. Kegiatan analisis data meliputi analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis data dalam penelitian ini meliputi analisis univariate (analisis deskriptif) dan analisis bevariate (analisis uji hipotesis).

1. Analisis Univariat (Analisis Deskriptif)

Analisis univariat (deskriptif) digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti, berupa distribusi frekwensi atau grafik. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

f P = --- x 100% N Keterangan: P = angka pesentase f = frekuensi

(35)

2. Analisis Bivariat (Uji Hipotesis)

Analisa bivariat adalah analisis yang menghubungkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat (Arikunto, 2006). Untuk mengetahui efektifitas terapi musik terhadap stres kerja pada perawat Instalasi Bedah Sentral (IBS) di RSUD Kebumen menggunakan t-testindependent dengan rumus sebagai berikut:

Rumus untuk t test independent adalah

Dimana nilai s diperoleh dari rumus :

Selanjutnya hasil t hitung dibandingkan dengan t tabel, tabel t yang digunakan dengan derajat bebas (df=db=dk)=n-1, apabila t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, menerima Ha (Riwidikdo, H, 2009).

H. Etika Penelitian

Etika dalam penelitian keperawatan meliputi :

1. Inform Consent

Tujuannya agar responden mengikuti maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia menjadi responden, maka harus menandatangani lembar persetujuan

(36)

menjadi responden. Jika subjek menolak menjadi responden maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

2. Anomity

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan memberi nama responden kepada lembar pengumpulan data (kuisioner yang diisi oleh responden). Lembar tersebut hanya diberi kode tertentu. 3. Confidentiality

Peneliti menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

Referensi

Dokumen terkait

menunjukkan bahwa N, P dan K yang diberikan secara lengkap tidak berbeda nyata dengan perlakuan pengurangan satu unsur hara terhadap produksi per plot dan

Oleh karena itu peneliti akan melakukan proses pengelompokkan kabupaten/kota di wilayah Jawa Timur berdasarkan pada variabel faktor- faktor yang mempengaruhi gizi buruk

Peningkatan kadar kolesterol ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hermawan yang memberikan jus lidah buaya dengan dosis 3 ml/200grBB/hari selama 4

Kriteria 2. 1.  Keberadaan dan penerapan sistem penelusuran bahan baku (termasuk kayu impor) dan hasil 

Guru besar ”AJ” telah membina pembiasaan akhlak yang baik warga sekolah melalui proses pemberian pengalaman amalan akhlak dengan uswah hasanah sepertimana dapat

Diharapkan dengan memberikan stimulus-stimulus tersebut, akan meningkatkan kualitas layanan, kualitas produk, kepercayaan dan kepuasan, pada konsumen yang

Oleh karena itu, pendapat masuknya Islam ke Indonesia mulai abad XIII M, tentu tidak dapat diterima begitu saja, mengingat orang-orang Islam dari Arab, Persia, dan India

Rapat Kerja Nasional Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Pusat dan Daerah dengan LPPN dan LPPD se-Indonesia di Pontianak, tentang kesiapan daerah (LPPD)