OLEH BIDAN PRAKTEK SWASTA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SEI AGUL KECAMATAN
MEDAN BARAT
DAMAYANTI 145102171
KARYA TULIS ILMIAH
PELAKSANAAN PENCEGAHAN PENYEBARAN INFEKSI PADA PROSES PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH BIDAN PRAKTEK SWASTA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI AGUL KECAMATAN MEDAN BARAT TAHUN 2015
ABSTRAK
DamayantiLatar belakang: Infeksi merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Ibu bersalin yang menerima pelayanan medis dan kesehatan, baik di rumah sakit atau kilink bersalin, dihadapkan kepada resiko terjadinya infeksi. Kejadian infeksi dapat dicegah dan diminimalkan dengan melaksanakan tindakan pencegahan infeksi dalam memberikan asuhan pertolongan persalinan, karena semua ibu bersalin sangat mengharapkan proses persalinan yang aman, bersih dan sehat sesuai dengan pilar ketiga Safe Motherhood, yang merupakan aspek ketiga dari lima benang merah asuhan persalinan yang dikategorikan sebagai asuhan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan atau bidan
Tujuan: Untuk mengetahui pelaksanaan pencegahan penyebaran infeksi pada proses pertolongan persalinan oleh bidan.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional dengan populasi 10 responden. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling, dimana seluruh popolasi dijadikan sampel.
Hasil: tindakan pencegahan infeksi menunjukan rata-rata nilai 26,30 (SD: 2,21), dimana mayoritas responden (80,0%) melakukan pencegahan infeksi dan hanya kurang dari seperempat responden (20,0%) tidak melakukan pencegahan infeksi.
Kesimpulan: Tindakan pencegahan infeksi berupa cuci tangan menunjukan rata-rata nilai 4,70 (sd:0,84), tindakan pencegahan infeksi berupa pemakaian sarung tangan menunjukan rata-rata nilai 3,90 (sd: 0,99), tindakan pencegahan infeksi berupa penggunaan peralatan tajam secara aman menunjukan rata-rata nilai 3,50 (sd: 0,52), tindakan pencegahan infeksi berupa pemrosesan alat bekas pakai menunjukan rata-rata nilai 8,40 (sd: 0,69), dan tindakan pencegahan infeksi berupa pengelolaan sampah medik menunjukan rata-rata nilai 5,80 (sd: 0,63)
BY PRIVATE PRACTICE MIDWIFE WORKING IN THE HEALTH CENTER SEI AGUL SUBDISTRIC
MEDAN WEST 2015 ABSTRACT
Damayanti
Background: Infection is one of the main causes of high mortality rate of mothers and newborns. Mothers who receive medical and health services, either at the hospital or birthing kilink, exposed to the risk of infection. The incidence of infection can be prevented and minimized by implementing infection prevention measures in providing care delivery assistance, because all maternity is expecting the birth process that is safe, clean and healthy in accordance with the three pillars of Safe Motherhood, which is the third aspect of the five red yarn delivery care are categorized as care delivery assistance by health workers or midwives.
Objective: To investigate the implementation of the prevention of the spread of infection in the process of aid delivery by a midwife.
Methods: The study design used is descriptive research with cross sectional approach with a population of 10 respondents. Sampling technique is total sampling, which all popolasi sampled.
Results: infection prevention measures showed an average value of 26.30 (SD: 2.21), where the majority of respondents (80.0%) the prevention of infection and only less than a quarter of respondents (20.0%) did not perform infection prevention.
Conclusion: infection prevention measures such as hand washing indicates an average value of 4.70 (sd: 0.84), infection prevention measures such as the use of gloves showed an average value of 3.90 (sd: 0.99), infection prevention measures such as the use of sharp tools safely show the average value of 3.50 (sd: 0.52), infection prevention measures such as the processing of used equipment showed an average value of 8.40 (sd: 0.69), and infection prevention measures such as medical waste management shows the average value of 5.80 (sd: 0.63)
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah KerjaPuskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat Tahun 2015”
Adapun tujuan dari penyelesaian Karya Tulis ini, merupakan salah satu syarat
yang harus dipenuhi penulis dalam menyelesaikan pendidikan Program D-IV Bidan
pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan Karya Tulis ini, berbagai pihak turut memberikan bantuan,
atau bimbingan. Untuk itu, pada kesempatan yang berharga ini penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada yang terhormat :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. Selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku ketua program studi D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universita Sumatera Utara.
3. Ikhsanudin A.Harahap, S.Kp, MNS, CWCCA selaku pembimbing Karya Tulis
Ilmiah, yang telah banyak memberikan masukan dalam penyelesaian Proposal ini.
4. Seluruh dosen dan staf pegawai Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara yang telah ikut membantu dalam penyusunan proposal Proposal ini.
5. Seluruh teman mahasiswa DIV bidan pendidik yang telah menyumbangkan saran
Penulis menyadari, bahwa Karya Tulis ini masih belum sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Proposal ini,
agar dapat bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Medan, Juli 2015 Penulis
iii
1.3 Prinsip-prinsip Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi ... 7
2. Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi ... 8
2.1 Cuci Tangan ... 8
2.2 Memakai Sarung Tangan ... 10
2.3 Menggunakan Teknik Aseptik ... 10
2.4 Memproses Alat Bekas Pakai ... 12
2.5 Penggunaan Peralatan Tajam Secara Aman ... 19
2.6 Menjaga Kebersihan dan Pengelolaan Sampah ... 20
BAB III KERANGKA PENELITIAN ... 22
1. Kerangka Konsep... 22
2. Defenisi Operasional ... 23
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 24
2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24
3. Lokasi Penelitian... 24
4. Waktu Penelitian ... 24
5. Etika Penelitian ... 25
6. Instrumen Penelitian ... 26
7. Pengumpulan Data ... 27
8. Analisa Data ... 28
BAB V HASIL DAN EMBAHASAN ... 30
A. Hasil ... 30
B. Pembahasan ... 39
BABVI KESIMPULAN DAN SARAN ... 40
A. Kesimpulan ... 40
B. Saran ... 40
v
DAFTAR SKEMA
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Defenisi Operasional...23 Tabel 5.1 Distribusi Umur Responden yang Melakukan tindakan pencegahan infeksi di
Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015...31 Tabel 5.2 Distribusi Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi oleh Bidan di Wilayah
Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015...32 Tabel 5.3 Nilai Rata-Rata dan Standar Deviasi Pencegahan Penyebaran Infeksi oleh Bidan
di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat Tahun 2015... 32 Tabel 5.4 Rata-rata nilai dan standar deviasi Pelaksanaan pencegahan infeksi berupa
Pemrosesan alat bekas pakai Oleh bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015 ...33 Tabel 5.5 Rata-rata nilai dan standar deviasi Pelaksanaan pencegahan infeksi berupa
Pengelolaan sampah medik Oleh bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015 ...35 Tabel 5.6 Rata-rata nilai dan standar deviasi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Berupa Cuci
Tangan oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015 ...36 Tabel 5.7 Rata-rata nilai dan standar deviasi Pelaksanaan pencegahan infeksi berupa
penggunaan sarung tangan Oleh bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015... 37 Tabel 5.8 Rata-rata nilai dan standar deviasi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Berupa
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Persetujuan Menjadi RespondenLampiran 2 Data Demografi Responden
Lampiran 3 Lembar Checklist
Lampiran 5 SPSS
PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH BIDAN PRAKTEK SWASTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI AGUL KECAMATAN
MEDAN BARAT TAHUN 2015
ABSTRAK
Damayanti
Latar belakang: Infeksi merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Ibu bersalin yang menerima pelayanan medis dan kesehatan, baik di rumah sakit atau kilink bersalin, dihadapkan kepada resiko terjadinya infeksi. Kejadian infeksi dapat dicegah dan diminimalkan dengan melaksanakan tindakan pencegahan infeksi dalam memberikan asuhan pertolongan persalinan, karena semua ibu bersalin sangat mengharapkan proses persalinan yang aman, bersih dan sehat sesuai dengan pilar ketiga Safe Motherhood, yang merupakan aspek ketiga dari lima benang merah asuhan persalinan yang dikategorikan sebagai asuhan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan atau bidan
Tujuan: Untuk mengetahui pelaksanaan pencegahan penyebaran infeksi pada proses pertolongan persalinan oleh bidan.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional dengan populasi 10 responden. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling, dimana seluruh popolasi dijadikan sampel.
Hasil: tindakan pencegahan infeksi menunjukan rata-rata nilai 26,30 (SD: 2,21), dimana mayoritas responden (80,0%) melakukan pencegahan infeksi dan hanya kurang dari seperempat responden (20,0%) tidak melakukan pencegahan infeksi.
Kesimpulan: Tindakan pencegahan infeksi berupa cuci tangan menunjukan rata-rata nilai 4,70 (sd:0,84), tindakan pencegahan infeksi berupa pemakaian sarung tangan menunjukan rata-rata nilai 3,90 (sd: 0,99), tindakan pencegahan infeksi berupa penggunaan peralatan tajam secara aman menunjukan rata-rata nilai 3,50 (sd: 0,52), tindakan pencegahan infeksi berupa pemrosesan alat bekas pakai menunjukan rata-rata nilai 8,40 (sd: 0,69), dan tindakan pencegahan infeksi berupa pengelolaan sampah medik menunjukan rata-rata nilai 5,80 (sd: 0,63)
PREVENTION OF THE SPREAD OF INFECTION IN PROCESS AID DELIVERY BY PRIVATE PRACTICE MIDWIFE WORKING IN
THE HEALTH CENTER SEI AGUL SUBDISTRIC MEDAN WEST 2015 prevented and minimized by implementing infection prevention measures in providing care delivery assistance, because all maternity is expecting the birth process that is safe, clean and healthy in accordance with the three pillars of Safe Motherhood, which is the third aspect of the five red yarn delivery care are categorized as care delivery assistance by health workers or midwives.
Objective: To investigate the implementation of the prevention of the spread of infection in the process of aid delivery by a midwife.
Methods: The study design used is descriptive research with cross sectional approach with a population of 10 respondents. Sampling technique is total sampling, which all popolasi sampled.
Results: infection prevention measures showed an average value of 26.30 (SD: 2.21), where the majority of respondents (80.0%) the prevention of infection and only less than a quarter of respondents (20.0%) did not perform infection prevention.
Conclusion: infection prevention measures such as hand washing indicates an average value of 4.70 (sd: 0.84), infection prevention measures such as the use of gloves showed an average value of 3.90 (sd: 0.99), infection prevention measures such as the use of sharp tools safely show the average value of 3.50 (sd: 0.52), infection prevention measures such as the processing of used equipment showed an average value of 8.40 (sd: 0.69), and infection prevention measures such as medical waste management shows the average value of 5.80 (sd: 0.63)
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kematian maternal dan perinatal merupakan masalah besar, khususnya dinegara
sedang berkembang. Sekitar 98-99% kematian maternal dan perinatal terjadi di negara
berkembang, sedangkan dinegara maju hanya 1-2%. Sebenarnya kematian itu dapat
dicegah apabila dapat diberikan pertolongan yang adekuat (Manuaba, 2010).
Word Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 585.000 ibu
meninggal saat hamil dan bersalin setiap tahunnya. Di Amerika Utara 1:6 wanita
diperkirakan meninggal akibat kehamilan dan persalinan. Negara Afrika 1:4, sedangkan di
Asia Selatan 1:18. Sementara di Malasia Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 39
per 100 000 kelahiran hidup, Singapura 6 per 100. 000 kelahiran hidup, Thailand 44
per 100.000 kelahiran hidup, Filiphina 170 per 100.000 kelahiran hidup dan Vietnam 160
per 100.000 kelahiran hidup (Zoelkifly, 2007).
Indonesia sampai saat ini merupakan negara dengan AKI paling tinggi di Asia.
Berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007-2008 kematian ibu
hamil dan bersalin mencapai 265 per 100.000 kelahiran hidup. Dari beberapa kota di
Indonesia seperti di Jawa dan di Bali kematian maternal mencapai 0,7% dari AKI secara
nasional per tahunnya. Penyebab utama kematian ibu, disebabkan oleh perdarahan
postpartum(55-70%), partus lama hingga kejadian infeksi 15-20% dan kasus eklampsia
(10-15%) (Barata, 2008).
2
adalah 265 per 100. 000 kelahiran hidup (Dinkes Propsu, 2008). Penyebab tingginya
angka kematian ibu di Sumatera Utara disebabkan oleh perdarahan, yang diperkirakan
setiap bulan mencapai 150 kasus, kemudian komplikasi persalinan (45%), retensio plasenta
(21%), robekan jalan lahir partus lama (11%), komplikasi selama nifas (5%), infeksi (4%)
(Dinkes Propsu, 2008).
Infeksi merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kematian ibu dan
bayi baru lahir. Ibu bersalin yang menerima pelayanan medis dan kesehatan, baik di
rumah sakit atau kilink bersalin, dihadapkan kepada resiko terjadinya infeksi (Saifuddin,
2004). Kejadian infeksi dapat dicegah dan diminimalkan dengan melaksanakan tindakan
pencegahan infeksi dalam memberikan asuhan pertolongan persalinan, karena semua ibu
bersalin sangat mengharapkan proses persalinan yang aman, bersih dan sehat sesuai
dengan pilar ketiga Safe Motherhood, yang merupakan aspek ketiga dari lima benang merah asuhan persalinan yang dikategorikan sebagai asuhan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan atau bidan (Saifudin, 2004)
Tindakan pencegahan infeksi merupakan bagian esensial dari asuhan yang lengkap
yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir, dan harus dilaksanakan secara rutin dan
komprehensif pada saat memberikan asuhan pelayanan kebidanan. Tepatnya saat
memberikan asuhan dasar selama kunjungan antenatal, persalinan dan paska persalinan.
Tindakan ini harus diterapkan dalam aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru
lahir, keluarga dan penolong persalinan (Jaringan Nasional Pelatihan Klinik, 2007).
Infeksi dapat ditularkan melalui darah, sekret vagina, cairan amnion dan cairan
tubuh serta ketidaksterilan peralatan yang digunakan dalam memberikan pelayanan
kesehatan terutama pada saat melakukan proses pertolongan persalinan. Maka setiap
resiko untuk tertular, dan menularkan, bila tidak melaksanakan tindakan pencegahan
infeksi (Sarwono, 2008).
Bidan sebagai salah satu petugas kesehatan dan penolong persalinan yang
profesional, dalam memberikan asuhan kebidanan, sangat berkemungkinan untuk ditulari
dan menularkan kuman dari dan kepada kliennya yang dapat menimbulkan terjadinya
infeksi. Oleh karena itu, prinsip pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi harus tetap
dilaksanakan dan ditingkatkan, sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan untuk
mencegah dan mengurangi kejadian morbiditas hingga mortalitas (Mustika, 2006).
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa ibu bersalin sangat membutuhkan
pertolongan persalinan yang sehat, dan bebas dari infeksi. Maka peneliti tertarik untuk
mengetahui bagaimanakah pelaksanaan tindakan pencegahan penyebaran infeksi pada
proses pertolongan persalinan yang dilakukan oleh Bidan Praktek Swasta di wilayah
kerja uuskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat, yang meliputi prosedur cuci tangan,
pemakaian sarung tangan, penggunaan teknik aseptik, pemrosesan alat bekas pakai,
penanganan peralatan tajam dengan aman, dan kebersihan lingkungan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian.
Bagaimana pelaksanaan tindakan pencegahan penyebaran infeksi pada pertolongan
persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan
4
3. Tujuan Penelitian 3.1Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi pelaksanaan tindakan pencegahan penyebaran
infeksi pada proses pertolongan persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di
Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat Tahun 2015.
3.2Tujuan Khusus
3.2.1 Untuk mengidentifikasi pelaksanaan tindakan cuci tangan pada proses
pertolongan persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja
Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat Tahun 2015.
3.2.2 Untuk mengidentifikasi pelaksanaan tindakan pemakaian sarung tangan
pada proses pertolongan persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah
kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat Tahun 2015.
3.2.3 Untuk mengidentifikasi pelaksanaan tindakan penggunaan peralatan
tajam pada proses pertolongan persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di
Wilayah kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat Tahun 2015.
3.2.4 Untuk mengidentifikasi pelaksanaan tindakan pemrosesan alat bekas pada
proses pertolongan persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah kerja
Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat Tahun 2015.
3.2.5 Untuk mengidentifikasi pelaksanaan tindakan pengelolaan sampah medik
pada proses pertolongan persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah
kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat Tahun 2015.
4. Manfaat Penelitian
4.1 Bagi Praktek Kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan atau ide-ide baru
dalam menerapkan ilmu pelayanan dalam praktek kebidanan, khususnya tentang
pencegahan penyebaran infeksi pada proses pertolongan persalinan.
4.2 Bagi Penelitian
Sebagai bahan perbandingan untuk melakukan penelitian-penelitian lain atau
yang serupa, yang tentunya berkaitan dengan proses pencegahan penyebaran
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen- komponen lain dalam asuhan
selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek
asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga
kesehatan lainnya dengan mengurangi resiko infeksi karena bakteri, virus dan jamur untuk
menurunkan penularan penyakit- penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan
cara pengobatannya, seperti Hepatitis dan HIV/AIDS (Sarwono, 2008).
1.1 Definisi Tindakan- tindakan Pencegahan Infeksi
1.1.1 Asepsis atau teknik merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan
semua asuhan yang dilakukan dalam mencegah masuknya mikroorganisme
kedalam tubuh dan berpotensi menimbulkan penyakit.
1.1.2 Antisepsis mengacu pada pencegahan infeksi dengan cara menumbuhkan
atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan
tubuh lainnya.
1.1.3 Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa
petugas kesehatan dapat menangani secara aman berbagai benda yang
terkontaminasi darah maupun cairan.
1.1.4 Mencuci dan membilas adalah tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua cemaran darah, cairan tubuh atau benda asing (debu/
1.1.5 Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme penyebab penyakit yang mencemari benda- benda mati
atau instrumen.
1.1.6 Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) adalah tindakan untuk menghilangkan
semua mikroorganisme kecuali endospora dengan cara merebus atau
kimiawi.
1.1.7 Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, dan parasit) termasuk endospora
bakteri dari benda- benda mati atau instumen (Hidayat, 2010).
1.2 Tujuan Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi
1.2.1 Untuk meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme.
1.2.2 Untuk menurunkan resiko penularan penyakit yang mematikan, seperti
Hepatitis dan HIV/AIDS.
Di masa lalu, tujuan utama PI adalah untuk mencegah infeksi serius
pascabedah. Meskipun infeksi serius pascabedah masih merupakan masalah di
banyak negara, munculnya HIV/AIDS dan masalah berkelanjutan yang terkait
dengan hepatitis telah mengubah secara dramatis fokus pencegahan infeksi. Karena
HIV dan hepatitis makin sering terjadi, resiko terinfeksi penyakit- penyakit tersebut
semakin meningkat (JNPK-KR, 2007).
1.3 Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi
1.3.1 Setiap orang, baik ibu, bayi baru lahir, dan penolong persalinan harus
dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat
8
1.3.3 Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan
dan telah bersentuhan dengan kulit tak utuh seperti selaput mukosa atau
darah, harus dianggap terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan
harus dilakukan proses pencegahan infeksi secara benar.
1.3.4 Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah
diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi.
1.3.5 Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tetapi dapat dikurangi
hingga sekecil mungkin kejadiannya dengan melaksanakan prosedur
tindakan pencegahan infeksi yang benar dan konsisten (Sarwono, 2008).
2. Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi
Ada berbagai tindakan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau
mencegah mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu yang lain yang dapat
menyebarkan infeksi, yaitu pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi dengan cara
melakukan tindakan-tindakan esensial sebagai berikut : Cuci tangan, memakai sarung
tangan, menggunakan teknik aseptik, memproses alat bekas pakai, menangani peralatan
tajam dengan aman, menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk pengelolaan
sampah sampah secara benar) (Sarwono,2008).
2.1 Cuci Tangan
Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari pencegahan timbulnya
infeksi yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.
Prosedur cuci tangan menurut Depkes RI, 2004 meliputi :
2.1.1 Melepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan.
2.1.2 Membasahi tangan dengan air bersih dan air mengalir.
2.1.3 Menggosok dengan kuat kedua tangan dengan menggunakan sabun biasa
sudah menggosok sela-sela jari) Tangan yang terlihat kotor harus dicuci
lebih lama.
2.1.4 Membilas tangan dengan air bersih dan mengalir.
2.1.5 Membiarkan tangan kering dengan diangin-anginkan atau dikeringkan
dengan kertas tisu yang bersih dan kering atau handuk pribadi yang bersih
dan kering.
2.1.6 Bila menggunakan sabun padat misalnya sabun batangan, gunakan dalam
potongan-potongan kecil dan tempatkan sabun dalam wadah yang
berlubang- lubang untuk mencegah air menggenangi sabun tersebut.
2.1.7 Jangan mencuci tangan dengan mencelupkannya ke dalam wadah berisi air
meskipun air tersebut sudah ditambah larutan antiseptik, karena
Mikroorganisme dapat bertahan hidup dan berkembang biak dalam larutan
tersebut.
2.1.8 Bila tidak tersedia air mengalir :
1) Menggunakan ember tertutup dengan kran yang bisa ditutup pada saat
mencuci tangan dan dibuka kembali jika ingin membilas.
2) Menggunakan botol yang sudah diberi lubang agar air bisa mengalir.
3) Minta orang lain menyiramkan air ke tangan.
4) Menggunakan pencuci tangan yang mengandung anti mikroba berbahan
dasar alkohol atau campuran bahan alkohol 60-90% kira-kira 100 mL
dengan 2 mL gliserin. Kemudian menggosok kedua tangan hingga kering
cara ini diulangi sampai tiga kali.
10
2.1.10 Bila tidak ada saluran air untuk membuang air yang sudah digunakan,
kumpulkan air di baskom dan buang ke saluran limbah atau jamban di
kamar mandi.
2.2 Memakai Sarung Tangan
Pemakaian sarung tangan dilakukan apabila melakukan tindakan klinik, apabila
memegang alat medik dan membuang sampah medik. Untuk setiap pasien harus
digunakan sarung tangan yang berbeda guna mencegah kontaminasi silang dan apabila
sarung tangan bekas pakai akan di gunakan lagi maka harus di dekontaminasi terlebih
dahulu dengan merendam dalam larutan klori 0,5% selama 10 menit kemudian dicuci,
selanjutnya sarung tangan dikeringkan dengan otoklaf atau didisinfeksi tingkat tinggi
dengan menguapkan atau merebus (Safudin, 2013).
prosedur pelaksanaan tindakan yang memerlukan penggunaan sarung tangan
menurut JNPK-KR, 2007diantaranya:
2.2.1 Menghisap lendir dari jalan napas bayi baru lahir
2.2.2 Menolong persalinan dan kelahiran bayi.
2.2.3 Menjahit laserasi atau episiotomi.
2.2.4 Membersihkan percikan darah atau cairan tubuh
2.2.5 Memegang dan membersihkan peralatan yang terkontaminasi
2.2.6 Memegang sampah yang terkontaminasi.
2.3Memproses Alat Bekas Pakai
Pemrosesan peralatan yang telah bekas pakai, baik terbuat dari logam, maupun
plastik, ataupun benda-benda lainnya, dalam upaya pencegahan infeksi. Pemrosesan
2.3.1 Dekontaminasi
Dekontaminasi adalahtindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa
petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda yang terkontaminasi
darah dan cairan tubuh. Peralatan medis, sarung tangan, dan permukaan (seperti
meja pemeriksaan harus di dekontaminasikan segera setelah terpapar darah atau
cairan tubuh, larutan yang digunakan adalah klorin 0,5% selama 10 menit
(Sarwono, 2008).
Gambar 2.1 Rumus Untuk Membuat Larutan Klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair.
Periksa kepekatan (% konsetrat) dari produk klorin yang digunakan Tentukan jumlah bagian air yang digunakan dengan menggunakan tabel 10-1 atau rumus dibawah ini:
Jumlah Bagian Air =
Campur 1 bagian konsentrat pemutih dengan jumlah bagian air yang dibutuhkan. Catatan : Air tidak perlu dimasak
Sumber : (saifudin,2004).
Gambar 2.2 Rumus Untuk Membuat Larutan Klorin 0,5% dari bubuk klorin kering.
Contoh: Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari bubuk klorin yang bisa melepaskan klorin (seperti kalsum hipoklorida) yang mengandung 35% klorin.
12
2.3.2 Pencucian dan Pembilasan
Pencucian dan Pembilasan Pencucian adalah langkah pertama paling efektif
untuk membunuh mikroorganisme pada peralatan dan perlengkapan yang kotor
yang sudah digunakan. Baik sterilisasi maupun disinfeksi tingkat tinggi kurang
efektif tanpa proses pencucian sebelumnya, jika benda-benda yang terkontaminasi
tidak dapat dicuci segera setelah dikontaminasi. Bilas peralatan dengan air untuk
mencegah korosi dan menghilangkan bahan-bahan organik, lalu cuci tangan dengan
seksama secepat mungkin (Depkes RI, 2004).
Seperti yang diperlihatkan pada tabel 2.1, sebagian besar (hingga 80%)
mikroorganisme yang terdapat dalam darah dan bahan- bahan organik lain nya bisa
dihilangkan melalui proses pencucian. Pencucian juga dapat menurunkan jumlah
endospora bakteri yang menyebabkan tetanus dan ganggren, pencucian ini penting
karena residu bahan- bahan organik bisa menjadi tempat kolonialisasi
mikroorganisme (termasuk endospora) dan melindungi mikroorganisme dari proses
sterilisasi atau disinfeksi kimiawi. Sebagai contoh virus hepatitis B bisa tetap hidup
pada darah yang hanya 10-8 ml (yang tidak bisa dilihat dengan mata biasa) dan bisa
menyebabkan infeksi jika terpercik ke mata. Jika perlengkapan untuk sterilisasi
tidak tersedia, pencucian yang seksama merupakan proses fisik satu- satunya untuk
Tabel 2.1 Efektivitas berbagai proses eradikasimikoorganisme pada alat bekas
Tahap-tahap pencucian dan pembilasan menurut Depkes RI, 2004 meliputi :
1) Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan.
2) Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi.
3) Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastik atau karet,
jangan dicuci segera bersamaan dengan peralatan yang terbuat dari
logam.
4) Cuci setiap benda tajam secara terpisah dengan tahapan sebagai berikut:
4.1) Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah
14
4.3) Sikat dengan seksama terutama di bagian sambungan dan pojok
peralatan.
4.4) Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada
peralatan.
4.5) Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali atau lebih jika perlu dengan air
dan sabun atau deterjen.
4.6) Bilas benda-benda tersebut dengan air bersih.
5) Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain.
6) Jika peralatan akan didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi tempatkan
peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum memulai
proses DTT.
7) Peralatan yang akan didesinfeksi tingkat tinggi secara dengan cara dikukus
atau direbus, atau disterilisasi di dalam otoklaf atau oven panas kering,
tidak usah dikeringkan sebelum proses DTT atau sterilisasi dimulai.
8) Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan dengan air dan
sabun dan kemudian bilas secara seksama dengan menggunakan air bersih.
9) Gantungkan sarung tangan dan biarkan kering dengan cara
diangin-anginkan.
2.3.3 Desinfeksi Tingkat Tinggi dan Sterilisasi
Sterilisasi adalah cara yang paling efektif untuk membunuh mikroorganisme,
sterilisasi tidak selalu memungkinkan dan tidak selalu praktis. DTT adalah satu -
satunya alternatif untuk situasi tersebut dan bisa dicapai dengan cara merebus,
mengukus atau secara kimiawi. Perebusan sering kali merupakan metode yang paling
Disinfeksi tingkat tinggi dengan cara merebus, mengukus dan secara kimiawi
menurut Depkes RI, 2004 meliputi:
1) DTT dengan cara merebus.
1.1) Gunakan panci dengan penutup yang rapat
1.2) Ganti air setiap kali mendesinfeksi peralatan
1.3) Rendam peralatan di dalam air sehingga semuanya terendam di
dalam air
1.4) Mulai panaskan air
1.5) Mulai hitung waktu saat air mulai mendidih
1.6) Jangan tambahkan apapun ke dalam air mendidih setelah
penghitungan waktu dimulai.
1.7) Rebus selama 20 menit
1.8) Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum
digunakan atau disimpan.
1.9) Pada saat peralatan kering, gunakan segera atau simpan dalam
wadah desinfeksi tingkat tinggi berpenutup. Peralatan bisa disimpan
sampai 1 minggu asalkan penutupnya tidak dibuka
2) DTT dengan uap panas
2.1) Setelah sarung tangan dodekontaminasi dan di cuci, maka sarung
tangan ini siap untuk DTT dengan uap tanpa diberi talek
2.2) Gunakan panci perebus dengan tiga susun nampan pengukus.
2.3) Gulung bagian atas sarung tangan sehingga setelah DTT selesai
16
pengukus, letakkan 5-15 pasang sarung tangan bagian jarinya
mengarah ke tengah nampan.
2.5) Ulangi proses tersebut hingga semua nampan pengukus terisi sarung
tangan. Susun tiga nampan pengukus di atas panci perebus yang
berisi air. Letakkan sebuah panci perebus kosong di sebelah kompor.
2.6) Letakkan penutup di atas di atas nampan pengukus paling atas dan
panaskan air hingga mendidih.
2.7) Jika uap mulai keluar dari celah-celah antara panci pengukus,
mulailah penghitungan waktu. Kukus sarung tangan selam 20 menit,
buka tutup panci dan letakkan dalam posisi terbalik. Angkat nampan
pengukus paling atas yang berisi sarung tangan dan goyangkan
perlahan-lahan agar air yang tersisa pada sarung tangan dapat
menetes keluar.
2.8) Biarkan sarung tangan kering dan diangin-anginkan sampai kering di
dalam nampan selama 4-6 menit. Jika diperlukan segera. Biarkan
sarung tangan menjadi dingin selama 5-10 menit dan kemudian
gunakan dalam waktu 30 menit pada saat masih basah atau lembab.
2.9) Jika sarung tangan tidak akan segera dipakai, setelah kering,
gunakan penjepit untuk memindahkan sarung tangan. Letakkan
sarung tangan tersebut pada wadah desinfeksi tingkat tinggi lalu
tutup rapat. Sarung tangan tersebut bisa disimpan selama 1 minggu.
3) DTT dengan cara kimiawi
Bahan kimia yang dianjurkan untuk DTT adalah klorin dan glutaraldehid.
20 menit maka peralatan yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi
harus segera dibilas dengan air matang. Langkah-langkah pada DTT kimiawi:
3.1) Letakkan peralatan dalam keadaan kering (sudah didekontaminasi
dan cuci bilas).
3.2) Pastikan bahwa peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia.
3.3) Rendam peralatan selama 20 menit.
3.4) Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan sampai kering
di wadah DTT yang berpenutup.
3.5) Setelah kering, peralatan dapat segera digunakan atau disimpan
dalam wadah DTT yang berpenutup rapat.
Gambar 2.3 Pemrosesan alat bekas pakai
DEKONTAMINASI
Rendam dalam larutan klorin 0,5%
Selama 10 menit
CUC DAN BILAS
Gunakan deterjen dan sikat
Pakai sarung tangan tebal untuk menjaga agar tidak terluka oleh benda-benda tajam
Metode yang dipilih Metode alternatif
STERILISASI DTT
Otoklaf Panas Kering Rebus / Kukus Kimiawi
DINGINKAN DAN KEMUDIAN SIAP DIGUNAKAN
18
2.4 Penggunaan Peralatan Tajam Secara Aman
Luka tusuk benda tajam (misalkan jarum) merupakan salah satu alur utama infeksi
HIV dan Hepatitis B di antara para penolong persalinan. Oleh karena itu, perhatikan
pedoman berikut:
2.4.1 Letakkan benda-benda tajam di atas baki steril atau disinfeksi tingkat tinggi atau dengan menggunakan “daerah aman” yang sudah ditentukan (daerah
khusus untuk meletakkan dan mengambil peralatan tajam).
2.4.2 Hati-hati saat melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk secara
tidak sengaja.
2.4.3 Gunakan pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit. Jangan pernah
meraba ujung jarum atau memegang jarum jahit dengan tangan.
2.4.4 Buang benda-benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel dengan
perekat jika sudah dua pertiga penuh. Jangan memindahkan benda-benda
tajam tersebut ke wadah lain. Wadah benda tajam yang sudah disegel harus
dibakar dalam insinerator.
2.4.5 Jika benda-benda tajam tidak dapat dibuang secara aman dengan cara
insenerasi, bilas tiga kali dengan larutan klorin 0,5% (dekontaminasi), tutup
kembali menggunakan teknik satu tangan dan kemudian kuburkan. Cara
melakukan teknik satu tangan menurut JNPK-KR, 2007 terdiri dari:
1) Letakkan penutup jrum pada permukaan yang keras dan rata.
2) Pegang tabung suntik dengan satu tangan dan gunakan ujung jarum untuk “mengait” penutup jarum. Jangan memegang penutup jarum
dengan tangan lainnya.
3) Jika jarum sudah tertutup seluruhnya, pegang bagian bawah jarum dan
2.5 Menjaga kebersihan (termasuk pengelolaan sampah sampah secara benar) Maksud dari pengelolaan sampah adalah melindungi petugas pembuangan sampah
dari perlukaan, melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan,
mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitar, dan membuang bahan-bahan
berbahaya dengan aman (Saifudin, 2004)
Sampah terdiri dari yang terkontaminasi dan tidak terkontaminasi. Sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai maka penelitian difokuskan kepada sampah terkontaminasi
(darah, nanah, urin, kotoran manusia, dan benda-benda yang tercemar oleh cairan
tubuh) yang berpotensi untuk menginfeksi siapapun yang melakukan kontak atau
menangani sampah tersebut, termasuk anggota masyarakat
Pengelolaan sampah terkontaminasi menurut JNPK-KR, 2007 meliputi :
2.5.1 Setelah selesai melakukan suatu tindakan dan sebelum melepaskan sarung
tangan, letakkan sampah terkontaminasi (kasa, gulungan kapas, perban, dan
lain-lain) ke dalam tempat sampah kedap air/kantong plastik sebelum
dibuang.
2.5.2 Hindarkan terjadinya kontak sampah terkontaminasi dengan permukaan luar
kantong.
2.5.3 Pembuangan benda-benda tajam yang terkontaminasi dengan
menempatkannya dalam wadah tahan bocor (misalnya botol air mineral dari
plastik atau botol infus), kotak karton yang tebal atau wadah yang terbuat
dari logam.
2.5.4 Singkirkan sampah terkontaminasi dengan cara dibakar. Jika hal ini tidak
20
2.5.6 Bungkus atau tutupi linen bersih dan simpan dalam kereta dorong atau
lemari tertutup untuk mencegah kontaminasi debu.
2.5.7 Bersihkan tempat tidur, meja, dan troli dengan kain yang dibasahi klorin
0,5% dan deterjen.
2.5.8 Seka celemek dengan klorin 0,5%.
2.5.9 Bersihkan lantai dengan lap kering, jangan disapu. Seka lantai dengan
campuran klorin 0,5% dan deterjen.
2.5.10 Gunakan sarung tangan karet tebal atau sarung tangan rumah tangga dari
lateks.
2.5.11 Bersihkan dinding, gorden, dan tirai sesering mungkin untuk mencegah
terkumpulnya debu. Bila terpercik darah segera bersihkan dengan klorin
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
1. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan teoritis penelitian tentang pelaksanaan tindakan pencegahan
penyebaran infeksi oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul
Kecamatan Medan Barat, yang diteliti yaitu pelaksanaan tindakan pencegahan penyebaran
infeksi yang meliputi: cuci tangan, memakai sarung tangan, penggunaan peralatan tajam
dengan aman, pemrosesan alat bekas pakai, dan pengelolaan sampah medik, maka
kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Skema 3.1 Kerangka Konsep proses pertolongan
persalinan
Pelaksanaan Pencegahan Penyebaran Infeksi
1. Cuci tangan 2. Memakai sarung
tangan 3. Penggunaan
peralatan tajam dengan aman 4. Pemprosesan alat 5. Kebersihan dan
22
2. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Defenisi operasional.
4. Pemrosesan alat bekas pakai, yaitu Cara yang dilakukan untuk membersihkan dan menjaga
sterilitas instrumen medik.
Cheklist a. Melakukan:
1 b. tidak
melakukan: 0”.
Nominal
5. kebersihan dan pengelolaan sampah medik, yaitu Cara yang dilakukan untuk membersihkan dan memproses sampah
terkontaminasi
Cheklist a. Melakukan:
1 b. tidak
melakukan: 0
24 BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
cross sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan tindakan pencegahan
penyebaran infeksi pada proses pertolongan persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di
Wilayah kerja Sei Agul Kecamatan Medan Barat Tahun 2015.
2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang melakukan pertolongan
persalinan di wilayah kerja puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat sebanyak 10
bidan.
2.2 Sampel
Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan total sampling
yaitu seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu sebanyak 10 bidan.
3. Lokasi Penelitian
Penelitan ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan
Barat Untuk mengetahui pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi pada proses pertolongan
persalinan oleh bidan pada tahun 2015.
4. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan setelah lulus ujian proposal dan berlangsung pada bulan
5. Etika Penelitian 5.1Manfaat
Penelitian harus dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus
diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang diberikan
tidak akan dipergunakan dalam hal yang bisa merugikan subjek dalam bentuk
apapun.
5.2Menghargai Hak Asasi Manusia ( Respect Human Dignity)
5.2.1 Hak untuk ikut/ tidak menjadi responden (right to self-determination),
dimana subjek harus dipersiapkan secara manusiawi. Subjek mempunyai
hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak,
tanpa adanya sanksi apapun.
5.2.2 Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full disclosure), dimana seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara
rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.
5.2.3 Informed consent, yaitu subyek harus mendapatkan informasi secara
lengkap tentang tujuan enelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak
untuk bebas perpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed
consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan
dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
5.3Keadilan (Right to Justice)
5.3.1 Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair tratment), yaitu subjek harus diperlakukan secara adil dan baik sebelum, selama, dan
26
5.3.2 Hak dijaga kerahasiaannya (Right to privacy), yaitu subjek mempunyai hak
untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu
perlu adanya anonymity (tanpa nama) dan confidentiality (rahasia)
7. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi sebagai
alat pengumpulan data, yaitu dengan cara mengamati setiap tindakan yang dilakukan
untuk pencegahan penyebaran infeksi dengan menggunakan lembar cheklist. Item obsevasi
terdiri dari 29 pernyataan, dengan pilihan jawaban yaitu melakuan dan tidak melakukan
suatu tindakan, yaitu pernyataan disusun berdasarkan pelaksanaan tindakan pencegahan
penyebaran infeksi pada proses pertolongan persalinan, yang meliputi tindakan cuci tangan
5 item observasi, pemakaian sarung tangan 5 item observasi, penggunaan peralatan tajam 4
item observasi, pemrosesan alat bekas pakai 9 item observasi dan pengelolaan sampah
medik (termasuk kebersihan dan kerapian) masing-masing 6 item observasi.
Pernyataan item observasi disusun berdasarkan skala Guttman yaitu skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas dan konsisten, jika tindakan dilakukan diberi
skor 1 dan dan jika tindakan tidak dilakukan diberi skor 0. Dari hasil perolehan skor maka
kategori penilaian dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu dilakukan dan tidak
dilakukan.
8. Pengumpulan Data
8.1 Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang
diperoleh langsung dari responden yaitu Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja
Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat.
8.2 Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti setelah mendapat surat ijin penelitian
8.3 Mengajukan surat permohonan ijin pelaksanaan penelitian kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kota Medan.
8.4 Melakukan pendekatan kepada masing-masing responden
8.5 Menanyakan persetujuan responden menjadi responden secara sukarela.
8.6 Setelah calon responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar
persetujuan (Informed Consent).
8.7 Menjelaskan tujuan penelitian kepada responden
8.8 Peneliti mengamati setiap tindakan yang dilakukan oleh bidan dalam proses
pencegahan penyebaran infeksi pada proses persalinan sesuai dengan item dan
memberi penilaian.
8.9 Peneliti memeriksa kelengkapan data secara keseluruhan, sehingga data yang
diperoleh terpenuhi, kemudian dianalisis.
9. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini adalah Analisis Univariat yang bertujuan untuk
menjelaskan atau mendriskipsikan karaktristik setiap variabel penelitian. Analisis ini
berfungsi untuk meringkas data dari hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan
tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Setiap variabel dianalisa dengan
statistik deskriptif untuk dapat mendeskripsikan pelaksaan pencegahan penyebaran infeksi
28 BAB V
HASIL PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan pelaksanaan pencegahan
penyebaran infeksi oleh bidan di wilayah kerja puskesmas sei agul kecamatan medan barat.
Hasil penelitian disajikan sebagai berikut.
1. Karakteristik Responden Penelitian
Hasil penelitian berdasarkan usia menunjukan rata-rata usia responden adalah
31,7 tahun (SD: 11,73), dimana lebih dari setengah responden (60,0%) berusia dewasa
muda (20-35 tahun). Berdasarkan lamanya bekerja, rata-rata lama bekerja responden
adalah 7,2 tahun (SD: 5,63), dimana hampir setengah responden (40,0%) telah bekerja
selama kurang dari 5 tahun, 5 sampai 15 tahun (30,0%) dan lebih dari 15 tahun (30,0%).
Berdasarkan pendidikan terakhir, mayoritas responden (90,0%) berpendidikan Diploma
DIII Kebidanan. Distribusi Frekuensi dari karakteristik responden dapat terlihat pada
tabel 5.1 dibawah.
Tabel 5.1 Distribusi karakteristik Responden yang Melakukan tindakan pencegahan infeksi di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015 (n: 10)
Karakteristik responden frekuensi %
2. Data Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi
Hasil penelitian berdasarkan tindakan pencegahan infeksi menunjukan rata -rata
nilai 26,30 (SD: 2,21), dimana mayoritas responden (80,0%) melakukan pencegahan
infeksi dan hanya kurang dari seperempat responden (20,0%) tidak melakukan
pencegahan infeksi.
Distribusi frekuensi dari pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi dapat terlihat
pada tabel 5.2 dibawah.
Tabel 5. 2 Distribusi Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015 (n:10)
Pelaksanaan PI Frekuensi %
Melakukan PI 8 80,0
Tidak melakukan PI 2 20,0
Mean= 26,30 SD= 2,214 Min= 23 Max=29
3. Pelaksanaan Pencegahan Infeksi
Hasil penelitian pelaksanaan pencegahan infeksi yang teringgi dilakukan yaitu
pemrosesan alat bekas pakai dengan rata-rata nilai 8,40 (SD: 0,69) dan pelaksanaan
pencegahan infeksi terendah yaitu penggunaan peralatan tajam secara aman dengan
rata-rata nilai 3,50 (SD: 0,53).
Nilai rata-rata dan standar deviasi dari pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi
dapat terlihat pada tabel 5.9 dibawah.
Tabel 5.3 Nilai Rata-Rata dan Standar Deviasi Pencegahan Penyebaran Infeksi oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat Tahun 2015 (n=10)
NO Pencegahan Infeksi Mean SD
4. Pemrosesan alat bekas pakai 8,40 0,69
30
3.1 Pemrosesan Alat Bekas Pakai
Hasil penelitian pelaksanaan pencegahan infeksi berupa pemrosesan alat
bekas pakai oleh bidan menunjukkan pada tahap dekontaminasi, Dalam pemrosesan
alat bekas pakai petugas menggunakan sarung tangan dan benda-benda yang
terkontaminasi segera dimasukkan ke dalam larutan klorin dengan rata-rata nilai
masing-masing 1,00 (SD:0,00), alat-alat instrumen bekas pakai direndam di larutan
klorin selama 10 menit dengan rata-rata nilai 0,90 (SD:0,31). Pada tahap pencucian
dan pembilasan, bidan melakukan pencucian alat bekas pakai selalu memakai
sarung tangan, alat-alat yang yang akan dicuci sudah didekontaminasi terlebih
dahulu dengan rata-rata nilai masing-masing 1,00 (SD: 0,31) , Alat instrumen bekas
pakai disikat dengan air sabun untuk menghilangkan sisa darah dari instrumen
dengan rata-rata nilai 0,90 (SD:0,31), setiap benda sedikitnya disikat 3X dengan air
sabun memiliki rata-rata nilai 0,60 (SD: 0,51). Pada tahap sterilisasi Alat instrumen
disterilkan dengan cara merebus hingga mendidih dan alat instrumen disimpan
dalam wadah tertutup rapat masing-masing memiliki rata-rata nilai 1,00 (SD:0,00)
Rata-rata nilai dan standar deviasi dari pelaksanaan tindakan pencegahan
Tabel 5.4 Rata-rata nilai dan standar deviasi Pelaksanaan pencegahan infeksi berupa Pemrosesan alat bekas pakai Oleh bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015 (n=10)
N
Dalam pemrosesan alat bekas pakai petugas menggunakan sarung tangan
10 100 1,00 0,00
2. Benda-benda yang terkontaminasi segera dimasukkan ke dalam larutan klorin.
10 100 1,00 0,00
3. Alat-alat instrumen bekas pakai direndam di larutan klorin selama 10 menit.
9 90 0,90 0,31
b. Pencucian dan Pembilasan
4. Melakukan pencucian alat bekas pakai, selalu memakai sarung tangan.
10 100 1,00 0,00
5. Alat-alat yang yang akan dicuci, sudah didekontaminasi terlebih dahulu.
10 100 1,00 0,00
6. Alat instrumen bekas pakai disikat dengan air sabun untuk menghilangkan sisa darah dari instrumen.
9 90 0,90 0,31
7. Setiap benda sedikitnya disikat 3X dengan air sabun.
6 60 0,60 0,51
c. Sterilisasi
8.
Alat instrumen disterilkan dengan cara merebus hingga mendidih lalu dikukus.
10 100 1,00 0,00
9.
Alat instrumen disimpan dalam wadah tertutup rapat.
10 100 1,00 0,00
3.2 Kebersihan dan pengelolaan Sampah Medik
Hasil penelitian pelaksanaan pencegahan infeksi berupa pengelolaan
sampah medik oleh bidan menunjukkan bahwa benda-benda tajam yang
terkontaminasi ditempatkan pada tempat sampah yang tahan bocor, Singkirkan
sampah terkontaminasi dengan cara dibakar. Jika hal ini tidak memungkinkan,
kubur bersama wadahnya, percikan darah yang di tempat tidur dibersihkan terlebih
32
0,00), sampah yang terkontaminasi segera dimasukkan ke dalam tempat sampah
atau kantong plastik kemudian di buang, bidan mencegah terjadinya kontak antara
sampah yang terkontaminasi dengan permukaan luar kantong masing- masing
memiliki rata-rata nilai 0,90 (SD: 0,316)
Rata-rata nilai dan standar deviasi dari pelaksanaan tindakan pencegahan
infeksi berupa pengelolaan sampah medik dapat terlihat pada tabel 5.5 dibawah.
Tabel 5.5 Rata-rata nilai dan standar deviasi Pelaksanaan pencegahan infeksi berupa Pengelolaan sampah medik Oleh bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015 (n=10)
NO. Pernyataan Hasil
f % Mean SD
2. Benda-benda tajam yang terkontaminasi, ditempatkan pada tempat sampah yang tahan bocor.
10 100 1,00 0,00
4. Singkirkan sampah terkontaminasi dengan cara dibakar. Jika hal ini tidak memungkinkan, kubur bersama wadahnya.
10 100 1,00 0,00
5. percikan darah yang di tempat tidur dibersihkan terlebih dahulu dengan larutan klorin kemudian air dtt.
10 100 1,00 0,00
6. Bersihkan dinding, gorden, dan tirai sesering mungkin untuk mencegah terkumpulnya debu. Bila terpercik darah segera bersihkan dengan klorin 0,5%.
10 100 1,00 0,00
1. Sampah yang terkontaminasi segera dimasukkan ke dalam tempat sampah atau kantong plastik yang berbeda dengan sampah kering.
9 90 0,90 0,31
3. Bidan mencegah terjadinya kontak antara sampah yang terkontaminasi dengan permukaan luar kantong
3.3 Cuci Tangan
Hasil penelitian pelaksanaan pencegahan infeksi berupa cuci tangan oleh
bidan menunjukkan bahwa bidan melepaskan seluruh perhiasan di jari dan tangan
sebelum melakukan prosedur cuci tangan, membasahi tangan dengan air bersih dan
mengalir sampai ke siku tangan, menggunakan sabun untuk mencuci tangan, dan
mengeringkan tangan dengan cara diangin-anginkan atau dikeringkan dengan kertas
tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering masing- masing memiliki rata-rata
nilai 1,00 (SD: 0,00), Bidan mencuci tangan dengan prosedur 7 langkah dengan
rata-rata nilai 0,70 (SD:0,43).
Rata-rata nilai dan standar deviasi dari pelaksanaan tindakan pencegahan
infeksi berupa cuci tangan dapat terlihat pada tabel 5.6 dibawah.
Tabel 5.6 Rata-rata nilai dan standar deviasi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Berupa Cuci Tangan oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015 (n=10)
N o
Aspek yang dinilai Hasil
f % Mean SD
1. Bidan melepaskan seluruh perhiasan di jari dan tangan sebelum melakukan
5 Bidan mengeringkan tangan dengan cara diangin-anginkan atau dikeringkan dengan kertas tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
10 100 1,00 0,00
4. Bidan mencuci tangan dengan prosedur 7 langkah
34
3.4 Pemakaian Sarung Tangan
Hasil penelitian pelaksanaan pencegahan infeksi berupa penggunaan sarung
tangan oleh bidan menunjukkan bahwa bidan memakai sarung tangan yang sesuai
dengan ukuran tangan, memakai sarung tangan dengan benar,dengan
memperhatikan ibu jari tangan dari sarung tangan.Ibu jari dari sarung tangan
menandakan sarung tangan itu untuk tangan kiri dan sebaliknya masing- masing
memiliki rata-rata nilai 1,00 (SD: 0,000), dengan satu tangan sarung tangan diambil
dengan cara memegang sebelah dalam yang dilipat keluar memiliki rata-rata nilai
0,90 (SD: 0,316), Setelah sarung tangan terpasang lipatan tadi dibiarkan dan dengan
tangan yang telah mengenakan sarung tangan bidan mengambil sarung tangan yang
sebelahnya dengan cara menyelinapkan tangan ke celah lipatan sarung tangan
memiliki rata-rata nilai 0,60 (SD: 0,516), bidan mengenakan sarung tangan dengan
benar, kemudian merapikan lipatan memiliki rata-rata nilai 0,40 (SD: 0,516).
Rata-rata nilai dan standar deviasi dari pelaksanaan tindakan pencegahan
Tabel 5.7 Rata-rata nilai dan standar deviasi Pelaksanaan pencegahan infeksi berupa penggunaan sarung tangan Oleh bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015 (n=10)
No Aspek yang dinilai Hasil benar,dengan memperhatikan ibu jari tangan dari sarung tangan.Ibu jari dari sarung tangan menandakan sarung tangan itu untuk tangan kiri dan sebaliknya.
10 100 1,00 0,00
3. Dengan 1 tangan sarung tangan diambil dengan cara memegang sebelah dalam yang dilipat keluar
9 90 0,90 0,31
4. Setelah sarung tangan terpasang lipatan tadi dibiarkan dan dengan tangan yang telah mengenakan sarung tangan bidan mengambil sarung tangan yang sebelahnya dengan cara menyelinapkan tangan ke celah lipatan sarung tangan
6 60 0,60 0,51
5. Bidan mengenakan sarung tangan dengan benar, kemudian merapikan lipatan.
4 40 0,40 0,51
3.5 Penggunaan Peralatan Tajam Secara Aman
Hasil penelitian pelaksanaan pencegahan infeksi berupa penggunaan
peralatan tajam secara aman oleh bidan menunjukkan bahwa bidan dengan hati-hati
melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk secara tidak sengaja memiliki
rata-rata nilai 1,00 (SD: 0,000),, dan bidan membuang benda-benda tajam dalam
wadah tahan bocor masing – masing memiliki rata-rata nilai 0,90 (SD:0,31), Bidan
meletakkan benda-benda tajam di atas baki steril memiliki rata-rata nilai 0,60
(SD:0,51
36
Tabel 5.8 Rata-rata nilai dan standar deviasi Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Berupa Penggunaan Peralatan Tajam Secara Aman Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2015 pemjahitan agar terhindar dari luka tusuk secara tidak sengaja.
10 100 1,00 0,00
3. Bidan menggunakan pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit dan tidak memegang jarum jahit dengan tangan.
9 90 0,90 0,31
1 Bidan meletakkan benda-benda tajam di atas baki steril
6 60 0,60 0,51
B. Pembahasan
Hasil penelitian pelaksanaan tindakan pencegahan penyebaran infeksi oleh bidan di
wilayah kerja puskesmas sei agul kecamatan medan barat menunjukkan rata-rata nilai
26,30 (SD: 2,214), dimana mayoritas responden (80,0%) telah melakukan pelaksanaan
pencegahan infeksi, hanya kurang dari seperempat responden (20,0%) tidak melakukan
pelaksanaan pencegahan infeksi.
Tindakan pencegahan infeksi merupakan bagian esensial dari asuhan yang lengkap
yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir, dan harus dilaksanakan secara rutin dan
komprehensif pada saat memberikan asuhan pelayanan kebidanan. Tepatnya saat
memberikan asuhan dasar selama kunjungan antenatal, persalinan dan pasca persalinan. Tindakan ini harus diterapkan dalam aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru
lahir, keluarga dan penolong persalinan (Jaringan Nasional Pelatihan Klinik, 2007).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan pencegahan penyebaran infeksi
(SD:0,69) dan pelaksanaan pencegahan infeksi terendah yaitu penggunaan peralatan tajam
secara aman dengan rata-rata nilai 3,50 (SD: 0,52).
hasil penelitian ini sejalan dngan penelitian yang dilakukan Pryana (2008)
tentang penatalaksanaan pencegahan infeksi dalam menangani persalinan di Klinik
bersalin Griya Medika di Banjar Tulang Bawang Jawa tengah, mendapati hasil bahwa
tindakan responden dalam hal pemrosesan alat bekas pakai menunjukkan bahwa
sebagian besar dengan kategori tindakan kompeten yaitu 21 orang (61,8%). Dari hasil
observasi yang dilakukan peneliti mengenai pemrosesan alat bekas pakai, tindakan
responden dalam hal menyikat alat instrumen dilakukan dengan benar.
Sarwono (2008) mengemukakan bahwa memori atau daya ingat seseorang itu salah
satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa dengan
bertambahnya umur seseorang maka, dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan
yang diperoleh.
Pendidikan dianggap memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas
manusia melalui pendidikan. Manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan dan
dengan pengetahuan manusia akan dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih
baik. Implikasinya semakin tinggi tingkat pendidikan hidup manusia akan semakin
berkualitas, dimana semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan semakin mudah untuk
menerima hal-hal yang baru dan mudah menyesuaikan diri dengan hal-hal baru tersebut,
tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa pendidikan rendah punya pengetahuan dan sikap
yang lebih baik. (Machfoedz, 2003)
Pengalamam adalah guru yang paling baik mengajarkan kita tentang apa yang telah
38
penyelesaikan pekerjaan. Lama bekerja dapat diartikan dengan pengalaman seseorang
selama memberikan pelayanan kebidanan baik di instansi pemerintah atau swasta.
(Mangkuprawira, 2004).
Hal ini menunjukan bahwa umur, tingkat pendidikan dan pengalaman (lama
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan pada bab sebelumnya dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Tindakan pencegahan infeksi berupa cuci tangan menunjukan rata-rata nilai 4,70
(SD:0,84)
2. Tindakan pencegahan infeksi berupa Pemakaian sarung tangan menunjukan rata
-rata nilai 3,90 (SD: 0,99)
3. Tindakan pencegahan infeksi berupa Penggunaan peralatan tajam secara aman
menunjukan rata-rata nilai 3,50 (SD: 0,52)
4. Tindakan pencegahan infeksi berupa Pemrosesan alat bekas pakai menunjukan
rata-rata nilai 8,40 (SD: 0,69)
5. Tindakan pencegahan infeksi berupa Pengelolaan sampah medik menunjukan rata
-rata nilai 5,80 (SD: 0,63)
B. Saran
1. Kepada Bidan Praktek Swasta
Diharapkan kepada Bidan Praktek Swasta sebagai tenaga kesehatan lebih
meningkatkan pengalaman, pengetahuan, kualitas pelayanan dalam pencegahan
infeksi.
2. Kepada organisasi profesi
Diharapkan kepada organisasi profesi untuk lebih memfasilitasi Bidan Praktek
Swasta dalam melakukan pertolongan persalinan, sehingga Bidan Praktek Swasta
40
3. Kepada peneliti selanjutnya
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat menyempurnakan
penelitian ini, merincikan penelitian ini, dan memperdalam masalah – masalah yang
berkaitan dengan pencegahan infeksi. Misalnya dengan melakukan penelitian yang
DAFTAR PUSTAKA
Barata, D. ( 2008 ). Selamatkan Ibu dan Anak Indonesia. Http:// www.dinkes.com. Depkes RI. (2004). Asuhan Persalinan Normal, Jakarta: Departemen kesehatan.
Dinkes, Provsu. ( 2008 ). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Medan: Dinkes Provinsi Sumatera Utara.
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2011). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, Asri. (2010). Asuhan kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Mulia Medika
JNPK-KR. (2008). Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: Jaringan Nasional Pelatihan Klinik.
Manuaba, Ida Bagus Gde. ( 2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan . Jakarta : EGC
Notoadmodjo, Soekidjo. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nurasiah, Ai. (2012). Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. Bandung : Refika Aditama Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
skripsi, tesis, dan intrumen penelitian keperawatan. Edisi 1, Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman skripsi, tesis, dan intrumen penelitian keperawatan. Edisi 2, Jakarta: Salemba Medika
Prawirohardjo, Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. (2004). Panduan Pencegahan Infeksi untuk fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. (2013). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : EGC
Sofyan Mustika. (2006). Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta: EGC
Lampiran 1
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Saya mahasiswa program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui
Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan
oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat Tahun 2015.
Saya sangat mengharapkan kesediaan saudara untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini, dimana saya tidak akan memberikan dampak yang negatif pada profesi
saudara dari hasil penelitian ini. Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela,
sehingga saudara bebas untuk mengundurkan diri kapan saja tanpa ada sanksi apapun.
Semua informasi yang saudara berikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan
untuk penelitian ini.
Jika saudara bersedia menjadi responden penelitian ini, maka silahkan saudara
menandatangani formulir ini.
Medan, April 2015
Responden Peneliti
Lampiran 2
No.Responden : ……… Tanggal :
Karakteristik Responden
1. Umur :
2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja:
3. Pendidikan Bidan :
DI
DIII
DIV
4. Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)
Ya