• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktik Swasta di Wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktik Swasta di Wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2010"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI PADA PROSES PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH BIDAN PRAKTEK SWASTA

(BPS) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2010

095102059

MASTAIDA TAMBUN

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D- IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, JULI 2010 Mastaida Tambun

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktik Swasta di Wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan

Tahun 2010

ix + 58 hal + 2 skema + 13 tabel + 8 lampiran Abstrak

Ibu bersalin yang menerima pelayanan medis, baik di rumah sakit atau kilinik bersalin,dihadapkan kepada resiko terjadinya infeksi. Kejadian infeksi dapat dicegah dan diminimalkan kejadiannya dengan upaya pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama ketika melakukan pertolongan persalinan yang meliputi: tindakan cuci tangan, memakai sarung tangan pengelolaan sampah medik, pengelolaan cairan anti septik, dan pemrosesan alat bekas pakai.Tujuan penelitian ini untuk untuk mengidentifikasi pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan. Desain dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan populasi 34 orang dan Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan total sampel yaitu seluruh populasi dijadikan sebagai sampel.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan responden berdasarkan prosedur cuci tangan, sebagian besar kategori tindakan benar (52,9%). Berdasarkan pemakaian sarung tangan sebagian besar dengan kategori tindakan benar (73,5%). Berdasarkan pengelolaan cairan antiseptik sebagian besar dengan kategori tindakan tidak benar (94,1%). Berdasarkan pemrosesan alat bekas pakai sebagian besar dengan kategori tindakan tidak benar (61,8%). Berdasarkan pengelolaan sampah medik sebagian besar dengan kategori tindakan tidak benar (70,6%). Diharapkan bidan praktek swasta meningkatkan ilmu serta mengikuti pelatihan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan sesuai dengan standar operasional prosedur, yang meliputi kompetensi teknis penolong persalinan yaitu prosedur cuci tangan, memakai sarung tangan, mengelola cairan anti septik, pemrosesan alat bekas pakai dan pengelolaan sampah medik.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2010”

Adapun tujuan dari penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini, merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi penulis dalam menyelesaikan pendidikan Program D-IV Bidan pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, berbagai pihak turut memberikan bantuan, atau bimbingan. Untuk itu, pada kesempatan yang berharga ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. Selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas SumateUtara.

2. dr. Murniati Manik, M.Sc. Sp.KK. Selaku Ketua Program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Rina Amelia, MARS, selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah, yang telah banyak memberikan masukan dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Seluruh dosen dan staf pegawai Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah ikut membantu dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Keluarga besar penulis yang selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian Karya

(4)

6. Seluruh teman mahasiswa DIV bidan pendidik yang telah menyumbangkan saran dalam menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah ini

7. Pimpinan Puskesmas Medan Tuntungan, serta pegawai yang turut membantu dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari, bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih belum sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Karya Tulis ini, agar dapat bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Desember 2009 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Defenisi Tindakan ... 7

B. Defenisi Bidan ... 7

C. Defenisi Pencegahan Infeksi ... 7

1. Tujuan Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi ... . 8

2. Prinsip-prinsip Tindakan Penceghan Infeksi...9

D Pelaksanan Tindakan Pencegahan Infeksi...9

1. Cuci Tangan ...10

2. Pemakaian sarung Tangan...11

3. Pengelolaan cairan Antiseptik...12

4. Pemrosesan alat bekas pakai...12

(6)

BAB III KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep... 25

B. Defenisi Operasional ... 26

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain penelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

D. Pertimbangan Etik Penelitian ... 29

E. Instrumen Penelitian ………. …30

F. Prosedur Pengumpulan Data ... 31

G. Analisis Data ... 31

BAB V Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian ... 3

1. Karakteristik Responden ... 33

2. Tindakan Pencegahan Infeksi Pada Proses Pertolongan Persalinan... 34

A. Prosedur Cuci Tangan ... 34

B. Pemakaian Sarung Tangan ... 37

C. Pengelolaan Cairan Antiseptik ... 39

D. Pemrosesan Alat Bekas Pakai ... 42

E. Pengelolaan Sampah Medik ... 44

B. Pembahasan ... 47

A. Tindakan Responden Berdasarkan Prosedur Cuci Tangan 47 B. Tindakan Responden Berdasarkan Pemakaian Sarung Tangan ... 49

C. Tindakan Responden Berdasarkan Pengelolaan Cairan Antiseptik ... 50

D. Tindakan Responden Berdasarkan Pemrosesan Alat Bekas Pakai ... 53

(7)

BAB VI Kesimpulan dan Saran

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Proses Dekontaminasi ... 21 Tabel 3.1. Defenisi Operasional ... 26 Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden di Wilayah kerja

Puskesmas Medan Tuntungan ... 33 Tabel 5.2. Distribusi Item Observasi Tindakan Responden Dalam Hal

Prosedur Cuci Tangan di Wilayah kerja Puskesmas Medan

Tuntungan ... 35 Tabel 5.3 Distribusi Kategori Tindakan Responden Berdasarkan

Prosedur Cuci Tangan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan

Tuntungan ... 36 Tabel 5.4 Distribusi Item Observasi Tindakan Responden Dalam

Prosedur Pemakaian Sarung Tangan di Wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan ... 37 Tabel 5.5. Distribusi Kategori Tindakan Responden Berdasarkan

Prosedur Pemakaian Sarung Tangan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan ... 38 Tabel 5.6 Distribusi Item Observasi Tindakan Responden Dalam

Prosedur Pengelolaan Cairan Antiseptik di Wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan ... 40 Tabel 5.7. Distribusi Kategori Tindakan Responden Berdasarkan Prosedur

Pengelolaan Cairan Anntiseptik di Wilayah Kerja Puskesmas

(9)

Tabel 5.8. Distribusi Item Observasi Tindakan Responden Dalam Prosedur Pemrosesan Alat Bekas Pakai di Wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan ... 43 Tabel 5.9. Distribusi Kategori Tindakan Responden Berdasarkan

Pemrosesan Alat Bekas Pakai di Wilayah Kerja Puskesmas

Medan Tuntungan ... 44 Tabel 5.10. Distribusi Item Observasi Tindakan Responden Dalam Prosedur

Pengelolaan Sampah Medik di Wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan ... 45 Tabel 5.11. Distribusi Kategori Tindakan Responden Berdasarkan

Pengelolaan Sampah Medik di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan ... 46

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Formulir Persetujuan Penelitian (Informed Consent) 2. Kuesioner Penelitian

3. Master Data 4. Output SPSS

5. Surat Izin Penelitian dari D-IV Bidan Pendidik

(11)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, JULI 2010 Mastaida Tambun

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktik Swasta di Wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan

Tahun 2010

ix + 58 hal + 2 skema + 13 tabel + 8 lampiran Abstrak

Ibu bersalin yang menerima pelayanan medis, baik di rumah sakit atau kilinik bersalin,dihadapkan kepada resiko terjadinya infeksi. Kejadian infeksi dapat dicegah dan diminimalkan kejadiannya dengan upaya pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama ketika melakukan pertolongan persalinan yang meliputi: tindakan cuci tangan, memakai sarung tangan pengelolaan sampah medik, pengelolaan cairan anti septik, dan pemrosesan alat bekas pakai.Tujuan penelitian ini untuk untuk mengidentifikasi pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan. Desain dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan populasi 34 orang dan Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan total sampel yaitu seluruh populasi dijadikan sebagai sampel.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan responden berdasarkan prosedur cuci tangan, sebagian besar kategori tindakan benar (52,9%). Berdasarkan pemakaian sarung tangan sebagian besar dengan kategori tindakan benar (73,5%). Berdasarkan pengelolaan cairan antiseptik sebagian besar dengan kategori tindakan tidak benar (94,1%). Berdasarkan pemrosesan alat bekas pakai sebagian besar dengan kategori tindakan tidak benar (61,8%). Berdasarkan pengelolaan sampah medik sebagian besar dengan kategori tindakan tidak benar (70,6%). Diharapkan bidan praktek swasta meningkatkan ilmu serta mengikuti pelatihan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan sesuai dengan standar operasional prosedur, yang meliputi kompetensi teknis penolong persalinan yaitu prosedur cuci tangan, memakai sarung tangan, mengelola cairan anti septik, pemrosesan alat bekas pakai dan pengelolaan sampah medik.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Word Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 585.000 ibu

meninggal saat hamil dan bersalin setiap tahunnya. Di Amerika Utara 1:6 wanita diperkirakan meninggal akibat kehamilan dan persalinan. Negara Afrika 1:4, sedangkan di Asia Selatan 1:18. Sementara di Malasia Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 39 per 100 000 kelahiran hidup, Singapura 6 per 100. 000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Filiphina 170 per 100.000 kelahiran hidup dan Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup (Zoelkifly, 2007, ¶ 1,http:www. wordpress.com

Indonesia sampai saat ini merupakan negara dengan AKI paling tinggi di Asia. Berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007-2008 kematian ibu hamil dan bersalin mencapai 265 per 100.000 kelahiran hidup. Dari beberapa kota di Indonesia seperti di Jawa dan di Bali kematian maternal mencapai 0,7% dari AKI secara nasional per tahunnya. Penyebab utama kematian ibu, disebabkan oleh perdarahan yang diperkirakan (55-70%) terutama karena perdarahan postpartum, partus lama hingga kejadian infeksi 15-20% dan kasus eklampsia (10-15%), (Barata, 2008).

diperoleh tanggal 09 September 2009.

(13)

disebabkan oleh perdarahan, yang diperkirakan setiap bulan mencapai 150 kasus, kemudian komplikasi persalinan (45%), retensio plasenta (21%), robekan jalan lahir partus lama (11%), komplikasi selama nifas (5%), infeksi (4%) (Dinkes Propsu, 2008). Infeksi merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Ibu bersalin yang menerima pelayanan medis dan kesehatan, baik di rumah sakit atau kilink bersalin, dihadapkan kepada resiko terjadinya infeksi. Kejadian infeksi sebenarnya dapat dicegah dan diminimalkan kejadiannya, dengan upaya melaksanakan tindakan pencegahan infeksi dalam memberikan pelayanan kesehatan. Tepatnya ketika melakukan pertolongan persalinan, karena semua ibu bersalin sangat mendambakan proses persalinan yang aman, bersih dan sehat sesuai dengan pilar ketiga Safe Motherhood, yang juga merupakan aspek ketiga dari lima benang merah asuhan persalinan yang dikategorikan sebagai asuhan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan atau bidan (Saifuddin, 2004).

Tindakan pencegahan infeksi merupakan bagian esensial dari asuhan yang lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir, dan harus dilaksanakan secara rutin dan komprehensif pada saat memberikan asuhan pelayanan kebidanan. Tepatnya saat memberikan asuhan dasar selama kunjungan antenatal, persalinan dan paska persalinan. Tindakan ini harus diterapkan dalam aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga dan penolong persalinan (Jonhson et all, 2005).

(14)

mempunyai resiko untuk tertular, dan menularkan, bila tidak melaksanakan tindakan pencegahan infeksi ( Saifuddin, 2004).

Bidan sebagai salah satu petugas kesehatan dan penolong persalinan yang profesional, dalam memberikan asuhan kebidanan, sangat berkemungkinan untuk ditulari dan menularkan kuman dari dan kepada kliennya yang dapat menimbulkan terjadinya infeksi. Oleh karena itu, prinsip pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi harus tetap dilaksanakan dan ditingkatkan, sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan untuk mencegah dan mengurangi kejadian morbiditas hingga mortalitas (Sofyan Mustika, 2006).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada Tanggal 11 November 2009 di wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan. Ibu bersalin periode Januari-Desember 2008 adalah sebanyak 130 orang. Dari 130 orang ibu bersalin diantaranya ditemukan ibu bersalin dengan penyulit 5 orang, ketuban pecah dini 8 orang, Pre Eklampsi adalah 8 orang, seksio sesarea 23 orang, Perdarahan Antepartum Haemorogik 5 orang. Retensio Plasenta ada 3 orang, Postdate 2 orang, dan 84 orang ibu dengan persalinan normal, yang persalinannya ditolong oleh bidan praktek swasta dalam proses persalinan. (Laporan Bulanan Periode Januari-Desember 2008).

(15)

medis, apakah pencegahan infeksi pada saat pertolongan persalinan dilakukan sesui dengan pedoman pencegahan infeksi?

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian. Bagaimana pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi yang dilaksanakan oleh Bidan Praktek Swasta pada saat memberikan asuhan pertolongan persalinan di Wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan Periode 2010?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan tindakan cuci tangan pada proses pertolongan persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan.

b. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan tindakan pemakaian sarung tangan pada proses pertolongan persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan.

c. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan tindakan pengelolaan cairan

(16)

d. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan tindakan pemrosesan alat bekas pada proses pertolongan persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah kerja Medan Tuntungan.

e. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan tindakan pengelolaan sampah pada proses pertolongan persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menjadi pedoman dan pengalaman serta sarana pengembangan diri yang sangat berharga, untuk menerapkan ilmu dalam pelayanan kebidanan 2. Bagi Praktek Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan atau ide-ide baru dalam menerapkan ilmu pelayanan dalam praktek kebidanan, khususnya

tentang pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan. 3. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan dalam menerapkan asuhan kebidanan yang komprehensif dan bermutu dalam melakukan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan yang pada akhirnya akan menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.

4. Bagi Peneliti Lain

(17)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Tindakan

Defenisi tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan.

Tindakan mempunyai beberapa tingkatan yaitu :

a. Persepsi (perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek yang akan dilakukan.

b. Respon terpimpin yaitu melakukan segala sesuatu sesuai dengan urutan yang benar. c. Mekanisme yaitu melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis

d. Adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan yang yang sudah berkembang dan dilakukan dengan baik (Notoatmodjo Soekidjo 2007).

B. Bidan

Defenisi Bidan adalah seorang wanita yang telah menyelesaikan pendidikan bidan dan sudah mempunyai izasah, dan telah mendapat pengakuan dari negara dan diberi lisensi oleh pemerintah untuk mengaplikasikan ilmunya dengan buka praktek (Suryani Soepardan, 2008).

C. Pencegahan Infeksi

(18)

1. Tujuan Pelaksanaan Tindakan Infeksi

a. Untuk meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme.

b. Untuk menurunkan resiko penularan penyakit yang mematikan, seperti Hepatitis dan

c.HIV (AIDS)

Pencegahan infeksi merupakan hal yang esensial dalam memberikan asuhan lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong persalinan. Saat memberikan asuhan dasar selama kunjungan antenatal, proses pertolongan persalinan dan nifas. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, serta penolong persalinan atau tenaga kesehatan. Juga upaya-upaya menurunkan resiko terjangkit atau terinfeksi mikroorganisme yang menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya (Saifuddin, 2004). 2. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi

a.Setiap orang, baik ibu, bayi baru lahir, dan penolong persalinan harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik atau tanpa gejala.

b.Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.

c.Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan telah bersentuhan dengan kulit tak utuh seperti selaput mukosa atau darah, harus dianggap terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan proses

pencegahan infeksi secara benar.

d.Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi.

(19)

sekecil mungkin kejadiannya dengan melaksanakan prosedur tindakan pencegahan infeksi yang benar dan konsisten (Taylor Wendy 2005). D. Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi

Ada berbagai tindakan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau mencegah mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu yang lain yang dapat menyebarkan infeksi, yaitu pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi dengan cara melakukan tindakan-tindakan esensial sebagai berikut :

A. Cuci tangan

B. Memakai sarung tangan C. Pengelolaan cairan antiseptik D. Pemprosesan alat bekas pakai E. Mengelola sampah medik A. Cuci Tangan

Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari pencegahan timbulnya infeksi yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.

Prosedur cuci tangan :

1. Melepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan. 2. Membasahi tangan dengan air bersih dan air mengalir.

3. Menggosok dengan kuat kedua tangan dengan menggunakan sabun biasa atau yang mengandung anti mikroba selama 15 sampai 30 detik dan telah di pastikan sudah menggosok sela-sela jari. Tangan yang terlihat kotor harus dicuci lebih lama.

(20)

5. Membiarkan tangan kering dengan diangin-anginkan atau dikeringkan dengan kertas tisu yang bersih dan kering atau handuk pribadi yang bersih dan kering. 6. Bila menggunakan sabun padat misalnya sabun batangan, gunakan dalam

potongan-potongan kecil dan tempatkan sabun dalam wadah yang berlubang- lubang untuk mencegah air menggenangi sabun tersebut.

7. Jangan mencuci tangan dengan mencelupkannya ke dalam wadah berisi air meskipun air tersebut sudah ditambah larutan antiseptik, karena Mikroorganisme dapat bertahan hidup dan berkembang biak dalam larutan tersebut.

8. Bila tidak tersedia air mengalir :

a. Menggunakan ember tertutup dengan kran yang bisa ditutup pada saat mencuci tangan dan dibuka kembali jika ingin membilas.

b. Menggunakan botol yang sudah diberi lubang agar air bisa mengalir. c. Minta orang lain menyiramkan air ke tangan.

d. Menggunakan pencuci tangan yang mengandung anti mikroba berbahan dasar alkohol atau campuran bahan alkohol 60-90% kira-kira 100 mL dengan 2 mL gliserin. Kemudian menggosok kedua tangan hingga kering cara ini diulangi sampai tiga kali.

9. Mengeringkan tangan dengan handuk bersih dan kering. Jangan menggunakan handuk yang juga digunakan orang lain. Handuk basah atau lembab adalah tempat yang baik untuk mikroorganisme berkembang biak.

10. Bila tidak ada saluran air untuk membuang air yang sudah digunakan,

(21)

B. Pemakaian Sarung Tangan

Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah baik kulit tak utuh, selaput mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya maupun peralatan.

Jika sarung tangan diperlukan, ganti sarung tangan untuk menangani setiap ibu atau bayi baru lahir setelah terjadi kontak langsung untuk menghindari kontaminasi silang atau gunakan sarung tangan yang berbeda untuk situasi yang berbeda pula. Sarung tangan sekali pakai lebih dianjurkan, tapi jika sarananya sangat terbatas, sarung tangan bisa digunakan berulang kali tetapi lebih dahulu, yaitu dengan cara cuci dan bilas, atau desinfeksi tingkat tinggi maupun sterilisasi. Jika sarung tangan sekali pakai digunakan berulang kali, jangan diproses lebih dari tiga kali karena mungkin telah terjadi robekan atau lubang yang tidak terlihat memungkinkan sarung tangan dapat robek pada saat sedang digunakan.

Ada beberapa prosedur pelaksanaan tindakan yang memerlukan pakai sarung tangan diantaranya :

1. Mengambil sampel darah

2. Menghisap lendir dari jalan napas bayi baru lahir

3. Memegang dan membersihkan peralatan yang terkontaminasi 4. Memegang sampah yang terkontaminasi

5. Membersihkan percikan darah atau cairan tubuh (Depkes 2004). C. Pengelolaan Cairan Antiseptik

Cara pencegahan kontaminasi larutan antiseptik dan desinfektan :

(22)

2. Jika tersedia kemasan antiseptik besar, untuk pemakaian sehari-hari tuangkan ke dalam wadah lebih kecil untuk mencegah penguapan dan kontaminasi.

Buat jadwal rutin yang tetap, misalnya tiap minggu untuk menyiapkan larutan dan membersihkan wadah pemakaian sehari-hari. Berhati-hati untuk tidak mengkontaminasi pinggiran wadah pada saat menuangkan larutan ke wadah yang lebih kecil karena pinggiran wadah larutan utama tidak boleh bersentuhan dengan wadah yang lebih kecil.

3. Mengosongkan dan mencuci wadah dengan sabun dan air serta membiarkannya kering dengan cara diangin-anginkan setidaknya sekali seminggu dan tempelkan label bertuliskan tanggal pengisian ulang.

4. Menuangkan larutan antiseptik kegulungan kapas atau kasa dan jangan merendam gulungan kapas atau kasa di dalam wadah ataupun mencelupkannya ke dalam larutan antiseptik.

5. Menyimpan larutan di tempat yang dingin dan gelap (Jhonson, et all, 2005) D. Pemrosesan Alat Bekas Pakai

Pemrosesan peralatan yang telah bekas pakai, baik terbuat dari logam, maupun plastik, ataupun benda-benda lainnya, dalam upaya pencegahan infeksi. Pemrosesan alat bekas pakai diproses melalui tiga langkah pokok yaitu :

1. Dekontaminasi

(23)

terkontaminasi ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Daya kerja larutan klorin akan cepat mengalami penurunan sehingga harus diganti paling sedikit satu kali 24 jam, atau lebih cepat jika terlihat telah kotor atau keruh (Syafuddin, 2004).

Jumlah Bagian Air =

Diinginkan

Contoh : Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan klorin 5,25%

Jumlah Bagian Air = %

1. Tambahkan 9 bagian air ke dalam 1 bagian larutan klorin .

Catatan : Air tidak perlu dimasak

Sumber : (Syafuddin 2004).

Gambar 1 : Rumus Untuk Membuat Larutan Klorin 0,5% . 2. Pencucian dan Pembilasan

(24)

Perlengkapan atau bahan-bahan yang digunakan untuk mencuci peralatan :

a. Sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga yang terbuat dari bahan lateks.

b. Sikat halus, berupa sikat gigi

c. Tabung suntik, minimal ukuran 10 ml, untuk membilas bagian dalam kateter, termasuk kateter penghisap lendir.

d. Wadah plastik atau baja antikarat, seperti stainless steel. e. Air bersih

f. Sabun atau deterjen

Tahap-tahap pencucian dan pembilasan :

a) Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan. b) Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi.

c) Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastik atau karet, jangan dicuci segera bersamaan dengan peralatan yang terbuat dari logam.

d) Cuci setiap benda tajam secara terpisah dengan tahapan sebagai berikut:

1. Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah dan kotoran.

2. Buka engsel gunting dan klem.

3. Sikat dengan seksama terutama di bagian sambungan dan pojok peralatan. 4. Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada peralatan. 5. Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali atau lebih jika perlu dengan air dan sabun atau deterjen.

(25)

e) Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain.

Jika peralatan akan didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum memulai proses DTT.

Peralatan yang akan didesinfeksi tingkat tinggi secara dengan cara dikukus atau direbus, atau disterilisasi di dalam otoklaf atau oven panas kering, tidak usah dikeringkan sebelum proses DTT atau sterilisasi dimulai.

Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan dengan air dan sabun dan kemudian bilas secara seksama dengan menggunakan air bersih.

i) Gantungkan sarung tangan dan biarkan kering dengan cara diangin-anginkan.

Untuk mencuci kateter termasuk kateter penghisap lendir, lakukan tahap-tahap berikut ini :

a) Pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks pada kedua tangan.

b) Lepaskan penutup wadah penampung lendir (untuk kateter penghisap lendir). c) Gunakan tabung suntik untuk mencuci tangan bagian dalam kateter sedikitnya

tiga kali atau lebih jika perlu dengan air dan sabun atau deterjen. d) Bilas kateter menggunakan tabung suntik dan air bersih.

e) Letakkan kateter dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum dilakukan proses DTT.

3. Desinfeksi Tingkat Tinggi dan Sterilisasi

Desinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua mikroorganisme penyebab penyakit pada benda-benda mati atau instrumen.

(26)

Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme yaitu bakteri, jamur, parasit dan virus, termasuk endospora bakteri pada benda-benda mati atau instrumen.

DTT dapat dilakukan dengan cara merebus, mengukus atau secara kimiawi. DTT dengan cara merebus :

a) Gunakan panci dengan penutup yang rapat. b) Gunakan setiap kali mendesinfeksi peralatan.

c) Rendam peralatan sehingga semuanya terendam di dalam air. d) Mulai panaskan air.

e) Mulai hitung waktu saat air mulai mendidih.

f) Jangan tambahkan benda apapun ke dalam air mendidih setelah penghitungan waktu dimulai.

(1) Rebus selama 20 menit

(2) Catat lama waktu perebusan peralatan di dalam buku khusus.

(3) Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum digunakan atau disimpan, jika peralatan dalam keadaan lembab maka tingkat pencapaian desinfeksi tingkat tinggi tidak terjaga.

(4) Setelah peralatan kering, gunakan segera atau simpan dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi secara tertutup. Peralatan bisa disimpan sampai satu minggu asalkan penutupnya tidak dibuka .

DTT dengan uap panas :

a) Setelah sarung tangan didekontaminasi dan dicuci, maka sarung tangan ini siap DTT dengan uap tanpa diberi talck.

(27)

c) Gunakan bagian atas sarung tangan sehingga setelah DTT selesai, sarung tangan dapat dipakai tanpa membuat kontaminasi baru.

d) Letakkan sarung tangan pada baki atau nampan pengukus yang berlubang di bawahnya. Agar mudah dikeluarkan dari bagian atas panci pengukus, letakkan sarung tangan dengan bagian jarinya ke arah tengah panci. Jangan menumpuk sarung tangan lima sampai sepuluh pasang sarung tangan bisa diletakkan di panci pengukus tergantung dari diameter panci.

e) Ulangi proses tersebut hingga semua nampan pengukus terisi sarung tangan. Susun tiga nampan pengukus di atas panci perebus yang berisi air. Letakkan sebuah panci perebus kosong di sebelah kompor.

f) Letakkan penutup di atas panci pengukus paling atas dan panaskan air hingga mendidih. Jika air mendidih perlahan, hanya sedikit uap air yang dihasilkan dan suhunya mungkin tidak cukup tinggi untuk membunuh mikroorganisme.

g) Jika air mendidih terlalu cepat, air akan menguap dengan capat dan bahan bakar akan terbuang.

h) Jika uap mulai keluar dari celah-celah di antara panci pengukus, mulailah penghitungan waktu. Catat lamanya pengukusan sarung tangan dalam buku khusus. i) Kukus sarung tangan selama 20 menit.

j) Angkat nampan pengukus paling atas yang berisi sarung tangan dan goyangkan perlahan-lahan agar air yang tersisa pada sarung tangan dapat menetes keluar.

k) Letakkan nampan pengukus di atas panci perebus yang kosong di sebelah kompor. l) Ulangi langkah tersebut hingga semua nampan pengukus yang berisi sarung tangan

(28)

m) Biarkan sarung tangan kering dengan diangin-anginkan sampai kering di dalam panci selama 4-6 jam. Jika diperlukan segera biarkan sarung tangan menjadi dingin selama 5-10 menit dan kemudian gunakan dalam waktu 30 menit pada saat masih basah atau lembab (setelah 30 menit bagian jari sarung tangan akan menjadi lengket dan membuat sarung tangan sulit dipakai atau digunakan).

n) Jika sarung tangan tidak akan dipakai segera, setelah kering, gunakan cunam penjepit atau pinset desinfeksi tingkat tinggi untuk memindahkan sarung tangan. Letakkan sarung tangan tersebut dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi lalu tutup rapat sarung tangan bisa disimpan di dalam panci pengkus yang berpenutup rapat. Sarung tangan tersebut bisa disimpan sampai satu minggu.

DTT Kimiawi :

a) Letakkan peralatan yang kering, sudah didekontaminasi dan dicuci ke dalam wadah. Kemudian isi wadah tersebut dengan larutan kimia. Perlu diingat jika peralatan masih dalam kondisi basah sebelum direndam dalam larutan kimia maka dapat terjadi pengenceran tambahan terhadap larutan tersebut dan membuatnya menjadi kurang efektif.

b) Pastikan bahwa peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia. c) Rendam peralatan selama 20 menit.

d) Catat lama waktu peralatan direndam dalam larutan kimia di buku khusus

e) Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan sampai kering di wadah desinfeksi tingkat tinggi yang berpenutup rapat.

f) Setelah kering peralatan dapat digunakan dengan segera atau disimpan dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi yang berpenutup rapat.

(29)

a) Siapkan larutan klorin 0,5%.

Pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks pada kedua tangan.

b) Letakkan kateter yang sudah dicuci dan kering di dalam larutan klorin. Gunakan tabung suntik steril atau desinfeksi tingkat tinggi yang besar untuk membilas bagian dalam kateter dengan larutan klorin. Ulangi pembilasan tiga kali. Pastikan kateter terendam dalam larutan.

c) Biarkan kateter terendam selama 20 menit.

d) Gunakan tabung suntik desinfeksi tingkat tinggi atau steril yang besar dan air yang direbus sedikitnya 20 menit untuk membilas kateter.

e) Biarkan kateter kering dengan cara diangin-anginkan dan kemudian segera digunakan atau disimpan dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi yang bersih.

Selain DTT, petugas dapat menggunakan metode sterilisasi pada instrumen logam dan sarung tangan, yaitu :

a) Sterilisasi dengan otoklaf 106 pada temperatur 1210C selama 30 menit jika instrumen terbungkus dan 20 menit jika tidak terbungkus.

b) Panas kering pada temperatur 1700C selama 60 menit.

(30)

Langkah-langkah pemrosesan alat bekas pakai tersebut dapat dilihat pada gambar 2 sebagai berikut :

Rendam dalam larutan klorin 0,5%

DEKONTAMINASI

Selama 10 menit

Gunakan deterjen dan sikat

CUC DAN BILAS

Pakai sarung tangan tebal untuk menjaga agar tidak terluka oleh benda-benda tajam

Metode yang dipilih Metode alternatif

(Peralatan yang sudah diproses biasa disimpan dalam wadah tertutup yang

DINGINKAN DAN KEMUDIAN SIAP DIGUNAKAN

didesinfeksi tingkat tinggi sampai satu minggu jika wadahnya tidak dibuka) Sumber : Depkes RI, 2004

(31)
(32)

E. Pengelolaan Sampah Medik

Sampah terdiri dari yang terkontaminasi dan tidak terkontaminasi. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka penelitian difokuskan kepada sampah terkontaminasi (darah, nanah, urin, kotoran manusia, dan benda-benda yang tercemar oleh cairan tubuh) yang berpotensi untuk menginfeksi siapapun yang melakukan kontak atau menangani sampah tersebut, termasuk anggota masyarakat

Pengelolaan sampah terkontaminasi meliputi :

1) Setelah selesai melakukan suatu tindakan dan sebelum melepaskan sarung tangan, letakkan sampah terkontaminasi (kasa, gulungan kapas, perban, dan lain-lain) ke dalam tempat sampah kedap air/kantong plastik sebelum dibuang.

2) Hindarkan terjadinya kontak sampah terkontaminasi dengan permukaan luar kantong.

3) Pembuangan benda-benda tajam yang terkontaminasi dengan menempatkannya dalam wadah tahan bocor (misalnya botol air mineral dari plastik atau botol infus), kotak karton yang tebal atau wadah yang terbuat dari logam.

4) Singkirkan sampah terkontaminasi dengan cara dibakar. Jika hal ini tidak memungkinkan, kubur bersama wadahnya.

5) Bersihkan percikan darah dengan larutan klorin 0,5% kemudian seka dengan kain atau pel.

6) Bungkus atau tutupi linen bersih dan simpan dalam kereta dorong atau lemari tertutup untuk mencegah kontaminasi debu.

(33)

8) Seka celemek dengan klorin 0,5%.

9) Bersihkan lantai dengan lap kering, jangan disapu. Seka lantai dengan campuran klorin 0,5% dan deterjen.

10) Gunakan sarung tangan karet tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks. 11) Bersihkan dinding, gorden, dan tirai sesering mungkin untuk mencegah

(34)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori dan tinjauan teoritis penelitian tentang pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi oleh Bidan Praktek Swasta (BPS) pada proses pertolongan persalinan di willayah kerja puskesmas Medan Tuntungan. Dengan subjek yang akan diteliti yaitu tentang tindakan cuci tangan, tindakan pemakaian sarung tangan, pengelolaan cairan antiseptik, pemrosesan alat bekas pakai, dan pengelolaan sampah medik, maka kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Variabel dependen Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi oleh BPS  Cuci tangan

 Pemakaian sarung tangan  Pengelolaan cairan antiseptik  Pemrosesan alat bekas pakai  Pengelolaan sampah medik

(35)

Tabel 3.1. Defenisi operasional. No Variabel Defenisi

Operasional

Observasi Cheklist a.Kompeten jika tindakan

Observasi Cheklist a Kompeten jika tindakan

Observasi Cheklist a.Kompeten jika tindakan

Observasi Cheklist a.Kompeten jika tindakan dilakukan dengan benar (skor ≥10)

(36)

sterilitas

(37)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain Penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan untuk melakukan prosedur penelitian. Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi tindakan pencegahan infeksi yang dilakukan oleh BPS dalam proses pertolongan persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan tahun 2010. B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian atau yang akan diteliti (Suyanto, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh BPS yang melakukan pertolongan persalinan di Wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan yaitu sebanyak 34 orang.

2. Sampel

Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan total sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu sebanyak 34 orang. Adapun kriteria sampel penelitian ini adalah sampel yang mencerminkan karakteristik yang akan di ukur yaitu:

a. Bidan Praktek Swasta yang melakukan pertolongan persalinan yang telah mengikuti pelatihan APN di Wilayah kerja Puskesmas Medan

(38)

b. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian untuk jadi responden C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitan dilakukan di Wilayah kerja Medan Tuntungan tahun 2010. Dengan pertimbangan bahwa dari hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti, belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya di Wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan yang berhubungan dengan pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan. Penelitian dilaksanakan setelah lulus ujian proposal dan berlangsung periode Januari – April 2010.

D. Pertimbangan Etik Penelitian

Sebelum peneliti melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti mengajukan permohonan kepada Ketua program studi Diploma IV Bidan Pendidik FK USU Medan, untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah itu peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, untuk mendapat persetujuan melakukan penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan. Setelah mendapat persetujuan, peneliti memulai penelitian dengan mempertimbangkan masalah etik penelitian, dengan cara, memberikan informed consent, kemudian peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, serta memberitahukan bahwa tidak ada pengaruh yang negatif akan terjadi sebelum dan sesudah pengumpulan data bagi responden.

(39)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi sebagai alat pengumpulan data, yaitu dengan cara mengamati setiap tindakan yang dilakukan untuk pencegahan infeksi dengan menggunakan lembar cheklist. Item obsevasi terdiri dari 48 pernyataan, dengan pilihan jawaban dikotomi yaitu dilakukan dan tidak dilakukannya suatu tindakan. Di mana pernyataan disusun berdasarkan tindakan pencegahan infeksi dalam melaksanakan asuhan persalinan, yang meliputi tindakan cuci tangan dan pemakaian sarung tangan masing-masing terdiri dari 8 item observasi, pengelolaan cairan antiseptik, pemrosesan alat bekas pakai, dan

pengelolaan sampah medik, masing-masing terdiri dari 10 item observasi. Pernyataan item observasi disusun berdasarkan skala Guttman yaitu skala yang

digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas dan konsisten, sama halnya dengan observasi tndakan, jika tindakan dilakukan diberi skor 1 dan dan jika tindakan tidak dilakukan diberi skor 0. Dari hasil perolehan skor maka kategori penilaian dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu Benar dan Tidak Benar.

F. Prosedur Pengumpulan Data

1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden yaitu Bidan Praktek Swasta di wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan.

2. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti setelah mendapat surat ijin penelitian dari Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU Medan.

3. Mengajukan surat permohonan ijin pelaksanaan penelitian ke Puskesmas Medan Tuntungan

(40)

5. Menanyakan persetujuan responden menjadi responden secara sukarela.

6. Setelah calon responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (Informed Consent).

7. Menjelaskan tujuan penelitian kepada responden

8. Peneliti mengamati setiap tindakan yang dilakukan oleh bidan dalam proses pencegahan infeksi pada proses persalinan sesuai dengan item dan memberi penilaian.

9. Peneliti memeriksa kelengkapan data secara keseluruhan, sehingga data yang diperoleh terpenuhi, kemudian dianalisis.

G. Rencana Analisis Data

Setelah semua data terkumpul dengan seluruhnya, maka peneliti mengadakan analisa data melalui beberapa tahap, dimulai dengan:

a. Editing

yaitu mengecek kelengkapan data responden serta memastikan semua jawaban telah diisi. Dari hasil editing dapat diketahui seluruh pertanyaan yang diajukan dijawab seluruhnya oleh responden sehingga tidak perlu lagi pengambilan data

b. Coding (pemberian kode)

Pemberian kode pada data yang telah di cek kelengkapannya untuk memudahkan melakukan tabulasi.

c. Entry (Pemasukan data ke computer)

Data yang diberikan kode kemudian dimasukkan kedalam program komputer

d. Tabulating

(41)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Telah dilakukan penelitian tentang Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan dengan 34 responden. Penelitian dilakukan mulai Januari sampai dengan April 2010. Data karakteristik responden yang diolah dalam penelitian ini adalah pendidikan responden, pengalaman bekerja dan pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN). Selengkapanya dapat dilhat pada tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1.

Distribusi Karakteristik Responden di wilayah kerja puskesmas Medan Tuntungan tahun 2010

(42)

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui, karakteristik responden berdasarkan pendidikan menunjukkan bahwa dari 34 responden sebagian besar memiliki pendidikan DIII kebidanan yaitu sebanyak 25 orang (73,5%). Berdasarkan pengalaman bekerja menunjukkan bahwa dari 34 responden, sebagian besar memiliki pengalaman bekerja > 10 tahun yaitu sebanyak 13 orang (38,2%). Berdasarkan pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN), menunjukkan bahwa seluruh responden, sebanyak 34 orang (100%), telah mengikut i pelatihan APN.

2. Tindakan Pencegahan Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan

Berdasarkan hasil penelitian, tindakan pencegahan infeksi yang dilakukan oleh bidan praktek swasta, pada saat melakukan pertolongan persalinan di wilayah kerja puskesmas Medan Tuntungan yang meliputi;

A. Prosedur Cuci Tangan

(43)

Tabel 5.2.

Distribusi Item Observasi Tindakan Responden untuk Pencegahan Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan dalam Hal Prosedur Cuci Tangan

di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2010

No Item observasi tindakan

DDilakukan Tidak

Dilakakan

Jumlah

f % f % f %

1. Sebelum mencuci tangan bidan terlebih

dahulu melepaskan perhiasan dari tangan 22 64,7 12 35,3 34 100

2.

Bidan membasahi tangan dengan air bersih dengan air mengalir, kemudian menggunakan sabun

34

100 0 0 34 100

3. Bidan menggosok kedua tangan dengan dengan kuat termasuk

sela-selanya,selama 20-30 detik, kemudian dibilas dengan air bersih.

34 100 0 0 34 100

4. Mengeringkan tangan dengan handuk pribadi yang sudah disediakan dalam keadaan bersih dan kering.

34 100 0 0 34 100

5. Setiap saat jika tangan terkontaminasi

terhadap suatu objek segera cuci tangan. 26 76,4 8 23,5 34 100 6. Ketika bersentuhan dengan selaput lendir

pasien, darah dan cairan tubuh lainnya segera cuci tangan dengan air dan sabun

34 100 0 0 34 100

Ketika air tidak tersedia, cuci tangan dengan menggunakan campuran alkohol 70% dengan gliserin.

15 44,1 19 55,9 34 100

(44)

mutu pelayanan kebidanan. Ternyata pada item tersebut semua responden sebanyak 34 orang (100%) melakukan dengan benar, akan tetapi untuk item yang lain, yang tidak dilakukan responden secara keseluruhan bukan berarti dianggap tidak penting yaitu item nomor 5 dilakukan oleh 26 orang (76,4%) yang tidak melakukan 8 orang (23,5%), item nomor 1 dilakukan oleh 22 orang responden (64,7), yang tidak melakukan 12 orang responden (35,3%), item no 7 dilakukan oleh 16 orang responden (47%), yang tidak melakukan 18 orang (53%), dan item no 8 dilakukan oleh 15 orang responden (44,1%), dan yang tidak melakukan 19 orang (55,9%). Sehingga berdasarkan item tersebut dapat dikategorikan tindakan responden dalam melakukan tindakan prosedur cuci tangan dapat dilihat pada tabel 5.3 di bawah ini.

Tabel 5.3.

Distribusi Kategori Tindakan Responden dalam Hal Prosedur Cuci Tangan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2010

Kategori Prosedur cuci tangan Frekuensi Persentase (%) Kompeten

Tidak Kompeten

18 16

52,9 47,1

Jumlah 34 100,0

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui, kategori tindakan dalam hal melakukan prosedur cuci tangan dengan benar oleh responden menunjukkan bahwa sebagian besar dengan kategori tindakan kompeten yaitu 18 orang (52,9%).

B. Pemakaian Sarung Tangan

(45)

menunjang pentingnya memakai sarung tangan yaitu: mengurangi resiko petugas terkena infeksi, mencegah penularan flora kulit petugas kepada pasien, serta mengurangi kontaminasi silang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk menilai tindakan responden dalam melakukan tindakan pemakaian sarung tangan dapat diketahui melalui item observasi yang telah disediakan sebagai tolak ukur dalam memberikan kategori penilaian benar dan tidak benar, untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut:

Tabel 5.4.

Distribusi Item Observasi Tindakan Responden untuk Pencegahan Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan dalam Hal Pemakaian Sarung Tangan

di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2010

No Item observasi tindakan

Dlakukan Tidak

Dilakukan

Jumlah

f % f % f %

1. Menggunakan sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu

31 91,1 3 8,9 34 100

2. Sarung tangan yang digunakan telah didekontaminasi terlebih dahulu.

32 94,1 2 5,8 34 100

3. Pada saat melakukan tindakan periksa dalam menggunakan sarung tangan.

34 100 0 0 34 100

4. Sebelum mencopot sarung tangan, setelah selesai melakukan tindakan, terlebih dahulu mencelupkan kedalam larutan klorin

24 70,5 10 29,5 34 100

5. Sarung tangan dibuka dengan keadaan terbalik, kemudian direndam dalam larutan klorin selama 10 menit.

25 73,5 9 26,5 34 100

6. Pada waktu melakukan pengisapan lendir dari hidung dan membersihkan jalan nafas bayi, bidan menggunakan sarung tangan.

34 100 0 0 34 100

7. Menggunakan sarung tangan pada saat membersihkan percikan darah.

34 100 0 0

34 100

8 Pada saat memegang yang terkontaminasi bidan memakai sarung tangan.

33 97 1 3 34 100

(46)

lendir bayi, serta membersihkan percikan darah, semua responden sebanyak 34 orang (100%) melakukan, ketiga item tersebut merupakan pokok penting dalam hal pencegahan infeksi pada proses pemakaian sarung tangan. Item nomor 8 dilakukan oleh 33 orang (97%) yang tidak melakukan 1 (satu) orang (3%), item nomor 2 dilakukan oleh 32 orang responden (94,1%), yang tidak melakukan 2 orang responden (5,8%), item no 1 dilakukan oleh 31 orang responden (91,1%),

yang tidak melakukan 3 orang (8,9%), item nomor 5 dilakukan oleh 25 orang responden (73,5%), dan yang tidak melakukan 9 orang ( 26,5%) dan item

nomor 4 dilakukan oleh 24 orang responden (70,5%), yang tidak melakukan 10 orang (29,5%). Sehingga berdasarkan item tersebut dapat dikategorikan tindakan responden dalam melakukan tindakan pemakaian sarung tangan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.5.

Distribusi Kategori Tindakan Responden dalam Pemakaian Sarung Tangan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan tahun 2010 Kategori Pemakaian sarung

tangan

Frekuensi Persentase (%)

Kompeten Tidak Kompeten

25 9

73,5 26,5

Jumlah 34 100,0

(47)

C. Pengelolaan Cairan Antiseptik

(48)

Tabel 5.6.

Distribusi Item Observasi Tindakan Responden untuk Pencegahan Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan dalam Hal Pengelolaan Cairan Antiseptik

di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2010

N

1. Air yang digunakan untuk

mengencerkan cairan antiseptik selalu menggunakan air yang sudah di masak

23 67,6 11 32,6 34 100

2. Untuk pemakaian cairan antiseptik sehari-hari, menggunakan wadah yang kecil.

27 79,4 7 20,6 34 100

3. Selalu menyiapkan larutan dan membersihkan wadah larutan yang digunakan sehari-hari secara rutin setiap minggu.

30 88,2 4 11,8 34 100

4. Tidak mengkontaminasi pinggiran wadah pada saat menuangkan larutan antiseptik.

18 52,9 16 47,1 34 100

5. Setiap mau menggunakan cairan antiseptik terlebih dahulu menyiapkan larutan dan membersihkan wadah larutan secara rutin.

31 91,1 3 8,9 34 100

6. Wadah tempat larutan cairan antiseptik dicuci dan dikosongkan setiap minggu

21 61,7 13 38,8 34 100

7. Saat pengisian ulang larutan antiseptik, ditempelkan lebel berisi tanggal dan waktu pembuatan pada wadah.

11 32,3 23 67,7 34 100

8. Kapas gulung yang digunakan, selalu diberikan larutan antiseptik

34 100 0 0 34 100

9. Larutan antiseptik disimpan di tempat yang bebas dari paparan matahari.

34 100 0 0 34 100

10. Wadah tempat larutan antiseptik setelah dicuci selalu diangin-anginkan supaya cepat kering

19 55,8 15 44,1 34 100

(49)

bagian penting dalam pengelolaan cairan antiseptik, dalam hal ini semua responden sebanyak 34 orang (100%) melakukan tindakan tersebut, item nomor 5 dilakukan oleh 31 orang (91,1%) yang tidak melakukan 3 orang (8,9%), item nomor 3 dilakukan oleh 30 orang responden (88,2%), yang tidak melakukan 4 orang responden (11,8%), item no 2 dilakukan oleh 27 orang responden (79,4%), yang tidak melakukan 7 orang (20,6%), item nomor 1 dilakukan oleh 23 orang responden (67,6%), dan yang tidak melakukan 11 orang (32,6%) item nomor 6 dilakukan oleh 21 orang responden (61,7%), yang tidak melakukan 13 orang ( 38,3%), item nomor 10 dilakukan oleh 19 orang responden (55,8%), yang tidak melakukan 15 orang (44,1%), item nomor 4 dilakukan oleh 18 orang responden (52,9%), yang tidak melakukan 16 orang (47,1%), dan item nomor 7 dilakukan oleh 11 orang responden (32,3%), yang tidak melakukan 23 orang responden (67,7%). Sehingga berdasarkan item tersebut dapat dikategorikan tindakan responden dalam melakukan tindakan pengelolaan cairan antiseptik dapat dilihat dalam tabel 5.7.

Tabel 5.7.

Distribusi Kategori Tindakan Responden dalam Hal Pengelolaan Cairan Antiseptik di Wilayah kerja puskesmas Medan Tuntungan tahun 2010 Kategori Pengelolaan cairan

antiseptik

Frekuensi Persentase (%)

Kompeten

Tidak Kompeten

2 32

5,9 94,1

Jumlah 34 100,0

(50)

bahwa sebagian besar dengan kategori tindakan tidak kompeten yaitu 32 orang (94,1%).

D. Pemrosesan alat bekas pakai

(51)

Tabel 5.8

Distribusi Item Observasi Tindakan Responden untuk Pencegahan Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan dalam Hal Pemrosesan Alat Bekas Pakai di

Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan tahun 2010

N

1. Dalam pemrosesan alat bekas pakai,

petugas menggunakan sarung tangan 32

94,1 2

5,9 34 100

2. Benda-benda yang terkontaminasi segera dimasukkan ke dalam larutan klorin.

3. Alat-alat instrumen bekas pakai direndam di larutan klorin selama 10 menit

27

79,4 7 20,6 34 100

4. Larutan klorin di ganti jika larutan telah berubah warna atau keruh.

31 91,1 3 8,8 34 100

5. Melakukan pencucian alat bekas pakai,

selalu memakai sarung tangan 32 94,1 2 5,9 34 100

6. Alat-alat yang yang akan dicuci, sudah

didekontaminasi terlebih dahulu 32

94,1 2

5,9 34 100

7. Alat instrumen bekas pakai disikat dengan air sabun untuk menghilangkan sisa darah dari instrumen.

34 merebus hingga mendidih.

34 100 0 0 34 100

10. Alat instrumen disimpan dalam wadah tertutup rapat.

34 100 0 0 34 100

(52)

oleh 30 orang responden (88,2%), yang tidak melakukan 4 orang (11,8%), item nomor 3 dilakukan oleh 27 orang responden (79,4%), dan yang tidak melakukan 7 orang (20,6%) dan item nomor 8 dilakukan oleh 18 orang responden (52,9%), yang tidak melakukan 16 orang ( 47,1%). Sehingga berdasarkan item tersebut dapat dikategorikan tindakan responden dalam melakukan tindakan pemrosesan alat bekas pakai dapat dilihat pada tabel 5.9 di bawah ini.

Tabel 5.9.

Distribusi Kategori Tindakan Responden dalam Hal Pemrosesan Alat Bekas Pakai di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2010 Kategori Pemrosesan alat bekas

pakai

Frekuensi Persentase (%)

Kompeten Tidak Kompeten

13 21

38,2 61,8

Jumlah 34 100,0

Berdasarkan tabel diatas distribusi kategori tindakan dalam melakukan tindakan pemrosesan alat bekas pakai oleh responden menunjukkan bahwa

sebagian besar dengan kategori tindakan tidak kompeten yaitu 21 orang (61,8%). E. Pengelolaan sampah medik

(53)

Tabel 5.10.

Distribusi Item Observasi Tindakan Responden untuk Pencegahan Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan dalam Hal Pengelolaan Sampah Medik

di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2010

No Item observasi tindakan

Dilakukan Tidak

Dilakukan

Jumlah

f % f % f %

1. Dalam menangani sampah

terkontaminasi bidan menggunakan sarung tangan.

2. Sampah yang terkontaminasi segera dimasukkan ke dalam tempat sampah atau kantong plastik kemudian di buang.

34

100 0 0 34 100

3. Berusaha mencegah terjadinya kontak antara sampah dengan permukaan luar kantong.

23

67,6 11 32,3 34 100

4. Benda-benda tajam yang terkontaminasi, Ditempatkan pada tempat sampah yang tahan bocor.

33 97,0 1 3 34 100

5. Percikan darah yang di tempat tidur dibersihkan terlebih dahulu dengan larutan Klorin kemudian air DTT.

26 76,5 8 23,5 34 100

6. Trolly dibersihkan dengan larutan

Klorin kemudian dijemur sampai kering. 20

58,8 14 41,1 34 100

7. Selesai melakukan tindakan, celemek

dibersihkan dengan larutan Klorin . 28 82,3 6 17,7 34 100

8. Lantai dibersihkan dengan klorin 15 44,1 19 55,8 34 100

9. Dinding, gorden dan tirai dibersihkan

dan dicuci dengan klorin . 14

41,1 20

58,8 34 100

10. Trolly kembali disusun dengan satu set peralatan dan ditutup,siap digunakan kembali.

20

58,8 14 41,1 34 100

(54)

(97,0%) yang tidak melakukan 1 (satu) orang (3%), item nomor 7 dilakukan oleh 28 orang responden (82,3%), yang tidak melakukan 6 orang responden (17,7%), item no 5 dilakukan oleh 26 orang responden (76,5%), yang tidak melakukan 8 orang (23,5%), item nomor 3 dilakukan oleh 23 orang responden (67,6%), dan yang tidak melakukan 11 orang (32,6%) item nomor 10 dilakukan oleh 20 orang responden (58,8%), yang tidak melakukan 14 orang (41,1%), item nomor 8 dilakukan oleh 15 orang responden (44,1%), yang tidak melakukan 19 orang (55,8%), item nomor 9 dilakukan oleh 14 orang responden (41,1%), yang tidak melakukan 20 orang (58,8%). Sehingga berdasarkan item tersebut dapat dikategorikan tindakan responden dalam melakukan tindakan pengelolaan sampah medik dengan kategori benar dan tidak benar, seperti dalam tabel di berikut ini:

Tabel 5.11.

Distribusi Kategori Tindakan Responden dalam Hal Pengelolaan Sampah Medik di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2010 Kategori Pengelolaan sampah

medik

Frekuensi Persentase (%)

Kompeten Tidak Kompeten

10 24

29,4 70,6

Jumlah 34 100,0

(55)

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, tentang pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan oleh bidan praktik swasta sebagai responden dengan item observasi yang meliputi, prosedur cuci tangan, pemakaian sarung tangan, pengelolaan cairan antiseptik, pemrosesan alat bekas pakai serta pengelolaan sampah medik. Dalam melakukan tindakan pencegahan infeksi dapat dikategorikan dengan tindakan benar, dan tidak benar, berdasarkan daftar tilik yang telah disediakan sebagai tolak ukur untuk penilaian. Kategori tindakan responden secara kompeten adalah responden melakukan item-item prosedur penting yang sifatnya prinsip dilakukan keseluruhan secara kompeten yang dapat menunjang kualitas pelayanan kesehatan. Sedangkan pada kategori tindakan tidak kompeten adalah responden tetap melakukan item tindakan tetapi tidak sempurna secara keseluruhan artinya bukan berarti responden tidak melakukan item tindakan tersebut. Hal tersebut dapat kita ketahui dari keterangan berikut ini.

A. Tindakan Responden Berdasarkan Prosedur cuci tangan

(56)

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pryana (2008) tentang penatalaksanaan pencegahan infeksi dalam menangani persalinan di klinik bersalin Griya medika di Banjar Tulang Bawang Jawa tengah, mendapati hasil bahwa sebagian besar responden melakukan tindakan prosedur cuci tangan dengan kategori tindakan kompeten yaitu sebanyak 5 orang (90%).

Menurut Elliot (1996), mencuci tangan merupakan cara penting untuk mengendalikan infeksi yang erat kaitannya dengan meningkatkan kesehatan yang positif. Sedangkan menurut Garner (1986) menyatakan cuci tangan merupakan satu-satunya prosedur klinis yang paling penting dilakukan untuk menghilangkan dan meminimalkan penularan penyakit serta mempertahankan lingkungan bebas dari infeksi.

Menurut peneliti tangan merupakan perantara utama yang menyebabkan terjadinya infeksi silang ketika seseorang melakukan suatu tindakan terutama dalam melakukan pertolongan persalinan. Beberapa mikroorganisme dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan orang lain serta dari peralatan selama bekerja sehari-hari. Organisme ini disebut dengan flora peralihan dan mudah dihilangkan dengan mencuci tangan. Anjuran cuci tangan yang baik adalah dengan mencuci tangan pada air mengalir dengan menggunakan sabun kemudian mengeringkan dengan menggunakan handuk pribadi.

(57)

yang menyatakan bahwa pengendalian pencegahan infeksi dapat dilakukan dengan mencuci tangan baik sebelum maupun sesudah melakukan tindakan.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, tindakan responden dalam melakukan tindakan cuci tangan lebih banyak dengan kompeten. Hal ini sesuai dengan pilar ketiga safemotherhood yang telah ditetapkan dalam Standar Operasional prosedur Asuhan Persalinan Normal yang telah diikuti oleh seluruh responden dalam memberikan pertolongan persalinan, yang mengharuskan bahwa setiap penolong persalinan harus menciptakan persalinan aman, sehat serta bebas dari infeksi yang di harapkan dapat menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi. B. Tindakan Responden Berdasarkan Pemakaian Sarung tangan

Berdasarkan hasil penelitian, tindakan responden dalam hal pemakaian sarung tangan menunjukkan bahwa sebagian besar dengan kategori kompeten yaitu 25 orang (73,5%). Sarung tangan harus digunakan oleh seluruh petugas kesehatan yang memberikan pertolongan persalinan, terutama ketika kontak dengan cairan tubuh atau darah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Gisca di Rumah Sakit Ethanol (2009) di Palembang, tentang pengetahuan dan tindakan bidan untuk mengendalikan kejadian infeksi, mendapati bahwa sebagian besar bidan mempunyai pengetahuan yang baik tentang pengendalian infeksi yang diaflikasikan melalui tindakan dengan baik juga dalam melakukan pemakaian sarung tangan untuk mengendalikn kejadian infeksi di Rumah Sakit Ethanol, di Palembang.

(58)

memungkinkan sangat dianjurkan untuk pemakaian sarung tangan dengan sistem sekali pakai/disposable. Apabila menggunakan sarung tangan pakai ulang, maka sarung tangan harus melalui proses dekontaminasi dengan proses cuci bilas, kemudian disterilkan atau dengan DTT (Kormiewich 1990).

Menurut peneliti, berdasarkan observasi yang dilakukan bahwa sebagian besar responden melakukan tindakan pemakaian sarung tangan dengan kompeten. Hal ini menunjukkan bahwa sesuai dengan kompetensi yang telah dimiliki oleh seluruh responden berdasarkan standar operasional prosedur dalam pemberian asuhan persalinan normal, yang menekankan bahwa dalam setiap memberikan pertolongan persalinan, penolong harus meminimalkan kejadian resiko terjadinya komplikasi termasuk kejadian infeksi yang dapat dicegah dengan pemakaian sarung tangan.

Pemakaian sarung tangan merupakan aspek vital yang kedua untuk pencegahan infeksi, setelah tindakan cuci tangan. Dengan menggunakan sarung tangan dalam memberikan pertolongan persalinan maka setiap penolong telah berupaya untuk mengurangi resiko dirinya terkena infeksi serta menularkan infeksi, mencegah penularan flora kulit dari dirinya kepada pasien. Serta mengurangi kontaminasi tangan petugas kesehatan dengan mikroorganisme yang dapat berpindah dari satu pasien dengan pasien yang lain atau yang disebut dengan infeksi silang.

C. Tindakan Responden Berdasarkan Pengelolaan cairan antiseptik

(59)

tidak kompeten yaitu 32 orang (94,1%) didapati tidak melakukan tindakan pengelolaan cairan antiseptik dengan kompeten

Hasil penelitian ini sejalan dngan penelitian yang dilakukan Pryana (2008) tentang penatalaksanaan pencegahan infeksi dalam menangani persalinan di Klinik bersalin Griya Medika di Banjar Tulang Bawang Jawa tengah, mendapati hasil bahwa sebagian besar responden tidak melakukan pengelolaan cairan antiseptik dengan tindakan tidak kompeten yaitu sebanyak 5 orang (90%) dengan jumlah responden sebanyak 6 orang.

(60)

Menurut Hulin et all (2002) antiseptik dirancang untuk meminimalkan mikroorganisme masuk kedalam tubuh tanpa merusak atau mengiritasi kulit atau lapisan mukosa, di mana zat tersebut digunakan. Karena kulit tidak mungkin disterilisasi, menyiapakan kulit dengan larutan antiseptik meminimalkan mikroorganisme yang mungkin akan mengkontaminasi luka pembedahan dan menyebabkan terjadinya infeksi. Semua jenis antiseptik dapat tercemar.. Mikroorganisme yang mencemari antiseptik diantaranya Stafilokokkus, basil gram negatif dan beberapa endospora. Pencemaran larutan antiseptik dapat dicegah dengan cara sebagai berikut:

• Jika kemasan antiseptik yang besar, maka untuk pemakaian sehari-hari tuang dalam wadah kecil.

• Buat jadwal rutin yang tetap untuk menyiapakan larutan antiseptic dan bersihkan wadah pemakaian sehari-hari.

• Cuci wadah hingga bersih dengan sabun dan air kemudian keringkan sebelum diisi kembali.

•Beri lebel wadah pada pengisian ulang lengkapi dengan tanggal setiap kali pengisian ulang.

•Larutan antiseptik sebaiknya disimpan ditempat yang tidak terpapar dengan matahari.

D. Tindakan Responden Berdasarkan Pemrosesan Alat Bekas Pakai

(61)

peneliti mengenai pemrosesan alat bekas pakai, tindakan responden dalam hal menyikat alat instrumen hanya 18 orang responden yang melakukan dengan benar. Hasil penelitian ini sejalan dngan penelitian yang dilakukan Pryana (2008) tentang penatalaksanaan pencegahan infeksi dalam menangani persalinan di Klinik bersalin Griya Medika di Banjar Tulang Bawang Jawa tengah, mendapati hasil bahwa sebagian besar responden tidak melakukan pengelolaan cairan antiseptik dengan tindakan benar yaitu sebanyak 5 orang (90%). Berdasarkan wawancara dengan responden yang tidak menyikat alat instrumen sesuai dengan tolak ukur, responden menganggap bahwa hanya sekali penyikatan saja atau hanya direndam, maka alat-alat instrumen tersebut sudah dianggap bersih dari cairan tubuh atau darah pada proses persalinan.

Menurut Rutala (1993) Pemrosesan alat bekas pakai dengan upaya pencegahan infeksi direkomendasikan melalui tiga langkah pokok yaitu:

1.Dekontaminasi

2. Pencucian dan pembilasan

3. Sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi

(62)

efektif untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme ada peralatan/perlengkapan yang kotor atau yang sudah digunakan. Baik sterilisasi atau Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) menjadi kurang tanpa proses pencucian sebelumnya.

Sterilisasi adalah metode sterilisasi yang paling murah dan efektif, tetapi juga paling sulit dilakukan secara benar. Meskipun sterilisasi adalah cara paling efektif untuk membunuh mikroorganisme, sterilisasi tidak selalu memungkinkan dan praktis. DTT adalah satu-satunya alternatif untuk situasi tersebut. DTT bisa dicapai dengan merebus atau mengukus. Untuk peralatan, perebusan seringkali merupakan metode DTT yang paling sederhana dan efisien.

E. Tindakan Responden Berdasarkan Pengelolaan Sampah Medik

Berdasarkan hasil penelitian, tindakan responden dalam hal pemrosesan alat bekas pakai menunjukkan bahwa sebagian besar dengan kategori tindakan tidak kompeten yaitu 24 orang (70,6%).

(63)

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti bahwa tindakan responden dengan teori dan daftar tilik untuk pencegahan infeksi dalam mengelola sampah medik terjadi kesenjangan. Peneliti menemui masih kurangnya kesadaran dari masing-masing responden untuk bekerja sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan untuk mencegah terjadinya infeksi pada proses pertolongan persalinan.

Penanganan sampah terkontaminasi yang benar, jika dilakukan dengan tepat sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP), akan memberikan dampak yang positif, baik bagi tenaga kesehatan atau penolong persalinan, serta klien bahkan lingkungan masyarakat. Karena dengan pengelolaan sampah medik yang dilakukan oleh responden secara benar sesuai SOP, maka responden telah mampu meminimalkan penyebaran infeksi dengan cara:

1. Melindungi petugas pembuangan sampah dari perlukaan

2. Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan. 3. Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya

4. Membuang bahan-bahan berbahaya seperti bahan toksik dan radioaktif.

Gambar

Tabel 2.1.
Gambar 1 : Rumus Untuk Membuat Larutan Klorin 0,5% .
gambar 2 sebagai berikut :
Tabel 3.1.   Defenisi operasional.
+7

Referensi

Dokumen terkait

kebijakan ekologi di sebuah negara, dalam konteks globalisasi, harus bertanggungjawab tidak hanya kepada masyarakat internasional, tetapi juga kepada alam semesta penyedia

Kegiatan pembelajar an untuk setiap kali per temuan adalah skenar io langkah- langkah yang harus dilakukan oleh gur u sehingga mer angsang si sw a untuk aktif

The rating is driven by Company’s proven and potential coal reserves of considerable amount that would be sufficient to fuel its growth over the medium to long term, healthy

Jika di dalam hasil penelitian terdapat tabel, penulisannya sesuai dengan yang telah ditentukan (lihat bagian kutipan langsung). Sub bab hasil penelitian ini dapat menggunakan

This OGC ® document introduces a set of conventions and mechanisms that extend and qualify the netCDF3 data model and format to model uncertain information: the NetCDF

lembar dilegalisir kepala madrasah dan surat keterangan siswa masih aktif dari kepala madrasah, persyaratan dikirim Ke Seksi Pendidikan Madrasah (Pendma) paling

If a class is absent, perhaps in the context of being the data type of an optional element, then its subclasses, aggregation components, and their elements should not be present

Approval and Ratification of the Annual Report of the Company for the year ended December 31, 2016, including the Activity Report of the Company, the Report of