• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU INFORMASI

PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN

SALURAN IRIGASI

BIMBINGAN TEKNIS PADA MITRA KERJA

NO. KODE : INA.5223.213.01.04.04

SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL

(2)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 1 dari 71

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... 1

BAB I PENGANTAR ... 4

1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi ... 4

1.1.1. Pelatihan Berbasis Kompetensi ... 4

1.1.2. Kompeten di Tempat Kerja ... 4

1.2. Penjelasan Materi Pelatihan ... 4

1.2.1. Desain Materi Pelatihan ... 4

1.2.2. Isi Materi Pelatihan ... 4

1.2.3. Penerapan Materi Pelatihan ... 5

1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini (RCC) ... 6

1.3.1. Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency-RCC) ... 6

1.3.2. Seseorang Mungkin Sudah Memiliki Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap Kerja ... 6 1.4. Pengertian-pengertian Istilah ... 6 1.4.1. Profesi ... 6 1.4.2. Standarisasi ... 6 1.4.3. Penilaian/Uji Kompetensi ... 6 1.4.4. Pelatihan ... 6 1.4.5. Kompetensi ... 7

1.4.6. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) ... 7

1.4.7. Standar Kompetensi ... 7

1.4.8. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)... 7

1.4.9. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)... 7

1.4.10. Sertifikasi Kompetensi ... 7

BAB II STANDAR KOMPETENSI ... 8

2.1. Peta Paket Pelatihan ... 8

2.2. Pengertian Unit Standar Kompetensi ... 8

2.2.1. Unit Kompetensi ... 8

(3)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 2 dari 71

2.2.3. Durasi/Waktu Pelatihan ... 8

2.2.4. Kesempatan untuk Menjadi Kompeten ... 8

2.3. Unit Kompetensi Kerja yang Dipelajari ... 9

2.3.1. Kemampuan Awal ... 9

2.3.2. Judul Unit ... 9

2.3.3. Kode Unit ... 9

2.3.4. Deskripsi Unit ... 9

2.3.5. Elemen Kompetensi ... 9

2.3.6. Kriteria Unjuk Kerja ... 9

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN ... 12

3.1. Strategi Pelatihan ... 12

3.1.1. Persiapan/Perencanaan ... 12

3.1.2. Permulaan dari Proses Pembelajaran ... 12

3.1.3. Pengamatan Terhadap Tugas Praktek ... 12

3.1.4. Implementasi ... 12

3.1.5. Penilaian ... 13

3.2. Metode Pelatihan ... 13

3.2.1. Belajar Secara Mandiri ... 13

3.2.2. Belajar Berkelompok ... 13

3.2.3. Belajar Terstruktur ... 13

BAB IV BIMBINGAN TEKNIS PADA MITRA KERJA ... 14

4.1. Umum ... 14

4.2. Penyiapan Materi Bimbingan Teknis ... 14

4.2.1. Identifikasi dan Klasifikasi Jenis Pekerjaan Utama ... 14

4.2.2. Penyiapan Spesifikasi dan Metoda Pekerjaan untuk Bimbingan Teknis . 65 4.2.3. Penyiapan Instruksi Kerja (IK) untuk Setiap Item Pekerjaan ... 65

4.3. Bimbingan Teknis ... 67

4.3.1. Penyiapan Contoh Pelaksanaan Setiap Jenis Pekerjaan ... 69

4.3.2. Pelaksanaan Bimbingan Teknis ... 69

(4)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 3 dari 71

BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN

KOMPETENSI ... 70

5.1. Sumber Daya Manusia ... 70

5.1.1. Pelatih ... 70

5.1.2. Penilai ... 70

5.1.3. Teman Kerja/Sesama Peserta Pelatihan ... 70

5.2. Sumber-sumber Kepustakaan / Buku Informasi ... 71

(5)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 4 dari 71

BAB I PENGANTAR

1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) 1.1.1. Pelatihan Berbasis Kompetensi

Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja.

1.1.2. Kompeten di Tempat Kerja

Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1.2.1. Desain Materi Pelatihan

Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual / Mandiri :

a) Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaiakan oleh seorang instruktur. b) Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta

dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari pelatih.

1.2.2. Isi Materi Pelatihan

a) Buku Informasi

Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan.

b) Buku Kerja

Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / Mandiri.

(6)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 5 dari 71

• Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk

mempelajari dan memahami informasi.

• Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian

keterampilan peserta pelatihan.

• Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam

melaksanakan praktek kerja.

c) Buku Penilaian

Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi :

• Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai

pernyataan keterampilan.

• Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan

peserta pelatihan.

• Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai

keterampilan.

• Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. • Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktek.

• Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan. 1.2.3. Penerapan Materi Pelatihan

a) Pada pelatihan klasikal, instruktur akan :

• Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan

sebagai sumber pelatihan.

• Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan.

• Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam

penyelenggaraan pelatihan.

• Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja.

b) Pada pelatihan individual / mandiri, peserta pelatihan akan : • Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. • Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja. • Memberikan jawaban pada Buku Kerja.

• Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja.

(7)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 6 dari 71

1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini

1.3.1. Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency-RCC) Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan.

1.3.2. Seseorang mungkin sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, karena telah:

a) Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sama atau

b) Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau c) Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan

keterampilan yang sama.

1.4. Pengertian-Pengertian / Istilah

1.4.1 Profesi

Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan / keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan / jabatan.

1.4.2 Standarisasi

Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu.

1.4.3 Penilaian / Uji Kompetensi

Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan.

1.4.4 Pelatihan

Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.

(8)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 7 dari 71

1.4.5 Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan.

1.4.6 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.

1.4.7 Standar Kompetensi

Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.

1.4.8 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)

SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.4.9 Sertifikat Kompetensi

Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi.

1.4.10 Sertifikasi Kompetensi

Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional dan/ atau internasional.

(9)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 8 dari 71

BAB II

STANDAR KOMPETENSI

2.1. Peta Paket Pelatihan

Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Pelaksana Lapangan Pekerjaan Saluran Irigasi yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi Mengadakan bimbingan teknis pada mitra kerja, sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu:

2.1.1. Menganalisis gambar desain dan spesifikasi teknis saluran irigasi. 2.1.2. Membuat program kerja mingguan berdasarkan rencana kerja induk. 2.1.3. Melaksanakan persiapan lapangan sesuai lingkup pekerjaan

2.1.4. Melaksanakan pekerjaan saluran irigasi sesuai dengan shop drawing, spesifikasi teknik, metode kerja dan K3.

2.2. Pengertian Unit Standar Kompetensi 2.2.1. Unit Kompetensi

Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit kompetensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu.

2.2.2. Unit kompetensi yang akan dipelajari

Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini adalah “Mengadakan bimbingan teknis pada mitra kerja”.

2.2.3. Durasi / waktu pelatihan

Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan tugas tertentu.

2.2.4. Kesempatan untuk menjadi kompeten

Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan.

(10)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 9 dari 71

Jumlah maksimum usaha / kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali.

2.3 Unit Kompetensi Kerja Yang dipelajari

Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat :

• Mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. • Mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan. • Memeriksa kemajuan peserta pelatihan.

• Menyakinkan, bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah

dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian.

2.3.1 Kemampuan Awal

Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan awal K3-LH, menganalisis gambar desain dan spesifikasi teknis, membuat program kerja mingguan.

2.3.2 Judul Unit : Mengadakan bimbingan teknis pada mitra kerja.

2.3.3 Kode Unit : INA.5223.213.01.04.04

2.3.4 Deskripsi Unit

Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan dalam Mengadakan bimbingan teknis pada mitra kerja yang dilakukan oleh Pelaksana Lapangan Pekerjaan Saluran Irigasi.

2.3.5 Elemen Kompetensi

2.3.6 Kriteria Unjuk Kerja

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Menyiapkan materi

bimbingan teknis sesuai denga lingkup pekerjaan.

1.1 Jenis pekerjaan utama diidentifikasi dan

diklasifikasikan untuk menyusun topik bimbingan tehnis.

1.2 Materi bimbingan termasuk spesifikasi dan metoda pekerjaan untuk pelatihan disiapkan dengan cermat.

1.3 Pedoman pelaksanaan pekerjaan yaitu Instruksi Kerja setiap item pekerjaan disiapkan dengan cermat.

(11)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 10 dari 71

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

2. Memberikan bimbingan

dalam pembuatan se tiap jenis pekerjaan sesuai spesifikasi dan metode kerja.

2.1. Contoh pelaksanaan setiap jenis pekerjaan saluran irigasi disiapkan untuk bimbingan.

2.2. Bimbingan tehnis setiap jenis pekerjaan dilaksanakan sehingga setiap peserta dapat

memahami dan melaksanakan pekerjaannya sesuai prosedur tehnis yang berlaku.

2.3. Laporan pelaksanaan bimbingan dibuat untuk didokumentasikan.

BATASAN VARIABEL

1. Kompetensi ini sering diterapkan dalam satuan kerja kelompok.

2. Data yang benar untuk memberikan contoh dalam pembuatan jenis pekerjaan harus tersedia.

3. Diberi kewenangan dan inisiatif untuk memberikan bimbingan. 4. Menggunakan komputer dalam memberikan bimbingan.

PANDUAN PENILAIAN

1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang untuk mendemonstrasikan kompetensi, diperlukan bukti keterampilan :

1.1. Penginterpretasian materi pelatihan.

1.2. Membimbing dan memberi contoh dalam pelatihan.

2. Konteks penilaian

2.1. Unit ini dapat dinilai di dalam atau di luar tempat kerja.

2.2. Penilaian mencakup peragaan dan praktek baik di tempat kerja lapangan maupun di dalam ruangan.

2.3. Unit ini harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai pengetahuan dan keterampilan penunjang yang ditetapkan dalam Materi Uji Kompetensi (MUK).

3. Aspek penting penilaian

Aspek penting yang harus diperhatikan : 3.1. Kemampuan menilai kelengkapan materi. 3.2. Kemampuan menyusun program pelatihan. 3.3. Kemampuan memberikan bimbingan pelatihan.

4. Kaitan dengan unit lain

Unit ini mendukung kinerja efektif dalam serangkaian unit kompetensi teknisi Pelaksana Irigasi, yaitu terkait dengan unit :

4.1. Melaksanakan persiapan lapangan sesuai lingkup kerja.

4.2. Melaksanakan pekerjaan saluran irigasi sesuai dengan shop drawing, spesifikasi teknis, metode kerja dan K3.

(12)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 11 dari 71

Kompetensi Kunci

NO KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT INI TINGKAT

1. Menyusun program pelatihan 1

2. Mengkomunikasikan dengan bagian peralatan, keuangan dan bagian teknik dan mitra kerja.

1

3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan pelatihan 1

4. Melaksanakan kerjasama dengan tim dan peralatan, keuangan, teknik dan mitra kerja

2

5. Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 1

6. Memecahkan masalah 1

7. Menggunakan teknologi 1

(13)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 12 dari 71

BAB III

STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1. Strategi Pelatihan

Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh pelatih. Pada sistem ini peserta pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara sendiri artinya, bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan / proses belajar dengan Pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

3.1.1 Persiapan/Perencanaan

a) Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar yang harus diikuti.

b) Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.

c) Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki.

d) Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan.

3.1.2 Permulaan dari Proses Pembelajaran

a) Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap belajar.

b) Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki.

3.1.3 Pengamatan Terhadap Tugas Praktek

a) Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya.

b) Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang kesulitan yang ditemukan selama pengamatan.

3.1.4 Implementasi

a) Menerapkan pelatihan kerja yang aman.

b) Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan praktek. c) Mempraktekkan keterampilan baru yang telah diperoleh.

(14)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 13 dari 71

3.1.5 Penilaian

Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar peserta pelatihan

3.2. Metode Pelatihan

Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan.

3.2.1. Belajar Secara Mandiri

Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.

3.2.2. Belajar Berkelompok

Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja.

3.2.3. Belajar Terstruktur

Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu.

(15)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 14 dari 71

BAB IV

BIMBINGAN TEKNIS PADA MITRA KERJA

4.1. Umum

Salah satu tugas utama pelaksana lapangan adalah memberikan bimbingan teknis pada sub kontraktor/mandor sebelum suatu item pekerjaan dimulai. Tujuan dari bimbingan teknis tersebut adalah menjelaskan secara rinci apa yang harus dikerjakan mandor/sub kontraktor pada pekerjaan tersebut sehingga biaya, mutu dan waktu yang dipersyaratkan dapat tercapai.

Pelaksanaan bimbingan teknis dapat dilaksanakan pada waktu rapat koordinasi dengan mandor/sub kontraktor atau rapat pada saat suatu item pekerjaan akan dimulai.

4.2. Menyiapkan Materi Bimbingan Teknis

4.2.1. Identifikasi dan Klasifikasi Jenis Pekerjaan Utama

Seorang pelaksana lapangan harus mengetahui jenis-jenis pekerjaan pada kontrak-kontrak yang berhubungan dengan saluran irigasi, antara lain:

- Pekerjaan saluran irigasi baik primer, sekunder, tersier, quarter;

- Pekerjaan bangunan irigasi antara lain bangunan inti, bangunan pelengkap, siphon, talang, bangunan terjunan dan lain-lain;

- Pekerjaan jembatan-apabila saluran melintas/memotong suatu jalan; - Pekerjaan jalan inspeksi-di kiri/kanan saluran;

- Pekerjaan pencetakan sawah (sering terjadi kontrak pekerjaan saluran tersier, kwarter termasuk pencetakan sawah).

Berikut pengantar mengenai macam-macam pekerjaan yang berhubungan dengan saluran irigasi :

4.2.1.1. Saluran Irigasi

Berdasarkan fungsi saluran, maka saluran dibagi menjadi Saluran Pembawa atau saluran irigasi dan Saluran Pembuang. Saluran irigasi digunakan untuk membawa air dari bendung ke sawah yang diairi .Menurut bahan konstruksinya , saluran dibagi menjadi saluran tanah dan saluran yang dilining dengan beton atau pasangan batu untuk mencegah

(16)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 15 dari 71

kebocoran air. Sedangkan menurut letaknya, saluran dibagi menjadi saluran induk (saluran primer), saluran sekunder, saluran tersier dan saluran quarter .

a. Saluran Induk atau Saluran Primer 1. Difinisi

Saluran induk adalah saluran yang paling hulu berasal dari bendung, saluran ini biasa disebut saluran primer. Sebelum saluran induk biasanya terdapat kantong lumpur yang berfungsi sebagai pengendap lumpur yang dibawa oleh air irigasi yang berasal dari sungai. Kecepatan air pada saluran induk diusahakan agar supaya tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat. Apabila kecepatan air di saluran terlalu lambat, maka akan terjadi pengendapan di saluran, sedangkan kalau terlalu cepat akan menimbulkan erosi pada dasar dan sisi saluran.

2. Jenis Saluran Induk

Jenis saluran induk terdiri dari dari saluran tanah dan saluran tanah yang dilining. Lining terdiri dari bahan beton atau pasangan batu kali. Apabila saluran terdiri dari tanah yang kedap air, maka sauran tidak perlu dilining, namun apabila saluran terdiri dari tanah yang mudah dilalui air (poreus) maka sebaiknya dilining untuk mngurangi kebocoran air. Batas ujung saluran induk adalah bangunan bagi, yang membagi air irigasi ke saluran sekunder atau saluran pembawa lain.

b. Saluran Sekunder 1. Difinisi

Saluran sekunder adalah cabang saluran induk. Kecepatan air pada saluran sekunder diusahakan agar supaya tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat. Apabila kecepatan air di saluran terlalu lambat, maka akan terjadi pengendapan di saluran, sedangkan kalau terlalu cepat akan menimbulkan erosi pada dasar dan sisi saluran.

2. Jenis Saluran Sekunder

Jenis saluran sekunder terdiri dari saluran tanah dan saluran tanah yang dilining. Lining terdiri dari bahan beton atau pasangan

(17)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 16 dari 71

batu kali. Apabila saluran sekunder terdiri dari tanah yang kedap air, maka saluran sekunder tidak perlu dilining, namun apabila saluran terdiri dari tanah yang mudah dilalui air (poreus), maka sebaiknya dilining untuk mngurangi kebocoran air Batas ujung saluran sekunder adalah bangunan sadap, yang membagi air irigasi ke saluran tersier atau saluran quarter.

c. Saluran Tersier 1. Difinisi

Saluran tersier adalah cabang saluran sekunder. Kecepatan air pada saluran tersier juga diusahakan agar supaya tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat. Apabila kecepatan air di saluran terlalu lambat, maka akan terjadi pengendapan di saluran, sedangkan kalau terlalu cepat akan menimbulkan erosi pada dasar dan sisi saluran.

2. Jenis Saluran Tersier

Jenis saluran tersir biasanya terdiri dari saluran tanah, karena saluran tersier biasanya diserahkan pengelolaannya kepada petani atau P3A. Pada keadaan tertentu saja saluran tersier boleh dilining. Batas ujung saluran tersier adalah bangunan box tersier yang membagi air irigasi ke saluran quarter yang langsung menuju ke sawah

d. Saluran Quarter 1. Difinisi

Saluran quarter adalah cabang saluran tersier. Kecepatan air pada saluran quarter juga diusahakan agar supaya tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat. Apabila kecepatan air di saluran terlalu lambat, maka akan terjadi pengendapan di saluran, sedangkan kalau terlalu cepat akan menimbulkan erosi pada dasar dan sisi saluran.

2. Jenis Saluran Quarter

Jenis saluran quarter biasanya terdiri dari saluran tanah, karena saluran quarter biasanya diserahkan pengelolaannya kepada petani atau P3A. Batas ujung saluran tersier adalah bangunan box

(18)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 17 dari 71

quarter yang membagi air irigasi ke saluran sub quarter yang langsung menuju ke sawah.

e. Saluran Sub Quarter (Saluran Cacing) 1. Difinisi

Saluran sub quarter adalah cabang saluran quarter. Kecepatan air pada saluran sub quarter biasanya sudah lambat, karena terdiri dari saluran tanah yang dibuat oleh petani sendiri

2. Jenis Saluran Sub Quarter

Jenis saluran sub quarter biasanya terdiri dari saluran tanah, karena saluran quarter biasanya dibuat dan dikelola oleh petani atau P3A. Batas ujung saluran sub quarter adalah saluran pembuang.

f. Saluran Pembuang 1. Difinisi

Saluran pembuang adalah saluran yang menampung air pembuangan irigasi dari sawah Kecepatan air pada saluran pembuang biasanya sudah lambat, karena terdiri dari saluran tanah.

2. Jenis Saluran Pembuang

Jenis saluran pembuang biasanya terdiri dari saluran pembuang quarter, pmbuang tersier, saluran pembuang sekunder dan saluran pembuang induk atau saluran pembuang kolektor, yang menampung air buangan ke saluran pembuang alam atau sungai.

g. Saluran Pembuang Quarter 1. Difinisi

Saluran pembuang quarter adalah saluran pembuang yang menampung air pembungan irigasi dari sawah pada petak tersier. Kecepatan air pada saluran pembuang biasanya sudah lambat, karena terdiri dari saluran tanah.

2. Jenis Saluran Pembuang Quarter

Jenis saluran pembuang quarter biasanya terdiri dari saluran tanah yang dibuat oleh petani sendiri.

(19)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 18 dari 71

h. Saluran Pembuang Tersier 1. Difinisi

Saluran pembuang tersier adalah saluran pembuang yang menampung air pembuangan irigasi dari sawah pada petak tersier. Kecepatan air pada saluran pembuang biasanya sudah lambat, karena terdiri dari saluran tanah .

2. Jenis Saluran Pembuang Tersier

Jenis saluran pembuang tersier biasanya terdiri dari dari saluran tanah yang dibuat oleh petani sendiri.

i. Saluran Pembuang Sekunder 1. Difinisi

Saluran pembuang skunder adalah saluran pembuang yang menampung air pembuangan irigasi dari sawah pada beberapa petak tersier. Kecepatan air pada saluran pembuang biasanya sudah lambat, karena terdiri dari saluran tanah.

2. Jenis Saluran Pembuang Sekunder

Jenis saluran pembuang sekunder biasanya terdiri dari saluran tanah yang dibuat oleh pemerintah .

j. Saluran Pembuang Primer 1. Difinisi

Saluran pembuang primer adalah saluran pembuang yang menampung air pembuangan irigasi dari sawah pada beberapa petak tersier. Kecepatan air pada saluran pembuang biasanya sudah lambat, karena terdiri dari saluran tanah .Saluran pembuang ini biasa juga disebut saluran pembuang kolektor

2. Jenis Saluran Pembuang Primer

Jenis saluran pembuang primer biasanya terdiri dari saluran tanah yang dibuat oleh pemerintah. Saluran pembuang primer ini mengalirkan air buangan ke saluran pembang alam, sungai atau ke laut.

(20)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 19 dari 71

4.2.1.2. Bangunan Irigasi

a. Bangunan Utama 1. Definisi

Bangunan Utama dapat didefinisi sebagai : semua bangunan yang direncanakandi sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam jaringan saluran irigasi agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi, biasanya dilengkapi dengan kantong lumpur agar bisa mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan serta memungkinkan untuk mengukur air yang masuk. 2. Kesahihan / Validitas.

Kriteria, praktek-praktek yang dianjurkan, pedoman serta metode-metode perencanaan yang dibicarakan dalam bagian perencanaan Bangunan Utama ini sahih untuk semua bangunan yang beda tinggi energinya (muka air hulu terhadap muka air hilir) tidak lebih dari 6 meter.

Untuk bangunan-bangunan ini diandaikan bahwa luas pembuang

sungai kurang dari 500 km2 dan bahwa debit maksimum

pengambilan adalah 25 m3/dt. Batasan ini dipilih karena

mencangkup bangunan utama yang dapat direncanakan berdasarkan kriteria yang diberikan di sini.

Untuk bangunan-bangunan di luar ruang lingkup ini, diperlukan nasihat-nasihat ahli. Juga untuk bangunan-bangunan yang dicakup dalam standar ini, jika diperkirakan akan timbul masalah-masalah khusus, maka diperlukan konsultasi dengan ahli-ahli yang bersangkutan.

Lembaga-lembaga yang dapat menyediakan jasa keahlian adalah: - Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan di Bandung,

yang memberikan jasa-jasa keahlian di bidang Hidrologi, Geologi, Mekanika Tanah serta Teknik Hidrolika. Lembaga ini memiliki laboratorium hidrolika dengan staf yang sangat berpengalaman.

- Sub-Direktorat Perencanaan Teknis Direktorat Irigasi I dan II, serta Direktorat Sungai.

(21)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 20 dari 71

3. Bagian-bagian Bangunan Utama

Bangunan Utama terdiri dari berbagai bagian yang akan dijelaskan secara rinci dalam pasal berikut ini. Pembagiannya dibuat sebagai berikut :

- bangunan pengelak

- bangunan pengambilan

- bangunan pembilas (penguras)

- kantong lumpur

- pekerjaan sungai

(22)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 21 dari 71

Lampiran Gambar 4.2.1. Tata letak tipe-tipe bangunan utama

Ö Bangunan Pengelak

Bangunan pengelak adalah bagian dari bangunan utama yang benar-benar dibangun di dalam air. Bangunan ini diperlukan untuk memungkinkan dibelokkannya air sungai ke jaringan irigasi, dengan jalan menaikkan muka air di sungai atau dengan memperlebar pengambilan di dasar sungai seperti pada tipe bendung saringan bawah (bottom rack weir).

(23)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 22 dari 71

Bila bangunan tersebut juga akan dipakai untuk mengatur elevasi air di sungai, maka ada dua tipe yang akan digunakan yakni :

1. bendung pelimpah 2. bendung gerak

Gambar 4.2.2. memberikan beberapa tipe denah dan potongan melintang bendung gerak dan potongan melintang bendung saringan bawah.

Bendung adalah bangunan pelimpah melintang sungai yang memberikan tinggi muka air minimum kepada bangunan pengambilan untuk keperluan irigasi. Bendung merupakan penghalang selama terjadi banjir dan dapat menyebabkan genangan luas di daerah-daerah hulu bendung tersebut.

Bendung gerak adalah bangunan berpintu yang dibuka selama aliran besar, masalah yang ditimbulkannya selama banjir kecil saja. Bendung gerak dapat mengatur muka air di depan pengambilan agar air yang masuk tetap sesuai dengan kebutuhan irigasi. Bendung gerak mempunyai kesulitan-kesulitan eksploitasi karena pintunya harus tetap dijaga dan dioperasikan dengan baik dalam keadaan apa pun.

Bendung saringan bawah adalah tipe bangunan yang dapat menyadap air dari sungai tanpa terpengaruh oleh tinggi muka air. Tipe ini terdiri dari sebuah parit terbuka yang terletak tegak lurus terhadap aliran sungai. Jeruji baja (saringan) berfungsi untuk mencegah masuknya batu-batu bongkah ke dalam parit. Sebenarnya bongkah dan batu-batu dihanyutkan ke bagian hilir sungai. Bangunan ini digunakan di bagian / ruas atas sungai di mana sungai hanya mengangkut bahan-bahan yang berukuran sangat besar.

Untuk keperluan-keperluan irigasi, bukanlah selalu merupakan keharusan untuk meninggikan muka air di sungai. Jika muka air sungai cukup tinggi, dapat dipertimbangkan pembuatan pengambilan bebas, bangunan yang dapat mengambil air dalam jumlah yang cukup banyak selama waktu pemberian air irigasi, tanpa membutuhkan tinggi muka air tetap di sungai.

(24)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 23 dari 71

Dalam hal ini pompa dapat juga dipakai untuk menaikkan air sampai elevasi yang diperlukan. Akan tetapi, karena biaya pengelolaannya tinggi, maka harga air irigasi mungkin menjadi terlalu tinggi pula.

Lampiran Gambar 4.2.2. Denah dan potongan melintang bendung gerak dan potongan melintang bendung saringan bawah.

(25)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 24 dari 71

Ö Pengambilan

Pengambilan (Lihat gambar 4.2.3.) adalah sebuah bangunan berupa pintu air. Air irigasi dibelokkan dari sungai melalui bangunan ini. Pertimbangan utama dalam merencanakan sebuah bangunan pengambilan adalah debit rencana dan pengelakan sediment.

Ö Pembilas

Pada tubh bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat bangunan pem bilas (Lihat gambar 4.2.3.) guna mencegah masuknya bahan sedimen kasar ke dalam jaringan saluran irigasi. Pembilas dapat direncanakan sebagai :

1. Pembilas pada tubuh bendung dekat pengambilan 2. Pembilas bawah

3. Shunt undersluice

4. Pembilas bawah tipe boks

Tipe (2) sekarang umum dipakai, tipe (1) adalah tipe tradisional, tipe (3) dibuat di luar lebar bersih bangunan pengelak dan tipe (4) menggabung pengambilan dan pembilas dalam satu bidang atas bawah.

Perencanaan pembilas dengan dinding pemisah dan pembilas bawah telah diuji dengan berbagai penyelidikan model.

(26)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 25 dari 71

(27)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 26 dari 71

Ö Kantong Lumpur

Kantong lumpur mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dari fraksi pasir halus (0,06–0,07 mm) dan baisanya ditempatkan persis sebelah hilir pengambilan. Bahan-bahan yang lebih halus tidak dapat ditangkap dalam kantong lumpur biasa dan harus diangkut melalui jaringan saluran ke sawah-sawah. Bahan yang telah mengendap di dalam kantong kemudian dibersihkan secara berkala. Pembersihan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan aliran air yang deras untuk menghanyutkan bahan endapan tersebut kembali ke sungai. Dalam hal-hal tertentu, pembersihan ini perlu dilakukan dengan cara lain yaitu dengan jalan mengeruknya atau dilakukan dengan tangan.

Ö Pekerjaan Pengaturan Sungai

Pembuatan bangunan-bangunan khusus di sekitar bangunan utama untuk menjaga agar bangunan tetap berfungsi dengan baik, terdiri dari :

1. Pekerjaan pengaturan sungai guna melindungi bangunan terhadap kerusakan akibat penggerusan dan sedimentasi. Pekerjaan-pekerjaan ini umumnya berupa krib, matras batu, pasangan batu kosong dan atau dinding pengarah.

2. Tanggul banjir untuk melindungi lahan yang berdekatan terhadap genangan akibat banjir.

3. Saringan bongkah untuk melindungi pengambilan / pembilas bawah agar bongkah tidak menyumbat bangunan selama terjadi banjir.

4. Tanggul penutup untuk menutup bagian sungai lama atau, bila bangunan pengelak dibuat di kopur, untuk mengelakkan sungai melalui bangunan tersebut.

Ö Pekerjaan Pelengkap

Pekerjaan pekerjaan ini terdiri dari bangunan-bangunan atau perlengkapan yang akan ditambahkan ke bangunan utama untuk keperluan :

1. Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran.

(28)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 27 dari 71

2. Pengoperasian pintu

3. Peralatan komunikasi, tempat teduh serta perumahan untuk tenaga eksploitasi, gudang dan ruang kerja untuk kegiatan eksploitasi dan pemeliharaan.

4. Jembatan diatas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama mudah dijangkau atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum.

5. Instalasi tenaga air mikro atau mini, tergantung pada hasil evaluasi ekonomi serta kemungkinan hidrolik. Instalasi ini bisa dibangun di dalam bangunan pengelak atau di ujung kantong lumpur atau di awal saluran.

4. Tipe Bangunan

Ö Umum

Bangunan dapat digolongkan menjadi dua, yakni bangunan yang mempengaruhi dan yang tidak mempengaruhi muka air hulu.

Termasuk dalam kategori pertama adalah bendung pelimpah dan bendung gerak. Kedua tiper tersebut mampu membendung air sampai tinggi minimum yang diperlukan. Pintu bendung gerak mempunyai pintu yang dapat dibuka selama banjir guna mengurangi tinggi pembendungan. Bendung pelimpah tidak bisa mengurangi tinggi muka air hulu sewaktu banjir.

Kategori bangunan kedua meliputi pengambilan bebas, pompa dan bendung saringan bawah. Tak satu pun dari tipe-tipe bangunan ini yang mempengaruhi muka air.

Semua bangunan ini dapat dibuat dari pasangan batu atau beton, atau campuran kedua bahan ini yang masing-masing bahan bangunannya mempengaruhi bentuk dan perencanaan bangunan tesebut.

Bahan-bahan lain jarang dipakai di Indonesia dan tidak akan dibicarakan disini.

(29)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 28 dari 71

(i) Pasangan Batu

Pasangan batu akan dipakai apabila bahan bangunan ini (batu-batu berukuran besar) dapat ditemukan di atau dekat daerah itu.

Permukaan bendung yang terkena abrasi langsung dengan air dan pasir, biasanya dilindungi dengan lapisan batu keras yang dipasang rapat-rapat. Batu ini disebut batu candi, yaitu batu-batu yang dikerjakan dengan tangan dan dibentuk seperti kubus agar dapat dipasang serapat mungkin.

(ii) Beton

Di Indonesia beton jarang digunakan untuk membuat bendung pelimpah. Alasan utamanya adalah biaya yang tinggi. Di daerah-daerah di mana tidak terdapat batu yang cocok untuk konstruksi pasangan batu, beton merupakan alternatif.

Ö Bangunan pengatur muka air (a) Bendung pelimpah

Tipe bangunan pengelak yang paling umum dipakai di Indonesia adalah bendung pelimpah. Bendung ini dibuat melintang sungai untuk menghasilkan elevasi air minimum agar air tersebut bisa dielakkan.

(b) Bendung gerak

Dengan pintu-pintunya (pintu sorong, Pintu radial dan sebagainya), bendung gerak dapat mengatur muka air di sungai. Di daerah-daerah aluvial yang datar di mana meningginya muka air di sungai mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang luas (tanggul banjir yang panjang), pemakaian konstruksi bendung gerak dibenarkan. Karena menggunakan bagian-bagian yang bergerak, seperti pintu dengan peralatan angkatnya bendung tipe ini menjadi konstruksi yang mahal dan membutuhkan eksploitasi yang lebih teliti.

Penggunaan bendung gerak dapat dipertimbangkan jika : - Kemiringan dasar sungai kecil / relatif datar

- Peninggian dasar sungai akibat konstruksi bendung tetap tidak dapat diterima karena ini akan mempersulit

(30)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 29 dari 71

pembuangan air atau membahayakan pekerjaan sungai yang telah ada akibat meningginya muka air.

- Debit banjir tidak bisa dilewatkan dengan aman melalui bendung tetap

- Pondasi kuat, pilar untuk pintu harus kaku dan penurunan tanah akan menyebabkan pintu-pintu itu tidak dapat dioperasikan.

Ö Bangunan-bangunan muka air bebas (a) Pengambilan bebas

Bangunan pengambilan bebas langka dipakai karena persyaratan untuk berfungsinya bangunan tersebut dengan baik sangat sulit dipenuhi.

Persyaratan ini adalah :

- Kebutuhan pengambilan kecil dibandingkan dengan debit sungai andalan.

- Kedalaman dan selisih tinggi energi yang cukup untuk pengelakan pada aliran normal

- Tanggul sungai yang stabil pada lokasi bangunan pengambilan

- Bahan dasar yang kecil pada pengambilan dan sedikit bahan layang.

Agar sedimen yang masuk tetap minimal, pengambilan sebaiknya dibuat di ujung tikungan luar sungai untuk memanfaatkan aliran helikoidal. Kadang-kadang pula dibuat kantong lumpur atau pengelak sedimen di hilir pengambilan. Karenapersyaratan-persyaratan yang disebutkan di atas, biasanya pengambilan bebas dijumpai di ruas atas sungai di mana kemiringan sungai curam, dasar dan tanggul sungai stabil (batu keras).

(b) Pompa

Pompa merupakan metode yan fleksibel untuk mengelakan air dari sungai. Tetapi, karena biaya energinya mahal (biasanya bahan bakar atau listrik), pompa akan digunakan hanya apabila pemecahan berdasarkan gravitasi tidak mungkin serta analisis

(31)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 30 dari 71

untung rugi menunjukan bahwa instalasi pompa memang layak.

Dalam keadaan khusus ada dua tipe pompa yang mungkin dipakai. Kedua tipe ini tidak bergantung pada bahan bakar atau listrik. Tipe-tipe tersebut adalah :

(1) Pompa naik hidrolis (hydraulic ram pump), yang bekerja atas dasar momentum aliran air dan dengan cara itu pompa dapat menaikkan sedikit dari air tersebut. Karena jumlah air yang dinaikkan sedikit. Tipe pompa ini umumnya hanya digunakan untuk memompa air minum.

(2) Pompa yang digerakkan dengan air terjun, di dasar pipa (shaft) vertikal dipasang sebuah rotor dimana air terjun menyebabkan pipa putar. Di atas pipa terdapat pompa kecil yang akan menaikkan air sedikit saja.

(c) Bendung saringan bawah

Bendung saringan bawah atau tiroller mengelakkan air lewat dasar sungai. Flum yang dipasang tegak lurus terhadap dasar sungai mengelakkan air melalui tepi sungai. Flum tersebut dipasangi saringan yang jerujinya searah dengan aliran sungai. Saringan itu akan mengahalangi masuknya bahan-bahan sedimen kasar di dasar sungai (untuk potongan melintang tipe bendung ini lihat Gambar 4.2.2.). Bahan-bahan yang lebih halus dipisahkan dengan konstruksi pengelak sedimen yang ada di belakang bangunan pengelak. Perencanaan saringan bawah harus mendapat perhatian yang sungguh-sungguh, karena hal ini akan menentukan berfungsinya bangunan dengan baik.

Tipe bendung ini terutama cocok digunakan di daerah pegunungan. Karena hampir tidak mempunyai bagian yang memerlukan eksploitasi, bangunan ini dapat bekerja tanpa pengawasan. Juga, penggunaan saringan bawah ini sangat menguntungkan di bagian sungai yang kemiringannya curam dengan bahan sedimen yang lebih besar.

Karena bendung saringan bawah tidak mempunyai bagian yang merupakan penghalang aliran sungai dan bahan dasar

(32)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 31 dari 71

kasar, maka bendung ini tidak mudah rusak akibat hempasan batu-batu bongkah yang diangkut aliran. Batu-batu bongkah ini akan lolos begitu saja ke hilir sungai.

b. Bangunan Bagi / Sadap

1. Bangunan Bagi

Apabila air irigasi dibagi dari saluran primer sekunder, maka akan dibuat bangunan bagi. Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti mengukur dan mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran. Salah satu dari pintu-pintu bangunan bagi berfungsi sebagai pintu pengatur muka air, sedangkan pintu-pintu sadap lainnya mengukur debit.

Adalah biasa untuk memasang pintu pengatur di saluran terbesar dan membuat alat-alat pengukur dan pengatur di bangunan sadap yang lebih kecil (Lihat gambar 4.2.4.).

Tabel 4.1. memberikan perbandingan antara bangunan-bangunan pengatur muka air

2. Bangunan Pengatur

Bangunan pengatur akan mengatur muka air saluran ditempat-tempat dimana terletak bangunan sadap dan bagi.

Khususnya di saluran-saluran yang kehilangan tinggi energinya harus kecil (misal di kebanyakan saluran garis tinggi), bangunan pengatur harus direncana sedemikian rupa sehingga tidak banyak rintangan sewaktu terjadi debit rencana. Misalnya pintu sorong harus dapat diangkat sepenuhnya dari dalam air selama terjadi debit rencana,kehilangan energi harus kecil pada pintu skot balok jika semua balok dipindahkan.

Di saluran-saluran sekunder dimana kehilangan tinggi energi tidak merupakan hambatan, bangunan pengatur dapat direncana tanpa menggunakan pertimbangan-pertimbangan di atas.

(33)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 32 dari 71

(34)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 33 dari 71

Tabel 4.1. Perbandingan antara bangunan-bangunan pengatur muka air.

Satu aspek penting dalam perencanaan bangunan bagi adalah kepekaannya terhadap variasi muka air.

Gambar 4.2.5. merupakan ilustrasi mengenai perubahan-perubahan debit dari variasi muka air untuk pintu-pintu tipe aliran atas dan aliran bawah. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa alat ukur aliran atas lebih peka terhadap fluktuasi muka air dibanding dengan pintu aliran bawah.

Kadang-kadang akan menguntungkan untuk menggabung beberapa tipe bangunan utama ; mercu tetap dengan pintu aliran bawah atau skot balok dengan pintu. Kombinasi ini terutama antara bangunan yang mudah dieksploitasi dengan tipe yang tak dapat atau sulit dieksploitasi. Oleh sebab itu, mercu tetap kadang-kadang dikombinasi dengan salah satu dari bangunan-bangunan pengatur lainnya, misalnya sebuah pintu dapat dipasang di sebelah mercu tetap.

(35)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 34 dari 71

Gambar 4.2.5. Perubahan debit dengan variasi muka air untuk pintu aliran atas dan aliran bawah.

Tetapi di saluran yang angkutan sedimennya tinggi, penggunaan bangunan dengan mercu tidak disarankan karena bangunan-bangunan ini akan menangkap sediment. Lagi pula, mercu memerlukan lebih banyak kehilangan tinggi energi.

Khususnya bangunan-bangunan yang dibuat di saluran yang tinggi energinya harus dijaga agar tetap kecil, sebaiknya direncana tanpa mercu. Dengan demikian, sedimen bisa lewat tanpa hambatan dan kehilangan tinggi energi minimal.

Lebar bangunan pengatur berkaitan dengan kehilangan tinggi energi yang diijinkan serta biaya pelaksanaan : bangunan yang lebar menyebabkan sedikit kehilangan tinggi energi dibanding bangunan yang sempit, tetapi bangunan yang lebar lebih mahal (diperlukan lebih banyak pintu).

Untuk saluran primer garis tinggi, kehilangan tinggi energi harus tetap kecil: 5 sampai 10 cm. Akibatnya bangunan pengatur di saluran primer lebar.

(36)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 35 dari 71

Saluran sekunder biasanya tegak lurus terhadap garis-garis kontur dan, oleh sebab itu, kehilangan tinggi energi lebih besar dan bangunan pengaturnya lebih sempit.

Guna mengurangi kehilangan tinggi energi dan sekaligus mencegah pengerusan, disarankan untuk membatasi kecepatan di bangunan pengatur sampai kurang lebih 1,5 m/dt.

Dalam merencana bangunan pengatur, kita hendaknya selalu menyadari kemungkiman terjadinya keadaan darurat seperti debit penuh sementara pintu-pintu tertutup. Bangunan sebaiknya dilindungi dari bahaya seperti itu dengan pelimpah samping di saluran hulu atau kapasitas yang memadai di atas pintu atau alat ukur tambahan dengan mercu setinggi debit rencana.

Gambar 4.2.6. Saluran sekunder dengan bangunan pengatur dan sadap ke berbagai

(37)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 36 dari 71

Gambar 4.4 Bangunan pengatur : Pintu aliran bawah dengan mercu tetap.

3. Bangunan Sadap

Ö Bangunan Sadap Sekunder

Bangunan sadap sekunder akan memberi air ke saluran sekunder dan, dan oleh sebab itu, melayani lebih dari satu petak tersier. Kapasitas bangunan-bangunan sadap ini lebih dari sekitar 0,250 m3/dt.

Ada tiga tipe bangunan yang dapat dipakai untuk bangunan sadap sekunder, yakni :

- Alat ukur Romijn

- Alat ukur Crump-de-Gruyter

- Pintu aliran bawah dengan alat ukur ambang lebar

Tipe mana akan dipilih bergantung pada ukuran saluran sekunder yang akan diberi air serta besarnya kehilangan tinggi energi yang diizinkan.

Untuk kehilangan tinggi energi kecil, alat ukur Romijn dipakai hingga debit sebesar 2 m3/dt, dalam hal ini dua atau tiga pintu Romijn dipasang bersebelahan. Untuk debit-debit yang lebih besar, harus dipilih pintu sorong yang dilengkapi dengan alat ukur yang terpisah, yakni alat ukurambang lebar.

(38)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 37 dari 71

Bila tersedia kehilangan tinggi energi yang memadai, maka alat ukur Crump-de Gruyter merupakan bangunan yang bagus. Bangunan ini dapat direncana dengan pintu tunggal atau banyak pintu dengan debit sampai sebesar 0,9 m3/dt setiap pintu.

Ö Bangunan Sadap Tersier

Bangunan sadap tersier akan memberi air kepada petak-petak tersier. Kapasitas bangunan sadap ini berkisar antara 50 l/dt sampai 250 l/dt.

Bangunan sadap yang paling cocok adalah alat ukur Romijn, jika muka air hulu diatur dengan bangunan pengatur dan jika kehilangan tinggi energi merupakan masalah.

Bila kehilangan tinggi energi tidak begitu menjadi masalah dan muka air banyak mengalami fluktuasi, maka dapat dipilih alat ukur Crump-de Gruyter. Harga antara debit Qmaks / Qmin untuk alat ukur Crump-de Gruyter lebih kecil daripada harga antara debit untuk pintu Romijn.

Di saluran irigasi yang harus tetap memberikan air selama debit sangat rendah, alat ukur Crump-de Gruyter lebih cocok karena elevasi pengambilannya lebih rendah daripada elevasi pengambilan pintu Romijn.

Sebagai aturan umum, pemakaian beberapa tipe bangunan sadap tersier sekaligus di satu daerah irigasi tidak disarankan. Penggunaan satu tipe bangunan akan lebih mempermudah eksploitasi.

Untuk bangunan sadap tersier yang mengambil air dari saluran primer yang besar, dimana pembuatan bangunan pengatur akan sangat mahal dan muka air yang diperlukan di petak tersier rendah dibanding elevasi air selama debit rendah di saluran, akan menguntungkan untuk memakai bangunan sadap pipa sederhana dengan pintu sorong sebagai bangunan penutup. Debit maksimum melalui pipa sebaiknya didasarkan pada muka air rencana di saluran primer dan petak tersier. Hal ini berarti bahwa walaupun mungkin debit terbatas sekali, petak

(39)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 38 dari 71

tersier tetap bisa diairi bila tersedia air di saluran primer pada elevasi yang cukup tinggi untuk mengairi petak tersebut.

c. Bangunan Pelengkap 1. Gorong-gorong

Ö Umum

Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air (Saluran Irigasi atau Pembuang) melewati bawah jalan air lainnya (biasanya saluran), bawah jalan, atau jalan kereta api.

Gorong-gorong (lihat Gambar 4.2.7.) mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir. Sebagian dari potongan melintang mungkin berada di atas muka air. Dalam hal ini gorong-gorong berfungsi sebagai saluran terbuka dengan aliran bebas.

Pada gorong-gorong aliran bebas, benda-benda yang hanyut dapat lewat dengan mudah, tetapi biaya pembuatannya umumnya lebih mahal dibanding gorong-gorong tenggelam. Dalam hal gorong-gorong tenggelam, seluruh potongan melintang berada di bawah permukaan air. Biaya pelaksanaan lebih murah, tetapi bahaya tersumbat lebih besar.

(40)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 39 dari 71

Gambar 4.2.7. Standar peralihan saluran

Karena alasan-alasan pelaksanaan, harus dibedakan antara gorong-gorong pembuang silang dan gorong-gorong jalan : - Pada gorong-gorong pembuang silang, semua bentuk

kebocoran harus dicegah. Untuk ini diperlukan sarana-sarana khusus

- Gorong-gorong jalan harus mampu menahan berat beban kendaraan.

Ö Ukuran-ukuran Standar

Hanya diameter dan panjang standar saja yang mempunyai harga praktis. Diameter minimum pipa yang dipakai di saluran primer adalah 0,60 m. Gambar 4.2.9. menyajikan dimensi-dimensi dan detail khusus untuk pipa beton standar.

(41)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 40 dari 71

(42)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 41 dari 71

Gambar 4.2.9. Standar pipa beton.

Ö Penutup minimum.

Penutup diatas gorong-gorong pipa di bawah jalan atau tanggul yang menahan berat kendaraan harus paling tidak sama dengan diameternya, dengan minimum 0,60 m.

Gorong-gorong pembuang yang dipasang di bawah saluran irigasi harus memakai penyambung yang kedap air, yaitu dengan ring penyekat dari karet. Seandainya sekat penyambung tidak ada, maka semua gorong-gorong di bawah

(43)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 42 dari 71

saluran harus disambung dengan beton tumbuk atau pasangan.

Ö Gorong-gorong Segi Empat

Gorong-gorong segi empat dibuat dari beton bertulang atau dari pasangan batu dengan pelat beton bertulang sebagai penutup. Gorong-gorong tipe pertama terutama digunakan untuk debit yang besar atau bila yang dipentingkan adalah gorong-gorong yang kedap air. Gorong-gorong dari pasangan batu dengan pelat beton bertulang sangat kuat dan pembuatannya mudah. Khususnya untuk tempat-tempat terpencil, gorong-gorong ini sangat ideal. Gambar 4.2.10. menyajikan contoh tipe gorong-gorong yang telah dijelaskan diatas.

(44)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 43 dari 71

d. Sipon 1. Umum

Sipon (Gambar 4.2.11.) adalah bangunan yang membawa air melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Pada sipon air mengalir karena tekanan.

Perencanaan hindrolis sipon harus mempertimbangkan kecepatan aliran, kehilangan pada peralihan masuk, kehilangan akibat gesekan, kehilangan pada bagian siku sipon serta kehilangan pada peralihan keluar.

Diameter minimum sipon adalah 0,60 m untuk memungkinkan pembersihan dan inspeksi.

Karena sipon hanya memiliki sedikit flesibiltas dalam mengangkut lebih banyak air daripada yang direncana, bangunan ini tidak akan dipakai dalam pembuang mengangkut lebih banyak benda-benda hanyut.

Agar pipa sipon tidak tersumbat dan tidak ada orang atau binatang yang masuk secara kebetulan, maka mulut pipa ditutup dengan kisi-kisi penyaring (Trashrack).

Biasanya pipa sipon dikombinasi dengan pelimpah tepat disebelah hulu agar tidak meluap di atas tanggul saluran hulu. Disaluran-saluran yang lebih besar, sipon dibuat dengan pipa rangkap (double barrels) guna menghindari kehilangan yang lebih besar di dalam sipon jika bangunan itu tidak mengalirkan air pada debit rencana. Pipa rangkap juga menguntungkan dari segi pemeliharaan dan mengurangi biaya pelaksanaan bangunan. Sipon yang panjangnya lebih dari 100 m harus dipasang dengan lubang periksa (manhole) dan pintu pembuang, jika situasi memungkinkan, khususnya untuk jembatan sipon.

Pemasangan sipon (yang panjangnya lebih dari 100 m) memerlukan seorang ahli mekanik dan hidrolik.

2. Kecepatan aliran

Untuk mencegah sedimentasi kecepatan aliran dalam sipon harus tinggi. Tetapi, kecepatan yang tinggi menyebabkan bertambahnya kehilangan tinggi energi. Oleh sebab itu keseimbangan antara kecepatan yang tinggi dan kehilangan tinggi energi yang diizinkan

(45)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 44 dari 71

harus tetap dijaga. Kecepatan aliran dalam sipon harus dua kali lebih tinggi dari kecepatan normal aliran dalam saluran, dan tidak boleh kurang dari 1 m/dt, lebih disukai lagi kalau tidak kurang dari 1,5 m/dt. Kecepatan maksimum sebaiknya tidak melebihi 3 m/dt. 3. Perapat pada lubang masuk pipa.

Bagian atas lubang pipa berada sedikit di bawah permukaan air normal. Ini akan mengurangi kemungkinan berkurangnya kapasitas sipon akibat masuknya udara ke dalam sipon. Kedalaman tenggelamnya bagian atas lubang sipon disebut air perapat (water seal).

Tinggi air perapat bergantung kepada kemiringan dan ukuran sipon, pada umumnya :

1,1 hv < air perapat < 1,5 hv (sekitar 0,45 m, Minimum 0,15 m) dimana :

hv = beda tinggi kecepatan pada pemasukkan. 4. Kehilangan tinggi energi

Kehilangan tinggi energi pada sipon terdiri dari :

- Kehilangan masuk

- Kehilangan akibat gesekan - Kehilangan pada siku - Kehilangan keluar

Kehilangan-kehilangan ini dapat dihitung dengan kriteria yang diberikan dalam pasal 5.2.

(46)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 45 dari 71

Gambar 4.2.11. Contoh Sipon 5. Kisi-kisi penyaring

Kisi-kisi penyaring (lihat gambar 4.2.12.) harus dipasang pada bukaan / lubang masuk bangunan dimana benda-benda yang menyumbat menimbulkan akibat-akibat yang serius, misalnya pada sipon dan gorong-gorong yang panjang.

Kisi-kisi penyaring dibuat dari jeruji-jeruji baja dan mencakup seluruh bukaan. Jeruji tegak dipilih agar bisa dibersihkan dengan penggaruk (Rake).

(47)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 46 dari 71

Gambar 4.2.12. Kisi-kisi penyaring

6. Pelimpah

Biasanya sipon dikombinasi dengan pelimpah tepat di hulu bangunan itu. Pelimpah samping adalah tipe paling murah dan sangat cocok untuk ini. Debit rencana pelimpah sebaiknya diambil 60% atau 120% dari Qrencana.

7. Sipon Jembatan

Kadang-kadang akan sangat menguntungkan untuk membuat apa yang disebut jembatan-sipon. Bangunan ini membentang di atas lembah yang lebar dan dalam. Mungkin juga (dan ekonomis) unutk membuat “talang bertekanan”.

e. Talang dan Flum

Talang (Gambar 4.2.13.) dan flum (Gambar 4.2.14.) adalah saluran-saluran buatan yang dibuat dari pasangan, beton, baja atau kayu. Di dalamnya air mengalir dengan permukaan bebas, dibuat melintas lembah, saluran pembuang, saluran irigasi, sungai, jalan atau rel kereta api, atau di sepanjang lereng bukit dan sebagainya.

1. Potongan melintang

Potongan melintang bangunan tersebut ditentukan oleh nilai banding b/h, di mana b adalah lebar bangunan dan h adalah kedalaman air. Nilai-nilai banding berkisar antara 1 sampai 3 yang menghasilkan potongan melintang hidrolis yang lebih ekonomis.

(48)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 47 dari 71

2. Kemiringan dan kecepatan

Kecepatan di dalam bangunan lebih tinggi daripada kecepatan di potongan saluran biasa. Tetapi, kemiringan dan kecepatan dipilih sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kecepatan superkritis atau mendekati kritis, karena aliran cenderung sangat tidak stabil. 3. Peralihan

Peralihan masuk dan keluar dapat diperkirakan dengan gambar berikut :

Gambar 4.2.13. Contah talang

4. Tinggi Jagaan

Tinggi jagaan untuk air yang mengalir dalam talang atau flum didasarkan pada debit, kecepatan dan faktor-faktor lain. Harga-harga tinggi jagaan dapat diambil dari KP-03 saluran, pasal 4.3.6 Saluran pasangan.

Untuk talang yang melintas sungai atau pembuang, harus dipakai harga-harga ruang bebas berikut :

- Pembuang intern Q5 + 0,50 m - Pembuang ekstern Q25 + 1,00 m

- Sungai : Q25 + ruang bebas bergantung kepada keputusan

perencanaan, tapi tidak kurang dari 1,50 m. Perencanaan akan mendasarkan pilihan pada karakteristik sungai yang akan

(49)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 48 dari 71

dilintasi, seperti kemiringan, benda-benda hanyut, agradasi atau degradasi.

5. Bahan

Pipa-pipa baja sering digunakan untuk talang kecil karena mudah dipasang dan sangat kuat. Untuk debit kecil, pipa-pipa ini lebih ekonomis daripada tipe-tipe bangunan atau bahan lainnya. Tetapi baja memiliki satu ciri khas yang harus mendapat perhatian khusus baja mengembang (ekspansi) saat kena panas, ekspansi baja lebih besar dari bahan-bahan lainnya.

Oleh sebab itu harus dibuat sambungan ekspansi. Sambungan ekspansi hanya dapat dibuat di satu sisi saja atau ditengah pipa, bergantung kepada bentang dan jumlah titik dukung (Bearing point).

Pipa-pipa terpendam tidak begitu memerlukan sarana-sarana semacam ini karena variasi temperatur lebih kecil dibanding unutk pipa-pipa di udara terbuka.

Flum dibuat dari kayu, baja atau beton. Untuk menyeberangkan air lewat saluran pembuang atau irigasi yang lain, petani sering menggunakan flum kayu. Flum baja atau beton dipakai sebagai talang. Untuk debit-debit yang besar, lebih disukai flum beton. Kedua tipe bangunan tersebut dapat berfungsi ganda jika dipakai sebagai jembatan orang (baja) atau kendaraan (beton). Flum merupakan saluran tertutup jika dipakai sebagai jembatan jalan.

f. Bangunan Terjun 1. Umum

Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan semacam ini mempunyai empat bagian fungsional, masing-masing memiliki sifat-sifat perencanaan yang khas.

- Bagian hulu pengontrol, yaitu bagian di mana aliran menjadi superkritis.

- Bagian dimana air dialirkan ke elevasi yang lebih rendah - Bagian tepat di sebelah hilir potongan U, yaitu tempat di mana

(50)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 49 dari 71

- Bagian peralihan saluran memerlukan lindungan untuk

mencegah erosi.

2. Bagian pengontrol

Pada bagian pertama dari bangunan ini, aliran di atas ambang dikontrol. Hubungan tinggi energi yang memakai ambang sebagai acuan (h1) dengan debit (Q) pada pengontrol ini bergantung pada ketinggian ambang (p1), potongan memanjang mercu bangunan, kedalaman bagian pengontrol yang tegak lurus terhadap aliran, dan lebar bagian pengontrol ini.

Gambar 4.2.14. Contah flum tumpu

Bangunan-bangunan pengontrol yang mungkin adalah alat ukur ambang lebar atau flum leher panjang, bangunan pengatur mercu bulat dan bangunan celah pengontrol trapezium.

(51)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 50 dari 71

Gambar 4.2.15. Ilustrasi peristilahan yang berhubungan dengan bangunan peredam energi

g. Bangunan Pembuang silang 1. Umum

Bangunan pembuang silang dibutuhkan karena adanya aliran air buangan atau air hujan dari saluran ke bawah. Untuk melindungi saluran dari bahaya aliran semacam ini, dibuatlah bangunan pembuang silang. Kalau trase saluran biasanya mengikuti garis-garis kontur tanah, maka atas dasar pertimbangan-pertimbangan ekonomis, sering perlu untuk membuat pintasan pada saluran pembuang alamiah atau melalui punggung medan. Bila memintas saluran pembuang alamiah, aliran saluran bisa dilewatkan di bawah saluran pembuang itu dengan sipon, atau aliran saluran pembuang dapat dilewatkan di bawah saluran dengan menggunakan gorong-gorong. Jika tak terdapat saluran alamiah, atau karena pertimbangan ekonomis, maka aliran buangan dapat diseberangkan melalui saluran dengan overchute atau aliran-aliran kecil dapat dibiarkan masuk kesaluran melalui lubang-lubang pembuang.

Air buang silang kadang-kadang ditampung di saluran pembuang terbuka yang mengalir sejajar dengan saluran irigasi di sisi atas. Saluran-saluran pembuang ini bisa membawa air ke suatu saluran alamiah, melewati bawah saluran tersebut dengan gorong-gorong;

(52)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 51 dari 71

atau ke suatu titik penampungan di mana air diseberangkan lewat

saluran dengan overchute ; atau ke saluran melalui lubang

pembuang ; atau diseberangkan dengan sipon. 2. Sipon

Apabila saluran irigasi harus melintas saluran pembuang yang besar, maka kadang-kadang lebih ekonomis untuk mengalirkan air saluran tersebut lewat di bawah saluran pembuang dengan menggunakan sipon, daripada mengalirkan air buangan lewat di bawah saluran irigasi dengan gorong-gorong. Sipon memberikan keamanan yang lebih besar kepada saluran karena sipon tidak begitu tergantung pada prakira yang akurat mengenai debit pembuang di dalam saluran pembuang yang melintas. Tetapi sipon membutuhkan banyak kehilangan tinggi energi dan jika saluran pembuang itu lebar dan dalam, maka biayanya tinggi. 3. Gorong-gorong

Apabila potongan saluran terutama dibangun didalam timbunan karena potongan itu melintas saluran pembuang, maka gorong-gorong merupakan bangunan yang baik untuk mengalirkan air buangan lewat di bawah saluran itu. Gorong-gorong kecil mudah tersumbat sampah, terutama jika daerah pembuang ditumbuhi semak belukar. Untuk mengatasi masalah ini dapat digunakan kisi-kisi penyaring. Tetapi kisi-kisi semacam ini kadang-kadang lebih memperburuk penyumbatan.

Aturan dasar dalam menentukan lokasi gorong-gorong adalah memanfaatkan saluran alamiah yang pola limpasan air (runoff) aslinya hanya sedikit terganggu. Jadi, bila saluran irigasi melintas

pembuang alamiah pada bagian asimetris / tidak tegak lurus

(skew), maka biasanya akan lebih baik untuk menempatkan gorong-gorong pada bagian asimetris dengan saluran, daripada mengubah garis saluran masuk atau keluar. Jika saluran alamiah berubah arahnya antara lubang masuk dan lubang keluar gorong-gorong, mungkin diperlukan tikungan horisontal dalam saluran tekan gorong-gorong.

Apabila saluran tekan berada pada gradasi seragam, maka kemiringan saluran itu sebaiknya cukup curam guna mencegah

(53)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 52 dari 71

sedimentasi di dalam saluran tekan tersebut, tetapi tidak terlalu curam supaya tidak perlu dibuat bangunan peredam energi. Dalam praktek, ternyata sudah memuaskan untuk mengambil kemiringan minimum 0,005 serta kemiringan maksimum yang sedikit lebih curam daripada kemiringan kritis.

Jka kemiringan seragam jauh melampaui kemiringan kritis, dan dengan demikian memerlukan peredam energi, biasanya lebih disukai untuk memakai sebuah tikungan vertical dan dua kemiringan, i1 dan i2, seperti diperlihatkan pada gambar 4.2.16. Kemiringan hulu i, sebaiknya jauh lebih curam daripada kemiringan kritis.

Gambar 4.2.16. Tipe profil gorong-gorong

Gorong-gorong sebaiknya melewati bawah saluran dengan ruang bebas (Clearance) 0,60 m untuk saluran tanah atau 0,30 m untuk saluran pasangan.

Berikut ini adalah beberapa tipe gorong-gorong : - Pipa beton bertulang

- Pipa beton tumbuk diberi alas beton

- Pasangan batu dengan dek beton bertulang

- Bentuk boks segi empat dari beton bertulang yang dicor di tempat.

Bila dipakai tipe pipa beton, maka harus dipasang sambungan paking (gasket) karet untuk mencegah kebocoran; kalau tidak pipa itu sebaiknya diberi koperan pada setiap bagian sambungan.

(54)

Judul Modul : Bimbingan Teknis pada Mitra Kerja

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 53 dari 71

Rembesan dari saluran ke pipa gorong-gorong adalah salah satu sebab utama kegagalan. Pemberian perapat (collar) pipa untuk menghindari rembesan di sepanjang bagian luar pipa sangat dianjurkan. Biasanya satu perapat ditempatkan di bawah as tanggul / saluran hulu dan dua perapat di bawah tanggul hilir ; sebuah di bawah tepi dalam dan sebuah lagi 0,60 m di hilir tepi luar.

Gorong-gorong hendaknya direncana untuk kecepatan maksimum, sebesar 3 m/dt pada waktu mengalir penuh, jika pada lubang masuk dipakai peralihan yang baik. Jika lubang keluar tidak perlu dipertimbangkan, maka kecepatan maksimum dibatasi sampai 1,5 m/dt.

Diameter minimum pipa adalah 0,60 m. 4. Overchute

Overchute dipakai untuk membawa air buangan lewat di atas saluran. Bangunan ini berupa potongan flum beton segi empat yang disangga dengan tiang-tiang pancang, atau berupa saluran tertutup, seperti pipa baja. Potongan flum beton terutama dipakai untuk aliran pembuang silang yang besar, atau untuk dipakai di daerah-daerah di mana penggunaan pipa terancam bahaya tersumbat oleh sampah yang hanyut.

Bagian keluar (outlet) mungkin berupa peralihan standar, tetapi kadang-kadang berupa perendam energi, seperti misalnya kolam olak. Bagian keluar mungkin juga terdiri dari potongan boks beton melalui tanggul saluran sisi bawah (downhill) kendaraan yang lalu lalang di jalan inspeksi. Fasilitas yang sama bisa dibuat ditanggul saluran sisi atas jika diperlukan.

Gambar

Gambar 4.2.3. Pengambilan dan pembilas
Gambar 4.2.4 Saluran primer dengan bangunan pengatur dan sadap ke saluran sekunder
Tabel 4.1. Perbandingan antara bangunan-bangunan pengatur muka air.
Gambar 4.2.5. Perubahan debit dengan variasi muka air untuk pintu aliran atas dan aliran  bawah
+7

Referensi

Dokumen terkait

a) Pelaksanaan pekerjaan konstruksi baru bisa dimulai apabila sudah dilaksanakan pekerjaan pengukurannya, hal ini untuk mengetahui apakah ada perubahan pada kondisi

Dengan pemahaman yang baik terhadap instruksi kerja, akan membuat Pekerja mengetahui prosedur kerja yang benar dan dapat bekerja dengan lebih efisien, karena apabila tidak

Sedang yang dimaksud dengan bahan timbunan dalam pekerjaan ini adalah bahan yang dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan timbunan kembali ke dalam rongga antara

1) Sebutkan nama patok agar mandor bisa melakukan pengukuran elevasi bouwplank sendiri. 2) Kapan dilaksanakan pemasangan patok bouwplank. 3) Bagaimana posisi

Ketersediaan stok material yang harus ada direncanakan berdasarkan jadual pelaksanaan pekerjaan dan kebutuhan pemakaian materialnya, serta dengan memperhitungkan jadual

Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menetapka n lokasi penempata n rambu dan semboyan Mampu bertindak cermat dan teliti dalam memilih rambu dan semboyan

Tugas pelaksana lapangan perkerasan jalan beton dalam penerapan baku mutu air adalah memberikan masukan kepada Manajer Lapangan tentang pemilihan lokasi-lokasi di

Perumusan tujuan pelatihan mengacu kepada pencapaian minimal kompetensi yang ditentukan dengan indikator kompetensi yaitu : Dalam kondisi tertentu (K) mampu melakukan