• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. KERANGKA KERJA

Adapun kerangka kerja yang dipergunakan mengacu pada pendekatan : 1. Diagnostic research atau perscriptive research, yaitu penelitian

untuk mengidentifikasi aspek-aspek kriteria di bidang pelayaran yang perlu disusun konsep kriteria, sehingga dapat memperlancar penyelenggaraan transportasi laut;

2. Descriptive research, yaitu penelitian yang menganalisis

data-data yang dikumpulkan, serta melaporkannya dengan analisis secara legalitas dan dijadikan untuk informasi baru, dalam merumuskan kriteria dalam pelaksanaan di bidang pelayaran.

Gambar 3.1. Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja tersebut berupaya menyelaraskan perwujudan antara kondisi aktual, peraturan perundang-undangan, dan strategi penetapan

TARGETING

KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KONDISI AKTUAL

RANCANGAN KRITERIA DIBIDANG PELAYARAN STRATEGI PENETAPAN KRITERIA UJI PUBLIK RANCANGAN KONSEP KRITERIA

(2)

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN

kriteria dalam pencapaian tujuan. Proses tersebut akan mempengaruhi langkah strategis yang dilakukan dalam perumusan rancangan konsep kriteria dibidang transportasi laut.

B. POLA PIKIR STUDI

Pola pikir studi ini dimulai dengan perlunya pemetaan, kodefikasi unsur-unsur kriteria di bidang pelayaran.

1. Input

Pemetaan masing-masing kriteria yang akan dirumuskan, sehingga perlu dianalisis dan dipetakan kondisi aktual dan ideal yang melibatkan pemerintah, stakeholders, dan masyarakat.

2. Proses (Transformasi)

Proses dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Subyek

Merupakan instansi yang menangani perumusan kriteria dibidang pelayaran yaitu Kementerian Perhubungan CQ Ditjen Perhubungan Laut.

b. Obyek

Obyek adalah stakeholders pelayaran, dan masyarakat.

c. Metoda

Pendekatan teori yang diambil untuk menjawab atau membahas variabel penelitian menggunakan pendekatan metode analisis deskriptif komparatif dan analisis AHP.

3. Instrumental input dan Environmental Input

Kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan dalam penyusunan konsep kriteria di bidang pelayaran.

a. Output

Hasil yang diharapkan dari studi ini adalah konsep kebijakan dan strategi perumusan kriteria di bidang pelayaran.

b. Outcome

Tersedianya konsep rancangan terkait dengan perumusan kriteria dibidang pelayaran.

(3)

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN SUBYEK ENVIRONMENTAL INPUT FEED BACK INSTRUMENTAL INPUT OBYEK METODA

Kondisi Geografis, existing, aktual

INPUT

Pemetaan masing-masing kriteria yang akan dirumuskan,

sehingga perlu dianalisis dan dipetakan kondisi aktual dan

ideal yang melibatkan pemerintah,stakeholders, dan

masyarakat Ditjen Perhubungan Laut Stakeholders Masyarakat Pelindo Otoritas Pelabuhan Syahbandar Distrik Navigasi UPP Kriteria di Bidang

Pelayaran Metode deskriptif komparatif Metode Fishbone Analisis AHP UU NO. 17 TAHUN 2008, PP NO. 22 TAHUN 2011, PP NO. 21 TAHUN 2010, PP

NO. 20 TAHUN 2010, PP NO. 5 TAHUN 2010, PP NO. 61 TAHUN 2009, PERMENHUB NO. 25 TAHUN 2011, PERMENHUB NO. 26 TAHUN 2011

OUTPUT

OUTCOME

Hasil yang diharapkan dari studi ini adalah konsep

kebijakan dan strategi perumusan kriteria di bidang

pelayaran. Tersedianya Konsep rancangan kriteria di bidang

pelayaran

(4)

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN

C. ALUR PIKIR PEMECAHAN MASALAH

Dari pola pikir studi, proses analisis studi dapat diperjelas pada alur pikir pemecahan masalah sebagai berikut.

Gambar : 3.3. Pola Pikir Penyelesaian Studi TARGETING

1. Kriteria pelabuhan yang dapat diusahakan secara komersial dan non komersial;

2. Kriteria trayek angkutan laut dan lintas penyeberangan;

3. Kriteria pelabuhan yang dapat dioperasikan 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu; 4. Kriteria terminal yang dapat

melayani angkutan peti kemas, angkutan curah cair ,curah kering, kapal penumpang dan kapal ro-ro; 5. Kriteria wilayah tertentu di daratan

(dry port) yang dapat berfungsi sebagai pelabuhan;

6. Kriteria terminal khusus yang terbuka untuk perdagangan luar negeri;

7. Kriteria alur pelayaran yang dapat dikomersilkan;

8. Kriteria badan usaha yang dapat bergerak di bidang pencucian tangki kapal;

9. Kriteria lokasi perairan yang dapat ditetapkan sebagai pembuangan limbah dari kapal laut;

10. Kriteria lokasi perairan yang dapat dimanfaatkan untuk bangunan atau instalasi di laut. CONTENT ANALYSIS IDENTIFIKASI PERATURAN INVENTARISASI PERATURAN PEMETAAN KRITERIA KODEFIKASI KRITERIA TELAAH LITERATUR

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

RANCANGAN KONSEP 10 (SEPULUH) KRITERIA

PELAYARAN

(5)

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN

Alur pikir studi dimulai dengan content analysis yang meliputi inventarisasi peraturan perundang-undangan, pemetaaan kondisi aktual dan existing, kodifikasi kriteria, serta telaah literatur, untuk merumuskan targeting 10 kriteria di bidang pelayaran. Kemudian dilakukan analisi dan pembahasan, dengan pembandingan dengan kondisi kriteria saat ini.

Dengan adanya pemetaan antara input dan output yang dihasilkan dapat dilakukan perumusan dalam penyusunan konsep kriteria di bidang pelayaran.

D. METODE ANALISIS DATA 1. Metode Fishbone

Diagram tulang ikan atau fishbone diagram adalah salah satu metode / tool di dalam meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan diagram Sebab-Akibat atau cause

effect diagram. Penemunya adalah seorang ilmuwan jepang

pada tahun 60-an. Bernama Dr. Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di Tokyo Jepang yang juga alumni teknik kimia Universitas Tokyo. Sehingga sering juga disebut dengan diagram ishikawa. Metode tersebut awalnya lebih banyak digunakan untuk manajemen kualitas. Yang menggunakan data verbal (non-numerical) atau data kualitatif. Dr. Ishikawa juga ditengarai sebagai orang pertama yang memperkenalkan 7 alat atau metode pengendalian kualitas (7 tools). Yakni fishbone diagram, control chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, dan flow chart.

Dikatakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan) karena memang berbentuk mirip dengan tulang ikan yang moncong kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan permasalahannya. Dikatakan diagram

Cause and Effect (Sebab dan Akibat) karena diagram tersebut

menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan untuk untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh factor-faktor penyebab itu.

Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa telah menciptakan ide cemerlang yang dapat

(6)

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN

membantu dan memampukan setiap orang atau

organisasi/perusahaan dalam menyelesaikan masalah dengan tuntas sampai ke akarnya. Kebiasaan untuk mengumpulkan beberapa orang yang mempunyai pengalaman dan keahlian memadai menyangkut problem yang dihadapi oleh perusahaan Semua anggota tim memberikan pandangan dan pendapat dalam mengidentifikasi semua pertimbangan mengapa masalah tersebut terjadi. Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga kebebasan memberikan pendapat dan pandangan setiap individu. Jadi sebenarnya dengan adanya diagram ini sangatlah bermanfaat bagi perusahaan, tidak hanya dapat menyelesaikan masalah sampai akarnya namun bisa mengasah kemampuan berpendapat bagi orang – orang yang masuk dalam tim identifikasi masalah perusahaan yang dalam mencari sebab masalah menggunakan diagram tulang ikan.

a. Manfaat Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan akibat) / Ishikawa.

Fungsi dasar diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and

Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa adalah untuk

mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar penyebabnya . Sering dijumpai orang mengatakan “penyebab yang mungkin” dan dalam kebanyakan kasus harus menguji apakah penyebab untuk hipotesa adalah nyata, dan apakah memperbesar atau menguranginya akan memberikan hasil yang diinginkan. Dengan adanya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and

Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa ini sebenarnya memberi

banyak sekali keuntungan bagi dunia bisnis. Selain memecahkan masalah kualitas yang menjadi perhatian penting perusahaan. Masalah – masalah klasik lainnya juga terselesaikan. Masalah – masalah klasik yang ada di industri manufaktur khusunya antara lain adalah :

1) keterlambatan proses produksi

2) tingkat defect (cacat) produk yang tinggi 3) mesin produksi yang sering mengalami trouble

4) output lini produksi yang tidak stabil yang berakibat kacaunya plan produksi

5) produktivitas yang tidak mencapai target 6) complain pelanggan yang terus berulang

(7)

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN

Pada dasarnya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and

Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa dapat dipergunakan

untuk kebutuhan-kebutuhan berikut :

1) Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah

2) Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah

3) Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut

4) Mengidentifikasi tindakan (bagaimana) untuk menciptakan hasil yang diinginkan

5) Membahas issue secara lengkap dan rapi 6) Menghasilkan pemikiran baru

Jadi ditemukannya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause

and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa ini memberikan

kemudahan dan menjadi bagian penting bagi penyelesaian masalah yang mucul bagi perusahaan.

Penerapan diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and

Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa ini dapat menolong kita

untuk dapat menemukan akar “penyebab” terjadinya masalah khususnya di industri manufaktur dimana prosesnya terkenal dengan banyaknya ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila “masalah” dan “penyebab” sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan “penyebab” dan mencari “akar” permasalahan sebenarnya.

Apabila ingin menggunakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa, kita terlebih dahulu harus melihat, di departemen, divisi dan jenis usaha apa diagram ini digunakan. Perbedaan departemen, divisi dan jenis usaha juga akan mempengaruhi sebab – sebab yang berpengaruh signifikan terhadap masalah yang mempengaruhi kualitas yang nantinya akan digunakan. b.Cara Membuat Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause

and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa

Dalam hal melakukan Analisis Fishbone, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, yakni

(8)

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN

1) Menyiapkan sesi analisa tulang ikan . 2) Mengidentifikasi akibat atau masalah.

3) Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama. 4) Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara

sumbang saran.

5) Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama

6) Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin

Cara yang lain dalam menyusun Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa dalam rangka mengidentifikasi penyebab suatu keadaan yang tidak diharap adalah sebagai berikut:

1) Mulai dengan pernyataan masalah-masalah utama penting dan mendesak untuk diselesaikan.

2) Tuliskan pernyataan masalah itu pada kepala ikan, yang merupakan akibat (effect). Tulislah pada sisi sebelah kanan dari kertas (kepala ikan), kemudian gambarkan tulang belakang dari kiri ke kanan dan tempatkan pernyataan masalah itu dalam kotak. 3) Tuliskan faktor-faktor penyebab utama (sebab-sebab)

yang mempengaruhi masalah kualitas sebagai tulang besar, juga ditempatkan dalam kotak. Faktor-faktor penyebab atau kategori-kategori utama dapat dikembangkan melalui Stratifikasi ke dalam pengelompokan dari faktor-faktor: manusia, mesin, peralatan, material, metode kerja, lingkungan kerja, pengukuran, dll. Atau stratifikasi melalui langkah-langkah aktual dalam proses. Faktor –faktor penyebab atau kategori-kategori dapat dikembangkan melalui brainstorming. Berikut diberikan contoh yang bias dijadikan panduan untuk merumuskan faktor-faktor utama dalam mengawali pembuatan Diagram Cause and Effect.

4) Tuliskan penyebab-penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebab-penyebab utama (tulang-tulang besar), serta penyebab-penyebab sekunder itu dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran sedang. 5) Tuliskan penyebab-penyebab tersier yang

mempengaruhi penyebab-penyebab sekunder (tulang-tulang berukuran sedang), serta penyebab-penyebab tersier itu dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran kecil.

6) Tentukan item-item yang penting dari setiap faktor dan tandailah faktor-faktor penting tertentu yang kelihatannya memiliki pengaruh nyata terhadap

(9)

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN

karakteristik kualitas. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dari suatu masalah yang sedang dikaji kita dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan berikut :

a) Apakah penyebab itu? Mengapa kondisi atau penyebab itu terjadi?

b) Bertanya “Mengapa” beberapa kali (konsep five

whys) sampai ditemukan penyebab yang cukup

spesifik untuk diambil tindakan peningkatan. Penyebab-penyebab spesifik itu yang dimasukkan atau dicatat ke dalam diagram sebab-akibat.

Ishikawa mengurai secara rinci prinsip plan-do-check-act W.Edward Deming, sang kreator P-D-C-A menjadi;

1. Plan-P

(10)

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN

>> Tentukan cara/metode mencapai gol 2. Do-D

>> Terlibat dalam pendidikan dan pelatihan >> Implementasi pekerjaan

3. Check-C

>> Cek akibat dari implementasi 4. Act-A

>> Mengambil tindakan yang sesuai

Dibawah ini ditampilkan diagram metode tulang ikan :

Gambar 3.4 Diagram metode tulang ikan (fishbone)

2. Analytic Hierarchy Process (AHP)

Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70 – an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam sistem pengambilan keputusan dengan

(11)

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN

memperhatikan faktor – faktor persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi. AHP menggabungkan penilaian – penilaian dan nilai – nilai pribadi ke dalam satu cara yang logis. Analytic Hierarchy Process (AHP) dapat menyelesaikan masalah multikriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Masalah yang kompleks dapat di artikan bahwa kriteria dari suatu masalah yang begitu banyak (multikriteria),struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu orang, serta ketidakakuratan data yang tersedia. Menurut Saaty, hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian – bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipersentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. Analytic Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang terdiri dari :

a. Reciprocal Comparison, yang mengandung arti si pengambil keputusan harus bisa membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensinya itu sendiri harus memenuhi syarat resiprokal yaitu kalau A lebih disukai dari B dengan skala

(12)

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN

b. Homogenity, yang mengandung arti preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen- elemennya dapat dibandingkan satu sama lain. Kalau aksioma ini tidak dapat dipenuhi maka elemen-elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogenous dan harus dibentuk suatu’cluster’ (kelompok elemen- elemen) yang baru. c. Independence, yang berarti preferensi dinyatakan

dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif- alternatif yang ada melainkan oleh objektif secara keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan atau pengaruh dalam model AHP adalah searah keatas, Artinya perbandingan antara elemen-elemen dalam satu level dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen dalam level di atasnya.

d. Expectations, artinya untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur hirarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka si pengambil keputusan tidak memakai seluruh kriteria dan atau objektif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.

Tahapan-tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP pada dasarnya adalah sebagai berikut :

a. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan

b. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternatif - alternatif pilihan yang ingin di rangking. c. Membentuk matriks perbandingan berpasangan

yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatas. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat-tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.

d. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.

e. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang diperoleh dengan menggunakan matlab maupun dengan manual.

(13)

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN

f. Mengulangi langkah, 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

g. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintetis pilihan dalam penentuan prioritas elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.

h. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR < 0,100 maka penilaian harus diulangi kembali.

3. Prinsip Dasar Analytic Hierarchy Process (AHP)

Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode AHP ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain :

a. Decomposition

Pengertian decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh menjadi unsur – unsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan dilakukan terhadap unsur – unsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang hendak dipecahkan. Struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai complete dan incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan dari hirarki complete. Bentuk struktur dekomposisi yakni :

Tingkat pertama : Tujuan keputusan (Goal) Tingkat kedua : Kriteria – kriteria

(14)

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN

Tujuan

Kriteria I Kriteria II Kriteria III Kriteria N

Alternatif I Alternatif II Alternatif M

Gambar 3.5 : Struktur Hirarki

Hirarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat dalam sistem. Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk diselesaikan karena proses pemecahannya dilakukan tanpa memandang masalah sebagai suatu sistem dengan suatu struktur tertentu.

b. Comparative Judgement

Comparative judgement dilakukan dengan penilaian

tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan prioritas dari elemen – elemennya. Hasil dari penilaian ini lebih mudah disajikan dalam bentuk matriks pairwise

(15)

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN

memuat tingkat preferensi beberapa alternatif untuk tiap kriteria. Skala preferensi yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan tingkat yang paling rendah (equal

importance) sampai dengan skala 9 yang menujukkan

tingkatan paling tinggi (extreme importance). c. Synthesis of Priority

Synthesis of priority dilakukan dengan menggunakan eigen vector method untuk mendapatkan bobot relatif

bagi unsur – unsur pengambilan keputusan. d. Logical Consistency

Logical consistency merupakan karakteristik penting

AHP. Hal ini dicapai dengan mengagresikan seluruh eigen vector yang diperoleh dari berbagai tingkatan hirarki dan selanjutnya diperoleh suatu vektor composite tertimbang .

4. Analisis Deskriptif Komparatif

Analisis deskriptif komparatif adalah analisis yang bersifat memadukan atau membandingkan hasil penilaian terhadap kondisi eksisting dengan kondisi ideal yang seharusnya diterapkan. Menurut Sujarwo (2001), pendekatan deskriptif merupakan penelitian yang berpola menggambarkan apa yang ada di lapangan dan mengupayakan penggambaran data, terlepas apakah data itu kuantitatif atau kualitatif. Analisis deskriptif komparatif digunakan untuk memadukan atau membandingkan hasil penilaian terhadap kondisi eksisting pemberian izin yang ada saat ini dengan kondisi ideal yang seharusnya diterapkan.

Metode komparatif sering digunakan pada tahap awal pengembangan cabang ilmu pengetahuan. Hal ini dapat membantu peneliti untuk naik dari tingkat awal studi kasus eksplorasi untuk tingkat yang lebih maju dari model teoritis umum, invariances, seperti kausalitas atau evolusi.

Desain penelitian komparatif adalah sederhana. Objek Anda adalah spesimen atau kasus yang mirip dalam beberapa hal (jika tidak, itu tidak akan bermakna untuk membandingkan mereka) tetapi mereka berbeda dalam beberapa hal. Perbedaan-perbedaan ini menjadi fokus pemeriksaan.

(16)

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN

Tujuannya adalah untuk mencari tahu mengapa kasus yang berbeda, untuk mengungkapkan struktur yang mendasari umum yang menghasilkan atau memungkinkan seperti variasi.

Metode ini juga serbaguna: Anda dapat menggunakannya dalam pekerjaan detil sebagai pelengkap metode lain, atau seluruh struktur dari sebuah proyek penelitian dapat terdiri dari perbandingan hanya beberapa kasus.

Dalam hal bahwa Anda ingin membandingkan lebih dari dua kelompok, atau jumlah kasus yang besar, studi mulai pendekatan klasifikasi, metode yang dibahas pada halaman lain. Dalam perbandingan seperti dalam penelitian terdapat dua gaya yang berbeda, keduanya yang akan dibahas di bawah ini:

Perbandingan deskriptif bertujuan menggambarkan dan mungkin juga menjelaskan invariances dari objek. Ini tidak bertujuan menghasilkan perubahan dalam objek, sebaliknya, biasanya mencoba untuk menghindari mereka.

Sebuah gaya khusus penelitian diperlukan ketika tujuannya tidak hanya untuk mendeteksi dan menjelaskan tetapi juga untuk memperbaiki keadaan objek, atau untuk membantu meningkatkan atau mengembangkan obyek serupa di masa mendatang. Ini adalah teknik Perbandingan Normatif.

Dalam studi deskriptif produk ada banyak situasi di mana perbandingan merupakan metode yang memadai. misalnya, studi produk sebanding yang telah dirancang oleh desainer yang berbeda atau dibuat oleh produsen yang berbeda. Dapat digunakan untuk mempelajari produk-produk sejenis seperti yang biasa digunakan dalam situasi yang sama tetapi di negara yang berbeda.

Dalam studi eksploratif sering terjadi perlu secara bertahap menambahkan aspek baru dari perbandingan, atau harus mendefinisikan kembali mereka ketika pengetahuan mengenai objek meningkat. Hal ini juga umum bahwa dalam tahap awal penelitian dapat mencapai jawaban pertanyaan deskriptif untuk apa benda itu dan apa itu, tugas yang lebih sulit kemudian untuk menjelaskan atau menjawab pertanyaan mengapa ada. Dalam analisis komparatif dapat diterapkan pada semua jenis obyek yang bisa merupakan penjelasan yang didapatkan: dari peristiwa sebelumnya, peristiwa kemudian, dan penjelasan kontekstual., dapat diketahui juga kemungkinan alasan dan efek potensial. Jika ada kesesuaian antara alasan yang mungkin dan efek

(17)

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN

mungkin (yaitu ada pengaruh hanya bila alasannya hadir) itu memperbesar penjelasan hipotetis. Namun, bisa sulit untuk menemukan semua pengaruh kausal potensial dalam studi empiris saja, oleh karena itu biasanya dianjurkan untuk memulai dengan melakukan studi menyeluruh literatur untuk menemukan teori dan data kasus sebanding.

Teknik lain yang biasa untuk mengurangi pengaruh tidak diinginkan pada objek penelitian adalah untuk memilih kasus yang akan dibandingkan sehingga mereka semirip mungkin. Sebagai contoh, jika Anda ingin membandingkan kasus di kota rumah Anda untuk kasus lain yang serupa, Anda harus memilih yang terakhir dari yang lain dekat kota dengan ukuran yang sama. Perbandingan Normatif Perbedaan antara gaya deskriptif dan normatif dari perbandingan adalah bahwa dalam analisis normatif salah satu kriteria utama adalah evaluatif seperti "kepuasan", "kegunaan" dll, dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan yang terbaik (dalam hal ini) di antara alternatif yang sedang diteliti. Tujuan akhir adalah tidak hanya untuk menemukan yang terbaik, tetapi juga untuk meningkatkan objek serupa di kemudian hari.

Proses dan langkah dalam pelaksanaan penelitian ini, dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis dengan metode analisis datanya adalah content analysis. Pendekatan analisis data melalui content analysis yang diperoleh dari:

a. Literatur;

b. Kriteria Negara lain;

c. Peraturan perundangan yang berlaku di Negara Indonesia; d. Peraturan perundangan yang berlaku secara Internasional. Langkah penyusunan 10 (sepuluh) rancangan kriteria berdasarkan pedoman penulisan, dan pola penyusunan rancangan kriteria adalah sebagai berikut :

a. Melakukan pengumpulan informasi dan pengawasan lapangan yang berkaitan dengan materi bahasan melalui: 1) Studi literatur;

2) Standar-standar yang sudah ada, baik di dalam negeri maupun standar Internasional;

3) Informasi/ data dari pengguna jasa di lapangan. b. Melakukan penyesuaian standar yang berasal dari luar

negeri dengan kebijakan pemerintah dan peraturan yang berlaku di dalam negeri.

c. Penyusunan rancangan standar dengan menggunakan kriteria luar negeri, dapat dilakukan dengan:

(18)

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN

1) Tanpa melakukan perubahan kriteria tersebut; 2) Melakukan perubahan terhadap standar tersebut

dengan pertimbangan penyesuaian kondisi di Indonesia.

d. Mengkaji kriteria negara lain atau yang berlaku secara Internasional, untuk perbandingan, guna mendapatkan hasil yang optimal dan dapat dioperasikan di Indonesia. e. Rancangan kriteria yang telah dibahas dalam

Kementerian Perhubungan dan antar Kementerian, setelah dilakukan perbaikan dan penyempurnaan.

E. METODE PENGUMPULAN DATA

1. Metode Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan serta data-data yang diperoleh dari Syahbandar, Otoritas Pelabuhan, Distrik Navigasi dan Ditjen Perhubungan Laut meliputi:

a. Dokumen kepustakaan dan bahan-bahan yang terkait dengan lingkup penelitian, dan pengumpulan informasi tentang penyusunan kriteria di bidang pelayaran. b. Data peraturan perundang-undangan bidang pelayaran

yang ada saat ini;

c. Data kriteria di bidang pelayaran yang ada saat ini meliputi ;

1) Kriteria pelabuhan yang dapat diusahakan secara komersial dan non komersial;

2) Kriteria trayek angkutan laut dan lintas penyeberangan;

3) Kriteria pelabuhan yang dapat dioperasikan 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu;

4) Kriteria terminal yang dapat melayani angkutan peti kemas, angkutan curah cair , curah kering, kapal penumpang dan kapal Ro-Ro;

5) Kriteria wilayah tertentu di daratan ( dry port) yang dapat berfungsi sebagai pelabuhan;

6) Kriteria terminal khusus yang terbuka untuk perdagangan luar negeri;

7) Kriteria alur pelayaran yang dapat dikomersilkan; 8) Kriteria badan usaha yang dapat bergerak di bidang

pencucian tangki kapal;

9) Kriteria lokasi perairan yang dapat ditetapkan sebagai pembuangan limbah dari kapal di laut

(19)

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN

10) Kriteria lokasi perairan yang dapat dimanfaatkan untuk bangunan atau instalasi di laut.

2. Metode Pengumpulan Data Primer

Data primer berupa kuesioner yang diisi oleh responden. Indikator dan variabel-variabel yang digunakan meliputi kegiatan-kegiatan dalam kriteria di bidang pelayaran.

3. Desain Kuesioner

Secara umum desain kuesioner dapat disampaikan pada tabel berikut. Sedangkan untuk kuesioner secara lengkap dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 3.1 Kebutuhan Data

No Kebutuhan Data Responden

1 Data dan informasi terkait kriteria pelabuhan yang dapat diusahakan secara komersial dan non komersial

Dit. Pelpeng/otoritas pelabuhan/UPP/Pelindo

2 Data dan informasi terkait kriteria trayek angkutan laut dan lintas penyeberangan.

Dit. Lala/otoritas pelabuhan

3 Data dan informasi terkait kriteria pelabuhan yang dapat dioperasikan 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu

Dit. Pelpeng/otoritas pelabuhan/UPP 4 Data dan informasi terkait kriteria terminal

yang dapat melayani angkutan peti kemas, angkutan curah cair, curah kering , kapal penumpang dan kapal RoRo

Dit. Pelpeng/Dit. Lala/otoritas

pelabuhan/UPP/Pelindo

5 Data dan informasi terkait kriteria wilayah tertentu di daratan (dry port) yang dapat berfungsi sebagai pelabuhan

Dit. Pelpeng/Dit. Lala

6 Data dan informasi terkait kriteria terminal khusus yang terbuka untuk perdagangan luar negeri

Dit. Pelpeng/otoritas pelabuhan/UPP/Pelindo

7 Data dan informasi terkait kriteria alur pelayaran yang dapat dikomersikan.

Dit. Pelpeng/Dit. Nav/otoritas

pelabuhan/UPP/Pelindo 8 Data dan informasi terkait kriteria badan

usaha yang dapat bergerak di bidang pencucian tangki kapal

Dit. Kapel/Galangan kapal

9 Data dan informasi terkait kriteria lokasi perairan yang dapat ditetapkan sebagai pembuangan limbah dari kapal di laut.

Dit. Pelpeng/otoritas pelabuhan/Syahbandar/Pelin do

(20)

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN

No Kebutuhan Data Responden

10 Data dan informasi terkait kriteria lokasi perairan yang dapat dimanfaatkan untuk bangunan atau instalasi di laut.

Dit. Pelpeng/Dit. Nav/otoritas

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Kerja Penelitian
Gambar : 3.3. Pola Pikir Penyelesaian Studi TARGETING
Gambar   3.4     Diagram metode tulang ikan (fishbone)
Gambar 3.5 : Struktur Hirarki
+2

Referensi

Dokumen terkait

Saran yang bisa diberikan berkaitan dengan temuan yang diperoleh selama melaksanakan penelitian ini adalah (1) untuk lebih meningkatkan dan memperkuat rasa kepercayaan karyawan

[r]

Salah satu pertanyaan mengenai PDK-Text yang paling sering saya dengar adalah: “Bro, gue sudah dapet PIN BBM-nya, terus gimana ya caranya mulai chat supaya nggak dicuekin?”

Peraturan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Pedoman Praktik Pengalaman Lapangan Bagi Mahasiswa Program Kependidikan Universitas Negeri

Hasil pengujian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasan dkk (2013) yang memberikan kesimpulan bahwa sikap konsumen terhadap toko buku Immanuel berperan

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah dan komite sekolah ada persamaan jawaban tetapi sedikit berbeda dalam memberikan jawaban terhadap faktor penghambat dan

Bersopan santun dan berbudi bahasa sememangnya semangat dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat di negara ini. Oleh sebab itu, dalam Rukun Negara perkara ini

Hal ini bertujuan untuk tercapainya pelaksanaan kegiatan K3 yang optimal dan sesuai di Rumah Sakit.Untuk itu disusunlah buku pedoman pengorganisasianK3 dilingkungan RS Bersalin