# # # # # # # # # # ð ð ð ð ð ð ð 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Benteng Dongkalang Kahu-Kahu Tg. Gosong P. Selayar P. Pasi 1 2 3 4 5 6 7 6 °1 3' 3 0 " 6°1 3 '3 0 " 6 °1 2' 0 0 " 6°1 2 '0 0 " 6 °1 0' 3 0 " 6°1 0 '3 0 " 6 °9 '0 0 " 6°9 '0 0 " 6 °7 '3 0 " 6 °7 '3 0 " 6 °6 '0 0 " 6 °6 '0 0 " 6 °4 '3 0 " 6°4 '3 0 " 120°22'30" 120°22'30" 120°24'00" 120°24'00" 120°25'30" 120°25'30" 120°27'00" 120°27'00" 120°28'30" 120°28'30" N E W S 1 0 2 Km Sekala 1:120.000 Peta Lokasi Penelitian
Pengamatan Kualitas Air Pengamatan T.Karang Daratan Sungai Garis Pantai Keterangan: # ð
Penutupan Lahan/Tipe Substrat: Karang Campur Pasir Kebun
Lamun Campur Pasir Mangrove Pasir Pemukiman Tegal/Ladang Terumbu Karang Kedalaman (m): 5 - 10 0 - 5 10 - 20 20 - 30 30 - 50 50 - 100 > 100 6 °2 0 ' 6°20' 6 °0 0 ' 6°0 0 ' 120°20' 120°20' 120°40' 120°40' 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Pasi, Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2010. Stasiun pengamatan ditentukan berdasarkan keterwakilan lokasi dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan dengan menempatkan stasiun pengamatan untuk karang sebanyak 10 (sepuluh) stasiun pada bagian utara, barat dan selatan pulau, sedangkan untuk pengamatan kualitas air peruntukan budidaya laut sebanyak 7 (tujuh) stasiun dilakukan pada bagian utara Pulau Pasi (Gambar 2). Pada sisi Timur Pulau Pasi tidak dilakukan pengamatan dikarenakan kondisi perairan yang berada dalam selat yang sempit dan merupakan alur pelayaran tradisional.
3.2 Kerangka Penelitian
Penelitian ini akan mengkaji tentang penyusunan zonasi multiguna di kawasan konservasi laut Pulau Pasi Kabupaten Kepulauan Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan. Adapaun tahapan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Melakukan inventarisasi data yang dibutuhkan (data primer dan data
sekunder);
b. Menganalisis data dan informasi awal tentang kondisi lokasi penelitian kemudian dibuat rancangan sementara zona inti KKLD Pulau Pasi;
c. Melakukan survey, pengumpulan data dan informasi serta verifikasi tentang kondisi lapangan;
d. Menawarkan rancangan sementara zona inti KKLD kepada stakeholder (masyarakat, nelayan, pemerintah daerah terkait);
e. Pengumpulan persepsi masyarakat dan pemerintah lokal tentang kegiatan apa saja yang dapat dilakukan di dalam KKLD;
f. Melakukan analisis dan kompilasi data untuk kemudian di overlay sehingga didapatkan model zonasi multiguna KKLD Pulau Pasi;
g. Pembuatan peta KKLD yang didalamnya termasuk batas KKLD dan zonasi multiguna.
3.3 Rancangan Penelitian 3.3.1 Jenis Data dan Instrumen
Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua) macam, yaitu data primer dan sekunder.
a. Data primer, berupa data kondisi biofisik lokasi penelitian dan kondisi sosial budaya. Jenis data biofisik yang diambil berupa persentase tutupan karang dan kepadatan ikan karang (ikan target/ekonomis penting dan ikan indikator). Data sosial mencakup informasi tentang kondisi umum nelayan dan persepsi atau keinginan masyarakat dan pemerintah daerah tentang rancangan zonasi multiguna KKLD.
b. Data sekunder, didapatkan dari hasil kajian pustaka dan informasi lainnya dari pemerintah setempat yang dianggap dapat memberikan informasi yang berguna dalam mendukung penelitian ini.
Instrumen yang digunakan pada saat pengolahan sampai dengan penyusunan thesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Perangkat keras yang terdiri dari satu set komputer jinjing (Notebook); b. Perangkat lunak yang terdiri dari Ms Excel, Ms Word dan Arcview 3.3; c. GPS (Global Positioning System), alat ukur untuk mengetahui posisi dan
koordinat lintang dan bujur di permukaan bumi;
d. Citra satelit Lansat 7 ETM+ hasil olahan dan Peta Laut terbitan Dishidros AL.
3.3.2 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara pengamatan, pengukuran dan telaah langsung di lapangan dengan alat bantu instrument yang telah disiapkan. Pengumpulan data ekologi dilakukan secara visual dengan alat bantu Scuba Set.
3.3.2.1Parameter Fisika Kimia Perairan
Pengukuran parameter fisika kimia perairan yang diamati pada masing-masing stasiun penelitian merupakan data pendukung yang akan digunakan dalam menganalisis kondisi lingkungan penelitian. Parameter yang telah ditentukan kemudian diukur langsung dilapangan dengan menggunakan instrumen yang telah disipkan sehingga hasilnya didapatkan langsung melalui pembacaan skala yang ditunjukkan oleh instrumen yang digunakan tersebut.
Pengukuran parameter fisika kimia perairan yang diamati pada setiap stasiun meliput i kedalaman, suhu, salinitas, kecerahan, kecepatan arus, pH, oksigen terlarut, serta substrat dasar dilakukan dengan metode sebagai berikut: a. Kedalaman
Pengukuran kedalaman perairan pada stasiun pengamatan terumbu karang dilakukan dengan mencatat kedalaman yang ditunjukkan oleh depth meter
pada scuba set, sedangkan pengukuran kedalaman pada stasiun pengamatan kualitas air dilakukan dengan menggunakan grab sampler yang ditenggelamkan ke dasar perairan kemudian dihitung panjang tali yang berada di dalam perairan.
b. Suhu dan Salinitas
Pada pengukuran parameter suhu perairan dan salinitas dilakukan dengan menggunakan alat Thermometer dan Hand-refraktometer dengan membaca skala yang ditunjukkan oleh instrumen tersebut.
c. Arus
Kecepatan arus diukur dengan menggunakan floater drudge pada setiap lokasi pengamatan, arah arus ditentukan dengan menggunakan kompas, yakni menentukan posisi titik awal pelepasan Floater drauge sampai pada posisi terakhirnya terakhirnya. Waktu yang ditempuh Floater drauge sampai talinya menegang kemudian dicatat untuk perhitungan kecepatan arus.
d. Oksigen terlarut dan pH
Pada pengukuran parameter oksigen terlarut (DO) dan pH dilakukan dengan menggunakan alat DO meter dan pH meter dengan membaca skala yang ditunjukkan oleh instrumen tersebut
3.3.2.2Kondisi Terumbu Karang
Pengambilan data karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercept Transect (LIT) untuk melihat persentase penutupan karang. Transek atau ditempatkan sejajar dengan garis pantai pada setiap stasiun pengamatan dengan panjang 50 meter, pengamatan dilakukan sepanjang 30 meter dengan 3 (tiga) kali ulangan dalam 1 (satu) transek yaitu masing-masing pada jarak 0-10 meter, 20-30 meter dan 40-50 meter dengan interval antar ulangan 10 (sepuluh) meter. Pengamatan dilakukan dengan mencatat bentuk pertumbuhan karang dan substrat yang berada di bawah garis transek dengan ketelitiaan dalam ukuran centimeter (Coremap II-LIPI 2007; English et al. 1997; Hill & Wilkinson 2004). Kategori bentik yang diamati dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Bentik kategori dalam pengambilan data kondisi terumbu karang
BENTUK DESKRIPSI
ACB Acropora bentuk koloni bercabang
ACT Acropora bentuk koloni mendatar / meja
ACS Acropora bentuk koloni sub massive
ACE Acropora bentuk koloni merayap
ACD Acropora bentuk koloni menjari
CM Non Acropora dengan bentuk koloni Massive
CS Non Acropora dengan bentuk koloni Sub Massive
CF Non Acropora dengan bentuk koloni lembaran
CE Non Acropora dengan bentuk koloni merayap
CB Non Acropora dengan bentuk koloni bercabang
AA Pertumbuhan makro algae yang mengelompok
CA Algae berkapur
CHL Karang genus Heliopora
CME Karang genus Millepora
CMR Karang dari famili Fungiidae
DC Karang baru mati (bleaching)
DCA Karang mati sudah ditumbuhi algae tapi masih kelihatan bentuk koloninya
HA Makroalgae dari genus Hallimeda
MA Makroalgae
OT Biota-biota yang berassosiasi dengan terumbu karang
R Patahan karang mati, masih terpisah dan belum ditumbuhi coraline algae
RCK Batuan beku atau cadas
S Pasir
SC Soft Coral
SI Pasir halus/lumpur
SP Sponge
TA Makroalgae berbentuk filamen
ZO Biota Zooanthid
Sumber: English et al. 1997; Coremap II-LIPI 2007
3.3.2.3Ikan Karang
Pengambilan data ikan karang menggunakan metode Underwater Fish Visual Census (UVC) dengan melakukan pencatatan jumlah ikan yang nampak dalam daerah transek sabuk, dimana posisi dan panjang transek ini sama dengan posisi LIT. Sensus dilakukan dengan radius pandang 5 (lima) meter di atas jalur transek yang telah di pasang (2.5 m sebelah kiri dan 2.5 m sebelah kanan garis transek) sehingga luas bidang yang teramati pada setiap transeknya adalah 5 x 50m = 250 m2
a. Ikan-ikan target, yaitu ikan ekonomis penting dan biasa ditangkap untuk konsumsi. Biasanya mereka menjadikan terumbu karang sebagai tempat
(Coremap II-LIPI 2007; English et al. 1997; Hill & Wilkinson 2004). Ikan karang yang diamati dibagi kedalam 3 (tiga) kelompok:
pemijahan dan sarang/daerah asuhan. Ikan-ikan target ini diwakili famili
Serranidae, Lutjanidae, Lethrinidae, Nemipteridae, Caesionidae, Siganidae, Haemulidae dan Acanthuridae;
b. Ikan-ikan indikator, yaitu jenis-jenis ikan karang yang khas mendiami daerah terumbu karang dan menjadi indikator kesuburan ekosistem daerah tersebut. Ikan-ikan indikator diwakili famili Chaetodontidae, Pomachantidae, Zanclidae, dan beberapa spesies dari famili Acanthuridae, Scorpaenidae, Balistidae dan Scaridae;
c. Ikan-ikan major, merupakan jenis-jenis ikan berukuran kecil, 5–25 cm, dengan karakteristik pewarnaan yang beragam sehingga dikenal sebagai ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah, baik dalam jumlah individu maupun jenisnya, serta cenderung bersifat teritorial. Ikan-ikan ini sepanjang hidupnya berada di terumbu karang, diwakili famili
Pomacentridae, Apogonidae, Labridae, dan Blenniidae. Metode LIT dan UVC seperti pada gambar dibawah ini:
Gambar 3 Metode LIT dan UVC.
3.3.2.4Kondisi Sosial Masyarakat
Pengambilan data sosial dilakukan pada ketiga desa yang ada di Pulau Pasi, pemilihan responden dilakukan secara sengaja (purposive sampling) yaitu dengan memilih masyarakat yang terdiri dari dari nelayan, tokoh masyarakat dan aparat pemerintah yang ditemui dilapangan. Pengumpulan data melalui wawancara dengan responden (interview) dan pengamatan lapangan (observasi) dengan menggunakan kuisioner.
Pengumpulan data persepsi masyarakat tentang keberadaan KKLD dan rencana zonasinya juga dibutuhkan sebagai data tambahan yang dapat mendukung dalam penetapan Pulau Pasi sebagai KKLD di Kabupaten Selayar. Responden
50 m
juga diberikan kesempatan untuk menilai dan memberi masukan pada rancangan zonasi multiguna KKLD Pulau Pasi berdasarkan kepentingan dan kebutuhan mereka serta memetakan daerah yang biasanya dijadikan sebagai lokasi penangkapan.
Selain itu juga dibutuhkan informasi seluruh stakeholder (masyarakat, nelayan, pemerintah daerah) tentang kegiatan apa saja yang ingin atau dapat dilakukan didalam KKLD. Hal ini tentunya diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam model pengelolaan KKLD di Pulau Pasi.
3.3.2.5Data Sekunder
Data sekunder bersumber dari data dan informasi yang relevan dengan penelitian, yang diinventarisir dari berbagai sumber yaitu dari berbagai lembaga/instansi terkait, seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, COREMAP II Selayar, Badan Pusat Statistik.
3.4 Batas dan Zonasi KKLD
Penentuan batas dan zonasi multiguna Kawasan Konservasi Laut Daerah akan mempermudah pemerintah daerah dalam upaya pelestarian dan monitoring terhadap ekosistem di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Tahapan pembuatan peta zonasi dan batas KKLD disajikan dibawah ini:
Gambar 4 Bagan tahapan pembuatan peta zonasi KKLD.
Data dan Informasi Awal Peta Awal Konsultasi Publik Survey Lapangan Proses Overlay
Peta Batas dan Zonasi Multiguna KKLD
3.4.1 Penentuan Rancangan Sementara
Penentuan rancangan awal zona inti ini dilakukan sebelum kegiatan survey berdasarkan informasi dan data sekunder yang telah ada. Dengan ditetapkannya rancangan zona inti akan memudahkan untuk melakukan kegiatan tahap selanjutnya. Rancangan awal ini kemudian akan ditawarkan ke stakeholder.
3.4.2 Konsultasi Publik
Setelah penyusunan peta rancangan sementara zona inti KKLD, kemudian dilakukan konsultasi publik dengan mengumpulkan informasi tentang persepsi stakeholder terhadap rancangan awal yang ditawarkan. Data ini juga dikompilasi dengan data hasil wawancara tentang kondisi sosial masyarakat setempat dan data biofisik hasil survey.
3.4.3 Pembuatan Peta KKLD
Data-data tersebut diatas kemudian dianalisis dan dilakukan tahapan interpretasi dari setiap komponen data tersebut, yaitu: (1) pembobotan dan skoring, (2) overlay, dan (3) pembuatan peta batas dan zonasi muiltiguna kawasan konservasi laut. Berikut adalah contoh penyajian batas KKLD:
Tabel 3 Contoh batas kawasan konservasi laut daerah
No Titik Sistem Koordinat
Bujur Timur (BT) Lintang Selatan (LS)
1 2 3 n …… …… …… …… …… …… …… …… 3.5 Analisis Data
Data yang dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis sesuai dengan informasi yang dibutuhkan.
3.5.1 Data Biofisik
Analisa data biologi (English et al. 1997; COREMAP II-LIPI 2007; CRITC-LIPI 2006):
a. Untuk menghitung persentase tutupan karang pada lokasi peneliian pada setiap stasiun pengamatan dihitung dengan rumus:
% 100 cov % x transek panjang karang koloni Panjang er =
b. Untuk menganalisis nilai keanekaragaman jenis mengikuti formulasi Shannon diversity index (H’) (Odum 1993) :
H′ = -∑ pi ln pi
dimana :
H′ = Indeks keanekaragaman Shannon
Pi = proporsi kelimpahan individu dari satu individu ke i (ni/N) N = Total jumlah individu
ni = Jumlah individu tiap jenis
3.5.2 Analisis Kesesuaian Zona Inti KKLD
Penentuan kriteria kesesuaian lokasi untuk zonasi inti KKLD dilakukan dengan pembobotan dan skoring berdasarkan beberapa kriteria yang telah ditentukan. Kriteria untuk kesesuaian zona inti adalah sebagai berikut.
Tabel 4 Pembobotan dan skoring zona inti KKLD
No Kriteria Bobot Kategori
S1 Skor Kategori S2 Skor Kategori N Skor Kriteria Ekologi 1 Persentase tutupan (%) 2 > 50 3 25-50 2 < 25 1 2 Keanekaragaman ikan karang 2 H' > 3 3 2<H'<3 2 H'<2 1
3 Jumlah jenis ikan 1 ≥ 100 3 40-99 2 < 40 1
4 Jenis Life Form 1 > 10 3 5-10 2 < 5 1
Kriteria Sosial
5 Spesies Ekonomis 1 Tinggi 3 Sedang 2 Rendah 1
6 Kepentingan Perikanan 2 Rendah 3 Sedang 2 Tinggi 1
7 Dukungan Masyarakat dan Pemerintah
2 Tinggi 3 Sedang 2 Rendah 1
8 Jarak dari pemukiman 1 < 2 Km 3 2-3 Km 2 > 3 Km 1
Sumber : Modifikasi Salm et al. (2000); Soselisa (2006)
Untuk mendapatkan kriteria penilaian zona inti maka perlu diketahui interval kelas untuk masing-masing kesesuaian dimana skor minimal 12 dan skor maksimal 36 dengan rumus:
ik = (36-12)/3 = 8
Dengan interval kelas 8 maka didapatkan kriteria kesesuaian untuk zona inti sebagai berikut:
Sangat Sesuai (S1) : skor 29 - 36 Sesuai (S2) : skor 20 - 28 Tidak Sesuai (N) : skor 12 - 19
3.5.3 Analisis Kesesuaian Budidaya Laut
Penentuan kelayakan perairan untuk pengembangan budidaya laut dilakukan dengan metode pembobotan. Data kondisi fisika dan kimia perairan Pulau Pasi dijadikan acuan dalam menentukan kriteria kelayakan lahan. Metode scoring atau pembobotan maksudnya setiap parameter diperhitungkan dengan pembobotan yang berbeda. Bobot yang digunakan sangat tergantung dari percobaan atau pengalaman empiris yang telah dilakukan. Semakin banyak sudah diuji coba, semakin akurat pula metode scoring yang digunakan.Faktor-faktor utama kelayakan yang diperlukan untuk penempatan lokasi budidaya laut disajikan pada tabel berikut :
Tabel 5 Kriteria kesesuaian budidaya laut
No Parameter Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor
S1 S2 N
1 Suhu (oC) 1 28 – 30 3 25-<30 atau >30-32 2 <25atau >32 1
2 Arus (cm/det) 2 20 – 40 3 5-19 atau 41-50 2 <5 atau >50 1
3 Salinitas (‰) 1 30 – 33 3 28-29atau 34-35 2 <28 atau >35 1
4 Oksigen (mg/l) 2 7 – 8 3 5–<7 atau >8–10 2 <5 atau > 10 1
5 Kecerahan (%) 2 67-100% 3 33-66% 2 <33% 1
6 pH 1 7 – 8 3 6–<7 atau>8–8.5 2 <6 atau >8.5 1
7 Substrat dasar 2 Pasir 3 Pasir lumpur 2 Lumpur 1
8 Aksesibilitas 1 Mudah 3 Sedang 2 Susah 1
9 Keamanan 1 Tinggi 3 Sedang 2 Rendah 1
Sumber: Modifikasi dariDKP (2002), KLH (2004), Radiarta et al. (2003); Rachmansyah (2004).
Untuk mendapatkan kriteria kesesuaian maka perlu diketahui interval kelas untuk masing-masing kesesuaian dimana skor minimal 12 dan skor maksimal 36 dengan rumus:
ik = (36-12)/3 = 8
Dengan interval kelas 8 maka didapatkan kriteria untuk masing-masing kelas kesesuaian sebagai berikut:
Sangat Sesuai (S1) : skor 29 - 36 Sesuai (S2) : skor 20 - 28 Tidak Sesuai (N) : skor 12 - 19
3.5.4 Analisis Kesesuaian Wisata Bahari
Penentuan kriteria kesesuaian lokasi untuk kesesuaian wisata bahari dilakukan dengan pembobotan dan skoring berdasarkan beberapa parameter yang telah ditentukan dan didapatkan dari hasil pengamatan lapangan. Berikut disajikan tabel kriteria kesesuaian untuk wisata bahari:
Tabel 6 Kesesuaian wisata bahari
No Parameter Bobot Kategori
S1 Skor Kategori S2 Skor Kategori N Skor 1 Kecerahan Perairan (%) 2 > 80 3 50-80 2 < 50 1
2 Tutupan Komunitas Karang (%) 3 > 75 3 40-75 2 < 40 1
3 Jenis lifeform 3 > 10 3 5-10 2 < 5 1
4 Jenis Ikan Karang 3 > 50 3 20-50 2 < 20 1
5 Kecepatan Arus (cm/det) 1 0-15 3 > 15-40 2 > 40 1
6 Lebar Hamparan Datar Karang 2 > 300 3 50-300 2 < 50 1
7 Kedalaman Terumbu Karang (m) 1 3-15 3 1-3 & 16-35 2 > 35 1
Sumber: Modifikasi Yulianda 2007
Untuk mendapatkan penilaian kesesuaian wisata bahari maka perlu diketahui indeks kesesuaian wisata untuk masing-masing lokasi. Nilai maksimum untuk kesesuaian wisata bahari adalah 45. Indeks kesesuaian wisata bahari ditentukan dengan rumus:
IKW= ∑ (N/Nmaks) x 100%
dimana:
IKW = Indeks Kesesuaian Wisata Bahari N = Nilai Parameter ke-I (bobot x skor) Nmaks = Nilai Maksimum Kategori Wisata
Dari hasil perhitungan IKW kemudian dapat ditentukan kelayakan suatu lokasi sebagai wisata bahari berdasarkan kriteria:
Sangat Sesuai (S1) : skor 83-100% Sesuai (S2) : skor 50 - < 83% Tidak Sesuai (N) : skor < 50
3.5.5 Pemetaan Partisipatif
Penentuan lokasi penangkapan (fishing ground) nelayan Pulau Pasi dilakukan dengan pemetaan partisipatif. Responden yang terdiri atas nelayan dimintai keterangan tentang lokasi tempat mereka menangkap ikan di sekitar pulau dan mencoba menunjukkannya pada peta lokasi penelitian yang telah disiapkan.
3.5.6 Analisis Deskriptif
Data kualitatif yang diperoleh dari hasil interview dan observasi mengenai presepsi masyarakat tentang zonasi KKLD yang direncanakan, alternatif kegiatan yang dapat dilakukan di dalam KKLD serta informasi sosial lainnya dianalisis secara deskriptif untuk mendukung data biofisik yang didapatkan.
3.5.7 Analisis SWOT Untuk Strategi Zonasi
Analisis SWOT adalah instrument perencanaaan strategis yang klasik. Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi.
Analisa SWOT (SWOT Analysis) adalah suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan (Strengths), Kelemahan (Weaknesses), Peluang (Opportunities), dan Ancaman
(Threats) yang mungkin terjadi dalam mencapai suatu tujuan dari suatu
pengelolaan. Untuk keperluan tersebut diperlukan kajian dari aspek lingkungan baik yang berasal dari lingkungan internal maupun eskternal (Rangkuti 2007). Faktor-faktor internal yang dapat dianalisis yaitu:
• Kekuatan (Strengths) dan
• Kelemahan (Weaknesses)
Sedangkan faktor-faktor eksternal, yaitu:
• Ancaman (Threats)
Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor SWOT diatas ditetapkan strategi-strategi pengelolaan seperti di bawah ini:
Gambar . Strategi pengelolaan berdasarkan analisis SWOT Gambar 5 Penyusunan strategi pengelolaan berdasarkan analisis SWOT.
3.5.8 Analisis Spasial
Dalam analisis secara spasial terlebih dahulu dilakukan pemetaan secara spasial berdasarkan paramater ekologis, oseanografi dan sosial yang diperoleh sehingga diperoleh peta tematiknya. Selanjutnya proses terakhir yang dilakukan dalam proses secara spasial adalah proses overlay dengan memperhatikan hasil analisis SWOT sehingga informasi yang didapatkan lebih tajam karena salah satu keunggulan teknologi SIG adalah kemampuannya dalam melakukan analisis spasial yaitu melalui proses overlay peta. Dari semua peta tematik yang merupakan variabel analisis, dilakukan proses overlay sehingga menghasilkan satu peta yang telah memiliki informasi spasial dari setiap tema untuk kemudian dapat ditentukan batas kawasan dan zona-zona dalam KKLD.
FAKTOR-FAKTOR INTERNAL FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL (O)Opportunities/ Peluang (T) Threats/Ancaman (S) Strengths/Kekuatan. Strategi SO: Strategi menggunakan kekuatan untuk me-manfaatkan peluang. Strategi SO: Strategi meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman. (W) Weaknesses/ Kelemahan Strategi ST: Strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.
Strategi WO:
Strategi meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.