• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambar 2 Peta lokasi penelitian."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

# # # # # # # # # # ð ð ð ð ð ð ð 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Benteng Dongkalang Kahu-Kahu Tg. Gosong P. Selayar P. Pasi 1 2 3 4 5 6 7 6 °1 3' 3 0 " 6°1 3 '3 0 " 6 °1 2' 0 0 " 6°1 2 '0 0 " 6 °1 0' 3 0 " 6°1 0 '3 0 " 6 °9 '0 0 " 6°9 '0 0 " 6 °7 '3 0 " 6 °7 '3 0 " 6 °6 '0 0 " 6 °6 '0 0 " 6 °4 '3 0 " 6°4 '3 0 " 120°22'30" 120°22'30" 120°24'00" 120°24'00" 120°25'30" 120°25'30" 120°27'00" 120°27'00" 120°28'30" 120°28'30" N E W S 1 0 2 Km Sekala 1:120.000 Peta Lokasi Penelitian

Pengamatan Kualitas Air Pengamatan T.Karang Daratan Sungai Garis Pantai Keterangan: # ð

Penutupan Lahan/Tipe Substrat: Karang Campur Pasir Kebun

Lamun Campur Pasir Mangrove Pasir Pemukiman Tegal/Ladang Terumbu Karang Kedalaman (m): 5 - 10 0 - 5 10 - 20 20 - 30 30 - 50 50 - 100 > 100 6 °2 0 ' 6°20' 6 °0 0 ' 6°0 0 ' 120°20' 120°20' 120°40' 120°40' 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Pasi, Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2010. Stasiun pengamatan ditentukan berdasarkan keterwakilan lokasi dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan dengan menempatkan stasiun pengamatan untuk karang sebanyak 10 (sepuluh) stasiun pada bagian utara, barat dan selatan pulau, sedangkan untuk pengamatan kualitas air peruntukan budidaya laut sebanyak 7 (tujuh) stasiun dilakukan pada bagian utara Pulau Pasi (Gambar 2). Pada sisi Timur Pulau Pasi tidak dilakukan pengamatan dikarenakan kondisi perairan yang berada dalam selat yang sempit dan merupakan alur pelayaran tradisional.

(2)

3.2 Kerangka Penelitian

Penelitian ini akan mengkaji tentang penyusunan zonasi multiguna di kawasan konservasi laut Pulau Pasi Kabupaten Kepulauan Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan. Adapaun tahapan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Melakukan inventarisasi data yang dibutuhkan (data primer dan data

sekunder);

b. Menganalisis data dan informasi awal tentang kondisi lokasi penelitian kemudian dibuat rancangan sementara zona inti KKLD Pulau Pasi;

c. Melakukan survey, pengumpulan data dan informasi serta verifikasi tentang kondisi lapangan;

d. Menawarkan rancangan sementara zona inti KKLD kepada stakeholder (masyarakat, nelayan, pemerintah daerah terkait);

e. Pengumpulan persepsi masyarakat dan pemerintah lokal tentang kegiatan apa saja yang dapat dilakukan di dalam KKLD;

f. Melakukan analisis dan kompilasi data untuk kemudian di overlay sehingga didapatkan model zonasi multiguna KKLD Pulau Pasi;

g. Pembuatan peta KKLD yang didalamnya termasuk batas KKLD dan zonasi multiguna.

3.3 Rancangan Penelitian 3.3.1 Jenis Data dan Instrumen

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua) macam, yaitu data primer dan sekunder.

a. Data primer, berupa data kondisi biofisik lokasi penelitian dan kondisi sosial budaya. Jenis data biofisik yang diambil berupa persentase tutupan karang dan kepadatan ikan karang (ikan target/ekonomis penting dan ikan indikator). Data sosial mencakup informasi tentang kondisi umum nelayan dan persepsi atau keinginan masyarakat dan pemerintah daerah tentang rancangan zonasi multiguna KKLD.

b. Data sekunder, didapatkan dari hasil kajian pustaka dan informasi lainnya dari pemerintah setempat yang dianggap dapat memberikan informasi yang berguna dalam mendukung penelitian ini.

(3)

Instrumen yang digunakan pada saat pengolahan sampai dengan penyusunan thesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Perangkat keras yang terdiri dari satu set komputer jinjing (Notebook); b. Perangkat lunak yang terdiri dari Ms Excel, Ms Word dan Arcview 3.3; c. GPS (Global Positioning System), alat ukur untuk mengetahui posisi dan

koordinat lintang dan bujur di permukaan bumi;

d. Citra satelit Lansat 7 ETM+ hasil olahan dan Peta Laut terbitan Dishidros AL.

3.3.2 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara pengamatan, pengukuran dan telaah langsung di lapangan dengan alat bantu instrument yang telah disiapkan. Pengumpulan data ekologi dilakukan secara visual dengan alat bantu Scuba Set.

3.3.2.1Parameter Fisika Kimia Perairan

Pengukuran parameter fisika kimia perairan yang diamati pada masing-masing stasiun penelitian merupakan data pendukung yang akan digunakan dalam menganalisis kondisi lingkungan penelitian. Parameter yang telah ditentukan kemudian diukur langsung dilapangan dengan menggunakan instrumen yang telah disipkan sehingga hasilnya didapatkan langsung melalui pembacaan skala yang ditunjukkan oleh instrumen yang digunakan tersebut.

Pengukuran parameter fisika kimia perairan yang diamati pada setiap stasiun meliput i kedalaman, suhu, salinitas, kecerahan, kecepatan arus, pH, oksigen terlarut, serta substrat dasar dilakukan dengan metode sebagai berikut: a. Kedalaman

Pengukuran kedalaman perairan pada stasiun pengamatan terumbu karang dilakukan dengan mencatat kedalaman yang ditunjukkan oleh depth meter

pada scuba set, sedangkan pengukuran kedalaman pada stasiun pengamatan kualitas air dilakukan dengan menggunakan grab sampler yang ditenggelamkan ke dasar perairan kemudian dihitung panjang tali yang berada di dalam perairan.

(4)

b. Suhu dan Salinitas

Pada pengukuran parameter suhu perairan dan salinitas dilakukan dengan menggunakan alat Thermometer dan Hand-refraktometer dengan membaca skala yang ditunjukkan oleh instrumen tersebut.

c. Arus

Kecepatan arus diukur dengan menggunakan floater drudge pada setiap lokasi pengamatan, arah arus ditentukan dengan menggunakan kompas, yakni menentukan posisi titik awal pelepasan Floater drauge sampai pada posisi terakhirnya terakhirnya. Waktu yang ditempuh Floater drauge sampai talinya menegang kemudian dicatat untuk perhitungan kecepatan arus.

d. Oksigen terlarut dan pH

Pada pengukuran parameter oksigen terlarut (DO) dan pH dilakukan dengan menggunakan alat DO meter dan pH meter dengan membaca skala yang ditunjukkan oleh instrumen tersebut

3.3.2.2Kondisi Terumbu Karang

Pengambilan data karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercept Transect (LIT) untuk melihat persentase penutupan karang. Transek atau ditempatkan sejajar dengan garis pantai pada setiap stasiun pengamatan dengan panjang 50 meter, pengamatan dilakukan sepanjang 30 meter dengan 3 (tiga) kali ulangan dalam 1 (satu) transek yaitu masing-masing pada jarak 0-10 meter, 20-30 meter dan 40-50 meter dengan interval antar ulangan 10 (sepuluh) meter. Pengamatan dilakukan dengan mencatat bentuk pertumbuhan karang dan substrat yang berada di bawah garis transek dengan ketelitiaan dalam ukuran centimeter (Coremap II-LIPI 2007; English et al. 1997; Hill & Wilkinson 2004). Kategori bentik yang diamati dalam penelitian adalah sebagai berikut:

(5)

Tabel 2 Bentik kategori dalam pengambilan data kondisi terumbu karang

BENTUK DESKRIPSI

ACB Acropora bentuk koloni bercabang

ACT Acropora bentuk koloni mendatar / meja

ACS Acropora bentuk koloni sub massive

ACE Acropora bentuk koloni merayap

ACD Acropora bentuk koloni menjari

CM Non Acropora dengan bentuk koloni Massive

CS Non Acropora dengan bentuk koloni Sub Massive

CF Non Acropora dengan bentuk koloni lembaran

CE Non Acropora dengan bentuk koloni merayap

CB Non Acropora dengan bentuk koloni bercabang

AA Pertumbuhan makro algae yang mengelompok

CA Algae berkapur

CHL Karang genus Heliopora

CME Karang genus Millepora

CMR Karang dari famili Fungiidae

DC Karang baru mati (bleaching)

DCA Karang mati sudah ditumbuhi algae tapi masih kelihatan bentuk koloninya

HA Makroalgae dari genus Hallimeda

MA Makroalgae

OT Biota-biota yang berassosiasi dengan terumbu karang

R Patahan karang mati, masih terpisah dan belum ditumbuhi coraline algae

RCK Batuan beku atau cadas

S Pasir

SC Soft Coral

SI Pasir halus/lumpur

SP Sponge

TA Makroalgae berbentuk filamen

ZO Biota Zooanthid

Sumber: English et al. 1997; Coremap II-LIPI 2007

3.3.2.3Ikan Karang

Pengambilan data ikan karang menggunakan metode Underwater Fish Visual Census (UVC) dengan melakukan pencatatan jumlah ikan yang nampak dalam daerah transek sabuk, dimana posisi dan panjang transek ini sama dengan posisi LIT. Sensus dilakukan dengan radius pandang 5 (lima) meter di atas jalur transek yang telah di pasang (2.5 m sebelah kiri dan 2.5 m sebelah kanan garis transek) sehingga luas bidang yang teramati pada setiap transeknya adalah 5 x 50m = 250 m2

a. Ikan-ikan target, yaitu ikan ekonomis penting dan biasa ditangkap untuk konsumsi. Biasanya mereka menjadikan terumbu karang sebagai tempat

(Coremap II-LIPI 2007; English et al. 1997; Hill & Wilkinson 2004). Ikan karang yang diamati dibagi kedalam 3 (tiga) kelompok:

(6)

pemijahan dan sarang/daerah asuhan. Ikan-ikan target ini diwakili famili

Serranidae, Lutjanidae, Lethrinidae, Nemipteridae, Caesionidae, Siganidae, Haemulidae dan Acanthuridae;

b. Ikan-ikan indikator, yaitu jenis-jenis ikan karang yang khas mendiami daerah terumbu karang dan menjadi indikator kesuburan ekosistem daerah tersebut. Ikan-ikan indikator diwakili famili Chaetodontidae, Pomachantidae, Zanclidae, dan beberapa spesies dari famili Acanthuridae, Scorpaenidae, Balistidae dan Scaridae;

c. Ikan-ikan major, merupakan jenis-jenis ikan berukuran kecil, 5–25 cm, dengan karakteristik pewarnaan yang beragam sehingga dikenal sebagai ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah, baik dalam jumlah individu maupun jenisnya, serta cenderung bersifat teritorial. Ikan-ikan ini sepanjang hidupnya berada di terumbu karang, diwakili famili

Pomacentridae, Apogonidae, Labridae, dan Blenniidae. Metode LIT dan UVC seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 3 Metode LIT dan UVC.

3.3.2.4Kondisi Sosial Masyarakat

Pengambilan data sosial dilakukan pada ketiga desa yang ada di Pulau Pasi, pemilihan responden dilakukan secara sengaja (purposive sampling) yaitu dengan memilih masyarakat yang terdiri dari dari nelayan, tokoh masyarakat dan aparat pemerintah yang ditemui dilapangan. Pengumpulan data melalui wawancara dengan responden (interview) dan pengamatan lapangan (observasi) dengan menggunakan kuisioner.

Pengumpulan data persepsi masyarakat tentang keberadaan KKLD dan rencana zonasinya juga dibutuhkan sebagai data tambahan yang dapat mendukung dalam penetapan Pulau Pasi sebagai KKLD di Kabupaten Selayar. Responden

50 m

(7)

juga diberikan kesempatan untuk menilai dan memberi masukan pada rancangan zonasi multiguna KKLD Pulau Pasi berdasarkan kepentingan dan kebutuhan mereka serta memetakan daerah yang biasanya dijadikan sebagai lokasi penangkapan.

Selain itu juga dibutuhkan informasi seluruh stakeholder (masyarakat, nelayan, pemerintah daerah) tentang kegiatan apa saja yang ingin atau dapat dilakukan didalam KKLD. Hal ini tentunya diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam model pengelolaan KKLD di Pulau Pasi.

3.3.2.5Data Sekunder

Data sekunder bersumber dari data dan informasi yang relevan dengan penelitian, yang diinventarisir dari berbagai sumber yaitu dari berbagai lembaga/instansi terkait, seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, COREMAP II Selayar, Badan Pusat Statistik.

3.4 Batas dan Zonasi KKLD

Penentuan batas dan zonasi multiguna Kawasan Konservasi Laut Daerah akan mempermudah pemerintah daerah dalam upaya pelestarian dan monitoring terhadap ekosistem di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Tahapan pembuatan peta zonasi dan batas KKLD disajikan dibawah ini:

Gambar 4 Bagan tahapan pembuatan peta zonasi KKLD.

Data dan Informasi Awal Peta Awal Konsultasi Publik Survey Lapangan Proses Overlay

Peta Batas dan Zonasi Multiguna KKLD

(8)

3.4.1 Penentuan Rancangan Sementara

Penentuan rancangan awal zona inti ini dilakukan sebelum kegiatan survey berdasarkan informasi dan data sekunder yang telah ada. Dengan ditetapkannya rancangan zona inti akan memudahkan untuk melakukan kegiatan tahap selanjutnya. Rancangan awal ini kemudian akan ditawarkan ke stakeholder.

3.4.2 Konsultasi Publik

Setelah penyusunan peta rancangan sementara zona inti KKLD, kemudian dilakukan konsultasi publik dengan mengumpulkan informasi tentang persepsi stakeholder terhadap rancangan awal yang ditawarkan. Data ini juga dikompilasi dengan data hasil wawancara tentang kondisi sosial masyarakat setempat dan data biofisik hasil survey.

3.4.3 Pembuatan Peta KKLD

Data-data tersebut diatas kemudian dianalisis dan dilakukan tahapan interpretasi dari setiap komponen data tersebut, yaitu: (1) pembobotan dan skoring, (2) overlay, dan (3) pembuatan peta batas dan zonasi muiltiguna kawasan konservasi laut. Berikut adalah contoh penyajian batas KKLD:

Tabel 3 Contoh batas kawasan konservasi laut daerah

No Titik Sistem Koordinat

Bujur Timur (BT) Lintang Selatan (LS)

1 2 3 n …… …… …… …… …… …… …… …… 3.5 Analisis Data

Data yang dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis sesuai dengan informasi yang dibutuhkan.

3.5.1 Data Biofisik

Analisa data biologi (English et al. 1997; COREMAP II-LIPI 2007; CRITC-LIPI 2006):

a. Untuk menghitung persentase tutupan karang pada lokasi peneliian pada setiap stasiun pengamatan dihitung dengan rumus:

(9)

% 100 cov % x transek panjang karang koloni Panjang er =

b. Untuk menganalisis nilai keanekaragaman jenis mengikuti formulasi Shannon diversity index (H’) (Odum 1993) :

H′ = -∑ pi ln pi

dimana :

H′ = Indeks keanekaragaman Shannon

Pi = proporsi kelimpahan individu dari satu individu ke i (ni/N) N = Total jumlah individu

ni = Jumlah individu tiap jenis

3.5.2 Analisis Kesesuaian Zona Inti KKLD

Penentuan kriteria kesesuaian lokasi untuk zonasi inti KKLD dilakukan dengan pembobotan dan skoring berdasarkan beberapa kriteria yang telah ditentukan. Kriteria untuk kesesuaian zona inti adalah sebagai berikut.

Tabel 4 Pembobotan dan skoring zona inti KKLD

No Kriteria Bobot Kategori

S1 Skor Kategori S2 Skor Kategori N Skor Kriteria Ekologi 1 Persentase tutupan (%) 2 > 50 3 25-50 2 < 25 1 2 Keanekaragaman ikan karang 2 H' > 3 3 2<H'<3 2 H'<2 1

3 Jumlah jenis ikan 1 ≥ 100 3 40-99 2 < 40 1

4 Jenis Life Form 1 > 10 3 5-10 2 < 5 1

Kriteria Sosial

5 Spesies Ekonomis 1 Tinggi 3 Sedang 2 Rendah 1

6 Kepentingan Perikanan 2 Rendah 3 Sedang 2 Tinggi 1

7 Dukungan Masyarakat dan Pemerintah

2 Tinggi 3 Sedang 2 Rendah 1

8 Jarak dari pemukiman 1 < 2 Km 3 2-3 Km 2 > 3 Km 1

Sumber : Modifikasi Salm et al. (2000); Soselisa (2006)

Untuk mendapatkan kriteria penilaian zona inti maka perlu diketahui interval kelas untuk masing-masing kesesuaian dimana skor minimal 12 dan skor maksimal 36 dengan rumus:

(10)

ik = (36-12)/3 = 8

Dengan interval kelas 8 maka didapatkan kriteria kesesuaian untuk zona inti sebagai berikut:

Sangat Sesuai (S1) : skor 29 - 36 Sesuai (S2) : skor 20 - 28 Tidak Sesuai (N) : skor 12 - 19

3.5.3 Analisis Kesesuaian Budidaya Laut

Penentuan kelayakan perairan untuk pengembangan budidaya laut dilakukan dengan metode pembobotan. Data kondisi fisika dan kimia perairan Pulau Pasi dijadikan acuan dalam menentukan kriteria kelayakan lahan. Metode scoring atau pembobotan maksudnya setiap parameter diperhitungkan dengan pembobotan yang berbeda. Bobot yang digunakan sangat tergantung dari percobaan atau pengalaman empiris yang telah dilakukan. Semakin banyak sudah diuji coba, semakin akurat pula metode scoring yang digunakan.Faktor-faktor utama kelayakan yang diperlukan untuk penempatan lokasi budidaya laut disajikan pada tabel berikut :

Tabel 5 Kriteria kesesuaian budidaya laut

No Parameter Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor

S1 S2 N

1 Suhu (oC) 1 28 – 30 3 25-<30 atau >30-32 2 <25atau >32 1

2 Arus (cm/det) 2 20 – 40 3 5-19 atau 41-50 2 <5 atau >50 1

3 Salinitas (‰) 1 30 – 33 3 28-29atau 34-35 2 <28 atau >35 1

4 Oksigen (mg/l) 2 7 – 8 3 5–<7 atau >8–10 2 <5 atau > 10 1

5 Kecerahan (%) 2 67-100% 3 33-66% 2 <33% 1

6 pH 1 7 – 8 3 6–<7 atau>8–8.5 2 <6 atau >8.5 1

7 Substrat dasar 2 Pasir 3 Pasir lumpur 2 Lumpur 1

8 Aksesibilitas 1 Mudah 3 Sedang 2 Susah 1

9 Keamanan 1 Tinggi 3 Sedang 2 Rendah 1

Sumber: Modifikasi dariDKP (2002), KLH (2004), Radiarta et al. (2003); Rachmansyah (2004).

Untuk mendapatkan kriteria kesesuaian maka perlu diketahui interval kelas untuk masing-masing kesesuaian dimana skor minimal 12 dan skor maksimal 36 dengan rumus:

(11)

ik = (36-12)/3 = 8

Dengan interval kelas 8 maka didapatkan kriteria untuk masing-masing kelas kesesuaian sebagai berikut:

Sangat Sesuai (S1) : skor 29 - 36 Sesuai (S2) : skor 20 - 28 Tidak Sesuai (N) : skor 12 - 19

3.5.4 Analisis Kesesuaian Wisata Bahari

Penentuan kriteria kesesuaian lokasi untuk kesesuaian wisata bahari dilakukan dengan pembobotan dan skoring berdasarkan beberapa parameter yang telah ditentukan dan didapatkan dari hasil pengamatan lapangan. Berikut disajikan tabel kriteria kesesuaian untuk wisata bahari:

Tabel 6 Kesesuaian wisata bahari

No Parameter Bobot Kategori

S1 Skor Kategori S2 Skor Kategori N Skor 1 Kecerahan Perairan (%) 2 > 80 3 50-80 2 < 50 1

2 Tutupan Komunitas Karang (%) 3 > 75 3 40-75 2 < 40 1

3 Jenis lifeform 3 > 10 3 5-10 2 < 5 1

4 Jenis Ikan Karang 3 > 50 3 20-50 2 < 20 1

5 Kecepatan Arus (cm/det) 1 0-15 3 > 15-40 2 > 40 1

6 Lebar Hamparan Datar Karang 2 > 300 3 50-300 2 < 50 1

7 Kedalaman Terumbu Karang (m) 1 3-15 3 1-3 & 16-35 2 > 35 1

Sumber: Modifikasi Yulianda 2007

Untuk mendapatkan penilaian kesesuaian wisata bahari maka perlu diketahui indeks kesesuaian wisata untuk masing-masing lokasi. Nilai maksimum untuk kesesuaian wisata bahari adalah 45. Indeks kesesuaian wisata bahari ditentukan dengan rumus:

IKW= ∑ (N/Nmaks) x 100%

dimana:

IKW = Indeks Kesesuaian Wisata Bahari N = Nilai Parameter ke-I (bobot x skor) Nmaks = Nilai Maksimum Kategori Wisata

Dari hasil perhitungan IKW kemudian dapat ditentukan kelayakan suatu lokasi sebagai wisata bahari berdasarkan kriteria:

(12)

Sangat Sesuai (S1) : skor 83-100% Sesuai (S2) : skor 50 - < 83% Tidak Sesuai (N) : skor < 50

3.5.5 Pemetaan Partisipatif

Penentuan lokasi penangkapan (fishing ground) nelayan Pulau Pasi dilakukan dengan pemetaan partisipatif. Responden yang terdiri atas nelayan dimintai keterangan tentang lokasi tempat mereka menangkap ikan di sekitar pulau dan mencoba menunjukkannya pada peta lokasi penelitian yang telah disiapkan.

3.5.6 Analisis Deskriptif

Data kualitatif yang diperoleh dari hasil interview dan observasi mengenai presepsi masyarakat tentang zonasi KKLD yang direncanakan, alternatif kegiatan yang dapat dilakukan di dalam KKLD serta informasi sosial lainnya dianalisis secara deskriptif untuk mendukung data biofisik yang didapatkan.

3.5.7 Analisis SWOT Untuk Strategi Zonasi

Analisis SWOT adalah instrument perencanaaan strategis yang klasik. Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi.

Analisa SWOT (SWOT Analysis) adalah suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan (Strengths), Kelemahan (Weaknesses), Peluang (Opportunities), dan Ancaman

(Threats) yang mungkin terjadi dalam mencapai suatu tujuan dari suatu

pengelolaan. Untuk keperluan tersebut diperlukan kajian dari aspek lingkungan baik yang berasal dari lingkungan internal maupun eskternal (Rangkuti 2007). Faktor-faktor internal yang dapat dianalisis yaitu:

• Kekuatan (Strengths) dan

• Kelemahan (Weaknesses)

Sedangkan faktor-faktor eksternal, yaitu:

(13)

• Ancaman (Threats)

Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor SWOT diatas ditetapkan strategi-strategi pengelolaan seperti di bawah ini:

Gambar . Strategi pengelolaan berdasarkan analisis SWOT Gambar 5 Penyusunan strategi pengelolaan berdasarkan analisis SWOT.

3.5.8 Analisis Spasial

Dalam analisis secara spasial terlebih dahulu dilakukan pemetaan secara spasial berdasarkan paramater ekologis, oseanografi dan sosial yang diperoleh sehingga diperoleh peta tematiknya. Selanjutnya proses terakhir yang dilakukan dalam proses secara spasial adalah proses overlay dengan memperhatikan hasil analisis SWOT sehingga informasi yang didapatkan lebih tajam karena salah satu keunggulan teknologi SIG adalah kemampuannya dalam melakukan analisis spasial yaitu melalui proses overlay peta. Dari semua peta tematik yang merupakan variabel analisis, dilakukan proses overlay sehingga menghasilkan satu peta yang telah memiliki informasi spasial dari setiap tema untuk kemudian dapat ditentukan batas kawasan dan zona-zona dalam KKLD.

FAKTOR-FAKTOR INTERNAL FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL (O)Opportunities/ Peluang (T) Threats/Ancaman (S) Strengths/Kekuatan. Strategi SO: Strategi menggunakan kekuatan untuk me-manfaatkan peluang. Strategi SO: Strategi meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman. (W) Weaknesses/ Kelemahan Strategi ST: Strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.

Strategi WO:

Strategi meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.

Gambar

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.
Tabel 2 Bentik kategori dalam pengambilan data kondisi terumbu karang
Gambar 4 Bagan tahapan pembuatan peta zonasi KKLD.
Tabel 4 Pembobotan dan skoring zona inti KKLD
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sistem berbasis SMS Gateway ini dapat melakukan respon otomatis terhadap pesan singkat (SMS) yang dikirimkan oleh siswa ataupun orangtua siswa dengan format tertentu sehingga

Pembelajaran menemukan bahan diskusi melalui membaca intensif juga merupakan satu di antara keterampilan yang tercantum di dalam KTSP dan merupakan keterampilan membaca

dasarkan ketentuan ini, UU Arbitrase jelas mengatur kewenan- gan pengadilan untuk mengabulkan permohonan pembatalan putusan arbitrase dan “menentukan bahwa suatu sengketa tidak

Sementara fraksi berat yang terdiri dari Propylene Oxide sebagai produk utama, Tert-Butyl Hydroperoxide sisa reaksi dan Tert-Butyl Alcohol sebagai produk tambahan akan terdistribusi

Perkara yang biasa dialami oleh manusia, konsisten padanya melibatkan setiap perbuatan dan tutur kata.. berasaskan pada sumbangan tidak langsung istri. Antara syarat

Maka tujuan penulis dalam melakukan penelitian adalah untuk mengetahui penerapan job description terhadap efektivitas pelayanan jasa eksor laut di PT MOL Logisitics

Berdasarkan hasil wawancara saya dengan korban berinisial Rini bahwa untuk perlindungan korban masih banyak mengalami kekurangan dan belum maksimal, terutama

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Pengawasan