• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH COMPUTER ANXIETY DAN COMPUTER ATTITUDE TERHADAP KEAHLIAN BERKOMPUTER MAHASISWA AKUNTANSI. Ridho Ilham Setyawan Syaefullah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH COMPUTER ANXIETY DAN COMPUTER ATTITUDE TERHADAP KEAHLIAN BERKOMPUTER MAHASISWA AKUNTANSI. Ridho Ilham Setyawan Syaefullah"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH COMPUTER ANXIETY DAN COMPUTER ATTITUDE TERHADAP KEAHLIAN BERKOMPUTER MAHASISWA AKUNTANSI

Ridho Ilham Setyawan Syaefullah

Universitas Brawijaya, JL. MT. Haryono 165, Malang Email: ridhoilhamsetyawan@yahoo.com

Abstract: This study aims to examine the influence of computer anxiety (computer fear and computer anticipation) and computer attitude (computer pessimism and computer optimism) towards the computer self-efficacy of accounting students. This research was conducted at the Brawijaya University School of Economics and Bussiness. This study received 86 responses. The research used regression techniques to test the research data with SPSS software.

Result of analysis for this model show that simultaneously, the computer fear, computer anticipation, computer pessimism and computer optimism effects the computer self-efficacy. Partial test result showed that computer fear and computer anticipation affects the computer self-efficacy, while computer pessimism and computer optimism does not affect the computer self-efficacy of accounting students. The implication of this research is relevant to the faculty to consider the factor that influence the computer self-efficacy.

Keywords: computer self-efficacy, computer fear, computer anticipation, computer pessimism, computer optimism.

Pendahuluan

Penggunaan teknologi komputer di era globalisasi saat ini menunjukkan adanya perkembangan yang pesat. Hal tersebut ditandai dengan penggunaan teknologi informasi berbasis komputer yang semakin kompleks di setiap bidang. Termasuk dalam bidang akuntansi. Penggunaan teknologi informasi berbasis komputer dalam bidang akuntansi telah menjadi hal yang penting dalam menunjang keandalan dan akurasi data (output) yang dihasilkan. Dalam praktek akuntansi, suatu informasi yang relevan, tepat waktu, lengkap dan dapat dipahami merupakan tujuan dari penggunaan sistem informasi akuntansi berbasis komputer.

Saat ini telah banyak perusahaan atau organisasi yang mengintegrasikan sistem informasi akuntansinya dengan berbasis komputer. Penggunaan teknologi komputer telah menggantikan proses pengolahan data dan perhitungan secara manual. Hal tersebut akan mempercepat dan mempermudah proses pengolahan data untuk menghasilkan informasi akuntansi. Sehingga dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Oleh sebab itu saat ini banyak perusahaan atau organisasi yang sudah menerapkan penggunaan teknologi komputer dalam memproses datanya. Hal tersebut secara langsung akan melibatkan seorang akuntan di dalam perusahaan atau organisasi untuk memiliki keahlian dalam penguasaan teknologi komputer.

Tugas seorang akuntan bukan hanya sekedar melakukan penjurnalan dan pencatatan secara manual. Karena proses tersebut dapat dilakukan dengan pemakaian software komputer. Untuk itu, seorang akuntan diharapkan memiliki keahlian dalam berkomputer. Tidak hanya bagi akuntan internal, seorang auditor juga harus memiliki keahlian dalam berkomputer. Bagi auditor kegiatan me-review, menganalisis dan menguji suatu data akan

(2)

2

lebih cepat jika dilakukan dengan komputer. Selain itu dalam melakukan pengujian pengendalian, auditor biasanya juga dihadapkan dengan penggunaan teknologi komputer dalam sistem informasi akuntansi pada perusahaan yang diaudit.

American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) baru- baru ini telah membuat sertifikasi baru yaitu Certified Information Technology Professional (CITP). CITP mendokumentasikan keahlian sistem para akuntan yaitu akuntan yang memiliki pengetahuan luas di bidang teknologi dan yang memahami bagaimana teknologi informasi dapat digunakan dalam berbagai organisasi (Novianti, 2009). Beberapa hal tersebut menunjukkan bahwa praktik akuntansi tidak terlepas kaitannya dengan penggunaan komputer. Oleh karena itu pendalaman mengenai pemakaian komputer perlu diterapkan kepada calon- calon akuntan sejak dini. Termasuk kepada mahasiswa dalam lingkup pendidikan akuntansi.

Saat ini telah banyak lingkup pendidikan akuntansi yang memberikan fasilitas kepada para peserta didiknya untuk lebih mendekatkan diri terhadap penggunaan komputer. Penerapan yang dilakukan antara lain dengan memasukkanya beberapa matakuliah yang telah terintegrasi dengan pemakaian beberapa software akuntansi pendukung. Matakuliah- matakuliah tersebut antara lain : Sistem Informasi Akuntansi, Sistem Informasi Manajemen, Aplikasi Komputer Statistika, Aplikasi Komputer Akuntansi dan matakuliah lainnya. Dalam matakuliah tersebut, para pengajar di intitusi pendidikan memberikan pengetahuan mengenai software yang bisa dipakai dalam bidang akuntansi antara lain: SAP, SPSS, Microsoft Excel, Microsoft Visio hingga MYOB dan Zahir. Beberapa hal tersebut merupakan bukti nyata bahwa beberapa program pendidikan disusun untuk menambah keahlian mahasiswa dalam berkomputer.

Mahasiswa yang memiliki keahlian dalam menguasai teknologi komputer khususnya software akuntansi kemungkinan akan memiliki nilai tambah dalam menghadapi praktik di dunia kerja. Dewasa ini, mahasiswa akuntansi dipersiapkan untuk menjadi akuntan yang punya kompetensi antara lain dalam bidang teknologi informasi yang memadai dan merupakan core dimension dari pendidikan akuntansi dasar sehingga dapat mendukung tugas-tugasnya sebagai seorang calon akuntan (Rustiana, 2004). Menurut Rosen dan Maguire (1990) dalam Stone et al (1996), keahlian berkomputer merupakan salah satu prediktor yang penting bagi mahasiswa dalam mempelajari dan menggunakan sistem komputer. Dengan mengakui adanya perbedaan keahlian berkomputer (self efficacy) antar praktisi dan mahasiwa, maka tindakan perspektif dapat dilakukan oleh manajemen maupun oleh pendidik. Bagi akuntan pendidik dapat menerapkan dan menyediakan pelatihan teknologi informasi yang tepat dalam rangka untuk meningkatkan keahlian berkomputer peserta didiknya.

Ditinjau dari aspek personal ada beberapa faktor yang mempengaruhi keahlian berkomputer seseorang. Faktor- faktor tersebut antara lain computer anxiety dan computer attitude. Computer anxiety didefinisikan sebagai kegelisahan penggunaan komputer dan kegelisahan mengenai dampak negatif dari penggunaan komputer (Raub, 1981). Seseorang yang mengalami gejala computer anxiety akan merasa takut (fear) terhadap keberadaan teknologi komputer, akan tetapi ada pula seseorang yang menyikapi keberadaan teknologi komputer sebagai suatu tantangan (anticipation). Sedangkan computer attitude diartikan sebagai sikap dan pandangan seseorang dalam menghadapi keberadaan teknologi komputer. Sikap seseorang dalam menyikapi keberadaan komputer cenderung berbeda-beda. Ada seseorang yang menganggap keberadaan teknologi komputer akan mengendalikan dan mendominasi kehidupan manusia (pessimism). Adapula seseorang yang menganggap bahwa adanya komputer akan memberikan dampak positif (optimism).

Beberapa penelitian sebelumnya telah menguji pengaruh computer anxiety dan computer attitude terhadap keahlian berkomputer. Harrison dan Rainer (1992) melakukan penelitian terhadap para profesional yang terbagi dalam empat kategori pekerjaan: pendidik, teknisi, administrasi dan karyawan klerikal. Hasil penelitian menujukkan bahwa computer anxiety (fear dan anticipation) memiliki pengaruh yang signifikan. Dimana computer fear

(3)

3

akan memberikan dampak negatif terhadap keahlian berkomputer. Sedangkan computer anticipation memberikan pengaruh positif terhadap keahlian berkomputer. Pada variabel computer attitude menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara computer pessimism terhadap keahlian berkomputer. Meskipun dalam penelitian ini tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara computer optimism dengan keahlian berkomputer.

Di Indonesia penelitian mengenai pengaruh computer anxiety dan computer attitude terhadap keahlian berkomputer dilakukan oleh Rifa dan Gudono (1999) terhadap 164 karyawan perusahaan perbankan. Hasil penelitian menujukkan bahwa computer anxiety (fear dan anticipation) dan computer optimism mempunyai pengaruh terhadap keahlian dalam end-user computing. Sedangkan variabel computer pessimism tidak memiliki pengaruh yang signifikan.

Wibowo dan Hardiningsih (2003) melakukan penelitian mengenai pengaruh computer anxiety dan computer attitude terhadap keahlian berkomputer. Instrumen yang dipakai untuk mengukur tingkat keahlian berkomputer dalam penelitian tersebut menggunakan Computer Self-Efficacy (CSE) yang sebelumnya juga telah dikembangkan oleh peneliti. Instrumen Computer Anxiety Rating Scale (CARS) digunakan untuk mengukur tingkat Computer Anxiety. Sedangkan untuk mengukur Computer Attitude digunakan instrumen Computer Attitude Scale (CAS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara computer anxiety (fear dan anticipation) terhadap keahlian berkomputer. Sedangkan computer attitude (optimism dan pessimism) tidak berpengaruh terhadap keahlian berkomputer.

Penelitian ini akan mencoba meneliti pengaruh faktor computer anxiety dan computer attitude terhadap keahlian berkomputer mahasiswa akuntansi. Pada penelitian ini, dimensi computer anxiety akan dikategorikan menjadi dua faktor yakni computer fear dan computer anticipation, demikian pula dimensi computer attitude juga akan dibagi menjadi dua faktor yakni computer pessimism dan computer optimism.

Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wibowo dan Hardiningsih (2003). Berbeda dengan penelitian Wibowo dan Hardiningsih (2003) yang menguji tentang pengaruh faktor personality (computer anxiety, computer attitude, dan match anxiety) dan profesional commitment terhadap keahlian berkomputer, penelitian ini hanya mengambil faktor computer anxiety (computer fear dan computer anticipation) dan computer attitude (computer pessimism dan computer optimism) untuk diuji. Selain itu, subyek penelitian yang diuji juga berbeda, Wibowo dan Hardiningsih (2003) melakukan pengujian terhadap profesi akuntan dan auditor, sedangkan dalam penelitian ini mengambil subjek penelitian mahasiswa jurusan akuntansi. Dalam penelitian, ini peneliti juga ingin mengetahui variabel-variabel manakah dari computer anxiety dan computer attitude yang memiliki pengaruh signifikan terhadap keahlian berkomputer mahasiswa akuntansi.

Telaah Litelatur Pengertian Komputer

Kata komputer berasal dari kata computare yang berarti menghitung. Meskipun memiliki definisi dari kata menghitung, tetapi komputer dapat melakukan suatu proses yang lebih rumit. Pada dasarnya, komputer terdiri dari beberapa perangkat dan komponen yang saling bekerja sama, serta membentuk suatu sistem kerja yang rapi dan teliti. Sistem ini kemudian dapat digunakan untuk melaksanakan serangkaian pekerjaan secara otomatis, berdasarkan urutan instruksi yang diberikan kepadanya.

Hamacher (2001) mendefinisikan komputer sebagai suatu alat penghitung elektronik yang cepat dan dapat menerima informasi input digital dan kemudian memprosesnya sesuai dengan program yang tersimpan di memorinya, dan menghasilkan output informasi. Sedangkan menurut Fuori (1981), komputer adalah suatu pemroses data yang dapat

(4)

4

melakukan perhitungan besar secara cepat termasuk perhitungan aritmatika dan operasi logika, tanpa campur tangan manusia.

Menurut Blissmer (1985), komputer merupakan alat elektronik yang dapat melakukan tugas sebagai berikut: 1) Menerima input. 2) Memproses input tadi sesuai dengan programnya. 3) Menyimpan perintah- perintah dan hasil dari pengolahan. 4) Menyediakan output dalam bentuk informasi.

Beberapa definisi tersebut memberikan makna bahwa komputer memiliki lebih dari satu bagian yang saling bekerja sama. Bagian- bagian tersebut baru bisa bekerja jika ada aliran listrik yang mengalirinya. Istilah mengenai seperangkat mesin atau komponen kemudian dikenal sebagai perangkat keras komputer atau hardware. Hardware merupakan suatu komponen dari sebuah komputer yang sifatnya bisa dilihat dan diraba secara langsung atau yang berbentuk nyata. Hardware berfungsi untuk mendukung proses komputerisasi. Beberapa contoh hardware komputer antara lain: CPU, monitor, mouse, keyboard, printer, CD, USB Flashdisk, Floppy Disk, scanner, modem, webcam dan lain-lain.

Komputer tidak mungkin bisa bekerja tanpa adanya program yang telah dipasang didalamnya (install). Program ini bisa berupa suatu prosedur pengoperasian dari komputer itu sendiri ataupun berbagai prosedur dalam hal pemrosesan data yang telah ditetapkan sebelumnya. Program tersebut dikenal sebagai perangkat lunak komputer atau yang biasa disebut software. Software adalah suatu komponen dari sebuah komputer yang tidak dapat disentuh dan dilihat secara fisik namun bisa untuk dioperasikan. Pengertian software komputer adalah suatu kumpulan data elektronik yang disimpan dan diatur oleh komputer, data elektronik yang disimpan oleh komputer itu dapat berupa program atau instruksi yang akan menjalankan suatu perintah. Melalui software inilah suatu komputer dapat menjalankan suatu perintah.

Secara prinsip, komputer hanyalah suatu alat yang digunakan untuk membantu manusia. Untuk bisa bekerja, komputer memerlukan adanya program dan manusia. Pengertian manusia kemudian dikenal dengan brainware. Istilah brainware mengacu pada seorang manusia yang menjalankan suatu program komputer yang terdiri dari software dan hardware.

Ketiga komponen komputer tersebut (Hardware-Software-Brainware) merupakan suatu konsep tri-tunggal yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Untuk memulai suatu tahap pemrograman, manusia harus memasukkan program terlebih dahulu kedalam komputer. Setelah program tersimpan kedalam komputer, maka komputer baru bisa bekerja untuk membantu manusia dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Penggunaan komputer saat ini sudah menjadi kebutuhan manusia untuk mempermudah pekerjaannya. Saat ini peranan komputer telah menjadi hal yang penting di berbagai bidang. Salah satunya dalam bidang akuntansi. Dalam organisasi bisnis, penggunaan komputer ditujukan untuk mempercepat proses pengolahan data untuk menghasilkan informasi keuangan yang cepat dan akurat. Dalam bidang audit, penggunaan komputer akan mendukung program-program auditor yang terkomputerisasi.

Keahlian Berkomputer

Definisi keahlian berkomputer menurut Compeau dan Higgins (1995) ialah suatu kapabilitas seseorang untuk menggunakan komputer atau sistem informasi berbasis komputer. Beberapa orang percaya bahwa kemampuan penggunaan komputer yang dimilikinya tidak berhubungan dengan pengalaman masa lampau tetapi lebih difokuskan pada kemampuannya untuk mengerjakan tugas- tugas tertentu yang sedang dihadapi. Hal ini memperlihatkan bahwa dengan kepercayaan atau keyakinan yang kuat pada kemampuannya, seseorang melihat tugas-tugas tertentu yang sulit yang menggunakan program komputer sebagai peluang untuk dapat menguasai berbagai program komputer. Dengan keyakinan tersebut, kemampuan yang dimiliki seseorang akan cenderung dapat mengatasi kesulitan yang sedang dihadapi.

(5)

5

Bandura (1986) mendefinisikan keahlian berkomputer sebagai kepercayaan seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mengoperasikan komputer yang dipengaruhi oleh motivasi dan perilaku. Sedangkan menurut Indriantoro (2000) keahlian berkomputer didefinisikan sebagai kemampuan dalam penggunaan aplikasi komputer, sistem operasi, penanganan file dan perangkat keras, penyimpanan data dan penggunaan tombol keyboard. Keahlian seseorang dalam penggunaan komputer digunakan sebagai proksi dari pengendalian internal individu dalam konteks teknologi informasi, misalnya seseorang yang mempunyai level kemampuan berkomputer yang tinggi merasa lebih kuat dalam mengendalikan aktivitas yang dilakukan dalam penggunaan teknologi informasi dibandingkan dengan orang yang mempunyai level kemampuan berkomputer yang rendah (Horvat, et al, 1996).

Berdasarkan beberapa definisi tersebut menunjukkan bahwa keahlian berkomputer merupakan suatu penguasaan seseorang terhadap penggunaan komputer dan menunjukkan adanya keyakian seseorang tentang kemampuan dirinya dalam berkomputer. Keahlian dalam berkomputer dapat diperoleh dari adanya bakat alami seseorang maupun dengan cara belajar. Keahlian seseorang dalam penggunaan komputer timbul dengan adanya judgement dalam diri sendiri mengenai kemampuan yang dimiliki sehingga seseorang merasa bahwa tugas-tugas yang sulit yang melibatkan penggunaan komputer menjadi bisa diatasai dengan mudah. Jadi dapat disimpulkan bahwa keahlian berkomputer dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor personal individu dalam menyikapi penggunaan komputer.

Computer Anxiety

Menurut Rifa dan Gudono (1999) computer anxiety adalah suatu tipe stres tertentu. Computer anxiety itu berasosiasi dengan kepercayaan yang negatif mengenai komputer, masalah-masalah dalam menggunakan komputer dan penolakan terhadap mesin. Igbaria dan Parasuraman (1989) mendefinisikan computer anxiety sebagai suatu kecenderungan seseorang menjadi susah, khawatir atau ketakutan mengenai penggunaan teknologi informasi (komputer) pada masa sekarang atau pada masa yang akan datang.

Maher et al (1997) mengemukakan computer anxiety dapat diartikan sebagai penolakan terhadap perubahan. Penolakan dapat berupa gejala atau seseuatu yang lain seperti ketakutan akan seseuatu yang tidak diketahui, ketakutan akan kegagalan, atau ketidakinginan untuk mengubah keadaan sekarang. Menurut Emmons (2003), computer anxiety didefinisikan sebagai kegelisahan penggunaan komputer dan kegelisahan mengenai dampak negatif dari penggunaan komputer terhadap masyarakat. Fenomena seperti ini kemudian mendorong para peneliti mulai melakukan kajian-kajian mengenai computer anxiety. Bandura (2006) menyatakan bahwa individu yang mempunyai perasaan anxiety yang tinggi menunjukkan kurangnya kemampuan diri. Apabila individu merasa cemas dalam penggunaan komputer, maka dirinya memiliki alasan untuk merasa cemas sehingga menunjukkan self-efficacy yang rendah.

Jay (1981) dalam Emmons (2003) menyatakan bahwa computer anxiety disebabkan oleh ketidaktahuan sederhana tentang komputer atau mungkin juga disebabkan oleh kegelisahan yang mendalam atau ketakutan berlebih terhadap teknologi komputer yang sering disebut dengan computerphobia. Adanya perubahan baru terkadang menimbulkan tekanan (stress). Ali dan Fadila (2008) menyebutkan bahwa tekanan yang timbul dalam perubahan tersebut dapat berupa ketakutan (fear) namun adapula yang menghadapinya sebagai tantangan (aticipation). Harrison dan Rainer (1992) telah melakukan pengujian mengenai computer anxiety dengan menggunakan instrumen Computer Anxiety Rating Scale (CARS) yang dikembangkan oleh Heinssen et al (1987). Instrumen CARS menunjukkan bahwa terdapat dua item yang menunjukkan adanya indikator pembentuk computer anxiety. Indikator pertama menunjukkan adanya computer fear atau rasa takut berkomputer sedangkan faktor kedua menunjukkan adanya computer anticipation atau rasa tertantang dalam penggunaan komputer.

(6)

6

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dijelaskan mengenai aspek- aspek computer anxiety yang meliputi dua faktor yakni computer fear dan computer anticipation. Computer anxiety jika dilihat dalam aspek ketakutan (fear) merupakan pengaruh negatif dalam diri seseorang yang ditunjukkan dengan rasa takut setiap kali berhadapan dengan komputer. Menurut Heinssen et al (1987) computer fear merupakan salah satu gejala adanya gangguan emosional dalam diri seseorang terhadap penggunaan komputer. Menurut Orr (2000) dalam Utomo (2011) menyatakan bahwa seseorang yang merasa takut dengan adanya komputer dikarenakan dirinya belum banyak menguasai teknologi komputer. Akibat keterbatasan seseorang dalam penguasaan komputer tersebut, dirinya belum mampu mendapatkan manfaat dengan kehadiran teknologi komputer.

Sementara computer anxiety dilihat dari aspek antisipasi (anticipation) menunjukkan langkah antisipatif (tantangan) yang dilakukan seseorang dalam belajar komputer. Menurut Saade dan Kira (2009), computer anticipation merupakan suatu tindakan antisipatif menghadapi suatu tantangan atau hambatan yang bertujuan untuk memudahkan pelaksanaan suatu pekerjaan. Antisipasi yang baik akan meningkatkan sikap berkomputer yang positif. Sebaliknya, antisipasi yang rendah akan berdampak negatif pada sikap berkomputer seseorang. Maurer (1994) menggambarkan computer anticipation merupakan langkah yang dilakukan seseorang dalam mengatasi kegelisahan yang muncul dengan adanya komputer. Antisipasi tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan ide-ide pembelajaran yang menyenangkan terhadap komputer.

Rifa dan Gudono (1999) yang mendasarkan penelitiannya pada Harrison dan Rainer (1992) melakukan penelitian kepada karyawan yang bekerja di perbankan. Penelitian tersebut memperoleh 164 karyawan sebagai responden. Pengukuran variabel keahlian dalam penelitian ini menggunakan instrumen Computer Self Efficacy (CSE), variabel computer anxiety (fear dan anticipation) menggunakan instrumen Computer Anxiety Rating Scales (CARS), dan variabel computer attitude (pessimism dan optimism) diukur dengan instrumen Computer Attitude Scales (CAS). Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa variabel computer fear dan computer anticipation berpengaruh terhadap keahlian karyawan perbankan dalam penggunaan End-User Computing.

Penelitian serupa dilakukan oleh Wibowo dan Hardiningsih (2003) yang melakukan penelitian terhadap para praktisi akuntan. Dalam penelitian tersebut, variabel keahlian berkomputer diukur dengan instrumen Computer Self-Efficacy (CSE) yang dimodifikasi oleh peneliti agar sesuai dengan bidang kajian pada subyek yang diteliti, yakni para auditor. Penelitian tersebut meneliti tentang pengaruh computer attitude terhadap keahlian auditor dalam keahlian penggunaan Generalized Audit Software (GAS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara variabel computer fear dan computer anticipation terhadap keahlian berkomputer.

Dalam dunia pendidikan akuntansi, penelitian mengenai pengaruh computer anxiety (fear dan anticipation) terhadap keahlian berkomputer dilakukan oleh Kuntardi (2004) yang melakukan penelitian terhadap para akuntan pendidik. Penelitian tersebut mengambil subyek para akuntan pendidik di universitas negeri maupun swasta di Jakarta dan Yogyakarta. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh computer fear dan computer anticipation terhadap keahlian berkomputer para akuntan pendidik.

Penelitian lainnya dilakukan dilakukan oleh Wahyudi (2008) terhadap mahasiswa jurusan akuntansi Universitas Andalas di kota Padang, Sumatera Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh computer fear dan computer anticipation terhadap keahlian berkomputer mahasiswa akuntansi. Computer fear memiliki hubungan negatif terhadap keahlian berkomputer. Sedangkan computer anticipation memiliki hubungan positif terhadap keahlian berkomputer.

Penelitian ini membagi computer anxiety menjadi dua variabel, yakni computer fear dan computer anticipation. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1: Terdapat pengaruh computer fear terhadap keahlian berkomputer mahasiswa akuntansi.

(7)

7

H2: Terdapat pengaruh computer anticipation terhadap keahlian berkomputer mahasiswa akuntansi.

Computer Attitude

Menurut Utomo (2011) computer attitude merupakan sikap reaksi atau penilaian seseorang berdasarkan kesenangan atau ketidaksenangan terhadap komputer. Sikap tidak senang dalam diri seseorang untuk berkomputer, membuat dirinya tidak memiliki semangat untuk belajar komputer. Sebaliknya, sikap senang terhadap komputer akan membangkitkan semangatnya dalam belajar berkomputer.

Pengujian yang dilakukan oleh Harisson dan Rainer (1992) terhadap instrumen Computer Attitude Scale (CAS) menunjukkan bahwa terdapat tiga indikator pembentuk computer attitude yakni: computer pessimism, computer optimism, dan computer intimidation. Wibowo dan Hardiningsih (2003) menyatakan dalam hal ini terdapat sekelompok orang yang tidak senang (pessimism) dengan perkembangan teknologi komputer sedangkan di sisi lain sekelompok orang merasa senang (optimism) dengan perkembangan tersebut.

Menurut Loyd dan Gressard (1984) computer pessimism menunjukkan sikap seseorang yang beranggapan bahwa dengan adanya komputer tidak dapat banyak membantu dirinya dalam melakukan suatu pekerjaan. Menurut Doyle (2005) sikap computer pessimism membuat seseorang beranggapan bahwa keberadaan komputer tidak memberikan manfaat apa-apa dalam dirinya karena dalam pengoperasian komputer waktu dan tenagnya tersita dengan hasil yang kurang memuaskan. Computer pessimism ini membuat seseorang beranggapan bahwa keberadaan komputer membawa pengaruh negatif terhadap dirinya.

Menurut Weil dan Rosen (1995) mengartikan pessimism sebagai sikap negatif seseorang terhadap penggunaan komputer terkait dengan keterbatasan yang dimilikinya. Keberadaan komputer dipandang sebagai sesuatu yang tidak bermanfaat karena segala sesuatu bisa diatasi dengan menggunakan tenaga manusia. Towell dan Lauer (2001) mengemukakan bahwa computer pessimism berkomputer merupakan pandangan negatif seseorang terhadap komputer karena dianggap banyak menyita waktu, mengganggu pikiran sehingga membuat suasana hatinya tidak merasa nyaman ketika berhadapan dengan komputer.

Sedangkan definisi computer optimism menurut Loyd dan Gressard (1984) adalah suatu sikap seseorang yang muncul atas kehadiran komputer. Sikap seseorang tersebut mengindikasikan bahwa ia akan merasa bahwa komputer akan mampu meringankan pekerjaan dan memberikan banyak manfaat. Menurut Burkett et al (2001) computer optimism merupakan sikap positif yang ditunjukkan seseorang dalam berkomputer. Sikap optimis tersebut dapat membantu seseorang untuk melakukan pekerjaan dengan lebih cepat dan lebih baik.

Bowers dan Bowers (1996) mengemukakan bahwa computer optimism merupakan cara pandang seseorang berhadapan dengan komputer yang berkaitan dnegan penyelesaian pekerjaan yang dapat digantikan dengan komputer dan mampu memberikan hasil yang lebih cepat dan akurat. Sementara Towell dan Lauer (2001) menyatakan bahwa computer optimism merupakan suatu pandangan positif seseorang terhadap komputer yang menunjukkan bahwa pemakaian komputer dapat meringankan beban pekerjaannya. Computer optimism menurut Doyle (2005) ialah suatu kemampuan mengatasi berbagai kesulitan tugas-tugas yang dihadapi seseorangan dengan adanya komputer. Sikap optimis seseorang terhadap komputer akan mampu mengatasi kecemasannya dalam menghadapi tugas-tugas yang sulit yang melibatkan penggunaan komputer.

Harrison dan Rainer (1992) menguji tentang pengaruh perbedaan individu terhadap keahlian penggunaan End-User Computing (EUC). Penelitian tersebut dilakukan terhadap para profesional akuntan dengan jumlah sampel sebanyak 776 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa computer pesimism memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap

(8)

8

keahlian berkomputer. Sedangkan computer anticipation memiliki tidak berpengaruh terhadap keahlian berkomputer. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat computer pesimism seseorang, maka semakin rendah tingkat keahlian berkomputer begitu pula sebaliknya.

Wisnubroto (2010) melakukan penelitian untuk membedakan keahlian berkomputer pada karyawan bukan klerikal dan karyawan klerikal yang bekerja di sektor perbankan. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 106 karyawan yang bekerja di beberapa bank di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitian terhadap 28 karyawan bukan klerikal menunjukkan tidak adanya pengaruh computer pessimism tetapi terdapat pengaruh computer optimism terhadap keahlian berkomputer. Hasil yang sama juga ditunjukkan dengan 78 karyawan klerikal yang menunjukkan tidak adanya pengaruh computer pessimism dengan keahlian berkomputer tetapi terdapat pengaruh computer optimism terhadap keahlian berkomputer.

Prasetya (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh computer personality terhadap keahlian menggunakan sistem informasi berbasis komputer. Penelitian tersebut dilakukan terhadap karyawan yang bekerja di PT Indomarco Adi Prima di Sragen. Penelitian tersebut memperoleh responden sebanyak 39 orang karyawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa computer pessimism dan computer optimism tidak mempengaruhi keahlian berkomputer.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurcahyo (2004) mencoba menguji adanya pengaruh faktor individual terhadap keahlian dalam menggunakan teknik audit berbantuan komputer. Subyek dalam penelitian tersebut adalah para praktisi audit pada beberapa Kantor Akuntan Publik (KAP) di Solo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa computer pessimism berpengaruh negatif terhadap keahlian berkomputer para auditor. Sedangkan variabel computer optimism menunjukkan pengaruh positif terhadap keahlian berkomputer para auditor.

Penelitian terhadap mahasiswa akuntansi dilakukan oleh Putra (2010) yang menguji pengaruh computer anxiety dan computer attitude terhadap keahlian berkomputer pada mahasiswa akuntansi di beberapa universitas di Jakarta. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa computer pessimism secara signifikan mempengaruhi keahlian berkomputer seseorang. Sedangkan variabel computer optimism tidak berpengaruh terhadap keahlian berkomputer mahasiswa akuntansi.

Penelitian ini membagi computer attitude menjadi dua variabel, yakni computer pessimism dan computer optimism. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3: Terdapat pengaruh computer pessimism terhadap keahlian berkomputer mahasiswa akuntansi.

H4: Terdapat pengaruh computer optimism terhadap keahlian berkomputer mahasiswa akuntansi.

Metoda Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 1014 mahasiswa (http://siska.fe.ub.ac.id, diakses tanggal 6 Agustus 2013). Dipilihnya mahasiswa akuntansi sebagai populasi penelitian ini didasarkan pada alasan utama karena peran mahasiswa akuntansi dalam dunia kerja kelak akan berkaitan dengan pengembangan sistem informasi yang berbasis komputer. Pemilihan lokasi di jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang didasarkan pada lokasi yang berdekatan dengan peneliti serta adanya keterbatasan waktu dan biaya dari pihak peneliti menjadi pertimbangan dalam pemilihan populasi.

(9)

9

Penelitian ini menggunakan sampel. Metoda pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling yang dilakukan untuk mengutamakan aspek kemudahan dalam pengambilan sampel. Penelitian ini mengacu pada metoda judgement sampling atau purposive sampling. Metoda purposive sampling yaitu metoda yang melibatkan pilihan-pilihan dari subyek yang memiliki tempat paling menguntungkan atau posisi terbaik yang menyediakan informasi yang dibutuhkan (Sekaran, 2006). Beberapa pertimbangan terhadap sampel yang dipilih dalam penelitian ini antara lain: 1) Mahasiswa S1 akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. 2) Mahasiswa yang telah atau sedang menempuh matakuliah Sistem Informasi Manajemen. Untuk penentuan jumlah sampel, peneliti mendasarkan pada rumus Slovin. Dari penghitungan yang telah dilakukan oleh peneliti, maka jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebesar 100.

Metoda pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metoda survei merupakan metoda pengumpulan data primer, dimana data primer mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi (Sekaran, 2006). Indrianto dan Supomo (2000) mendefinisikan survei sebagai pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis. Pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Peneliti menyebarkan secara langsung kuesioner kepada responden.

Penelitian ini menggunakan dua jenis varabel yang digunakan, yaitu variabel dependen (Y) dan variabel independen (X). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah variabel keahlian. Sedangkan variabel independen yang digunakan yaitu variabel computer fear (X1), computer anticipation (X2), computer pessimism (X3), computer optimism (X4).

Variabel keahlian dalam penelitian ini adalah keahlian dalam menggunakan komputer. Pada penelitian ini, variabel keahlian berkomputer akan diukur dengan menggunakan beberapa item pertanyaan yang dikembangkan oleh Harisson dan Rainer (1992). Item pertanyaan yang digunakan akan disederhanakan agar sesuai dengan karakteristik subyek yang diteliti, yakni mahasiswa akuntansi. Dimana untuk mengukur keahlian berkomputer mahasiswa akuntansi, akan digunakan 13 pernyataan.

Variabel computer fear dan computer anticipation akan diukur dengan menggunakan instrumen Computer Anxiety Rating Scales (CARS) yang dikembangkan oleh Harrison dan Rainer (1992). Variabel computer fear akan dituangkan ke dalam 10 pertanyaan dan computer anticipation dituangkan ke dalam 8 pernyataan.

Variabel computer pessimism dan computer optimism akan diukur dengan menggunakan instrumen Computer Attitude Scales (CAS) yang dikembangkan oleh Harrison dan Rainer (1992). Variabel computer pessimism dan computer optimism masing-masing akan dituangkan ke dalam 7 pernyataan.

Pada penelitian ini, semua variabel diukur dengan menggunakan skala Likert 5 point, yaitu skor terendah 1 yang menyatakan sangat tidak setuju dan skor tertinggi 5 yang menyatakan sangat setuju. Sugiyono (1998) mengemukakan bahwa skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial.

Dalam penelitian ini yang mengukur variabel dengan menggunakan kuesioner tentu harus dilakukan pengujian kualitas terhadap data yang diperoleh. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan valid dan reliabel. Sebab kebenaran data yang diolah sangat menentukan kualitas hasil penelitian.

Validitas menguji seberapa baik suatu instrumen yang dibuat mengukur konsep tertentu yang ingin diukur (Sekaran, 2006). Menurut Jogiyanto (2004), uji validitas mengemukakan seberapa jauh suatu tes atau satu set dari operasi-operasi mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas menunjukkan tingkat kemampuan suatu instrumen untuk

(10)

10

mengungkapkan sesuatu menjadi obyek pengukuran yang dilakukan dengan instrumen yang diajukan.

Cara yang dilakukan adalah dengan menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi product moment pearson (r hitung). Untuk menentukan item pertanyaan valid maka dibandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel maka item pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

Apabila alat ukur telah dinyatakan valid, selanjutnya dilakukan pengujian mengenai reliabilitas data. Konsep reliabilitas dapat dipahami melalui ide dasar konsep tersebut yaitu konsistensi (Indriantoro dan Supomo, 2002). Reliabilitas menunjukkan akurasi dan ketepatan dari pengukurnya. Suatu pengukur dikatakan reliabel jika dapat dipercaya dan dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap subyek yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda (Jogiyanto, 2004).

Uji reliabilitas adalah dengan menguji skor antara item dengan tingkat signifikansi 5% sehingga apabila angka korelasi yang diperoleh lebih besar dari nilai kritis, berarti item tersebut dikatakan reliabel (Sekaran, 2006). Untuk mengukur konsistensi instrumen, maka dilakukan pengujian menggunakan teknik Cronbach’s Alpha terhadap skor jawaban responden yang dihasilkan dari penggunaan instrumen kuesioner dimana tingkat signifikansi sebesar 5%. Pada uji tersebut, secara umum keandalan yang kurang dari 0,60 dianggap buruk dan semakin dekat koefisien keandalan dengan 1,0 maka dianggap reliable (Sekaran, 2006). Dalam persamaan regresi linier berganda harus memenuhi kriteria Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). Oleh karena itu, setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas, harus dilakukan uji asumsi klasik terhadap model regresi. Untuk menghasilkan model regresi yang memenuhi kriteria BLUE, maka dalam penelitian ini dilakukan uji normalitas, uji gejala multikolinearitas, dan uji gejala heterokedastisitas.

Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiiki nilai residual yang terdistribusi secara normal. Normalitas dapat diketahui dengan pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov terhadap setiap variabel. Pada penelitian ini, keputusan yang digunakan dimana taraf kesalahannya sebesar 5% (α= 5%). Jika signifikansi lebih besar dari taraf kesalahannya, maka dapat dikatakan data tersebut normal.

Multikolinearitas adalah keadaan dimana pada model regresi ditemukan adanya korelasi yang sempurna atau mendekati sempurna antar variabel independen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala multikolinearitas pada model regresi pada penelitian ini maka dalam penelitian ini menggunakan metode hitung Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variabel bebas dalam model regresi. Apabila nilai VIF> 10 maka terjadi gejala multikolinearitas, sebaliknya apabila VIF< 10 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas.

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya (Ghozali, 2006). Lawan dari heteroskedastisitas adalah homoskedastisitas dimana model residual antar satu pengamatan ke pengamatan lain tetap. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Penentuan ada tidaknya gejala hetersokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat titik pola pada scatterplot. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan si bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Dalam pengujian hipotesis yang dirumuskan sebelumnya oleh peneliti akan diuji kebenarannya menggunakan alat uji statistik, yaitu regresi linier berganda dengan bantuan aplikasi SPSS 17.0. Uji regresi linier dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen baik secara simultan maupun parsial.

(11)

11

Uji signifikansi simultan atau uji F dilakukan untuk melihat signifikansi pengaruh variabel independen/ bebas secara simultan terhadap variabel dependen/ terikat (Ghozali, 2006). Ketentuan penerimaan atau penolakan hipotesis adalah, apabila nilai hitung (resultant value) > nilai tabel, dimana dengan tingkat kepercayaan α= 5%, maka H0: ditolak. Sebaliknya, jika nilai hitung (resultant value) < nilai tabel, dimana dengan tingkat kepercayaan α = 5%, maka H0: diterima (Sekaran, 2006). Apabila H0 ditolak, berarti dengan tingkat kepercayaan tertentu (5%), variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

Uji signifikansi parsial atau uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2006). Untuk memutuskan menerima atau menolak suatu hipotesis pada uji t, yaitu apabila nilai dihitung (resultant value) > t tabel, dimana dengan tingkat kepercayaan α= 5%, maka H0 ditolak. Sebaliknya, jika nilai hitung (resultant value) < t tabel, dimana dengan tingkat kepercayaan α = 5%, maka H0: diterima. Apabila H0 ditolak, berarti dengan tingkat kepercayaan tertentu (5%), variabel independen yang diuji secara parsial mempengaruhi variabel dependen.

Analisis Data dan Hasil Penelitian

Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 Jurusan Akuntansi Universitas Brawijaya yang berstatus aktif pada semester ganjil 2013/2014 dan telah menempuh matakuliah Sistem Informasi Manajemen. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, penelitian ini menggunakan metode survei yakni dengan menyebarkan kuesioner di beberapa kelas perkuliahan. Peneliti memilih kelas perkuliahan tersebut secara random/acak dengan pertimbangan mahasiswa yang sedang menempuh perkuliahan tersebut telah menempuh matakuliah Sistem Informasi Manajemen. Peneliti melakukan pengumpulan data selama dua minggu dengan menyebarkan kuesioner secara langsung. Berikut adalah rincian hasil pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti:

Tabel 1. Sampel dan Tingkat Pengembalian Kuesioner

Jumlah Sampel 100

Jumlah kuesioner yang tidak kembali 2

Kuesioner yang kembali 98

Kuesioner yang digugurkan 12

Kuesioner yang digunakan 86

Tingkat pengembalian (respon rate) 98%

Tingkat pengembalian yang dapat digunakan (usable respon rate) 86% Sumber: Data Primer (diolah)

Untuk mengetahui gambaran umum mengenai responden yang menjadi data penelitian ini, tabel berikut ini akan memberikan penjelasan secara menyeluruh berdasarkan komposisi tertentu.

Tabel 2. Profil Responden

1. Jenis Kelamin Jumlah Presentase

Laki-laki 39 45%

Perempuan 47 55%

Jumlah 86 100%

2. Semester Jumlah Presentase

(12)

12

Semester tujuh 31 36%

Semester sembilan 10 12%

Semester sebelas 2 2%

Jumlah 86 100%

3. Indeks Prestasi Jumlah Presentase

≤ 2,50 1 1% 2,51-2,75 1 1% 2,76-3,00 9 10% 3,01-3,25 27 31% 3,26-3,50 31 37% ≥3,51 17 20% Jumlah 86 100%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa, jumlah responden wanita lebih banyak dibanding pria. Rata-rata responden sudah menempuh semester lima atau tahun ke 2 dalam program S1. Rata-rata responden memiliki IPK diantara 3,26 sampai dengan 3,50, hal tersebut mengindikasikan bahwa rata-rata responden memiliki kemampuan akademik yang cukup baik.

Setelah melakukan pengujian statistik deskriptif, selanjutnya adalah melakukan uji validitas dan reliabilitas data. Instrumen dalam penelitian ini dinyatakan valid dan reliabel karena koefisien korelasi menghasilkan nilai r-hitung yang lebih tinggi dari r-tabel, serta koefisien keandalannya (Cronbach’s Alpha) lebih besar dari r-tabel. Hasil pengujian validirtas dan reliabilitas terlampir.

Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas, hal selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan uji asumi klasik. Hal ini bertujuan agar model persamaan regresi linier berganda mampu memberikan hasil yang akurat dan representatif. Uji asumsi klasik pada penelitian ini meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas.

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal. Untuk menguji normalitas pada penelitian ini menggunakan metode analisis Kolmogorof Smirnov. Hasil perhitungan ditujunjukkan pada tabel dibawah ini:

Hasil Uji Normalitas

Model Regresi Kolmogorov-Smirnov Z Asympatic Significance

Model Regresi .638 .810

Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0.810 (lebih besar dari taraf kesalahan 5%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal.

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar variabel, dilihat melalui nilai VIF (Variance Inflation Factor). Penghitungan nilai VIF pada model regresi ditunjukkan pada tabel berikut.

Hasil Uji Multikolinearitas

No Variabel VIF

(13)

13

2. Computer Anticipation 1.419 3. Computer Pessimism 1.093 4. Computer Optimism 1.262 Sumber: Data Primer (diolah)

Tabel diatas menunjukkan hasil uji gejala multikolinearitas. Bardasarkan hasil pengujian tersebut, nilai VIF pada keseluruhan model regresi menghasilkan nilai VIF < 10. Hasil tersebut menunjukkan tidak dijumpai gejala multikolinearitas antar variabel independen. Dengan kata lain, tidak terdapat korelasi antar variabel independen dalam penelitian ini.

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk menguji gejala heteroskedastisitas maka dilakukan analisis dengan melihat grafik scatterplot.

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan pengamatan terhadap scatterplot dapat diketahui bahwa titik-titik tidak membentuk pola yang jelas. Titik-titik menyebar di atas dan dibawah pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model regresi.

Hipotesis penelitian ini diuji dengan menggunakan metode regresi linier berganda. Metode regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh langsung dari varable independen terhadap variabel dependen. Hasil analisis uji F (simultan) dan uji R-square (koefisien determinasi) ditunjukkan dalam tabel berikut:

Hasil Analisis Regresi (Uji F)

Fhitung Ftabel Sig

18.274 2.484 .000

Sumber: Data Primer (diolah)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel (18.274 > 2.484) dan nilai probabilitas signifikan sebesar 0.000 (lebih kecil dari 0.05). Hasil tersebut menujukkan bahwa variabel computer fear (X1), computer anticipation (X2), computer

(14)

14

pessimism (X3), computer optimism (X4) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keahlian berkomputer mahasiswa akuntansi (Y).

Selanjutnya untuk menguji apakah variabel independen secara individu mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen, maka digunakan uji t. Hasil uji t adalah sebagai berikut.

Hasil Analisis Regresi (Uji t)

Variabel Unstandardized Coefficients t hitung Sig Beta Computer Fear ˗.540 ˗4.681 .000 Computer Anticipation .841 4.443 .000 Computer Pessimism .069 .666 .508 Computer Optimism ˗.178 ˗.1.173 .244 t tabel = 1.990

Sumber: Data Primer (diolah)

Hipotesis yang diajukan digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel yang dihipotesiskan. Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa:

Hipotesis 1

Hipotesis 1 dinyatakan bahwa terdapat hubungan antara computer fear dengan keahlian berkomputer. Dari tabel 4.18 dapat dilihat bahwa nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (4.681 > 1.990) dengan signifikansi 0.000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh computer fear terhadap keahlian berkomputer. Nilai negatif dalam t-hitung mengindikasikan bahwa terdapat hubungan negatif. Artinya, semakin tinggi tingkat computer fear seseorang maka semakin rendah tingkat keahlian berkomputer, begitu pula sebaliknya. Tingkat signifikansi yang kurang dari 0.05 menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara computer fear dengan keahlian berkomputer. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis 1 diterima. Hasil tersebut konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Harrison dan Rainer (1992), Rifa dan Gudono (1999), Wibowo dan Hardiningsih (2003), dan Kuntardi (2004). Tetapi tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2010). Ketidak konsistenan terhadap penelitian yang dilakukan oleh Putra (2010) kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan kultur yang terjadi antara mahasiswa di Jakarta dengan mahasiswa Malang yang menjadi obyek dalam penelitian ini.

Hasil tersebut juga harus dijadikan patokan bahwa kekhawatiran dan ketakutan dalam menggunakan komputer akan berdampak pada rendahnya keahlian dalam berkomputer. Dengan semakin seringnya mahasiswa menggunakan komputer, maka ketakutan dan kekhawatiran dalam menggunakan komputer akan dapat diminimalisir, hal tersebut tentunya juga akan berpengaruh langsung terhadap keahlian mahasiswa tersebut dalam menggunakan komputer.

Hipotesis 2

Hipotesis 2 dinyatakan bahwa terdapat hubungan antara computer anticipation dengan keahlian berkomputer. Dari tabel 4.18 dapat dilihat bahwa nilai hitung lebih besar dari t-tabel (4.443 > 1.990) dengan signifikansi 0.000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh computer anticipation terhadap keahlian berkomputer. Nilai positif dalam t-hitung mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang positif. Artinya, semakin tinggi tingkat computer anticipation seseorang maka semakin tinggi pula tingkat keahlian berkomputer, begitu pula sebaliknya. Tingkat signifikansi yang kurang dari 0.05 menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara computer anticipation dengan keahlian berkomputer. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis 2 diterima. Hasil tersebut konsisten dengan

(15)

15

penelitian yang dilakukan oleh Harrison dan Rainer (1992), Rifa dan Gudono (1999), Wibowo dan Hardiningsih (2004), Kuntardi (2004), Wahyudi (2008) dan Putra (2010). Konsistennya hasil penelitian ini dengan penelitian terdahulu menunjukkan bahwa computer anticipation merupakan faktor yang penting dalam menunjang keahlian berkomputer.

Hal tersebut juga mengindikasikan bahwa kunci keberhasilan seseorang untuk meningkatkan keahlian berkomputernya adalah dengan meningkatkan computer anticipation, yakni dengan menganggap perkembangan komputer yang semakin kompleks merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi. Rasa tertantang tersebut akan menjadikan seseorang untuk meningkatkan keahlian berkomputernya.

Hipotesis 3

Hipotesis 3 dinyatakan bahwa terdapat hubungan antara computer pessimism dengan keahlian berkomputer. Tabel 4.18 menunjukkan bahwa nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel (0.666 < 1.990) dengan signifikansi 0.508. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh computer pessimism terhadap keahlian berkomputer. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis 3 ditolak. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan penelitian yang dilakukan Rifa dan Gudono (1999), Wibowo dan Hardiningsih (2003), Kuntardi (2004), Prasetya (2010), dan Wisnubroto (2010). Tetapi tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Harison dan Rainer (1992). Tidak konsistennya hasil penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Harison dan Rainer (1992) disebabkan oleh adanya perbedaan rentang waktu penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Harison dan Rainer (1992) dilakukan lebih dari 20 tahun yang lalu, dimana pada saat itu kemungkinan orang-orang masih awam dengan keberadaan teknologi komputer, sehingga pandangan negatif terhadap teknologi komputer dapat mempengaruhi keahlian berkomputernya. Sedangkan saat ini orang-orang yang masih beranggapan bahwa komputer tidak mempengaruhi keahlian berkomputernya, karena mereaka menganggap bahwa keberadaan teknologi komputer merupakan suatu kewajaran.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pandangan negatif terhadap teknologi komputer tidak mempengaruhi keahlian berkomputer mahasiswa akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Hal tersebut menandakan bahwa mahasiswa akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya tidak terpengaruh dengan adanya anggapan bahwa komputer akan membawa dampak yang buruk bagi kehidupan manusia untuk meningkatkan kemampuan berkomputernya. Faktor yang mempengaruhi keahlian dalam berkomputer mahasiswa akuntansi lebih didasarkan pada faktor teknis bukan faktor yang bersifat psikologis.

Hipotesis 4

Hipotesis 4 dinyatakan bahwa terdapat hubungan antara computer optimsim dengan keahlian berkomputer. Dari tabel 4.18 dapat dilihat bahwa nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel (1.173 < 1.990) dengan signifikansi 0.244. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh computer optimism terhadap keahlian berkomputer. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis 4 ditolak. Hasil tersebut konsisten dengan penelitian yang dilakukan Harisson dan Rainer (1992), Wibowo dan Hardiningsih (2003), Prasetya (2010), Putra (2010). Tetapi tidak konsisten dengan penelitian Rifa dan Gudono (1999), Kuntardi (2004), Nurcahyo (2004) dan Wisnubroto (2010).

Tidak konsistennya hasil penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Rifa dan Gudono (1999), Kuntardi (2004), Nurcahyo (2004) dan Wisnubroto (2010) kemungkinan disebabkan oleh adanya pengambilan obyek penelitian yang berbeda, penelitian-penelitian tersebut ini menggunakan obyek praktisi akuntan sedangkan pada penelitian ini menggunakan obyek penelitian mahasiswa akuntansi. Para praktisi akuntan memandang perkembangan komputer yang pesat merupakan hal yang baik bagi kehidupan manusia. Ia beranggapan bahwa dengan adanya komputer maka segala macam pekerjaan yang rumit

(16)

16

akan menjadi lebih cepat dan mudah dengan digunakannya komputer. Sedangkan mahasiswa akuntansi yang menjadi obyek dalam penelitian ini beranggapan bahwa perkembangan teknologi komputer merupakan suatu kewajaran dan hal yang normal. Oleh sebab itu, pandangan positif akan perkembangan komputer tidak mempengaruhi keahlian berkomputer mahasiswa akuntansi.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan bukti empiris yang diperoleh maka disimpulkan bahwa: 1) Secara simultan, variabel computer anxiety yang terdiri dari computer fear (X1) dan computer anticipation (X2) serta variabel computer attitude yang terdiri dari computer pessimism (X3) dan computer optimism (X4) berpengaruh signifikan terhadap keahlian berkomputer mahasiswa akuntansi (Y). 2) Secara parsial, pengujian pada hipotesis 1 menyatakan bahwa variabel computer fear (X1) berpengaruh negatif signifikan terhadap keahlian berkomputer mahasiswa akuntansi (Y), sehingga hipotesis 1 diterima. Pengaruh negatif tersebut menandakan bahwa semakin tinggi computer fear mahasiswa akuntansi, maka semakin rendah keahliannya dalam menggunakan komputer. Hal ini menunjukkan bahwa perasaan takut dan cemas terhadap penggunaan teknologi komputer akan membawa dampak buruk terhadap keahlian menggunakan komputer. 3) Variabel computer anticipation (X2) berpengaruh positif signifikan terhadap keahlian berkomputer mahasiswa akuntansi (Y), sehingga hipotesis 2 diterima. Pengaruh positif tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi computer anticipation mahasiswa maka semakin tinggi pula tingkat keahlian berkomputernya. Hal ini menunjukkan bahwa perasaan suka dan tertantang terhadap penggunaan teknologi komputer akan membawa dampak yang baik terhadap keahlian menggunakan komputer. 4) Variabel computer pessimism (X3) tidak mempengaruhi keahlian berkomputer mahasiswa akuntansi (Y), sehingga hipotesis 3 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pandangan negatif dan ketidaksukaan mahasiswa akuntansi terhadap perkembangan teknologi komputer tidak mempengaruhi keahliannya dalam menggunakan komputer. 5) Variabel computer optimism (X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap keahlian berkomputer mahasiswa akuntansi (Y), sehingga hipotesis 4 ditolak. Hal ini mengindikasikan bahwa pandangan positif mahasiswa akuntansi terhadap perkembangan teknologi komputer tidak mempengaruhi keahliannya dalam berkomputer.

Penelitian ini tidak terlepas dari beberapa keterbatasan. Objek penelitian yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini hanya dilakukan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, sehingga tidak dapat mewakili penelitian ini dalam wilayah yang lebih luas. Sebaiknya peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian dengan jangkauan yang lebih luas dan membandingkan hasil antara berbagai jenis penelitian tersebut. Jumlah respon dalam penelitian ini dirasa masih belum cukup untuk mewakili populasi. Hal tersebut dikarenakan adanya keterbatasan waktu dari pihak peneliti. Untuk itu diharapkan pada penelitian berikutnya untuk lebih memperbesar jumlah cakupan responden agar dapat mendapat hasil penelitian yang lebih akurat.

Penelitian ini memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keahlian berkomputer mahasiswa akuntansi. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang memperkuat peran-peran faktor individu (personality) dalam keahlian penggunaan komputer. Penelitian ini membawa manfaat bagi perguruan tinggi, khususnya pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya dalam meningkatkan mutu pembelajaran komputer dimasa mendatang. Jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya tidak hanya akan menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan dalam bidang akademik, namun juga harus memiliki kemampuan yang bersifat teknis, sehingga akan memberikan nilai jual yang tinggi dalam menghadapi persaingan kerja. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pendorong dan motivasi bagi para mahasiswa akuntansi. Mengingat semakin pesatnya perkembangan

(17)

17

teknologi komputer yang juga akan mempengaruhi perkembangan sistem informasi berbasis komputer, maka diharapkan bagi mahasiswa akuntansi untuk senantiasa meningkatkan keahlian berkomputernya.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, S. dan Fadilah. 2008. Kecemasan Berkomputer dan Karakteristik Tipe Kepribadian pada Mahasiswa Akuntansi. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.

Bandura, Albert. 1986. Self-efficacy: Toward a Unifying Theory of Behavioral Change. Psychological Review, Vol. 84 No. 2, 191-215.

Blissmer, R.H. 1985. Computer Annual, An Introduction to Information Systems. John Wiley & Sons.

Burkett, W.H.; Compton, D.M.; Burkett, G.G. 2001. An Examination of Computer Attitudes, Anxieties, and Aversions Among Diverse College Populations: Issues Central to Understanding Information Sciences in the New Millenium. Original Conceptual Research, Vol. 4 No. 3.

Compeau, D.R dan Higgins, C.A. 1995. Computer Self Efficacy: Development of A Measure and Intial Test. MIS Quarterly.

Doyle, Eileen. 2005. Computer Anxiety, Self-Efficacy, Computer Experience: An Investigation troughout a Computer Science Degree. Session S2H.

Emmons, B.A. 2003. Computer Anxiety, Communication Preferences, and Personality Type in the North Carolina Cooperative Extension Service. Unpublished doctoral dissertation, North Carolina State University.

Fuori, W.M. 1981. Introduction to the Computer: The Tool of Bussiness (3rd Edition), Prentice Hall.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Gujarati, Damodar. 1997. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.

Hamacher, V.C.; Vranesic, Z.G.; and Zaky, S.G. 2001. Computer Organization (5th Edition), McGraw-Hill.

Harrison, A.W. dan Rainer, K.R. 1992. The Influence of Individual Differences on Skill in End-User Computing. Journal of Management Information System, Vol 9, 1, Summer, 93-111.

Heinssen, R.K. and Knight, L.A. 1987. Assesing Computer Anxiety: Development and Validation of Computer Anxiety Rating Scale. Computer in Human Behavior, Vol. 3. 49-59.

Horvat, J.; Petric, G.; Mikrut, M. 1996. Measuring Computer and Web Attitudes Using CAS and WAS Measurement Instruments.

Igbaria, M. dan Parasuraman, S. 1989. A Path Analytic Study of Individual Characteristics Computer Anxiety and Attitudes Toward Microcomputers, Journal of Management, Vol. 15 No. 3.

Indriantoro, N. 2000. Pengaruh Computer Anxiety terhadap Keahlian Dosen dalam Penggunaan Komputer. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. Vol. 4 No.8, 191-210.

Indriantoro, N. dan Supomo, B. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Cetakan ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Jogiyanto, H.M. 2005. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE.

Kroenke, D.M. 2008. Experiencing MIS. Prentice-Hall.

Kuntardi, D.B. 2004. Pengaruh Computer Anxiety dan Computer Attitude terhadap Keahlian Akuntan Pendidik dalam Menggunakan Komputer. Skripsi tidak dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

(18)

18

Laudon, K.C dan Laudon, J.P. 2007. Management Information System. Palgrave, Basingstoke.

Loyd, B.H dan Gressard, C.P. 1984. The Effects of Sex, Age, and Computer Experience on Computer Attitudes. AEDS Journal, pp. 67-77.

Maher, D.; Henderson, R.; and Dean, F. 1997. The Effects of Computer Anxiety, State Anxiety, and Computer Experience on User’s Performance of Computer Based Tasks. Personality and Individual Differences, Vol. 22, 683-692.

Maurer, M.M. 1994. Computer Anxiety Correlates and What They Tell Us: A Litelature Review. Computers in Human Behavior, (10)3, 369-376.

Novianti, Nurlita. 2009. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem Informasi Berbasis Komputer dengan Gender Sebagai Variabel Moderating. Skripsi tidak dipublikasikan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Nurcahyo. 2004. Pengaruh Faktor Individual Terhadap Keahlian Dalam Menggunakan

Teknik Audit Berbantuan Komputer. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Prasetya, Heri. 2010. Pengaruh Faktor Demografi, Personality, dan Stress Kerja dalam Penggunaan Sistem Informasi Berbasis Komputer terhadap Kinerja Karyawan. Skripsi tidak dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Putra, L.K. 2010. Pengaruh Computer Anxiety dan Computer Attitude terhadap Keahlian Mahasiswa Akuntansi dalam Menggunakan Komputer Akuntansi. Skripsi tidak dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Raub, A.C. 1981. Correlates of Computer Anxiety in College Students. Doctoral

Dissertations. University of Pennsylvania.

Rifa, Dandes. dan Gudono. 1999. Pengaruh Faktor Demografi dan Personality terhadap Keahlian dalam End User Computing. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 2 No. 1. Rosen, L.D and Maguire, P. 1990. Myths and Realities of Computerphobia: A Meta

Analysis. Anxiety Research, Vol. 3 No. 3.

Rustiana. 2004. Computer Self Efficacy (CSE) Mahasiswa Akuntansi dalam Penggunaan Teknologi Informasi: Tinjauan Perspektif Gender. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 6, No. 1, 29-39.

Saade, R.G dan Kira, D. 2009. Computer Anxiety in E-Learning: The Effect of Computer Efficacy. Journal of Information Technology Education, Vol. 8.

Sekaran, Uma. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Jilid 1. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat. SISKA. Data Mahasiswa Aktif Semester Genap 2012/2013 S1 Akuntansi.

siska.fe.ub.ac.id/forms/daftarmhasaktif, diakses pada tanggal 6 September 2013.

Stone, D.N.; Arunachalam, V.; Chandler, J.S. 1996. An Empiricial Investigation of Knowledge, Skill, Self-Efficay, adn Computer Anxiety in Accounting Education. Issues in Accounting Education, Vol. 11 No. 2.

Sugiyono. 1998. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Towell, E.R dan Lauer, J. 2001. Personality Differences and Computer Related Stress in Bussiness Students. American Journal of Bussiness.

Utomo, D.W. 2011. Pengaruh Computer Anxiety dan Computer Attitude terhadap Mahasiswa Akuntansi dalam Penggunaan Komputer pada Penulisan Skripsi. Skripsi tidak dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

Wahyudi, Dicky. 2008. Pengaruh Computer Anxiety Terhadap Keahlian Mahasiswa Jurusan Akuntansi dalam Menggunakan Teknologi Komputer. Skripsi tidak dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang.

Wibowo, Tri. 2001. Pengaruh Faktor Personality dan Profesional Commitment terhadap Keahlian Computer Audit. Tesis. Program Studi Magister Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang.

Wibowo, T dan Hardiningsih, P. 2003. Pengaruh Faktor Personality dan Profesional Commitment terhadap Keahlian Komputer Audit. Jurnal Bisnis dan Ekonomi.

(19)

19

Wikipedia. 2013. Computer. www.wikipedia.org, diakses pada tanggal 6 Juni 2013.

Wisnubroto, P. 2010. Pengaruh Karyawan Klerk dan Karyawan Bukan Klerk terhadap Keahlian dalam End User Computing. AKPRIND. Jogjakarta.

LAMPIRAN- HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Variabel

Item

Validitas

Cronbach's

Alpha

Korelasi (r) Probabilitas (p)

X1

Q1

.584

.000

.739

Q2

.523

.000

Q3

.476

.000

Q4

.520

.000

Q5

.598

.000

Q6

.675

.000

Q7

.480

.000

Q8

.525

.000

Q9

.558

.000

Q10

.561

.000

r tabel = 0.212

X2

Q1

.636

.000

.775

Q2

.555

.000

Q3

.721

.000

Q4

.796

.000

Q5

.718

.000

Q6

.591

.000

Q7

.501

.000

Q8

.505

.000

r tabel = 0.212

X3

Q1

.630

.000

.756

Q2

.757

.000

Q3

.710

.000

Q4

.648

.000

Q5

.595

.000

Q6

.743

.000

Q7

.344

.001

r tabel = 0.212

X4

Q1

.724

.000

.848

Q2

.802

.000

Q3

.742

.000

Q4

.795

.000

Q5

.581

.000

Q6

.740

.000

(20)

20

Q7

.705

.000

r tabel = 0.212

Y

Q1

.654

.000

.860

Q2

.462

.000

Q3

.653

.000

Q4

.570

.000

Q5

.631

.000

Q6

.626

.000

Q7

.588

.000

Q8

.588

.000

Q9

.576

.000

Q10

.693

.000

Q11

.661

.000

Q12

.741

.000

Q13

.584

.000

r tabel = 0.212

Gambar

Tabel  diatas  menunjukkan  hasil  uji  gejala  multikolinearitas.  Bardasarkan  hasil  pengujian tersebut, nilai  VIF pada keseluruhan  model  regresi  menghasilkan  nilai  VIF &lt; 10

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, mikrokontroler mulai mengolah data tersebut dengan cara mengambil data dari GPS dengan penghubung konverter RS232C, kemudian menempatkannya di suatu

Dengan menerapkan strategi komunikasi pemasaran yang sesuai diharapkan produk tersebut memiliki kelas tersendiri sesuai segmen dan positioning dalam diri

Tujuan penyusunan laporan Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi pada jurusan D3 Farmasi Fakultas Matematika

Konsultasi dengan Guru Konsultasi dengan guru mata pelajaran IPA kelas VI untuk meminta materi mengajar terbimbing yang akan dilaksanakan pada hari Senin, tanggal

[r]

Frekuensi tertinggi dari distribusi kasus menurut usia yaitu perempuan sebanyak 28 kasus (58,3%), distribusi karakteristik berdasarkan perempuan dari segi usia paling banyak 11

Hiwalah, merupakan bentuk pemberian pinjaman uang yang bertujuan mengambil alih piutang dari pihak lain atau dengan kata lain adalah pemindahan hak atau kewajiban yang

Sebelumnya telah dilakukan simulasi lintasan berkas elektron pada sumber elektron tipe termionik dengan elektroda Pierce [5] , akan tetapi simulasi masih dilakukan dalam dua