• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai Juli -Oktober Penelitian ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai Juli -Oktober Penelitian ini"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai Juli -Oktober 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Hutan Lindung Simandar, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah alat tulis, kamera digital, pisau, plastik bening, kertas label, tali rafia, tali pita, kalkulator, meteran dan GPS (Global Positioning System). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70 %, dan tally sheet.

Prosedur Penelitian

1. Aspek Pengetahuan Lokal

Data primer akan dikumpulkan dengan teknik observasi atau survei langsung kelapangan dan melakukan wawancara dengan pengenal jenis tanaman hias khusus yang tumbuh di kawasan hutan tentang jumlah dan jenis-jenis tumbuhan hias. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dengan kajian pustaka tentang keadaan umum kawasan penelitian dan penelitian-penelitian yang mendukung. Informan kunci yang didapat dalam penelitian ini adalah pemandu lapangan lokal, opsir tanaman di kawasan hutan, dan pegawai di UPT Dinas Kehutanan Dairi. Data yang diperoleh dari hasil wawancara bersama informan kunci ditabulasikan dan dianalisa secara deskriptif.

2. Aspek Keanekaragaman

Pengumpulan data analisis vegetasi tumbuhan hias di lapangan menggunakan metode sampling plot berbentuk petak persegi, dimana penentuan

(2)

titik awal dilakukan dengan secara purpossive sampling yaitu berdasarkan tempat yang dianggap banyak tanaman hiasnya (Soetarhardja, 1997).

Luasan total dari Kawasan Hutan Lindung Simandar, Kabupaten Dairi adalah 6.517,98 Ha dengan intensitas sampling sebesar 0,1 %. Sampling plot yang dibuat adalah berbentuk petak persegi berukuran 20 m × 20 m dengan luas sebesar 400 m² tiap plotnya. Sehingga jumlah plot yang dibuat sebanyak 162 plot dan luas areal penelitian adalah 6,48 ha. Pengamatan tanaman hias dilakukan secara eksploratif sepanjang jalur pengamatan (Permenhut, 2006).

Gambar 1. Desain Plot Penelitian

3. Analisis Data

Dari hasil inventarisasi yang telah dilakukan di lapangan dengan menggunakan metode sampling sistematis. Data tersebut akan ditabulasikan dalam bentuk tabel, kemudian akan dihitung kerapatan dan frekuensinya dengan menggunakan rumus : 20m x 20m JalurPengamatan 20m x 20m 20m x 20m 60 m 40 m

(3)

a. Kerapatan suatu jenis (K) K =∑Individu suatu jenisLuas plot b. Frekuensi suatu jenis (F)

F =∑plot ditemukan suatu jenisSeluruh plot 4. Harga Pasar Tumbuhan Hias

Informasi harga tanaman hias yang ditemukan di lapangan didapatkan berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada beberapa pedagang atau pengusaha tanaman hias di Tongkoh, Brastagi dan di Gang Mardisan Desa Bangun Sari Tanjung Morawa. Informasi harga tanaman hias yang didapat kemudian dirata-ratakan menjadi harga tanaman hias per satuannya. Informasi yang diambil meliputi harga tanaman hias dan volume penjualan.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Aspek Pengetahuan Lokal

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan, maka diperoleh 8 jenis tumbuhan hias yang tersebar di kawasan Hutan Lindung Simandar Kabupaten Dairi. Dasar penentuan jenis tumbuhan hias ini berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P-35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu dan berdasarkan Balai Penelitian Tanaman Hias. Data jenis tumbuhan hias dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Jenis–jenis tumbuhan hias yang ditemukan di Kawasan Hutan Lindung Simandar.

No Nama Lokal Nama Latin Habitus Ragam Hias

1. Anggrek sayar-sayar Eria cymbidifolia Herba dan

meumpang (epifit)

Bunga

2. Anggrek tubi-tubi manuk Bulbophyllum lobii Herba dan

menumpang (epifit)

Bunga

3. Hanjuang merah Cordyline fruticosa Herba dan tegak Daun

4. Kadaka Asplenium nidus Herba dan

menumpang

Daun

5. Monstera Monstera deliciosa Herba dan

menjalar

Daun

6. Nampu Hijau Allocasia cucculata Herba dan tegak Daun

7. Pacar Air Impatiens balsamina Herba dan tegak Bunga

8. Pakis haji Cyathea contaminans Pohon dan tegak Daun

B. Deskripsi Tumbuhan Hias yang Ditemukan di Hutan Lindung Simandar Jenis-jenis tumbuhan hias yang ditemukan dari penelitian yang dilakukan di Hutan Lindung Simandar ada 8 jenis tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan hias yang telah ditemukan dari lokasi penelitian kemudian dideskripsikan sebagai berikut.

(5)

1. Anggrek Sayar-sayar (Eria cymbidifolia)

Klasifikasi ilmiah dari tumbuhan anggrek Sayar-sayar adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Sub Divisi : Angiosperm Kelas : Monocots Ordo : Asparagales Family : Orchidaceae Sub family : Epidendroideae Genus : Eria

Spesies : Eria cymbidifolia

Gambar 2. Tumbuhan Anggrek Sayar-sayar (Eria cymbidifolia)

Jenis anggrek Sayar-sayar yang ditemukan di lapangan berdasarkan hasil pengamatan anggrek ini termasuk jenis anggrek epifit atau menempel pada batang kayu besar atau batang kayu yang sudah mati, hidup berkelompok, jenis anggrek herba, hidup dibawah naungan, serta memiliki daun yang panjang serta berwarna

(6)

kehijauan. Anggrek ini sangat berpotensi dijadikan sebagai tanaman hias dan sudah banyak dibudidayakan serta diperjual belikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Puspitaningtyas (2009) yang menyatakan bahwa habit tumbuhan ini berupa herba dan memiliki umbi semu yang berukuran kecil, tertutup oleh pangkal daun dan arah tumbuh menggantung. Daun berbentuk memanjang, ujung meruncing, permukaan licin, tepi rata, warna daun hijau muda. Tangkai daun tidak ada sedangkan perbungaannya aksilar dan majemuk. Tangkai bunga berbentuk bulat, permukaan berbulu berwarna putih, warna putih kekuningan. Bunga memiliki kelopak dan mahkota berwarna putih, bibir mahkota bunga berwarna putih dengan bercak merah. Habitat dan ekologinya epifit, ditemukan di hutan yang teduh dan terbuka. Kebanyakan menempel batang pohon yang besar. Distribusinya bisa ditemukan di Sumatera dan Borneo.

2. Anggrek Tubi-tubi Manuk (Bulbophyllum lobii)

Klasifikasi ilmiah dari tumbuhan anggrek Tubi-tubi Manuk adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Liliopsida Sub kelas : Lilidae Ordo : Orchidales Famili : Orchidaceae Genus : Bulbophyllum Spesies : Bulbophyllum lobii

(7)

Gambar 3. Tumbuhan Anggrek Tubi-tubi Manuk (Bulbophyllum lobii). Tumbuhan anggrek jenis Tubi-tubi Manuk (Bulbophyllum lobii) yang ditemukan di lapangan belum berbunga dan tanamannya pendek. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan tumbuhan ini hidup menumpang atau epifit pada tumbuhan lain, pangkal daunnya berbentuk bulat dan berwarna kekuningan, ditemukan pada daerah lembab dan bersuhu rendah serta hidup berkelompok. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Comber (2001) yang menyatakan bahwa ciri-ciri dari anggrek ini adalah batangnya berbentuk bulat dan sering sekali ditemukan pada tempat yang bersuhu rendah. Anggrek ini juga sering ditemukan menumpang pada batang pohon yang tinggi. Pangkal daun anggrek ini berwarna kekuning-kuningan berbentuk bulat dan halus sewaktu muda, permukaan licin, dan terdiri dari satu helai daun. Daun berbentuk lonjong lanset, berwarna hijau pudar, permukaan licin, tepi rata, tebal, ujung runcing dan tidak memiliki tangkai daun. Pembungaan muncul dari samping bulbnya, bunga berbentuk sepal lateral dengan bibir bunga berwarna kuning.

Anggrek Tubi-tubi Manuk (Bulbophyllum lobii) memiliki batang yang merupakan tempat bunga yang memuat satu atau banyak bunga dengan ukuran bunga yang bervariasi dari kecil hingga besar. Anggrek ini sering dijumpai pada

(8)

dataran tinggi dan pegunungan dan pusat distribusinya adalah Benua Asia. Keunikan bunga anggrek ini menjadikannya sangat potensial dikembangkan sebagai tanaman hias (Nyoman dan Mudiana, 2000).

3. Hanjuang Merah (Cordyline fruticosa)

Klasifikasi ilmiah tumbuhan Hanjuang Merah adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Bangsa : Liliales

Suku : Liliaceae Marga : Cordyline

Jenis : Cordyline fruticosa

Gambar 4. Tumbuhan Hanjuang Merah (Cordyline fruticosa)

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, tumbuhan Hanjuang Merah merupakan tumbuhan yang hidup soliter, dengan ciri batang dan pangkal daun yang berwarna kemerahan, daun hanjuang merah berwarna kehijauan dan bentuknya panjang. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Dalimartha (2006) yang

(9)

menyatakan bahwa tanaman Hanjuang Merah atau sering juga disebut andong merah biasa di tanam sebagai tanaman hias di pekarangan, taman atau kuburan, dipakai sebagai tanaman pagar atau pembatas di perkebunan teh. Tanaman andong merah termasuk perdu tegak, jarang bercabang, batang bulat, keras, bekas daun rontok berbentuk cincin. Daun tunggal dengan warna hijau ada juga yang berwarna merah kecoklatan. Letak daun tersebar pada batang, terutama berkumpul di ujung batang. Helaian dan panjang berbentuk lanset. Ujung dan pangkalnya runcing, tepi rata, pertulangan menyirip dan tangkai daunnya berbentuk talang. Tanaman hanjuang merah diketahui mengandung saponin, tannin, flavonoida, polifenol, steroida, polisakarida, kalsium oksalat dan zat besi. Masyarakat sering memanfaatkan tanaman selain menjadi tanaman hias juga dimanfaatkan sebagai obat karena berkhasiat untuk menghentikan perdarahan, menghancurkan darah beku pada memar, obat luka dan wasir.

4. Kadaka (Asplenium nidus)

Klasifikasi dari tumbuhan Kadaka adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida Sub kelas : Polypoditae Ordo : Polypodiales Famili : Aspleniaceae Genus : Asplenium Spesies : Asplenium nidus

(10)

Gambar 5. Tumbuhan Kadaka (Asplenium nidus).

Tumbuhan jenis Kadaka atau sering juga disebut Paku Sarang Burung

(Asplenium nidus) berdasarkan hasil pengamatan di lapangan memiliki ciri sebagai tumbuhan yang menumpang pada tumbuhan lain atau disebut epifit biasanya pada batang pohon yang tinggi, hidup soliter, bentuknya menyerupai sarang burung. Tumbuhan ini juga hidup di bawah naungan dengan suhu yang rendah, memiliki daun yang panjang serta berwarna hijau. Hal ini juga dikatakan oleh Aththorick (2007) yang menyatakan bahwa tumbuhan Kadaka adalah tumbuhan yang tumbuh di batang pohon, di hutan lebat. Tumbuh di tempat tempat terlindung atau terang. Daun tunggal, ujung runcing, tepi bergelombang, permukaan daun licin, hijau muda dan mengkilap.

Tumbuhan Kadaka (Asplenium nidus) memiliki akar rimpang dan menempel pada tumbuhan inang. Batangnya tidak nyata karena menyatu dengan tulang daun, terletak melingkar berbentuk keranjang (sarang burung). Memiliki sorus yang melekat pada garis-garis anak tulang daun dibawah daun, warna coklat muda dan berbentuk bangun garis. Habitatnya tumbuh epifit di bawah naungan. Sering dimanfaatkan dan sudah banyak dibudidayakan oleh masyarakat sebagai

(11)

tanaman hias di dalam ruangan ataupun sebagai tanaman hias penghias taman (Kinho, 2008).

5. Tanaman Monstera (Monstera deliciosa)

Klasifikasi ilmiah dari tanaman Monstera dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotiledonae Ordo : Alismatales Family : Araceae Genus : Monstera

Spesies : Monstera deliciosa

Gambar 6. Tumbuhan Monstera Enak (Monstera deliciosa)

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, tumbuhan Monstera ini merupakan tumbuhan yang epifit atau menempel pada batang pohon berukuran besar, habitnya berupa perdu, hidup di bawah naungan dengan suhu yang rendah, memiliki daun menjari dan besar serta berwarna hijau mengkilap serta batang tumbuhan ini mengeluarkan akar-akar yang menempel pada pohon.

(12)

Morfologi tumbuhan Monstera (Monstera deliciosa) ini adalah daunnya berbentuk bulat telur atau lonjong dengan cangap-cangap di sisi daunnya. Bunga yang berisi bunga jantan dan betina dan buah berbentuk bulat telur sampai lonjong yang duduk pada tongkol buah. Tumbuhan ini tumbuh dengan membelit dan memanjat pada batang pohon-pohon besar. Tanaman Monstera Enak merupakan tanaman yang tergolong kedalam tanaman merambat atau memanjat dan batangnya mengeluarkan akar. Sebagian akar merentang hingga ke tanah, sedangkan akar lain bergantung di udara. Akar-akar yang sampai ke tanah bias menunjang kesuburan tanaman dan menopang berdirinya tanaman. Bentuk daun bulat berukuran besar, tetapi seperti robek robek dan berwarna hijau. Setiap varietas pola robeknya berbeda dan tidak menentu. Tanaman ini sering dimanfaatkan dan dibudidayakan sebagai tanaman hias dalam ruangan atau di taman (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2014).

6. Nampu hijau (Allocasia cucculata)

Klasifikasi ilmiah tumbuhan Nampu Hijau yang ditemukan di lapangan ini adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Bangsa : Arales Suku : Araceae Marga : Alocasia

(13)

Gambar 7. Tumbuhan Nampu Hijau (Alocasia cucculata).

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan tumbuhan Nampu Hijau yang ditemukan merupakan tumbuhan jenis herba, memiliki daun berbentuk jantung dengan ujung yang meruncing, batang dan daun berwarna kehijauan, tumbuh soliter di tempat terbuka dan bersuhu rendah.

Septian (2008) yang menyatakan bahwa tumbuhan Nampu Hijau bisa ditemukan tumbuh liar di gunung, pinggiran sungai, tepi danau, atau ditanam sebagai tanaman hias dan tanaman obat yang diketahui dapat mengobati radang dan menurunkan panas, tumbuhan ini hidup pada tempat-tempat yang agak terlindung. Habitusnya terna, menahun, berumbi, dan tegak. Batangnya semu, merupakan pelekatan pelepah daun. Daun tumbuhan Nampu Hijau bersifat tunggal, helaian bentuk bangun jantung , ujung meruncing, pangkal membulat atau bertoreh, tepi rata, permukaan licin, pertulangan daun tegas, warna hijau mengkilat. Bunga tumbuhan ini tunggal, muncul dari ketiak daun, bentuk lonjong, tangkai silindris, mahkota bunga berwarna putih. Buahnya bentuk lanset, kecil, dan berwarna merah. Memiliki biji yang bulat, keras, juga berwarna hitam. Jenis akar tumbuhan ini adalah serabut.

(14)

7. Pacar Air (Impatiens balsamina)

Klasifikasi ilmiah tumbuhan Pacar Air adalah sebagai berikut Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Geraniales Suku : Balsaminaceae Genus : Impatiens,

Jenis : Impatiens balsamina

Gambar 8. Tumbuhan Pacar Air (Impatiens balsamina)

Tumbuhan Pacar Air yang ditemukan di lapangan hidup berkelompok, memiliki batang berwarna kecoklatan, daunnya kecil serta berwarna hijau, banyak ditemukan di tempat terbuka tetapi lembab atau bersuhu rendah juga hidup diatas serasah ataupun tanah. Tumbuhan ini memiliki bunga berukuran kecil dan berwarna merah jambu.

Dalimartha (2003) menyatakan tumbuhan ini merupakan tanaman terna semusim, berakar serabut, berbatang basah, bulat, licin, tegak, bercabang, warnanya hijau kekuningan. Biasa ditanam di halaman sebagai tanaman hias atau

(15)

tumbuhan liar ditempat yang cukup mendapat air dan sinar matahari. Daun tunggal, bertangkai, bentuk lanset memanjang, tepi bergerigi tajam, ujung dan pangkal meruncing, pertulangan menyirip, warna hijau muda. Bunga tungal, keluar dari ketiak daun, warnanya cerah (ada yang merah, orange, ungu, dan putih). Buahnya buah kendaga, berbentuk telur, elips, berambut, warna hijau, bila masak akan pecah membuka menjadi 5 bagian yang terpilin. Bijinya bulat, kecil, hitam. Pacar air memiliki kandungan kimia pada bunga diantaranya antosianin

dan kamperol, pada biji mengandung saponin dan fixel oil dan pada akarnya mengandung sianidin dan monoglikosida. Masyarakat juga sering memanfaatkan tumbuhan ini sebagai obat seperti radang kulit dan bisul.

Tanaman Impatiens termasuk dalam famili Balsaminaceae, merupakan genus yang terdiri atas 1000 spesies. Tersebar mulai dari belahan bumi utara sampai daerah tropis. Nama umumnya adalah "touch-me-not", dan di Indonesia dikenal dengan nama pacar air (Balithi, 2016).

8. Pakis Haji (Cyathea contaminans)

Klasifikasi ilmiah tumbuhan Pakis Haji adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida Sub Kelas : Cyatheatae Ordo : Cyatheales

Famili

Genus : Cyathea

(16)

Gambar 11. Tumbuhan Pakis Haji Cyathea contaminans

Tumbuhan Pakis Haji atau yang sering disebut dengan Pakis Pohon yang ditemukan di lapangan beragam dari anakan hingga dewasa. Berdasarkan pengamatan di lapangan tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang hidup soliter dan berbentuk pohon, batangnya berbulu dan berwarna kecoklatan. Pakis Haji ini sering dimanfaatkan sebagai tanaman hias di taman juga digunakan sebagai media tempat hidup anggrek.

Tumbuhan Pakis Haji ini memiliki akar serabut dan batang yang merupakan paku tiang atau paku yang berbentuk pohon sehingga batangnya tegak, berwarna hitam, permukaan kasar. Daunnya majemuk, sisik pada pangkal daun berwarna agak keunguan dan berduri, helaian daun bertoreh atau terdapat lekukan hingga ke tulang daun. Sorus terletaknya di antara tulang daun, berkelompok dan bentuknya bulat. Habitatnya teresterial bercampur dengan jenis paku yang lain, di temukan pada daerah lereng yang terbuka maupun yang terlindung. Manfaat atau potensi yang sering dimanfaakan oleh masyarakat sebagai tanaman hias. Tunas, daun, dan batang Pakis Haji mengandung polifenol, daun dan batangnya mengandung flavonoida, disamping itu batang dan tunasnya juga mengandung saponin. Tangkai daun muda dan pucuk/umbut pakis haji dapat dijadikan bahan

(17)

makanan dengan cara direbus bebarapa kali dan dibuang airnya rebusannya (Kinho, 2012).

Jenis tumbuhan Pakis haji ini berbentuk pohon, berperawakan ramping yang tingginya dapat mencapai 10 m atau lebih. Batang bagian bawah tumbuhan ini berwarna hitam karena ditutupi oleh akar-akar serabut hitam, kasar, rapat, dan tebal. Pada batang yang sudah tua terdapat lekukan-lekukan dangkal yang merupakan bekas tangkai daun yang sudah lepas (Handayani dan Hartini, 2003). C. Tingkat keanekaragaman Tumbuhan Hias di Kawasan Hutan Lindung Simandar Dairi.

Jenis tumbuhan hias yang ditemukan di kawasan Hutan Lindung Simandar ada sebanyak 8 jenis. Data analisis tumbuhan hias ini terdapat dalam Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Analisis Tumbuhan Hias di Kawasan Hutan Lindung Simandar.

No Jenis Nama Latin Klasifikasi K (Ind/ha) F

1. Anggrek tubi-tubi manuk Bulbophyllum lobii Herba 1,08 0,03

2. Kadaka Asplenium nidus Herba 29,62 0,23

3. Hanjuang merah Cordyline fruticosa Herba 5,09 0,10

4. Pacar air Impatiens balsamina Herba 42,90 0,11

5. Nampu hijau Allocasia cucculata Herba 11,88 0,12

6. Anggrek sayar-sayar Eria cymbidifolia Herba 1,38 0,04

7. Pakis haji Cyathea contaminans Pohon 14,50 0,14

8. Monstera enak Monstera deliciosa Herba 10,95 0,14

Total 117,4 0,91

Keterangan : K = Kerapatan suatu jenis F = Frekuensi suatu jenis

Luasan penelitian adalah 6,48 Ha dengan total luas dari kawasan Hutan Lindung Simandar 6.517, 98 Ha dan intensitas sampling sebesar 0,1 %.

(18)

Berdasarkan Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa kerapatan tertinggi terdapat pada tumbuhan jenis Pacar air (Impatiens balsamina) dengan nilai 42,90 individu per hektar, sedangkan tingkat kerapat terendah terdapat pada jenis tumbuhan Anggrek Tubi-tubi manuk (Bulbophyllum lobii) dengan nilai 1,08 individu per hektar. Kerapatan suatu jenis dipengaruhi oleh banyaknya jumlah suatu jenis per satuan luas. Semakin besar kerapatan suatu jenis maka semakin banyak pula jumlah individu per satuan luas. Kerapatan suatu jenis menunjukkan jumlah individu spesies dengan satuan luas tertentu, maka nilai kerapatan merupakan gambaran tentang bagaimana distribusi dan pola penyebarannya, hal ini sesuai dengan pernyataan dari Arrijani (2006). Tumbuhan Pacar air (Impatiens balsamina)

adalah jenis tumbuhan yang paling sering dijumpai pada saat melakukan analisis vegetasi di lapangan, sedangkan jenis tumbuhan anggrek Tubi-tubi manuk (Bulbophyllum lobii) adalah jenis tumbuhan yang jarang ditemukan pada saat analisis vegetasi.

Frekuensi merupakan besarnya intensitas ditemukannya suatu spesies dalam pengamatan keberadaannya pada suatu komunitas. Jenis tumbuhan yang memiliki nilai frekuensi tertinggi adalah tumbuhan Kadaka (Asplenium nidus)

dengan nilai frekuensi sebesar 0,23 sedangkan jenis tumbuhan dengan frekuensi terendah adalah tumbuhanAnggrek Tubi-tubi manuk (Bulbophyllum lobii) dengan nilai frekuensi masing-masing adalah sebesar 0,03. Hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan jumlah plot pengamatan di lapangan, pada jenis tumbuhan Kadaka (Asplenium nidus) ini terdapat jumlah plot pengamatan sebanyak 38 plot sedangkan pada jenis tumbuhan anggrek Tubi-tubi manuk (Bulbophyllum lobii)

(19)

jumlah plot suatu jenis ditemukan dari keseluruhan jumlah plot pengamatan. Hal ini menunjukkan penyebaran individu suatu jenis yang berbeda-beda pada suatu luasan areal lahan. Jenis yang menyebar secara rata mempunyai nili frekuensi yang besar sedangkan jenis yang memiliki nilai frekuensi yang rendah mempunyai daerah sebaran yang tidak terlalu luas.

Frekuensi kehadiran tumbuhan dapat dinyatakan sesuai dengan konstansinya. Frekuensi atau frekuensi kehadiran organisme dapat dikempokkan atas empat kelompok yaitu jenis aksidental atau sangat jarang ( frekuensi 0-25%), jenis assesori atau jarang (25-50%), jenis konstan atau sedang (50-75 %), dan jenis absolut ( diatas 75%) hal ini sesuai dengan pernyataan dari Suin (2002). Berdasarkan hasil perhitungan nilai frekuensi yang diperoleh dari tabel 2 tersebut maka dapat dilihat bahwa tumbuhan hias di kawasan Hutan Lindung Simandar dengan total nilai frekuensi sebesar 0,91 tergolong kedalam jenis frekuensi aksidental atau sangat jarang dengan nilai frekuensi 0-25 %. Hal ini menunjukkan bahwa jenis-jenis tumbuhan tersebut penyebarannya terbatas pada daerah tertentu saja yang sesuai dengan syarat tempat tumbuhnya jenis tersebut.

D. Harga Pasar Jenis Tumbuhan Hias yang Ditemukan di Kawasan Hutan Lindung Simandar.

Informasi mengenai harga-harga tumbuhan hias yang ditemukan pada saat penelitian diperoleh dengan wawancara kepada beberapa pelaku usaha-usaha dagang kebun bunga dandi kawasan Tongkoh, Brastagi dan pengusaha tanaman hias di Gang Madirsan Tanjung Morawa. Kemudian informasi harga tanaman hias yang didapat dari masing-masing usaha dagang bunga akan dirata-ratakan untuk mendapatkan harga tumbuhan hias per satuannya kemudian dilakukan

(20)

perhitungan total keseluruhan harga tumbuhan hias. Harga jenis tumbuhan hias dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Harga-harga jenis tanaman hias yang ditemukan di Kawasan Hutan Lindung Simandar.

No Jenis Nama Latin Satuan

Harga

Harga (Rp)

2. Anggrek tubi-tubi manuk Bulbophyllum lobii Pot 55.500

3. Kadaka Asplenium nidus Pot 60.500

4. Hanjuang merah Cordyline fruticosa Pot 17.000

5. Pacar air Impatiens balsamina Pot 4.300

6. Nampu hijau Allocasia cucculata Pot 27.000

8. Anggrek sayar-sayar Eria cymbidifolia Pot 73.500

11. Pakis haji Cyathea contaminans Pot 311.500

14. Monstera enak Monstera deliciosa Pot 124.000

Hasil yang didapatkan pada tabel 3 merupakan informasi harga-harga tanaman hias yang sudah dirata-ratakan dari hasil wawancara beberapa usaha dagang tanaman hias, diketahui dari hasil wawancara bahwa harga tertinggi terdapat pada tumbuhan hias jenis Pakis Haji (Cyathea contaminans) dengan harga Rp.311.500, sedangkan tumbuhan hias dengan harga terendah terdapat pada tumbuhan hias Pacar air (Impatiens balsamina) dengan harga sebesar Rp.4.300. Tumbuhan Pakis haji memiliki harga yang tinggi disebabkan ketersediaannya yang sedikit sedangkan permintaan konsumen lumayan tinggi, sedangkan Pacar air memiliki harga yang rendah disebabkan ketersediaannya yang banyak dan mudah dibudidayakan.

Hasil wawancara dengan pemilik usaha dagang bunga dapat diketahui bahwa ada tumbuhan hias yang tidak memiliki satuan harga yang tetap. Harga tanaman hias dipengaruhi oleh ketersediaan tanaman hias, permintaan konsumen terhadap suatu tanaman hias, tingkat kesulitan budidaya, ukuran tanaman hias,

(21)

dan tren dikalangan konsumen atau masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Sudaryanto (2007) yang menyatakan bahwa harga jual tanaman hias banyak dipengaruhi oleh tren, harga jenis tanaman hias juga dipengaruhi tingkat kesulitan budidaya dan pengembangannya, semakin sulit suatu tanaman hias dibudidayakan maka harga jualnya semakin mahal.

Tren jenis tanaman hias yang sedang berkembang di pasar adalah semakin banyaknya konsumen yang berminat membeli jenis tanaman hias daun, masyarakat atau konsumen menilai tanaman hias daun lebih menarik. Konsumen banyak mencari tanaman hias daun karena tampilan dan bentuk yang menarik dengan beraneka ragam warna daun dan pola bentuk daun sehingga memiliki nilai lebih dari jenis tanaman hias yang lainnya (Sudaryanto, 2007).

Sumberdaya hutan khususnya pada tanaman hias mempunyai nilai sumberdaya yang cukup tinggi, khususnya bagi pedagang bunga yang sudah menjadi mata penaharian setiap harinya. Hasil penjualan tanaman hias membantu pendapatan pedagang dengan volume penjualan tanaman hias setiap harinya tidak menetap, volume penjualan tanaman hias bisa mencapai ratusan pot tanaman hias dalam sehari. Konsumen yang menjadi peminat tanaman hias ini berasal dari dalam dan luar daerah Sumatera Utara, ada juga konsumen bunga yang merupakan borongan dari perusahaan seperti hotel ataupun pemerintahan. Pedagang tanaman hias biasanya membeli bibit tanaman hias untuk selanjutnya diperbanyak dengan dibudidayakan.

Hasil analisis harga per hektar berdasarkan perhitungan yang dilakukan terhadap 8 jenis tumbuhan hias yang didapatkan di Hutan Lindung Simandar terdapat pada Tabel 4 berikut.

(22)

Tabel 4. Analisis harga tanaman hias per hektar yang ditemukan di kawasan Hutan Lindung Simandar.

No Jenis Nama Latin Jumlah Harga (Rp)

1. Anggrek tubi-tubi manuk Bulbophyllum lobii 7 388.500

2. Kadaka Asplenium nidus 192 11.616.000

3. Hanjuang merah Cordyline fruticosa 33 561.000

4. Pacar air Impatiens balsamina 278 1.195.400

5. Nampu hijau Allocasia cucculata 77 2.079.000

6. Anggrek sayar-sayar Eria cymbidifolia 9 661.500

7. Pakis haji Cyathea contaminans 94 29.281.000

8. Monstera enak Monstera deliciosa 71 8.804.000

Berdasarkan hasil perhitungan data yang diperoleh dari Tabel 4, harga tumbuhan hias tertinggi per hektar terdapat pada jenis tumbuhan Pakis Haji (Cyathea contaminans) dengan total harga per hektar adalah Rp. 29.281.000. Hal ini disebabkan tumbuhan ini memiliki harga yang cukup tinggi di pasaran dan cukup banyak ditemukan di kawasan Hutan Lindung Simandar sedangkan harga tumbuhan hias terendah per hektar terdapat pada jenis Anggrek Tubi-tubi manuk (Bulbophyllum lobii) dengan harga per hektar Rp. 388.000. Hal ini disebabkan karena jenis anggrek ini memiliki harga yang cukup murah dan sedikit ditemukan di kawasan hutan.

Penentuan harga pada tumbuhan hias dapat didasarkan dari tren tumbuhan hias, keunikan tumbuhan hias, warna tumbuhan hias dan nilai kemewahan tumbuhan hias tersebut. Penentuan harga pada tumbuhan hias juga dapat terlihat dari perbandingan harga yang ada di pasaran umum. Untuk menghasilkan produk tanaman hias yang bersaing tinggi maka diperlukan cara untuk mempetinggi kuantitas dan kualitas dari tanaman hias tersebut secara rasional, efisien dan ekonomis.

(23)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jenis tumbuhan hias yang ditemukan di kawasan Hutan Lindung Simandar ada 8 jenis yaitu tumbuhan Anggrek Tubi-tubi Manuk, Kadaka, Hanjuang Merah, Pacar Air, Nampu Hijau, Anggrek Sayar-sayar, Pakis Haji, dan Monstera Enak,.

2. Kerapatan tertinggi terdapat pada tumbuhan hias jenis Pacar air (Impatiens balsamina) dengan nilai 42,90 individu per hektar, sedangkan tingkat kerapat terendah terdapat pada jenis tumbuhan Anggrek Tubi-tubi manuk dengan nilai 1,08 individu per hektar. Nilai frekuensi tertinggi terdapat pada tumbuhan Kadaka dengan nilai frekuensi sebesar 0,23 sedangkan jenis tumbuhan dengan frekuensi terendah adalah tumbuhan Anggrek Tubi-tubi manuk ( Bulbophyllum lobii ) dengan nilai frekuensi sebesar 0,03.

3. Harga tumbuhanhias tertinggi terdapat pada tumbuhan hias jenis Pakis Haji dengan harga Rp.311.500, sedangkan tumbuhan hias dengan harga terendah terdapat pada tumbuhan hias Pacar Air dengan harga sebesar Rp.4.300.

Saran

Dibutuhkan penelitian eksplorasi lebih lanjut pada daerah lain agar dapat menemukan jenis tumbuhan hias lainnya yang belum diteliti.

Gambar

Tabel 1. Jenis–jenis tumbuhan hias yang ditemukan di Kawasan Hutan Lindung               Simandar
Gambar 2. Tumbuhan Anggrek Sayar-sayar (Eria cymbidifolia)
Gambar 3. Tumbuhan Anggrek Tubi-tubi Manuk (Bulbophyllum lobii).  Tumbuhan anggrek jenis  Tubi-tubi Manuk  (Bulbophyllum lobii)  yang  ditemukan  di lapangan belum berbunga dan tanamannya  pendek
Gambar 4. Tumbuhan Hanjuang Merah (Cordyline fruticosa)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan latar belakang yang telah dikemukakan, penulis ingin menganalisa dengan menggunakan analisis semiotika, yang digunakan dalam surat kabar atau koran khususnya surat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pelayanan penerbitan dokumen SKTS dikecamatan rungkut mengenai kualitas pelayanan bahwa kebijakan tersebut cukup

Dengan teknologi audio ini, ASUS Zenbook™ memiliki keindahan suara audio yang sangat memukau karena setiap nada yang dihasilkan memberikan vokal yang lebih jernih, bass yang

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-Nya penulis dapat menyelesaikan kegiatan penelitian dan membuat laporan penelitian dengan

Hasil koefisien determinasi diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,328, hal ini berarti 32,8% dari variasi variabel terikat yaitu kinerja karyawan

dan membandingkan analisis dari pencocokan bobot kasus lama terhadap kasus baru(masing- masing calon pelamar) dibantu Algoritma Nearest Neighbor yang merupakan sama dengan

Dari gambar grafik perbandingan respon perpindahan, kecepatan, percepatan pada seperempat kendaraan mobil dengan suspensi yang menggunakan shock absorber hidrolis

Model pembelajaran karakter di RA Al Hikam di lingkungan ponpes Al Hikam bertujuan membentuk karakter santri pada murid RA Al Hikam sejak dini, dengan ciri khas